Post on 09-Mar-2019
BIOEKOLOGI DAN DETEKSI SENYAWA BIOAKTIF ROTIFERA Brachionus spp. DARI PERAIRAN PANTAI DAN ESTUARI SULAWESI UTARA
JOICE R.T.S.L RIMPER
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR 2 0 0 8
ii
PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Bioekologi dan Deteksi
Senyawa Bioaktif Rotifera Brachionus spp. dari Perairan Pantai dan Estuari
Sulawesi Utara adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan
belum diajukan dalam bentuk apa pun pada perguruan tinggi manapun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini.
Bogor, Desember 2008
Joice Rimper NIM C 661020031
iii
ABSTRACT
JOICE R.T.S.L RIMPER. Bioecology and Bioactive compound Detection of Rotifera Brachionus spp. from Coastal Water and Estuary in North Sulawesi. Under supervisions of RICHARDUS F. KASWADJI, BAMBANG WIDIGDO and NAWANGSARI SUGIRI.
One of the most important microorganisms is the plankton. The existence of plankton affect the water where they live because this organism has an important role as source of food for many marine organisms. Rotifers are microscopic aquatic animals of the phylum Rotifera. The research aims to find out the existence and the most dominant rotifers in coastal territorial waters and estuaries in North Sulawesi, and the relationship between their abundance and some environmental parameters. To compare morphometry of wild rotifers Brachionus rotundiformis from different locations and the cultured rotifers fed with different microalgae within different salinities, analysing the life cycle and detecting bioactive compound. The research was done in coastal areas and estuaries of North Sulawesi. Plankton sampling was done in several brackishwater ponds and coastal areas along Manembo-nembo, Minanga, Wori, and Tumpaan. Samplings were conducted during east and west seasons, as well as high and low tides. Temperature, salinity, pH, turbidity, and dissolved oxygen were measured in situ using test kit water. Samples of rotifers were collected by deploying a pankton net horizontally along 10 m, and were preserved using formaldehyde solution for further identification and measurements. The rotifers were cultured with different salinity (4, 20, 40, 50, 60 ppt) and fed with different micro algae (Nannochloropsis oculata and Prochloron species). The measurement for morphology characteristic were conducted on lorica length, lorica width and anterior width.
Identification of rotifers revealed three species from all locations, i.e B. rotundiformis, B. caudatus, B. quadridentatus. The result of analysis shows that the lorica length, anterior width and lorica width taken from Minanga waters is larger than those from Manembo-nembo, Wori, and Tumpaan. B. rotundiformis which is fed by Prochloron species shows smallest size of lorica length. The bioactive production of crude extract of B. rotundiformis fed with N. oculata is larger than those which is fed with Prochloron species. The antibacterial activity detected from crude extract of B. rotundiformis is produced by itself although there is contribution from the microalga as food.
iv
RINGKASAN
JOICE R.T.S.L RIMPER. Bioekologi dan Deteksi Senyawa Bioaktif Rotifera Brachionus spp. dari Perairan Pantai dan Estuari Sulawesi Utara. Dibimbing oleh RICHARDUS F. KASWADJI, BAMBANG WIDIGDO, dan NAWANGSARI SUGIRI. Potensi hayati laut tidak hanya organisme makro, tetapi juga organisme mikro yang berfungsi sebagai produsen primer dan sekunder dalam rantai makanan di laut. Sejauh ini pemanfaatan biota laut masih terbatas pada organisme makro seperti ikan, udang dan rumput laut, sedangkan organisme mikro seperti plankton masih sangat terbatas pemanfaatannya. Rotifera adalah zooplankton yang merupakan salah satu sumber daya hayati laut yang berpeluang untuk dikembangkan bagi kepentingan manusia baik secara langsung maupun tidak langsung. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis sifat-sifat biologi B. rotundiformis antara lain morfometri dan daur hidup, menentukan keterkaitan antara parameter lingkungan dan musim terhadap kelimpahan rotifera, serta mendeteksi dan membandingkan aktivitas senyawa bioaktif dari rotifera B. rotundiformis yang dikultur pada salinitas dan jenis pakan berbeda. Hasil penelitian ini diharapkan akan membawa terobosan dalam penemuan senyawa-senyawa bioaktif unggulan khas tropis. Secara keseluruhan penelitian dibagi dalam dua tahap yaitu penelitian pendahuluan dan penelitian utama. Cara pengambilan sampel pada penelitian utama sama dengan yang dilakukan pada penelitian pendahuluan. Hasil penelitian pendahuluan menunjukkan empat lokasi yang memiliki kelimpahan rotifera yang cukup tinggi, yaitu perairan Manembo-nembo, Minanga, Tumpaan dan Wori sehingga empat lokasi tersebut yang ditetapkan menjadi lokasi pengambilan sampel untuk penelitian selanjutnya. Pengambilan sampel plankton (rotifera dan fitoplankton) dilakukan pada musim barat, musim timur dan pada saat pasang surut. Parameter yang diukur meliputi parameter lingkungan, kelimpahan rotifera, dan kelimpahan fitoplankton. Pengukuran parameter lingkungan seperti suhu, salinitas, pH, kekeruhan, dan oksigen terlarut dilakukan secara in situ, dengan menggunakan Horiba U-10. Pengambilan sampel plankton dilakukan dengan cara menarik jaring plankton secara horisontal di permukaan perairan. Air contoh yang terkonsentrasi pada botol plankton net dipindahkan dalam botol sampel dan ditambah bahan pengawet, kemudian sampel plankton diidentifikasi dan dihitung kelimpahannya. Alga mikro yang digunakan sebagai pakan rotifera adalah jenis Nannochloropsis oculata dan Prochloron sp. Untuk aspek morfometri, bagian-bagian tubuh B. rotundiformis yang diukur adalah panjang lorika (PL), lebar anterior (LA) dan lebar lorika (LL). Untuk kebutuhan ekstraksi, B. rotundiformis pada tahap awal dikultur pada suhu dan salinitas optimum yakni suhu 28 ºC dan salinitas 20 ppt, kemudian dikultur pada salinitas 4 ppt, 20 ppt, 40 ppt, 50 ppt, 60 ppt dengan dua jenis pakan berbeda (N. oculata dan Prochloron sp.). Untuk mendeteksi kandungan senyawa bioaktif maka dilakukan proses ekstraksi terhadap B. rotundiformis dan alga mikro N. oculata dan Prochloron sp. Bakteri yang digunakan untuk menguji aktivitas antibakteri adalah bakteri gram positif dan gram negatif, bakteri uji
v
tersebut adalah Vibrio cholerae, Bacillus subtilis dan Escherichia coli. Antibiotik pembanding yang digunakan adalah amoksisilin dan tetrasiklin. Metode pengujian antibakteri yang digunakan adalah metode agar kertas cakram (paper disc method). Kelimpahan plankton dinyatakan secara kuantitatif dalam jumlah ind/m3. Untuk mengetahui perbedaan parameter lingkungan berdasarkan lokasi penelitian, musim, pasang surut serta pengaruh interaksi antara lokasi dan musim maupun interaksi antara stasiun dengan musim maka dilakukan analisis ragam (ANOVA) desain faktorial pada masing-masing parameter. Untuk membandingkan perbedaan kelimpahan rotifera antar lokasi, musim, pasang, surut dan stasiun penelitian, digunakan analisis non parametrik Kruskal-Wallis. Sedangkan untuk mengidentifikasi parameter lingkungan yang paling berperan dalam membedakan tinggi rendahnya kelimpahan rotifera B. rotundiformis digunakan analisis diskriminan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rotifera di perairan bagian timur yang berhadapan dengan Laut Maluku lebih melimpah dibanding dengan di perairan bagian barat yang berhadapan dengan Laut Sulawesi. Spesies rotifera yang ditemukan selama penelitian adalah dari kelas Monogononta yang merupakan anggota dari genus Brachionus. Identifikasi sampel rotifera di semua lokasi penelitian menemukan tiga jenis yaitu B. rotundiformis, B. caudatus dan B. quadridentatus. B. rotundiformis lebih melimpah serta ditemukan di semua lokasi penelitian jika dibandingkan dengan B. caudatus dan B. quadridentatus. B. rotundiformis juga paling mudah untuk dikultur di laboratorium, sedangkan dua spesies lainnya yaitu B. caudatus dan B. quadridentatus belum berhasil dikultur di laboratorium. Kelimpahan B. rotundiformis cenderung meningkat dengan meningkatnya kelimpahan fitoplankton, dan akan menurun dengan meningkatnya nilai suhu, salinitas, dan kekeruhan. Setiap strain memiliki kemampuan adaptasi yang berbeda terhadap kondisi lingkungannya. Hasil identifikasi dan pencacahan genus fitoplankton yang diperoleh selama penelitian adalah Diatom (Bacteriastrum, Bidulphia, Chaetoceros, Coscinodiscus, Rhizosolenia, Skeletonema, Thalassionema, Thalassiothrix) dan Dinoflagelata (Ceratium, Noctiluca, Prorocentrum, Pyrocystis). Persentase ukuran lorika terbesar yang ditemukan selama penelitian yaitu sebanyak 27 % di perairan Minanga, 63 % di perairan Manembo-nembo, 83 % di perairan Tumpaan dan 77 % di perairan Wori. Kombinasi salinitas 20 ppt dengan pakan Prochloron sp. menghasilkan ukuran lorika yang terkecil. Pada perlakuan salinitas 4 ppt, 40 ppt, 50 ppt dan 60 ppt terlihat adanya kecenderungan peningkatan ukuran lorika B. rotundiformis. Persentase miksis paling tinggi yaitu pada perlakuan pakan N. oculata sebesar 27,77%, sedangkan untuk pakan Prochloron sp. 19,44%. Respons bakteri uji terhadap ekstrak B. rotundiformis berbeda menurut salinitas dan jenis pakan. Salinitas 40 ppt paling potensial memicu B. rotundiformis memproduksi senyawa yang memiliki aktivitas antibakteri, pada salinitas ini terjadi rangsangan miksis yang mampu merubah pola reproduksi. Aktifitas antibakteri yang terdeteksi selain berasal dari B. rotundiformis itu sendiri tetapi ada juga kontribusi dari alga mikro sebagai pakan B. rotundiformis.
vi
© Hak cipta milik IPB, tahun 2008
Hak cipta dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB
vii
BIOEKOLOGI DAN DETEKSI SENYAWA BIOAKTIF ROTIFERA Brachionus spp. DARI PERAIRAN PANTAI
DAN ESTUARI SULAWESI UTARA
JOICE R.T.S.L RIMPER
Disertasi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Doktor pada Program Studi Ilmu Kelautan
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR 2 0 0 8
viii
Judul Disertasi : Bioekologi dan Deteksi Senyawa Bioaktif Rotifera Brachionus spp. dari Perairan Pantai dan Estuari Sulawesi Utara
Nama : Joice R.T.S.L Rimper
NIM : C 661020031
Disetujui
Komisi Pembimbing
Dr. Ir. Richardus F. Kaswadji, M.Sc Ketua
Dr. Ir. Bambang Widigdo, M.Sc Prof. Dr. Drh. Nawangsari Sugiri
Anggota Anggota
Diketahui
Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana Ilmu Kelautan
Dr. Ir. Djisman Manurung, M.Sc Prof.Dr.Ir. Khairil Anwar Notodiputro, M.S.
Tanggal Ujian : 3 Desember 2008 Tanggal Lulus :
ix
PRAKATA
Segala kemuliaan bagi Tuhan Yesus Kristus yang telah turut bekerja dalam
segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi penulis, sehingga karya ilmiah
ini dapat diselesaikan. Karya ilmiah ini merupakan hasil penelitian yang penulis
kerjakan berdasarkan kajian di lapangan dan di laboratorium. Dalam pelaksanaan
penelitian sampai penyelesaian karya ilmiah ini, penulis mendapat banyak
bantuan dari berbagai pihak, untuk itu penulis menyampaikan penghargaan dan
ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang sudah
membantu penyelesaian studi penulis.
Penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya
kepada Dr. Ir. Richardus F. Kaswadji MSc, Dr. Ir. Bambang Widigdo MSc,
Prof. Dr. Drh. Nawangsari Sugiri sebagai Komisi Pembimbing yang berkenan
meluangkan waktu untuk membantu dan mengarahkan penulis sejak awal
penulisan proposal, pelaksanaan penelitian sampai penyelesaian karya ilmiah.
Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada Dr. Ir. Daniel Djokosetiyanto,
Dr. Mulyadi MSc, APU dan Dr. Ir. Yusli Wardiatno MSc yang bersedia menjadi
penguji luar komisi pada ujian tertutup dan ujian terbuka. Ucapan terima kasih
juga Penulis sampaikan kepada Rektor Universitas Sam Ratulangi, Dekan
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Unversitas Sam Ratulangi yang telah
memberikan ijin melanjutkan pendidikan S3, serta semua staf pengajar dan staf
pegawai program studi Ilmu Kelautan IPB yang membantu kelancaran kegiatan
belajar mengajar penulis di program studi lmu Kelautan. Terima kasih juga
penulis tujukan kepada BPPS Diknas, Pemerintah Daerah Sulawesi Utara,
Australian Centre For International Agricultural Research (Aciar) Project FIS,
Yayasan Damandiri, Yayasan Toyota dan Astra yang telah memberikan bantuan
dana pendidikan dan penelitian. Kepada Dr. Ir. Inneke Rumengan MSc,
Dr. Ir. Daniel Limbong MSc, Prof. Dr. Daniel Monintja, Dr. Ir. R. Mangindaan
MSc, Ir. Fitje Losung MSi, Ir. M. Hatta MSi, Ir. Nur Asia Umar MSi, Ir. Jane
Mamuaja MSc, Elly Engka SPi, Maria Mawu SPi, dan Anty Katunde SPi, terima
kasih banyak atas bantuan yang telah diberikan kepada penulis dalam pelaksanaan
penelitian di lapangan dan di laboratorium.
x
Hormat dan cinta saya buat semua keluarga saya, Mami, Oma, Ricky, Hetty,
Danny, Moses, dan Kel. Besar Kaparang Koluku yang penuh cinta, doa dan setia
memotivasi saya dalam penyelesaian studi. Terima kasih juga kepada Ibu Adel
Suparman Kansil, Kel. Kandou Pantouw, Ibu Esther dan Emmanuel Laumonier,
Ibu Lussyanti, Kel. Josep Karamoy, Silvana Harikedua, Ingerid Moniaga,
Jaqueline Motulo, Theo Lasut, Pingki Saerang, Alfret Luasunaung, Deyv Pijoh,
Edwin Ngangi, Joy Kumaat, Eva Mamahit, Lenda Lapian, Indri Manembu, Widhi
Warongan, Denny Karwur, Deiske Sumilat, Natalie Rumampuk, Rosita Lintang,
semua teman-teman Asrama Sam Ratulangi Bogor Baru I,II, Kel. Besar
CELEBICA, teman-teman di program studi Bioteknologi Kelautan Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan Unsrat dan teman-teman di program studi IKL IPB
yang selalu bersedia membantu penulis, terima kasih buat semua doa, pengertian
dan kebersamaan yang sudah kita lewati bersama.
Disadari bahwa tulisan ini masih banyak kekurangannya, tetapi harapan
penulis semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat untuk pengembangan
penelitian-penelitian selanjutnya.
Bogor, Desember 2008
Penulis
xi
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Manado, 5 September 1965 sebagai anak sulung dari
pasangan Drs. P.H. Rimper (Alm) dan N.L Kaparang. Setelah menyelesaikan
pendidikan dasar dan menengah pada tahun 1984 di Manado, Penulis menempuh
pendidikan sarjana di Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas
Perikanan Universitas Sam Ratulangi Manado, dan lulus pada tahun 1989. Pada
tahun 1997, penulis diterima di Program Studi Ilmu Kelautan pada Program
Pascasarjana IPB dan menamatkannya pada tahun 2001. Kesempatan untuk
melanjutkan ke program doktor pada program studi dan pada perguruan tinggi
yang sama diperoleh pada tahun 2002. Beasiswa pendidikan pascasarjana
diperoleh dari Departemen Pendidikan Nasional (BPPS).
Penulis bekerja sebagai staf dosen di Program Studi Bioteknologi Kelautan,
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Sam Ratulangi Manado sejak
tahun 1990. Pelatihan dalam bidang kultur rotifera B. rotundiformis pernah
dilakukan di Department of Primary Industries & Fisheries-Northern Fisheries
Centre (DPI&F-NFC), Cairns Australia pada Februari-Maret 2008.
Karya ilmiah berjudul Distributions of Monogonont Rotifers Brachionus
spp. In North Sulawesi telah disajikan pada seminar internasional Joint Seminar
on Coastal Marine Science LIPI-JSPS di Yogyakarta pada bulan Agustus 2007,
dan artikel ini telah diterbitkan pada Jurnal MRI (Marine Research in Indonesia)
Vol.32, No. 2, 2007. Artikel lain berjudul Body size of rotifers (Brachionus
rotundiformis) from estuaries in North Sulawesi telah diterbitkan di Marine
Finfish Aquaculture Network Volume XIII No. I January-March 2008
(http://library.enaca.org/AquacultureAsia/Articles/jan-march-2008/rimper-etal08.
pdf). Artikel berjudul Bioekologi Rotifera dari Perairan Pantai dan Estuari
Sulawesi Utara telah diterbitkan pada Jurnal Ilmiah Forum Pascasarjana IPB
Volume 31 Nomor 1 Januari 2008. Artikel berjudul Kelimpahan Rotifera di
Sulawesi Utara telah diterbitkan pada Jurnal Ilmu Kelautan dan Perikanan Torani
UNHAS edisi Juni 2008. Karya-karya ilmiah tersebut merupakan bagian dari
program S3 penulis.
xii
DAFTAR ISI
Halaman DAFTAR TABEL ............................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xvi
1 PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................. 1 1.2 Tujuan Penelitian ............................................................................. 3 1.3 Manfaat Penelitian ........................................................................... 3
1.4 Ruang Lingkup Penelitian ................................................................ 4
2 TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 6
2.1 Peranan Rotifera Dalam Perikanan .................................................. 6 2.2 Biologi Rotifera ................................................................................ 6 2.3 Biokimia Rotifera ............................................................................. 12 2.4 Ekologi Rotifera ............................................................................... 13
3 METODOLOGI ........................................................................................ 16
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ........................................................... 16 3.2 Penelitian Pendahuluan .................................................................... 16 3.3 Penelitian Utama .............................................................................. 17 3.3.1 Kajian Bioekologi ................................................................ 17 3.3.1.1 Parameter Lingkungan dan Kelimpahan Rotifera .. 17 3.3.1.2 Kultur Alga Mikro Sebagai Pakan Rotifera ........... 18 3.3.1.3 Morfometri ............................................................. 20 3.3.1.4 Daur Hidup Rotifera B. rotundiformis .................... 20 3.3.1.5 Miksis ..................................................................... 22 3.3.2 Kajian Bioaktif ..................................................................... 22
3.3.2.1 Ekstraksi B. rotundiformis, N. oculata dan Prochloron sp. ................................................. 22
3.3.2.2 Inokulum Bakteri dan Antibiotik Pembanding........ 27 3.3.2.3 Pembuatan Medium Agar ....................................... 27
3.3.2.4 Pengujian Aktivitas Antibakteri ............................. 28
3.4 Analisis Data .................................................................................... 30 3.4.1 Kelimpahan Rotifera dan Parameter Lingkungan ................ 30 3.4.2 Pengaruh Pakan terhadap Daur Hidup dan Morfometri B. rotundiformis ................................................................... 31 3.4.3 Persentase Miksis .................................................................. 34
3.4.4 Aktivitas Antibakteri............................................................. 34
xiii
4 HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................. 36
4.1 Bioekologi ........................................................................................ 36 4.1.1 Kondisi Umum Lokasi Penelitian ........................................ 36 4.1.2 Parameter lingkungan .......................................................... 37 4.1.3 Kelimpahan Rotifera ............................................................ 46 4.1.4 Morfometri Rotifera B. rotundiformis .................................. 58
4.1.4.1 Karakteristik Morfometri B. rotundiformis dari alam .................................................................. 58 4.1.4.2 Karakteristik Morfometri B. rotundiformis
Hasil Kultur ............................................................ 61 4.1.5 Daur Hidup Rotifera B. rotundiformis .................................. 65 4.1.6 Pertumbuhan Populasi Rotifera B. rotundiformis ................. 67 4.2 Bioaktif ............................................................................................. 70 4.2.1 Aktivitas Antibakteri B. rotundiformis dengan Pakan N. oculata .................................................................. 70 4.2.2 Aktivitas Antibakteri B. rotundiformis dengan Pakan Prochloron sp. ............................................................ 74 4.2.3 Aktivitas Antibakteri Alga mikro N. oculata dan Prochloron sp........................................................................ 77
5 SIMPULAN DAN SARAN ........................................................................ 83 5.1 Simpulan ........................................................................................... 83 5.2 Saran.................................................................................................. 84
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 85
LAMPIRAN........................................................................................................ 91
xiv
DAFTAR TABEL Halaman
1 Komposisi medium kultur alga (Hirata, 1975) ......................................... 18
2 Komponen-komponen dalam metode ”Life Table” ................................. 32
3 Beberapa kategori morfologi spesies rotifera yang teridentifikasi selama penelitian ....................................................................................... 48
4 Koefisien dan struktur matriks setiap parameter pada masing-masing fungsi diskriminan kelimpahan B. rotundiformis ..................................... 54
5 Matriks korelasi Spearman kelimpahan rotifera (ind/m3), kelimpahan fitoplankton (sel/m3) dan parameter lingkungan ....................................... 57
6 Hasil perhitungan analisis ”life table” B. rotundiformis yang diberi pakan N. oculata ....................................................................................... 65
7 Hasil perhitungan analisis ”life table” B. rotundiformis yang diberi pakan Prochloron sp. ................................................................................ 65
8 Hasil perhitungan beberapa parameter “life table” ................................. 66
9 Rata-rata kepadatan B. rotundiformis dengan pakan N. oculata .............. 68
10 Rata-rata kepadatan B. rotundiformis dengan pakan Prochloron sp. ........ 68
11 Diameter zona bening (mm) B. rotundiformis yang diberi pakan N. oculata terhadap tiga jenis bakteri pada salinitas yang berbeda............ 70
12 Diameter zona bening (mm) B. rotundiformis yang diberi pakan Prochloron sp. terhadap tiga jenis bakteri pada salinitas yang berbeda ... 75
13 Diameter zona bening (mm) alga mikro N. oculata dan alga mikro Prochloron sp. terhadap tiga jenis bakteri uji ......................... 78
14 Efisiensi relatif (%) B. rotundiformis dengan pakan N. oculata dan Prochloron sp. pada berbagai salinitas terhadap pakan N. oculata
dan Prochloron sp. dalam pembentukan zona bening ............................. 82
15 Efisiensi relatif (%) B. rotundiformis yang diberikan pakan N. oculata dan Prochloron sp. pada berbagai salinitas terhadap antibiotik dalam pembentukan zona bening ......................................................................... 82
xv
DAFTAR GAMBAR Halaman
1 Ruang lingkup penelitian .......................................................................... 5
2 Anatomi dan morfologi Rotifera B. rotundiformis ................................... 7
3 Daur hidup rotifera .................................................................................... 10
4 Peta lokasi penelitian ............................................................................... 17
5 Prosedur kultur alga sebagai pakan B. rotundiformis. .............................. 19
6 Bagian-bagian tubuh B. rotundiformis yang diukur .................................. 20
7 Prosedur kultur individu B. rotundiformis ................................................ 21
8 Kultur dan pemanenan B. rotundiformis untuk ekstraksi senyawa bioaktif ...................................................................................................... 24
9 Prosedur ekstraksi ..................................................................................... 26
10 Pembuatan medium agar ........................................................................... 28
11 Pengujian aktivitas antibakteri .................................................................. 29
12 Hasil pengukuran suhu (ºC) selama penelitian ......................................... 38
13 Hasil pengukuran salinitas (‰) selama penelitian .................................... 39
14 Hasil pengukuran pH (skala pH) selama penelitian .................................. 40
15 Hasil pengukuran kekeruhan (NTU) selama penelitian ............................ 41
16 Hasil pengukuran oksigen terlarut (mg/l) selama penelitian ..................... 42
17 Hasil pengukuran nitrat (mg/l) selama penelitian ..................................... 43
18 Hasil pengukuran fosfat (mg/l) selama penelitian ..................................... 44
19 Spesies rotifera yang ditemukan selama penelitian .................................. 47
20 Kelimpahan B. rotundiformis .................................................................... 49
21 Kelimpahan B. caudatus ........................................................................... 50
22 Kelimpahan B. quadridentatus ................................................................. 51
23 Persentase kelimpahan rotifera ................................................................. 53
24 Koordinat tiap observasi dalam fungsi diskriminan .................................. 55
25 Kelimpahan Fitoplankton........................................................................... 56
26 Morfometri rotifera B. rotundiformis dari 4 lokasi (Alam) ....................... 59
27 Persentase panjang lorika (um) B. rotundiformis dari beberapa lokasi .... 60
28 Morfometri B. rotundiformis dengan perlakuan pakan N. oculata ........... 62
29 Morfometri B. rotundiformis dengan perlakuan pakan Prochloron sp. .... 62
xvi
30 Persentase panjang lorika (um) B. rotundiformis dengan pakan N. oculata dan salinitas berbeda ................................................................ 63
31 Persentase panjang lorika (um) B. rotundiformis dengan pakan Prochloron sp. dan salinitas berbeda ........................................................ 64
32 Rata-rata persentase miksis ....................................................................... 69
33 Diameter zona bening B. rotundiformis yang diberi pakan N. oculata pada salinitas yang berbeda ....................................................................... 71
34 Zona bening B. rotundiformis terhadap bakteri V. cholerae pakan N. oculata. ...................................................................................................73
35 Zona bening B. rotundiformis terhadap bakteri B. subtilis, pakan N. oculata. ................................................................................................ 73
36 Zona bening B. rotundiformis terhadap bakteri E. coli, pakan N. oculata .................................................................................................. 74
37 Diameter zona bening B. rotundiformis yang diberi pakan Prochloron sp. pada salinitas yang berbeda ................................... 75
38 Zona bening B. rotundiformis terhadap bakteri V. cholerae, pakan Prochloron sp. ................................................................................ 76
39 Zona bening B. rotundiformis terhadap bakteri B. substilis, pakan Prochloron sp. ................................................................................ 76
40 Zona bening B. rotundiformis terhadap bakteri E. coli, pakan Prochloron sp. ........................................................................................... 77
41 Diameter zona bening alga mikro N. oculata dan alga mikro Prochloron sp. ........................................................................................... 78
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1 Kelimpahan rotifera selama penelitian pendahuluan ................................ 91
2 Data parameter fisika kimia lingkungan selama penelitian ...................... 93
3 Hasil analisis ragam semua parameter lingkungan berdasarkan lokasi, stasiun, musim dan pasang surut ................................................... 120
4 Hasil uji Kruskall Wallis dan Man-U Whitney kelimpahan ketiga jenis rotifera antar lokasi penelitian .......................................................... 140
5 Hasil uji Kruskall Wallis dan Man-U Whitney kelimpahan ketiga jenis rotifera antar stasiun penelitian .................................................................. 143
6 Hasil Uji Man-U Whitney kelimpahan ketiga jenis rotifera antar musim................................................................................................ 145
7 Hasil Uji Man-U Whitney kelimpahan ketiga jenis rotifera antar pasang surut....................................................................................... 146
8 Hasil analisis diskriminan rotifera B. rotundiformis ................................. 147
9 Hasil uji Kruskall Wallis dan Man-U Whitney kelimpahan fitoplankton antar lokasi penelitian ............................................................................... 150
10 Ukuran lorika ............................................................................................ 154
11 Analisis ragam ukuran morfometri (PL, LL, LA) B. rotundiformis alam (4 lokasi) dengan yang dikultur pada salinitas dan jenis pakan berbeda ........................................................................................... 158
12 Hasil analisis ragam (ANOVA) faktorial pengaruh salinitas pakan terhadap zona bening pada bakteri V. cholerae, B. subtilis, E. coli .......... 169
13 Hasil analisis regresi antara diameter zona bening (Y) pada tiga jenis bakteri yang dikultur dengan pakan N. oculata dan salinitas (X) ............. 175
14 Hasil analisis regresi antara diameter zona bening (Y) pada tiga jenis bakteri yang dikultur dengan pakan Prochloron sp. dan salinitas (X) ...... 177
15 Peta Penelitian............................................................................................ 179
16 Dokumentasi Penelitian ............................................................................. 181
xviii
Penguji pada Ujian Tertutup : Dr. Ir. Daniel Djokosetiyanto
Penguji pada Ujian Terbuka : Dr. Ir. Yusli Wardiatno,M.Sc
Dr. Mulyadi, M.Sc, APU
1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Lautan merupakan gudang mineral, nutrisi dan senyawa bioaktif yang
terkandung dalam biota laut yang beranekaragam. Potensi hayati laut tidak hanya
organisme makro, tetapi juga organisme mikro yang berfungsi sebagai produsen
primer dan sekunder dalam rantai makanan di laut. Sejauh ini pemanfaatan biota
laut masih terbatas pada organisme makro seperti ikan, udang dan rumput laut,
sedangkan organisme mikro seperti plankton masih sangat terbatas
pemanfaatannya. Rotifera adalah zooplankton yang merupakan salah satu sumber
daya hayati laut yang berpeluang untuk dikembangkan bagi kepentingan manusia
baik secara langsung maupun tidak langsung. Rotifera telah dimanfaatkan oleh
para operator Balai Benih Fauna Laut sebagai pakan alami, sehingga rotifera
dikenal sebagai biokapsul larva. Rotifera juga merupakan salah satu plankton
yang mempunyai potensi sebagai penyedia senyawa bioaktif.
Iklim tropis dapat menghasilkan fluktuasi parameter lingkungan yang cukup
tinggi sehingga dapat menyebabkan kehidupan biota laut berinteraksi satu dengan
lainnya dengan sangat dinamis, yang membuat organisme didalamnya dipacu
untuk memproduksi senyawa metabolit sekunder sebagai senyawa yang
diperlukan untuk mempertahankan kelangsungan hidup baik sebagai upaya
pertahanan diri terhadap predator maupun perbaikan genetisnya untuk diturunkan
ke generasi berikutnya. Senyawa metabolit sekunder ini umumnya sangat
bermanfaat bagi manusia sebagai senyawa bioaktif yang bernilai tinggi.
Keragaman kondisi ini juga akan berpengaruh terhadap keanekeragaman
organisme laut serta senyawa bioaktif yang dihasilkan. Keragaman biota laut yang
tinggi mendorong eksplorasi senyawa bioaktif dari biota laut yang dapat dikultur
tanpa menganggu kelestarian laut. Banyak peneliti telah mulai menggali informasi
lebih lanjut kemungkinan pemanfaatan senyawa bioaktif tersebut untuk dapat
digunakan bagi keperluan medis. Senyawa bioaktif yang telah diekstraksi dari
organisme laut seperti spons, menunjukkan adanya aktifitas farmakologi yang
sangat potensial untuk dikembangkan. Temuan yang positif pada spons telah
dilaporkan oleh Kerr, Russel dalam Widjhati et al. (2004) yang menunjukkan
2
adanya indikasi kaitan antara spons dengan efek antikanker dan antibiotik. Namun
demikian, senyawa bioaktif dari plankton belum banyak dikembangkan.
Pada penelitian pendahuluan di Sulawesi Utara telah dijumpai rotifera
Brachionus rotundiformis menghuni perairan estuari dan tambak, dan
diperkirakan masih banyak jenis lainnya. Dari pengamatan awal terhadap
Brachionus sp. diketahui kisaran panjang tubuhnya adalah antara 125-300 μm,
kemudian diketahui pula bahwa ukuran tubuh Brachionus sp. bervariasi sehingga
saat ini dikenal ada dua tipe yaitu tipe L (large), dan tipe S (small). Perbedaan
kedua tipe ini didasarkan pada beberapa faktor seperti morfologi, respon fisiologi
dan genetika. Ukuran tubuh >200 μm (tipe L) digolongkan sebagai B. plicatilis
sedangkan ukuran tubuh <200 μm (tipe S) digolongkan sebagai B. rotundiformis
(Fu et al. 1990; Rumengan et al. 1991; Hirayama dan Rumengan 1993; Hagiwara
et al. 1995).
Dalam mempertahankan eksistensinya, B. rotundiformis memiliki sifat
biologis yang unik yaitu mampu merubah pola reproduksi dari aseksual menjadi
seksual jika kondisi lingkungan berubah. Perubahan reproduksi tersebut diyakini
dikendalikan oleh semacam protein penginduksi seks (“sex-inducing protein”)
yakni sejenis "anti stress protein" yaitu suatu golongan protein yang diproduksi
sebagai upaya pertahanan diri terhadap kondisi ekstrim (Rumengan 2007a).
Dengan merubah kondisi lingkungan rotifera menjadi ekstrim kemungkinan dapat
merangsang produksi senyawa tertentu yang dapat berfungsi sebagai agen
perubahan reaksi fisiologis yang disebut senyawa bioaktif. Sementara itu rotifera
dari daerah tropis masih belum banyak dikaji, baik mengenai penyebaran
geografis, kelimpahan, sifat-sifat biologis, maupun kandungan senyawa
bioaktifnya. Oleh karena itu perlu adanya penelitian yang lebih mendalam tentang
penyebaran geografis di suatu kawasan, sifat biologisnya maupun kandungan
senyawa bioaktif pada kondisi lingkungan yang berbeda. Informasi tentang
senyawa potensial pada rotifera B. plicatilis dan B. calyciflorus dari negara sub-
tropis pernah dilaporkan oleh Hara et al. (1984) dan Bowman et al. (1990), namun
hal yang sama pada rotifera tropis seperti B. rotundiformis belum pernah
dilaporkan, sehingga perlu dieksplorasi untuk kemungkinan dieksploitasi.
Penelitian ini difokuskan pada senyawa bioaktif dari rotifera asal Sulawesi Utara,
3
karena senyawa bioaktif rotifera lokal belum pernah teridentifikasi sebelumnya.
Penelitian yang mengkaji kandungan senyawa bioaktif antibakteri belum
dilakukan untuk spesies B. rotundiformis. Penelitian ini juga merupakan langkah
awal dalam mengungkapkan keberadaan senyawa-senyawa bioaktif rotifera dan
berpeluang untuk ditindak-lanjuti sampai pada uji bioaktifitas secara in vivo pada
berbagai organisme jika terbukti memang ada senyawa-senyawa bioaktif.
1.2 Tujuan Penelitian
Tujuan umum dari penelitian ini adalah :
- Menganalisis sifat-sifat biologi B. rotundiformis antara lain tentang daur
hidup serta morfometri baik pada kondisi terkontrol (di kultur) maupun dari
beberapa lokasi.
- Menentukan keterkaitan antara parameter lingkungan dan musim terhadap
kelimpahan rotifera di perairan pantai dan estuari Sulawesi Utara.
Tujuan khusus adalah :
- Mendeteksi dan membandingkan aktivitas senyawa bioaktif dari rotifera
B. rotundiformis yang dikultur pada salinitas dan jenis pakan berbeda
(N. oculata dan Prochloron sp.).
1.3 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini akan bermanfaat bagi pengembangan rotifera sebagai
produsen senyawa bioaktif yang mempunyai prospek untuk dikembangkan antara
lain sebagai bahan baku obat. Penelitian ini diharapkan akan membawa terobosan
dalam penemuan senyawa-senyawa bioaktif unggulan khas tropis serta dapat
menentukan lokasi yang tepat untuk memilih sumber rotifera yang baik di
Sulawesi Utara.
4
1.4 Ruang Lingkup Penelitian
Rotifera yang telah berhasil dikultur sampai saat ini adalah jenis Brachionus
sp. Perbedaan pertumbuhan rotifera disebabkan oleh faktor lingkungan, maka
informasi mengenai pengaruh parameter lingkungan terhadap kelimpahan rotifera
sangat dibutuhkan untuk kebutuhan sumber rotifera yang potensial untuk dikultur
dan diekstrak serta informasi tentang jenis-jenis rotifera yang ada di perairan
pantai dan estuari Sulawesi Utara. Kajian parameter lingkungan dengan
keberadaan rotifera dibatasi hanya pada dua musim yang berbeda yaitu musim
barat dan musim timur. Kajian daur hidup rotifera perlu dilakukan untuk
mengetahui kemampuan hidup rotifera, dan salah satu faktor yang berpengaruh
pada daur hidup rotifera adalah jenis pakan, sehingga dalam penelitian ini
dibandingkan pemberian jenis pakan yang berbeda, selanjutnya dilakukan
ekstraksi terhadap rotifera hasil budidaya (Gambar 1). Untuk produksi rotifera
diperlukan penerapan bioteknologi dengan memanipulasi lingkungan hidup, yakni
menciptakan lingkungan hidup yang seoptimal mungkin dengan pemberian alga
mikro yang berbeda. Kemudian akan diupayakan mengekstrimkan lingkungan
hidup dengan merendahkan dan menaikkan salinitas. Asumsi yang mendasari
perlakuan ini adalah keberadaan senyawa bioaktif dari rotifera sangat dipengaruhi
oleh kondisi lingkungannya, mengingat rotifera mampu bertahan dalam kondisi
ekstrim karena memiliki mekanisme pertahanan untuk kelangsungan eksistensinya
berdasarkan kemampuannya merubah pola reproduksi dari partenogenesis
menjadi reproduksi seksual. Reproduksi partenogenesis terjadi dalam kondisi
optimal sedangkan dalam kondisi ekstrim rotifera bereproduksi secara seksual.
Fenomena biologi ini mengindikasikan adanya metabolisme sekunder oleh
rotifera yang diyakini merupakan senyawa bioaktif.
5
Gambar 1 Ruang lingkup penelitian
Kultur
AlamLaboratorium
Ekstraksi
AN
AL
ISIS
D
AT
A
MorfometriDaur Hidup
PEN
EL
ITIA
ND
AT
AANOVALife Table Multivariet
DISTRIBUSI, KELIMPAHANDAN
POTENSI SENYAWA BIOAKTIF
HASIL PENELITIAN
Perlakuan : * Salinitas * Pakan Alami
Kelimpahan
Identifikasi
Aktivitas Antibakteri
6
2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Peranan Rotifera Dalam Perikanan
Rotifera telah lama dimanfaatkan sebagai pakan bagi larva ikan dan sebagai
pensuplai nutrisi dalam pengoperasian balai benih fauna laut, karena rotifera
merupakan makanan awal atau sebagai pakan hidup yang penting untuk larva ikan
(Fieder dan Purser 2000; Assavaaree et al. 2001). Pemanfaatannya sebagai pakan
alami sangat populer, karena rotifera mempunyai ciri biologi yang memenuhi
kriteria pakan yang baik bagi larva fauna laut yaitu ukurannya yang relatif kecil
(100-320 μm) sehingga cocok dengan bukaan mulut larva, memiliki laju renang
yang rendah sehingga mudah ditangkap oleh larva dan memiliki kandungan
nutrisi yang tinggi. Rotifera juga dianggap sebagai biokapsul yang cocok bagi
kebanyakan larva fauna laut karena dapat menjadi pentransfer unsur-unsur makro
dan vitamin ke larva tanpa efek polutan (Rumengan 1997). Untuk kegiatan
budidaya di daerah tropis, tipe SS (super small rotifers) adalah makanan awal
yang disukai oleh larva ikan kerapu dan ikan-ikan lain yang bukaan mulutnya
kecil (<100 µm), (Fukusho dan Iwamoto 1981).
2.2 Biologi Rotifera
Rotifera pertama kali diamati oleh Antony van Leeuwenhoek pada tahun
1675 (Davis 1955), kemudian pada tahun 1786 untuk pertama kalinya diteliti oleh
Muller (Fukusho 1989b). Nama "rotifera" berasal dari kata Latin yang berarti
"wheel-bearer" ini merujuk ke mahkota silium di sekitar mulut dari rotifera.
Pergerakan silium yang cepat pada beberapa spesies nampak seperti roda,
sehingga rotifera disebut pula hewan roda atau rotatoria. Rotifera termasuk
organisme mikroskopik, filter feeder, metazoa (organisme multiseluler), tersusun
dari kurang lebih 1000 sel (Brusca dan Brusca 1990). Rotifera dibagi menjadi tiga
kelas yaitu Monogononta, Bdelloidea, dan Seisonidea. Kelompok yang paling
besar adalah Monogononta sekitar 1500 jenis, kemudian Bdelloidea sekitar 350
jenis dan Seisonidea dua jenis (Kirk 1999).
7
Rotifera berciri simetris bilateral, dinding tubuh dilindungi oleh lorika.
Tubuh rotifera terdiri atas kepala (depan), badan (tengah), dan kaki (bagian
posterior) yang biasanya kecil dengan jari yang mengandung kelenjar semen
untuk melekat. Antara bagian kepala dan badan tidak terlihat jelas pemisahannya.
