Batu Bata Ramah Lingkungan (Makalah)

22
Laporan Praktikum Mata Kuliah Penyuluhan “Pengolahan Feses Sapi Sebagai Pengganti Tanah dalam Pembuaan Batu Bata Ramah Lingkungan di Kecamatan Ngantang Kabupaten Malang” Kelompok 4 Moch. Dindhy T. 125050100111144 Meri Dika N. 125050100111147 Agus Niam 125050100111150 Diar Arif Z. 125050100111154 FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

description

Pengolahan Feses Sapi Sebagai Pengganti Tanah dalam Pembuaan Batu Bata Ramah Lingkungan di Kecamatan Ngantang Kabupaten Malang

Transcript of Batu Bata Ramah Lingkungan (Makalah)

Page 1: Batu Bata Ramah Lingkungan (Makalah)

Laporan Praktikum

Mata Kuliah Penyuluhan

“Pengolahan Feses Sapi Sebagai Pengganti Tanah dalam Pembuaan Batu

Bata Ramah Lingkungan di Kecamatan Ngantang Kabupaten Malang”

Kelompok 4

Moch. Dindhy T. 125050100111144

Meri Dika N. 125050100111147

Agus Niam 125050100111150

Diar Arif Z. 125050100111154

FAKULTAS PETERNAKAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2014

Page 2: Batu Bata Ramah Lingkungan (Makalah)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan

kemudahan sehingga dapat menyelesaikan penyusunan makalah sebagai tugas

praktikum Mata Kuliah Penyuluhan pada semester Genap 2013/2014.

Makalah ini disusun guna memberikan informasi khususnya untuk

masyarakat didaerah kecamatan Ngantang, sehingga masyarakat dapat

mengetahui informasi dengan mudah dan terarah. Dalam makalah ini diuraikan

sedikit mengenai pemanfaatan feses sapi sebagai bahan campuran dalam

pembuatan bata sebagai pengganti tanah. Didalamnya juga dijelaskan mengenai

pra pengolahan, pengolahan, dan pasca pengolahan sebelum dan sesudahnya feses

sapi digunakan sebagai bahan campuran pembuatan batu bata.

Ucapan terimakasih kami sampaikan kepada semua pihak yang

mendukung kegiatan ini sehingga kami dapat menyelesaikan tugas dengan baik,

dan kami menyadari bahwa pedoman ini masih perlu untuk terus dikembangkan

sesuai dengan kebutuhan.

Akhir kata semoga Makalah ini dapat bermanfaat bagi masyarakat dalam

memanfaatkan apa yang ada disekeliling mereka untuk dijadikan sebagai suatu

peluang usaha dan nantinya dapat meningkatkan pendapatan masyarakat sekitar.

Malang, Mei 2014

Kelompok F4

1

Page 3: Batu Bata Ramah Lingkungan (Makalah)

DAFTAR ISI

Kata Pengantar................................................................................................1

Daftar Isi.........................................................................................................2

BAB I Pendahuluan........................................................................................3

1.1 Latar Belakang..........................................................................................3

1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................7

1.3 Tujuan Penulisan......................................................................................7

1.4 Manfaat Penulisan....................................................................................7

BAB II Pembahasan.......................................................................................8

2.1 Gambaran Umum Kegiatan Penyuluhan..................................................8

2.2 Gambaran Umum Masyarakat Sasaran....................................................8

BAB III Metode Penyuluhan........................................................................10

3.1 Metode Pelaksanaan...............................................................................10

3.2 Gambaran Teknologi..............................................................................10

3.3 Media Penyuluhan..................................................................................11

Daftar Pustaka...............................................................................................12

Lampiran.......................................................................................................13

