Post on 04-Aug-2015
Instalasi Penerangan Manual dan Otomatis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Energi listrik merupakan suatu kebutuhan yang sangat vital bagi
kehidupan manusia. Bahkan boleh dikatakan listrik merupakan kebutuhan primer
bagi kebanyakan masyarakat sekarang ini. Disamping itu listrik bersifat universal
di mana semua lapisan masyarakat membutuhkannya entah itu masyarakat lapisan
bawah, menegah ataupun lapisan masyarakat atas. Khusus untuk sistem
penerangan akhir-akhir ini telah mengalami perkembangan yang sangat pesat
yang di awali dengan ditemukannya alat-alat yang lebih praktis atau efisien.
Penemuan alat-alat tersebut didasari pula oleh pemikir-pemikir professional untuk
senantiasa melahirkan atau menciptakan sumber daya manusia yang handal dalam
mengoperasikan atau mereparasi alat penemuannya sehingga dapat menghadapi
tingkat pemakaian yang lebih lama dalam pemakaiannya. Cara-cara yang
ditempuh itu dapat secara formal maupun informal.
Sejak ditemukannya istilah listrik beratus-ratus tahun yang lalu yang
mana pengoperasiannya secara manual dan sampai sekarang sistem manual ini
lebih banyak digunakan khususnya di negara berkembang. Ternyata cara manual
ini menjadi pekerjaan yang cukup menyita waktu dan tenaga. Namun dibalik itu
juga menjadi tantangan bagi para ahli kelistrikan untuk menemukan suatu sistem
yang handal. Dengan kerja keras yang memerlukan waktu yang lama, para ahli
berhasil menemukan suatu metode atau sistem pengoperasian yang disebut sistem
otomatis. Sistem pengoperasian ini khususnya untuk sistem penerangan sangat
bermanfaat dengan mengandalkan kehandalan dan efsiensi itu membuat lebih
banyak pelanggan listrik memilih pengontrolan otomatis.
1
Instalasi Penerangan Manual dan Otomatis
1.2. Tujuan
Adapun tujuan diadakannya praktek instalasi penerangan sistem
manual dan otomatis ini adalah :
Menggunakan petunjuk teknik untuk praktek yang benar.
Memilih dan memperoleh alat yang tepat, menandai, memasang,
mengencangkan dan teknik pemasangan.
Mengoperasikan kabel dan penghantar sambungan yang dapat
diandalkan.
Mengoperasikan peralatan instalasi yang sesuai dengan urutan kerja
yang baik.
Membandingkan metode-metode instalsi yang berbeda sesuai dengan
prinsip dasar instalasi listrik.
Menghasilkan distribusi yang bebas dan panel penghubung yang
sesuai dengan gambar yang tersedia.
Melakukan secara bebas suatu penerangan dan instalasi kotal-kontak.
Memasang dan mengamati instalasi dari rumah sekring, peralatan
kontrol seperti saklar pengontrol (cahaya, relay, saklar waktu, saklar
tangga dan kontaktor).
Mengamati dan menghubungkan rumah sekring dan peralatan
kontrol pada panel, keluaran terminal yang telah dikawati siap untuk
dihubungkan.
Merakit sekring dan panel control dengan peralatan instalasi yang
disiapkan.
Menemukan kesalahan pada instalasi (kesalahan yang dibuat oleh
instruktur) dengan menggunakan multitester.
Memperkirakan pemakaian waktu dan bahan serta melaporkannya
dengan cara yang benar ke pimpinan bengkel.
Merubah instalasi, menghindari kerusakan atau bahan tidak berguna.
Memberitahukan sisa bahan yang berguna dengan bentuk teknik
yang benar.
2
Instalasi Penerangan Manual dan Otomatis
BAB II
TEORI DASAR
2.1. Jenis Saklar
2.1.1. Impuls
Saklar impuls adalah suatu saklar yang bekerja berdasarkan prinsip
kerja magnet, dimana posisi saklarnya akan berubah setiap impuls. Lamanya
mengoperasikan dari kontak tekan tidak mempengaruhi sistem kerjanya. Saklar
ini mempunyai dua posisi kontak, “off” pada impuls kedua dan kontak “on” pada
posisi pertama.
