Post on 19-Jan-2016
description
Laporan Praktikum
Mata Kuliah Penyuluhan
“Pengolahan Feses Sapi Sebagai Pengganti Tanah dalam Pembuaan Batu
Bata Ramah Lingkungan di Kecamatan Ngantang Kabupaten Malang”
Kelompok 4
Moch. Dindhy T. 125050100111144
Meri Dika N. 125050100111147
Agus Niam 125050100111150
Diar Arif Z. 125050100111154
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan
kemudahan sehingga dapat menyelesaikan penyusunan makalah sebagai tugas
praktikum Mata Kuliah Penyuluhan pada semester Genap 2013/2014.
Makalah ini disusun guna memberikan informasi khususnya untuk
masyarakat didaerah kecamatan Ngantang, sehingga masyarakat dapat
mengetahui informasi dengan mudah dan terarah. Dalam makalah ini diuraikan
sedikit mengenai pemanfaatan feses sapi sebagai bahan campuran dalam
pembuatan bata sebagai pengganti tanah. Didalamnya juga dijelaskan mengenai
pra pengolahan, pengolahan, dan pasca pengolahan sebelum dan sesudahnya feses
sapi digunakan sebagai bahan campuran pembuatan batu bata.
Ucapan terimakasih kami sampaikan kepada semua pihak yang
mendukung kegiatan ini sehingga kami dapat menyelesaikan tugas dengan baik,
dan kami menyadari bahwa pedoman ini masih perlu untuk terus dikembangkan
sesuai dengan kebutuhan.
Akhir kata semoga Makalah ini dapat bermanfaat bagi masyarakat dalam
memanfaatkan apa yang ada disekeliling mereka untuk dijadikan sebagai suatu
peluang usaha dan nantinya dapat meningkatkan pendapatan masyarakat sekitar.
Malang, Mei 2014
Kelompok F4
1
DAFTAR ISI
Kata Pengantar................................................................................................1
Daftar Isi.........................................................................................................2
BAB I Pendahuluan........................................................................................3
1.1 Latar Belakang..........................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................7
1.3 Tujuan Penulisan......................................................................................7
1.4 Manfaat Penulisan....................................................................................7
BAB II Pembahasan.......................................................................................8
2.1 Gambaran Umum Kegiatan Penyuluhan..................................................8
2.2 Gambaran Umum Masyarakat Sasaran....................................................8
BAB III Metode Penyuluhan........................................................................10
3.1 Metode Pelaksanaan...............................................................................10
3.2 Gambaran Teknologi..............................................................................10
3.3 Media Penyuluhan..................................................................................11
Daftar Pustaka...............................................................................................12
Lampiran.......................................................................................................13
2
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kotoran sapi merupakan sisa metabolisme sapi yang terdiri atas
campuran urine dan fases, ternyata memiliki daya guna tinggi dan dapat diolah
menjadi produk yang bermanfaat bagi manusia. Kotoran yang merupakan limbah
hasil metabolisme hewan ternak seperti sapi ternyata masih berdaya guna dan
dapat diolah menjadi produk yang bermanfaat bagi manusia (Kementrian Riset
dan teknologi, 2010). Kotoran sapi tidak hanya bermanfaat sebagai bahan baku
utama kompos, tetapi bisa juga menjadi bahan baku pembuatan gerabah, batu
bata, dan kerajinan tangan. Di India kotoran sapi digunakan sebagai hiasan
dinding rumah, di Afrika Selatan kotoran digunakan sebagai bahan lantai dan di
lingkungan Suku Sasak Lombok NTB, kotoran sapi selain digunakan sebagai
bahan lantai, digunakan juga sebagai alat pengepel lantai agar mengkilap dan
sebagai alat pengusir lalat dan nyamuk. Adanya ternak yang besar, juga
menghasilkan limbah yang besar pula (admin, 2013). Oleh sebab itu perlu
perhatian khusus guna memanfaatkan kotoran ternak yang melimpah dan kurang
diperhatikan. Saat ini kotoran sapi sudah dikembangkan
untuk berbagai macam kegunaan seperti kompos alami dan biogas yang dipakai
sebagai BBM (bahan bakar minyak). Berdasarkan penemuan terbaru ternyata
kotoran sapi juga dapat diolah menjadi bahan campuran batu bata, menggantikan
tanah liat yang yang merupakan bahan utama material batu bata didunia.