2

Page 4: Batu Bata Ramah Lingkungan (Makalah)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kotoran sapi  merupakan sisa metabolisme sapi yang terdiri atas

campuran urine dan fases, ternyata memiliki daya guna tinggi dan dapat diolah

menjadi produk yang bermanfaat bagi manusia. Kotoran yang merupakan limbah

hasil metabolisme hewan ternak seperti sapi ternyata masih berdaya guna dan

dapat diolah menjadi produk yang bermanfaat bagi manusia (Kementrian Riset

dan teknologi, 2010). Kotoran sapi tidak hanya bermanfaat sebagai bahan baku

utama kompos, tetapi bisa juga menjadi bahan baku pembuatan gerabah, batu

bata, dan kerajinan tangan. Di India kotoran sapi digunakan sebagai hiasan

dinding rumah, di Afrika Selatan kotoran digunakan sebagai bahan lantai dan di

lingkungan Suku Sasak Lombok NTB, kotoran sapi selain digunakan sebagai

bahan lantai, digunakan juga sebagai alat pengepel lantai agar mengkilap dan

sebagai alat pengusir lalat dan nyamuk. Adanya ternak yang besar, juga

menghasilkan limbah yang besar pula (admin, 2013). Oleh sebab itu perlu

perhatian khusus guna memanfaatkan kotoran ternak yang melimpah dan kurang

diperhatikan. Saat ini kotoran sapi sudah dikembangkan

untuk berbagai macam kegunaan seperti kompos alami dan biogas yang dipakai

sebagai BBM (bahan bakar minyak). Berdasarkan penemuan terbaru ternyata

kotoran sapi juga dapat diolah menjadi bahan campuran batu bata, menggantikan

tanah liat yang yang merupakan bahan utama material batu bata didunia.

Di kec Ngantang kab. Malang banyak masyarakat yang mempunyai usaha

peternakan sapi namun limbah kotoran sapi yang dihasilkan dari peternakan

tersebut umumnya belum dikelola dengan baik dan benar. Tentu saja, ini akan

menjadi sumber pencemaran lingkungan seperti bau tak sedap yang dapat

mengundang lalat yang kemudian akan menyebarkan kotoran tersebut. Selain

menyebabkan pencemaran udara limbah kotoran sapi juga dapat menyebabkan

pencemaran air karena banyak limbah kotoran sapi yang dibuang begitu saja ke

sungai oleh para peternak dan tentu saja pencemaran tersebut bisa menimbulkan

beragam penyakit. Selanjutnya feses ternak ruminansia juga banyak mengandung

gas methan yang menyumbang dampak yang cukup besar terhadap pemanasan

3

Page 5: Batu Bata Ramah Lingkungan (Makalah)

globlal seperti yang dijelaskan oleh johari (2006) ekskreta sapi (urine, dan

kotoran/tletong) merupakan bahan untuk pupuk organik (kompos, bokasi, starbio,

campuran pupuk cair dll) namun tidak secara keseluruhan digunakan sebagai

pupuk organik, feses sapi mengandung banyak amonia yang merupakan sumber N

utama yang berpengaruh besar terhadap pemanasan globlal. Oleh karena itu perlu

dilakukan pengelolaan yang baik terhadap limbah kotoran sapi tersebut dan salah

satunya dengan mengolahnya menjadi batu bata sapi selain memberikan solusi

yang sangat ekonomis untuk meningkatkan pendapatan peternak pembuatan bata

dari kotoran sapi ini juga dapat membantu untuk mengekang perusakan

lingkungan lokal yang disebabkan oleh pertambangan tanah liat. Ada sekitar 5,9

juta ton kotoran sapi per tahun di Indonesia yang belum dimanfaatkan padahal

jauh lebih baik sebagai campuran di banding pasir karena mengandung isolate

9,6% hinga mempunyai daya ikat yang jauh lebih kuat, dalam pembuatan bata

(BPS Indonesia, 2014).

Batu bata adalah bahan bangunan dari tanah liat dan mineral-mineral lain

yang dibentuk dalam ukuran-ukuran tertentu (Nur, 2008). Industri-industri batu

bata di Indonesia sendiri telah berkembang pesat mulai dari industri berskala besar

hingga industri berskala kecil, Satu areal lokasi diantaranya terdapat 10 rumah

batu bata (Shantika, 2009). Batu bata tlethong sapi merupakan salah satu upaya

mengurangi pembuatan semen sebagai bahan baku pembuatan batu bata (admin,

2013). Pemanfaatan batu bata dalam konstruksi bangunan baik sebagai non-

struktural ataupun struktural, diperlukan adanya peningkatan produk yang

dihasilkan, baik peningkatkan kualitas bahan material batu bata maupun metoda

pengolahan, pencetakan dan proses pembakaran batu bata itu sendiri (Nur, 2008).