Dalam mengendalikan (on dan off) suatu lampu menggunakan push
button sebagai control Bantu, dipakai suatu saklar impuls yang bekerja oleh
adanya impuls (sinyal) yang diberikan dari push button.
Gambar 2.1 Simbol saklar Impuls
2.1.2. Selector
Saklar selector atau atau saklar golongan, jarang sekali digunakan
untuk rangkaian-rangkaian penerangan, tetapi biasa digunakan untuk rangkaian-
rangkaian pengatur, misalnya untuk dua posisi pengaturan manual dan otomatis.
Saklar jenis ini adalah saklar putar.
Gambar 2.2 Simbol saklar selector
2.1.3. Staircase
3
Instalasi Penerangan Manual dan Otomatis
Staircase merupakan jenis saklar yang bekerja secara magnetis yang
akan memutus rangkaian secara magnetis sesuai dengan batasan waktu yang telah
ditentukan pada saat beban bekerja. Adapun simbol dari saklar staircase adalah
sebagai berikut :
Gambar 2.3 simbol lokasi Gambar 2.4 simbol pengawatan
Staircase ini juga dapat digunakan untuk pengontrolan lampu yang
menyala terus menerus tanpa ada pengaruh waktu.
2.1.4. Timer
Timer digunakan menghubungkan dan memutuskan instalasi secara
otomatis berdasarkan jangka waktu tertentu.
Ada beberapa jenis timer yang beredar dipasaran, namun yang
digunakan dalam praktek bengkel semester III adalah yang menggunakan piringan
waktu, pada tepi piringan diukur garis pembagi waktu menjadi 24 bagian (24
segmen). Tiap bagian ekivalen dengan satu jam waktu. Piringan berputar satu kali
dalam 24 jam. Saat-saat penghubung dan pemutus berikutnya dapat diatur dengan
segmen yang dipasang ditepi piringan.
Gambar 2.5 Simbol lokasi saklar timer
4
2N
P1t
Instalasi Penerangan Manual dan Otomatis
2.1.5. LDR (Lighting Dependent Resistor)
LDR digunakan untuk memutuskan dan menghubungkan instalasi
listrik secara otomatis dengan adanya gelap dan terang yang memungkinkan
peralatan LDR dapat bekerja.
LDR memilik sebuah lubang kecil sebagai tempat masuknya cahaya.
Cepat dan lambat penghubung dan pemutusan dapat diatur dengan mengatur besar
kecilnya mulut cahaya LDR.
Gambar 2.6 Simbol Lokasi LDR
2.1.6. Relay/Kontaktor
Relay merupakan sebuah saklar elektrik yang dapat mengubah
kontak-kontak dari NO (Normally Open) menjadi NC (Normally close) sewaktu
mendapat supply aliran listrik. Untuk mengendalikan suatu sistem dengan beban
keadaan AC/DC biasanya dilakukan dengan saklar kerja magnetis ini.
Prinsip kerja dari relay adalah berdasarkan gejala elektro magnetic
dimana terdiri dari lilitan kawat/kumparan, coil, yang dililitkan pada sebuah inti
dari besi baja yang bersifat lunak. Apabila pada kumparan tersebut kita alirkan
arus maka inti baja tersebut akan menarik jangkar dan relay dinamis dalam suatu
type-type beragam-ragam tersedia untuk daerah kerja arus dan tegangan yang luas
dan besa. Relay akan bekerja normal bila toleransi tegangan pada kumparan
magnetnya adalah 85=110 % dana apabila tegangan kerja turun dari batas
normalnya, maka relay akan bergetar.
5
1 3 5 A1 13 21 31 43
2 4 6 A2 14 22 32 44
Instalasi Penerangan Manual dan Otomatis
Biasanya pada relay kontaktor terdapat beberapa kontak kontrol NO
dan NC. Dalam batas waktu pemutusan, bunga api akan timbul. Untuk ini banyak
digunakan relay yang mempunyai bentuk dan susunan tersendiri untuk
memadamkan api tersebut.
Bila relay bekerja, kontak-kontak utama dan Bantu akan bekerja
pada waktu yang bersamaan.
Gambar 2.7 Simbol
pengawatan kontaktor.
2.2. Pengaman
Pengaman alat-alat listrik sederhana khususnya yang digunakan
didalam praktek bengkel semeseter III adalah patron lebur yang pada umumnya
bertujuan mengamankan terhadap hubung singkat antara fasa dan netral.