Pada kebanyakan spesies, di bagian kepala terdapat korona (mahkota). Di dalam
badan terdapat perut dan organ reproduktif. Rotifera menyaring partikel-partikel
kecil dari kolom air dengan menggunakan silium pada korona yang terletak di
bagian anterior tubuh. Korona dapat juga digunakan sebagai daya penggerak, akan
tetapi banyak spesies menghabiskan kehidupannya dengan melekat pada substrat,
dan ada juga yang bersifat planktonik seperti Brachionus sp. Fungsi korona adalah
untuk menyaring makanan ke kepala dan membuang sisa. Alat pencernaan
makanan terdiri atas mulut, mastaks yang bersifat kitin dan gigi untuk mencerna
makanan (Gambar 2).
Gambar 2 Anatomi dan morfologi Rotifera B. rotundiformis (Wallace dan Snell 1991).
8
Makanan rotifera umumnya terdiri atas dekomposisi material organik atau
mati seperti halnya ganggang dan fitoplankton yang cocok dengan ukuran mulut
(Örstan 1999). Rotifera pemakan alga bersel satu bergigi pendek dan lebar,
sedangkan rotifera pemakan getah tanaman besar bergigi tajam untuk menusuk
sel-sel tanaman (Sugiri 1989; Nogrady et al. 1993; Örstan 1999; Romimohtarto
dan Juwana 1999). Rotifera mengalami apa yang disebut dengan polimorfisme
yaitu bentuk dan ukuran lorikanya mengalami semacam plastisitas jika kondisi
lingkungan hidupnya berubah (Nogrady et al. 1993). Polimorfisme ini dapat
mengakibatkan suatu perbedaan ukuran sebesar 15% (Fukusho 1989b).
Rotifera yang telah teridentifikasi kebanyakan hidup di air tawar dan hanya
sekitar 50 jenis saja yang hidup di air laut (Nogrady et al. 1993). Namun diantara
jenis-jenis rotifera tersebut yang paling terkenal karena telah dimanfaatkan secara
luas sebagai pakan adalah dari genus Brachionus. Menurut Lubzens et al. (2001),
penelitian pada B. plicatilis dan B. rotundiformis selang tiga dekade ini
mengalami peningkatan yang sangat besar, dan sejauh ini penelitian yang terbaik
yakni pada dua spesies rotifera ini. Beberapa pertimbangan yang menjadikan
rotifera genus Brachionus penting untuk diteliti, karena memiliki siklus
partenogesis yaitu bereproduksi secara aseksual dan seksual, jika bereproduksi
secara seksual akan menghasilkan telur yang dapat disimpan bertahun-tahun serta
merupakan makanan yang sangat dibutuhkan untuk kebutuhan budidaya larva
ikan dan krustasea (Birky dan Gilbert 1971; Watanabe et al. 1983; Lubzens 1987).
Rotifera Brachionus sp. terdiri atas dua tipe yang berbeda morfologinya
terutama bentuk duri dan lorikanya, yaitu tipe S (small, 140-220 μm) dan L (large,
230-320 μm). Untuk tipe S lorikanya lebih kecil dan lebih bulat dengan duri yang
ramping dan tajam, sedangkan tipe L bentuk lorikanya lebih besar dan berbentuk
agak lonjong dengan duri yang lebar dan tumpul (Rumengan 1990; Fulks dan
Main 1991; Fukusho dan Iwamoto 1981). Kedua tipe ini mempunyai banyak
perbedaan antara lain dalam hal respon terhadap lingkungan, fisiologi dan
genetika. Tipe S adalah B. rotundiformis, sedangkan rotifera tipe L adalah
B. plicatilis (Fu et al. 1990; Rumengan et al. 1991; Hirayama dan Rumengan
1993; Hagiwara et al. 1995). Untuk rotifera tipe SS secara genetik tidak terpisah
dari strain S tetapi ukurannya lebih kecil dibanding dengan strain-S umumnya.
9
Rotifera jantan dan betina memiliki perbedaan morfologi yang mencolok.
Rotifera jantan berukuran jauh lebih kecil dari betina yaitu kira-kira seperempat
ukuran betina, dan rentang hidupnya singkat. Rotifera betina dapat bertahan hidup
beberapa hari hingga lebih dari sebulan tergantung medium dan suhu. Rotifera
jantan hanya hadir pada keadaan tidak normal, misalnya : kualitas makanan
menurun serta peningkatan suhu dan salinitas. Rotifera jantan tidak tumbuh sejak
ditetaskan, karena tidak mempunyai alat pencernaan sehingga tidak bisa makan,
tidak memiliki kandung kemih dan hanya mempunyai sebuah testis yang berisi
sperma, sehingga fungsi rotifera jantan hanyalah untuk memproduksi sperma saja,
ketika sudah membuahi rotifera betina maka rotifera jantan akan segera mati
(Rumengan 1990).
Fenomena biologi yang paling unik yang dimiliki rotifera adalah
menyangkut kemampuannya merubah pola reproduksi. Model reproduksi rotifera
terdiri atas dua tipe yaitu partenogenesis dan seksual. Dalam kondisi optimal,
rotifera cenderung bereproduksi secara partenogenesis atau reproduksi individu
betina yang menghasilkan keturunan tanpa kawin. Pada kondisi partenogenesis,
individu betina hanya dengan mitosis dapat menghasilkan telur diploid yang
kemudian menetas menjadi betina, betina tipe ini disebut betina amiktik. Jika
kondisi lingkungan berubah, sering ditafsirkan sebagai kondisi ekstrim
(rangsangan miksis), betina mengalami perubahan ke reproduksi seksual dan
menghasilkan betina miktik dan amiktik. Individu betina diinduksi untuk
mengalami meiosis sehingga menghasilkan telur haploid. Telur ini jika dibuahi
oleh jantan akan membentuk telur dorman yang diploid, namun jika tidak dibuahi
akan menetas menjadi jantan yang haploid, betina demikian disebut betina miktik
(Gambar 3). Miksis adalah percampuran gen yang terjadi pada waktu profase
meiosis (adanya tumpang tindih pada bagian-bagian tertentu dari kromosom
homolog). Rangsangan miksis dapat berupa faktor internal dan faktor eksternal.
Faktor internal adalah klon atau strain serta umur, sedangkan faktor eksternal
adalah suhu, salinitas, kepadatan jenis makanan, kepadatan rotifera, dan
perubahan medium (Hagiwara dan Hirayama 1993).
10
Gambar 3 Daur hidup rotifera
(Sumber : Modifikasi dari Birky 1964 dalam Rumengan 1990)
11
Jantan membentuk spermatozoa yang akan membuahi sel-sel telur, dengan
demikian betina memproduksi telur (zigot) dengan kulit yang tebal. Telur ini
bersifat dorman untuk periode yang panjang, kemudian telur ini akan berkembang
menjadi hewan betina. Telur dorman atau resting egg memiliki dinding telur yang
tebal, berukuran lebih besar dari telur amiktik, mempunyai rongga pada sisi telur,
berbentuk oval, dan berwarna coklat atau orange. Telur dorman ini tahan terhadap
kondisi perairan yang kurang baik dan tahan terhadap kekeringan, serta berada
pada fase istirahat untuk waktu yang cukup lama bahkan sampai bertahun-tahun.
Setelah melewati masa istirahat, jika menemui kondisi lingkungan yang normal,
telur dorman akan menetas menjadi betina amiktik dan kembali memasuki siklus
reproduksi aseksual. Telur dorman dapat di simpan pada air laut 5 ºC dalam
kondisi gelap (Sugiri 1989; Hagiwara et al. 1997; Hagiwara et al. 1998; Kirk
1999). Menurut Munuswamy et al. 1996, telur dorman B. plicatilis berbentuk bola
dengan bukit berombak pada permukaan sedangkan telur dorman B. rotundiformis
bukitnya kecil dan padat. Penyebaran pori pada permukaan telur secara jelas
membedakan kedua spesies ini. Setiap spesies memiliki karakter permukaan dan
membran yang artistik.
Pada penelitian ini alga mikro yang dicoba sebagai pakan untuk rotifera
B. rotundiformis adalah Nannochloropsis oculata dan Prochloron sp. Alga mikro
N. oculata merupakan salah satu pakan yang populer untuk kultur rotifera di
Jepang (Maruyama dan Hirayama 1993), sedangkan Prochloron sp. merupakan
pakan yang baru dicoba.
Alga mikro N. oculata merupakan fitoplankton yang termasuk dalam kelas
Eustigmatophyceae dengan bentuk tubuh yang bulat berdiameter 2-4 μm. Pada
umumnya setiap sel mengandung sebuah kloroplas, sebuah nukleus dan beberapa
mitokondrion. Pigmen fotosintesis yang dominan adalah klorofil a, dan ß-karoten,
sedangkan komposisi total asam lemak ω3 HUFA yaitu 42,7% (EPA 30,5%,
DHA 12,2%) (Maruyama et al. 1986). Menurut Isnansetyo dan Kurniastuty
(1995), kandungan nutrisi N. oculata adalah protein 57,06%, lemak 21%, dan
karbohidrat 23,59%.
12
Prochloron sp. adalah salah satu alga mikro yang hidupnya bersimbiosis
dengan Ascidian. Alga mikro ini ditemukan hidup di daerah perairan pantai laut
tropis dengan kedalaman kira-kira antara 1-40 m. Alga mikro ini melakukan
proses fotosintesis sama dengan alga mikro lain dan memiliki keunikan tersendiri
yaitu tergolong alga mikro yang bersifat prokariot (1 sel) atau mempunyai daerah
inti dalam sel tapi bukan merupakan inti sel itu sendiri. Sistem reproduksi dari
alga mikro Prochloron cukup unik karena bereproduksi secara biner. Alga mikro
ini berbentuk bulat dan diameternya berukuran 10-30 μm. Kelebihan lain yang
dimiliki alga mikro ini yaitu mengandung pigmen fikobilin, klorofil a dan b,
protein, asam amino, fenol (Lewin dan Cheng 1989).
2.3 Biokimia Rotifera
Kajian menyangkut biokimia rotifera lebih sedikit jika dibandingkan dengan
kajian biologinya, terutama yang berorientasi pada pengungkapan potensi
molekulernya. Wallace dan Snell (1991) merangkum dari beberapa laporan
penelitian, bahwa integumen atau dinding tubuh rotifera mengandung semacam
lapisan filamen dengan ketebalan yang bervariasi yang disebut lamina
intrasitoplasmik. Tubuh rotifera B. plicatilis yang dilapisi dengan kutikula dan
disebut lorika telah diperiksa sifat biokimianya yaitu berupa senyawa protein
mirip keratin. Mereka juga mendapatkan komposisi lorika rotifera yaitu protein
sebanyak 3% dari total protein rotifera. Dalam tubuh rotifera terdapat organ yang
disebut mastaks yang berfungsi sebagai gigi bagi rotifera. Dilaporkan bahwa
mastaks ini mengandung semacam lapisan kitin yang berkembang menjadi
semacam rahang yang disebut trofi. Trofi inilah yang menggerus partikel yang
ditelan rotifera.
Kleinow et al. (1991), menemukan adanya enzim-enzim bersifat hidrolitik
terutama glikosidase dan proteinase. Selain itu rotifera mengandung enzim-enzim
hidrolitik seperti protease alkali (Hara et al. 1984), dan senyawa unik lain seperti
Glutathion S-transferase (Bowman et al. 1990) yang bermanfaat antara lain
melindungi rotifera dari senyawa senobiotik seperti peptide dan pestisida.
Informasi-informasi tentang hal ini masih terbatas pada rotifera B. plicatilis dan
13
B. calyciflorus dari negara bermusim empat, namun hal yang sama belum
dilaporkan dari rotifera di daerah tropis. Disamping itu juga dilaporkan bahwa
rotifera kaya akan lipid berasam lemak tak jenuh. Lipid ini yang merupakan daya
tarik para operator balai benih untuk menggunakan rotifera sebagai sumber nutrisi
larva ikan laut. Olsen et al. (1993), menemukan antara lain tingginya kandungan
asam lemak omega-3 seperti EPA dan DHA pada B. plicatilis.
Rotifera dapat merubah pola reproduksi dari aseksual menjadi seksual
diawali dengan adanya stimulus dari luar. Hal ini diyakini dikendalikan oleh
semacam protein penginduksi seks (“sex-inducing protein”) yakni sejenis "anti
stress protein" yaitu suatu golongan protein yang diproduksi sebagai upaya
pertahanan diri terhadap kondisi ekstrim. Dengan merubah kondisi lingkungan
rotifera menjadi ekstrim kemungkinan dapat merangsang produksi senyawa ini.
Senyawa-senyawa anti-stress dan enzim-enzim bersifat hidrolitik yang diproduksi
rotifera akibat perubahan lingkungan juga mempunyai prospek yang cerah di
masa datang, karena dapat berguna untuk terapi dalam kedokteran (Rumengan
2007a).
2.4 Ekologi Rotifera
Rotifera tersebar di Amerika, Eurazia, Australia dan juga di Indonesia.
Rotifera termasuk hewan yang hidupnya kosmopolitan, dapat ditemukan hampir
di semua jenis perairan. Kebanyakan rotifera merupakan penghuni habitat air
tawar dan hanya sebagian kecil saja yang merupakan penghuni lautan dan payau.
Rotifera sebagian hidup bebas dalam air dan sebagian hidup menetap. Rotifera
juga ditemukan di lingkungan yang lembab, air mengalir seperti arus atau sungai,
lumut, karang, genangan hujan, sampah daun, jamur yang tumbuh dekat pohon
mati, dalam tangki limbah pabrik, bahkan pada krustasea dan larva insekta (Kirk
1999). Disamping itu rotifera ditemukan melimpah pada perairan yang kaya akan
nanoplankton dan detritus (Liao et al. 1983). Beberapa hidup melekat dalam
tabung yang dibuatnya dari sekresi atau dari partikel asing, misalnya Collotheca
menghuni tabung transparan, sedangkan Floscularia membentuk tabung terdiri
atas batu-batu mikroskopis. Setelah bertahun-tahun mengalami kekeringan
14
beberapa spesies akan kembali aktif dalam 10 menit setelah mengalami
pembasahan. Rotifera kelas Bdelloidea ditemukan hampir di semua lingkungan air
tawar, adakalanya di payau dan perairan laut, menghuni lumut, dapat merayap
pada lumut atau berenang dengan bebas, dan di kolam. Bdelloidea dikenal
mempunyai kemampuan yang luar biasa untuk bertahan hidup pada kondisi kering
yang dikenal sebagai proses kriptobiosis (Sugiri 1989; Kirk 1999).
Kondisi hidrologis perairan yang mencakup suhu, salinitas, kadar fosfat dan
nitrat dapat mempengaruhi perkembangan fitoplankton dan zooplankton secara
bersamaan. Liao et al. (1983) mengemukakan bahwa B. plicatilis dapat
berkembang baik pada suhu 1 ºC sampai 35 ºC. Menurut Fulks dan Main (1991),
rotifera akan mencapai reproduksi maksimum pada suhu antara 30 ºC dan 34 ºC.
Menurut Gomez (2003), suhu pertumbuhan yang optimal pada tipe L dan tipe S
juga berbeda. Tipe S pertumbuhan optimalnya pada 28-35 ºC, sedangkan untuk
tipe L pada 22-28 ºC. Rotifera berkembang dengan baik pada salinitas 10 sampai
20 ppt dan mampu hidup pada kisaran salinitas 5-40 ppt. Sedangkan untuk pH
berkisar antara 7,7-8,7. King dan Miracle dalam Korstad et al. (1989) menemukan
rentang hidup rotifera berkisar 6-13,5 hari.
Hasil penelitian pada rotifera B. rotundiformis (Tipe-S) dan B. plicatilis
(Tipe-L) yang di kultur pada suhu 23 ºC dan 35 ppt menunjukkan B.
rotundiformis lebih toleran pada suhu yang lebih tinggi dibanding dengan B.
plicatilis, sedangkan B. plicatilis lebih toleran pada salinitas yang lebih rendah
dari pada B. rotundiformis. Salinitas mempunyai efek yang lebih besar dari pada
suhu. Ketersediaan rotifera menurun pada salinitas yang rendah (Fieder dan Purser
2000). Selanjutnya, hasil penelitian dari Assavaaree et al. (2001) menunjukkan
bahwa kemampuan hidup tertinggi dari B. rotundiformis strain-S Fukuoka yaitu
pada 35 ppt. Pertumbuhan dan produktivitas dari rotifera B. plicatilis dan B.
rotundiformis berhubungan dengan peningkatan salinitas dalam sistim kultur.
Produktivitas rotifera dicapai pada salinitas 5 ppt kemudian pada salinitas yang
lebih tinggi. Sebaliknya ukuran rotifera sebanding dengan peningkatan salinitas
pada sistim kultur. Menurut James dan Abu (1990), karena produktivitas rotifera,
kualitas gizi, dan kelangsungan hidup, maka direkomendasikan untuk
menggunakan salinitas 20 ppt untuk rotifera tipe-S dan 30 ppt untuk rotifera tipe-
15
L pada sistim kultur. Hasil dari De Araujo et al. (2001), tingginya tekanan
lingkungan menurunkan fekunditas dan rentang hidup dari B. rotundiformis strain
Hawai dan Langkawi. Selanjutnya hasil penelitian Yoshinaga et al. (2004), juga
menunjukkan bahwa DNA rotifera Brachionus sp. dari perairan Manembo-nembo
berbeda dengan rotifera Brachionus sp. dari perairan Jepang.
Potensi keanekaragaman hayati laut sangat besar, ini dimungkinkan oleh
variasi dan khasnya lingkungan abiotik laut. Pemahaman akan besarnya potensi
kelautan seringkali terbatas hanya pada eksploitasi makro flora dan fauna laut
seperti ikan, udang, kerang dan rumput laut yang dikategorikan sebagai
sumberdaya yang dapat dipanen secara langsung dan dikomersialisasikan.
Sumberdaya hayati laut lainnya seperti flora dan fauna mikro dengan kandungan
senyawa metabolit primer dan sekunder masih relatif tidak terjamah. Meskipun
hingga saat ini telah ditemukan metabolit sekunder dari mikroba, namun proses
metabolisme sekunder dari mikroba masih dipercaya sebagai sumber yang tidak
pernah habis dari senyawa bioaktif yang berfungsi sebagai antimikroba, antivirus,
antitumor, dan sebagai agen bagi kepentingan farmasi dan pestisida pertanian.
Komponen bioaktif meliputi daya preventif terhadap penyakit, daya promotif
meningkatkan kesehatan, dan daya kuratif atau pengobatan penyakit. Jadi sangat
perlu untuk memanfaatkan dan meningkatkan nilai tambah sumberdaya laut yang
masih belum banyak dieksplorasi menjadi produk yang mempunyai nilai potensial
sebagai obat dan produk yang bernilai tinggi.
16
3 METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di lapangan dan di laboratorium. Secara
keseluruhan penelitian dibagi dalam dua tahap yaitu penelitian pendahuluan dan
penelitian utama. Penelitian pendahuluan bertujuan untuk memperoleh data
tentang kelimpahan rotifera di beberapa perairan pantai dan estuari Sulawesi
Utara yang kemudian digunakan untuk menentukan lokasi penelitian selanjutnya
sebagai sumber hewan uji. Stasiun pengamatan di setiap lokasi adalah di pantai,
muara, tambak dan di setiap stasiun ditetapkan tiga titik pengambilan sampel.
Penelitian pendahuluan dilaksanakan pada musim timur (Agustus-September
2004). Penelitian utama dilakukan pada musim barat (Januari 2005) dan musim
timur (Agustus 2005). Penelitian laboratorium dilakukan di laboratorium
Bioteknologi Kelautan dan laboratorium Kimia Bahan Hayati Laut Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Sam Ratulangi Manado.
3.2 Penelitian Pendahuluan
Penelitian pendahuluan dilakukan dengan cara mengambil contoh pada
beberapa lokasi yaitu di Perairan Poigar, Amurang, Tumpaan, Wori, Manado,
Kema, Manembo-nembo, Minanga dan Belang. Pengambilan sampel rotifera
dilakukan di pantai, muara dan tambak. Cara pengambilan sampel rotifera pada
penelitian utama sama dengan yang dilakukan pada penelitian pendahuluan.
Hasil penelitian pendahuluan menunjukkan empat lokasi yang memiliki
kelimpahan rotifera yang cukup tinggi, yaitu perairan Manembo-nembo, Minanga,
Tumpaan dan Wori (Lampiran 1), sehingga empat lokasi tersebut yang ditetapkan
menjadi lokasi pengambilan sampel untuk penelitian selanjutnya. Dua lokasi
mewakili perairan pantai yang terbuka ke arah Laut Sulawesi yaitu perairan
Tumpaan dan Wori, sedangkan dua lokasi lainnya mengarah ke Laut Maluku
yaitu perairan Manembo-nembo dan Minanga (Gambar 4 dan Lampiran 15).
17
.
Gambar 4 Peta lokasi penelitian
(Sumber : JICA, 2000. Data Digital JICA untuk Daerah Sulawesi Utara)
3.3 Penelitian Utama
3.3.1 Kajian Bioekologi
3.3.1.1 Parameter Lingkungan dan Kelimpahan Rotifera
Berdasarkan hasil penelitian pendahuluan ditetapkan empat lokasi
pengambilan sampel yaitu di Perairan Manembo-nembo, Minanga, Tumpaan dan
Wori. Pengambilan sampel plankton (rotifera dan fitoplankton) dilakukan pada
musim barat, musim timur dan pada saat pasang surut. Parameter yang diukur
meliputi parameter lingkungan, kelimpahan rotifera, dan kelimpahan fitoplankton.
Pengukuran parameter lingkungan seperti suhu, salinitas, pH, kekeruhan, dan
oksigen terlarut dilakukan secara in situ, dengan menggunakan Horiba U-10.
Pengambilan air contoh untuk analisis kandungan nutrien (nitrat dan fosfat)
Tumpaan
Wori
Manembo- nembo
Minanga
Sulawesi Utara
18
dilakukan dengan cara mengambil air di setiap stasiun sebanyak 1,5 liter
kemudian dimasukkan kedalam cool box dan dianalisis di laboratorium. Pengujian
kadar nitrat menggunakan metode brusin dengan alat spektrofotometer, dan
pengujian kadar fosfat menggunakan metode asam askorbat dengan alat
spektrofotometer.
Pengambilan sampel plankton (rotifera dan fitoplankton) dilakukan dengan
cara menarik jaring plankton secara horisontal di permukaan perairan sepanjang
sepuluh meter, (mesh size jaring plankton 40 μm untuk rotifera dan 28 μm untuk
fitoplankton). Untuk stasiun pantai dan muara penarikan jaring dilakukan searah
garis pantai sedangkan di stasiun tambak dilakukan searah dengan lebar tambak
yaitu pada bagian kiri, kanan dan tengah tambak. Air contoh yang terkonsentrasi
pada botol plankton net dipindahkan dalam botol sampel plankton berlabel, dan
ditambah bahan pengawet formalin dengan konsentrasi akhir empat persen.
Larutan formalin diperoleh dari campuran satu bagian formalin teknis dengan
sembilan bagian air yang mengandung sampel (Arinardi et al. 1977). Selanjutnya
sampel plankton dibawa ke laboratorium untuk diidentifikasi dan dihitung
kelimpahannya (Bekleyen 2001). Identifikasi jenis plankton dilakukan dengan
menggunakan buku identifikasi Newell dan Newell (1963); Yamaji (1982); Bold
dan Wynne (1985); Sournia (1986); Wallace dan Snell (1991).
3.3.1.2 Kultur Alga Mikro Sebagai Pakan Rotifera
Alga mikro yang digunakan sebagai pakan rotifera adalah jenis
Nannochloropsis oculata dan Prochloron sp. dengan kepadatan 3 x 106 sel/ml.
Alga mikro dikultur dalam medium yang bersalinitas 20 ppt dengan komposisi
unsur hara seperti yang digunakan oleh Hirata (1975) (Tabel 1).
Tabel 1 Komposisi medium kultur alga (Hirata 1975)
Bahan Konsentrasi (ppm)
(NH4)2SO4 122,6
Na2HPO412H2O 23 Clewat 32 15
19
500 ml
1000 ml
Sentrifuse
Alga Inokulasi
Supernatan dibuang Presipitat diambil
250 ml
Stok air laut yang digunakan terlebih dahulu disaring dengan aspirator 13
menggunakan kertas filter millipore 0,45 μm untuk menyaring partikel-partikel
ataupun mikroorganisme yang terdapat pada air laut. Sebelum digunakan, medium
kultur disterilkan dengan otoklaf pada suhu 121 ºC selama 30 menit (Cheng et al.
2004).
Kultur alga dimulai dengan inokulasi masing-masing alga dari stok ke labu
Erlenmeyer (250 ml) yang telah diisi medium Hirata dengan menggunakan pipet
steril, dan selanjutnya labu Erlenmeyer diletakkan dalam lemari pemeliharaan.
Wadah pemeliharaan sebelumnya dicuci kemudian dibilas dengan akuades,
dikeringkan dan disterilkan dengan otoklaf pada suhu 100 ºC selama 1 menit.
Wadah kultur dilengkapi dengan aerator supaya alga mikro tidak mengendap dan
mendorong pertumbuhan alga. Lemari pemeliharaan alga dilengkapi lampu TL 20
watt sebagai sumber cahaya bagi alga. Ruang pemeliharaan dilengkapi dengan
alat pendingin ruangan (AC) yang diatur pada suhu 25 ºC. Setelah mencapai
pertumbuhan optimum yang ditandai dengan perubahan warna alga mikro menjadi
hijau pekat (Isnansetyo dan Kurniastuty 1995), alga mikro dipindahkan ke dalam
wadah pemeliharaan yang lebih besar yakni 500 ml, kemudian 1000 ml (Gambar
5). Sebelum digunakan sebagai pakan rotifera, alga mikro yang sudah mencapai
pertumbuhan optimum disentrifus dengan kecepatan 3000 rpm selama 15 menit.
Bagian supernatan dibuang dan presipitatnya dimasukkan ke dalam tabung reaksi
yang diberi penutup, selanjutnya ditempatkan pada lemari pendingin sebagai stok
pakan untuk rotifera.
Gambar 5 Prosedur kultur alga sebagai pakan B. rotundiformis
20
3.3.1.3 Morfometri
Berdasarkan hasil penelitian pendahuluan menunjukkan bahwa rotífera
B. rotundiformis memiliki kelimpahan tertinggi dan mampu bertahan di
laboratorium dibanding dengan B. caudatus dan B. quadridentatus, sehingga jenis
tersebut yang digunakan sebagai organisme uji pada penelitian selanjutnya
(Lampiran 1). Untuk aspek morfometri, bagian-bagian tubuh B. rotundiformis
yang diukur adalah panjang lorika (PL), lebar anterior (LA) dan lebar lorika (LL)
(Gambar 6).
Keterangan :
PL = Panjang Lorika
LA = Lebar Anterior
LL = Lebar Lorika
Gambar 6 Bagian-bagian tubuh B. rotundiformis yang diukur
3.3.1.4 Daur Hidup Rotifera B. rotundiformis
Untuk mengetahui daur hidup B. rotundiformis, digunakan telur generasi
pertama (TGP) yang berasal dari satu klon. Untuk mendapatkan telur generasi
pertama, B. rotundiformis yang sedang membawa telur dimasukkan dalam tabung
reaksi kemudian tabung reaksi tersebut dikocok dengan tangan agar telur-telurnya
rontok. Telur-telur yang telah rontok tersebut dipisahkan dari induknya dan
PL
LL
LA
21
dipindahkan ke dalam cawan petri yang berbeda dengan pemberian pakan berbeda
yaitu N. oculata dan Prochloron sp. kemudian dibiarkan hingga menetas. Tetasan
ini dianggap sebagai induk (P). Setelah induk (P) dipelihara secara individual
hingga menghasilkan telur, telurnya dirontokkan kembali dengan cara cawan
dikocok, telur inilah sebagai telur generasi pertama (TGP), selanjutnya telur
tersebut dipindahkan ke dalam multiwellplate dan dikultur dengan metode life
tabel (Pianka 1988; Rumengan 1990) (Gambar 7). Pengamatan dilakukan dua kali
sehari dengan interval waktu 12 jam untuk menghitung jumlah telur dan anak
yang dihasilkan. Kultur dilakukan dan diamati sampai semua telur generasi
pertama (TGP) B. rotundiformis ditemukan mati.
Gambar 7 Prosedur kultur individu B. rotundiformis
Tabung Cawan
Multiwellplate
Pipet
Setiap 12 jamAnak rotifera
Dikeluarka
22
3.3.1.5 Miksis
Informasi terjadinya miksis pada B. rotundiformis dibutuhkan untuk
mengetahui keadaan stres yang diduga memacu produksi senyawa bioaktif.
Untuk itu digunakan B. rotundiformis dari telur generasi pertama (TGP). Telur
generasi pertama (TGP) dimasukkan ke dalam tabung reaksi sebanyak tiga butir
telur per tabung yang telah diisi alga mikro yang berbeda (N. oculata dan
Prochloron sp.). Setiap perlakuan pakan dilakukan tiga kali ulangan, tiap ulangan
menggunakan enam tabung reaksi, jadi ada 36 tabung untuk perlakuan dua jenis
pakan alga N. oculata dan Prochloron sp. Pengamatan dilakukan setiap hari dan
dihitung jumlah B. rotundiformis yang dihasilkan. Perhitungan dilaksanakan di
bawah stereomikroskop dengan perbesaran 40 kali. Aspek-aspek yang diamati
adalah Betina amiktik (♀♀), Betina miktik (♂♀), Betina tanpa telur (♀?) dan
Betina yang membawa telur dorman (♀D). Betina amiktik (♀♀) adalah betina
yang melakukan reproduksi partenogenesis, telurnya oval dan berwarna agak
gelap. Betina miktik (♂♀) adalah betina yang membawa telur bulat berwarna abu-
abu dan ukurannya kira-kira setengah telur amiktik dan nantinya menetas jadi
jantan. Betina tanpa telur (♀?) adalah betina yang belum membawa telur, karena
itu belum dapat diidentifikasi miktik atau amiktik. Betina yang membawa telur
dorman (♀D) adalah telurnya oval, berukuran sama dengan telur amiktik,
berwarna coklat atau oranye dan terdapat rongga udara pada sisi telur.
3.3.2 Kajian Bioaktif
3.3.2.1 Ekstraksi B. rotundiformis, N. oculata dan Prochloron sp.
Untuk kebutuhan ekstraksi, B. rotundiformis dikultur dalam wadah 1000 ml.
Pada tahap awal B. rotundiformis dikultur pada suhu dan salinitas optimum yakni
suhu 28 ºC dan salinitas 20 ppt (James dan Abu 1990). Kemudian sebagian
B. rotundiformis diadaptasikan pada salinitas 4 ppt, 40 ppt, 50 ppt dan 60 ppt.
Untuk memperoleh salinitas yang rendah yaitu diencerkan dengan aquades,
kemudian diukur dengan bantuan refraktometer sampai dicapai salinitas yang
diinginkan. Sedangkan untuk memperoleh salinitas yang lebih tinggi, air laut
dididihkan (sekitar dua jam) dan didinginkan, setelah itu diukur dengan
23
refraktometer sampai diperoleh salinitas yang diinginkan. Adaptasi
B. rotundiformis pada salinitas yang berbeda dilakukan dengan cara menurunkan
dan menaikkan salinitas medium sebesar 2 ppt setiap dua hari dalam tabung reaksi
10 ml yang berisi 10 individu. Setelah diadaptasikan, B. rotundiformis
dipindahkan kedalam wadah 1000 ml dengan kepadatan 50 individu dan dikultur
pada salinitas 4 ppt, 20 ppt, 40 ppt, 50 ppt, 60 ppt dengan dua jenis pakan berbeda
(N. oculata dan Prochloron sp.). Panen B. rotundiformis dilakukan dengan
menggunakan jaring plankton 40 μm dan dikerjakan dalam wadah berisi es.
B. rotundiformis yang tersaring dipindahkan ke dalam tabung Ependorf dengan
menggunakan pipet. Hasil saringannya disimpan dalam Ependorf yang sudah
diberi label, setelah itu dibungkus dengan alumunium foil dan disimpan dalam
freezer pada suhu -20 ºC (Gambar 8).
24
Gambar 8 Kultur dan pemanenan B. rotundiformis untuk ekstraksi senyawa bioaktif
Disaring
dimasukkan
dalam ependorf
- Diberi label - Dibungkus
dengan alumuniubm foil
- Diberi label kembali
Di simpan di freezer
(-20 0C)
10 ml
C A B
1 Individu l
Dari alam
10 ml 10 ml 10 ml 10 ml 4 ppt 20 ppt 40 ppt 50 ppt 60 ppt
D E
4 ppt 20 ppt 40 ppt 50 ppt
4 ppt 40 ppt 50 ppt 60 ppt
20 ppt
1000
1000 ml 1000 ml 1000 ml 1000 ml 1000 ml
adaptasi
25
Untuk mendeteksi kandungan senyawa bioaktif maka dilakukan proses
ekstraksi terhadap B. rotundiformis dan alga mikro N. oculata dan Prochloron sp.
Tujuan pengujian alga mikro adalah untuk memastikan apakah alga mikro sebagai
pakan B. rotundiformis juga memberikan kontribusi terhadap kandungan senyawa
bioaktif yang dimiliki oleh B. rotundiformis. Untuk mendapatkan ekstrak kasar,
sampel B. rotundiformis, N. oculata dan Prochloron sp. digerus dengan alat
penggerus (lumpang) dan dihomogenasikan dengan metanol 80 % perbandingan
1:2 (satu bagian sampel plankton dan 2 bagian metanol). Homogenat yang ada
direndam selama 24 jam, setelah itu disentrifus dengan kecepatan 3000 rpm
selama 15 menit, sehingga diperoleh presipitat 1 dan supernatan 1. Dalam
presipitat 1 ditambahkan lagi metanol 1:2 kemudian diinkubasi selama 8 jam,
setelah itu disentrifus selama 15 menit dengan kecepatan 3000 rpm sehingga
diperoleh presipitat 2 dan supernatan 2. Selanjutnya supernatan 1 dan 2 dengan
presipitat 1 dan 2 yang diperoleh, dievaporasi dengan menggunakan rotari vacum
evaporator sehingga diperoleh ekstrak kasar rotifera B. rotundiformis, N. oculata
dan Prochloron sp. (Harborne 1987; Houghton 1998) (Gambar 9).
26
Gambar 9 Prosedur ekstraksi
- Pengocokan - Sentrifus (3000 rpm, 15’)
Pengocokan
Homogenasi sampel + metanol 80 % (1:2)
Sampel digerus (dihancurkan)
Lumpang
Shaker
Presipitat 1 ditambahkan metanol 80% (1:2)
Ekstrak Kasar
Presipitat 1,2 dan supernatan
EVAPORASI
Sentrifus 15 it
Presipitat 1, supernatant 1
Presipitat 2, supernatant 2
27
3.3.2.2 Inokulum Bakteri dan Antibiotik Pembanding
Bakteri yang digunakan untuk menguji aktivitas antibakteri adalah bakteri
gram positif dan gram negatif. Mikroba-mikroba tersebut digolongkan dalam
mikroba patogen atau penyebab penyakit, dan kedua golongan mikroba tersebut
yang akan dicegah pertumbuhannya dengan antibakteri yang terdapat pada
B. rotundiformis. Bakteri uji tersebut adalah Vibrio cholerae (gram negatif, bentuk
batang bengkok/spiral), Bacillus subtilis (gram positif, bentuk batang) dan
Escherichia coli (gram negatif, bentuk bulat), (Ndukwe et al. 2005). Isolat bakteri
dalam medium miring ditumbuhkan di cawan petri yang berisi medium agar steril
dengan cara digores menggunakan jarum öse. Setelah bakteri berumur 24 jam,
masing-masing bakteri tersebut dimasukkan ke dalam tabung yang berisi larutan
NaCl (larutan saline 0,9 %) sebanyak 10 ml dan diukur kepadatannya hingga 109
sel/ml dengan menggunakan metode McFarland. Antibiotik pembanding yang
digunakan adalah amoksisilin dan tetrasiklin. Dosis masing-masing antibiotik
adalah 0,5 mg/ml.
3.3.2.3 Pembuatan Medium Agar
Medium agar dibuat dari nutrien agar (NA) sebanyak 2 gram yang
dilarutkan dalam 100 ml aquades lalu dipanaskan sambil diaduk, kemudian
disterilkan dengan otoklaf selama 15 menit pada suhu 121 ºC. Selanjutnya nutrien
agar dituang dalam cawan petri steril secara merata masing-masing 15 ml dan
dibiarkan mengeras. Untuk memastikan medium agar ini bersih dan tidak
terkontaminasi bakteri lain, maka medium agar dibiarkan selama 24 jam. Medium
agar yang tidak terkontaminasi dengan bakteri lain selanjutnya digunakan untuk
kebutuhan uji aktivitas antibakteri (Gambar 10).
28
Gambar 10 Pembuatan medium agar
3.3.2.4 Pengujian Aktivitas Antibakteri
Pengujian antibakteri dilakukan untuk menentukan kesanggupan membunuh
atau menghambat pertumbuhan mikroorganisme hidup. Metode pengujian
antibakteri yang digunakan adalah metode agar kertas cakram (paper disc method)
berdasarkan Jorgensen et al. 1999 dan Waksman 1974 dalam Wangidjaja 2002.
Pada cara difusi ini larutan senyawa antibakteri akan berdifusi dari kertas saring
yang mengandung senyawa antibakteri lalu masuk kedalam medium agar yang
telah diinokulasi dengan mikroba penguji. Setelah inkubasi, terjadi hambatan dari
pertumbuhan bakteri uji sehingga terjadi daerah bening yang terbentuk di sekitar
kertas cakram yang ditetesi suspensi senyawa antibakteri tersebut. Daerah
hambatan yang terbentuk luasnya berbeda-beda sesuai dengan kadar senyawa
antibakteri yang dikandungnya.
Otoklaf
Nutrien agar 2 gr
Dilarutkan
Ditimbang
Aquades 100 ml
Dituang
Nutrien agar
29
Pengujian antibakteri dilakukan di Laboratorium Kimia Bahan Hayati Laut
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Unsrat. Medium agar yang telah disiapkan
diolesi bakteri uji dengan menggunakan kapas steril. Setelah itu kertas cakram
yang terbuat dari kertas saring Whatman steril berdiameter 6 mm diletakkan diatas
medium agar yang telah diolesi bakteri uji. Selanjutnya 1 mg ekstrak kasar B.
rotundiformis dilarutkan dalam 1 ml pelarut metanol (1 mg/ml), dan dari
konsentrasi ekstrak kasar ini diambil 1 mikro liter dan diteteskan ke kertas cakram
yang telah disiapkan, juga diteteskan antibiotik pembanding dan metanol sebagai
kontrol, kemudian diinkubasi selama 24 jam. Setelah diinkubasi 24 jam, diukur
zona bening yang terbentuk yaitu berupa daerah bening sekeliling kertas cakram.
Dalam pengujian ini bakteri yang digunakan adalah bakteri V. cholerae, B. subtilis
dan E. coli. Antibiotik yang dicoba sebagai pembanding adalah tetrasiklin dan
amoksisilin.
Besarnya diameter zona hambat yang terbentuk dari masing-masing ekstrak
kasar B. rotundiformis dibandingkan dengan yang dibentuk oleh antibiotik dan
metanol. Makin besar diameter zona bening atau zona hambat dari ekstrak berarti
makin besar daya antibakterinya (Gambar 11).
Gambar 11 Pengujian aktivitas antibakteri
Inkubas
Ukur zona
bening
30
3.4 Analisis Data
3.4.1 Kelimpahan Rotifera dan Parameter Lingkungan
Untuk menghitung kelimpahan plankton, terlebih dahulu dihitung volume
air laut yang tersaring dengan mengikuti rumus Vs = πr2d. Dimana : V = volume
air yang tersaring (l), π = 3,14, r = radius mulut plankton net, d = panjang
lintasan. Kelimpahan plankton dinyatakan secara kuantitatif dalam jumlah ind/m3.
Kelimpahan plankton dihitung berdasarkan rumus : N = n x (Vr/Vo) x (1/Vs).
N = Jumlah sel per meter3, n = Jumlah individu yang teramati, Vr = Volume air
yang tersaring dalam cod end, Vo = Volume air yang diamati, Vs = Volume air
yang tersaring.
Perhitungan kelimpahan rotifera diawali dengan menghitung volume air
yang tersaring dengan menggunakan rumus APHA (1992) yaitu:
V= π r2 d
Dimana :
V = volume air yang tersaring
π = 3,141592654
r = radius mulut plankton net (0,15 m)
d = panjang lintasan (10 m)
Kelimpahan rotifera dinyatakan secara kuantitatif dalam jumlah ind/m3 yang
dihitung berdasarkan rumus : N = n x (Vs/Vo) x (1/Vt)
Dimana :
N = jumlah ind/meter kubik
n = jumlah ind yang diamati
Vt = Volume air tersaring (706,858 L)
Vo = Volume air yang diamati (0,0010 L)
Vs = Volume air dalam cod end (0,0280 L)
Untuk mengetahui perbedaan parameter lingkungan berdasarkan lokasi
penelitian, musim, pasang surut serta pengaruh interaksi antara lokasi dan musim
maupun interaksi antara stasiun dengan musim maka dilakukan analisis ragam
(ANOVA) desain faktorial pada masing-masing parameter.