Pada dasarnya industri-industri batu bata di Indonesia berupaya untuk

menghasilkan batu bata dengan kualitas yang baik (Shantika, 2009). Lempung

biasanya digunakan sebagai bahan pembuatan batu bata merah untuk

pembangunan gedung. Karena sumber daya tanah liat yang digunakan terus

menerus maka, tanah liat akan mengalami penurunan dan tanah berkualitas tidak

lagi tersedia dengan mudah dan murah, oleh karenanya dilihat potensi sumber

lain. Yang mana produk baru ini harus sama bagusnya dengan produk lama

(Mardiyati, 2010).

4

Page 6: Batu Bata Ramah Lingkungan (Makalah)

Untuk menghilangkan aroma menyengat yang terdapat pada feses perlu

dilakukan pengeringan feses agar aroma menyengat yang timbul banyak

berkurang, pengeringan juga bermanfaat agar hasil dari batu bata tidak

menimbulkan efek gatal. Penyemprotan dengan larutan formalin juga dianjurkan

karena formalin dapat mengikat aroma menyengat pada feses, sehingga bau

menyengat yang akan timbul bisa dihindari. Proses pengeringan dan

penyemprotan formalin sebaiknya pada saat penyampuran tanah liat dan feses

sebagai campuran pembuatan batu bata yang ramah lingkungan.

Pada umumnya proses pembuatan batu bata dilakukan dalam empat tahap,

yaitu tahap pencampuran bahan baku hingga menghasilkan campuran batubata,

tahap pencetakan campuran batu bata, tahap pengeringan dan tahap pembakaran.

Campuran batu batapada umumnya terdiri dari tanah lempung yang dicampur air

dan aci dengan komposisi yang telah ditentukan. Campuran tersebut kemudian

dicetak, dikeringkan dan dibakar. Semua proses tersebut masih dilakukan secara

tradisional (Shantika, 2009). Pada dasarnya, terdapat tiga tipe tanah lempung yang

digunakan sebagai bahan baku batu bata yaitu : Lempung permukaan (surface

clays) ditemukan diatas permukaan bumi yang berasal dari deposit tanah hasil

sedimentasi alami. Jenis lempung ini memiliki kandungan asam 10 – 25%.

Lempung biasa (shales) juga merupakan hasil dari alam tetapi telah mengalami

perlakuan dengan memberi tekanan tinggi dan tidak larut dalam air. Lempung

tahan api (fired clays) merupakan bata yang memilikitingkat kekuatan yang lebih

besar dari yang lain (Nur, 2008). Batu bata lempung dibakar dengan temperatur

tinggi sekitar 300-400°C hingga tidak hancur bila direndam dalam air (anonim,

2009).

Batu bata tlethong sapi merupakan salah satu upaya mengurangi

pembuatan semen sebagai bahan baku pembuatan batu bata (admin, 2013).

Pembuatan batu bata secara umum dilakukan dengan pencampuran bahan baku

utama (tanah) dengan bahan tambahan (pasir halus atau serbuk batu padas,

dll) dengan komposisi tertentu sesuai kebiasaan yang dilakukan kriyawan

gerabah masing masing. Kemudian tanah yang telah tercampur ditambahkan air

secukupnya dan diulek sampai rata dan homogen. Pencampuran ini bertujuan

untuk memperkuat batu bata pada saat pembentukan dan pembakaran (Wayan,

2009). Sebagai langkah awal pembuatan batu bata dari kotoran sapi, bahan utama

5

Page 7: Batu Bata Ramah Lingkungan (Makalah)

dicampur cairan formula khusus. Campuran itu menghasilkan bahan yang sudah

berwujud tanah liat. Setelah dicampur tanah keras dengan komposisi 80 persen

berbanding 20 persen, campuran dicetak seperti batu bata biasa. Langkah

berikutnya, cetakan dikeringkan dan dibakar. Proses pembakaran biasanya

menggunakan bahan bakar limbah biogas sehingga ramah lingkungan

(Kementrian Riset dan teknologi, 2010).