Patron lebur atau sekring (fuse) merupakan alat yang sudah sangat
dikenal olrh masyarakat banyak, karena rata-rata setiap rumah atau suatu
rangkaian akhir ada patron leburnya. Patron lebur harus memutuskan rangkaian
yang diamankan kalau arusnya menjadi lebih besar, dan bila patron melebur
(putus) harus diganti dengan yang baru dan tidak boleh dipakai lagi, hanya patron-
patron yang memang dibuat untuk dapat diperbaiki boleh dipakai lagi, setelah
diperbaiki oleh ahlinya.
Patron lebur memiliki kawat isyarat dan kawat lebur dan masing-
masing mempunyai fungsi yang berbeda, kawat lebur terbuat dari perak dengan
campuran beberapa logam lain, digunakan perak karena logam ini hampir tidak
mengoksidasi dan hantarannya tinggi, jadi diameter kawat leburnya bisa sekecil
mungkin. Sehingga jika kawatnya lebur tidak akan menimbulkan uap yang
banyak. Dengan demikian kemungkinan terjadinya ledakan juga kecil sekali.
Sedangkan kawat isyaratnya dihubungkan pararel dengan kawat lebur. Karena
6
Instalasi Penerangan Manual dan Otomatis
tahanannya besar, arus yang mengalir dalam kawat tersebut kecil. Pada ujung
kawat ini terdapat sebuah piringan kecil berwarna yang berfungsi sebagai isyarat.
Piringan isyarat ini menekan sebuah pegas kecil, jika kawat leburnya putus karena
arus yang terlalu besar, kawat isyarat juga akan akan putus karena itu piringan
isyaratnya akan lebur sehingga dapat diketahui bahwa kawat leburnya telah putus.
Dalam patron lebur juga terdapat pasir yang dimaksudkan untuk
meredam bunga api yang timbul jika kawat leburnya putus.
Pemakaian dari patron lebur mempunyai klasifikasi berdasarkan
pada kemampuan hantaran arusnya dengan menggunakan kode warna tertentu,
yaitu :
2 Ampere : Merah muda
4 Ampere : Cokelat
6 Ampere : Hijau
10 Ampere : Merah
16 Ampere : Kelabu
20 Ampere : Biru
25 Ampere : Kuning
35 Ampere : Hitam
50 Ampere : Putih
65 Ampere : Warna tembaga
2.3. Panel Hubung Bagi (PHB)
Panel hubung bagi adalah panel distribusi sekunder yang berisi
peralatan control misalnya fuse, timer, kontaktor dan lain-lain. Panel hubung bagi
selain untuk memperjelas pembagian group juga merupakan sentral atau pusat
pengaturan dari seluruh sistem yang akan dikontrol.
Suatu hal yang umum untuk setiap pembuatan panel, konstruksi
panel yang dipilih harus direncanakan, dirancang sedemikian rupa sesuai dengan
kebutuhan dan lingkungannya.
7
Instalasi Penerangan Manual dan Otomatis
Setelah diagram kerjanya dibuat dengan cermat, lalu dilakukan
pemilihan jenis panel, selanjutnya merencanakan penempatan komponen
pengaman maupun komponen control namun untuk itu harus terlebih dahulu
mengetahui :
Dimensi ukuran panel
Dimensi ruangan yang tersedia
Pembuatan panel
Gambar 2.8 Simbol umum untuk panel distribusi / hubung bagi (IEC)
2.4. Jenis Lampu
Sumber cahaya buatan yang digunakan sebagai pengganti cahaya
matahari yang tidak dapat digunakan continue dan sebagai bentuk penerangan
keindahan, sumber cahaya yang dimaksud adalah lampu. Lampu sendiri terdiri
dari beberapa macam seperti lampu pijar, lampu TL (Tube Lamp), lampu neon,
lampu merkuri, lampu sodium, lampu halogen dan lain-lain. Namun yang akan
dibahas disini adalah lampu pijar dan lampu tanda yang dipergunakan pada
praktek instalasi penerangan semester III.
2.4.1. Lampu pijar sebagai lampu penerangan.
8
Instalasi Penerangan Manual dan Otomatis
Lampu penerangan pertama dibuat oleh T.A. Edison pada tahun
1879. Pada waktu yang sama swan di Inggris juga mencapai hasil yang kira-kira
sama.