31
Untuk membandingkan perbedaan kelimpahan rotifera antar lokasi, musim,
pasang, surut dan stasiun penelitian, digunakan analisis non parametrik Kruskal-
Wallis. Karena itu pengaruh interaksi antar faktor (lokasi, musim, pasang, surut
dan stasiun) tidak dapat dianalisis menggunakan statistik parametrik secara
simultan untuk melihat pengaruh interaksi antar faktor-faktor tersebut. Jika hasil
analisis Kruskal-Wallis menunjukkan adanya perbedaan yang nyata, maka
dilanjutkan dengan uji pembandingan menggunakan Mann-Whitney untuk
menguji perbedaan setiap tingkatan dalam faktor lokasi, stasiun, musim, pasang
dan surut (Zar 1984).
Untuk mengidentifikasi parameter lingkungan yang paling berperan dalam
membedakan tinggi rendahnya kelimpahan rotifera B. rotundiformis maka
digunakan analisis diskriminan (Bengen 1999). Dalam analisis ini terlebih dahulu
setiap observasi dibagi ke dalam kelompok berdasarkan kelimpahan
B. rotundiformis. Analisis ini menggunakan perangkat lunak SPSS release 10.0.5.
3.4.2 Pengaruh Pakan terhadap Daur Hidup dan Morfometri B. rotundiformis
Untuk mengetahui daur hidup B. rotundiformis digunakan metode life table
(Tabel 2), (Pianka 1988; Rumengan 1989). Pengaruh jenis pakan terhadap daur
hidup B. rotundiformis digunakan uji t berpasangan antara dua jenis pakan yang
digunakan. Parameter yang diuji meliputi harapan hidup, laju reproduksi, waktu
generasi dan waktu penggandaan. Morfometri B. rotundiformis (panjang lorika,
lebar lorika dan lebar anterior) dinalisis ragam (ANOVA) untuk membandingkan
morfometri antara B. rotundiformis hasil kultur dengan B. rotundiformis dari alam
(4 lokasi).
32
Tabel 2 Komponen-komponen dalam metode ”Life Table” Kolom Simbol Cara
Hitung Keterangan
1 X Input Umur dalam hari 2 nx Input Jumlah individu yang hidup pada umur x. 3 lx nx/no Kemungkinan individu hidup pada umur x 4 dx nx-nx+1 Jumlah individu yang mati selama selang waktu x sampai x+1/2 5 qx dx/nx Laju mortalitas selama selang waktu x sampai x+1/2 6 Lx (nx+nx-1)/2 Rata-rata jumlah individu yang hidup selama selang waktu x sampai x+1/2 7 Tx ∑Lx Jumlah kumulatif Lx dihitung dari dasar tabel ke atas sampai ke umur x 8 ex Tx/lx Rata-rata harapan hidup individu sejak berumur x 9 Cx Input Jumlah anak yang dihasilkan semua betina hidup selang waktu x sampai x+1/2 10 mx Cx/nx Rata-rata jumlah anak yang dihasilkan
seekor betina pada umur x dari x sampai x+1/2 atau fertility rate
11 Vcx lxmx Total jumlah anak yang dihasilkan tiap betina hidup selama selang waktu x sampai x1/2 12 Zcx lxmxx Total jumlah anak yang dihasilkan tiap betina sampai hari x
Parameter- perameter yang dihitung berdasarkan metode life table adalah :
1. Harapan hidup (life time, ex)
Harapan hidup untuk individu pada umur x dihitung sebagai berikut :
ex = (Tx)/nx
dimana : Tx = Jumlah kumulatif lx nx = Jumlah individu pada umur x
2. Laju Fertilitas (fertility rate, mx)
Laju fertilitas adalah rata-rata jumlah turunan yang dihasilkan setiap
individu betina pada waktu berumur x selama selang waktu x sampai x+1/2.
Dihitung sebagai berikut : mx = Cx/nx
dimana : Cx = Jumlah telur yang dihasilkan semua betina hidup selang waktu x sampai x+1/2
nx = Jumlah individu pada umur x
33
3. Laju Reproduksi Neto (net reproduction rate, Ro)
Laju reproduksi neto adalah jumlah kali populasi bertambah banyak selama
satu waktu generasi atau jumlah anak yang diperkirakan dapat dilahirkan
seekor betina seumur hidupnya.
Dihitung sebagai berikut :
n Ro = ∑ (lx mx)
x=i
dimana : lx = Ketahanan hidup pada umur x mx = Laju fertilitas i = 0 n = 7,5
4. Waktu Generasi (mean generation time, TG)
Waktu Generasi adalah rata-rata periode waktu antara kelahiran induk dan
kelahiran anak.
Dihitung sebagai berikut : n
TG = Σ (lx mxX)/Ro x=i
dimana : Ro = Laju reproduksi neto atau net reproduction rate lx = Kemungkinan betina hidup pada umur x
mx = Laju fertilitas atau fertility rate i = 0 n = 7,5
5. Waktu Penggandaan (doubling time, Dt)
Waktu penggandaan adalah waktu yang dibutuhkan individu untuk
bertambah dua kali lipat atau jika berkurang menjadi setengahnya.
Dihitung sebagai berikut : Dt = (loge 2)/r
dimana : Dt = Waktu penggandaan (doubling time) r = Pertumbuhan maksimum populasi (Intrinsic rate of
increase) dengan struktur umur yang stabil dalam lingkungan yang menguntungkan.
Perhitungan r menggunakan persamaan : n
∑e-rx lx mx = 1 x=i
34
3.4.3 Persentase Miksis
Untuk perhitungan persentase miksis dilakukan dengan menggunakan
formula yang digunakan oleh Hagiwara (1998) yaitu :
♂♀ + ♀D Persentasi miksis = x 100 ♂♀ + ♀♀ +♀? + ♀D
Aspek-aspek yang diamati adalah :
1. Betina miktik (♂♀) :
Betina yang membawa telur bulat berwarna abu-abu dan ukurannya kira-kira
setengah telur amiktik.
2. Betina amiktik (♀♀) :
Betina yang telurnya oval berisi penuh dan berwarna agak gelap.
3. Betina tanpa telur (♀?) :
Betina yang belum membawa telur, karena itu belum diketahui tipe miktik
atau amiktik.
4. Betina miktik yang membawa telur dorman (♀D) :
Telurnya oval, berukuran sama dengan telur amiktik, berwarna coklat atau
oranye dan terdapat rongga udara pada sisi telur.
3.4.4 Aktivitas Antibakteri
Analisis yang digunakan untuk membandingkan zona bening yang
dihasilkan dari perlakuan salinitas dan pakan adalah analisis faktorial, dengan
5 tingkatan salinitas (4 ppt, 20 ppt, 40 ppt, 50 ppt dan 60 ppt) dan 2 jenis pakan
(N. oculata dan Prochloron sp.) diulang sebanyak 3 kali (5x2x3). Kombinasi
kedua faktor tersebut dicoba pada B. rotundiformis yang diambil dari satu lokasi
yaitu perairan Minanga.
Model linier yang digunakan dalam eksperimen ini adalah sebagai
berikut :
Yijk = μ+ Si + Pj + SPij + εijk
35
Yijk = Respon pada perlakuan kombinasi salinitas ke-i, jenis pakan ke-j ulangan
ke-k
μ = Rata-rata umum
Si = Pengaruh kombinasi salinitas ke-i (i= 4ppt, 20 ppt, 40 ppt, 50 ppt, 60 ppt)
Pj = Pengaruh jenis pakan ke-j (j= N. oculata dan Prochloron sp.)
SPij = Pengaruh interaksi antara kombinasi salinitas ke-i dengan jenis pakan ke-j
εijk = Galat atau error perlakuan kombinasi salinitas ke-i, jenis pakan ke-j
ulangan ke-k
Untuk mengoreksi aktivitas antibakteri ekstrak kasar B. rotundiformis maka
analisis dibandingkan dengan kontrol yaitu besarnya zona hambat kedua jenis
pakan yang digunakan. Pembandingan ini dilakukan menggunakan Uji-Dunnet.
Untuk menghitung efektifitas B. rotundiformis dalam pembentukan zona bening
maka dihitung efisiensi relatif terhadap alga mikro sebagai pakan B. rotundiformis
(N. oculata, Prochloron sp.) dan antibiotik, yang dinyatakan dalam persentase.
36
4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Bioekologi
4.1.1 Kondisi Umum Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di perairan Manembo-nembo, Minanga, Wori dan
Tumpaan Sulawesi Utara. Perairan Manembo-nembo dan Minanga adalah dua
lokasi yang berhadapan dengan Laut Maluku sedangkan perairan Wori dan
Tumpaan adalah perairan pantai yang terbuka ke arah Laut Sulawesi.
Perairan Manembo-nembo terletak di semenanjung Minahasa di pantai
timur. Berdasarkan peta daratan pesisir, Manembo-nembo terletak memanjang
dari barat daya ke timur laut yang berhadapan langsung dengan laut Maluku, serta
memiliki dua muara sungai yaitu sungai Tuna dan sungai Sagerat. Karakteristik
pantai Manembo-nembo adalah pasir, lumpur dan lempung (Bakosurtanal 1991a).
Kondisi aktual lahan di daerah dekat pantai sebagian besar dimanfaatkan sebagai
daerah permukiman dan area pertambakan.
Perairan Minanga merupakan wilayah pantai yang mengarah ke tenggara
berhadapan dengan laut Maluku. Pantainya memiliki dua muara sungai yaitu
sungai Minanga pada bagian timur dan sungai Abuang pada bagian barat. Perairan
pantai Minanga terdiri dari kerakal, kerikil, pasir dan lumpur yang berasal dari
berbagai macam batuan dan endapan danau, garis pantainya berpasir dan
bertebing terjal (Bakosurtanal 1995). Lahan di daerah dekat pantai sebagian besar
dimanfaatkan sebagai daerah permukiman dan area pertambakan.
Daratan pesisir Wori berhadapan dengan laut Sulawesi, terdapat beberapa
pulau yang ada didepannya seperti Pulau Siladen, Bunaken dan Manado Tua yang
saling berdekatan. Daratan tersebut berbentuk tanjung yang memanjang dari
selatan ke utara dengan formasi hutan bakau di daerah dekat pantai dan hutan
campuran di bagian belakangnya. Perairan pantai Wori memiliki karakteristik
pasir, lumpur dan lempung (Bakosurtanal 1991b). Lahan di daerah dekat pantai
sebagian besar dimanfaatkan sebagai daerah permukiman dan area pertambakan.
Perairan Tumpaan berhadapan dengan Teluk Amurang dan Pulau Tatapaan,
memiliki empat muara sungai yaitu muara Sungai Balombang, Ranorenet,
Ranotuana dan Tinundek. Karakteristik pantainya berupa pasir, lumpur dan
37
lempung (Bakosurtanal 1991b). Lahan di daerah dekat pantai sebagian besar
dimanfaatkan sebagai daerah permukiman dan area pertambakan. Area tambak di
Perairan Manembo-nembo, Minanga, Wori dan Tumpaan merupakan area tempat
budidaya ikan bandeng, mujair dan udang.
4.1.2 Parameter lingkungan
Parameter lingkungan yang diukur selama penelitian meliputi beberapa
parameter fisika kimia yaitu suhu, salinitas, pH, kekeruhan, kadar oksigen terlarut
dan nutrien (nitrat, fosfat). Hasil pengukuran beberapa parameter lingkungan pada
empat lokasi, dua musim serta pada saat pasang dan surut disajikan dalam
Gambar 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18 dan Lampiran 2.
38
25
30
35
Suhu
(ºC
)
1Manembo Minanga Tumpaan Wori
Pantai-Musim Barat
25
30
35
Suhu
(ºC
)
1 Manembo Minanga Tumpaan Wori
Pantai-Musim Timur
25
30
35
Suhu
(ºC
)
1Manembo Minanga Tumpaan Wori
Muara-Musim Barat
25
30
35
Suhu
(ºC
)
1Manembo Minanga Tumpaan Wori
Muara-Musim Timur
25
30
35
Suhu
(ºC
)
1Manembo Minanga Tumpaan Wori
Tambak-Musim Barat
25
30
35
Suhu
(ºC
)
1Manembo Minanga Tumpaan Wori
Tambak-Musim Timur
Keterangan :
Gambar 12 Hasil pengukuran suhu (ºC) selama penelitian
Pasang Surut
39
10
15
20
25
30
35Sa
linita
s (‰
)
1Manembo Minanga Tumpaan Wori
Pantai-Musim Barat
10
15
20
25
30
35
Salin
itas
(‰)
1Manembo Minanga Tumpaan Wori
Pantai-Musim Timur
10
15
20
25
30
35
Salin
itas
(‰)
1Manembo Minanga Tumpaan Wori
Muara-Musim Barat
10
15
20
25
30
35
Salin
itas
(‰)
1 Manembo Minanga Tumpaan Wori
Muara-Musim Timur
10
15
20
25
30
35
Salin
itas
(‰)
1Manembo Minanga Tumpaan Wori
Tambak-Musim Barat
10
15
20
25
30
35
Salin
itas
(‰)
1Manembo Minanga Tumpaan Wori
Tambak-Musim Timur
Keterangan :
Gambar 13 Hasil pengukuran salinitas (‰) selama penelitian
Pasang Surut
40
5
6
7
8pH
(ska
la p
H)
1Manembo Minanga Tumpaan Wori
Pantai-Musim Barat
5
6
7
8
pH (s
kala
pH
)
1Manembo Minanga Tumpaan Wori
Pantai-Musim Timur
5
6
7
8
pH (s
kala
pH
)
1Manembo Minanga Tumpaan Wori
Muara-Musim Barat
5
6
7
8
pH (s
kala
pH
)
1Manembo Minanga Tumpaan Wori
Muara-Musim Timur
5
6
7
8
pH (s
kala
pH
)
1Manembo Minanga Tumpaan Wori
Tambak-Musim Barat
5
6
7
8
pH (s
kala
pH
)
1Manembo Minanga Tumpaan Wori
Tambak-Musim Timur
Keterangan :
Gambar 14 Hasil pengukuran pH (skala pH) selama penelitian
Pasang Surut
41
60
80
100
120
140K
eker
uhan
(NT
U)
1Manembo Minanga Tumpaan Wori
Pantai-Musim Barat
60
80
100
120
140
Kek
eruh
an (N
TU
)
1Manembo Minanga Tumpaan Wori
Pantai-Musim Timur
60
80
100
120
140
Kek
eruh
an (N
TU
)
1Manembo Minanga Tumpaan Wori
Muara-Musim Barat
60
80
100
120
140
Kek
eruh
an (N
TU
)
1Manembo Minanga Tumpaan Wori
Muara-Musim Timur
60
80
100
120
140
Kek
eruh
an (N
TU
)
1Manembo Minanga Tumpaan Wori
Tambak-Musim Barat
60
80
100
120
140
Kek
eruh
an (N
TU
)
1Manembo Minanga Tumpaan Wori
Tambak-Musim Timur
Keterangan :
Gambar 15 Hasil pengukuran kekeruhan (NTU) selama penelitian
Pasang Surut
42
5
6
7O
ks.T
erla
rut (
mg/
l)
1Manembo Minanga Tumpaan Wori
Pantai-Musim Barat
5
6
7
Oks
.Ter
laru
t (m
g/l)
1Manembo Minanga Tumpaan Wori
Pantai-Musim Timur
5
6
7
Oks
.Ter
laru
t (m
g/l)
1Manembo Minanga Tumpaan Wori
Muara-Musim Barat
5
6
7
Oks
.Ter
laru
t (m
g/l)
1Manembo Minanga Tumpaan Wori
Muara-Musim Timur
5
6
7
Oks
.Ter
laru
t (m
g/l)
1Manembo Minanga Tumpaan Wori
Tambak-Musim Barat
5
6
7
Oks
.Ter
laru
t (m
g/l)
1Manembo Minanga Tumpaan Wori
Tambak-Musim Timur
Keterangan :
Gambar 16 Hasil pengukuran oksigen terlarut (mg/l) selama penelitian
Pasang Surut
43
0
0.5
1
1.5
2N
itrat
(mg/
l)
1Manembo Minanga Tumpaan Wori
Pantai-Musim Barat
0
0.5
1
1.5
2
Nitr
at (m
g/l)
1Manembo Minanga Tumpaan Wori
Pantai-Musim Timur
0
0.5
1
1.5
2
Nitr
at (m
g/l)
1Manembo Minanga Tumpaan Wori
Muara-Musim Barat
0
0.5
1
1.5
2
Nitr
at (m
g/l)
1Manembo Minanga Tumpaan Wori
Muara-Musim Timur
0
0.5
1
1.5
2
Nitr
at (m
g/l)
1Manembo Minanga Tumpaan Wori
Tambak-Musim Barat
0
0.5
1
1.5
2
Nitr
at (m
g/l)
1Manembo Minanga Tumpaan Wori
Tambak-Musim Timur
Gambar 17 Hasil pengukuran nitrat (mg/l) selama penelitian
44
0
0.5
1Fo
sfat
(mg/
l)
1Manembo Minanga Tumpaan Wori
Pantai-Musim Barat
0
0.5
1
Fosf
at (m
g/l)
1Manembo Minanga Tumpaan Wori
Pantai-Musim Timur
0
0.5
1
Fosf
at (m
g/l)
1Manembo Minanga Tumpaan Wori
Muara-Musim Barat
0
0.5
1
Fosf
at (m
g/l)
1Manembo Minanga Tumpaan Wori
Muara-Musim Timur
0
0.5
1
Fosf
at (m
g/l)
1Manembo Minanga Tumpaan Wori
Tambak-Musim Barat
0
0.5
1
Fosf
at (m
g/l)
1Manembo Minanga Tumpaan Wori
Tambak-Musim Timur
Gambar 18 Hasil pengukuran fosfat (mg/l) selama penelitian
45
Hasil pengukuran parameter lingkungan selama penelitian menunjukkan,
bahwa suhu, salinitas, pH, kekeruhan, dan oksigen terlarut berbeda menurut
lokasi, stasiun, musim, pasang dan surut (Lampiran 3). Nilai suhu dan salinitas di
perairan pantai berbeda dibandingkan dengan di muara dan tambak. Rendahnya
suhu dan salinitas di Minanga kemungkinan besar disebabkan oleh pengaruh
masukan air tawar yaitu aliran air sungai yang relatif lebih besar jika
dibandingkan dengan tiga lokasi lainnya. Karena salah satu faktor yang
mempengaruhi fluktuasi salinitas tergantung pada aliran air sungai, sirkulasi air
dan juga musim. Suhu air di musim barat lebih rendah dibandingkan dengan
musim timur, tetapi tidak berbeda menurut pasang dan surut. Rata-rata salinitas
pada musim timur lebih tinggi dibandingkan dengan musim barat dan lebih tinggi
pada saat pasang dari pada surut. Tingginya salinitas pada musim timur
disebabkan karena musim panas atau terjadi penguapan yang relatif tinggi dan
curah hujan (presipitasi) yang relatif rendah jika dibandingkan dengan musim
barat yang rata-rata curah hujannya lebih tinggi. Hal ini menyebabkan debit air
tawar melalui aliran sungai menurun pada saat musim timur sehingga salinitas
rata-rata pada tiga stasiun cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan musim
barat. Karena faktor yang mempengaruhi fluktuasi salinitas adalah curah hujan
serta penguapan yang sangat dipengaruhi oleh musim (Wyrtki 1961; Parsons et al.
1984; Arinardi 1997).
Rata-rata pH di pantai lebih tinggi dibandingkan dengan di tambak dan
muara. Rendahnya pH di muara sangat erat kaitannya dengan banyaknya bahan
organik yang ikut terbawa aliran sungai sehingga proses dekomposisi mikroba
sangat intensif. Rata-rata pH air di Manembo-nembo lebih tinggi dibandingkan
Minanga, Wori dan Tumpaan. Rata-rata pH pada saat pasang lebih tinggi
dibandingkan pada saat surut dan lebih tinggi di musim timur dari pada musim
barat (Lampiran 3). Nilai pH yang rendah pada musim barat bertepatan dengan
curah hujan yang tinggi. Rata-rata oksigen terlarut berbeda diantara keempat
lokasi penelitian, nilai tertinggi yaitu di perairan Tumpaan, dan lebih tinggi di
muara kemudian pantai dan tambak. Perbedaan kadar oksigen terlarut nyata
terlihat antar musim dan antar pasang dan surut.
46
Kekeruhan berbeda menurut musim, pasang, surut, dan kekeruhan paling
tinggi yaitu pada musim barat saat surut (Lampiran 3). Rata-rata kekeruhan di
Minanga dan Wori lebih tinggi dibandingkan dengan Manembo-nembo dan
Tumpaan. Perbedaan kekeruhan ini banyak dipengaruhi oleh masukan air tawar
dan pergerakan massa air. Tingginya masukan air tawar pada musim barat
menyebabkan tingginya konsentrasi partikel-partikel terlarut yang menyebabkan
tingginya kekeruhan di perairan pantai dan muara. Pergerakan pasang dan surut
memungkinkan terdorongnya massa air tawar dari muara ke pantai pada saat air
surut, dan dalam waktu yang bersamaan arus pasang dan surut sangat besar
pengaruhnya terhadap pengadukan substrat dasar perairan pantai dan estuari yang
dapat menyebabkan meningkatnya kekeruhan.
4.1.3 Kelimpahan Rotifera
Spesies rotifera yang ditemukan selama penelitian adalah dari kelas
Monogononta yang merupakan anggota dari genus Brachionus (Wallace dan Snell
1991). Identifikasi sampel rotifera di semua lokasi penelitian menemukan tiga
jenis yaitu B. rotundiformis, B. caudatus dan B. quadridentatus. Hasil pengukuran
rata-rata morfometri rotifera yang meliputi lebar anterior (LA), panjang lorika
(PL) dan lebar lorika (LL) dari masing-masing spesies rotifera tertera pada
Gambar 19.
Beberapa ciri umum morfologi rotifera Brachionus adalah memiliki ekor
berbentuk melingkar tanpa segmen, lorika melingkupi bagian belakang dan perut
dengan beberapa bagian duri bagian depan (Fukusho 1989b). Hasil pengamatan
morfologi terhadap semua spesies rotifera yang diperoleh selama penelitian
menunjukkan adanya duri baik pada bagian anterior maupun posterior (Tabel 3).
Duri pada rotifera selain berfungsi sebagai pertahanan mereka terhadap predator,
juga berfungsi untuk membantu pengapungan mereka di dalam kolom air (Sugiri
1989). Beberapa ciri penampilan umum lainnya yang teramati pada rotifera
Brachionus adalah bentuk lorika yang hampir bulat dan bagian anterior yang
relatif kecil.
47
B. rotundiformis B. caudatus B. quadridentatus
B. rotundiformis B. caudatus B. quadridentatus
LA = 67,20 μm LA = 79,52 μm LA = 96,32 μm
PL = 158,20 μm PL = 169,96 μm PL = 159,88 μm
LL = 117,32 μm LL = 117,88 μm LL = 147,84 μm
Keterangan :
LA = Lebar Anterior
PL = Panjang Lorika
LL = Lebar Lorika
Gambar 19 Spesies rotifera yang ditemukan selama penelitian
LA
PL
LL
LA
PL
LL
LA
PL
LL
48
Tabel 3 Beberapa kategori morfologi spesies rotifera yang teridentifikasi selama penelitian (Wallace dan Snell 1991).
Kategori No Spesies Klas Jumlah Bentuk Jumlah Jml
duri/tonjolan lorika duri/tonjolan Ekor
pada anterior
pada posterior
1. B. rotundiformis Monogononta Depan : 6 Bentuk - 1
Duri. lorika Belakang : 4 posterior
tonjolan kecil runcing
dan bulat 2. B. caudatus Monogononta Depan : 4 Bentuk 2 duri - duri dan 2 lorika Tonjolan. sedikit Belakang : 4 bujur/
tonjolan kecil langsing.
Bagian bawah lorika ada dua duri
3. B. quadridentatus Monogononta Depan : 6 Bentuk 2 duri 1
duri. Lorika pinggir, Belakang : 4 seperti 2 tonjolan
tonjolan kecil tong/
hampir bulat, bengkak pada
pantatnya
Kelimpahan rata-rata rotifera yang ditemukan selama penelitian menurut
lokasi, musim, stasiun, pasang dan surut disajikan dalam Gambar 20, 21, 22, dan
Lampiran 2.
49
0
2000
4000
6000
8000
10000B
.rot
undi
form
is (i
nd/m
3)
1Manembo Minanga Tumpaan Wori
Pantai-Musim Barat
0
2000
4000
6000
8000
10000
Bro
tund
iform
is (i
nd/m
3)
1Manembo Minanga Tumpaan Wori
Pantai-Musim Timur
0
2000
4000
6000
8000
10000
B. r
otun
difo
rmis
(ind
/m3)
1Manembo Minanga Tumpaan Wori
Muara-Musim Barat
0
2000
4000
6000
8000
10000
B.r
otun
difo
rmis
(ind
/m3)
1Manembo Minanga Tumpaan Wori
Muara-Musim Timur
0
2000
4000
6000
8000
10000
B.r
otun
difo
rmis
(ind
/m3)
1Manembo Minanga Tumpaan Wori
Tambak-Musim Barat
0
2000
4000
6000
8000
10000
B.r
otun
difo
rmis
(ind
/m3)
1Manembo Minanga Tumpaan Wori
Tambak-Musim Timur
Keterangan :
Gambar 20 Kelimpahan B. rotundiformis
Pasang Surut
50
0
2000
4000
6000
8000
10000B
. cau
datu
s (in
d/m
3)
1Manembo Minanga Tumpaan Wori
Pantai-Musim Barat
0
2000
4000
6000
8000
10000
B. c
auda
tus (
ind/
m3)
1Manembo Minanga Tumpaan Wori
Pantai-Musim Timur
0
2000
4000
6000
8000
10000
B. c
auda
tus (
ind/
m3)
1Manembo Minanga Tumpaan Wori
Muara-Musim Barat
0
2000
4000
6000
8000
10000
B. c
auda
tus (
ind/
m3)
1Manembo Minanga Tumpaan Wori
Muara-Musim Timur
0
2000
4000
6000
8000
10000
B. c
auda
tus (
ind/
m3)
1Manembo Minanga Tumpaan Wori
Tambak-Musim Barat
0
2000
4000
6000
8000
10000
B. c
auda
tus (
ind/
m3)
1Manembo Minanga Tumpaan Wori
Tambak-Musim Timur
Keterangan :
Gambar 21 Kelimpahan B. caudatus
Pasang Surut
51
0
2000
4000
6000
8000
10000B.
quad
riden
tatu
s (in
d/m
3)
1Manembo Minanga Tumpaan Wori
Pantai-Musim Barat
0
2000
4000
6000
8000
10000
B.qu
adrid
enta
tus (
ind/
m3)
1Manembo Minanga Tumpaan Wori
Pantai-Musim Timur
0
2000
4000
6000
8000
10000
B.qu
adrid
enta
tus (
ind/
m3)
1Manembo Minanga Tumpaan Wori
Muara-Musim Barat
0
2000
4000
6000
8000
10000
B.qu
adrid
enta
tus (
ind/
m3)
1Manembo Minanga Tumpaan Wori
Muara-Musim Timur
0
2000
4000
6000
8000
10000
B.qu
adrid
enta
tus (
ind/
m3)
1Manembo Minanga Tumpaan Wori
Tambak-Musim Barat
0
2000
4000
6000
8000
10000
B.qu
adrid
enta
tus (
ind/
m3)
1Manembo Minanga Tumpaan Wori
Tambak-Musim Timur
Keterangan :
Gambar 22 Kelimpahan B. quadridentatus
Pasang Surut
52
Hasil analisis Kruskal-Wallis menunjukkan bahwa kelimpahan ketiga
spesies rotifera berbeda nyata berdasarkan lokasi dan stasiun penelitian. Spesies
B. rotundiformis dan B. quadridentatus ditemukan di semua lokasi penelitian
sedangkan B. caudatus hanya pada lokasi tertentu saja yaitu di perairan
Manembo-nembo dan Minanga. B. rotundiformis lebih melimpah dibandingkan
dengan kedua spesies lainnya. Hasil uji Mann-Whitney untuk membandingkan
rata-rata kelimpahan ketiga spesies rotifera menunjukkan bahwa kelimpahan
B. rotundiformis di Manembo-nembo tidak berbeda nyata dengan di Minanga.
B. rotundiformis lebih melimpah di Manembo-nembo dan Minanga dibandingkan
dengan di Wori dan di Tumpaan. B. caudatus di Manembo-nembo lebih melimpah
dibandingkan dengan di Minanga, sedangkan di Wori dan Tumpaan tidak
dijumpai spesies ini. B. quadridentatus lebih melimpah di Minanga dibandingkan
dengan di Manembo-nembo, Wori dan Tumpaan. Kelimpahan spesies B.
quadridentatus di Manembo-nembo, Wori dan Tumpaan tidak memperlihatkan
perbedaan yang nyata (Lampiran 4) (Rimper et al. 2007).
Hasil analisis Mann-Whitney (Lampiran 5) menunjukkan bahwa kelimpahan
B. rotundiformis yang tertinggi adalah di tambak dan terendah di pantai.
Kelimpahan B. caudatus yang tertinggi terdapat di muara dan terendah di pantai,
sedangkan di tambak tidak ditemukan spesies ini. Kelimpahan B. quadridentatus
yang tertinggi di muara kemudian diikuti tambak dan pantai. Persebaran
B. quadridentatus mirip dengan B. caudatus yaitu lebih melimpah di muara
dibandingkan dengan tambak maupun pantai. B. caudatus dan B. quadridentatus
cenderung lebih melimpah di muara dibandingkan dengan pantai maupun tambak,
sedangkan B. rotundiformis cenderung menyebar dengan kelimpahan yang
meningkat dari arah pantai ke muara dan tambak. Hasil yang diperoleh
menunjukkan bahwa B. rotundiformis lebih menyukai habitat yang berair tenang
seperti daerah muara dan tambak. B. rotundiformis juga lebih melimpah pada
musim timur dibandingkan dengan musim barat (Lampiran 6), sedangkan hasil uji
pembandingan antara pasang dan surut tidak memperlihatkan adanya perbedaan
yang nyata pada kelimpahan ketiga spesies rotifera (Lampiran 7). Gambar 23
menunjukkan persentase kelimpahan rotifera menurut lokasi, stasiun, musim,
pasang, surut dan spesies.
53
Kelimpahan Rotifera Menurut Lokasi
38%
6% 2%
54%
Manembo
Minanga
Wori
Tumpaan
Kelimpahan Rotifera Menurut Musim
29%
71%
Barat
Timur
Kelimpahan Rotifera Menurut Stasiun
55%
2%
43%Tambak
Pantai
Muara
Kelimpahan Rotifera Menurut Pasang Surut
50%
50%
Pasang
Surut
Kelimpahan Rotifera Menurut Spesies
89%
1%
10%
B.rotundiformis
B.caudatus
B.quadridentatus
Gambar 23 Persentase kelimpahan rotifera
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa B. rotundiformis lebih
melimpah jika dibandingkan dengan B. caudatus dan B. quadridentatus. Untuk
mendeterminasi lebih detail faktor-faktor yang paling berperan dalam
membedakan tinggi rendahnya kelimpahan B. rotundiformis, dilakukan analisis
diskriminan. Parameter-parameter yang digunakan dalam analisis ini adalah suhu,
54
salinitas, pH, kekeruhan, kadar oksigen terlarut dan kelimpahan fitoplankton. Data
kelimpahan B. rotundiformis dikelompokkan dalam tiga kategori yaitu rendah
(<1000 ind/m3), sedang (1100-3000 ind/m3) dan tinggi (>3100 ind/m3).
Pengelompokan rata-rata kelimpahan dalam tiga kategori melalui hasil analisis
ragam menunjukkan perbedaan rata-rata kelimpahan antar ketiga kategori tersebut
(Lampiran 8).
Hasil analisis diskriminan menunjukkan bahwa sebagian besar keragaman
tinggi rendahnya kelimpahan B. rotundiformis (93,5 %) terjelaskan pada sumbu
diskriminan satu dan sisanya (6,5 %) terjelaskan pada sumbu diskriminan dua,
dengan koefisien (terstandarisasi) masing-masing parameter adalah seperti
disajikan dalam (Tabel 4, Gambar 24). Parameter lingkungan seperti suhu,
salinitas dan oksigen terlarut berperan memisahkan antara kelompok kelimpahan
B. rotundiformis yang rendah dengan kelompok kelimpahan sedang dan tinggi,
sedangkan pH, kekeruhan dan kelimpahan fitoplankton berperan besar
memisahkan antara kelompok kelimpahan sedang dan rendah dengan kelompok
kelimpahan tinggi. Nilai koefisien dan struktur matriks yang lebih tinggi
menunjukkan peranan yang lebih besar, demikian pula sebaliknya dengan nilai
yang lebih rendah.
Tabel 4 Koefisien dan struktur matriks setiap parameter pada masing-masing
fungsi diskriminan kelimpahan B. rotundiformis
Koef. Fungsi Diskriminan Struktur Matriks Parameter
Fungsi 1 Fungsi 2 Fungsi 1 Fungsi 2
Suhu -0,173 0,578 0,202* 0,127 Salinitas 0,813 -0,105 0,395* 0,149 pH -0,084 -0,354 -0,095 -0,269* Kekeruhan 0,517 0,533 0,134 0,697* Oks.terlarut 0,704 0,429 0,574* 0,003 Kelimpahan Fitoplankton -0,447 0,820 0,520 0,540*
Keterangan : Tanda (*) menunjukkan sumbu dimana suatu parameter lebih besar korelasinya
55
Fungsi 120-2-4
Fung
si 2
3
2
1
0
-1
-2
-3
3
2
1
Group Centroid3= Tinggi2= Sedang1= Rendah
Group
Gambar 24 Koordinat tiap observasi dalam fungsi diskriminan
Hasil identifikasi dan pencacahan genus fitoplankton yang diperoleh selama
penelitian adalah Diatom (Bacteriastrum, Bidulphia, Chaetoceros, Coscinodiscus,
Rhizosolenia, Skeletonema, Thalassionema, Thalassiothrix) dan Dinoflagelata
(Ceratium, Noctiluca, Prorocentrum, Pyrocystis). Kelimpahan fitoplankton
menurut stasiun, lokasi, musim, pasang dan surut disajikan pada Gambar 25 dan
Lampiran 2.
56
0
50000
100000
150000
200000
250000
Fito
plan
kton
(sel
/m3)
1Manembo Minanga Tumpaan Wori
Pantai-Musim Barat
0
50000
100000
150000
200000
250000
Fito
plan
kton
(sel
/m3)
1Manembo Minanga Tumpaan Wori
Pantai-Musim Timur
0
50000
100000
150000
200000
250000
Fito
plan
kton
(sel
/m3)
1Manembo Minanga Tumpaan Wori
Muara-Musim Barat
0
50000
100000
150000
200000
250000
Fito
plan
kton
(sel
/m3)
1Manembo Minanga Tumpaan Wori
Muara-Musim Timur
0
50000
100000
150000
200000
250000
Fito
plan
kton
(sel
/m3)
1Manembo Minanga Tumpaan Wori
Tambak-Musim Barat
0
50000
100000
150000
200000
250000
Fito
plan
kton
(sel
/m3)
1Manembo Minanga Tumpaan Wori
Tambak-Musim Timur
Keterangan :
Gambar 25 Kelimpahan Fitoplankton
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelimpahan fitoplankton berbeda
menurut lokasi penelitian, tetapi tidak berbeda menurut stasiun penelitian. Rata-
rata kelimpahan fitoplankton di Manembo-nembo (168131 sel/m3) tidak berbeda
nyata dengan kelimpahan di Minanga (176576 sel/m3). Tetapi rata-rata
kelimpahan fitoplankton di Manembo-nembo dan Minanga berbeda nyata dengan
di Wori (107007 sel/m3) dan Tumpaan (105824 sel/m3) (Lampiran 9).
Pasang Surut
57
Persebaran fitoplankton di musim barat (146110 sel/m3) lebih melimpah jika
dibandingkan dengan musim timur (132670 sel/m3). Kelimpahan fitoplankton
yang lebih tinggi pada musim barat kemungkinan disebabkan oleh kosentrasi
nitrat yang relatif lebih tinggi (1,33 mg/l) (Lampiran 2). Rata-rata kelimpahan
fitoplankton tidak memperlihatkan perbedaan yang nyata antara pasang dan surut,
karena peningkatan dan pertumbuhan populasi fitoplankton pada perairan
berhubungan dengan ketersediaan nutrien (Tomascik et al. 1997; Sumich 1992;
Odum 1971).
Analisis korelasi Spearman (Spearman corelation rank) menunjukkan ada
korelasi antar kelimpahan ketiga spesies rotifera dengan parameter lingkungan
(Tabel 5). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelimpahan B. rotundiformis
cenderung meningkat dengan meningkatnya kelimpahan fitoplankton, dan akan
menurun dengan meningkatnya nilai suhu (26,17-31,43 ºC), salinitas (14,33-
32,97 ‰), dan kekeruhan (93,3-129 NTU) (Lampiran 2). Hasil yang didapatkan
oleh Gomez (2003), suhu pertumbuhan yang optimal untuk B. rotundiformis yaitu
pada 28-35 ºC, dan hasil dari Fieder dan Purser (2000), B. rotundiformis lebih
toleran pada suhu diatas 23 ºC. Sedangkan menurut hasil penelitian dari James
dan Abu (1990), pertumbuhan B. rotundiformis berhubungan dengan peningkatan
salinitas. Menurut hasil penelitian dari Assavaaree et al. (2001), kemampuan
hidup tertinggi dari B. rotundiformis strain-S Fukuoka yaitu pada 35 ppt. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa setiap strain memiliki kemampuan adaptasi yang
berbeda terhadap kondisi lingkungannya.
Tabel 5 Matriks korelasi Spearman kelimpahan rotifera (ind/m3), kelimpahan fitoplankton (sel/m3) dan parameter lingkungan
Korelasi B. rotun B. caud B. quad Suhu Sal pH K’ruhan DO Fitopl
B.rotun 1,00 0,45(**) 0,48(**) -0,31(**) - 0,52(**) 0,01 -0,25(**) -0,41(**) 0,34(**)
B. caud 0,45(**) 1,00 0,62(**) -0,22(**) -0,14 0,18(*) 0,37(**) -0,41(**) 0,49(**)
B.qua 0,48(**) 0,62(**) 1,00 -0,26(**) -0,38(**) -0,06 0,48(**) -0,26(**) 0,34(**)
Suhu -0,31(**) -0,22(**) -0,23(**) 1,00 0,46(**) 0,02 -0,11 0,10 -0,31(**)
Sal -0,52(**) 0,13 0,38(**) 0,46(**) 1,00 0,29(**) 0,01 0,12 0,05
pH 0,01 0,18 -0,06 0,02 0,29(**) 1,00 -0,00 -0,29(**) 0,30
K’ruhan -0,25(**) 0,37(**) 0,48(**) -0,11 -0,01 0 1,00 -0,14 0,30
DO -0,41(**) -0,41(**) -0,26(**) 0,10 -0,12 -0,29 -0,14 1,00 -0,75 Fitopl 0,34(**) 0,49(**) 0,34(**) -0,32(**) -0,05 0,30 0,30(**) -0,75(**) 1,00
Keterangan : (*) signifikan pada α = 0.05 dan (**) signifikan pada α = 0.01
58
4.1.4 Morfometri Rotifera B. rotundiformis
4.1.4.1 Karakteristik morfometri B. rotundiformis dari alam
Kajian morfometri rotifera B. rotundiformis meliputi ukuran lorika yaitu
panjang lorika, lebar lorika dan lebar anterior. Berdasarkan hasil pengukuran
selama penelitian diketahui bahwa rotifera yang ditemukan di perairan Sulawesi
Utara memiliki ukuran panjang lorika rata-rata yang tidak melebihi 200 μm,
sehingga digolongkan sebagai B. rotundiformis, karena menurut Fu et al. (1990);
Rumengan et al. (1991); Hirayama dan Rumengan (1993); Hagiwara et al. (1995);
Rumengan et al. (2007b), ukuran tubuh >200 μm (tipe L-large) digolongkan
sebagai B. plicatilis dan ukuran tubuh <200 μm tipe (S-small) digolongkan
sebagai B. rotundiformis. Perbedaan kedua tipe ini didasarkan pada beberapa
faktor seperti morfologi, respon fisiologi dan genetika. Ukuran tubuh tipe S
(small) lorikanya lebih kecil, lebih bulat dengan duri yang ramping dan tajam,
sedangkan tipe L (large) bentuk lorikanya lebih besar dan agak lonjong dengan
duri yang lebar dan tumpul (Lampiran 10).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa B. rotundiformis lebih melimpah serta
ditemukan di semua lokasi penelitian jika dibandingkan dengan B. caudatus dan
B. quadridentatus. B. rotundiformis juga yang paling baik dan bertahan untuk
dikultur di laboratorium, sedangkan dua spesies lainnya yaitu B. caudatus dan
B. quadridentatus belum berhasil dikultur di laboratorium. Oleh karena itu secara
khusus B. rotundiformis dipilih untuk diukur dan dibandingkan morfometrinya,
yaitu yang diperoleh dari empat lokasi penelitian dan hasil kultur di laboratorium
dengan perlakuan lima tingkatan salinitas (4 ppt, 20 ppt, 40 ppt, 50 ppt, 60 ppt)
dan dua jenis pakan (N. oculata, Prochloron sp.).