Di kec Ngantang kab. Malang banyak masyarakat yang mempunyai usaha
peternakan sapi namun limbah kotoran sapi yang dihasilkan dari peternakan
tersebut umumnya belum dikelola dengan baik dan benar. Tentu saja, ini akan
menjadi sumber pencemaran lingkungan seperti bau tak sedap yang dapat
mengundang lalat yang kemudian akan menyebarkan kotoran tersebut. Selain
menyebabkan pencemaran udara limbah kotoran sapi juga dapat menyebabkan
pencemaran air karena banyak limbah kotoran sapi yang dibuang begitu saja ke
sungai oleh para peternak dan tentu saja pencemaran tersebut bisa menimbulkan
beragam penyakit. Selanjutnya feses ternak ruminansia juga banyak mengandung
gas methan yang menyumbang dampak yang cukup besar terhadap pemanasan
3
globlal seperti yang dijelaskan oleh johari (2006) ekskreta sapi (urine, dan
kotoran/tletong) merupakan bahan untuk pupuk organik (kompos, bokasi, starbio,
campuran pupuk cair dll) namun tidak secara keseluruhan digunakan sebagai
pupuk organik, feses sapi mengandung banyak amonia yang merupakan sumber N
utama yang berpengaruh besar terhadap pemanasan globlal. Oleh karena itu perlu
dilakukan pengelolaan yang baik terhadap limbah kotoran sapi tersebut dan salah
satunya dengan mengolahnya menjadi batu bata sapi selain memberikan solusi
yang sangat ekonomis untuk meningkatkan pendapatan peternak pembuatan bata
dari kotoran sapi ini juga dapat membantu untuk mengekang perusakan
lingkungan lokal yang disebabkan oleh pertambangan tanah liat. Ada sekitar 5,9
juta ton kotoran sapi per tahun di Indonesia yang belum dimanfaatkan padahal
jauh lebih baik sebagai campuran di banding pasir karena mengandung isolate
9,6% hinga mempunyai daya ikat yang jauh lebih kuat, dalam pembuatan bata
(BPS Indonesia, 2014).
Batu bata adalah bahan bangunan dari tanah liat dan mineral-mineral lain
yang dibentuk dalam ukuran-ukuran tertentu (Nur, 2008). Industri-industri batu
bata di Indonesia sendiri telah berkembang pesat mulai dari industri berskala besar
hingga industri berskala kecil, Satu areal lokasi diantaranya terdapat 10 rumah
batu bata (Shantika, 2009). Batu bata tlethong sapi merupakan salah satu upaya
mengurangi pembuatan semen sebagai bahan baku pembuatan batu bata (admin,
2013). Pemanfaatan batu bata dalam konstruksi bangunan baik sebagai non-
struktural ataupun struktural, diperlukan adanya peningkatan produk yang
dihasilkan, baik peningkatkan kualitas bahan material batu bata maupun metoda
pengolahan, pencetakan dan proses pembakaran batu bata itu sendiri (Nur, 2008).
Pada dasarnya industri-industri batu bata di Indonesia berupaya untuk
menghasilkan batu bata dengan kualitas yang baik (Shantika, 2009). Lempung
biasanya digunakan sebagai bahan pembuatan batu bata merah untuk
pembangunan gedung. Karena sumber daya tanah liat yang digunakan terus
menerus maka, tanah liat akan mengalami penurunan dan tanah berkualitas tidak
lagi tersedia dengan mudah dan murah, oleh karenanya dilihat potensi sumber
lain. Yang mana produk baru ini harus sama bagusnya dengan produk lama
(Mardiyati, 2010).
4
Untuk menghilangkan aroma menyengat yang terdapat pada feses perlu
dilakukan pengeringan feses agar aroma menyengat yang timbul banyak
berkurang, pengeringan juga bermanfaat agar hasil dari batu bata tidak
menimbulkan efek gatal. Penyemprotan dengan larutan formalin juga dianjurkan
karena formalin dapat mengikat aroma menyengat pada feses, sehingga bau
menyengat yang akan timbul bisa dihindari. Proses pengeringan dan
penyemprotan formalin sebaiknya pada saat penyampuran tanah liat dan feses
sebagai campuran pembuatan batu bata yang ramah lingkungan.
Pada umumnya proses pembuatan batu bata dilakukan dalam empat tahap,
yaitu tahap pencampuran bahan baku hingga menghasilkan campuran batubata,
tahap pencetakan campuran batu bata, tahap pengeringan dan tahap pembakaran.