Setelah diolah melalui beberapa proses diantaranya pencampuran,

pengadonan, pembentukan dan pembakaran akan diperoleh batu bata yang ramah

lingkungan. Kelebihan dari penggunaan kotoran sapi sebagai campuran bahan

baku pembuatan batu bata diantaranya dapat memanfaatkan kotoran ternak yang

tidak secara keseluruhan bisa digunakan sebagai pupuk kandang, dan juga

mengurangi erupsi tanah. Potensi ekonomi dari kotoran sapi ini cukup tinggi.

Karena berdasarkan data yang ada di Indonesia ada sekitar 5,9 juta ton kotoran

sapi kering pertahun yang kebanyakan hanya dibuang tanpa dimanfaatkan (BPS

Indonesia, 2014). Kementrian Riset dan teknologi (2010) menjelaskan Kelebihan

lainnya yang dimiliki batu bata dari kotoran sapi ialah berbobot lebih ringan 20

persenketimbang batu bata dari tanah liat. Meski bobotnya lebih ringan, batu bata

tersebut lebih kuat 20 persen dibandingkan dengan batu bata biasa. Karena berasal

dari bahan yang melimpah para pengerajin batu bata dapat menghemat biaya

produksi dan dapat menjual batu bata mereka dengan harga yang relatif lebih

murah dibandingkan dengan harga sebelumnya.

Dengan menambahkan feses ternak ruminan sebagai bahan campuran

pembuatan batu bata diharapkan mampu menghasilkan bata dengan kekuatan

yang baik dan dapat dilihat penggunaan pada bangunan yang tepat dari jenis batu

bata tersebut.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa dan bagaimana perlakuan yang diberikan pada proses pra-pengolahan?

2. Apa dan bagaimana perlakuan yang diberikan pada proses pengolahan?

6

Page 8: Batu Bata Ramah Lingkungan (Makalah)

3. Apa dan bagaimana perlakuan yang diberikan pada proses pasca-

pengolahan?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui perlakuan yang diberikan pada saat pra-pengolahan

sebelum dijadikan campuran pembuatan batu bata.

2. Untuk mengetahui perlakuan apa saja yang diberikan pada saat

pengolahan.

3. Untuk mengetahui perlakuan yang diberikan pada saat pasca-pengolahan

setelah dijadikan campuran pembuatan batu bata.

1.4 Manfaan Penulisan

Hasil penulisan ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan alternatif untuk

pembuatan batu bata terutama dari segi ekonomi serta dapat mengurangi

pencemaran lingkungan dan juga dapat memanfaatkan limbah peternakan yang

selama ini belum secara maksimal untuk dimanfaatkan.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Gambaran Umum Kegiatan Penyuluhan7

Page 9: Batu Bata Ramah Lingkungan (Makalah)

Indonesia terkenal dengan kawasan agrikultur yang terkenal dengan

kondisi alam yang sangat mendukung. Salah satu sector agrikultur Indonesia

adalah peternakan yang harus dikembangkan. Pada wilayah Kecamatan Ngantang

Kabupaten Malang, Jawa Timur merupakan daerah yang sedang berkembang pada

sector peternakannya khususnya sapi perah. Sektor peternakan sapi perah tersebut

terdapat Feses yang dapat dimanfaatkan sebagai Bahan Pengganti Tanah sehingga

dalam pemanfaatan limbah peternakan membuahkan hasil tambahan yang dapat

dimanfaatkan di lingkungan Kecamatan Ngantang itu sendiri. Disamping itu,

kawasan Ngantang menjadi target pembangunan setra peternakan sapi perah yang

didalamnya terdapat pembangunan kandang – kandang yang memerlukan bahan

bangunan salah satunya batu bata dan genteng. Pemanfaatan limbah feses sapi

perah ini dapat dibuat batu bata dan genteng sehingga masyarakan sekitar dapat

secara kelompok mandiri memanfaatkannya. Selain itu Masyarakat daerah

Ngantang dapat mengurangi biaya pembangunan seiring dengan pengembangan

Peternakan. Potensi ekonomi dari kotoran sapi ini cukup tinggi. Karena

berdasarkan data yang ada di Indonesia ada sekitar 5,9 juta ton kotoran sapi kering

pertahun yang kebanyakan hanya dibuang tanpa dimanfaatkan padahal jauh lebih

baik sebagai campuran di banding pasir karena mengandung isolate 9,6% hinga

mempunyai daya ikat yang jauh lebih kuat, dalam pembuatan keramik (BPS,

2014)