Lampu-lampu pertama itu menggunakan benang arang sebagai kawat
pijar. Suhunya mencapai 2000oC. Cahaya yang dipancarkan kemerah-merahan,
dan fluks cahaya spesifikasinya 3 Lm/W.
Setelah mengalami perkembangan-perkembangan yang terus maju,
maka dapat dilihat bentuk akhir dari lampu pijar yang digunakan dirumah-rumah
sekarang.
Cahaya yang dipanaskan lampu pijar yang dimiliki spekrum
continue, kuantitas cahaya dan masing-masing warna yang dipancarkan
tergantung pada suhu kawat pijarnya. Jika suhunya mencapai titik terendah, maka
warna kuning dan merah akan lebih menonjol. Jika suhu yang dinaikkan maka
warna-warna kawat pijar yang akan menonjol adalah biru dan ungu, jadi warna
kawat pijar menjadi lebih putih. Disini dapat dilihat keuntungan-keuntungan dari
lampu pijar yaitu, walaupun tegangan sumber turun lampu akan tetap menyala.
Tetapi lampu jenis ini mempunyai cahaya lampu yang cukup tajam
sehingga bayangan yang tampak sangat jelas. Dalam sistem penerangan hal
tersebut tidak diinginkan, oleh karena itu untuk menanggulanginya dibutuhkan
beberapa sistem penerangan difus, yang mengarahkan cahaya 50 % ke bawah
dana selebihnya kelangit-langit dan ke dinding.
Gambar 2.9 Simbol lokasi lampu penerangan
2.4.2. Lampu tanda
9
Instalasi Penerangan Manual dan Otomatis
Untuk mengoperasikan suatu control listrik, perlu adanya penandaan
untuk kondisi-kondisi tertentu, misalnya saat kondisi beroperasi, kondisi beban
lebih, kondisi manual atau otomatis.
Umumnya penandaan tersebut merupakan penandaan yang
menggunakan lampu tanda atau lampu indicator. Karena digunakan sebagai lampu
tanda maka daya yang dipancarkan kecil.
Gambar 2.10 Simbol lokasi lampu tanda
2.5. Pembagian Group Beban Penerangan
2.5.1. Group I
Group ini terdiri dari dua buah push button D (SI), satu buah saklar
seri, dua stop kontak, satu buah saklar impuls yang masing-masing melayani C,
C1, dan D.
2.5.2. Group II
Group ini meliputi dua buah saklar tukar, satu buah saklar silang, 1
buah lampu F, ketiga saklar tersebut berlabel F. Disamping itu peada group II ini
dilengkapi dengan sebuah kotak kontak dan sebuah kotak sambung. Ketiga saklar
yang ada, ditempatkan dari tiga tempat yang berbeda sehingga lampu F dapat
dioperasikan dari ketiga tempat tersebut tadi.
2.5.3. Group III dan IV
10
Instalasi Penerangan Manual dan Otomatis
Group III dan IV ini merupakan group penerangan juga sebagai
pengontrolan. Group ini terdiri atas sebuah saklar selektor S5, 1 buah lampu tanda
H5 (B), 2 buah push button S6 (B) dengan lampu tanda, 2 buah lampu AB, satu
buah timer K4T, 1 buah staircase K6T, 1 buah LDR S8, 2 buah relay K7 dan
K9A.
11
Instalasi Penerangan Manual dan Otomatis
BAB III
ANALISA
3.1. Analisa Rangkaian
3.1.1. Analisa rangkaian group I
Saklar impuls yang melayani lampu D tersebut dioperasikan oleh dua
buah push button yang dihubung pararel, Bila salah satu saklar S1 ditekan maka
kumparan K1 akan bekerja dan menarik kontak-kontaknya sehingga kontak
tersebut terhubung, tetapi tidak akan membuka kembali walaupun yang digunakan
pada push button, hal ini dikarenakan pada kontak Bantu K1 dilengkapi oleh satu
pengunci dengan kontak nol. Ini akan terputus/padam bila push button baik dalam
(salah satu S1) ditekan.