Gambar 26 dan Gambar 27 menunjukkan ukuran lorika B. rotundiformis
yang diperoleh selama penelitian. Hasil pengukuran morfometri berdasarkan
lokasi penelitian menunjukkan bahwa di perairan Minanga ditemukan ukuran rata-
rata yang paling besar (164,08 μm) dibanding dengan yang ditemukan di perairan
Manembo-nembo (159,60 μm), Tumpaan (155,40 μm) dan Wori (153,72 μm)
(Lampiran 10).
59
PL LL LA
ManemboMinanga
WoriTumpaan
5060708090
100110120130140150160170180
Gambar 26 Morfometri rotifera B. rotundiformis dari 4 lokasi (Alam)
Persentase ukuran lorika terbesar yang ditemukan selama penelitian yaitu
sebanyak 27 % di perairan Minanga, 63 % di perairan Manembo-nembo, 83 % di
perairan Tumpaan dan 77 % di perairan Wori (Gambar 27). Hasil penelitian juga
menunjukkan bahwa ketersediaan fitoplankton di Minanga lebih melimpah
dibanding dengan tiga lokasi lainnya (Lampiran 9) serta kisaran suhu di Minanga
lebih rendah 27,10-30,23 ºC dibanding dengan tiga lokasi lainnya antara 28,57-
32,23 ºC (Lampiran 2). Menurut hasil penelitian yang diperoleh Assavaaree et al.
(2001), B. rotundiformis strain Fukuoka lebih menyukai suhu yang rendah
(26-27 ºC). Lebih besarnya morfometri B. rotundiformis asal Minanga diduga
karena ketersediaan fitoplankton yang cukup dan faktor suhu yang nyaman bagi
B. rotundiformis.
60
Minanga
27%
27%
7%7%
32%
Wori
3%20%
77%
Keterangan :
>170.9
161-170.9
151-160.9
141-150.9
131-140.9
121-130.9
111-120.9
< 100.9
Gambar 27 Persentase panjang lorika (um) B. rotundiformis dari beberapa lokasi
Manembo
7%
63%
30%
Tumpaan
7%10%
83%
61
4.1.4.2 Karakteristik Morfometri B. rotundiformis Hasil Kultur
Berdasarkan hasil analisis terhadap morfometri B. rotundiformis hasil kultur
di laboratorium dengan perlakuan lima tingkatan salinitas dan dua jenis pakan,
menunjukkan bahwa ketiga parameter morfometri (Panjang lorika, Lebar lorika,
Lebar anterior) berbeda pada berbagai kombinasi salinitas dan pakan (Lampiran
10 dan Lampiran 11).
Ukuran panjang lorika, lebar lorika dan lebar anterior B. rotundiformis yang
terkecil adalah pada perlakuan pakan Prochloron sp. Hasil penelitian
menunjukkan kombinasi salinitas 20 ppt dengan pakan Prochloron sp.
menghasilkan ukuran lorika yang terkecil. Pada perlakuan salinitas 4 ppt, 40 ppt,
50 ppt dan 60 ppt terlihat adanya kecenderungan peningkatan ukuran morfometri
B. rotundiformis. Hal ini disebabkan karena adanya gejala polimorfisme yang
terjadi pada B. rotundiformis yaitu bentuk dan ukuran lorikanya mengalami
semacam plastisitas jika kondisi lingkungan hidupnya berubah (Nogrady et al.
1993; Rimper et al. 2008). Polimorfisme ini bahkan dapat juga mengakibatkan
suatu perbedaan yang cukup besar yaitu sebesar 15% (Fukusho 1989b). Menurut
James dan Abu 1990, ukuran B. rotundiformis sebanding dengan peningkatan
salinitas. Hasil yang diperoleh Snell dan Carillo (1984) menunjukkan adanya
pengurangan rata-rata panjang lorika dari strain B. plicatilis seiring dengan
meningkatnya salinitas. Gambar 28, 29, 30 dan 31 menunjukkan morfometri
B. rotundiformis dengan perlakuan pakan dan salinitas yang berbeda.
62
PL LL LA
4 ppt20 ppt
40 ppt50 ppt
60 ppt
5060708090
100110120130140150160170180
Gambar 28 Morfometri B. rotundiformis dengan perlakuan pakan N. oculata
PL LL LA
4 ppt
20 ppt40 ppt
50 ppt60 ppt
5060708090
100110120130140150160170
180
Gambar 29 Morfometri B. rotundiformis dengan perlakuan pakan Prochloron sp.
63
Salinitas 40 ppt (N. oculata )
7%
27%13%
13% 17%
13%10%
Salinitas 20 ppt (N. oculata )
13%17%
13% 23%
17%17%
Salinitas 60 ppt (N. oculata )
24%
3%3%
31%
13% 13%
13%
Salinitas 4 ppt (N. oculata )
24%
13%13%
31%
13%3% 3%
Salinitas 50 ppt (N. oculata )
28%
20%
20%
13%
3%3%
13%
Keterangan :
Gambar 30 Persentase panjang lorika (um) B. rotundiformis dengan pakan N. oculata dan salinitas berbeda
>170.9
161-170.9
151-160.9
141-150.9
131-140.9
121-130.9
111-120.9
< 100.9
64
Salinitas 60 ppt (Prochloron sp.)
30%
3%
17%
7% 10%
33%
Salinitas 50 ppt (Prochloron sp.)
30%
33%
10%
17%10%
Salinitas 20 ppt (Prochloron sp.)
40%
57%
3%
Keterangan :
>170.9
161-170.9
151-160.9
141-150.9
131-140.9
121-130.9
111-120.9
< 100.9
Gambar 31 Persentase panjang lorika (um) B. rotundiformis dengan pakan
Prochloron sp. dan salinitas berbeda
Salinitas 4 ppt (Prochloron sp.)
28%20%
8%4% 8%
32%
Salinitas 40 ppt (Prochloron sp.)
23%
3%3%
17%
41%
13%
65
4.1.5 Daur Hidup Rotifera B. rotundiformis
Hasil perhitungan analisis ”life table” rotifera B. rotundiformis dengan
perlakuan pakan N. oculata dan Prochloron sp. disajikan pada Tabel 6 dan
Tabel 7. Berdasarkan hasil analisis dengan metode ”life table” diketahui bahwa
daur hidup B. rotundiformis berbeda menurut jenis pakan.
Tabel 6 Hasil perhitungan analisis ”life table” B. rotundiformis yang diberi pakan N. oculata
X nx lx dx qx Lx Tx ex Cx mx VCx ZCx0 35 1 0 0 17,50 164,75 4,71 0 0 0 0
0,5 35 1 0 0 17,50 147,25 4,21 58 1,66 1,66 0,83 1 35 1 0 0 17,50 129,75 3,71 72 2,06 2,06 2,06
1,5 35 1 0 0 17,50 112,25 3,21 57 1,63 1,63 2,44 2 35 1 0 0 17,50 94,75 2,71 69 1,97 1,97 3,94
2,5 35 1 0 0 17,50 77,25 2,21 78 2,23 2,23 5,57 3 35 1 0 0 17,50 59,75 1,71 62 1,77 1,77 5,31
3,5 35 1 0 0 15,75 42,25 1,21 60 1,71 1,71 6 4 28 0,80 7 0,22 11,50 26,50 0,95 59 2,11 1,69 6,74
4,5 18 0,64 10 0,43 7,50 15,00 0,83 41 2,28 1,46 6,59 5 12 0,67 6 0,40 4,50 7,50 0,63 32 2,67 1,78 8,89
5,5 6 0,50 6 0,67 2,00 3,00 0,50 17 2,83 1,42 7,79 6 2 0,33 4 1,00 0,75 1 0,50 5 2,50 0,83 5,00
6,5 1 0,50 1 0,67 0,25 0,25 0,25 3 3 1,50 9,75 7 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Tabel 7 Hasil perhitungan analisis ”life table” B. rotundiformis yang diberi
pakan Prochloron sp. X nx lx dx qx Lx Tx ex Cx mx VCx ZCx 0 35 1 0 0 17,5 171,75 4,91 0 0 0 0
0,5 35 1 0 0 17,5 154,25 4,41 24 0,69 0,69 0,34 1 35 1 0 0 17,5 136,75 3,91 23 0,66 0,66 0,66
1,5 35 1 0 0 17,5 119,25 3,41 30 0,86 0,86 1,29 2 35 1 0 0 17,5 101,75 2,91 41 1,17 1,17 2,34
2,5 35 1 0 0 17,5 84,25 2,41 66 1,89 1,89 4,71 3 35 1 0 0 16,75 66,75 1,91 91 2,60 2,60 7,80
3,5 32 0,91 3 0,09 15,5 50 1,56 79 2,47 2,26 7,90 4 30 0,94 2 0,06 12,75 34,5 1,15 79 2,63 2,47 9,88
4,5 21 0,70 9 0,35 8,5 21,75 1,04 55 2,62 1,83 8,25 5 13 0,62 8 0,47 5,75 13,25 1,02 22 1,69 1,05 5,24
5,5 10 0,77 3 0,26 4,25 7,5 0,75 20 2 1,54 8,46 6 7 0,70 3 0,35 2,25 3,25 0,46 12 1,71 1,20 7,20
6,5 2 0,29 5 1,11 0,75 1 0,50 14 7 2 13 7 1 0,50 1 0,67 0,25 0,25 0,25 3 3 1,50 10,50
7,5 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
66
Hasil analisis menunjukkan adanya perbedaan harapan hidup
B. rotundiformis yang diberi pakan N. oculata dengan pemberian pakan
Prochloron sp. Laju reproduksi B. rotundiformis yang diberi pakan N. oculata
dengan yang diberi pakan Prochloron sp. juga berbeda. Rotifera B. rotundiformis
yang diberi pakan N. oculata memiliki kemampuan yang lebih besar untuk
memproduksi telur. Pakan N. oculata mungkin lebih mudah dicerna oleh
B. rotundiformis jika dibandingkan dengan pakan Prochloron sp. serta kandungan
nutrisi yang dimiliki oleh N. oculata (protein 57,06%, lemak 21%, karbohidrat
23,59%). Menurut Maruyama dan Hirayama (1993) alga mikro N. oculata
merupakan salah satu pakan yang populer untuk kultur rotifera di Jepang.
B. rotundiformis yang diberi pakan Prochloron sp. lebih panjang waktu
generasinya dari pada yang diberi pakan N. oculata. Menurut King (1966),
perbedaan spesies alga sebagai pakan B. rotundiformis dapat menghasilkan waktu
generasi yang berbeda. Waktu penggandaan (doubling time) B. rotundiformis
dengan pemberian pakan N. oculata lebih cepat dari pada dengan pemberian
pakan Prochloron sp. Jenis pakan mempengaruhi waktu B. rotundiformis untuk
bertambah dua kali lipat (Tabel 8).
Tabel 8 Hasil perhitungan beberapa parameter “life table”
Jenis Pakan Parameter N. oculata Prochloron sp.
ex (Harapan hidup) 27,31 30,58
Ro (Laju reproduksi) 21,71 15,97
TG (Waktu generasi) 3,27 3,30
Dt (Waktu penggandaan) 0,23 0,25
67
4.1.6 Miksis Rotifera B. rotundiformis
Rotifera memiliki pola reproduksi seksual dan aseksual (partenogenesis).
Dalam kondisi normal tanpa ada tekanan lingkungan, rotifera cenderung
bereproduksi partenogenesis yaitu dengan mitosis dapat menghasilkan telur
diploid yang kemudian menetas menjadi betina lagi. Tipe betina ini disebut
dengan istilah amiktik, artinya tanpa rekombinasi genetik terbentuk individu yang
sama persis dengan induknya. Tetapi jika ada faktor-faktor tertentu berupa
rangsangan miksis atau terjadi percampuran gen, maka betina amiktik mengalami
perubahan ke reproduksi seksual dan menghasilkan betina miktik dan amiktik.
Jika telur miktik dibuahi maka akan terbentuk telur dorman.
Hasil penelitian menunjukkan rata-rata jumlah betina miktik tertinggi pada
perlakuan pakan N. oculata terlihat pada hari ke-4, sedangkan dengan perlakuan
pakan Prochloron sp. terlihat pada hari ke-5. Jumlah betina amiktik tertinggi pada
kedua perlakuan jenis pakan terlihat pada hari ke-5. Jumlah betina dewasa tanpa
telur pada perlakuan jenis pakan N. oculata terlihat lebih banyak jika
dibandingkan pada perlakuan pakan Prochloron sp. Kehadiran tipe betina miktik
yang membawa telur dorman terlihat pada perlakuan pakan Prochloron sp. hari
ke-7, sedangkan pada perlakuan pakan N. oculata tidak ditemukan telur dorman
(Tabel 9 dan Tabel 10). Namun ketidak hadiran betina dorman pada perlakuan
jenis pakan N. oculata dapat juga disebabkan oleh tidak terbuahinya telur haploid
yang dihasilkan betina miktik oleh sel sperma rotifera (Brusca dan Brusca, 1990).
Pembentukan telur dorman dimungkinkan jika tingkat keberhasilan fertilisasi
tinggi, dan fertilisasi ini dimungkinkan dengan adanya interaksi yang intensif
antara jantan dan betina. Hasil pengamatan terhadap pertumbuhan populasi
B. rotundiformis yang dikultur pada suhu 28 ºC dan salinitas 20 ppt dengan
perlakuan jenis pakan N. oculata dan Prochloron sp. dapat dilihat pada Tabel 9
dan 10.
68
Tabel 9 Rata-rata kepadatan B. rotundiformis dengan pakan N. oculata
Rata-rata kepadatan (individu) Hari Betina miktik Betina amiktik Betina tanpa telur Betina+dorman
1 0 0 0 0 2 1,3 1,3 2,3 0 3 2 1 3,6 0 4 8,3 9 22,3 0 5 5,3 27,6 84,3 0 6 1,3 13,3 154,6 0 7 0,3 2,3 78 0 8 0 0 0 0
Tabel 10 Rata-rata kepadatan B. rotundiformis dengan pakan Prochloron sp.
Rata-rata kepadatan (individu) Hari Betina miktik Betina amiktik Betina tanpa telur Betina+dorman
1 0 0 0 0 2 1,3 1,3 2,6 0 3 2,3 1,3 5,3 0 4 3,6 3,7 11,3 0 5 13 28,3 70,3 0 6 2,3 12,3 138,3 0 7 0 2,3 40 0,3 8 0 0 0 0
Perhitungan persentase miksis dibutuhkan untuk memperoleh informasi
miksis yang mengindikasikan keadaan stres pada B. rotundiformis yang diduga
memacu produksi senyawa bioaktif (Rumengan 2007a). Gejala miksis terdeteksi
selama penelitian, terlihat adanya peningkatan setelah hari ke-2 dan hari ke-3,
kemudian menurun sampai akhir pengamatan (Gambar 32). Persentase miksis
B. rotundiformis pada setiap perlakuan jenis pakan selama masa kultur bervariasi.
Persentase miksis paling tinggi yaitu pada perlakuan pakan N. oculata sebesar
27,77%, sedangkan untuk pakan Prochloron sp. 19,44%. Menurut Hagiwara dan
Hirayama (1993), miksis dapat terjadi karena adanya pengaruh dari faktor internal
dan faktor eksternal. Hagiwara dan Hirayama (1993) melaporkan bahwa jenis
pakan merupakan salah satu faktor yang merangsang terjadinya miksis pada
rotifera atau jenis alga mikro merupakan faktor penginduksi miksis. Berdasarkan
hasil penelitian menunjukkan faktor jenis pakan memberi pengaruh sebagai
69
perangsang miksis. Diyakini dalam penelitian ini bahwa perubahan kondisi
lingkungan yang menyebabkan peningkatan persentase miksis tersebut.
0
5
10
15
20
25
30
35
1 2 3 4 5 6 7 8
Periode kultur (Hari)
Pros
enta
se m
iksi
s
N. oculata Prochloron sp.
Gambar 32 Rata-rata persentase miksis
70
4.2 Bioaktif
4.2.1 Aktivitas Antibakteri B. rotundiformis dengan Pakan N. oculata
Senyawa bioaktif rotifera masih dalam taraf penjajakan, dan laporan tentang
biokimia rotifera serta jenis-jenis senyawa bioaktif belum banyak publikasinya.
Terdeteksinya senyawa bioaktif dalam penelitian ini merupakan langkah awal
yang penting.
Untuk menguji aktivitas antibakteri pada B. rotundiformis maka dilakukan
pengamatan terhadap pembentukan zona bening yang dicoba pada tiga jenis
bakteri. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengujian aktivitas antibakteri dari
B. rotundiformis yang dikultur pada salinitas 4 ppt, 20 ppt, 40 ppt, 50 ppt, 60 ppt
dengan pakan N.oculata terhadap tiga bakteri uji V. cholerae, B. subtilis, dan
E. coli terlihat adanya pembentukan zona bening (Gambar 33). Tabel 11
menunjukkan adanya perbedaan aktivitas dari masing-masing ekstrak kasar
terhadap masing-masing bakteri uji serta antibiotik pembanding dan metanol
sebagai kontrol. Antibiotik pembanding yang digunakan adalah amoksisilin dan
tetrasiklin. Amoksisilin digunakan pada bakteri uji B. subtilis karena amoksisilin
digunakan untuk infeksi yang disebabkan oleh bakteri gram positif dan infeksi
yang disebabkan oleh bakteri Streptococci, Staphilococcus non penicilin dan
Bacillus. Tetrasiklin pada bakteri V. cholerae karena tetrasiklin digunakan untuk
infeksi yang disebabkan oleh mikroorganisme seperti V. cholerae, Mucoplasma
(gram negatif, spiral) dan E. coli (gram negatif, bulat) (Schunack et al. 1990;
Winotopradjoko 2000).
Tabel 11 Diameter zona bening (mm) B. rotundiformis yang diberi pakan N. oculata terhadap tiga jenis bakteri pada salinitas yang berbeda
Diameter zona bening (mm) Salinitas (ppt) V. cholera n B. subtilis n E. coli N
4 4,33 ± 2,30 3 0 3 2,50 ± 0 3
20 2,25 ± 0,35 3 2,50 ± 0 3 2,76 ± 2,19 3
40 3,75 ± 0,35 3 3,50 ± 0,50 3 4,66 ± 0,57 3
50 3,25 ± 1,06 3 4,50 ± 1,41 3 2,60 ± 1,04 3
60 3,00 ± 0 3 4,25 ± 1,77 3 1,60 ± 1,15 3
Keterangan : Nilai rata-rata ± standar deviasi
71
0
5
10
15
20
25D
iam
eter
zon
a be
ning
(mm
)
4 20 40 50 60 Metanol Antibiotik
Salinitas (ppt)
Pakan N. oculata
V.cholerae
B.subtilis
E.coli
Gambar 33 Diameter zona bening B. rotundiformis yang diberi pakan N. oculata
pada salinitas yang berbeda
Aktivitas antibakteri dari ekstrak kasar senyawa B. rotundiformis yang diberi
pakan N. oculata terdeteksi menghambat aktivitas ketiga jenis bakteri uji, tetapi
tidak semua tingkatan salinitas, jadi terdapat perbedaan diameter zona bening
pada ketiga jenis bakteri uji. Zona bening paling besar terbentuk pada bakteri E.
coli salinitas 40 ppt yaitu 4,66 mm, sedangkan bakteri uji yang tidak terbentuk
zona bening adalah bakteri uji B. subtilis salinitas 4 ppt.
Respons bakteri uji terhadap ekstrak kasar B. rotundiformis berbeda
menurut salinitas dan jenis pakan. Jika dibandingkan respons bakteri uji terhadap
ekstrak senyawa dari B. rotundiformis yang diberi pakan N. oculata dan
Prochloron sp. secara umum terlihat ketiga jenis bakteri uji tersebut lebih rentan
terhadap ekstrak B. rotundiformis dengan pakan N. oculata dari pada dengan
pakan Prochloron sp. Salinitas 40 ppt paling potensial memicu B. rotundiformis
memproduksi senyawa yang memiliki aktivitas antibakteri, diduga pada salinitas
ini terjadi rangsangan miksis yang mampu merubah pola reproduksi. Rotifera
dapat merubah pola reproduksi dari aseksual menjadi seksual diawali dengan
adanya stimulus dari luar. Fenomena biologi ini mengindikasikan adanya
metabolisme sekunder oleh rotifera yang diyakini merupakan senyawa bioaktif.
Senyawa bioaktif dari rotifera sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungannya,
72
jika kondisi lingkungan berubah atau terjadi rangsangan miksis, maka rotifera
mengalami perubahan pola reproduksi. Karena menurut Hagiwara dan Hirayama
(1993), faktor yang dapat menyebabkan terjadinya rangsangan miksis adalah
salinitas dan jenis pakan. Jadi salinitas 40 ppt dan pakan N. oculata yang
menunjukkan aktivitas antibakteri yang besar jika dibandingkan dengan pakan dan
salinitas lain. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa salinitas rendah tidak selalu
memicu B. rotundiformis memproduksi senyawa bioaktif yang memiliki aktivitas
antibakteri. Respons jenis bakteri terhadap senyawa aktif yang dihasilkan terlihat
berbeda menurut jenis bakteri. Diameter zona bening yang terbentuk pada ekstrak
B. rotundiformis yang dikultur dengan alga mikro N. oculata, menunjukkan
bakteri E. coli yang memiliki zona bening paling besar kemudian bakteri B.
subtilis dan V. cholerae.
Pada bakteri uji V. cholerae, zona bening yang terbesar terdapat pada
ekstrak hasil kultur salinitas 4 ppt yaitu 4,33 mm, kemudian diikuti oleh salinitas
40 ppt (3,75 mm), 50 ppt (3,25 mm), 60 ppt (3 mm), dan yang terkecil adalah 20
ppt (2,25 mm). Perbedaan besarnya zona bening pada salinitas 4 ppt, 40 ppt, 50
ppt, dan 60 ppt tidak menyolok, tetapi pada salinitas 20 ppt zona bening yang
dihasilkan adalah yang terkecil. Aktivitas ekstrak kasar B. rotundiformis hasil
kultur pada salinitas 4 ppt, 20 ppt, 40 ppt, 50 ppt dan 60 ppt semua ampuh
terhadap bakteri uji V. cholerae (Gambar 34 dan Lampiran 12). Hal ini
menandakan bahwa substan antibakteri yang terkandung pada semua ekstrak kasar
B. rotundiformis mampu menghambat mikroorganisme (Lay 1994).
73
Gambar 34 Zona bening B. rotundiformis terhadap bakteri V. cholerae pakan N. oculata. Ket : 4= 4 ppt, 20= 20 ppt, 40= 40 ppt, 50= 50 ppt, 60= 60 ppt, M= Metanol, T= Tetrasiklin.
Ekstrak kasar B. rotundiformis yang diuji pada bakteri B. subtilis tidak
semua menghasilkan zona bening seperti pada bakteri V. cholerae. Pada bakteri
B. subtilis, diameter zona bening terbesar terdapat pada salinitas 50 ppt yaitu 4,50
mm, selanjutnya diikuti oleh salinitas 60 ppt (4,25 mm), salinitas 40 ppt (3,50
mm) dan salinitas 20 ppt (2,50 mm), sedangkan pada salinitas 4 ppt tidak
terdeteksi pembentukan zona bening. Aktivitas ekstrak kasar dari B. rotundiformis
yang dikultur pada salinitas 4 ppt, 20 ppt, 40 ppt, 50 ppt dan 60 ppt tidak semua
ampuh terhadap bakteri uji B. subtilis (Tabel 12, Gambar 35 dan Lampiran 12).
Gambar 35 Zona bening B. rotundiformis terhadap bakteri B. subtilis, pakan N. oculata. Ket : 4= 4 ppt, 20= 20 ppt, 40= 40 ppt, 50= 50 ppt, 60= 60 ppt, M= Metanol, A= Amoksisilin.
40
T
M 60
50
V. cholerae
4
20
60
50
A
M
B. subtilis
4
20
40
74
Hasil pengujian pada ekstrak kasar B. rotundiformis dari hasil kultur lima
tingkatan salinitas yang diuji pada bakteri E. coli menunjukkan diameter zona
bening terbesar yaitu pada salinitas 40 ppt dengan diameter 4,66 mm, kemudian
diikuti oleh salinitas 20 ppt (2,76 mm), salinitas 50 ppt (2,60 mm), salinitas 4 ppt
(2,50 mm), dan salinitas 60 ppt (1,60 mm). Ekstrak kasar B. rotundiformis dengan
bakteri E. coli terlihat pada semua tingkatan salinitas terbentuk zona bening
(Gambar 36 dan Lampiran 12).
Gambar 36 Zona bening B. rotundiformis terhadap bakteri E. coli, pakan
N. oculata. Ket : 4= 4 ppt, 20= 20 ppt, 40= 40 ppt, 50= 50 ppt, 60= 60 ppt, M= Metanol, T= Tetrasiklin. 4.2.2 Aktivitas Antibakteri B. rotundiformis dengan Pakan Prochloron sp.
Hasil pengujian aktivitas antibakteri ekstrak kasar B. rotundiformis yang
dikultur pada salinitas 4 ppt, 20 ppt, 40 ppt, 50 ppt, dan 60 ppt dengan pakan
Prochloron sp. terhadap tiga bakteri uji V. cholerae, B. subtilis, E. coli
menunjukkan adanya perbedaan aktivitas dari masing-masing perlakuan. Jika
dibandingkan aktivitas antibakteri B. rotundiformis hasil kultur dengan pakan
N. oculata dan Prochloron sp. maka aktivitas dengan pakan Prochloron sp. lebih
kecil. Aktivitas antibakteri B. rotundiformis yang diberi pakan Prochloron sp.
terdeteksi menghambat aktivitas dari ketiga jenis bakteri uji, tetapi tidak semua
tingkatan salinitas. Terdapat perbedaan diameter zona bening yang terbentuk dari
ketiga jenis bakteri uji.
50
40
E.coli
4
20
M
T
60
75
Tabel 12 dan Gambar 37 menunjukkan hasil pengukuran diameter zona
bening ekstrak kasar B. rotundiformis yang diberi pakan Prochloron sp. terhadap
3 jenis bakteri uji. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan pakan
Prochloron sp. dan salinitas 4 ppt, 40 ppt, 50 ppt, 60 ppt yang terbentuk zona
bening, sedangkan pada salinitas 20 ppt tidak terbentuk zona bening.
Tabel 12 Diameter zona bening (mm) B. rotundiformis yang diberi pakan Prochloron sp. terhadap tiga jenis bakteri pada salinitas yang berbeda
Diameter zona bening (mm) Salinitas (ppt) V. cholerae n B. subtilis n E. coli N
4 2,00 ± 0 3 2,25 0 0,35 3 0 3
20 0 3 0 3 0 3
40 3,33 ± 1,75 3 2,50 ± 0,87 3 2,00 ± 0 3
50 3,00 ± 0 3 2,00 ± 0 3 2,25 ± 0,18 3
60 0 3 2,00 ± 0 3 3,00 ± 0 3
Keterangan : Nilai rata-rata ± standar deviasi
0
5
10
15
20
25
Dia
met
er z
ona
beni
ng (m
m)
4 20 40 50 60 Metanol Antibiotik
Salinitas (ppt)
Pakan Prochloron sp.
V.cholerae
B.subtilis
E.coli
Gambar 37 Diameter zona bening B. rotundiformis yang diberi pakan
Prochloron sp. pada salinitas yang berbeda
Ekstrak kasar B. rotundiformis dengan pakan Prochloron sp. yang memiliki
aktivitas antibakteri terhadap bakteri uji V. cholerae hanya pada salinitas 4 ppt,
40 ppt dan 50 ppt. Diameter zona bening yang paling besar yaitu 3,33 mm pada
76
salinitas 40 ppt, kemudian diikuti oleh salinitas 50 ppt (3 mm) dan salinitas 4 ppt
(2 mm), sedangkan pada salinitas 20 ppt dan salinitas 60 ppt tidak terdeteksi
adanya aktivitas terhadap bakteri uji V. cholerae (Gambar 38).
Gambar 38 Zona bening B. rotundiformis terhadap bakteri V. cholerae, pakan Prochloron sp. Ket : 4= 4 ppt, 20= 20 ppt, 40= 40 ppt,
50= 50 ppt, 60= 60 ppt, M= Metanol, T= Tetrasiklin.
Ekstrak kasar B. rotundiformis hasil kultur dengan pakan Prochloron sp.
yang diuji pada bakteri B. substilis, tidak semua perlakuan salinitas terdeteksi
adanya aktivitas antibakteri. Diameter zona bening yang paling besar yaitu pada
salinitas 40 ppt (2,50 mm), kemudian diikuti oleh salinitas 4 ppt (2,25 mm), 50
ppt (2 mm) dan 60 ppt (2 mm), pada salinitas 20 ppt tidak terdeteksi adanya
aktivitas antibakteri terhadap bakteri uji B. subtilis (Gambar 39).
Gambar 39 Zona bening B. rotundiformis terhadap bakteri B. substilis, pakan Prochloron sp. Ket : 4= 4 ppt, 20= 20 ppt, 40= 40 ppt,
50= 50 ppt, 60= 60 ppt, M= Metanol, A= Amoksisilin.
20
4
20
B. subtilis
60
A
40
50 M
4
20
60
A
40
B. subtilis
M 4
60
20
50 40
M
50
T
40
60
20
4
V. cholerae
77
Ekstrak kasar B. rotundiformis yang dikultur pada salinitas 40 ppt, 50 ppt
dan 60 ppt terhadap bakteri uji E. coli terdeteksi adanya aktivitas antibakteri,
sedangkan hasil kultur pada salinitas 4 ppt dan 20 ppt tidak terdeteksi aktivitas
antibakteri. Diameter zona bening yang terbesar adalah 3 mm pada salinitas
60 ppt, kemudian 2,25 mm pada salinitas 50 ppt dan 2 mm pada salinitas 40 ppt
(Gambar 40).
Gambar 40 Zona bening B. rotundiformis terhadap bakteri E. coli, pakan Prochloron sp. Ket : 4= 4 ppt, 20= 20 ppt, 40= 40 ppt,
50= 50 ppt, 60= 60 ppt, M= Metanol, T= Tetrasiklin.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa zona bening terbesar yang
terbentuk pada perlakuan jenis pakan N. oculata maupun pakan Prochloron sp.
yaitu pada salinitas 40 ppt.
4.2.3 Aktivitas Antibakteri Alga mikro N. oculata dan Prochloron sp.
Alga mikro N. oculata dan Prochloron sp. yang digunakan sebagai pakan
B. rotundiformis juga diuji aktivitas antibakterinya untuk mengetahui sejauh mana
pengaruh alga mikro terhadap pembentukan zona bening pada ekstrak kasar
B. rotundiformis. Alga mikro N. oculata dan Prochloron sp. diekstrak dan diuji
terhadap tiga jenis bakteri V. cholerae, B. subtilis, dan E. coli. Hasil uji aktivitas
antibakteri dari alga mikro N. oculata dan alga mikro Prochloron sp.
menunjukkan bahwa alga mikro N. oculata terdeteksi memiliki aktivitas
antibakteri dengan terbentuknya zona bening, sedangkan ekstrak dari alga mikro
Prochloron sp. tidak terdeteksi aktivitas antibakteri dengan pembentukan zona
50
T
60
40
4
20
M
E. coli
78
bening. Tabel 13 dan Gambar 41 menunjukkan besarnya diameter zona bening
yang terbentuk pada alga mikro N. oculata dan alga mikro Prochloron sp.
Tabel 13 Diameter zona bening (mm) alga mikro N. oculata dan alga mikro Prochloron sp. terhadap tiga jenis bakteri uji
Zona Bening (mm)
Pakan V. cholerae B. subtilis E. coli
N. oculata 1,5 ± 0 1,5 ± 2,30 2,66 ± 1,15
Prochloron sp. 0 0 0
0
5
10
15
20
25
Dia
met
er z
ona
beni
ng (m
m)
N. oculata Prochloron sp. Metanol Antibiotik
Perlakuan
Pakan
V. cholerae
B. subtilis
E. coli
Gambar 41 Diameter zona bening alga mikro N. oculata dan alga mikro
Prochloron sp.
Hasil pengujian terhadap rotifera B. rotundiformis diketahui bahwa dalam
tubuh B. rotundiformis terdeteksi senyawa antibakteri, tetapi jenis pakan juga
memberi pengaruh. Hasil penelitian menunjukkan ada perbedaan aktivitas dari
ekstrak B. rotundiformis yang diberi alga mikro yang berbeda, karena yang diberi
alga mikro N. oculata zona beningnya lebih besar jika dibandingkan dengan yang
diberi alga mikro Prochloron sp.
Hasil penelitian menunjukkan rata-rata diameter zona bening pada ekstrak
alga mikro N. oculata lebih kecil jika dibandingkan dengan diameter zona bening
dari B. rotundiformis dengan pakan N. oculata, sehingga dapat dipastikan bahwa
senyawa antibakteri yang terdeteksi pada B. rotundiformis berasal dari
79
B. rotundiformis itu sendiri, tetapi ada juga kontribusi dari alga mikro sebagai
pakan B. rotundiformis. Konsentrasi zat aktif dalam ekstrak uji mempengaruhi
diameter zona bening, semakin tinggi konsentrasi zat aktif dalam ekstrak uji maka
semakin besar diameter zona bening yang dibentuk (Pelczar dan Chan 1988).
Berdasarkan perlakuan salinitas, secara umum B. rotundiformis yang dikultur
pada salinitas 40 ppt dengan pakan alga mikro N. oculata memiliki aktivitas
antibakteri yang relatif lebih besar jika dibandingkan dengan B. rotundiformis
yang dikultur dengan alga mikro Prochloron sp. dan salinitas lainnya. Disamping
itu juga dari hasil perhitungan persentase miksis diketahui bahwa persentase
miksis terbesar terlihat pada B. rotundiformis dengan pakan N. oculata. Informasi
persentase miksis mengindikasikan keadaan stres pada B. rotundiformis dan
diyakini hal ini memicu produksi senyawa bioaktif.
Analisis ragam terhadap diameter zona bening menunjukkan bahwa pada
ketiga jenis bakteri V. cholerae, B. subtilis, dan E. coli, diameter zona bening
dipengaruhi oleh interaksi antara jenis pakan dan salinitas. Pengaruh utama jenis
pakan dan salinitas secara nyata berpengaruh terhadap besarnya zona bening. Uji
beda rata-rata diameter zona bening menunjukkan bahwa B. rotundiformis hasil
kultur pada salinitas 20 ppt lebih kecil dari pada salinitas 4 ppt dan 50 ppt pada
bakteri V. cholerae, kemudian lebih kecil dibanding dengan salinitas 40 ppt pada
E. coli dan lebih kecil lagi jika dibandingkan dengan salinitas 40 ppt, 50 ppt dan
60 ppt pada B. subtilis. Lebih kecilnya zona bening pada salinitas 20 ppt karena
salinitas 20 ppt merupakan salinitas optimal bagi B. rotundiformis sehingga
B. rotundiformis tidak mengalami stres atau tekanan lingkungan (James dan Abu
1990).
Pada kondisi lain dengan menganggap jenis bakteri sebagai satu perlakuan
tersendiri yang dikombinasikan dengan pengaruh salinitas dan pakan, maka
besarnya zona bening sangat ditentukan oleh interaksi antara jenis pakan, salinitas
dan bakteri yang digunakan, meskipun pengaruh faktor tunggal bakteri tidak
berbeda nyata dalam membentuk zona bening. Berdasarkan hasil analisis ragam
dapat dikatakan bahwa besarnya zona bening yang terbentuk dipengaruhi oleh
salinitas dan jenis pakan yang digunakan. Untuk menjelaskan hubungan antara
salinitas dengan aktivitas antibakteri dari B. rotundiformis maka dilakukan regresi
80
antara salinitas dengan diameter zona bening yang terbentuk pada tiga jenis
bakteri. Analisis regresi dilakukan baik pada jenis pakan N. oculata maupun
pakan Prochloron sp. Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa diameter zona
bening yang terbentuk pada B. rotundiformis yang dikultur dengan pakan
N. oculata bakteri B. subtilis nyata berkorelasi linier positif dengan salinitas
sedangkan pada bakteri V. cholerae dan E. coli tidak memperlihatkan korelasi
yang nyata dengan salinitas. Hubungan antara diameter zona bening (Y) dengan
salinitas (X) pada bakteri B. subtilis mengikuti persamaan regresi
Y= 0,223 + 0,051X (R2 = 0,714) (Lampiran 13). Dapat dikatakan bahwa aktifitas
antibakteri pada B. rotundiformis yang diberi pakan N. oculata pada bakteri
B. subtilis meningkat lebih dari setengah setiap peningkatan salinitas sebesar 10
ppt. Berbeda dengan respon yang ditunjukkan oleh B. rotundiformis yang dikultur
dengan pakan Prochloron sp. Analisis regresi antara diameter zona bening (Y)
dengan salinitas (X) menunjukkan hubungan linier positif yang nyata hanya
terlihat pada bakteri E. coli yang mengikuti persamaan Y = -0,580 + 0,058 X
(R2 = 0,926) (Lampiran 14). Hasil ini menunjukkan bahwa aktivitas antibakteri
pada B. rotundiformis yang diberi pakan Prochloron sp. pada bakteri E. coli
meningkat lebih dari setengah setiap peningkatan salinitas sebesar 10 ppt.
Berdasarkan hasil analisis regresi antara diameter zona bening dengan salinitas
dan jenis pakan untuk uji aktivitas antibakteri B. rotundiformis pada tiga jenis
bakteri uji, maka sebaiknya kultur B. rotundiformis dilakukan pada salinitas dan
jenis pakan tertentu.
Untuk menjelaskan seberapa besar respon aktivitas antibakteri dari
B. rotundiformis dipengaruhi oleh jenis pakan atau diakibatkan oleh aktifitas
biologis dalam tubuh B. rotundiformis itu sendiri maka dilakukan analisis untuk
melihat pengaruh dari ekstrak alga mikro terhadap aktivitas pembentukan zona
bening sebagai kontrol. Hal ini dilakukan untuk mengetahui mekanisme
pembentukan aktivitas antibakteri dalam tubuh B. rotundiformis dan pengaruh
alga mikro dalam proses tersebut. Dengan demikian dilakukan pembandingan
antara zona bening yang diperlihatkan pada ekstrak B. rotundiformis hasil kultur
berbagai kombinasi salintas dan pakan dengan zona bening yang dihasilkan oleh
alga mikro yang digunakan sebagai pakan B. rotundiformis.
81
Zona bening yang terbentuk antara B. rotundiformis yang diberikan pakan N.
oculata dengan alga mikro N. oculata, yaitu lebih besar yang dihasilkan oleh B.
rotundiformis hasil kultur dengan pakan N. oculata, salinitas 40 ppt, 50 ppt dan 60
ppt, pada bakteri uji B. subtilis dari pada yang dihasilkan oleh alga mikro N.
oculata itu sendiri. Senyawa bioaktif dalam tubuh B. rotundiformis dipengaruhi
oleh pakannya dan hanya terjadi pada salinitas ekstrim lebih tinggi pada bakteri
B. subtilis tetapi tidak untuk bakteri V. cholerae dan E. coli. Hal ini
mengindikasikan bahwa zona bening yang terbentuk pada ekstrak
B. rotundiformis dengan pakan N. oculata terhadap bakteri V. cholerae dan
E. coli, lebih besar dipengaruhi alga mikro N. oculata itu sendiri sebagai pakan
dibandingkan dengan proses fisiologi dalam B. rotundiformis.
Hasil penelitian menunjukkan perbedaan besarnya zona bening yang
terbentuk pada ekstrak B. rotundiformis yang diberi pakan Prochloron sp. dengan
ekstrak alga mikro Prochloron sp. sebagai kontrol. Pada bakteri uji V. cholerae,
zona bening yang terbentuk lebih besar kecuali pada salinitas 20 ppt. Mekanisme
pembentukan senyawa antibakteri terhadap bakteri uji E. coli terlihat pada kondisi
ekstrim yaitu salinitas lebih tinggi sedangkan pada bakteri uji V. cholerae terjadi
baik pada kondisi salinitas tinggi maupun rendah.
Untuk mengetahui kontribusi B. rotundiformis menghasilkan senyawa
antibakteri, maka dihitung efisiensi relatif B. rotundiformis hasil kultur pada
beberapa tingkatan salinitas dan pakan serta antibiotik yang digunakan. Hasil
perhitungan menunjukkan bahwa efisiensi relatif B. rotundiformis yang dikultur
dengan pakan N. oculata dan salinitas 4 ppt lebih efektif dalam pembentukan zona
bening pada bakteri V. cholerae, sedangkan respon pada bakteri B. subtilis lebih
efektif pada salinitas 50 ppt dan 60 ppt. Efektifitas yang paling besar dalam
pembentukan zona bening yaitu pada B. rotundiformis dengan pakan N. oculata,
salinitas 40 ppt, dan bakteri uji E. coli (Tabel 14). Untuk B. rotundiformis dengan
pakan Prochloron sp. tidak terdeteksi senyawa antibakteri, sehingga efektifitas
B. rotundiformis menjadi 100% yang berarti bahwa senyawa antibakteri yang
dihasilkan karena proses biologi dari dalam tubuh B. rotundiformis.