2.2 Gambaran Umum Masyarakat Sasaran

Mayoritas penduduk di daerah Ngantang hampir keseluruhan berprofesi

sebagai petani ternak sapi perah. Pemanfaatan limbah dari masing – masing

penduduk dapat digunakan dengan menginovasikan dengan pemanfaatan limbah

ke dalam hal yang bermanfaat bagi infrastruktur kawasan Ngantang. Pemanfaatan

ini dapat membantu mengembangkan sketor peternakan di wilayah Ngantang.

Hanya sebagian kecil masyarakat di kec. Ngantang telah memiliki industri batu

bata. Masyarakat banyak yang belum mengetahui jika feses sapi yang melimpah

didesa mereka dapat dimanfaatkan sebagai campuran pembuatan batu bata dan

belum terlalu berkembang , hal ini dikarenakan sebagian besar masyarakat di

kecamatan ngantang hanya merupakan lulusan sekolah dasar dan sekolah

menengah pertama sehingga banyak diantara mereka kurang mengerti bahwa

8

Page 10: Batu Bata Ramah Lingkungan (Makalah)

limbah peternakan seperti feses dapat dimanfaatkan selain sebagai pupuk organik

juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan campuran pengganti tanah pada proses

pembuatan batu bata. Sehingga, apabila masyarakat di sekitar kecamatan ngantang

dapat mengetahui manfaat yang diperoleh dari pengolahan feses sapi yang

melimpah didesa mereka dan dapat digunakan sebagai bahan campuran

pembuatan batu bata, maka pengetahuan tersebut akan bersifat sebagai suatu

peluang usaha yang dapat meningkatkan pendapatan masyarakat sekitar. Dan pada

suatu saat nanti, feses yang pada mulanya hanya dianggap sebagai limbah

peternakan akan memiliki nilai ekonomi yang tinggi.

BAB III

METODE PENYULUHAN

3.1 Metode Pelaksanaan

9

Page 11: Batu Bata Ramah Lingkungan (Makalah)

Kegiatan penyuluhan ini diawali dengan proses perijinan kepada pihak-pihak

terkait meliputi dinas peternakan kota malang, instansi universitas brawijaya atas

nama fakultas peternakan universitas brawijaya malang, dan Camat kecamatan

Ngantang . Setelah mendapat perijian dari pihak-pihak terkait akan dilakukan

pengumpulan data calon peserta kegiatan penyuluhan tersebut yaitu meliputi para

peternak sapi di desa kecamatan Ngantang serta dilakukan perundingan untuk

menyepakati waktu pelaksanaan kegiatan penyuluhan tersebut.

Kegiatan penyuluhan ini akan dilakukan sosialisasi kepada peternak sapi

mengenai pengolahan feses sapi sebagai pengganti tanah dalam pembuatan bata

ramah lingkungan. Sosialisasi yang diberikan meliputi aspek efisien energi,

ekonomi, kualitas, dan sosial dari pada bata hasil olahan feses sapi yang kemudian

diaplikasikan pada bahan bangunan.

3.2 Gambaran Teknologi

Dalam kegiatan penyuluhan ini peternak akan dikenalkan dengan teknologi

pembuatan bata dengan bahan utama feses sapi sebagai pengganti tanah liat.