Campuran batu batapada umumnya terdiri dari tanah lempung yang dicampur air
dan aci dengan komposisi yang telah ditentukan. Campuran tersebut kemudian
dicetak, dikeringkan dan dibakar. Semua proses tersebut masih dilakukan secara
tradisional (Shantika, 2009). Pada dasarnya, terdapat tiga tipe tanah lempung yang
digunakan sebagai bahan baku batu bata yaitu : Lempung permukaan (surface
clays) ditemukan diatas permukaan bumi yang berasal dari deposit tanah hasil
sedimentasi alami. Jenis lempung ini memiliki kandungan asam 10 – 25%.
Lempung biasa (shales) juga merupakan hasil dari alam tetapi telah mengalami
perlakuan dengan memberi tekanan tinggi dan tidak larut dalam air. Lempung
tahan api (fired clays) merupakan bata yang memilikitingkat kekuatan yang lebih
besar dari yang lain (Nur, 2008). Batu bata lempung dibakar dengan temperatur
tinggi sekitar 300-400°C hingga tidak hancur bila direndam dalam air (anonim,
2009).
Batu bata tlethong sapi merupakan salah satu upaya mengurangi
pembuatan semen sebagai bahan baku pembuatan batu bata (admin, 2013).
Pembuatan batu bata secara umum dilakukan dengan pencampuran bahan baku
utama (tanah) dengan bahan tambahan (pasir halus atau serbuk batu padas,
dll) dengan komposisi tertentu sesuai kebiasaan yang dilakukan kriyawan
gerabah masing masing. Kemudian tanah yang telah tercampur ditambahkan air
secukupnya dan diulek sampai rata dan homogen. Pencampuran ini bertujuan
untuk memperkuat batu bata pada saat pembentukan dan pembakaran (Wayan,
2009). Sebagai langkah awal pembuatan batu bata dari kotoran sapi, bahan utama
5
dicampur cairan formula khusus. Campuran itu menghasilkan bahan yang sudah
berwujud tanah liat. Setelah dicampur tanah keras dengan komposisi 80 persen
berbanding 20 persen, campuran dicetak seperti batu bata biasa. Langkah
berikutnya, cetakan dikeringkan dan dibakar. Proses pembakaran biasanya
menggunakan bahan bakar limbah biogas sehingga ramah lingkungan
(Kementrian Riset dan teknologi, 2010).
Setelah diolah melalui beberapa proses diantaranya pencampuran,
pengadonan, pembentukan dan pembakaran akan diperoleh batu bata yang ramah
lingkungan. Kelebihan dari penggunaan kotoran sapi sebagai campuran bahan
baku pembuatan batu bata diantaranya dapat memanfaatkan kotoran ternak yang
tidak secara keseluruhan bisa digunakan sebagai pupuk kandang, dan juga
mengurangi erupsi tanah. Potensi ekonomi dari kotoran sapi ini cukup tinggi.
Karena berdasarkan data yang ada di Indonesia ada sekitar 5,9 juta ton kotoran
sapi kering pertahun yang kebanyakan hanya dibuang tanpa dimanfaatkan (BPS
Indonesia, 2014). Kementrian Riset dan teknologi (2010) menjelaskan Kelebihan
lainnya yang dimiliki batu bata dari kotoran sapi ialah berbobot lebih ringan 20
persenketimbang batu bata dari tanah liat. Meski bobotnya lebih ringan, batu bata
tersebut lebih kuat 20 persen dibandingkan dengan batu bata biasa. Karena berasal
dari bahan yang melimpah para pengerajin batu bata dapat menghemat biaya
produksi dan dapat menjual batu bata mereka dengan harga yang relatif lebih
murah dibandingkan dengan harga sebelumnya.
Dengan menambahkan feses ternak ruminan sebagai bahan campuran
pembuatan batu bata diharapkan mampu menghasilkan bata dengan kekuatan
yang baik dan dapat dilihat penggunaan pada bangunan yang tepat dari jenis batu
bata tersebut.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa dan bagaimana perlakuan yang diberikan pada proses pra-pengolahan?
2. Apa dan bagaimana perlakuan yang diberikan pada proses pengolahan?
6
3. Apa dan bagaimana perlakuan yang diberikan pada proses pasca-
pengolahan?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui perlakuan yang diberikan pada saat pra-pengolahan
sebelum dijadikan campuran pembuatan batu bata.
2. Untuk mengetahui perlakuan apa saja yang diberikan pada saat
pengolahan.
3. Untuk mengetahui perlakuan yang diberikan pada saat pasca-pengolahan
setelah dijadikan campuran pembuatan batu bata.