Untuk lampu C dan C1 mendapat suplay dari saklar seri, dan prinsip
kerja dari saklar seri ini sama dengan saklar biasa, yaitu jika toggle untuk C1
dikean maka lampu C1 menyala dan bila toggle C ditekan maka lampu C akan
menyala pula. Saklar seri dapat pula mengoffkan atau mengonkan bersamaan.
3.1.2. Analisa rangkaian group II
Bila salah satu dari saklar F ditekan, maka lampu F akan menyala
begitu juga bila akan dipadamkan cukup menekan salah satu saklar F tadi. Atau
dengan kata lain jika salah satu dari saklar F ditekan terjadi salah satu dari dua
keadaan yang berbeda yaitu on atau off.
Untuk mengetahui berapa banyak saklar silang yang dibutuhkan
untuk pelayanan dari beberapa tempat dapat diketahui dengan menggunakan
rumus (n-2), dimana n = banyak tempat pelayanan dan, 2 = 2 buah saklar tukar.
12
Instalasi Penerangan Manual dan Otomatis
3.1.3. Analisa rangkaian group III dan IV
Saklar selector mempunyai 3 posisi pengoperasian, yaitu posisi
manual (M), posisi otomatis (A) dan posisi off (o)
Untuk kondisi manual ini penerangan dapat diatur setiap saat baik
pengoperasian otomatis padam setelah menyala selama setting waktu yang telah
ditentukan sebelumnya, atau menyala permanent.
Pada posisi otomatis sangat ditentukan oleh keadaan sekitarnya
(lingkungan). Jika keadaan gelap, maka LDR yang ada berfungsi sebagai saklar
dan menyalakan sistem penerangan begitulah pula dalam keadaan terang, secara
otomatis saklar LDR akan memutuskan sistem penerangan. Sistem otomatis
sangat baik digunakan dalam menghemat energi dengan cukup mengset batas
waktu yang kita butuhkan berfungsinya sistem otomatis ini. Untuk mensuplay
batas waktu dapat dilakukan pada timer clock dengan menurnkan sejumlah
segmen-segmen pada piringan, dimana setiap segmen mempunyai nilai ½ jam.
Posisi otomatis dapat pula difungsikan dengan pengoperasian tangan dari pintu
depan pekarangan dan pintu masuk rumah dan kemudian padam kembali setelah
batas waktu yang ditentukan.
Untuk keadaan otomatis ini lampu tanda tidak berfungsi kecuali
untuk posisi manual ditandai dengan tanda merah.
Prinsip kerja sistem sebagai berikut :
Pada saat selector berada pada posisi manual, maka K4T langsung
bekerja, namun kontak bantunya tidak ikut bekerja jika belum sampai pada setting
lampunya. Pada keadaan manual ini lampu tanda mendapat suplay tegangan oleh
kotak Bantu K9A NC sehingga lampu tanda menyala. Untuk lampu AB dapat
menyala apabila S6 ditekan, maka K6T akan bekerja sehingga dengan K7
mendapat suplay tegangan dan kontak bantunya yang ada pada fuse 3 akan
13
Instalasi Penerangan Manual dan Otomatis
menutup, sehingga lampu AB akan menyala sampai beberapa menit. Pada
keadaan manual LDR tidak berfungsi karena kontak Bantu dari K4T untuk LDR
tidak tersuplay tegangan.
Bila selector berada pada posisi otomatis maka K9A sudah tersuplay
tegangan dan bekerja sehingga kontak-kontak NC-nya terbuka dan menyebabkan
lampu tanda tidak menyala. Apabila kontak Bantu timer mendapat suplay
(menutup) maka LDR berfungsi dan K7 ikut berfungsu sampai keadaan diluar
terang, dengan bekerjanya K& maka lampu AB pada F3 akan menyala. Keadaan
otomatis dilengkapi pula oleh S6 dimana jika LDR tidak berfungsi untuk
menyalakan lampu AB. Lampu yang menyala tadi hanya dapat berlangsung
beberapa menit saja atau tidak permanent.
3.2. Analisa TroubleShooting
Troubleshooting dilakukan agar mahasiswa dapat mengatasi
masalah-masalah yang kerap timbul dalam lapangan.
Masalah yang saya dapati pada saat troubleshooting yaitu seluruh
lampu tidak menyala.
Masalah pertama yaitu terletak pada kabel netral yang terlepas pada
steker yang menyebabkan seluruh sistem penerangan tidak berfungsi mulai dari
group 1 sampai group 4 disebabkan tidak adanya supply netral yang berasal dari
sumber.