82
Tabel 14 Efisiensi relatif (%) B. rotundiformis dengan pakan N. oculata dan Prochloron sp. pada berbagai salinitas terhadap pakan N. oculata dan
Prochloron sp. dalam pembentukan zona bening
N. oculata Prochloron sp. Salinitas(ppt) V.cholerae B.subtilis E.coli V.cholerae B.subtilis E.coli
4 65,36 0 40 100 100 100
20 33,33 40 45,65 100 100 100
40 60 57,14 67,81 100 100 100
50 53,85 66,67 42,31 100 100 100
60 50 64,71 6,25 100 100 100
Hasil perhitungan efisiensi relatif B. rotundiformis dalam menghasilkan
senyawa antibakteri terhadap antibiotik menunjukkan bahwa pemberian pakan
N. oculata relatif lebih efektif dibandingkan dengan pemberian pakan Prochloron
sp. Zona bening yang terbentuk pada ketiga jenis bakteri uji yaitu lebih besar yang
diberi perlakuan pakan N. oculata. Efisiensi relatif B. rotundiformis yang diberi
pakan N. oculata pada salinitas 4 ppt dan 40 ppt pada bakteri V. cholerae
melampaui 50% dari antibiotik, kemudian salinitas 40 ppt, 50 ppt, 60 ppt pada
bakteri B. subtilis dan salinitas 40 ppt pada bakteri E. coli. Efisiensi relatif
pembentukan zona bening dari B. rotundiformis pada perlakuan pakan Prochloron
sp. tidak mencapai 50% dari antibiotik (Tabel 15).
Tabel 15 Efisiensi relatif (%) B. rotundiformis yang diberi pakan N. oculata dan Prochloron sp. pada berbagai salinitas terhadap antibiotik dalam
pembentukan zona bening
N. oculata Prochloron sp. Salinitas(ppt) V.cholerae B.subtilis E.coli V.cholerae B.subtilis E.coli
4 63,40 0 36,60 29,28 32,94 0
20 32,94 36,60 40,41 0 0 0
40 54,90 51,24 68,23 48,76 36,60 29,28
50 47,58 65,89 38,07 43,92 29,28 32,94
60 43,92 62,23 23,43 0 29,28 43,92
83
5 SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
1. Rotifera di perairan bagian timur yang berhadapan dengan Laut Maluku
(Manembo-nembo, Minanga) lebih melimpah dibanding dengan di perairan
bagian barat yang berhadapan dengan Laut Sulawesi (Wori, Tumpaan).
Rotifera yang ditemukan di perairan pantai dan estuari adalah
B. rotundiformis, B. caudatus dan B. quadridentatus. Rotifera B.
rotundiformis lebih melimpah dibanding dengan B. caudatus dan B.
quadridentatus. B. rotundiformis lebih melimpah di tambak dari pada di
pantai dan di muara, sedangkan B. caudatus dan B. quadridentatus
cenderung melimpah di muara dibanding pantai maupun tambak.
Kelimpahan ketiga jenis rotifera cenderung meningkat dengan
meningkatnya kelimpahan fitoplankton, dan menurun dengan meningkatnya
suhu, salinitas, oksigen terlarut dan kekeruhan.
2. Daur hidup rotifera B. rotundiformis berbeda menurut jenis pakan. Ukuran
B. rotundiformis dengan pemberian pakan alga mikro Prochloron sp. lebih
kecil dibandingkan dengan B. rotundiformis yang diberi pakan alga mikro
N. oculata. Ada kecenderungan peningkatan ukuran B. rotundiformis pada
perlakuan salinitas 4 ppt, 40 ppt, 50 ppt dan 60 ppt.
3. Rotifera B. rotundiformis memiliki aktifitas antibakteri. Aktifitas antibakteri
yang terdeteksi dipengaruhi oleh salinitas dan jenis pakan yang berbeda.
Secara umum salinitas 40 ppt adalah yang paling potensial memicu
B. rotundiformis memproduksi senyawa antibakteri dibandingkan dengan
salinitas yang lebih rendah dan lebih tinggi. Alga mikro N. oculata
merupakan pakan yang baik dalam memproduksi bahan aktif antibakteri.
Rotifera B. rotundiformis dengan perlakuan pakan alga mikro N. oculata
memiliki aktivitas antibakteri lebih besar dari pada yang diberi pakan
Prochloron sp. Aktifitas antibakteri yang terdeteksi selain berasal dari
B. rotundiformis itu sendiri tetapi ada juga kontribusi dari alga mikro
sebagai pakan B. rotundiformis.
84
5.2 Saran
1. Penelitian lanjutan untuk pemurnian dan karakterisasi fisika dan kimia
senyawa yang diekstrak dari rotifera B. rotundiformis.
2. Penelitian lanjutan terhadap aktifitas antibakteri dari B. rotundiformis
dengan menggunakan jenis bakteri dan pakan lain.
3. Penelitian lanjutan untuk alga mikro Prochloron sp. sebagai pakan
B. rotundiformis untuk kebutuhan kultur masal.
85
DAFTAR PUSTAKA
Arinardi OH. 1997. Status Pengetahuan Plankton di Indonesia. Oseanologi dan Limnologi di Indonesia 30:63-95.
Arinardi OH, Sutomo AB, Yusuf SA, Trimaningsih, Asnaryanti E, Riyono SH. 1997. Kisaran Kelimpahan dan Komposisi Plankton Predominan di Perairan Kawasan Timur Indonesia. Jakarta : Pusat Penelitian dan Pengembangan Oseanologi-LIPI.
Assavaaree M, Hagiwara A, Lubzens E. 2001. Factor Affecting Low Temperature Preservation of the Marine Rotifer Brachionus rotundiformis Tschugunoff. Hydrobiologia 446/447:355-361.
Bakosurtanal. 1991a. Peta Rupa Bumi Indonesia. Bitung : Lembar RBI 2417-24/33.
Bakosurtanal. 1991b. Peta Rupa Bumi Indonesia. Wori : Lembar RBI 2417-51/53.
Bakosurtanal. 1995. Peta Lingkungan Pantai Indonesia. Kotabunan : Lembar LPI 2416-02.
Barnes R. 1987. Invertebrate Zoology. Phyladephia : W.B. Saunders Co.
Bekleyen A. 2001. A Taxonomical Study on The Rotifera Fauna of Devegeçidi Dam Lake (Diyarbak›r-TURKEY). Turk. J. Zool. 25:251-255.
Bengen DG. 1999. Sinopsis Analisis Statistik Multivariabel/Multidimensi. Bogor : Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
Birky CW, Gilbert JJ. 1971. Parthenogenesis in Rotifers : the Control of Sexual and Asexual Reproduction. Am. Zool. 11:245-266.
Bold HC, Wynne MJ. 1985. Introduction to The Algae. New Jersey : Prentice-Hall. Inc.
Bowman BP, Snell TW, Cochrane BJ. 1990. Isolation and Purification of Glutathione S-transferase From Brachionus plicatilis and Brachionus calyciflorus (Rotifera). Physiol 95B(3):619-624.
Brusca RC, Brusca GJ. 1990. Invertebrates. Massachusett : Sinayer associates, Inc. Publisher Sunderland.
Caroco NA, Tamse, Boutros O, Valiela I. 1987. Nutrient Limitation of Phytoplankton Growth in Brackish Coastal Ponds. Can. J. Fish. Aquat. Sci, 44:473-476.
Cheng SH, Aoki S, Maeda M, Hino A. 2004. Competition Between The Rotifer Brachionus rotundiformis and The Ciliate Euplotes vannus Fed on two Different Algae. Aquaculture 241:331-343.
Davis C. 1955. The Marine and Freshwater Plankton. Michigan : State Univ.
86
De Araujo AB, Hagiwara A, Snell TW. 2001. Effect of Unionized Ammonia, Viscosity and Protozoan Contamination on Reproduction and Enzyme Activity of The Rotifer Brachionus rotundiformis. Hydrobiologia 446-447:363-368.
Fieder DS, Purser GJ. 2000. Effect of Rapid Changes in Temperature and Salinity on Availability of The Rotifers Brachionus rotundiformis and Brachionus plicatilis. Aquaculture 189:85-99.
http://ae.inno-vet-com/articles/2001/0201. [14 Mei 2003].
Fu Y, Hirayama K, Natsukari Y. 1990. Strains of The Rotifer Brachionus plicatilis Having Particular Patterns of Isozymes. Manila Philippines:37-40.
Fukusho K. 1989a. Biology and Mass Production of The Rotifer Brachionus plicatilis. Int. J. Aq. Fish. Technol 1:232-240.
Fukusho K. 1989b. Strain Differences. http://allserv.rug.ac.be/aquaculture/stiho/
[16 Oktober 2003].
Fukusho dan Iwamoto. 1981. Strain Differences. http://allserv.rug.ac.be/aquaculture/stiho/. [16 Oktober 2003].
Fulks W, Main KL. 1991. Rotifer and Microalgae Culture System. Hawai : The Oceanic Institute.
Gomez A. 2003. Dr. Africa Gomez. http://www.uv.es/. [16 Oktober 2003].
Hagiwara A, Hirayama K. 1993. Preservation of Rotifer and In Application In The Finfish Hatchery. TMI conference proceedings 2:61-71.
Hagiwara A, Kotani T, Snell TW, Assavaree AM, Hirayama K. 1995. Morphology Reproduction, Genetics and Mating Behavior of Small Tropical Marine Brachionus Strain. J. Mar. Biol. Ecol 194:25-37.
Hagiwara A, Balompapueng MD, Munuswamy N, Hurayama K. 1997. Mass Production and Preservation of The Resting Eggs of The Euryhaline Rotifer Brachionus plicatilis and Brachionus rotundiformis. http://www.sciencedirect.com/science/. [11 April 2003].
Hagiwara A, Hino A, Hirano R. 1998. Comparison of Resting Egg Formation Among Five Japanese Stocks of The Rotifer Brachionus plicatilis. J. Mar. Biol. Ecol 194:25-37.
Hara K, Arano H, Ishihara T. 1984. Purification of Alkaline Proteases of The Rotifer Brachionus plicatilis. Bull.Jap.Soc.Sci.Fish 50(9):1605-1609.
Harborne JB. 1987. Metode Fitokimia. Bandung : Institut Teknologi Bandung.
Hashimoto Y. 1979. Marine Toxins and Other Bioactive Marine Metabolites. Japan : Scientific societies press.
Hirata H. 1975. Preliminary Report on The Photoperiodic Acclimation for Growth of Chlorella Cells in Syncronized Culture. Japan : Kagoshima University.
Hirayama K, Rumengan IFM. 1993. Fecundity Patterns of S and L Type Rotifers Brachionus plicatilis. Hydrobiolgia 255/256:153-157.
87
Houghton PJ, Raman A. 1998. Laboratory Handbook for The Fractionation of Natural Extracts. London : Chapman and Hall.
Isnansetyo A, Kurniastuty. 1995. Teknik Kultur Fitoplankton dan Zooplankton, Pakan Alami Untuk Pembenihan Organisme Laut. Yogyakarta : Kanisius.
James CM, Abu RT. 1990. Efficiency of Rotifer Chemostats in Relation to Salinity Regimes for Producing Rotifer for Aquaculture. J. Aqua.in the tropics 5(2):103-116.
JICA. 2000. Data digital JICA untuk Daerah Sulawesi Utara. Sulawesi Utara.
Jorgensen JH, Turnidge JD, Washington JA. 1995. Antibacterial Susceptibility Test : Dilution and Disk Diffusion Methods. In: Murray PR, Pfaller MA, Tenover FC, Baron EJ, Yolken RH, ed. Mannual of clinical microbiology, 7th ed. J. Washington, DC : ASM Press; 1999:1526-1543.
King CE. 1966. Food, Age, and The Dynamics of A Laboratory Population of Rotifer. Washington : Department of Zoology University of Washington.
Kirk KL. 1999. Introduction to The Rotifera. http://www.ucmp.berkeley.edu/phyla/ rotifera/aurotifera.html. [29 Juni 2004 ].
Kleinow WH, Wratil K, Kuhle, Eseh B. 1991. Electron Microscope Studies of The Digistive Tract of Brachionus plicatilis. Zoomorphology 111:67-80.
Korea-Us Aquaculture. Utilization of Rotifer Brachionus spp. as a Live Food Organism for Hatchery-Based Seed Production. http://www.lib.noaa.gov/korea/korean aquaculture/algal.htm. [26 Maret 2007].
Korstad J, Olsen Y, Vadstein O. 1989. Life History Charakteristic of Brachionus plicatilis (Rotiffera) Fed Different Algae. Hydrobiologia 186/187:43-50.
Lay B. 1994. Analisis Mikroba di Laboratorium. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.
Liao IC, Su HM, Lin JH. 1983. Larvae Food for Penaid Prawns. In CRC and Book of Maricultur Vol I. Crustacea Aguacultur (J.P McKey and J.R Moore eds).
Lewin RA, Cheng L. 1989. Prochloron A Microbial Enigma. London : Chapman and Hall.
Lubzens E. 1987. Raising Rotifers For Use in Aquaculture. Hydrobiologia 147:245-255.
Lubzens E, Zmora O, Barr Y. 2001. Biotechnology and Aquaculture of Rotifers. Hydrobiologia 446/447:337-353.
Maruyama IT, Nakamura T, Matsubayashi Y, Ando, Maeda T. 1986. Identification of The Algae Known as Marine Chlorela as A Member of The Eustig Mathophyceae. Jap. J. Phycol. 34:312-325.
88
Maruyama I, Hirayama K. 1993. The Culture of The Rotifer Brachionus plicatilis with Chlorella vulgaris Containing Vitamin B12 in Its Cells. J. World Aquac. Soc. 24:194-198.
Munuswamy N, Hagiwara A, Murugan G, Hirayama K, Dumont HJ. 1996. Structural Differences Between The Resting Eggs of Brachionus plicatilis and Brachionus rotundiformis (Rotifera, Brachionidae): An Electron Microscopic Study. Hydrobiologia 318(3):219-223.
Ndukwe KC, Okeke IN, Lamikanra A, Adesina SK, Aboderin O. 2005. Antibacterial Activity of Aqueous Extracts of Selected Chewing Sticks. J. Contemp Dent Pract (6)3:086-094.
Newell GE, Newell RC. 1963. Marine Plankton: A Practical Guide. London : Hutchinson Educational.
Nogrady T, Wallace RL, Sneel TW. 1993. Rotifera, Biology, Ecology and Systematic Volume 2. Netherland : Academic Publishing.
Odum EP. 1971. Fundamentals of Ecology. Philadelpia : W.B. Saunders Co.
Örstan A. 1999. Introduction to The Rotifera. http://www.ucmp.berkeley.edu/phyla/ rotifera/aurotifera.html. [29 Juni 2004 ].
Olsen Y, Reitan KI, Vadstein O. 1993. Dependence of Temperature on Loss Rates of Rotifers, Lipids and 3 Fatty Acids in Starved Brachionus plicatilis Cultures. Hydrobiologia 255/256:13-20.
Parsons TR, Takahashi M, Hargrave B. 1984. Biological Oceanography Process. Third Edition. New York : Pergamon Press.
Pelczar MJJr, Chan ECS. 1988. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Volume ke-1,2 Hadioetomo RS, Imas T, Tjitrosomo SS, Angka SL, penerjemah; Jakarta : UI Pr. Terjemahan dari : Elements of Microbiology.
Pianka ER. 1988. Evolutionary Ecology, 4th Edition. New York : Harper Collins Publishers Inc.
Rimper J, Kaswadji K, Widigdo B, Sugiri N, Rumengan IFM. 2007. Monogonont Rotifers Brachionus spp. In North Sulawesi. J. Marine Research in Indonesia 32(2):103-108.
Rimper J, Kaswadji K, Widigdo B, Sugiri N, Rumengan IFM. 2008. Body size of rotifers (Brachionus rotundiformis) from estuaries in North Sulawesi.
Aquaculture XIII (1):49-50.
Romimohtarto K, Juwana S. 1999. Biologi Laut. Jakarta : Pusat Penelitian dan Pengembangan Oseanologi-LIPI.
Rumengan IFM. 1990. Studies of Growth Characteristic and Karyotype of S and L Type Rotifers, Brachionus plicatilis. [Dissertation]. Japan : Nagasaki University Graduate School of Marine Science and Engineering.
Rumengan IFM, Kayano H, Hirayama K. 1991. Kariotypes of S and L Type Rotifer Brachionus plicatilis O.F. Muller. Marine Biology and Ecology 154:171-176.
89
Rumengan IFM. 1997. Rotifer Laut (Brachionus spp) Sebagai Bio Kapsul Bagi Larva Berbagai Jenis Fauna Laut. Warta Wiptek no 19.
Rumengan IFM. 2007a. Prospek Bioteknologi Rotifer Brachionus rotundiformis. Squalen 2(1):17-21.
Rumengan IFM, Sulung M, Lantiunga Z, Kekenusa J. 2007b. Morfometri Rotifer Brachionus rotundiformis strain SS asal tambak Minanga dan tambak Watuliney Sulawesi Utara yang dikultur pada salinitas yang berbeda. J. Riset Akuakultur (2)2: 221-229.
Sea Grant Lakes Network. 2007. Class Monogononta-Order Ploima Family Brachionidae. http://www.glerl.noaa.gov/seagrant/GLWL/Zooplankton/Rotifers. [26 Maret 2007].
Schunack W, Mayer K, Haake M. 1990. Senyawa Obat, Buku Pelajaran Kimia Farmasi Edisi ke-2. Jogjakarta : Gaja Mada University Press.
Snell TW, Carrillo K. 1984. Body Size Variation Among Strains of The Rotifer Brachionus plicatilis. Aquaqulture 37:359-367.
Sournia A. 1986. Atlas Du Phytoplancton Marin Vol I. Paris : Centre National de La Recherche Scientifique.
Sugiri N. 1989. Zoologi Avertebrara II. Bogor : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Pusat Antar Universitas Ilmu Hayat Institut Pertanian Bogor.
Sumaryono W. 2004. Prospek, Tantangan dan Strategi Pengembangan Bioteknologi Kelautan di Indonesia. Jakarta : Departemen Kelautan dan Perikanan.
Sumich JL. 1992. An Introduction to The Biology of Marine Life. Fifth edition. America : WCB Wm.C.Brown Publishers.
Susana T. 1999. Telaah Mengenai Kandungan Nitrat di Beberapa Perairan Sekitar Pulau Jawa. Jakarta : Balitbang Oseanografi, Puslitbang Oseanologi-LIPI.
The Academy of Natural Sciences. 2001. Rotifer Family Brachionidae. http://www.ansp.org/. [7 Maret 2002].
Tomascik T, Mah AJ, Nontji A, Moosa MK. 1997. The Ecology of The Indonesian Seas. Part Two. Vol. VIII. Singapore : Periplus Editions.
Valiela I. 1995. Marine Ecological Processes. New York : Springer-Verlag Inc.
Wallace RL, Snell TW. 1991. Rotifera, Ecology and Classification of North American freshwater Invertebrates. California : Academic Press. Inc.
Wangidjaja RG. 2002. Ekstrak Bunga dan Getah Semboja Sebagai Antibakteri dan Bahan Aktif untuk Pergeseran Gigi Seri Kelinci. [Disertasi]. Bogor : Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.
Watanabe T, Kitajima C, Fujita S. 1983. Nutritional Values of Live Organisms Used in Japan For Mass Propagation of Fish. Aquaculture 34:115-143.
90
Widjhati R, Supriyono A, Subintoro. 2004. Pengembangan Senyawa Bioaktif dari Biota Laut. Jakarta : Pusat Pengkajian dan Penerapan Teknologi Farmasi dan Medika (Pusat P2TFM) BPPT.
Winotopradjoko M. 2000. ISO Indonesia (Informasi Spesialite Obat Indonesia). Jakarta : PT. Anem Kosong Anem (AKA).
Wyrtki K. 1961. Physical Oceanography of The Southeast Asean Waters. California : Scripps Inst. of oceanography La jolla.
Yamaji I. 1982. Illustrations of The Marine Plankton of Japan. Osaka : Hoikusha publishing Co.Ltd.
Yoshinaga T, Minegishi Y, Rumengan IFM, Kaneko G, Furukawa S, Yanagawa, Y, Tsukamoto K, Watabe S. 2004. Molecular phylogeny of the rotifers with two Indonesian Brachionus lineages. Coastal Marine Science 29(1):45-56.
Zar JH. 1984. Biostatistical Analysis. Second Edition. New Jersey : Prentice-Hal International, Inc.
91
Lampiran 1 Kelimpahan rotifera selama penelitian pendahuluan
Lokasi Stasiun Pasang B. rotundiformis B. caudatus B. quadridentatus Manembo Pantai Pasang 52,8 0 39,6 Muara 3961,2 105,6 752,6 Tambak 4727,0 0,0 0,0 Pantai Surut 105,6 79,2 66,0 Muara 5572,1 264,1 647,0 Tambak 6337,9 0 0 Minanga Pantai Pasang 343,3 0 158,4 Muara 8252,5 158,4 1056,3 Tambak 10272,7 0,0 290,5 Pantai Surut 224,5 0,0 52,8 Muara 8252,5 52,8 2125,8 Tambak 9480,4 0 462,1 Tumpaan Pantai Pasang 145,2 0 237,7 Muara 224,5 0 79,2 Tambak 1267,6 0 39,6 Pantai Surut 39,6 0 26,4 Muara 435,7 0 316,9 Tambak 699,8 0 26,4 Wori Pantai Pasang 105,6 0 66,0 Muara 7301,8 303,7 818,6 Tambak 5255,2 0 0 Pantai Surut 198,1 105,6 66,0 Muara 6324,7 277,3 660,2 Tambak 6536,0 0 0 Belang Pantai Pasang 211,3 0 26,4 Muara 409,3 0 13,2 Tambak 448,9 0 13,2 Pantai Surut 171,7 0 0,0 Muara 105,6 0 39,6 Tambak 448,9 0 13,2
92
Lampiran 1 Lanjutan Lokasi Stasiun Pasang B. rotundiformis B. caudatus B. quadridentatus Manado Pantai Pasang 26,4 0 13,2 Muara 26,4 26,4 52,8 Tambak 39,6 0 0 Pantai Surut 26,4 13,2 39,6 Muara 92,4 26,4 52,8 Tambak 237,7 0 0 Kema Pantai Pasang 118,8 0,0 52,8 Muara 132,0 26,4 39,6 Tambak 264,1 0 0 Pantai Surut 26,4 13,2 26,4 Muara 118,8 26,4 184,9 Tambak 132,0 0 0 Amurang Pantai Pasang 52,8 0 79,2 Muara 79,2 0 66,0 Tambak 277,3 0 13,2 Pantai Surut 26,4 0 26,4 Muara 118,8 0 66,0 Tambak 198,1 0 13,2 Poigar Pantai Pasang 0 0 0 Muara 0 0 0 Tambak 0 0 0 Pantai Surut 0 0 0 Muara 0 0 0 Tambak 0 0 0
93
Lampiran 2 Data parameter fisika kimia lingkungan selama penelitian Manembo-nembo
Lokasi Stasiun Musim Pasut Ul B.rotund B.cauda B.quadri Fito Suhu Sal pH Turb DO Manembo Pantai Barat Pasang 1 79,2 0 0 228264 29,4 26,9 7 115 5,7 Manembo Pantai Barat Pasang 2 39,6 0 0 192613 30,7 28,1 6,4 115 5,8 Manembo Pantai Barat Pasang 3 79,2 0 0 183205 31 28,2 6,8 115 5,8 Manembo Muara Barat Pasang 1 2139 158,4 356,5 276788 29,5 22,2 6,6 118 5,8 Manembo Muara Barat Pasang 2 2178,7 118,8 277,3 183205 30,6 22,3 7,3 124 5,8 Manembo Muara Barat Pasang 3 2416,3 39,6 237,7 195584 29,2 22,2 7,3 124 5,8 Manembo Tambak Barat Pasang 1 3921,6 0 0 160923 30,6 23,4 6,4 85 5,7 Manembo Tambak Barat Pasang 2 3525,5 0 0 170826 30,5 23,6 6,4 82 5,7 Manembo Tambak Barat Pasang 3 3525,5 0 0 143098 30,7 23,4 6,4 72 5,7 Manembo Pantai Barat Surut 1 118,8 0 158,4 195584 31,8 25,5 6,4 117 5,9 Manembo Pantai Barat Surut 2 118,8 0 118,8 160923 31,7 25,7 7 115 5,9 Manembo Pantai Barat Surut 3 79,2 0 39,6 153496 31 27 6,6 118 5,9 Manembo Muara Barat Surut 1 1941 158,4 633,8 245099 29,6 16,6 6,6 122 6 Manembo Muara Barat Surut 2 1703,3 118,8 554,6 210438 30,2 18,2 6,2 125 6 Manembo Muara Barat Surut 3 1782,5 118,8 594,2 190632 30,2 13 6,6 125 6 Manembo Tambak Barat Surut 1 2970,9 0 0 151020 30,7 23,5 6,9 83 5,8 Manembo Tambak Barat Surut 2 2693,6 0 0 147554 31,6 23,4 6,1 74 5,9 Manembo Tambak Barat Surut 3 3882 0 0 149535 31 23,6 6,2 82 5,9
94
Lampiran 2 Lanjutan Manembo-nembo
Lokasi Stasiun Musim Pasut Ul B.rotund B.cauda B.quadri Fito Suhu Sal pH Turb DO
Manembo Pantai Timur Pasang 1 158,4 0 79,2 160923 31,1 30,1 7 105 6,1 Manembo Pantai Timur Pasang 2 79,2 0 39,6 143098 31,4 31,1 7 106 6,1 Manembo Pantai Timur Pasang 3 79,2 0 79,2 136166 31,1 31,2 6,7 107 6,1 Manembo Muara Timur Pasang 1 6932,1 356,5 911,1 226778 31,2 23,8 7 100 6,1 Manembo Muara Timur Pasang 2 7130,1 277,3 752,6 183205 31,7 23,7 7,1 103 6,1 Manembo Muara Timur Pasang 3 7328,2 277,3 792,2 192613 31,7 23,8 7,5 97 6,1 Manembo Tambak Timur Pasang 1 6219,1 0 0 136166 30,2 23,8 7,4 100 6 Manembo Tambak Timur Pasang 2 4951,5 0 0 146069 30,6 23,9 8,1 97 6 Manembo Tambak Timur Pasang 3 4555,4 0 0 143098 30,2 24 7,8 103 6 Manembo Pantai Timur Surut 1 158,4 158,4 79,2 131214 29 31,8 7,5 109 6,1 Manembo Pantai Timur Surut 2 198,1 118,8 79,2 111409 28,9 32,4 7,5 110 6,1 Manembo Pantai Timur Surut 3 198,1 39,6 39,6 103981 28,9 31,8 7,3 101 6,1 Manembo Muara Timur Surut 1 6139,8 316,9 752,6 160923 28,6 21,1 6 103 6,1 Manembo Muara Timur Surut 2 6258,7 237,7 673,4 147554 28,8 21,7 6,2 105 6,1 Manembo Muara Timur Surut 3 6417,1 277,3 554,6 154486 28,8 21 6,2 106 6,1 Manembo Tambak Timur Surut 1 6139,8 0 0 147554 29,1 24,1 6 101 6,1 Manembo Tambak Timur Surut 2 6932,1 0 0 147554 29,2 24,2 7,5 103 6,1 Manembo Tambak Timur Surut 3 6536 0 0 141117 29,3 24,2 6,7 97 6,1
95
Lampiran 2 Lanjutan Minanga
Lokasi Stasiun Musim Pasut Ul B.rotund B.cauda B.quadri Fito Suhu Sal pH Turb DO Minanga Pantai Barat Pasang 1 79,2 0 0 228264 27,8 24,3 7 108 6,2 Minanga Pantai Barat Pasang 2 118,8 0 0 192613 28,1 25,4 7 108 6,2 Minanga Pantai Barat Pasang 3 79,2 0 0 185681 28,2 25 7,1 110 6,2 Minanga Muara Barat Pasang 1 1782,5 39,6 594,2 259953 28,3 21,6 6,5 117 6,2 Minanga Muara Barat Pasang 2 2178,7 39,6 475,3 235196 28,1 21,7 7,1 122 6,2 Minanga Muara Barat Pasang 3 2574,8 39,6 594,2 213904 28,4 22 6 124 6,2 Minanga Tambak Barat Pasang 1 4357,3 0 277,3 160923 27 13,1 6,5 101 6,2 Minanga Tambak Barat Pasang 2 4555,4 0 158,4 220341 27,4 15,8 6,2 98 6,2 Minanga Tambak Barat Pasang 3 3763,1 0 198,1 242128 26,9 14,4 6,5 103 6,2 Minanga Pantai Barat Surut 1 118,8 0 39,6 190632 27,2 24,5 6,5 110 6,3 Minanga Pantai Barat Surut 2 118,8 0 79,2 195584 27,2 25 6,6 112 6,3 Minanga Pantai Barat Surut 3 79,2 0 39,6 185681 27,3 24,5 7,1 109 6,3 Minanga Muara Barat Surut 1 2574,8 118,8 831,8 245099 26 16,6 7 124 6,3 Minanga Muara Barat Surut 2 2733,2 39,6 713 225293 26,2 16,8 6 126 6,3 Minanga Muara Barat Surut 3 2970,9 39,6 792,2 240147 26,3 16,9 6,5 127 6,3 Minanga Tambak Barat Surut 1 3367 0 356,5 160923 27,1 11,8 6,6 103 6,3 Minanga Tambak Barat Surut 2 3882 0 316,9 153496 26,8 16 6,5 105 6,3 Minanga Tambak Barat Surut 3 3842,4 0 237,7 149535 27,5 14,9 6 106 6,3
96
Lampiran 2 Lanjutan Minanga
Lokasi Stasiun Musim Pasut Ul B.rotund B.cauda B.quadri Fito Suhu Sal pH Turb DO Minanga Pantai Timur Pasang 1 396,1 0 198,1 162409 30 28,9 6,2 110 6,3 Minanga Pantai Timur Pasang 2 198,1 0 198,1 156962 30,3 26,7 6,7 112 6,4 Minanga Pantai Timur Pasang 3 277,3 0 158,4 146069 30,3 26,3 7,3 108 6,4 Minanga Muara Timur Pasang 1 7724,3 198,1 1148,7 153496 29,2 23,5 6,3 124 6,4 Minanga Muara Timur Pasang 2 8318,5 118,8 831,8 137651 29 23,4 7,4 119 6,4 Minanga Muara Timur Pasang 3 8516,6 158,4 1188,4 152506 29,1 23,4 6,7 117 6,4 Minanga Tambak Timur Pasang 1 8912,7 0 356,5 126263 30,5 19,1 6,6 91 6,3 Minanga Tambak Timur Pasang 2 10893,3 0 277,3 141117 30,2 20,1 6,7 88 6,3 Minanga Tambak Timur Pasang 3 11289,4 0 198,1 146069 30 19,2 7 89 6,3 Minanga Pantai Timur Surut 1 356,5 0 39,6 130224 29,2 29,2 7,1 112 6,4 Minanga Pantai Timur Surut 2 198,1 0 79,2 114875 29,3 29,5 6,5 108 6,4 Minanga Pantai Timur Surut 3 198,1 0 39,6 101506 29,2 27,4 6,3 111 6,4 Minanga Muara Timur Surut 1 8120,4 79,2 1980,6 237176 28,6 18 6,7 124 6,4 Minanga Muara Timur Surut 2 8714,6 79,2 2059,8 195584 28,8 20 6,3 126 6,4 Minanga Muara Timur Surut 3 10101 39,6 2139 180729 28,9 17,3 6,3 133 6,4 Minanga Tambak Timur Surut 1 9704,9 0 396,1 121311 27,8 20,3 6,2 90 6,4 Minanga Tambak Timur Surut 2 9982,2 0 435,7 136166 28,6 19,3 6,1 89 6,4 Minanga Tambak Timur Surut 3 10893,3 0 475,3 131214 28,9 20,5 6,3 90 6,4
97
Lampiran 2 Lanjutan Tumpaan
Lokasi Stasiun Musim Pasut Ul B.rotund B.cauda B.quadri Fito Suhu Sal pH Turb DO Tumpaan Pantai Barat Pasang 1 79,2 0 0 143098 29,8 25,6 6,9 104 6,7 Tumpaan Pantai Barat Pasang 2 39,6 0 0 145574 30 30,4 7 104 6,7 Tumpaan Pantai Barat Pasang 3 79,2 0 0 132700 30,4 33 7,2 104 6,7 Tumpaan Muara Barat Pasang 1 198,1 0 198,1 103981 29,6 20,3 6,1 117 6,7 Tumpaan Muara Barat Pasang 2 79,2 0 158,4 101506 29,5 21,2 6,7 113 6,7 Tumpaan Muara Barat Pasang 3 158,4 0 198,1 93583 29,7 20,7 6,1 114 6,7 Tumpaan Tambak Barat Pasang 1 237,7 0 0 103981 28 18,5 5,5 93 6,7 Tumpaan Tambak Barat Pasang 2 158,4 0 0 98039 28,5 18,7 6,1 94 6,7 Tumpaan Tambak Barat Pasang 3 198,1 0 0 131214 28,7 18,3 6,4 93 6,7 Tumpaan Pantai Barat Surut 1 39,6 0 0 121311 30,1 28,5 5,5 104 6,8 Tumpaan Pantai Barat Surut 2 79,2 0 0 126263 30,4 30,4 6,1 106 6,8 Tumpaan Pantai Barat Surut 3 39,6 0 0 80709 30,4 29,6 5,9 107 6,8 Tumpaan Muara Barat Surut 1 118,8 0 118,8 170826 29,9 15,4 6,2 117 6,8 Tumpaan Muara Barat Surut 2 158,4 0 79,2 111409 30,1 16,1 6,4 118 6,8 Tumpaan Muara Barat Surut 3 158,4 0 79,2 100020 30,1 16,6 5,6 118 6,8 Tumpaan Tambak Barat Surut 1 277,3 0 0 119826 28,5 17,9 6,7 96 6,7 Tumpaan Tambak Barat Surut 2 198,1 0 0 96554 28,6 18,5 6,4 94 6,8 Tumpaan Tambak Barat Surut 3 158,4 0 0 100515 28,7 18,8 7,3 95 6,8
98
Lampiran 2 Lanjutan Tumpaan
Lokasi Stasiun Musim Pasut Ul B.rotund B.cauda B.quadri Fito Suhu Sal pH Turb DO Tumpaan Pantai Timur Pasang 1 79,2 0 0 104476 31,3 33 7,3 99 6,9 Tumpaan Pantai Timur Pasang 2 39,6 0 0 98039 31,5 33 6,9 99 6,9 Tumpaan Pantai Timur Pasang 3 79,2 0 0 98039 31,5 32,9 6,8 102 6,9 Tumpaan Muara Timur Pasang 1 158,4 0 158,4 84670 29,9 22,3 6,2 104 6,9 Tumpaan Muara Timur Pasang 2 198,1 0 158,4 77243 30,4 22,3 6,2 102 6,9 Tumpaan Muara Timur Pasang 3 198,1 0 118,8 81700 30,5 22,4 6 102 7 Tumpaan Tambak Timur Pasang 1 475,3 0 0 81700 29,3 19,8 5,9 87 6,8 Tumpaan Tambak Timur Pasang 2 396,1 0 0 111409 29,4 20,1 6,8 87 6,9 Tumpaan Tambak Timur Pasang 3 356,5 0 0 95564 29,7 20,1 6,8 86 6,9 Tumpaan Pantai Timur Surut 1 79,2 0 0 111409 31,1 25,6 6,8 100 7,1 Tumpaan Pantai Timur Surut 2 118,8 0 0 86651 31,3 26,8 6,7 102 7,1 Tumpaan Pantai Timur Surut 3 79,2 0 0 92098 31,4 26,8 6,7 103 7,1 Tumpaan Muara Timur Surut 1 316,9 0 0 146069 30 17,8 6,2 104 7,2 Tumpaan Muara Timur Surut 2 277,3 0 0 88632 30,5 17,6 6 105 7,2 Tumpaan Muara Timur Surut 3 198,1 0 158,4 81204 29,4 17,9 6 105 7,3 Tumpaan Tambak Timur Surut 1 356,5 0 0 98039 29,9 19,9 6,9 88 7 Tumpaan Tambak Timur Surut 2 356,5 0 0 98039 30,2 19,4 6,9 88 7 Tumpaan Tambak Timur Surut 3 237,7 0 0 93583 30,4 19,5 6 88 7
99
Lampiran 2 Lanjutan Wori
Lokasi Stasiun Musim Pasut Ul B.rotund B.cauda B.quadri Fito Suhu Sal pH Turb DO Wori Pantai Barat Pasang 1 39,6 0 39,6 136166 30 26,8 5,8 118 6,5 Wori Pantai Barat Pasang 2 39,6 0 0 143098 30 25,8 5,7 116 6,5 Wori Pantai Barat Pasang 3 39,6 0 0 125768 30,3 25,8 6,7 115 6,5 Wori Muara Barat Pasang 1 198,1 0 198,1 158943 28 21,8 6,5 119 6,5 Wori Muara Barat Pasang 2 158,4 0 118,8 131214 28,7 21,8 6,9 120 6,5 Wori Muara Barat Pasang 3 158,4 0 118,8 136166 28,5 21,9 6,4 122 6,5 Wori Tambak Barat Pasang 1 990,3 0 39,6 92098 28,7 20,7 6,8 102 6,4 Wori Tambak Barat Pasang 2 1029,9 0 39,6 121311 28,5 21,2 5,9 99 6,4 Wori Tambak Barat Pasang 3 990,3 0 79,2 106457 28,5 21,4 6,3 96 6,4 Wori Pantai Barat Surut 1 39,6 0 39,6 103981 31 25,7 7 121 6,5 Wori Pantai Barat Surut 2 39,6 0 39,6 131214 31,2 26 6,4 116 6,5 Wori Pantai Barat Surut 3 39,6 0 79,2 91603 31 27,5 5,9 116 6,5 Wori Muara Barat Surut 1 198,1 0 158,4 141117 29,6 16,9 6,4 130 6,5 Wori Muara Barat Surut 2 118,8 0 158,4 91603 29,7 17,3 6,4 127 6,5 Wori Muara Barat Surut 3 118,8 0 79,2 81700 29,9 17,5 6,4 130 6,5 Wori Tambak Barat Surut 1 1069,5 0 39,6 104972 32,2 21,6 6,6 102 6,5 Wori Tambak Barat Surut 2 1069,5 0 39,6 99525 31,9 20,2 5,8 104 6,5 Wori Tambak Barat Surut 3 1029,9 0 79,2 96554 32,6 21,4 5 99 6,5
100
Lampiran 2 Lanjutan Wori
Lokasi Stasiun Musim Pasut Ul B.rotund B.cauda B.quadri Fito Suhu Sal pH Turb DO Wori Pantai Timur Pasang 1 158,4 0 277,3 111904 31,2 26,1 6,1 112 6,6 Wori Pantai Timur Pasang 2 118,8 0 198,1 96554 31,2 28 6,9 112 6,6 Wori Pantai Timur Pasang 3 118,8 0 237,7 101010 31,5 26,6 6,6 114 6,6 Wori Muara Timur Pasang 1 277,3 0 118,8 106457 29,6 23,1 6,6 113 6,6 Wori Muara Timur Pasang 2 277,3 0 79,2 98039 30,9 23,2 6,1 113 6,6 Wori Muara Timur Pasang 3 118,8 0 39,6 93583 30,8 23,3 5,6 114 6,6 Wori Tambak Timur Pasang 1 1188,4 0 39,6 102991 29,5 22,1 7,2 86 6,6 Wori Tambak Timur Pasang 2 1267,6 0 39,6 102991 29,3 22,3 7,2 85 6,6 Wori Tambak Timur Pasang 3 1307,2 0 39,6 96554 29,6 22,2 6 84 6,6 Wori Pantai Timur Surut 1 39,6 0 39,6 103981 30,8 30,3 6,8 108 6,6 Wori Pantai Timur Surut 2 39,6 0 39,6 96554 31 31,9 6 109 6,6 Wori Pantai Timur Surut 3 39,6 0 0 91603 30,9 28,4 5,8 110 6,6 Wori Muara Timur Surut 1 594,2 0 316,9 85166 30,3 19,7 5,4 111 6,6 Wori Muara Timur Surut 2 396,1 0 356,5 91603 29,5 19,8 6 114 6,7 Wori Muara Timur Surut 3 356,5 0 277,3 86651 30,4 19,5 6,8 115 6,7 Wori Tambak Timur Surut 1 752,6 0 39,6 95069 30,7 22,8 5,2 90 6,6 Wori Tambak Timur Surut 2 713 0 0 99525 29,8 22,8 5,7 95 6,6 Wori Tambak Timur Surut 3 594,2 0 39,6 98535 29,2 22,8 5,3 95 6,6