Adanya kandungan silika dalam feses sapi dan dibantu dengan campuran abu sisa

pembakaran bata yang dicampur dengan air maka feses akan menjadi liat,

kemudian dilakukan proses pembuatan bata sebagaimana biasanya akan

dihasilkan bata ramah lingkungan yang lebih ringan serta lebih kuat dibandingkan

bata dengan bahan utama tanah liat. ). Sebagai langkah awal pembuatan batu bata

dari kotoran sapi, bahan utama dicampur cairan formula khusus. Campuran itu

menghasilkan bahan yang sudah berwujud tanah liat. Setelah dicampur tanah

keras dengan komposisi 80 persen berbanding 20 persen, campuran dicetak seperti

batu bata biasa. Langkah berikutnya, cetakan dikeringkan dan dibakar. Proses

pembakaran biasanya menggunakan kotoran sapi sebagai bahan bakar biogas

sehingga ramah lingkungan (Kementrian Riset dan teknologi, 2010)

3.3 Media Penyuluhan

10

Page 12: Batu Bata Ramah Lingkungan (Makalah)

Pada kegiatan penyuluhan ini dilakukan sosialisasi dengan media presentasi

slide untuk mengenalkan inovasi dengan penjelasan lugas mudah dimengerti serta

aplikasi langsung pengolahan feses sapi menjadi bata.

DAFTAR PUSTAKA

11

Page 13: Batu Bata Ramah Lingkungan (Makalah)

Anonim. 2009. Pemanfaatan Abu Pembakaran Ampas Tebu dan Tanah Liat

Pada Pembuatan Batu Bata. Universitas Sumatra Utara.

Anoym.2012.African Journal of food science.Vol 6. No. 15 June, 2012

Badan Pusat Statistik Indonesia. 2014. Perkembangan Indeks Harga

Perdagangan Besar. No. 05-01Th. XVII, 2 Januari 2014.

Fithrah N. Oscar. 2008. Analisa Sifat Fisis Dan Mekanis Batu Bata Berdasarkan

Sumber Lokasi Dan Posisi Batu Bata Dalam Proses Pembakaran. Jurnal

Rekayasa Sipil. Vol. 4 (2). ISSN: 1858-2133.

Hanafi M, dkk. 2011. Perancangan Ulang Fasilitas Kerja Alat Pembuat Gerabah

dengan Mempertimbangkan Aspek Egronomi. Performa (2011) Vol. 10,

No.1: 11 – 18.

I Wayan Mudra. 2010. Proses Pembuatan Gerabah.artikel Nasional Ristek

Dikutip dari http://www.ristek.go.id diakses tanggal 02 Mei 2014.

Johari Seno. 2014. Pelatihan TOT (Training of Trainner) Keurmaster Direktorat

Kesehatan Masyarakat Veteriner Dirjen Peternakan Departemen Pertanian.

Pusat Penelitian dan Pengembangan teknologi Univ. Diponegoro.

Kementrian Riset dan Teknologi. 2010. Mengolah Kotoran Sapi Menjadi Batu

Bata dan Gerabah. Ristek Dikutip dari http://www.ristek.go.id diakses

tanggal 02 Mei 2014.

Mardiyati Ike dan Harjana. 2010. Optimasi Suhu Pembakaran Batu Bata Merah

Dengan Penambahan Limbah Batu Bara untuk Meningkatkan Kualitas Batu

Bata Merah. Posiding Pertemuan Ilmiah XXIV HFI Jateng dan DIY,

Semarang 10 April 2010, Hal. 317-322.

Shantika T, dan Enchu Saefudin. 2009. Perancangan Mesin Pengaduk (mixer)

Bahan Batu Bata Merah. Jurnal Teknik mesin ISSN 1693-3168.

LAMPIRAN

12

Page 14: Batu Bata Ramah Lingkungan (Makalah)

GAMABARAN TEKNOLOGI

Dilakukan penyemprotan dengan Larutan Formalin

Dikeringkan dengan Sinar Matahari.

Dilakukan pencampuran feses sapi dengan bahan baku tanah serta bahan

tambahan dengan perbandingan 20 % dengan 80 %

Setelah tercampur dan homogen, campuran dicetak ceperti batu bata biasa.

Dikeringkan dengan bantuan sinar matahar

Setelah kering dilakukan proses pembakaran, agar batu bata tidak mudah

retak

13

BATU BATA RAMAH

LINGKUNGAN

FESES SAPI