Masalah kedua yaitu pada group I yaitu masukan pada saklar seri
tidak terkopel sehingga tidak ada hubungan akibatnya lampu C tidak menyala.
14
Instalasi Penerangan Manual dan Otomatis
Masalah ketiga yaitu pada group II keluaran pada saklar tukar yang
mendapat masukan fasa utama dimasukkan pada keluaran saklar silang sehingga
lampu hanya dapat dikontrol dari dua tempat.
Masalah yang keempat terdapat pada fasa pada stop kontak yaitu
fasanya diambil dari keluaran saklar tukar, sehingga stop kontak tergantung pada
saklar tukar, yaitu stop kontak bekerja jika sklar tukar ditekan.
Masalah kelima yaitu pada K7 yaitu fasa yang masuk pada kontak
NO-nya dilepaskan dan dimasukkan ke NC, jadi pada saat dioperasikan selector
pada posisi manual maka lampu AB langsung menyala tanpa penekanan push
button S6, dan pada saat koilnya bekerja maka lampu AB akan padam karena
kedudukan kontak NC-nya berubah menjadi terbuka sehingga tidak berhubungan.
Setelah semua diperbaiki maka rangkaian berfungsi seperti pada
awalnya kembali dan proses pembongkaran boleh dilakukan.
15
Instalasi Penerangan Manual dan Otomatis
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Setelah melakukan praktek instalasi listrik penerangan dengan sistem
manual dan otomatis, maka praktikan menyimpulkan beberapa hal sebagai
berikut:
Staircase adalah alat yang bekerja berdasarkan fungsi waktu pada timer.
Sekering adalah suatu alat pengaman hubung singkat atau beban lebih
yang dapat memutuskan rangkaian dengan sumber apabila arus yang
melewatinya lebih besar dari kawat leburnya.
Relay adalah suatu peralatan listrik yang berfungsi untuk melindungi,
memutuskan atau menghubungkan suatu rangkaian listrik yang satu
kerangkaian yang lainnya, yang bekerja secara otomatis dan dapat dipakai
sebagai alat kontrol jarak jauh.
Impuls adalah suatu saklar yang cara kerjanya berdasarkan kemagnetan,
yang mempunyai dua posisi kontak yaitu kontak ON pada impuls pertama
dan kontak Off pada impuls kedua.
Timer adalah suatu saklar yang bekerja berdasarkan magnetisasi yang akan
memutuskan rangkaian beban secara otomatis sesuai dengan batasan
waktu yang telah ditentukan.
LDR adalah suatu peralatan listrik yang bekerja berdasarkan cahaya.
Pengontrolan instalasi penerangan listrik baik secara manual maupun
otomatis dapat bekerja dengan adanya alat-alat yang bekerja keterkaitan,
seperti LDR, kontaktor, timer, staircase dan lain-lain.
4.2 Saran-saran
Setelah melakukan praktek instalasi listrik penerangan dengan sistem
manual dan otomatis, maka praktikan ingin menyampaikan beberapa hal yang
kiranya dapat menjadi perhatian oleh teknisi dan pembimbing :
16
Instalasi Penerangan Manual dan Otomatis
Karena kegiatan ini merupakan kegiatan pembelajaran hendaknya kabel
yang diberikan tidak diberikan dalam bentuk potongan kecil untuk tiap
praktikan, hendaknya diberikan dalam bentuk gulungan karena
kemungkinan terjadi kesalahan sangat tinggi.