101
Lampiran 2 Lanjutan
Suhu (º C)
Lokasi Stasiun Musim Pasut Rata-rata SE Manembo Pantai Barat Pasang 30,37 0,49 Surut 31,50 0,25 Timur Pasang 31,20 0,10 Surut 28,93 0,03 Minanga Barat Pasang 28,03 0,12 Surut 27,23 0,03 Timur Pasang 30,20 0,10 Surut 29,23 0,03 Tumpaan Barat Pasang 30,07 0,18 Surut 30,30 0,10 Timur Pasang 31,43 0,07 Surut 31,27 0,09 Wori Barat Pasang 30,10 0,10 Surut 31,07 0,07 Timur Pasang 31,30 0,10 Surut 30,90 0,06 Manembo Muara Barat Pasang 29,77 0,43 Surut 30,00 0,20 Timur Pasang 31,53 0,17 Surut 28,73 0,07 Minanga Barat Pasang 28,27 0,09 Surut 26,17 0,09 Timur Pasang 29,10 0,06 Surut 28,77 0,09 Tumpaan Barat Pasang 29,60 0,06 Surut 30,03 0,07 Timur Pasang 30,27 0,19 Surut 29,97 0,32 Wori Barat Pasang 28,40 0,21 Surut 29,73 0,09 Timur Pasang 30,43 0,42 Surut 30,07 0,28
102
Lampiran 2 Lanjutan Suhu (º C)
Lokasi Stasiun Musim Pasut Rata-rata SE Manembo Tambak Barat Pasang 30,60 0,06 Surut 31,10 0,26 Timur Pasang 30,33 0,13 Surut 29,20 0,06 Minanga Barat Pasang 27,10 0,15 Surut 27,13 0,20 Timur Pasang 30,23 0,15 Surut 28,43 0,33 Tumpaan Barat Pasang 28,40 0,21 Surut 28,60 0,06 Timur Pasang 29,47 0,12 Surut 30,17 0,15 Wori Barat Pasang 28,57 0,07 Surut 32,23 0,20 Timur Pasang 29,47 0,09 Surut 29,90 0,44
Salinitas (ppt)
Lokasi Stasiun Musim Pasut Rata-rata SE Manembo Pantai Barat Pasang 27,73 0,42 Surut 26,07 0,47 Timur Pasang 30,80 0,35 Surut 32,00 0,20 Minanga Barat Pasang 24,90 0,32 Surut 24,67 0,17 Timur Pasang 27,30 0,81 Surut 28,70 0,66 Tumpaan Barat Pasang 29,67 2,17 Surut 29,50 0,55 Timur Pasang 32,97 0,03 Surut 26,40 0,40 Wori Barat Pasang 26,13 0,33 Surut 26,40 0,56 Timur Pasang 26,90 0,57 Surut 30,20 1,01
103
Lampiran 2 Lanjutan Salinitas (ppt)
Lokasi Stasiun Musim Pasut Rata-rata SE Manembo Muara Barat Pasang 22,23 0,03 Surut 15,93 1,54 Timur Pasang 23,77 0,03 Surut 21,27 0,22 Minanga Barat Pasang 21,77 0,12 Surut 16,77 0,09 Timur Pasang 23,43 0,03 Surut 18,43 0,81 Tumpaan Barat Pasang 20,73 0,26 Surut 16,03 0,35 Timur Pasang 22,33 0,03 Surut 17,77 0,09 Wori Barat Pasang 21,83 0,03 Surut 17,23 0,18 Timur Pasang 23,20 0,06 Surut 19,67 0,09 Manembo Tambak Barat Pasang 23,47 0,07 Surut 23,50 0,06 Timur Pasang 23,90 0,06 Surut 24,17 0,03 Minanga Barat Pasang 14,43 0,78 Surut 14,23 1,26 Timur Pasang 19,47 0,32 Surut 20,03 0,37 Tumpaan Barat Pasang 18,50 0,12 Surut 18,40 0,26 Timur Pasang 20,00 0,10 Surut 19,60 0,15 Wori Barat Pasang 21,10 0,21 Surut 21,07 0,44 Timur Pasang 22,20 0,06 Surut 22,80 0,00
104
Lampiran 2 Lanjutan pH (skala pH)
Lokasi Stasiun Musim Pasut Rata-rata SE Manembo Pantai Barat Pasang 6,73 0,18 Surut 6,67 0,18 Timur Pasang 6,90 0,10 Surut 7,43 0,07 Minanga Barat Pasang 7,03 0,03 Surut 6,73 0,19 Timur Pasang 6,73 0,32 Surut 6,63 0,24 Tumpaan Barat Pasang 7,03 0,09 Surut 5,83 0,18 Timur Pasang 7,00 0,15 Surut 6,73 0,03 Wori Barat Pasang 6,07 0,32 Surut 6,43 0,32 Timur Pasang 6,53 0,23 Surut 6,20 0,31 Manembo Muara Barat Pasang 7,07 0,23 Surut 6,47 0,13 Timur Pasang 7,20 0,15 Surut 6,13 0,07 Minanga Barat Pasang 6,53 0,32 Surut 6,50 0,29 Timur Pasang 6,80 0,32 Surut 6,43 0,13 Tumpaan Barat Pasang 6,30 0,20 Surut 6,07 0,24 Timur Pasang 6,13 0,07 Surut 6,07 0,07 Wori Barat Pasang 6,60 0,15 Surut 6,40 0,00 Timur Pasang 6,10 0,29 Surut 6,07 0,41
105
Lampiran 2 Lanjutan pH (skala pH)
Lokasi Stasiun Musim Pasut Rata-rata SE Manembo Tambak Barat Pasang 6,40 0 Surut 6,40 0,25 Timur Pasang 7,77 0,20 Surut 6,73 0,43 Minanga Barat Pasang 6,40 0,10 Surut 6,37 0,19 Timur Pasang 6,77 0,12 Surut 6,20 0,06 Tumpaan Barat Pasang 6,00 0,26 Surut 6,80 0,26 Timur Pasang 6,50 0,30 Surut 6,60 0,30 Wori Barat Pasang 6,33 0,26 Surut 5,80 0,46 Timur Pasang 6,80 0,40 Surut 5,40 0,15
Kekeruhan (NTU)
Lokasi Stasiun Musim Pasut Rata-rata SE Manembo Pantai Barat Pasang 115,00 0 Surut 116,67 0,88 Timur Pasang 106,00 0,58 Surut 106,67 2,85 Minanga Barat Pasang 108,67 0,67 Surut 110,33 0,88 Timur Pasang 110,00 1,15 Surut 110,33 1,20 Tumpaan Barat Pasang 104,00 0,00 Surut 105,67 0,88 Timur Pasang 100,00 1 Surut 101,67 0,88 Wori Barat Pasang 116,33 0,88 Surut 117,67 1,67 Timur Pasang 112,67 0,67 Surut 109,00 0,58
106
Lampiran 2 Lanjutan
Kekeruhan (NTU)
Lokasi Stasiun Musim Pasut Rata-rata SE Manembo Muara Barat Pasang 122,00 2,00 Surut 124,00 1 Timur Pasang 100,00 1,73 Surut 104,67 0,88 Minanga Barat Pasang 121,00 2,08 Surut 125,67 0,88 Timur Pasang 120,00 2,08 Surut 127,67 2,73 Tumpaan Barat Pasang 114,67 1,20 Surut 117,67 0,33 Timur Pasang 102,67 0,67 Surut 104,67 0,33 Wori Barat Pasang 120,33 0,88 Surut 129,00 1 Timur Pasang 113,33 0,33 Surut 113,33 1,20 Manembo Tambak Barat Pasang 79,67 3,93 Surut 79,67 2,85 Timur Pasang 100,00 1,73 Surut 100,33 1,76 Minanga Barat Pasang 100,67 1,45 Surut 104,67 0,88 Timur Pasang 89,33 0,88 Surut 89,67 0,33 Tumpaan Barat Pasang 93,33 0,33 Surut 95,00 0,58 Timur Pasang 86,67 0,33 Surut 88,00 0 Wori Barat Pasang 99,00 1,73 Surut 101,67 1,45 Timur Pasang 85,00 0,58 Surut 93,33 1,67
107
Lampiran 2 Lanjutan Oksigen Terlarut (mg/l)
Lokasi Stasiun Musim Pasut Rata-rata SE Manembo Pantai Barat Pasang 5,77 0,03 Surut 5,90 0 Timur Pasang 6,10 0 Surut 6,10 0 Minanga Barat Pasang 6,20 0 Surut 6,30 0 Timur Pasang 6,37 0,03 Surut 6,40 0 Tumpaan Barat Pasang 6,70 0 Surut 6,80 0 Timur Pasang 6,90 0 Surut 7,10 0 Wori Barat Pasang 6,50 0 Surut 6,50 0 Timur Pasang 6,60 0 Surut 6,60 0 Manembo Muara Barat Pasang 5,80 0 Surut 6,00 0 Timur Pasang 6,10 0 Surut 6,10 0 Minanga Barat Pasang 6,20 0 Surut 6,30 0 Timur Pasang 6,40 0 Surut 6,40 0 Tumpaan Barat Pasang 6,70 0 Surut 6,80 0 Timur Pasang 6,93 0,03 Surut 7,23 0,03 Wori Barat Pasang 6,50 0 Surut 6,50 0 Timur Pasang 6,60 0 Surut 6,67 0,03
108
Lampiran 2 Lanjutan Oksigen Terlarut (mg/l)
Lokasi Stasiun Musim Pasut Rata-rata SE Manembo Tambak Barat Pasang 5,70 0 Surut 5,87 0,03 Timur Pasang 6,00 0 Surut 6,10 0 Minanga Barat Pasang 6,20 0 Surut 6,30 0 Timur Pasang 6,30 0 Surut 6,40 0 Tumpaan Barat Pasang 6,70 0 Surut 6,77 0,03 Timur Pasang 6,87 0,03 Surut 7,00 0 Wori Barat Pasang 6,40 0 Surut 6,50 0 Timur Pasang 6,60 0 Surut 6,60 0
109
Lampiran 2 Lanjutan
Nitrat (mg/l)
Lokasi Stasiun Musim Rata-rata SE Manembo Pantai Barat 0,80 0 Timur 0,40 0 Minanga Barat 1,00 0,10 Timur 1,05 0,05 Tumpaan Barat 0,85 0,05 Timur 0,60 0 Wori Barat 2,05 0,05 Timur 1,70 0 Manembo Muara Barat 1,10 0,10 Timur 0,85 0,05 Minanga Barat 1,30 0 Timur 0,80 0,10 Tumpaan Barat 1,25 0,05 Timur 0,65 0,15 Wori Barat 1,50 0 Timur 1,25 0,05 Manembo Tambak Barat 1,05 0,05 Timur 0,70 0 Minanga Barat 1,50 0 Timur 1,30 0 Tumpaan Barat 0,60 0 Timur 0,95 0,05 Wori Barat 1,60 0 Timur 1,40 0
110
Lampiran 2 Lanjutan Fosfat (mg/l)
Lokasi Stasiun Musim Rata-rata SE Manembo Pantai Barat 0,20 0,18 Timur 0,25 0,16 Minanga Barat 0,29 0,16 Timur 0,35 0,12 Tumpaan Barat 0,51 0,17 Timur 0,62 0,26 Wori Barat 0,43 0,16 Timur 0,46 0,17 Manembo Muara Barat 0,21 0,18 Timur 0,27 0,17 Minanga Barat 0,33 0,13 Timur 0,36 0,13 Tumpaan Barat 0,52 0,17 Timur 0,70 0,34 Wori Barat 0,44 0,16 Timur 0,48 0,17 Manembo Tambak Barat 0,20 0,19 Timur 0,23 0,17 Minanga Barat 0,28 0,16 Timur 0,34 0,13 Tumpaan Barat 0,50 0,18 Timur 0,54 0,19 Wori Barat 0,41 0,17 Timur 0,45 0,17
111
Lampiran 2 Lanjutan Kelimpahan rata-rata Rotifera (B. rotundiformis/ind/m3) menurut stasiun, lokasi, pasang dan surut
Lokasi Stasiun Musim Pasut Rata-rata SE
Manembo Pantai Barat Pasang 66,0 13,2 Surut 105,6 13,2 Timur Pasang 105,6 26,4 Surut 184,9 13,2Minanga Barat Pasang 92,4 13,2 Surut 105,6 13,2 Timur Pasang 290,5 57,5 Surut 250,9 52,8Tumpaan Barat Pasang 66,0 13,2 Surut 52,8 13,2 Timur Pasang 66,0 13,2 Surut 92,4 13,2Wori Barat Pasang 39,6 0 Surut 39,6 0 Timur Pasang 132,0 13,2 Surut 39,6 0Manembo Muara Barat Pasang 2244,7 86,6 Surut 1808,9 69,9 Timur Pasang 7130,1 114,3 Surut 6271,9 80,3Minanga Barat Pasang 2178,7 228,7 Surut 2759,6 115,1 Timur Pasang 8186,5 238,1 Surut 8978,7 586,8Tumpaan Barat Pasang 145,2 34,9 Surut 145,2 13,2 Timur Pasang 184,9 13,2 Surut 264,1 34,9Wori Barat Pasang 171,6 13,2 Surut 145,2 26,4 Timur Pasang 224,5 52,8
Surut 448,9 73,5
112
Lampiran 2 Lanjutan Kelimpahan rata-rata Rotifera (B. rotundiformis/ind/m3) menurut stasiun, lokasi, pasang dan surut
Lokasi Stasiun Musim Pasut Rata-rata SE
Manembo Tambak Barat Pasang 3657,5 132,0 Surut 3182,2 359,0 Timur Pasang 5242,0 501,8 Surut 6536,0 228,7Minanga Barat Pasang 4225,3 238,1 Surut 3697,1 165,5 Timur Pasang 10365,1 735,2 Surut 10193,5 359,0Tumpaan Barat Pasang 198,1 22,9 Surut 211,3 34,9 Timur Pasang 409,3 34,9 Surut 316,9 39,6Wori Barat Pasang 1003,5 13,2 Surut 1056,3 13,2 Timur Pasang 1254,4 34,9
Surut 686,6 47,6
113
Lampiran 2 Lanjutan Kelimpahan rata-rata Rotifera (B. caudatus/ ind/m3) menurut stasiun, lokasi, pasang dan surut
Lokasi Stasiun Musim Pasut Rata-rata SE
Manembo Pantai Barat Pasang 0 0 Surut 0 0 Timur Pasang 0 0 Surut 105,6 34,9Minanga Barat Pasang 0 0 Surut 0 0 Timur Pasang 0 0 Surut 0 0Tumpaan Barat Pasang 0 0 Surut 0 0 Timur Pasang 0 0 Surut 0 0Wori Barat Pasang 0 0 Surut 0 0 Timur Pasang 0 0 Surut 0 0Manembo Muara Barat Pasang 105,6 34,9 Surut 132,0 13,2 Timur Pasang 303,7 26,4 Surut 277,3 22,9Minanga Barat Pasang 39,6 0,0 Surut 66,0 26,4 Timur Pasang 158,4 22,9 Surut 66,0 13,2Tumpaan Barat Pasang 0 0 Surut 0 0 Timur Pasang 0 0 Surut 0 0Wori Barat Pasang 0 0 Surut 0 0 Timur Pasang 0 0
Surut 0 0
114
Lampiran 2 Lanjutan Kelimpahan rata-rata Rotifera (B. caudatus/ ind/m3) menurut stasiun, lokasi, pasang dan surut
Lokasi Stasiun Musim Pasut Rata-rata SE
Manembo Tambak Barat Pasang 0 0 Surut 0 0 Timur Pasang 0 0 Surut 0 0Minanga Barat Pasang 0 0 Surut 0 0 Timur Pasang 0 0 Surut 0 0Tumpaan Barat Pasang 0 0 Surut 0 0 Timur Pasang 0 0 Surut 0 0Wori Barat Pasang 0 0 Surut 0 0 Timur Pasang 0 0
Surut 0 0
115
Lampiran 2 Lanjutan Kelimpahan rata-rata Rotifera (B. quadridentatus/ind/m3) menurut stasiun, lokasi, pasang dan surut
Lokasi Stasiun Musim Pasut Rata-rata SE
Manembo Pantai Barat Pasang 0 0 Surut 105,6 34,9 Timur Pasang 66,0 13,2 Surut 66,0 13,2Minanga Barat Pasang 0 0 Surut 52,8 13,2 Timur Pasang 184,9 13,2 Surut 52,8 13,2Tumpaan Barat Pasang 0 0 Surut 0 0 Timur Pasang 0 0 Surut 0 0Wori Barat Pasang 13,2 13,2 Surut 52,8 13,2 Timur Pasang 237,7 22,9 Surut 26,4 13,2Manembo Muara Barat Pasang 290,5 34,9 Surut 594,2 22,9 Timur Pasang 818,6 47,6 Surut 660,2 57,5Minanga Barat Pasang 554,6 39,6 Surut 779,0 34,9 Timur Pasang 1056,3 112,8 Surut 2059,8 45,7Tumpaan Barat Pasang 184,9 13,2 Surut 92,4 13,2 Timur Pasang 145,2 13,2 Surut 52,8 52,8Wori Barat Pasang 145,2 26,4 Surut 132,0 26,4 Timur Pasang 79,2 22,9
Surut 316,9 22,9
116
Lampiran 2 Lanjutan Kelimpahan rata-rata Rotifera (B. quadridentatus/ind/m3) menurut stasiun, lokasi, pasang dan surut
Lokasi Stasiun Musim Pasut Rata-rata SE
Manembo Tambak Barat Pasang 0 0 Surut 0 0 Timur Pasang 0 0 Surut 0 0Minanga Barat Pasang 211,3 34,9 Surut 303,7 34,9 Timur Pasang 277,3 45,7 Surut 435,7 22,9Tumpaan Barat Pasang 0 0 Surut 0 0 Timur Pasang 0 0 Surut 0 0Wori Barat Pasang 52,8 13,2 Surut 52,8 13,2 Timur Pasang 39,6 0
Surut 26,4 13,2
117
Lampiran 2 Lanjutan Kelimpahan fitoplankton (sel/m3) menurut stasiun, lokasi, musim, pasang dan surut
Lokasi Stasiun Musim Pasut Rata-rata SE
Manembo Pantai Barat Pasang 201360,7 13723,1 Surut 170001,0 12969,9 Timur Pasang 146729,0 7373,7 Surut 115534,7 8127,6 Minanga Barat Pasang 202186,0 13191,7 Surut 190632,3 2858,7 Timur Pasang 155146,7 4803,5 Surut 115535,0 8296,7 Tumpaan Barat Pasang 140457,3 3944,0 Surut 109427,7 14430,3 Timur Pasang 100184,7 2145,7 Surut 96719,3 7511,3 Wori Barat Pasang 135010,7 5036,0 Surut 108932,7 11699,7 Timur Pasang 103156,0 4559,2
Surut 97379,3 3597,0
118
Lampiran 2 Lanjutan Kelimpahan fitoplankton (sel/m3) menurut stasiun, lokasi, musim, pasang dan surut
Lokasi Stasiun Musim Pasut Rata-rata SE
Manembo Muara Barat Pasang 218525,7 29349,5 Surut 215389,7 15917,0 Timur Pasang 200865,3 13237,9 Surut 154321,0 3860,2 Minanga Barat Pasang 236351,0 13305,7 Surut 236846,3 5950,9 Timur Pasang 147884,3 5124,6 Surut 204496,3 16893,2 Tumpaan Barat Pasang 99690,0 3136,0 Surut 127418,3 21951,4 Timur Pasang 81204,3 2158,3 Surut 105301,7 20496,1 Wori Barat Pasang 142107,7 8538,2 Surut 104806,7 18378,9 Timur Pasang 99359,7 3774,6
Surut 87806,7 1946,0
119
Lampiran 2 Lanjutan Kelimpahan fitoplankton (sel/m3) menurut stasiun, lokasi, musim, pasang dan surut
Lokasi Stasiun Musim Pasut Rata-rata SE
Manembo Tambak Barat Pasang 158282,3 8112,5 Surut 149369,7 1004,0 Timur Pasang 141777,7 2934,0 Surut 145408,3 2145,7 Minanga Barat Pasang 207797,3 24266,4 Surut 154651,3 3337,8 Timur Pasang 137816,3 5950,9 Surut 129563,7 4366,9 Tumpaan Barat Pasang 111078,0 10213,1 Surut 105631,7 7188,7 Timur Pasang 96224,3 8582,6 Surut 96553,7 1485,3 Wori Barat Pasang 106622,0 8433,5 Surut 100350,3 2464,9 Timur Pasang 100845,3 2145,7
Surut 97709,7 1350,9
120
Lampiran 3 Hasil analisis ragam semua parameter lingkungan berdasarkan lokasi, stasiun, musim dan pasang surut
Univariate Analysis of Variance a. Suhu
Between-Subjects Factors
Manembo-nembo 36
Minanga 36Wori 36Tumpaan 36Tambak 48Pantai 48Muara 48Barat 72Timur 72Pasang 72Surut 72
1
234
LOKASI
123
STASIUN
12
MUSIM
12
PASUT
Value Label N
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable: SUHU
154.367a 12 12.864 17.290 .000126475.068 1 126475.068 169991.6 .000
86.593 3 28.864 38.796 .00021.730 2 10.865 14.603 .00014.694 1 14.694 19.750 .000
.640 1 .640 .860 .35529.921 3 9.974 13.405 .000
.789 2 .395 .530 .59097.465 131 .744
126726.900 144251.832 143
SourceCorrected ModelInterceptLOKASISTASIUNMUSIMPASUTLOKASI * MUSIMSTASIUN * MUSIMErrorTotalCorrected Total
Type III Sumof Squares df Mean Square F Sig.
R Squared = .613 (Adjusted R Squared = .578)a.
Estimated Marginal Means
1. Grand Mean
Dependent Variable: SUHU
29.636 .072 29.494 29.778Mean Std. Error Lower Bound Upper Bound
95% Confidence Interval
2. STASIUN
Dependent Variable: SUHU
29.369 .124 29.122 29.61530.185 .124 29.939 30.43229.354 .124 29.108 29.600
STASIUNTambakPantaiMuara
Mean Std. Error Lower Bound Upper Bound95% Confidence Interval
121
Lampiran 3 Lanjutan
3. LOKASI
Dependent Variable: SUHU
30.208 .144 29.924 30.49328.314 .144 28.029 28.59830.167 .144 29.882 30.45129.856 .144 29.571 30.140
LOKASIManembo-nemboMinangaWoriTumpaan
Mean Std. Error Lower Bound Upper Bound95% Confidence Interval
4. PASUT
Dependent Variable: SUHU
29.703 .102 29.502 29.90429.569 .102 29.368 29.771
PASUTPasangSurut
Mean Std. Error Lower Bound Upper Bound95% Confidence Interval
5. MUSIM
Dependent Variable: SUHU
29.317 .102 29.116 29.51829.956 .102 29.754 30.157
MUSIMBaratTimur
Mean Std. Error Lower Bound Upper Bound95% Confidence Interval
6. MUSIM * STASIUN
Dependent Variable: SUHU
29.142 .176 28.793 29.49029.863 .176 29.514 30.21128.946 .176 28.598 29.29429.596 .176 29.248 29.94430.508 .176 30.160 30.85729.762 .176 29.414 30.111
STASIUNTambakPantaiMuaraTambakPantaiMuara
MUSIMBarat
Timur
Mean Std. Error Lower Bound Upper Bound95% Confidence Interval
7. LOKASI * MUSIM
Dependent Variable: SUHU
30.483 .203 30.081 30.88629.933 .203 29.531 30.33627.344 .203 26.942 27.74729.283 .203 28.881 29.68630.039 .203 29.637 30.44130.294 .203 29.892 30.69729.400 .203 28.998 29.80230.311 .203 29.909 30.713
MUSIMBaratTimurBaratTimurBaratTimurBaratTimur
LOKASIManembo-nembo
Minanga
Wori
Tumpaan
Mean Std. Error Lower Bound Upper Bound95% Confidence Interval
122
Lampiran 3 Lanjutan Post Hoc Tests Lokasi Homogeneous Subsets
SUHU
36 28.313936 29.855636 30.166736 30.2083
1.000 .305
LOKASIMinangaTumpaanWoriManembo-nemboSig.
Tukey HSD a,bN 1 2
Subset
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.Based on Type III Sum of SquaresThe error term is Mean Square(Error) = .744.
Uses Harmonic Mean Sample Size = 36.000.a.
Alpha = .05.b.
Stasiun Homogeneous Subsets
SUHU
48 29.354248 29.368748 30.1854
.996 1.000
STASIUNMuaraTambakPantaiSig.
Tukey HSD a,bN 1 2
Subset
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.Based on Type III Sum of SquaresThe error term is Mean Square(Error) = .744.
Uses Harmonic Mean Sample Size = 48.000.a.
Alpha = .05.b.
b. Salinitas Univariate Analysis of Variance
Between-Subjects Factors
Manembo-nembo 36
Minanga 36Wori 36Tumpaan 36Tambak 48Pantai 48Muara 48Barat 72Timur 72Pasang 72Surut 72
1
234
Lokasi
123
Stasiun
12
Musim
12
PasangSurut
Value Label N
123
Lampiran 3 Lanjutan
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable: Salinitas
7996.520a 12 666.377 93.059 .00067634.671 1 67634.671 9445.089 .000
489.257 3 163.086 22.775 .0007079.677 2 3539.839 494.334 .000
195.534 1 195.534 27.306 .000169.434 1 169.434 23.661 .000
12.715 3 4.238 .592 .62149.904 2 24.952 3.485 .034
938.069 131 7.16176569.260 144
8934.589 143
SourceCorrected ModelInterceptLOKASISTASIUNMUSIMPASUTLOKASI * MUSIMSTASIUN * MUSIMErrorTotalCorrected Total
Type III Sumof Squares df Mean Square F Sig.
R Squared = .895 (Adjusted R Squared = .885)a.
Estimated Marginal Means 1. Grand Mean
Dependent Variable: Salinitas
21.672 .223 21.231 22.113Mean Std. Error Lower Bound Upper Bound
95% Confidence Interval
Stasiun
Estimates
Dependent Variable: Salinitas
17.087 .386 16.323 17.85231.579 .386 30.815 32.34316.350 .386 15.586 17.114
StasiunTambakPantaiMuara
Mean Std. Error Lower Bound Upper Bound95% Confidence Interval
Lokasi
Estimates
Dependent Variable: Salinitas
24.600 .446 23.718 25.48219.964 .446 19.082 20.84621.886 .446 21.004 22.76820.239 .446 19.357 21.121
LokasiManembo-nemboMinangaWoriTumpaan
Mean Std. Error Lower Bound Upper Bound95% Confidence Interval
Pasang Surut
Estimates
Dependent Variable: Salinitas
22.757 .315 22.133 23.38120.588 .315 19.964 21.211
Pasang SurutPasangSurut
Mean Std. Error Lower Bound Upper Bound95% Confidence Interval
124
Lampiran 3 Lanjutan Musim
Estimates
Dependent Variable: Salinitas
20.507 .315 19.883 21.13122.838 .315 22.214 23.461
MusimBaratTimur
Mean Std. Error Lower Bound Upper Bound95% Confidence Interval
6. Pasang Surut * Stasiun
Dependent Variable: Salinitas
18.172 .446 17.290 19.05532.664 .446 31.782 33.54617.435 .446 16.552 18.31716.003 .446 15.120 16.88530.494 .446 29.612 31.37715.265 .446 14.383 16.148
StasiunTambakPantaiMuaraTambakPantaiMuara
Pasang SurutPasang
Surut
Mean Std. Error Lower Bound Upper Bound95% Confidence Interval
7. Lokasi * Musim
Dependent Variable: Salinitas
23.322 .631 22.074 24.57025.878 .631 24.630 27.12618.533 .631 17.286 19.78121.394 .631 20.147 22.64220.594 .631 19.347 21.84223.178 .631 21.930 24.42619.578 .631 18.330 20.82620.900 .631 19.652 22.148
MusimBaratTimurBaratTimurBaratTimurBaratTimur
LokasiManembo-nembo
Minanga
Wori
Tumpaan
Mean Std. Error Lower Bound Upper Bound95% Confidence Interval
Post Hoc Tests Lokasi Homogeneous Subsets
Salinitas
36 19.963936 20.238936 21.886136 24.6000
.972 1.000 1.000
LokasiMinangaTumpaanWoriManembo-nemboSig.
Tukey HSD a,bN 1 2 3
Subset
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.Based on Type III Sum of SquaresThe error term is Mean Square(Error) = 7.161.
Uses Harmonic Mean Sample Size = 36.000.a.
Alpha = .05.b.
125
Lampiran 3 Lanjutan Stasiun Homogeneous Subsets
Salinitas
48 16.350048 17.087548 31.5792
.367 1.000
StasiunMuaraTambakPantaiSig.
Tukey HSD a,bN 1 2
Subset
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.Based on Type III Sum of SquaresThe error term is Mean Square(Error) = 7.161.
Uses Harmonic Mean Sample Size = 48.000.a.
Alpha = .05.b.
c. Oksigen terlarut Univariate Analysis of Variance
Between-Subjects Factors
Manembo-nembo 36
Minanga 36Wori 36Tumpaan 36Tambak 48Pantai 48Muara 48Barat 72Timur 72Pasang 72Surut 72
1
234
Lokasi
123
Stasiun
12
Musim
12
PasangSurut
Value Label N
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable: Oksigen Terlarut
16.739a 12 1.395 30.280 .0005917.456 1 5917.456 128450.0 .000
3.452 3 1.151 24.981 .00010.764 2 5.382 116.824 .000
.601 1 .601 13.038 .000
.226 1 .226 4.898 .0291.464 3 .488 10.594 .000.233 2 .116 2.528 .084
6.035 131 4.607E-025940.230 144
22.774 143
SourceCorrected ModelInterceptLOKASISTASIUNMUSIMPASUTLOKASI * MUSIMSTASIUN * MUSIMErrorTotalCorrected Total
Type III Sumof Squares df Mean Square F Sig.
R Squared = .735 (Adjusted R Squared = .711)a.
126
Lampiran 3 Lanjutan Estimated Marginal Means Lokasi
Univariate Tests
Dependent Variable: Oksigen Terlarut
3.452 3 1.151 24.981 .0006.035 131 4.607E-02
ContrastError
Sum ofSquares df Mean Square F Sig.
The F tests the effect of Lokasi. This test is based on the linearly independentpairwise comparisons among the estimated marginal means.
2. Grand Mean
Dependent Variable: Oksigen Terlarut
6.410 .018 6.375 6.446Mean Std. Error Lower Bound Upper Bound
95% Confidence Interval
Musim
Estimates
Dependent Variable: Oksigen Terlarut
6.475 .025 6.425 6.5256.346 .025 6.296 6.396
MusimBaratTimur
Mean Std. Error Lower Bound Upper Bound95% Confidence Interval
Stasiun
Estimates
Dependent Variable: Oksigen Terlarut
6.121 .031 6.060 6.1826.777 .031 6.716 6.8386.333 .031 6.272 6.395
StasiunTambakPantaiMuara
Mean Std. Error Lower Bound Upper Bound95% Confidence Interval
5. Lokasi * Musim
Dependent Variable: Oksigen Terlarut
6.522 .051 6.422 6.6226.478 .051 6.378 6.5786.433 .051 6.333 6.5335.967 .051 5.867 6.0676.572 .051 6.472 6.6726.639 .051 6.539 6.7396.372 .051 6.272 6.4726.300 .051 6.200 6.400
MusimBaratTimurBaratTimurBaratTimurBaratTimur
LokasiManembo-nembo
Minanga
Wori
Tumpaan
Mean Std. Error Lower Bound Upper Bound95% Confidence Interval
127
Lampiran 3 Lanjutan Pasang Surut
Estimates
Dependent Variable: Oksigen Terlarut
6.450 .025 6.400 6.5006.371 .025 6.321 6.421
Pasang SurutPasangSurut
Mean Std. Error Lower Bound Upper Bound95% Confidence Interval
7. Pasang Surut * Stasiun
Dependent Variable: Oksigen Terlarut
6.160 .036 6.090 6.2316.817 .036 6.746 6.8876.373 .036 6.302 6.4446.081 .036 6.010 6.1526.738 .036 6.667 6.8086.294 .036 6.223 6.365
StasiunTambakPantaiMuaraTambakPantaiMuara
Pasang SurutPasang
Surut
Mean Std. Error Lower Bound Upper Bound95% Confidence Interval
Post Hoc Tests Lokasi Homogeneous Subsets
Oksigen Terlarut
36 6.200036 6.336136 6.500036 6.6056
1.000 1.000 .157
LokasiMinangaTumpaanManembo-nemboWoriSig.
Tukey HSD a,bN 1 2 3
Subset
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.Based on Type III Sum of SquaresThe error term is Mean Square(Error) = 4.607E-02.
Uses Harmonic Mean Sample Size = 36.000.a.
Alpha = .05.b.
Stasiun Homogeneous Subsets
Oksigen Terlarut
48 6.120848 6.333348 6.7771
1.000 1.000 1.000
StasiunTambakMuaraPantaiSig.
Tukey HSD a,bN 1 2 3
Subset
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.Based on Type III Sum of SquaresThe error term is Mean Square(Error) = 4.607E-02.
Uses Harmonic Mean Sample Size = 48.000.a.
Alpha = .05.b.
128
Lampiran 3 Lanjutan d. Kekeruhan Univariate Analysis of Variance
Between-Subjects Factors
Manembo-nembo 36
Minanga 36Wori 36Tumpaan 36Tambak 48Pantai 48Muara 48Barat 72Timur 72Pasang 72Surut 72
1
234
Lokasi
123
Stasiun
12
Musim
12
PasangSurut
Value Label N
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable: Kekeruhan
22072.056a 12 1839.338 52.269 .0001633923.062 1 1633923.062 46431.541 .000
2827.076 3 942.359 26.779 .00016226.167 2 8113.083 230.551 .0001914.063 1 1914.063 54.392 .000146.007 1 146.007 4.149 .044268.076 3 89.359 2.539 .059690.667 2 345.333 9.813 .000
4609.882 131 35.1901660605.000 144
26681.938 143
SourceCorrected ModelInterceptLOKASISTASIUNMUSIMPASUTLOKASI * MUSIMSTASIUN * MUSIMErrorTotalCorrected Total
Type III Sumof Squares df Mean Square F Sig.
R Squared = .827 (Adjusted R Squared = .811)a.
Estimated Marginal Means 1. Grand Mean
Dependent Variable: Kekeruhan
106.521 .494 105.543 107.499Mean Std. Error Lower Bound Upper Bound
95% Confidence Interval
Lokasi
Estimates
Dependent Variable: Kekeruhan
105.333 .989 103.377 107.289110.806 .989 108.850 112.761110.167 .989 108.211 112.123
99.778 .989 97.822 101.734
LokasiManembo-nemboMinangaWoriTumpaan
Mean Std. Error Lower Bound Upper Bound95% Confidence Interval
129
Lampiran 3 Lanjutan Stasiun
Estimates
Dependent Variable: Kekeruhan
91.979 .856 90.285 93.673110.562 .856 108.869 112.256117.021 .856 115.327 118.715
StasiunTambakPantaiMuara
Mean Std. Error Lower Bound Upper Bound95% Confidence Interval
Musim
Estimates
Dependent Variable: Kekeruhan
110.167 .699 108.784 111.550102.875 .699 101.492 104.258
MusimBaratTimur
Mean Std. Error Lower Bound Upper Bound95% Confidence Interval
Pasang Surut
Estimates
Dependent Variable: Kekeruhan
105.514 .699 104.131 106.897107.528 .699 106.145 108.911
Pasang SurutPasangSurut
Mean Std. Error Lower Bound Upper Bound95% Confidence Interval
6. Lokasi * Musim
Dependent Variable: Kekeruhan
108.500 1.398 105.734 111.266102.167 1.398 99.401 104.933112.444 1.398 109.678 115.210109.167 1.398 106.401 111.933114.833 1.398 112.067 117.599105.500 1.398 102.734 108.266104.889 1.398 102.123 107.655
94.667 1.398 91.901 97.433
MusimBaratTimurBaratTimurBaratTimurBaratTimur
LokasiManembo-nembo
Minanga
Wori
Tumpaan
Mean Std. Error Lower Bound Upper Bound95% Confidence Interval
7. Pasang Surut * Stasiun
Dependent Variable: Kekeruhan
90.972 .989 89.016 92.928109.556 .989 107.600 111.511116.014 .989 114.058 117.970
92.986 .989 91.030 94.942111.569 .989 109.614 113.525118.028 .989 116.072 119.984
StasiunTambakPantaiMuaraTambakPantaiMuara
Pasang SurutPasang
Surut
Mean Std. Error Lower Bound Upper Bound95% Confidence Interval
130
Lampiran 3 Lanjutan Post Hoc Tests Lokasi Homogeneous Subsets
Kekeruhan
36 99.777836 105.333336 110.166736 110.8056
1.000 1.000 .968
LokasiTumpaanManembo-nemboWoriMinangaSig.
Tukey HSD a,bN 1 2 3
Subset
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.Based on Type III Sum of SquaresThe error term is Mean Square(Error) = 35.190.
Uses Harmonic Mean Sample Size = 36.000.a.
Alpha = .05.b.
Stasiun Homogeneous Subsets
Kekeruhan
48 91.979248 110.562548 117.0208
1.000 1.000 1.000
StasiunTambakPantaiMuaraSig.
Tukey HSD a,bN 1 2 3
Subset
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.Based on Type III Sum of SquaresThe error term is Mean Square(Error) = 35.190.
Uses Harmonic Mean Sample Size = 48.000.a.
Alpha = .05.b.
131
Lampiran 3 Lanjutan e. pH Univariate Analysis of Variance
Between-Subjects Factors
Manembo-nembo 36
Minanga 36Wori 36Tumpaan 36Tambak 48Pantai 48Muara 48Barat 72Timur 72Pasang 72Surut 72
1
234
Lokasi
123
Stasiun
12
Musim
12
PasangSurut
Value Label N
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable: pH
17.067a 12 1.422 7.939 .0005927.717 1 5927.717 33090.903 .000
10.519 3 3.506 19.573 .0001.121 2 .560 3.128 .047
.550 1 .550 3.071 .0822.428 1 2.428 13.556 .0001.562 3 .521 2.906 .037
.887 2 .444 2.476 .08823.467 131 .179
5968.250 14440.533 143
SourceCorrected ModelInterceptLOKASISTASIUNMUSIMPASUTLOKASI * MUSIMSTASIUN * MUSIMErrorTotalCorrected Total
Type III Sumof Squares df Mean Square F Sig.
R Squared = .421 (Adjusted R Squared = .368)a.
Estimated Marginal Means
1. Grand Mean
Dependent Variable: pH
6.416 .035 6.346 6.486Mean Std. Error Lower Bound Upper Bound
95% Confidence Interval
Lokasi
Estimates
Dependent Variable: pH
6.803 .071 6.663 6.9426.519 .071 6.380 6.6596.094 .071 5.955 6.2346.247 .071 6.108 6.387
LokasiManembo-nemboMinangaWoriTumpaan
Mean Std. Error Lower Bound Upper Bound95% Confidence Interval
132
Lampiran 3 Lanjutan Stasiun
Estimates
Dependent Variable: pH
6.369 .061 6.248 6.4906.540 .061 6.419 6.6606.340 .061 6.219 6.460
StasiunTambakPantaiMuara
Mean Std. Error Lower Bound Upper Bound95% Confidence Interval
Musim
Estimates
Dependent Variable: pH
6.354 .050 6.255 6.4536.478 .050 6.379 6.576
MusimBaratTimur
Mean Std. Error Lower Bound Upper Bound95% Confidence Interval
Pasang Surut
Estimates
Dependent Variable: pH
6.546 .050 6.447 6.6456.286 .050 6.187 6.385
Pasang SurutPasangSurut
Mean Std. Error Lower Bound Upper Bound95% Confidence Interval
6. Lokasi * Musim
Dependent Variable: pH
6.589 .100 6.392 6.7867.017 .100 6.819 7.2146.511 .100 6.314 6.7086.528 .100 6.330 6.7256.161 .100 5.964 6.3586.028 .100 5.830 6.2256.156 .100 5.958 6.3536.339 .100 6.142 6.536
MusimBaratTimurBaratTimurBaratTimurBaratTimur
LokasiManembo-nembo
Minanga
Wori
Tumpaan
Mean Std. Error Lower Bound Upper Bound95% Confidence Interval
7. Pasang Surut * Stasiun
Dependent Variable: pH
6.499 .071 6.359 6.6386.669 .071 6.530 6.8096.469 .071 6.330 6.6096.239 .071 6.099 6.3786.410 .071 6.270 6.5496.210 .071 6.070 6.349
StasiunTambakPantaiMuaraTambakPantaiMuara
Pasang SurutPasang
Surut
Mean Std. Error Lower Bound Upper Bound95% Confidence Interval
133
Lampiran 3 Lanjutan Post Hoc Tests Lokasi Homogeneous Subsets
pH
36 6.094436 6.247236 6.519436 6.8028
.419 1.000 1.000
LokasiWoriTumpaanMinangaManembo-nemboSig.
Tukey HSD a,bN 1 2 3
Subset
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.Based on Type III Sum of SquaresThe error term is Mean Square(Error) = .179.
Uses Harmonic Mean Sample Size = 36.000.a.
Alpha = .05.b.
