Post on 04-Aug-2015
Badai guruh banyak terjadi di daerah tropis dan dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Badai guruh konvektif (convective or thermal thunderstorms). Badai ini disebabkan
oleh pemanasan permukaan dari radiasi matahari. Karakteristik badai ini adlah
pertumbuhan cepat, daerah kurang luas, hujan lebat (shower) local, arus kebawah kuat,
angin ribut local (squalls) lokal, serta adanya resiko hujan es batu lokal dan petir.
Karena badai ini tumbuh dengan cepat,m maka peringatan dini sulit dilakukan.
2. Badai guruh orografik (orographic thunderstorm). Badai ini terjadi jika udara tidak
stabil secara bersyarat atau konvektif naik akibat pegunungan.
3. Badai guruh yang dikaitkan dengan gangguan tropis seperti badai tropis, monsun, dan
gelombang timuran (easterly wave).
Awan Cumulus Kecil terbentuk karena ada pemanasan udara lembab permukaan sehingga parsel
udara lembab akan naik akibat adanya gaya apung termal. Selama bagian kolom udara dalam
awan lebih panas dari temperatur udara di sekitarnya, awan akan terus tumbuh menjulang ke atas
sampai temperatur di dalam awan sama dengan temperature udara lingkungan.
Gaya apung konveksi per satuan massa (F) dapat diekspresikan sebagai berikut:
F=gT '−T
T
Dimana: T’ = temperatur parsel udara
T = temperatur udara lingkungan
g = percepatan gravitasi local
Awan Cumulus Congestus terbentuk jika temperatur udara lingkungan menjadi dingin secara
cepat terhadap ketinggian maka arus vertikal (updraft) di dalam awan akan menjadi lebih kuat.
Jika awan Cumulus Congestus tumbuh jauh ke dalam lapisan (isoterm 0° C), maka akan
terbentuk awan Cumulonimbus (Cb) yang puncaknya dapat mencapai tropopause. Awan Cb ini
adalah awan guruh yang menghasilkan petir.
Kebanyakan udara di dalam awan konvektif berasal dari lapisan udara dekat permukaan tanah.
Udara tesebut dapat berasal dari jarak yang jauh beberapa kilometer dari pusat awan. Pada
waktu arus vertikal terbentuk, udara akan memusat ke arah awan. Jika tetes-tetes awan dibawa ke
atas melalui 0° C (paras beku) maka tetes ini tidak spontan membeku. Beberapa tetes yang tidak
membeku disebut tetes kelewat dingin (supercool droplets). Di atas isoterm −40°C tetes awan
akan spontan membeku menjadi kristal-kristal es.
Gambar 1: Mikrostruktur awan konvektif
Fase Awan Petir
Fase pertumbuhan badai guruh dapat dibagi menjadi 3 tingkat:
1. Tingkat cumulus
Pada fase ini udara ke atas (updraft) sangat dominan, sehingga awan akan terus tumbuh
selama gaya apung termal masih positif. Di sini terjadi proses pertumbuhan tetes hujan
melalui tumbukan-tangkapan atau melalui mekanisme Kristal es jika terbentuk partikel
es. Awan Cumulus kemudian menjadi Cumulus Congestus yang di dalamnya terjadi
proses hujan dan elektrifikasi awan.
2. Tingkat dewasa (mature)
Pada fase ini awan sangat bengis dan berbahaya. Fase dewasa ditandai dengan peristiwa
hujan lebat, turbulensi kuat, guruh, dan kilat. Batu es hujan (hail) kemungkinan terjadi
dalam fase ini. Pada fase ini terjadi arus uadara ke bawah yang menghasilkan presipitasi
dan arus udara ke atas yang memasukkan bahan bakar yaitu uap air yang melepaskan
panas laten jika berubah fase menjadi tetes awan.
3. Tingkat disipasi
Pada fase ini badai menjadi tua. Badai guruh dikatakan menjadi tingkat pelenyapan
(disipasi) jika lebih dari setengahnya dikuasai oleh arus udara ke bawah yang lemah
sehingga curah hujan berkurang dan menjadi hujan ringan atau gerimis yang pada
akhirnya awan badai mati.
Untuk Indonesia, proses pertumbuhan tetes awan Cb lebih cepat sehingga hujan lebih
cepat turun. Dalam awan Cb selain selain proses tumbukan dan tangkapan, juga terdapat
proses Kristal es atau proses Bergeron-Findeisen.
Gambar 2: Pertumbuhan Awan Petir
Untuk lebih mengerti mengapa udara yang naik mendingin.kita bayangkan udara dalam balon yang
besar yang bersifat tidak terlihat yang kita sebut parsel.
Di permukaan bumi parsel udara memiliki suhu dan tekanan yang sama dengan udara disekitarnya.Lalu
bagaimana parsel bisa terangkat naik? perlu dikertahui bahwa nilai tekanan semakin tinggi semakin
kecil, sehingga saat parsel udara naik memasuki wilayah/lingkungan sekitar lapisan udara yang memiliki
tekanan lebih rendah dari parsel, untuk menimbulkan keseimbangan tekanan moleku didalam parsel
menekan dinding parsel keluar sehingga parsel mengembang. Karena tidak mendapat energi dari luar
maka molekul parsel menggunakan energi sendiri untuk mengembangkan parsel. Energi yang hilang
menunjukan kecepatan molekul yang menunjukan pula parsel dengan suhu parsel. Olehkarena itu
udara yang naik selalu mengembang dan dingin.
Jika parsel memiliki tekanan rendah turun ke permukaan bumi menuju wilayah yang memiliki tekanan
yang lebih tinggi. Tekanan yang lebih tinggi menekan parsel sehingga parsel menjadi kembali kecil.
Karena parsel kecil kecepatan gerak molekul dalam parsel semakin meningkat, peningkatan kecepatan
molekul menunjukan suhu parsel udara yang panas.Oleh karena itu uadara yang turun /subsidensi
menjadi panas karena penyusutan.
Sumber : Essentials of meteorology
http://meteoembun.blogspot.com/2010/10/hujan-orografis-adalah-hujan-berasal.html
Presipitasi adalah curahan atau jatuhnya air dari atmosfer ke permukaan bumi dan laut dalam bentuk
yang berbeda, yaitu curah hujan di daerah tropis dan curah hujan serta salju di daerah beriklim sedang.
Panas laten adalah panas yang diperlukan untuk merubah phasa (wujud) benda, tetapi temperaturnya
tetap.