1.4 Manfaan Penulisan
Hasil penulisan ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan alternatif untuk
pembuatan batu bata terutama dari segi ekonomi serta dapat mengurangi
pencemaran lingkungan dan juga dapat memanfaatkan limbah peternakan yang
selama ini belum secara maksimal untuk dimanfaatkan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Gambaran Umum Kegiatan Penyuluhan7
Indonesia terkenal dengan kawasan agrikultur yang terkenal dengan
kondisi alam yang sangat mendukung. Salah satu sector agrikultur Indonesia
adalah peternakan yang harus dikembangkan. Pada wilayah Kecamatan Ngantang
Kabupaten Malang, Jawa Timur merupakan daerah yang sedang berkembang pada
sector peternakannya khususnya sapi perah. Sektor peternakan sapi perah tersebut
terdapat Feses yang dapat dimanfaatkan sebagai Bahan Pengganti Tanah sehingga
dalam pemanfaatan limbah peternakan membuahkan hasil tambahan yang dapat
dimanfaatkan di lingkungan Kecamatan Ngantang itu sendiri. Disamping itu,
kawasan Ngantang menjadi target pembangunan setra peternakan sapi perah yang
didalamnya terdapat pembangunan kandang – kandang yang memerlukan bahan
bangunan salah satunya batu bata dan genteng. Pemanfaatan limbah feses sapi
perah ini dapat dibuat batu bata dan genteng sehingga masyarakan sekitar dapat
secara kelompok mandiri memanfaatkannya. Selain itu Masyarakat daerah
Ngantang dapat mengurangi biaya pembangunan seiring dengan pengembangan
Peternakan. Potensi ekonomi dari kotoran sapi ini cukup tinggi. Karena
berdasarkan data yang ada di Indonesia ada sekitar 5,9 juta ton kotoran sapi kering
pertahun yang kebanyakan hanya dibuang tanpa dimanfaatkan padahal jauh lebih
baik sebagai campuran di banding pasir karena mengandung isolate 9,6% hinga
mempunyai daya ikat yang jauh lebih kuat, dalam pembuatan keramik (BPS,
2014)
2.2 Gambaran Umum Masyarakat Sasaran
Mayoritas penduduk di daerah Ngantang hampir keseluruhan berprofesi
sebagai petani ternak sapi perah. Pemanfaatan limbah dari masing – masing
penduduk dapat digunakan dengan menginovasikan dengan pemanfaatan limbah
ke dalam hal yang bermanfaat bagi infrastruktur kawasan Ngantang. Pemanfaatan
ini dapat membantu mengembangkan sketor peternakan di wilayah Ngantang.
Hanya sebagian kecil masyarakat di kec. Ngantang telah memiliki industri batu
bata. Masyarakat banyak yang belum mengetahui jika feses sapi yang melimpah
didesa mereka dapat dimanfaatkan sebagai campuran pembuatan batu bata dan
belum terlalu berkembang , hal ini dikarenakan sebagian besar masyarakat di
kecamatan ngantang hanya merupakan lulusan sekolah dasar dan sekolah
menengah pertama sehingga banyak diantara mereka kurang mengerti bahwa
8
limbah peternakan seperti feses dapat dimanfaatkan selain sebagai pupuk organik
juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan campuran pengganti tanah pada proses
pembuatan batu bata. Sehingga, apabila masyarakat di sekitar kecamatan ngantang
dapat mengetahui manfaat yang diperoleh dari pengolahan feses sapi yang
melimpah didesa mereka dan dapat digunakan sebagai bahan campuran
pembuatan batu bata, maka pengetahuan tersebut akan bersifat sebagai suatu
peluang usaha yang dapat meningkatkan pendapatan masyarakat sekitar. Dan pada
suatu saat nanti, feses yang pada mulanya hanya dianggap sebagai limbah
peternakan akan memiliki nilai ekonomi yang tinggi.
BAB III
METODE PENYULUHAN
3.1 Metode Pelaksanaan
9
Kegiatan penyuluhan ini diawali dengan proses perijinan kepada pihak-pihak
terkait meliputi dinas peternakan kota malang, instansi universitas brawijaya atas
nama fakultas peternakan universitas brawijaya malang, dan Camat kecamatan
Ngantang . Setelah mendapat perijian dari pihak-pihak terkait akan dilakukan
pengumpulan data calon peserta kegiatan penyuluhan tersebut yaitu meliputi para
peternak sapi di desa kecamatan Ngantang serta dilakukan perundingan untuk
menyepakati waktu pelaksanaan kegiatan penyuluhan tersebut.
Kegiatan penyuluhan ini akan dilakukan sosialisasi kepada peternak sapi
mengenai pengolahan feses sapi sebagai pengganti tanah dalam pembuatan bata
ramah lingkungan. Sosialisasi yang diberikan meliputi aspek efisien energi,
ekonomi, kualitas, dan sosial dari pada bata hasil olahan feses sapi yang kemudian
diaplikasikan pada bahan bangunan.