Stasiun Homogeneous Subsets
pH
48 6.339648 6.368848 6.5396
.054
StasiunMuaraTambakPantaiSig.
Tukey HSD a,bN 1
Subset
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.Based on Type III Sum of SquaresThe error term is Mean Square(Error) = .179.
Uses Harmonic Mean Sample Size = 48.000.a.
Alpha = .05.b.
f. Nitrat Univariate Analysis of Variance
Between-Subjects Factors
Manembo-nembo 12
Minanga 12Wori 12Tumpaan 12Tambak 16Pantai 16Muara 16Barat 24Timur 24Pasang 24Surut 24
1
234
Lokasi
123
Stasiun
12
Musim
12
PasangSurut
Value Label N
134
Lampiran 3 Lanjutan
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable: Nitrat
22.893a 12 1.908 8.651 .00062.678 1 62.678 284.212 .00019.772 3 6.591 29.885 .000
.689 2 .344 1.562 .2241.721 1 1.721 7.806 .008
4.025E-02 1 4.025E-02 .183 .672.367 3 .122 .555 .648.303 2 .152 .687 .510
7.719 35 .22193.289 4830.612 47
SourceCorrected ModelInterceptLOKASISTASIUNMUSIMPASUTLOKASI * MUSIMSTASIUN * MUSIMErrorTotalCorrected Total
Type III Sumof Squares df Mean Square F Sig.
R Squared = .748 (Adjusted R Squared = .661)a.
Estimated Marginal Means 1. Grand Mean
Dependent Variable: Nitrat
1.143 .068 1.005 1.280Mean Std. Error Lower Bound Upper Bound
95% Confidence Interval
Lokasi
Estimates
Dependent Variable: Nitrat
.621 .136 .346 .8961.137 .136 .862 1.4132.193 .136 1.917 2.468.620 .136 .345 .895
LokasiManembo-nemboMinangaWoriTumpaan
Mean Std. Error Lower Bound Upper Bound95% Confidence Interval
Stasiun
Estimates
Dependent Variable: Nitrat
1.216 .117 .978 1.4551.238 .117 1.000 1.476
.974 .117 .735 1.212
StasiunTambakPantaiMuara
Mean Std. Error Lower Bound Upper Bound95% Confidence Interval
135
Lampiran 3 Lanjutan Musim
Estimates
Dependent Variable: Nitrat
1.332 .096 1.137 1.527.953 .096 .759 1.148
MusimBaratTimur
Mean Std. Error Lower Bound Upper Bound95% Confidence Interval
Pasang Surut
Estimates
Dependent Variable: Nitrat
1.114 .096 .919 1.3081.172 .096 .977 1.366
Pasang SurutPasangSurut
Mean Std. Error Lower Bound Upper Bound95% Confidence Interval
6. Lokasi * Musim
Dependent Variable: Nitrat
.787 .192 .397 1.176
.455 .192 6.579E-02 .8441.328 .192 .939 1.718
.947 .192 .557 1.3362.515 .192 2.126 2.9041.870 .192 1.481 2.259
.698 .192 .309 1.088
.542 .192 .152 .931
MusimBaratTimurBaratTimurBaratTimurBaratTimur
LokasiManembo-nembo
Minanga
Wori
Tumpaan
Mean Std. Error Lower Bound Upper Bound95% Confidence Interval
7. Musim * Stasiun
Dependent Variable: Nitrat
1.359 .166 1.022 1.6961.362 .166 1.025 1.7001.275 .166 .938 1.6121.074 .166 .737 1.4111.114 .166 .777 1.451
.673 .166 .335 1.010
StasiunTambakPantaiMuaraTambakPantaiMuara
MusimBarat
Timur
Mean Std. Error Lower Bound Upper Bound95% Confidence Interval
136
Lampiran 3 Lanjutan Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable: Fosfat
2.196a 12 .183 3.662 .0016.439 1 6.439 128.856 .000
.343 3 .114 2.285 .096
.181 2 9.067E-02 1.815 .178
.563 1 .563 11.274 .002
.161 1 .161 3.222 .081
.487 3 .162 3.251 .033
.460 2 .230 4.608 .0171.749 35 4.997E-02
10.384 483.945 47
SourceCorrected ModelInterceptLOKASISTASIUNMUSIMPASUTLOKASI * MUSIMSTASIUN * MUSIMErrorTotalCorrected Total
Type III Sumof Squares df Mean Square F Sig.
R Squared = .557 (Adjusted R Squared = .405)a.
Post Hoc Tests Lokasi Homogeneous Subsets
Nitrat
12 .620012 .6208 .620812 1.137512 2.1925
1.000 .050 1.000
LokasiTumpaanManembo-nemboMinangaWoriSig.
Tukey HSD a,bN 1 2 3
Subset
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.Based on Type III Sum of SquaresThe error term is Mean Square(Error) = .221.
Uses Harmonic Mean Sample Size = 12.000.a.
Alpha = .05.b.
Stasiun Homogeneous Subsets
Nitrat
16 .973716 1.216316 1.2381
.262
StasiunMuaraTambakPantaiSig.
Tukey HSD a,bN 1
Subset
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.Based on Type III Sum of SquaresThe error term is Mean Square(Error) = .221.
Uses Harmonic Mean Sample Size = 16.000.a.
Alpha = .05.b.
137
Lampiran 3 Lanjutan g. Fosfat Univariate Analysis of Variance
Between-Subjects Factors
Manembo-nembo 12
Minanga 12Wori 12Tumpaan 12Tambak 16Pantai 16Muara 16Barat 24Timur 24Pasang 24Surut 24
1
234
Lokasi
123
Stasiun
12
Musim
12
PasangSurut
Value Label N
Estimated Marginal Means
1. Grand Mean
Dependent Variable: Fosfat
.366 .032 .301 .432Mean Std. Error Lower Bound Upper Bound
95% Confidence Interval
Stasiun
Estimates
Dependent Variable: Fosfat
.400 .056 .287 .513
.280 .056 .167 .393
.419 .056 .305 .532
StasiunTambakPantaiMuara
Mean Std. Error Lower Bound Upper Bound95% Confidence Interval
Lokasi
Estimates
Dependent Variable: Fosfat
.287 .065 .156 .419
.279 .065 .148 .410
.472 .065 .341 .603
.427 .065 .296 .558
LokasiManembo-nemboMinangaWoriTumpaan
Mean Std. Error Lower Bound Upper Bound95% Confidence Interval
138
Lampiran 3 Lanjutan Pasang Surut
Estimates
Dependent Variable: Fosfat
.308 .046 .216 .401
.424 .046 .332 .517
Pasang SurutPasangSurut
Mean Std. Error Lower Bound Upper Bound95% Confidence Interval
Musim
Estimates
Dependent Variable: Fosfat
.475 .046 .382 .567
.258 .046 .165 .351
MusimBaratTimur
Mean Std. Error Lower Bound Upper Bound95% Confidence Interval
6. Lokasi * Musim
Dependent Variable: Fosfat
.542 .091 .356 .7273.333E-02 .091 -.152 .219
.310 .091 .125 .495
.248 .091 6.307E-02 .434
.472 .091 .286 .657
.472 .091 .286 .657
.575 .091 .390 .760
.278 .091 9.307E-02 .464
MusimBaratTimurBaratTimurBaratTimurBaratTimur
LokasiManembo-nembo
Minanga
Wori
Tumpaan
Mean Std. Error Lower Bound Upper Bound95% Confidence Interval
7. Musim * Stasiun
Dependent Variable: Fosfat
.375 .079 .215 .535
.422 .079 .262 .583
.626 .079 .466 .787
.425 .079 .265 .585
.137 .079 -2.294E-02 .298
.211 .079 5.081E-02 .372
StasiunTambakPantaiMuaraTambakPantaiMuara
MusimBarat
Timur
Mean Std. Error Lower Bound Upper Bound95% Confidence Interval
Post Hoc Tests Lokasi Homogeneous Subsets
Fosfat
12 .279212 .287512 .426712 .4717
.170
LokasiMinangaManembo-nemboTumpaanWoriSig.
Tukey HSD a,bN 1
Subset
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.Based on Type III Sum of SquaresThe error term is Mean Square(Error) = 4.997E-02.
Uses Harmonic Mean Sample Size = 12.000.a.
Alpha = .05.b.
139
Lampiran 3 Lanjutan Stasiun Homogeneous Subsets
Fosfat
16 .280016 .400016 .4188
.199
StasiunPantaiTambakMuaraSig.
Tukey HSD a,bN 1
Subset
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.Based on Type III Sum of SquaresThe error term is Mean Square(Error) = 4.997E-02.
Uses Harmonic Mean Sample Size = 16.000.a.
Alpha = .05.b.
Nilai p-value hasil analisis ragam parameter lingkungan berdasarkan lokasi, stasiun, musim, pasang, surut, interaksi antara lokasi dengan musim dan interaksi stasiun dengan musim
Parameter Lingkungan lokasi stasiun musim pasut lokasi *
musim stasiun * musim
Suhu (º C) 0,000 0,000 0,000 0,292 0,000 0,446 Salinitas (‰) 0,000 0,000 0,000 0,000 0,092 0,898 pH (skala pH) 0,000 0,022 0,118 0,000 0,117 0,074 Kekeruhan (NTU) 0,000 0,000 0,000 0,015 0,063 0,002 Oks.Terlarut (mg/l) 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,452 Nitrat (mg/l) 0,000 0,597 0,001 0,286 0,828 0,187 Fosfat (mg/l) 0,000 0,072 0,001 0,000 0,395 0,681
Keterangan : p-value <0.05 menunjukkan pengaruh yang nyata
140
Lampiran 4 Hasil uji Kruskall Wallis dan Man-U Whitney kelimpahan ketiga jenis rotifera antar lokasi penelitian
Kruskal-Wallis Test
Ranks
36 89.0436 99.2636 55.1136 46.58
14436 90.5436 81.4636 59.0036 59.00
14436 70.9636 104.0736 72.0636 42.92
144
LokasiManembo-nemboMinangaWoriTumpaanTotalManembo-nemboMinangaWoriTumpaanTotalManembo-nemboMinangaWoriTumpaanTotal
B. rotundiformis
B. caudatus
B. quadridentatus
N Mean Rank
Test Statistics a,b
40.803 34.392 40.4753 3 3
.000 .000 .000
Chi-SquaredfAsymp. Sig.
B. rotundiformis B. caudatus B. quadridentatus
Kruskal Wallis Testa.
Grouping Variable: Lokasib.
Mann-Whitney Test (Manembo-nembo Vs Minanga)
Ranks
36 33.06 1190.0036 39.94 1438.007236 39.54 1423.5036 33.46 1204.507236 29.24 1052.5036 43.76 1575.5072
LokasiManembo-nemboMinangaTotalManembo-nemboMinangaTotalManembo-nemboMinangaTotal
B. rotundiformis
B. caudatus
B. quadridentatus
N Mean Rank Sum of Ranks
Test Statisticsa
524.000 538.500 386.5001190.000 1204.500 1052.500
-1.398 -1.420 -2.971.162 .155 .003
Mann-Whitney UWilcoxon WZAsymp. Sig. (2-tailed)
B. rotundiformis B. caudatusB.
quadridentatus
Grouping Variable: Lokasia.
141
Lampiran 4 Lanjutan Mann-Whitney Test (Manembo-nembo Vs Wori)
Ranks
36 46.38 1669.5036 26.63 958.507236 44.00 1584.0036 29.00 1044.007236 35.94 1294.0036 37.06 1334.0072
LokasiManembo-nemboWoriTotalManembo-nemboWoriTotalManembo-nemboWoriTotal
B. rotundiformis
B. caudatus
B. quadridentatus
N Mean Rank Sum of Ranks
Test Statistics a
292.500 378.000 628.000958.500 1044.000 1294.000
-4.013 -4.285 -.229.000 .000 .819
Mann-Whitney UWilcoxon WZAsymp. Sig. (2-tailed)
B. rotundiformis B. caudatus B. quadridentatus
Grouping Variable: Lokasia.
Mann-Whitney Test (Manembo-nembo Vs Tumpaan) Ranks
36 46.61 1678.0036 26.39 950.007236 44.00 1584.0036 29.00 1044.007236 42.78 1540.0036 30.22 1088.0072
LokasiManembo-nemboTumpaanTotalManembo-nemboTumpaanTotalManembo-nemboTumpaanTotal
B. rotundiformis
B. caudatus
B. quadridentatus
N Mean Rank Sum of Ranks
Test Statistics a
284.000 378.000 422.000950.000 1044.000 1088.000
-4.118 -4.285 -2.821.000 .000 .005
Mann-Whitney UWilcoxon WZAsymp. Sig. (2-tailed)
B. rotundiformis B. caudatus B. quadridentatus
Grouping Variable: Lokasia.
Mann-Whitney Test (Minanga Vs Wori) Ranks
36 47.49 1709.5036 25.51 918.507236 42.50 1530.0036 30.50 1098.007236 46.67 1680.0036 26.33 948.0072
LokasiMinangaWoriTotalMinangaWoriTotalMinangaWoriTotal
B. rotundiformis
B. caudatus
B. quadridentatus
N Mean Rank Sum of Ranks
142
Lampiran 4 Lanjutan Test Statistics a
252.500 432.000 282.000918.500 1098.000 948.000
-4.463 -3.750 -4.166.000 .000 .000
Mann-Whitney UWilcoxon WZAsymp. Sig. (2-tailed)
B. rotundiformis B. caudatus B. quadridentatus
Grouping Variable: Lokasia.
Mann-Whitney Test (Minanga Vs Tumpaan) Ranks
36 48.83 1758.0036 24.17 870.007236 42.50 1530.0036 30.50 1098.007236 50.64 1823.0036 22.36 805.0072
LokasiMinangaTumpaanTotalMinangaTumpaanTotalMinangaTumpaanTotal
B. rotundiformis
B. caudatus
B. quadridentatus
N Mean Rank Sum of Ranks
Test Statistics a
204.000 432.000 139.000870.000 1098.000 805.000
-5.018 -3.750 -5.934.000 .000 .000
Mann-Whitney UWilcoxon WZAsymp. Sig. (2-tailed)
B. rotundiformis B. caudatus B. quadridentatus
Grouping Variable: Lokasia.
Mann-Whitney Test (Wori vs Tumpaan)
Ranks
36 39.97 1439.0036 33.03 1189.007236 36.50 1314.0036 36.50 1314.007236 45.67 1644.0036 27.33 984.0072
LokasiWoriTumpaanTotalWoriTumpaanTotalWoriTumpaanTotal
B. rotundiformis
B. caudatus
B. quadridentatus
N Mean Rank Sum of Ranks
Test Statisticsa
523.000 648.000 318.0001189.000 1314.000 984.000
-1.416 .000 -3.882.157 1.000 .000
Mann-Whitney UWilcoxon WZAsymp. Sig. (2-tailed)
B. rotundiformis B. caudatus B. quadridentatus
Grouping Variable: Lokasia.
143
Lampiran 5 Hasil uji Kruskall Wallis dan Man-U Whitney kelimpahan ketiga jenis rotifera antar stasiun penelitian
NPar Tests
Descriptive Statistics
144 1.984441 2.9496618 .0396 11.2894144 .026130 .0682326 .0000 .3565144 .212907 .3682056 .0000 2.1390144 2.00 .819 1 3
B. rotundiformisB. caudatusB. quadridentatusStasiun
N Mean Std. Deviation Minimum Maximum
Kruskal-Wallis Test
Ranks
48 101.4448 29.3248 86.74
14448 59.0048 63.3948 95.11
14448 55.2548 53.5348 108.72
144
StasiunTambakPantaiMuaraTotalTambakPantaiMuaraTotalTambakPantaiMuaraTotal
B. rotundiformis
B. caudatus
B. quadridentatus
N Mean Rank
Test Statistics a,b
80.455 46.243 56.6972 2 2
.000 .000 .000
Chi-SquaredfAsymp. Sig.
B. rotundiformis B. caudatusB.
quadridentatus
Kruskal Wallis Testa.
Grouping Variable: Stasiunb.
NPar Tests Mann-Whitney Test (Tambak Vs Pantai)
Ranks
48 71.59 3436.5048 25.41 1219.509648 47.00 2256.0048 50.00 2400.009648 48.23 2315.0048 48.77 2341.0096
StasiunTambakPantaiTotalTambakPantaiTotalTambakPantaiTotal
B. rotundiformis
B. caudatus
B. quadridentatus
N Mean Rank Sum of Ranks
144
Lampiran 5 Lanjutan Test Statistics a
43.500 1080.000 1139.0001219.500 2256.000 2315.000
-8.156 -1.750 -.102.000 .080 .919
Mann-Whitney UWilcoxon WZAsymp. Sig. (2-tailed)
B. rotundiformis B. caudatusB.
quadridentatus
Grouping Variable: Stasiuna.
NPar Tests Mann-Whitney Test (Tambak Vs Muara)
Ranks
48 54.34 2608.5048 42.66 2047.509648 36.50 1752.0048 60.50 2904.009648 31.52 1513.0048 65.48 3143.0096
StasiunTambakMuaraTotalTambakMuaraTotalTambakMuaraTotal
B. rotundiformis
B. caudatus
B. quadridentatus
N Mean Rank Sum of Ranks
Test Statistics a
871.500 576.000 337.0002047.500 1752.000 1513.000
-2.057 -5.554 -6.046.040 .000 .000
Mann-Whitney UWilcoxon WZAsymp. Sig. (2-tailed)
B. rotundiformis B. caudatusB.
quadridentatus
Grouping Variable: Stasiuna.
NPar Tests Mann-Whitney Test (Pantai Vs Muara)
Ranks
48 28.42 1364.0048 68.58 3292.009648 37.89 1818.5048 59.11 2837.509648 29.26 1404.5048 67.74 3251.5096
StasiunPantaiMuaraTotalPantaiMuaraTotalPantaiMuaraTotal
B. rotundiformis
B. caudatus
B. quadridentatus
N Mean Rank Sum of Ranks
Test Statistics a
188.000 642.500 228.5001364.000 1818.500 1404.500
-7.107 -4.712 -6.832.000 .000 .000
Mann-Whitney UWilcoxon WZAsymp. Sig. (2-tailed)
B. rotundiformis B. caudatusB.
quadridentatus
Grouping Variable: Stasiuna.
145
Lampiran 6 Hasil Uji Man-U Whitney kelimpahan ketiga jenis rotifera antar musim
NPar Tests
Descriptive Statistics
144 1.984441 2.9496618 .0396 11.2894144 .026130 .0682326 .0000 .3565144 .212907 .3682056 .0000 2.1390144 1.50 .502 1 2
B. rotundiformisB. caudatusB. quadridentatuMusim
N Mean Std. Deviation Minimum Maximum
Mann-Whitney Test
Ranks
72 62.69 4514.0072 82.31 5926.00
14472 70.31 5062.0072 74.69 5378.00
14472 68.85 4957.5072 76.15 5482.50
144
MusimBaratTimurTotalBaratTimurTotalBaratTimurTotal
B. rotundiformis
B. caudatus
B. quadridentatus
N Mean Rank Sum of Ranks
Test Statisticsa
1886.000 2434.000 2329.5004514.000 5062.000 4957.500
-2.827 -.927 -1.072.005 .354 .284
Mann-Whitney UWilcoxon WZAsymp. Sig. (2-tailed)
B. rotundiformis B. caudatusB.
quadridentatus
Grouping Variable: Musima.
146
Lampiran 7 Hasil Uji Man-U Whitney kelimpahan ketiga jenis rotifera antar pasang surut
NPar Tests
Descriptive Statistics
144 1.984441 2.9496618 .0396 11.2894144 .026130 .0682326 .0000 .3565144 .212907 .3682056 .0000 2.1390144 1.50 .502 1 2
B. rotundiformisB. caudatusB. quadridentatusPasang Surut
N Mean Std. Deviation Minimum Maximum
Mann-Whitney Test
Ranks
72 72.06 5188.5072 72.94 5251.50
14472 71.14 5122.0072 73.86 5318.00
14472 71.72 5164.0072 73.28 5276.00
144
Pasang SurutPasangSurutTotalPasangSurutTotalPasangSurutTotal
B. rotundiformis
B. caudatus
B. quadridentatus
N Mean Rank Sum of Ranks
Test Statistics a
2560.500 2494.000 2536.0005188.500 5122.000 5164.000
-.126 -.575 -.229.900 .565 .819
Mann-Whitney UWilcoxon WZAsymp. Sig. (2-tailed)
B. rotundiformis B. caudatusB.
quadridentatus
Grouping Variable: Pasang Suruta.
147
Lampiran 8 Hasil analisis diskriminan rotifera B. rotundiformis Group Statistics
29.9067 1.10410 89 89.00024.3528 4.78905 89 89.0006.4753 .52727 89 89.000
107.4831 9.85360 89 89.0006.5719 .33608 89 89.000
121.6675 35.79725 89 89.00029.4524 1.86805 21 21.00020.3810 2.83666 21 21.0006.4952 .59873 21 21.000
109.2381 17.90504 21 21.0006.2048 .28892 21 21.000
178.3243 62.67560 21 21.00029.2500 1.38219 34 34.00020.6882 3.62297 34 34.0006.6412 .54446 34 34.000
100.9412 13.56229 34 34.0006.1735 .20934 34 34.000
161.7097 31.01681 34 34.00029.6854 1.32765 144 144.00022.9083 4.65584 144 144.0006.5174 .54263 144 144.000
106.1944 12.48959 144 144.0006.4243 .35621 144 144.000
139.3844 45.78790 144 144.000
SuhuSalinitaspHKekeruhanOksigen TerlarutKelimpahan FitoplanktonSuhuSalinitaspHKekeruhanOksigen TerlarutKelimpahan FitoplanktonSuhuSalinitaspHKekeruhanOksigen TerlarutKelimpahan FitoplanktonSuhuSalinitaspHKekeruhanOksigen TerlarutKelimpahan Fitoplankton
Group1
2
3
Total
Mean Std. Deviation Unweighted WeightedValid N (listwise)
Tests of Equality of Group Means
.953 3.507 2 141 .033
.843 13.154 2 141 .000
.984 1.173 2 141 .312
.943 4.294 2 141 .015
.720 27.483 2 141 .000
.744 24.248 2 141 .000
SuhuSalinitaspHKekeruhanOksigen TerlarutKelimpahan Fitoplankton
Wilks'Lambda F df1 df2 Sig.
Pooled Within-Groups Matrices
1.000 .425 .012 -.195 -.032 -.347.425 1.000 .331 -.087 -.363 .036.012 .331 1.000 .050 -.275 .249
-.195 -.087 .050 1.000 -.198 .452-.032 -.363 -.275 -.198 1.000 -.533-.347 .036 .249 .452 -.533 1.000
SuhuSalinitaspHKekeruhanOksigen TerlarutKelimpahan Fitoplan
CorrelatioSuhu Salinitas pH Kekeruhan
OksigenTerlarut
KelimpahanFitoplankton
148
Lampiran 8 Lanjutan Covariance Matricesa
1.763 2.866 -.010 -2.450 .041 -23.8272.866 21.677 .667 -1.703 -.122 -36.019-.010 .667 .294 .131 -.055 6.288
-2.450 -1.703 .131 155.990 -.392 191.962.041 -.122 -.055 -.392 .127 -10.574
-23.827 -36.019 6.288 191.962 -10.574 2096.531
SuhuSalinitaspHKekeruhanOksigen TerlarutKelimpahan Fitoplan
GroupTotal
Suhu Salinitas pH KekeruhanOksigenTerlarut
KelimpahanFitoplankton
The total covariance matrix has 143 degrees of freedom.a.
Summary of Canonical Discriminant Functions Eigenvalues
1.184a 93.5 93.5 .736.082a 6.5 100.0 .275
Function12
Eigenvalue % of Variance Cumulative %CanonicalCorrelation
First 2 canonical discriminant functions were used in theanalysis.
a.
Standardized Canonical Discriminant Function Coefficients
-.173 .578.813 -.105
-.084 -.354.517 .533.704 .429
-.447 .820
SuhuSalinitaspHKekeruhanOksigen TerlarutKelimpahan Fitoplankton
1 2Function
Structure Matrix
.574* .003
.395* -.149
.202* .127
.134 .697*-.520 .540*-.095 -.269*
Oksigen TerlarutSalinitasSuhuKekeruhanKelimpahan FitoplanktonpH
1 2Function
Pooled within-groups correlations between discriminatingvariables and standardized canonical discriminant functions Variables ordered by absolute size of correlation within function.
Largest absolute correlation between each variable andany discriminant function
*.
149
Lampiran 8 Lanjutan
Canonical Discriminant Function Coefficients
-.133 .443.189 -.024
-.155 -.653.042 .044
2.315 1.409-.011 .021
-17.172 -24.896
SuhuSalinitaspHKekeruhanOksigen TerlarutKelimpahan Fitoplankton(Constant)
1 2Function
Unstandardized coefficients
Functions at Group Centroids
.845 -.011-1.260 .599-1.434 -.342
Group123
1 2Function
Unstandardized canonical discriminantfunctions evaluated at group means
150
Lampiran 9 Hasil uji Kruskall Wallis dan Man-U Whitney kelimpahan fitoplankton antar lokasi penelitian
Kruskal-Wallis Test
Ranks
36 103.3836 106.2836 40.9936 39.36
144
LokasiManembo-nemboMinangaWoriTumpaanTotal
fitoplanktonN Mean Rank
Test Statistics a,b
86.6423
.000
Chi-SquaredfAsymp. Sig.
fitoplankton
Kruskal Wallis Testa.
Grouping Variable: Lokasib.
Mann-Whitney Test (Manembo-nembo Vs Minanga)
Ranks
36 34.72 1250.0036 38.28 1378.0072
LokasiManembo-nemboMinangaTotal
fitoplanktonN Mean Rank Sum of Ranks
Mann-Whitney Test (Manembo-nembo Vs Wori)
Ranks
36 53.00 1908.0036 20.00 720.0072
LokasiManembo-nemboWoriTotal
fitoplanktonN Mean Rank Sum of Ranks
Test Statistics a
54.000720.000
-6.694.000
Mann-Whitney UWilcoxon WZAsymp. Sig. (2-tailed)
fitoplankton
Grouping Variable: Lokasia.
151
Lampiran 9 Lanjutan Mann-Whitney Test (Manembo-nembo Vs Tumpaan)
Ranks
36 52.65 1895.5036 20.35 732.5072
LokasiManembo-nemboTumpaanTotal
fitoplanktonN Mean Rank Sum of Ranks
Test Statistics a
66.500732.500
-6.553.000
Mann-Whitney UWilcoxon WZAsymp. Sig. (2-tailed)
fitoplankton
Grouping Variable: Lokasia.
Mann-Whitney Test (Minanga Vs Wori)
Ranks
36 52.53 1891.0036 20.47 737.0072
LokasiMinangaWoriTotal
fitoplanktonN Mean Rank Sum of Ranks
Test Statistics a
71.000737.000
-6.500.000
Mann-Whitney UWilcoxon WZAsymp. Sig. (2-tailed)
fitoplankton
Grouping Variable: Lokasia.
Mann-Whitney Test (Minanga Vs Tumpaan)
Ranks
36 52.47 1889.0036 20.53 739.0072
LokasiMinangaTumpaanTotal
fitoplanktonN Mean Rank Sum of Ranks
Test Statistics a
73.000739.000
-6.478.000
Mann-Whitney UWilcoxon WZAsymp. Sig. (2-tailed)
fitoplankton
Grouping Variable: Lokasia.
152
Lampiran 9 Lanjutan Mann-Whitney Test (Wori Vs Tumpaan)
Ranks
36 37.51 1350.5036 35.49 1277.5072
LokasiWoriTumpaanTotal
fitoplanktonN Mean Rank Sum of Ranks
Test Statistics a
611.5001277.500
-.411.681
Mann-Whitney UWilcoxon WZAsymp. Sig. (2-tailed)
fitoplankton
Grouping Variable: Lokasia.
Kruskal-Wallis Test Ranks
48 64.6748 72.6048 80.23
144
StasiunTambakPantaiMuaraTotal
fitoplanktonN Mean Rank
Test Statistics a,b
3.3432
.188
Chi-SquaredfAsymp. Sig.
fitoplankton
Kruskal Wallis Testa.
Grouping Variable: Stasiunb.
Mann-Whitney Test Ranks
72 74.44 5359.5072 70.56 5080.50
144
MusimBaratTimurTotal
FitoplanktonN Mean Rank Sum of Ranks
Estimates
Dependent Variable: VAR00007
146.110 2.774 140.622 151.598132.659 2.774 127.171 138.147
MusimBaratTimur
Mean Std. Error Lower Bound Upper Bound95% Confidence Interval
153
Lampiran 9 Lanjutan
Test Statistics a
2452.5005080.500
-.558.577
Mann-Whitney UWilcoxon WZAsymp. Sig. (2-tailed)
Fitoplankton
Grouping Variable: Musima.
Mann-Whitney Test
Ranks
72 77.51 5580.5072 67.49 4859.50
144
Pasang SurutPasangSurutTotal
FitoplanktonN Mean Rank Sum of Ranks
Test Statisticsa
2231.5004859.500
-1.441.150
Mann-Whitney UWilcoxon WZAsymp. Sig. (2-tailed)
Fitoplankton
Grouping Variable: Pasang Suruta.
154
Lampiran 10 Ukuran lorika Ukuran lorika (Alam)
Manembo-nembo Minanga Wori Tumpaan PL LA LL PL LA LL PL LA LL PL LA LL
159,60 58,80 117,60 176,40 84,00 126,20 142,80 67,20 117,60 151,20 67,20 118,00 159,60 67,20 117,60 168,00 75,60 117,50 142,80 67,20 117,60 142,80 58,80 109,00 159,60 58,80 117,60 134,40 67,20 106,27 142,80 67,20 109,20 151,20 67,20 118,00 142,80 67,20 109,20 184,80 67,20 134,50 142,80 58,80 109,20 142,80 58,80 109,00 159,60 67,20 117,60 159,60 67,20 126,00 151,20 58,80 117,60 151,20 67,20 118,00 159,60 67,20 117,60 193,20 75,60 141,35 151,20 67,20 117,60 151,20 75,60 118,00 159,60 67,20 117,60 159,60 75,60 110,28 159,60 67,20 117,60 151,20 67,20 118,00 142,80 67,20 109,20 184,80 67,20 134,34 142,80 58,80 100,80 151,20 67,20 118,00 159,60 67,20 117,60 176,40 75,60 126,32 159,60 67,20 109,20 151,20 67,20 118,00 159,60 67,20 117,60 168,00 75,60 132,33 151,20 67,20 117,60 151,20 67,20 118,00 159,60 67,20 117,60 151,20 67,20 110,28 151,20 67,20 109,20 151,20 67,20 118,00 151,20 58,80 109,20 176,40 75,60 130,33 142,80 58,80 109,20 151,20 58,80 109,00 151,20 67,20 117,60 151,20 67,20 117,60 151,20 67,20 117,60 151,20 67,20 118,00 168,00 67,20 117,60 159,60 75,60 126,00 159,60 67,20 117,60 159,60 67,20 118,00 168,00 67,20 117,60 168,00 75,60 132,33 151,20 67,20 117,60 159,60 67,20 118,00 168,00 67,20 126,00 176,40 75,60 134,50 159,60 67,20 117,60 159,60 67,20 118,00 168,00 67,20 117,60 142,80 58,80 108,27 159,60 67,20 117,60 159,60 67,20 118,00 159,60 67,20 117,60 142,80 67,20 112,11 151,20 67,20 117,60 159,60 67,20 118,00 151,20 67,20 109,20 159,60 67,20 126,00 151,20 58,80 109,20 151,20 58,80 101,00 151,20 67,20 109,20 168,00 75,60 126,30 159,60 67,20 117,60 159,60 67,20 118,00 168,00 67,20 117,60 134,40 58,80 104,26 159,60 67,20 117,60 159,60 67,20 118,00 168,00 67,20 126,00 168,00 75,60 126,00 159,60 67,20 117,60 168,00 67,20 118,00 151,20 58,80 109,20 159,60 67,20 116,60 151,20 58,80 109,20 151,20 58,80 109,00 159,60 67,20 117,60 168,00 75,60 128,00 159,60 67,20 117,60 168,00 67,20 118,00 168,00 67,20 117,60 159,60 75,60 115,28 168,00 67,20 117,60 168,00 67,20 118,00 159,60 67,20 117,60 159,60 75,60 120,30 159,60 67,20 117,60 159,60 67,20 109,00 159,60 67,20 109,20 176,40 75,60 131,10 151,20 58,80 109,20 159,60 67,20 118,00 159,60 67,20 117,60 168,00 75,60 126,30 159,60 67,20 117,60 151,20 58,80 101,00 168,00 67,20 117,60 159,60 67,20 118,50 159,60 67,20 117,60 159,60 67,20 118,00 168,00 67,20 117,60 168,00 67,20 122,31 159,60 67,20 117,60 159,60 67,20 118,00
155
Lampiran 10 Lanjutan Ukuran panjang lorika (PL), lebar anterior (LA) dan lebar lorika (LL) B. rotundiformis yang dikultur di laboratorium pada beberapa salinitas dan pakan N. oculata.
4 ppt 20 ppt 40 ppt 50 ppt 60 pptPL LA LL PL LA LL PL LA LL PL LA LL PL LA LL
151,20 58,80 117,60 100,80 42,00 67,20 151,20 92,40 134,40 134,40 67,20 109,20 151,20 92,40 126,00134,40 67,20 126,00 109,20 58,80 100,80 100,80 75,60 109,20 168,00 92,40 117,60 134,40 84,00 117,60126,00 50,40 100,80 109,20 58,80 109,20 117,60 67,20 92,40 100,80 75,60 100,80 126,00 67,20 109,20151,20 67,20 117,60 126,00 50,40 92,40 142,80 67,20 126,00 151,20 58,80 126,00 151,20 75,60 117,60151,20 50,40 92,40 126,00 50,40 84,00 168,00 75,60 117,60 142,80 67,20 109,20 151,20 84,00 126,00134,40 67,20 109,20 92,40 33,60 75,60 134,40 58,80 109,20 151,20 58,80 117,60 134,40 75,60 117,60142,80 75,60 109,20 134,40 67,20 126,00 159,60 75,60 134,40 134,40 67,20 117,60 142,80 75,60 126,00126,00 58,80 92,40 151,20 67,20 126,00 126,00 67,20 100,80 142,80 58,80 109,20 126,00 58,80 109,20151,20 58,80 92,40 142,80 67,20 126,00 159,60 75,60 142,80 151,20 67,20 134,40 151,20 92,40 134,40134,40 58,80 109,20 151,20 67,20 134,40 134,40 75,60 117,60 134,40 58,80 109,20 134,40 67,20 126,00126,00 75,60 117,60 117,60 50,40 84,00 142,80 58,80 92,40 142,80 75,60 100,80 126,00 58,80 117,60126,00 67,20 100,80 134,40 67,20 109,20 134,40 75,60 117,60 151,20 67,20 126,00 126,00 58,80 109,20159,60 67,20 109,20 126,00 50,40 109,20 168,00 75,60 134,40 159,60 84,00 109,20 159,60 67,20 126,00168,00 67,20 117,60 92,40 50,40 84,00 151,20 75,60 126,00 142,80 67,20 117,60 168,00 92,40 134,40142,80 67,20 117,60 117,60 58,80 92,40 159,60 84,00 117,60 151,20 75,60 109,20 142,80 67,20 109,20126,00 75,60 117,60 142,80 50,40 109,20 100,80 58,80 84,00 117,60 58,80 100,80 126,00 50,40 92,40117,60 50,40 84,00 159,60 50,40 100,80 117,60 50,40 92,40 109,20 67,20 109,20 117,60 58,80 100,80142,80 67,20 126,00 151,20 50,40 117,60 151,20 75,60 117,60 159,60 75,60 92,40 142,80 67,20 109,20142,80 75,60 126,00 142,80 58,80 100,80 142,80 75,60 109,20 151,20 67,20 109,20 142,80 58,80 100,80151,20 67,20 109,20 142,80 67,20 117,60 168,00 50,40 92,40 142,80 50,40 100,80 151,20 67,20 92,40109,20 58,80 92,40 126,00 58,80 117,60 84,00 42,00 75,60 109,20 58,80 84,00 109,20 50,40 75,60117,60 75,60 109,20 100,80 42,00 84,00 126,00 58,80 92,40 126,00 58,80 100,80 117,60 67,20 84,00126,00 58,80 92,40 142,80 67,20 117,60 100,80 50,40 75,60 117,60 67,20 92,40 126,00 58,80 92,40134,40 75,60 117,60 126,00 75,60 100,80 159,60 75,60 117,60 134,40 58,80 109,20 134,40 58,80 109,20151,20 67,20 100,80 126,00 58,80 100,80 134,40 75,60 109,20 117,60 75,60 117,60 151,20 67,20 100,80151,20 67,20 109,20 134,40 67,20 92,40 159,60 75,60 126,00 142,80 67,20 109,20 151,20 84,00 117,60126,00 67,20 117,60 151,20 67,20 126,00 109,20 50,40 92,40 126,00 75,60 92,40 126,00 58,80 100,80100,80 50,40 84,00 84,00 58,80 92,40 142,80 58,80 92,40 117,60 67,20 100,80 100,80 50,40 92,40117,60 75,60 117,60 126,00 50,40 100,80 109,20 67,20 92,40 126,00 75,60 109,20 117,60 58,80 84,00151,20 58,80 100,80 134,40 50,40 100,80 134,40 75,60 109,20 126,00 67,20 100,80 151,20 67,20 100,80
156
Lampiran 10 Lanjutan
Ukuran panjang lorika (PL), lebar anterior (LA) dan lebar lorika (LL) B. rotundiformis yang dikultur di laboratorium pada beberapa salinitas dan pakan Prochloron sp.
4 ppt 20 ppt 40 ppt 50 ppt 60 pptPL LA LL PL LA LL PL LA LL PL LA LL PL LA LL
126,00 50,40 100,80 84,00 42,00 84,00 126,00 58,80 100,80 134,40 67,20 92,40 126,00 58,80 109,20109,20 75,60 109,20 100,80 58,80 92,40 100,80 50,40 92,40 117,60 50,40 75,60 109,20 50,40 84,00100,80 50,40 84,00 100,80 58,80 92,40 117,60 42,00 84,00 92,40 42,00 75,60 100,80 42,00 84,00117,60 75,60 117,60 100,80 58,80 84,00 126,00 58,80 100,80 126,00 67,20 100,80 117,60 50,40 100,80134,40 75,60 117,60 100,80 50,40 58,80 134,40 67,20 117,60 117,60 50,40 100,80 134,40 58,80 117,60126,00 50,40 117,60 100,80 50,40 67,20 142,80 58,80 117,60 126,00 58,80 109,20 126,00 58,80 109,20109,20 50,40 75,60 92,40 42,00 75,60 92,40 50,40 84,00 117,60 50,40 75,60 109,20 50,40 84,00134,40 67,20 100,80 117,60 58,80 109,20 126,00 67,20 100,80 126,00 58,80 100,80 134,40 58,80 109,20117,60 75,60 117,60 117,60 50,40 100,80 134,40 58,80 109,20 126,00 67,20 109,20 117,60 50,40 84,00142,80 84,00 109,20 109,20 58,80 100,80 126,00 67,20 109,20 142,80 75,60 117,60 142,80 67,20 100,80134,40 75,60 117,60 100,80 42,00 84,00 126,00 58,80 92,40 117,60 50,40 84,00 134,40 50,40 92,40142,80 67,20 100,80 109,20 58,80 100,80 134,40 58,80 100,80 126,00 58,80 109,20 142,80 58,80 100,80134,40 67,20 100,80 117,60 58,80 100,80 126,00 58,80 92,40 117,60 50,40 92,40 134,40 67,20 100,80126,00 67,20 109,20 117,60 58,80 100,80 84,00 58,80 92,40 126,00 58,80 109,20 126,00 58,80 92,40117,60 50,40 92,40 117,60 58,80 100,80 126,00 50,40 92,40 117,60 50,40 92,40 117,60 50,40 84,00126,00 84,00 117,60 109,20 50,40 84,00 126,00 58,80 109,20 142,80 58,80 109,20 126,00 58,80 100,80117,60 50,40 100,80 134,40 58,80 109,20 100,80 58,80 84,00 117,60 50,40 84,00 117,60 58,80 92,40100,80 58,80 109,20 117,60 58,80 100,80 109,20 50,40 100,80 100,80 50,40 100,80 100,80 50,40 84,00126,00 67,20 100,80 109,20 50,40 100,80 117,60 58,80 100,80 126,00 58,80 117,60 126,00 50,40 84,00126,00 58,80 100,80 109,20 58,80 100,80 126,00 58,80 117,60 134,40 75,60 126,00 126,00 67,20 100,80134,40 75,60 109,20 117,60 58,80 100,80 134,40 67,20 109,20 134,40 67,20 117,60 134,40 84,00 142,80126,00 50,40 109,20 117,60 58,80 100,80 126,00 67,20 100,80 126,00 50,40 100,80 126,00 84,00 151,20109,20 50,40 100,80 109,20 58,80 100,80 109,20 42,00 75,60 84,00 42,00 75,60 109,20 42,00 84,00159,60 58,80 92,40 109,20 50,40 100,80 151,20 75,60 117,60 142,80 67,20 109,20 159,60 75,60 100,80126,00 75,60 100,80 92,40 58,80 75,60 134,40 50,40 92,40 126,00 58,80 92,40 126,00 58,80 92,40109,20 75,60 109,20 100,80 50,40 92,40 126,00 33,60 84,00 117,60 42,00 75,60 100,80 42,00 84,00134,40 75,60 117,60 100,80 42,00 92,40 117,60 50,40 84,00 100,80 50,40 84,00 109,20 58,80 92,40142,80 84,00 109,20 100,80 42,00 100,80 117,60 50,40 67,20 100,80 50,40 67,20 109,20 50,40 84,00134,40 67,20 100,80 117,60 58,80 100,80 126,00 58,80 109,20 126,00 67,20 100,80 126,00 58,80 109,20117,60 50,40 100,80 117,60 58,80 100,80 117,60 58,80 100,80 109,20 58,80 100,80 126,00 58,80 117,60
157
Lampiran 10 Lanjutan Ukuran lorika rata-rata (μm) B. rotundiformis dari 4 lokasi penelitian
Lokasi Panjang lorika Lebar lorika Lebar anterior
Manembo-nembo 159,60 116,20 66,08
Minanga 164,08 122,92 71,68
Wori 153,72 114,80 65,24
Tumpaan 155,40 115,37 65,80
Ukuran lorika rata-rata (μm) B. rotundiformis dengan salinitas berbeda dan pakan N. oculata
Salinitas Panjang lorika Lebar lorika Lebar anterior
4 ppt 136,36 107,80 64,96
20 ppt 127,40 103,32 57,12
40 ppt 136,36 108,36 68,04
50 ppt 136,08 108,08 67,76
60 ppt 136,36 108,64 68,04
Ukuran lorika rata-rata (μm) B. rotundiformis dengan salinitas berbeda dan pakan Prochloron sp.