17
Instalasi Penerangan Manual dan Otomatis
DAFTAR PUSTAKA
Harten, Van P, Ir. E. Setiawan. 1986. Instalasi listrik arus kuat I dan II, Bina
cipta, Bandung
PEDC Bandung, 1987. Rancangan listrik I, PEDC, Bandung
Politeknik Negeri Ujung Pandang, 2003. Latihan bengkel listrik semester III,
Departemen Pendidikan Nasional, Makassar
18
Instalasi Penerangan Manual dan Otomatis
LAMPIRAN
A. Daftar Bahan / Peralatan
No. Nama Bahan / Peralatan Jumlah Satuan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
A. Pipa dan alat Bantu
Pipa Union (5/8”) ( int. 15 mm)
Pipa sintesis local (5/8”) PVC
Pipa KIR 11 mm ( int. 13,5 mm)
Benda siku 5/8” union
Benda siku sintetik lokal
Benda siku KIR
Sok (benda sambung) KIR
Cabang T (KIR)
Tole Union
Klem aluminium
Klem import
Kelm NYM 9 mm sebelah paku
B. Sakelar dan peralatannya
Saklar dimmer (LDR)
Saklar tukar
Saklar silang
Saklar seri
Saklar golongan (selector)
Saklar tekan (impuls) dg.lampu tanda
Saklar tekan (impuls) dn. Lampu IP 55
Lampu tabda (merah)
Kotak hubung
Kotak kontak 1 fasa + PE
Fitting duduk (local)
Roset Kayu
Fitting duduk (import)
Saklar tekan
3,6
1,9
1,25
3
2
1
1
1
16
40
12
14
1
2
1 (+1 spare)
1
1
1
1 (+2 spare)
1
4
3
4
4
2
2
m
m
m
Buah
Buah
Buah
Buah
Buah
Buah
Buah
Buah
Buah
Buah
Buah
Buah
Buah
Buah
Buah
Buah
Buah
Buah
Buah
Buah
Buah
Buah
Buah
19
Instalasi Penerangan Manual dan Otomatis
27.
28.
29.
30.
31.
32.
33.
34.
35.
36.
37.
38.
39.
40.
41.
42.
43.
44.
45.
46.
47.
48.
49.
C. Panel
Sekring Diarca lengkap 10 A
Sekring Diarca lengkap 6 A
Relai kontaktor 220 v/10 A
Saklar relai impuls 220 V
Saklar waktu 220 V
Saklar relai tangga 220 V
Bus bar tembaga 3-5 x 15 mm
Profil C 22 x 12 alu
Profil untuk terminal
Profil dudukan relai
Terminal 4 mm2
Penahan terminal
Treeplex
Lebar x panjang x tebal
253 x 453 x 4 mm
Asbes plafon, lebar x panjang x tebal
353 x 453 x 4 mm
Asbes plafon, lebar x panjang x tebal
353 x 603 x 8 mm
skrup kayu, rata perseng
Plat penutup untuk item 40
Terminal 6 mm2
Plat penutup 6 mm2 untuk item 46
Plat pemisah 6 mm2
Saluran kabel
Plastik pengikat kabel
Kabel NYM re 3 x 1,5 mm2, warna untuk
2 ph + N
Kabel NYM 3 x 1, 5 mm2 , warna untuk
ph + n + E
3
1
2
1
1
1
280
100
150
200
15
1
1
1
1
1
1
1
1
400
10
3,4
1,0
Buah
Buah
Buah
Buah
Buah
Buah
mm
mm
mm
mm
Buah
Buah
Lembar
Lembar
Lembar
Buah
Buah
Buah
Buah
mm
Buah
m
m
20
Instalasi Penerangan Manual dan Otomatis
50.
51.
52.
53.
54.
55.
56.
57.
58.
59.
60.
61.
62.
63.
64.
65.
66.
NYA merah dan kuning dan hitam 1,5
mm2
NYA coklat dan putih dan merah jambu
NYA biru tua 1,5 mm2
NYA hijau/kuning 1,5 mm2
NYA hijau 1,5 mm2
Dempul untuk kayu (putty)
Nomor-nomor untuk terminal blok
Steker 10-16A PNE
Kabel NYMHY 3 x 1 mm2 (Fleksibel)
E. Mur, baut dan sekerup dan panel
Sekrup kayu, kepala ½ bulat
3,5 x 15
3,5 x 30
3,5 x 20
4,0 x 40
Sekrup kayu, rata persang 4 x 30 1201
4 x 50 (45)
3,5 x 25
Mur baut M4 x 10
Mur baut M4 x 50
Mur baut M4 x 15
Rumah control panel (housing)
Bingkai panel
Mur geser M4.
17,0
12
13
13,5
6,5
0,1
1
1
2,0
100
40
20
10
8
4
6
20
8
4
1
1
4
m
m
m
m
m
Kg
Serie
Buah
m
Buah
Buah
Buah
Buah
Buah
Buah
Buah
Buah
Buah
Buah
Buah
Buah
Buah
21