3.2 Gambaran Teknologi
Dalam kegiatan penyuluhan ini peternak akan dikenalkan dengan teknologi
pembuatan bata dengan bahan utama feses sapi sebagai pengganti tanah liat.
Adanya kandungan silika dalam feses sapi dan dibantu dengan campuran abu sisa
pembakaran bata yang dicampur dengan air maka feses akan menjadi liat,
kemudian dilakukan proses pembuatan bata sebagaimana biasanya akan
dihasilkan bata ramah lingkungan yang lebih ringan serta lebih kuat dibandingkan
bata dengan bahan utama tanah liat. ). Sebagai langkah awal pembuatan batu bata
dari kotoran sapi, bahan utama dicampur cairan formula khusus. Campuran itu
menghasilkan bahan yang sudah berwujud tanah liat. Setelah dicampur tanah
keras dengan komposisi 80 persen berbanding 20 persen, campuran dicetak seperti
batu bata biasa. Langkah berikutnya, cetakan dikeringkan dan dibakar. Proses
pembakaran biasanya menggunakan kotoran sapi sebagai bahan bakar biogas
sehingga ramah lingkungan (Kementrian Riset dan teknologi, 2010)
3.3 Media Penyuluhan
10
Pada kegiatan penyuluhan ini dilakukan sosialisasi dengan media presentasi
slide untuk mengenalkan inovasi dengan penjelasan lugas mudah dimengerti serta
aplikasi langsung pengolahan feses sapi menjadi bata.
DAFTAR PUSTAKA
11
Anonim. 2009. Pemanfaatan Abu Pembakaran Ampas Tebu dan Tanah Liat
Pada Pembuatan Batu Bata. Universitas Sumatra Utara.
Anoym.2012.African Journal of food science.Vol 6. No. 15 June, 2012
Badan Pusat Statistik Indonesia. 2014. Perkembangan Indeks Harga
Perdagangan Besar. No. 05-01Th. XVII, 2 Januari 2014.
Fithrah N. Oscar. 2008. Analisa Sifat Fisis Dan Mekanis Batu Bata Berdasarkan
Sumber Lokasi Dan Posisi Batu Bata Dalam Proses Pembakaran. Jurnal
Rekayasa Sipil. Vol. 4 (2). ISSN: 1858-2133.
Hanafi M, dkk. 2011. Perancangan Ulang Fasilitas Kerja Alat Pembuat Gerabah
dengan Mempertimbangkan Aspek Egronomi. Performa (2011) Vol. 10,
No.1: 11 – 18.
I Wayan Mudra. 2010. Proses Pembuatan Gerabah.artikel Nasional Ristek
Dikutip dari http://www.ristek.go.id diakses tanggal 02 Mei 2014.
Johari Seno. 2014. Pelatihan TOT (Training of Trainner) Keurmaster Direktorat
Kesehatan Masyarakat Veteriner Dirjen Peternakan Departemen Pertanian.
Pusat Penelitian dan Pengembangan teknologi Univ. Diponegoro.
Kementrian Riset dan Teknologi. 2010. Mengolah Kotoran Sapi Menjadi Batu
Bata dan Gerabah. Ristek Dikutip dari http://www.ristek.go.id diakses
tanggal 02 Mei 2014.
Mardiyati Ike dan Harjana. 2010. Optimasi Suhu Pembakaran Batu Bata Merah
Dengan Penambahan Limbah Batu Bara untuk Meningkatkan Kualitas Batu
Bata Merah. Posiding Pertemuan Ilmiah XXIV HFI Jateng dan DIY,
Semarang 10 April 2010, Hal. 317-322.
Shantika T, dan Enchu Saefudin. 2009. Perancangan Mesin Pengaduk (mixer)
Bahan Batu Bata Merah. Jurnal Teknik mesin ISSN 1693-3168.
LAMPIRAN
12
GAMABARAN TEKNOLOGI
Dilakukan penyemprotan dengan Larutan Formalin
Dikeringkan dengan Sinar Matahari.
Dilakukan pencampuran feses sapi dengan bahan baku tanah serta bahan
tambahan dengan perbandingan 20 % dengan 80 %
Setelah tercampur dan homogen, campuran dicetak ceperti batu bata biasa.
Dikeringkan dengan bantuan sinar matahar
Setelah kering dilakukan proses pembakaran, agar batu bata tidak mudah
retak
13
BATU BATA RAMAH
LINGKUNGAN
FESES SAPI