Salinitas Panjang lorika Lebar lorika Lebar anterior
4 ppt 124,99 104,50 64,51
20 ppt 108,36 93,80 54,04
40 ppt 122,08 98,00 56,84
50 ppt 120,68 96,88 56,84
60 ppt 123,20 99,12 57,68
158
Lampiran 11 Analisis ragam ukuran morfometri (PL, LL, LA) B. rotundiformis alam (4 lokasi) dengan yang dikultur pada salinitas dan jenis pakan berbeda
Oneway
ANOVA
133945.6 13 10303.506 53.202 .0007660.324 401 193.667211605.9 4144381.567 13 1106.274 15.181 .0009221.431 401 72.8713602.998 4141463.845 13 2420.296 15.698 .0001824.063 401 154.1753287.909 414
Between GroupWithin GroupsTotalBetween GroupWithin GroupsTotalBetween GroupWithin GroupsTotal
Panjang Lorika (um
Lebar Anterior (um
Lebar Lorika (um)
Sum ofSquares df Mean Square F Sig.
Homogeneous Subsets
Panjang Lorika (um)
30 108.790025 118.9080 118.908030 119.2433 119.243330 120.6267 120.626730 121.733330 126.1600 26.160030 127.4000 27.400030 37.700030 37.983330 37.983330 160.160030 160.440030 161.000030 163.8000
.068 .521 .069 .999
Type RotiferKultur Sal 20 Pakan ProchloroKultur Sal 4 Pakan ProchloronAlam MinangaKultur Sal 40 Pakan ProchloroAlam TumpaanKultur Sal 4 Pakan NannoKultur Sal 20 Pakan NannoAlam ManemboKultur Sal 40 Pakan NannoAlam WoriKultur Sal 60 Pakan NannoKultur Sal 60 Pakan ProchloroKultur Sal 50 Pakan ProchloroKultur Sal 50 Pakan NannoSig.
Tukey HSDa,bN 1 2 3 4
Subset for alpha = .05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.Uses Harmonic Mean Sample Size = 29.577.a.
The group sizes are unequal. The harmonic mean of the group sizes is used. Type I erroguaranteed.
b.
159
Lampiran 11 Lanjutan Lebar Anterior (um)
30 52.210030 56.1633 56.163330 56.1633 56.163330 56.9933 56.9933 56.993330 57.1200 57.1200 57.120025 62.2080 62.2080 62.208030 64.1867 64.186730 65.2400 65.240030 65.8000 65.800030 66.0800 66.080030 68.5667 68.566730 68.8500 68.850030 68.8500 68.850030 71.6800
.621 .270 .074 .145 .182
Type RotiferKultur Sal 20 Pakan ProchloKultur Sal 40 Pakan ProchloAlam MinangaAlam TumpaanKultur Sal 20 Pakan NannoKultur Sal 4 Pakan ProchlorKultur Sal 4 Pakan NannoKultur Sal 60 Pakan NannoKultur Sal 60 Pakan ProchloKultur Sal 50 Pakan ProchloAlam ManemboKultur Sal 40 Pakan NannoAlam WoriKultur Sal 50 Pakan NannoSig.
Tukey HSDa,bN 1 2 3 4 5
Subset for alpha = .05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.Uses Harmonic Mean Sample Size = 29.577.a.
The group sizes are unequal. The harmonic mean of the group sizes is used. Type I error levels arb.
Lebar Lorika (um)
30 92.690030 95.7267 95.726730 96.8333 96.833330 97.9400 97.940025 101.0880 101.0880 101.088030 103.3200 103.3200 103.320030 106.5167 106.5167 106.516730 109.3667 109.366730 109.6500 109.650030 109.9333 109.933330 114.8000 114.800030 115.3667 115.366730 116.2000 116.200030 122.9200
.064 .055 .261 .143 .400
Type RotiferKultur Sal 20 Pakan ProchlAlam MinangaKultur Sal 40 Pakan ProchlAlam TumpaanKultur Sal 4 Pakan ProchloKultur Sal 20 Pakan NannoKultur Sal 4 Pakan NannoAlam ManemboKultur Sal 40 Pakan NannoAlam WoriKultur Sal 60 Pakan NannoKultur Sal 60 Pakan ProchlKultur Sal 50 Pakan ProchlKultur Sal 50 Pakan NannoSig.
Tukey HSDa,bN 1 2 3 4 5
Subset for alpha = .05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.Uses Harmonic Mean Sample Size = 29.577.a.
The group sizes are unequal. The harmonic mean of the group sizes is used. Type I error levels b.
160
Lampiran 11 Lanjutan Univariate Analysis of Variance
Descriptive Statistics
Dependent Variable: Panjang Lorika
127.6800 13.84661 30118.2720 10.54749 25123.4036 13.21971 55127.4000 20.10723 30108.3600 10.42879 30117.8800 18.55664 60136.3600 23.10285 30122.0800 14.25072 30129.2200 20.34728 60136.0800 16.85783 30120.6800 14.20797 30128.3800 17.29747 60136.3600 15.85881 30123.2000 13.65789 30129.7800 16.10397 60132.7760 18.50859 150118.5269 13.75699 145125.7722 17.81089 295
Jenis PakanNannochloropsis oculataProchloron spTotalNannochloropsis oculataProchloron spTotalNannochloropsis oculataProchloron spTotalNannochloropsis oculataProchloron spTotalNannochloropsis oculataProchloron spTotalNannochloropsis oculataProchloron spTotal
SalinitasSalinitas 4 ppm
Salinitas 20 ppm
Salinitas 40 ppm
salinitas 50 ppm
Salinitas 60 ppm
Total
Mean Std. Deviation N
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable: Panjang Lorika
21989.534a 9 2443.282 9.770 .0004643299.667 1 4643299.667 18566.559 .000
6247.030 4 1561.757 6.245 .00014946.997 1 14946.997 59.767 .000
700.839 4 175.210 .701 .59271275.478 285 250.089
4759765.920 29593265.012 294
SourceCorrected ModelInterceptSalinitasPakanSalinitas * PakanErrorTotalCorrected Total
Type III Sumof Squares df Mean Square F Sig.
R Squared = .236 (Adjusted R Squared = .212)a.
161
Lampiran 11 Lanjutan Salinitas
Pairwise Comparisons
Dependent Variable: Panjang Lorika
5.096 2.959 .086 -.727 10.919-6.244* 2.959 .036 -12.067 -.421-5.404 2.959 .069 -11.227 .419-6.804* 2.959 .022 -12.627 -.981-5.096 2.959 .086 -10.919 .727
-11.340* 2.887 .000 -17.023 -5.657-10.500* 2.887 .000 -16.183 -4.817-11.900* 2.887 .000 -17.583 -6.217
6.244* 2.959 .036 .421 12.06711.340* 2.887 .000 5.657 17.023
.840 2.887 .771 -4.843 6.523-.560 2.887 .846 -6.243 5.1235.404 2.959 .069 -.419 11.227
10.500* 2.887 .000 4.817 16.183-.840 2.887 .771 -6.523 4.843
-1.400 2.887 .628 -7.083 4.2836.804* 2.959 .022 .981 12.627
11.900* 2.887 .000 6.217 17.583.560 2.887 .846 -5.123 6.243
1.400 2.887 .628 -4.283 7.083
(J) SalinitasSalinitas 20 ppmSalinitas 40 ppmsalinitas 50 ppmSalinitas 60 ppmSalinitas 4 ppmSalinitas 40 ppmsalinitas 50 ppmSalinitas 60 ppmSalinitas 4 ppmSalinitas 20 ppmsalinitas 50 ppmSalinitas 60 ppmSalinitas 4 ppmSalinitas 20 ppmSalinitas 40 ppmSalinitas 60 ppmSalinitas 4 ppmSalinitas 20 ppmSalinitas 40 ppmsalinitas 50 ppm
(I) SalinitasSalinitas 4 ppm
Salinitas 20 ppm
Salinitas 40 ppm
salinitas 50 ppm
Salinitas 60 ppm
MeanDifference
(I-J) Std. Error Sig.a Lower BoundUpper Bound
95% Confidence Interval forDifferencea
Based on estimated marginal meansThe mean difference is significant at the .05 level.*.
Adjustment for multiple comparisons: Least Significant Difference (equivalent to no adjua.
Jenis Pakan
Univariate Tests
Dependent Variable: Panjang Lorika
14946.997 1 14946.997 59.767 .00071275.478 285 250.089
ContrastError
Sum ofSquares df Mean Square F Sig.
The F tests the effect of Jenis Pakan. This test is based on the linearlyindependent pairwise comparisons among the estimated marginal means.
162
Lampiran 11 Lanjutan
4. Salinitas * Jenis Pakan
Dependent Variable: Panjang Lorika
127.680 2.887 121.997 133.363118.272 3.163 112.047 124.497127.400 2.887 121.717 133.083108.360 2.887 102.677 114.043136.360 2.887 130.677 142.043122.080 2.887 116.397 127.763136.080 2.887 130.397 141.763120.680 2.887 114.997 126.363136.360 2.887 130.677 142.043123.200 2.887 117.517 128.883
Jenis PakanNannochloropsis oculatProchloron spNannochloropsis oculatProchloron spNannochloropsis oculatProchloron spNannochloropsis oculatProchloron spNannochloropsis oculatProchloron sp
SalinitasSalinitas 4 ppm
Salinitas 20 ppm
Salinitas 40 ppm
salinitas 50 ppm
Salinitas 60 ppm
Mean Std. Error Lower Bound Upper Bound95% Confidence Interval
Post Hoc Tests Salinitas
Multiple Comparisons
Dependent Variable: Panjang LorikaTukey HSD
5.5236 2.95216 .335 -2.5810 13.6283-5.8164 2.95216 .283 -13.9210 2.2883-4.9764 2.95216 .444 -13.0810 3.1283-6.3764 2.95216 .198 -14.4810 1.7283-5.5236 2.95216 .335 -13.6283 2.5810
-11.3400* 2.88727 .001 -19.2665 -3.4135-10.5000* 2.88727 .003 -18.4265 -2.5735-11.9000* 2.88727 .000 -19.8265 -3.9735
5.8164 2.95216 .283 -2.2883 13.921011.3400* 2.88727 .001 3.4135 19.2665
.8400 2.88727 .998 -7.0865 8.7665-.5600 2.88727 1.000 -8.4865 7.36654.9764 2.95216 .444 -3.1283 13.0810
10.5000* 2.88727 .003 2.5735 18.4265-.8400 2.88727 .998 -8.7665 7.0865
-1.4000 2.88727 .989 -9.3265 6.52656.3764 2.95216 .198 -1.7283 14.4810
11.9000* 2.88727 .000 3.9735 19.8265.5600 2.88727 1.000 -7.3665 8.4865
1.4000 2.88727 .989 -6.5265 9.3265
(J) SalinitasSalinitas 20 ppmSalinitas 40 ppmsalinitas 50 ppmSalinitas 60 ppmSalinitas 4 ppmSalinitas 40 ppmsalinitas 50 ppmSalinitas 60 ppmSalinitas 4 ppmSalinitas 20 ppmsalinitas 50 ppmSalinitas 60 ppmSalinitas 4 ppmSalinitas 20 ppmSalinitas 40 ppmSalinitas 60 ppmSalinitas 4 ppmSalinitas 20 ppmSalinitas 40 ppmsalinitas 50 ppm
(I) SalinitasSalinitas 4 ppm
Salinitas 20 ppm
Salinitas 40 ppm
salinitas 50 ppm
Salinitas 60 ppm
MeanDifference
(I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound95% Confidence Interval
Based on observed means.The mean difference is significant at the .05 level.*.
163
Lampiran 11 Lanjutan Panjang Lorika
Tukey HSD a,b,c
60 117.880055 123.4036 123.403660 128.380060 129.220060 129.7800
.322 .187
SalinitasSalinitas 20 ppmSalinitas 4 ppmsalinitas 50 ppmSalinitas 40 ppmSalinitas 60 ppmSig.
N 1 2Subset
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.Based on Type III Sum of SquaresThe error term is Mean Square(Error) = 250.089.
Uses Harmonic Mean Sample Size = 58.929.a.
The group sizes are unequal. The harmonic meanof the group sizes is used. Type I error levels arenot guaranteed.
b.
Alpha = .05.c.
Univariate Analysis of Variance Descriptive Statistics
Dependent Variable: Lebar Anterior
64.9600 8.23423 3064.5120 11.80989 2564.7564 9.92227 5557.1200 9.71619 3054.0400 6.50038 3055.5800 8.34166 6068.0400 11.74551 3056.8400 8.73604 3062.4400 11.71381 6067.7600 8.80539 3056.8400 9.27635 3062.3000 10.52252 6068.0400 12.35134 3057.6800 10.51785 3062.8600 12.51588 6065.1840 10.99671 15057.7572 9.89369 14561.5336 11.09334 295
Jenis PakanNannochloropsis oculataProchloron spTotalNannochloropsis oculataProchloron spTotalNannochloropsis oculataProchloron spTotalNannochloropsis oculataProchloron spTotalNannochloropsis oculataProchloron spTotalNannochloropsis oculataProchloron spTotal
SalinitasSalinitas 4 ppm
Salinitas 20 ppm
Salinitas 40 ppm
salinitas 50 ppm
Salinitas 60 ppm
Total
Mean Std. Deviation N
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable: Lebar Anterior
8313.331a 9 923.703 9.447 .0001115438.389 1 1115438.389 11407.770 .000
2876.178 4 719.045 7.354 .0003813.459 1 3813.459 39.001 .0001472.470 4 368.117 3.765 .005
27866.966 285 97.7791153162.080 295
36180.298 294
SourceCorrected ModelInterceptSalinitasPakanSalinitas * PakanErrorTotalCorrected Total
Type III Sumof Squares df Mean Square F Sig.
R Squared = .230 (Adjusted R Squared = .205)a.
164
Lampiran 11 Lanjutan Salinitas
Pairwise Comparisons
Dependent Variable: Lebar Anterior
9.156* 1.850 .000 5.515 12.7972.296 1.850 .216 -1.345 5.9372.436 1.850 .189 -1.205 6.0771.876 1.850 .311 -1.765 5.517
-9.156* 1.850 .000 -12.797 -5.515-6.860* 1.805 .000 -10.414 -3.306-6.720* 1.805 .000 -10.274 -3.166-7.280* 1.805 .000 -10.834 -3.726-2.296 1.850 .216 -5.937 1.3456.860* 1.805 .000 3.306 10.414
.140 1.805 .938 -3.414 3.694-.420 1.805 .816 -3.974 3.134
-2.436 1.850 .189 -6.077 1.2056.720* 1.805 .000 3.166 10.274-.140 1.805 .938 -3.694 3.414-.560 1.805 .757 -4.114 2.994
-1.876 1.850 .311 -5.517 1.7657.280* 1.805 .000 3.726 10.834
.420 1.805 .816 -3.134 3.974
.560 1.805 .757 -2.994 4.114
(J) SalinitasSalinitas 20 ppmSalinitas 40 ppmsalinitas 50 ppmSalinitas 60 ppmSalinitas 4 ppmSalinitas 40 ppmsalinitas 50 ppmSalinitas 60 ppmSalinitas 4 ppmSalinitas 20 ppmsalinitas 50 ppmSalinitas 60 ppmSalinitas 4 ppmSalinitas 20 ppmSalinitas 40 ppmSalinitas 60 ppmSalinitas 4 ppmSalinitas 20 ppmSalinitas 40 ppmsalinitas 50 ppm
(I) SalinitasSalinitas 4 ppm
Salinitas 20 ppm
Salinitas 40 ppm
salinitas 50 ppm
Salinitas 60 ppm
MeanDifference
(I-J) Std. Error Sig.a Lower Bound Upper Bound
95% Confidence Interval forDifferencea
Based on estimated marginal meansThe mean difference is significant at the .05 level.*.
Adjustment for multiple comparisons: Least Significant Difference (equivalent to no adjustments).a.
Jenis Pakan
Pairwise Comparisons
Dependent Variable: Lebar Anterior
7.202* 1.153 .000 4.932 9.471-7.202* 1.153 .000 -9.471 -4.932
(J) Jenis PakanProchloron spNannochloropsis ocul
(I) Jenis PakanNannochloropsis oculProchloron sp
MeanDifference
(I-J) Std. Error Sig.a Lower BoundUpper Bound
95% Confidence Interval forDifferencea
Based on estimated marginal meansThe mean difference is significant at the .05 level.*.
Adjustment for multiple comparisons: Least Significant Difference (equivalent to no adjustments).a.
165
Lampiran 11 Lanjutan 4. Salinitas * Jenis Pakan
Dependent Variable: Lebar Anterior
64.960 1.805 61.406 68.51464.512 1.978 60.619 68.40557.120 1.805 53.566 60.67454.040 1.805 50.486 57.59468.040 1.805 64.486 71.59456.840 1.805 53.286 60.39467.760 1.805 64.206 71.31456.840 1.805 53.286 60.39468.040 1.805 64.486 71.59457.680 1.805 54.126 61.234
Jenis PakanNannochloropsis oculataProchloron spNannochloropsis oculataProchloron spNannochloropsis oculataProchloron spNannochloropsis oculataProchloron spNannochloropsis oculataProchloron sp
SalinitasSalinitas 4 ppm
Salinitas 20 ppm
Salinitas 40 ppm
salinitas 50 ppm
Salinitas 60 ppm
Mean Std. Error Lower Bound Upper Bound95% Confidence Interval
Post Hoc Tests Salinitas Homogeneous Subsets
Lebar Anterior
Tukey HSD a,b,c
60 55.580060 62.300060 62.440060 62.860055 64.7564
1.000 .661
SalinitasSalinitas 20 ppmsalinitas 50 ppmSalinitas 40 ppmSalinitas 60 ppmSalinitas 4 ppmSig.
N 1 2Subset
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.Based on Type III Sum of SquaresThe error term is Mean Square(Error) = 97.779.
Uses Harmonic Mean Sample Size = 58.929.a.
The group sizes are unequal. The harmonic meanof the group sizes is used. Type I error levels arenot guaranteed.
b.
Alpha = .05.c.
166
Lampiran 11 Lanjutan Univariate Analysis of Variance
Descriptive Statistics
Dependent Variable: Lebar Lorika
107.8000 12.29870 30104.4960 10.86602 25106.2982 11.68176 55103.3200 16.67644 30
93.8000 12.09924 3098.5600 15.22143 60
108.3600 18.10356 3098.0000 12.92568 30
103.1800 16.44688 60108.0800 10.97076 30
96.8800 15.39956 30102.4800 14.40881 60108.6400 15.43113 30
99.1200 16.85783 30103.8800 16.72628 60107.2400 14.86850 150
98.2510 14.11587 145102.8217 15.16242 295
Jenis PakanNannochloropsis oculataProchloron spTotalNannochloropsis oculataProchloron spTotalNannochloropsis oculataProchloron spTotalNannochloropsis oculataProchloron spTotalNannochloropsis oculataProchloron spTotalNannochloropsis oculataProchloron spTotal
SalinitasSalinitas 4 ppm
Salinitas 20 ppm
Salinitas 40 ppm
salinitas 50 ppm
Salinitas 60 ppm
Total
Mean Std. Deviation N
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable: Lebar Lorika
8195.676a 9 910.631 4.370 .0003111188.300 1 3111188.300 14928.779 .000
1774.815 4 443.704 2.129 .0775669.298 1 5669.298 27.204 .000
549.858 4 137.465 .660 .62159394.586 285 208.402
3186419.040 29567590.261 294
SourceCorrected ModelInterceptSalinitasPakanSalinitas * PakanErrorTotalCorrected Total
Type III Sumof Squares df Mean Square F Sig.
R Squared = .121 (Adjusted R Squared = .094)a.
167
Lampiran 11 Lanjutan Salinitas
Pairwise Comparisons
Dependent Variable: Lebar Lorika
7.588* 2.701 .005 2.272 12.9042.968 2.701 .273 -2.348 8.2843.668 2.701 .175 -1.648 8.9842.268 2.701 .402 -3.048 7.584
-7.588* 2.701 .005 -12.904 -2.272-4.620 2.636 .081 -9.808 .568-3.920 2.636 .138 -9.108 1.268-5.320* 2.636 .044 -10.508 -.132-2.968 2.701 .273 -8.284 2.3484.620 2.636 .081 -.568 9.808
.700 2.636 .791 -4.488 5.888-.700 2.636 .791 -5.888 4.488
-3.668 2.701 .175 -8.984 1.6483.920 2.636 .138 -1.268 9.108-.700 2.636 .791 -5.888 4.488
-1.400 2.636 .596 -6.588 3.788-2.268 2.701 .402 -7.584 3.0485.320* 2.636 .044 .132 10.508
.700 2.636 .791 -4.488 5.8881.400 2.636 .596 -3.788 6.588
(J) SalinitasSalinitas 20 ppmSalinitas 40 ppmsalinitas 50 ppmSalinitas 60 ppmSalinitas 4 ppmSalinitas 40 ppmsalinitas 50 ppmSalinitas 60 ppmSalinitas 4 ppmSalinitas 20 ppmsalinitas 50 ppmSalinitas 60 ppmSalinitas 4 ppmSalinitas 20 ppmSalinitas 40 ppmSalinitas 60 ppmSalinitas 4 ppmSalinitas 20 ppmSalinitas 40 ppmsalinitas 50 ppm
(I) SalinitasSalinitas 4 ppm
Salinitas 20 ppm
Salinitas 40 ppm
salinitas 50 ppm
Salinitas 60 ppm
MeanDifference
(I-J) Std. Error Sig.a Lower BoundUpper Bound
95% Confidence Interval forDifferencea
Based on estimated marginal meansThe mean difference is significant at the .05 level.*.
Adjustment for multiple comparisons: Least Significant Difference (equivalent to no adjua.
Jenis Pakan
Pairwise Comparisons
Dependent Variable: Lebar Lorika
8.781* 1.684 .000 5.467 12.095-8.781* 1.684 .000 -12.095 -5.467
(J) Jenis PakanProchloron spNannochloropsis o
(I) Jenis PakanNannochloropsis oProchloron sp
MeanDifference
(I-J) Std. Error Sig.a ower BoundUpper Bound
% Confidence Interval Differencea
Based on estimated marginal meansThe mean difference is significant at the .05 level.*.
Adjustment for multiple comparisons: Least Significant Difference (equivalent to na.
168
Lampiran 11 Lanjutan
4. Salinitas * Jenis Pakan
Dependent Variable: Lebar Lorika
107.800 2.636 102.612 112.988104.496 2.887 98.813 110.179103.320 2.636 98.132 108.508
93.800 2.636 88.612 98.988108.360 2.636 103.172 113.548
98.000 2.636 92.812 103.188108.080 2.636 102.892 113.268
96.880 2.636 91.692 102.068108.640 2.636 103.452 113.828
99.120 2.636 93.932 104.308
Jenis PakanNannochloropsis ocuProchloron spNannochloropsis ocuProchloron spNannochloropsis ocuProchloron spNannochloropsis ocuProchloron spNannochloropsis ocuProchloron sp
SalinitasSalinitas 4 ppm
Salinitas 20 pp
Salinitas 40 pp
salinitas 50 ppm
Salinitas 60 pp
Mean Std. ErrorLower BoundUpper Bound95% Confidence Interval
Post Hoc Tests Salinitas Homogeneous Subsets
Lebar Lorika
Tukey HSD a,b,c
60 98.560060 102.4800 102.480060 103.1800 103.180060 103.8800 103.880055 106.2982
.268 .605
SalinitasSalinitas 20 ppmsalinitas 50 ppmSalinitas 40 ppmSalinitas 60 ppmSalinitas 4 ppmSig.
N 1 2Subset
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.Based on Type III Sum of SquaresThe error term is Mean Square(Error) = 208.402.
Uses Harmonic Mean Sample Size = 58.929.a.
The group sizes are unequal. The harmonic meanof the group sizes is used. Type I error levels arenot guaranteed.
b.
Alpha = .05.c.
169
Lampiran 12 Hasil analisis ragam (ANOVA) faktorial pengaruh salinitas pakan terhadap zona bening pada bakteri V. cholerae, B. subtilis, E. coli
Univariate Analysis of Variance
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable: V. Cholera
69.362a 9 7.707 11.354 .000136.448 1 136.448 201.011 .00038.488 1 38.488 56.699 .00021.667 4 5.417 7.980 .0019.207 4 2.302 3.391 .028
13.576 20 .679219.386 3082.938 29
SourceCorrected ModelInterceptpakanSalinitaspakan * SalinitasErrorTotalCorrected Total
Type III Sumof Squares df Mean Square F Sig.
R Squared = .836 (Adjusted R Squared = .763)a.
Pakan Pairwise Comparisons
Dependent Variable: V. Cholera
2.265* .301 .000-2.265* .301 .000
(J) pakanProchloronNannochloropsis
(I) pakanNannochloropsisProchloron
MeanDifference
(I-J) Std. Error Sig. a
Based on estimated marginal meansThe mean difference is significant at the .05 level.*.
Adjustment for multiple comparisons: Least Significant Difference(equivalent to no adjustments).
a.
Salinitas Homogeneous Subsets
V. Cholera
6 1.12336 1.50006 1.7517 1.75176 3.12506 3.1633
.682 .053
Salinitas20 ppt60 ppt40 ppt50 ppt4 pptSig.
Tukey HSD a,bN 1 2
Subset
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.Based on Type III Sum of SquaresThe error term is Mean Square(Error) = .679.
Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.a.
Alpha = .05.b.
170
Lampiran 12 Lanjutan Univariate Analysis of Variance
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable: B. Subtilis
64.947a 9 7.216 14.067 .000172.848 1 172.848 336.940 .00010.788 1 10.788 21.030 .00029.487 4 7.372 14.370 .00024.672 4 6.168 12.024 .00010.260 20 .513
248.055 3075.207 29
SourceCorrected ModelInterceptpakanSalinitaspakan * SalinitasErrorTotalCorrected Total
Type III Sumof Squares df Mean Square F Sig.
R Squared = .864 (Adjusted R Squared = .802)a.
Pakan Pairwise Comparisons
Dependent Variable: B. Subtilis
1.199* .262 .000-1.199* .262 .000
(J) pakanProchloronNannochloropsis
(I) pakanNannochloropsisProchloron
MeanDifference
(I-J) Std. Error Sig.a
Based on estimated marginal meansThe mean difference is significant at the .05 level.*.
Adjustment for multiple comparisons: Least Significant Difference(equivalent to no adjustments).
a.
Salinitas Homogeneous Subsets
B. Subtilis
6 1.12676 1.25006 3.12506 3.25006 3.2500
.998 .998
Salinitas4 ppt20 ppt60 ppt40 ppt50 pptSig.
Tukey HSD a,bN 1 2
Subset
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.Based on Type III Sum of SquaresThe error term is Mean Square(Error) = .513.
Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.a.
Alpha = .05.b.
171
Lampiran 12 Lanjutan Univariate Analysis of Variance
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable: E. Coli
51.945a 9 5.772 7.628 .000137.046 1 137.046 181.114 .00014.173 1 14.173 18.730 .00017.379 4 4.345 5.742 .00320.392 4 5.098 6.737 .00115.134 20 .757
204.124 3067.078 29
SourceCorrected ModelInterceptpakanSalinitaspakan * SalinitasErrorTotalCorrected Total
Type III Sumof Squares df Mean Square F Sig.
R Squared = .774 (Adjusted R Squared = .673)a.
Pakan
Pairwise Comparisons
Dependent Variable: E. Coli
1.375* .318 .000-1.375* .318 .000
(J) pakanProchloronNannochloropsis
(I) pakanNannochloropsisProchloron
MeanDifference
(I-J) Std. Error Sig. a
Based on estimated marginal meansThe mean difference is significant at the .05 level.*.
Adjustment for multiple comparisons: Least Significant Difference(equivalent to no adjustments).
a.
Salinitas Homogeneous Subsets
E. Coli
6 1.25006 1.38006 2.3000 2.30006 2.4250 2.42506 3.3317
.174 .278
Salinitas4 ppt20 ppt60 ppt50 ppt40 pptSig.
Tukey HSD a,bN 1 2
Subset
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.Based on Type III Sum of SquaresThe error term is Mean Square(Error) = .757.
Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.a.
Alpha = .05.b.
172
Lampiran 12 Lanjutan Hasil analisis ragam (ANOVA) faktorial pengaruh salinitas, pakan dan jenis bakteri terhadap zona bening
Univariate Analysis of Variance
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable: Zona Bening
187.662a 29 6.471 9.963 .000444.933 1 444.933 685.045 .000
58.548 1 58.548 90.144 .00034.305 4 8.576 13.204 .000
1.408 2 .704 1.084 .34510.835 4 2.709 4.171 .005
4.901 2 2.450 3.773 .02934.229 8 4.279 6.588 .00043.436 8 5.430 8.360 .00038.970 60 .649
671.565 90226.632 89
SourceCorrected ModelInterceptpakanSalinitasBakterpakan * Salinitaspakan * BakterSalinitas * Bakterpakan * Salinitas * BakterErrorTotalCorrected Total
Type III Sumof Squares df Mean Square F Sig.
R Squared = .828 (Adjusted R Squared = .745)a.
Pakan Pairwise Comparisons
Dependent Variable: Zona Bening
1.613* .170 .000-1.613* .170 .000
(J) Jenis PakanProchloronNannochloropsis
(I) Jenis PakanNannochloropsisProchloron
MeanDifference
(I-J) Std. Error Sig. a
Based on estimated marginal meansThe mean difference is significant at the .05 level.*.
Adjustment for multiple comparisons: Least Significant Difference(equivalent to no adjustments).
a.
Salinitas Homogeneous Subsets
Zona Bening
18 1.251118 1.8467 1.846718 2.3083 2.308318 2.777818 2.9333
.188 .431 .151
Salinitas20 ppt4 ppt60 ppt40 ppt50 pptSig.
Tukey HSD a,bN 1 2 3
Subset
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.Based on Type III Sum of SquaresThe error term is Mean Square(Error) = .649.
Uses Harmonic Mean Sample Size = 18.000.a.
Alpha = .05.b.
173
Lampiran 12 Lanjutan Hasil analisis ragam (ANOVA) faktorial pengaruh salinitas pakan terhadap zona bening tanpa membedakan jenis bakterinya (gabung) Univariate Analysis of Variance
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable: Zona Bening
103.688a 9 11.521 7.497 .000444.933 1 444.933 289.519 .000
58.548 1 58.548 38.097 .00034.305 4 8.576 5.581 .00110.835 4 2.709 1.763 .145
122.944 80 1.537671.565 90226.632 89
SourceCorrected ModelInterceptpakanSalinitaspakan * SalinitasErrorTotalCorrected Total
Type III Sumof Squares df Mean Square F Sig.
R Squared = .458 (Adjusted R Squared = .396)a.
Pakan
Pairwise Comparisons
Dependent Variable: Zona Bening
1.613* .261 .000-1.613* .261 .000
(J) Jenis PakanProchloronNannochloropsis
(I) Jenis PakanNannochloropsisProchloron
MeanDifference
(I-J) Std. Error Sig.a
Based on estimated marginal meansThe mean difference is significant at the .05 level.*.
Adjustment for multiple comparisons: Least Significant Difference(equivalent to no adjustments).
a.
Salinitas Homogeneous Subsets
Zona Bening
18 1.251118 1.8467 1.846718 2.3083 2.308318 2.777818 2.9333
.088 .074
Salinitas20 ppt4 ppt60 ppt40 ppt50 pptSig.
Tukey HSD a,bN 1 2
Subset
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.Based on Type III Sum of SquaresThe error term is Mean Square(Error) = 1.537.
Uses Harmonic Mean Sample Size = 18.000.a.
Alpha = .05.b.
174
Lampiran 12 Lanjutan Zona bening (mm)
Pakan Salinitas Ulangan V. cholerae B. subtilis E. coli N. oculata 4 1 6,60 0,00 2,50 N. oculata 4 2 4,38 0,00 2,50 N. oculata 4 3 2,00 0,00 2,50 N. oculata 20 1 1,92 2,50 5,29 N. oculata 20 2 2,61 2,50 1,54 N. oculata 20 3 2,21 2,50 1,45 N. oculata 40 1 3,24 3,36 5,27 N. oculata 40 2 3,19 4,03 4,15 N. oculata 40 3 4,08 3,86 4,57 N. oculata 50 1 4,42 3,17 3,60 N. oculata 50 2 2,35 5,98 2,68 N. oculata 50 3 2,98 4,35 1,52 N. oculata 60 1 3,00 4,35 2,78 N. oculata 60 2 3,00 2,50 0,48 N. oculata 60 3 3,00 5,90 1,54
Prochloron sp. 4 1 2,00 2,15 0,00 Prochloron sp. 4 2 2,00 2,64 0,00 Prochloron sp. 4 3 2,00 1,97 0,00 Prochloron sp. 20 1 0,00 0,00 0,00 Prochloron sp. 20 2 0,00 0,00 0,00 Prochloron sp. 20 3 0,00 0,00 0,00 Prochloron sp. 40 1 5,31 3,48 2,00 Prochloron sp. 40 2 1,99 1,80 2,00 Prochloron sp. 40 3 2,69 2,25 2,00 Prochloron sp. 50 1 3,00 2,00 2,07 Prochloron sp. 50 2 3,00 2,00 2,43 Prochloron sp. 50 3 3,00 2,00 2,25 Prochloron sp. 60 1 0,00 2,00 3,00 Prochloron sp. 60 2 0,00 2,00 3,00 Prochloron sp. 60 3 0,00 2,00 3,00
175
Lampiran 13 Hasil analisis regresi antara diameter zona bening (Y) pada tiga jenis bakteri yang dikultur dengan pakan N. oculata dan salinitas (X)
Regression V. cholerae
ANOVAb
.346 1 .346 .514 .486a
8.753 13 .6739.099 14
RegressionResidualTotal
Model1
Sum ofSquares df Mean Square F Sig.
Predictors: (Constant), Salinitasa.
Dependent Variable: Cholerab.
Coefficientsa
2.438 .420 5.798 .000-.007 .010 -.195 -.717 .486
(Constant)Salinitas
Model1
B Std. Error
UnstandardizedCoefficients
Beta
StandardizedCoefficients
t Sig.
Dependent Variable: Choleraa.
Regression B. subtilis
ANOVAb
16.137 1 16.137 32.399 .000a
6.475 13 .49822.611 14
RegressionResidualTotal
Model1
Sum ofSquares df Mean Square F Sig.
Predictors: (Constant), Salinitasa.
Dependent Variable: Subtilisb.
Coefficientsa
.223 .362 .616 .548
.051 .009 .845 5.692 .000(Constant)Salinitas
Model1
B Std. Error
UnstandardizedCoefficients
Beta
StandardizedCoefficients
t Sig.
Dependent Variable: Subtilisa.
176
Lampiran 13 Lanjutan Regression E. coli
ANOVAb
.040 1 .040 .121 .733a
4.233 13 .3264.273 14
RegressionResidualTotal
Model1
Sum ofSquares df Mean Square F Sig.
Predictors: (Constant), Salinitasa.
Dependent Variable: Colib.
Coefficientsa
1.149 .292 3.931 .002-.003 .007 -.096 -.348 .733
(Constant)Salinitas
Model1
B Std. Error
UnstandardizedCoefficients
Beta
StandardizedCoefficients
t Sig.
Dependent Variable: Colia.
177
Lampiran 14 Hasil analisis regresi antara diameter zona bening (Y) pada tiga jenis bakteri yang dikultur dengan pakan Prochloron sp. dan salinitas (X)
Regression V. cholerae
ANOVAb
.373 1 .373 .205 .658a
23.627 13 1.81724.000 14
RegressionResidualTotal
Model1
Sum ofSquares df Mean Square F Sig.
Predictors: (Constant), Salinitasa.
Dependent Variable: V. Cholerab.
Coefficientsa
1.270 .691 1.839 .089-.008 .017 -.125 -.453 .658
(Constant)Salinitas
Model1
B Std. Error
UnstandardizedCoefficients
Beta
StandardizedCoefficients
t Sig.
Dependent Variable: V. Choleraa.
Regression B. subtilis
ANOVAb
.961 1 .961 .995 .337a
12.563 13 .96613.524 14
RegressionResidualTotal
Model1
Sum ofSquares df Mean Square F Sig.
Predictors: (Constant), Salinitasa.
Dependent Variable: B. Subtilisb.
Coefficientsa
1.367 .504 2.713 .018.012 .013 .267 .997 .337
(Constant)Salinitas
Model1
B Std. Error
UnstandardizedCoefficients
Beta
StandardizedCoefficients
t Sig.
Dependent Variable: B. Subtilisa.
178
Lampiran 14 Lanjutan Regression E. coli
ANOVAb
21.033 1 21.033 162.546 .000a
1.682 13 .12922.715 14
RegressionResidualTotal
Model1
Sum ofSquares df Mean Square F Sig.
Predictors: (Constant), Salinitasa.
Dependent Variable: E. Colib.
Coefficientsa
-.580 .184 -3.146 .008.058 .005 .962 12.749 .000
(Constant)Salinitas
Model1
B Std. Error
UnstandardizedCoefficients
Beta
StandardizedCoefficients
t Sig.
Dependent Variable: E. Colia.
179
Lampiran 15 Peta Penelitian a). Peta Lokasi Pengamatan Sampel di Manembo-nembo
1.4°
1.4°
1.5°
1.5°
Lint
ang
125.0° 125.1° 125.1° 125.2° 125.2°Bujur
Sulawesi Utara
L a u t M a l u k u
Skala 1 : 35.000
M
P
T
b). Peta Lokasi Pengamatan Sampel di Minanga
124.1 124.4 124.7 125
Bujur
0.5
0.8
1.1
Lint
ang
Skala 1 : 25.000
L a u t M a l u k u
T M
PSulawesi U
tara
Keterangan : P = Pantai M = Muara
180
T = Tambak Lampiran 15 Lanjutan c). Peta Lokasi Pengamatan Sampel di Wori
1.0°
1.2°
1.4°
1.6°
1.8°
Linta
ng
124.6° 124.8° 125.0° 125.2° 125.4°Bujur
Skala 1 : 25.000
L a u t M a l u k u
L a u t S u l a w e s i
M
P
T
d). Peta Lokasi Pengamatan Sampel di Tumpaan
1.0°
1.2°
1.4°
1.6°
Lint
ang
124.2° 124.4° 124.6° 124.8° 125.0° 125.2°Bujur
Sulawes
i Utar
a
Laut Sulawesi
Laut
Maluku
P
T
M
Skala 1 : 17.000
Keterangan : P = Pantai
181
M = Muara T = Tambak Lampiran 16 Dokumentasi penelitian Keterangan : Kultur dan pemanenan rotifera (A-D), Penggerusan sample (E,F), Homogenisasi dengan metanol 80% (G), Sampel yang sudah disentrifuse (H), Evaporasi (I), Media NA disterilisasi dan dimasak (J,K,L).
1A
K
HG
FE
C
D
B
LJ
I
182
Lampiran 16 Lanjutan
Ket : Penggoresan bakteri (A-C), Pengujian aktivitas antibakteri (D-K), Inkubasi (L),
Alat yang digunakan di lapangan (M,N,O)
CBA
FED
LJ
H I
K
G
M N O
183
Lampiran 16 Lanjutan
a. Manembo-nembo
Pantai Muara Tambak b. Minanga
Pantai Muara Tambak
c. Tumpaan
Pantai Muara Tambak
d. Wori
Pantai Muara Tambak