Post on 23-Oct-2015
PRAKTIKUM BATUBARALABORATORIUM TEKNOLOGI MINERALPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BAB X
PENUTUP
10.1. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum batubara antara
lain:
1. Batubara adalah batuan sedimen yang dapat terbakar, terbentuk dari
endapan organik, utamanya adalah sisa-sisa tumbuhan dan terbentuk
melalui proses pembatubaraan., unsur-unsur utamanya terdiri dari
karbon, hidrogen dan oksigen.
2. Ada dua teori yang menerangkan terjadinya batubara, yaitu :
a. Teori In-situ
Batubara terbentuk dari tumbuhan atau pohon yang berasal
dari hutan dimana batubara tersebut terbentuk. Tumbuhan atau
pohon di hutan tersebut pada saat mati dan roboh akan langsung
tenggelam ke dalam rawa dan sisa tumbuhan tersebut tidak
mengalami pembusukan secara sempurna, dan akhirnya menjadi
fosil tumbuhan yang membentuk sedimen organik.
b. Teori Drift
Batubara terbentuk dari tumbuhan atau pohon yang berasal
dari hutan yang bukan di tempat dimana batubara tersebut
terbentuk. Tumbuhan atau pohon yang sudah mati dan roboh
terbawa oleh banjir atau aliran sungai sehingga sisa-sisa
tumbuhan tersebut akhirnya mengendap di delta-delta sungai purba
atau terkumpul dan tersedimentasi di dasar danau purba.
3. Preparasi sampel batubara adalah suatu cara baku untuk
mempersiapkan sampel batubara yang akan digunakan atau dianalisa
di laboratorium.
Kelompok I
PRAKTIKUM BATUBARALABORATORIUM TEKNOLOGI MINERALPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
4. Dimensi atau ukuran batubara yang dipergunakan untuk pembuatan briket
batubara adalah ukuran 1–3 mm.
5. Ukuran batubara yang digunakan untuk percobaan total moisture adalah
dengan dimensi 0,25 mm.
6. Briket batubara non-karbonisasi adalah briket batubara yang tidak
mengalami karbonisasi sebelum diproses menjadi briket dan harganya
pun lebih murah karena zat terbangnya masih terkandung dalam briket
batubara maka pada penggunaannya lebih baik menggunakan tungku
sehingga menghasilkan pembakaran yang sempurna.
7. Briket batubara non-karbonisasi yang paling baik terdapat pada
percobaan keempat (biomassa 1) dengan campuran batubara 130 gram
(65 %), kaolin 20 gram (10 %), kanji 20 gram (10 %), serbuk kayu
20 gram (10 %) dan kapur 10 gram (5 %) dimana diperoleh hasil
cetakan briket yang kompak dan kuat serta mempunyai warna hitam
pekat.
8. Briket batubara non-karbonisasi yang kurang baik terdapat pada
percobaan ketiga (biasa 3) dengan campuran batubara 160 gram (80
%), kaolin 20 gram (10 %) dan kanji 20 gram (10 %) dimana
diperoleh hasil cetakan briket yang tidak terlalu kompak serta
mempunyai warna hitam kecokelatan.
9. Uji pembakaran briket batubara non-karbonisasi memiliki beberapa
analisa yaitu analisa kemudahan terbakar, analisa durasi saat pembakaran,
analisa asap, abu dan bau.
10. Briket batubara karbonisasi biasa yang memiliki durasi pembakaran
paling cepat adalah sampel biasa 3, hal ini disebabkan karena
kandungan batubara yang lebih rendah yaitu hanya sebesar 60% ditambah
dengan kekompakan briket karena kandungan kanjinya sebesar 30% serta
penambahan minyak tanah juga berpengaruh terhadap durasi pembakaran
briket. Kemudian, untuk durasi pembakaran yang paling lambat adalah
sampel biasa II, selain karena kandungan batubaranya yang sebesar 70%,
Kelompok I
PRAKTIKUM BATUBARALABORATORIUM TEKNOLOGI MINERALPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
tingkat kekompakan briket tidak terlalu keras atau kompak karena
kandungan kanjinya hanya sebesar 10%.
11. Briket batubara non-karbonisasi biomassa yang memiliki durasi
pembakaran paling cepat adalah sampel biomassa I, hal ini dikarenakan
kandungan batubara hanya sebesar 60% dan kurang kompaknya briket
juga mempengaruhi durasi pembakaran. Kemudian, untuk durasi
pembakaran yang paling lambat adalah sampel biomassa II, hal ini
dikarenakan kandungan batubaranya sebesar 70% serta komposisinya
yang proporsional membuat briket memiliki daya tahan pembakaran yang
cukup lama.
12. Briket batubara karbonisasi adalah briket batubara yang bahan bakunya
(dalam hal ini batubara) melewati proses karbonisasi terlebih dahulu
sebelum dibuat ke dalam bentuk briket.
13. Proses karbonisasi adalah proses pemanasan batubara sampai suhu dan
waktu tertentu ( berkisar 200o C – diatas 1000o C). Pada kondisi
sedikit atau miskin oksigen untuk menghilangkan zat terbang atau
volatile matter dari batubara, sehingga menghasilkan padatan yang
berupa arang batubara atau kokas dengan hasil samping berupa gas.
14. Briket batubara karbonisasi yang paling baik terdapat pada percobaan
keempat (biomassa 1) dengan campuran batubara 130 gram (65 %),
kaolin 20 gram (10 %), kanji 20 gram (10 %), serbuk kayu 20
gram (10 %) dan kapur 10 gram (5 %) dimana diperoleh hasil
cetakan briket yang kompak dan kuat serta mempunyai warna hitam
pekat.
15. Briket batubara karbonisasi yang kurang baik terdapat pada
percobaan keenam (biomassa 3) dengan campuran batubara 150 gram
(75 %), kaolin 8 gram (4 %), serbuk kayu 20 gram (10 %), kapur
6 gram (3 %) dan kanji 16 gram (8 %) dimana diperoleh hasil
cetakan briket yang tidak terlalu kompak dikarenakan kandungan
Kelompok I
PRAKTIKUM BATUBARALABORATORIUM TEKNOLOGI MINERALPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
kanji pada briket lebih sedikit dibandingkan dengan percobaan
lainnya.
16. Briket batubara karbonisasi biasa yang memiliki durasi pembakaran
paling cepat adalah briket batubara karbonisasi biasa 1 sampel 1
yang direndam dalam minyak tanah selama 5 menit dengan durasi
pembakaran selama 1 jam 3 menit 2 detik dan untuk durasi dengan
pembakaran paling lambat adalah briket batubara karbonisasi biasa 3
sampel 3 yang direndam dalam minyak tanah selama 15 menit
dengan durasi pembakaran selama 1 jam 24 menit 42 detik.
17. Briket batubara karbonisasi biomassa yang memiliki durasi
pembakaran paling cepat adalah briket batubara karbonisasi biomassa
1 sampel 1 yang direndam dalam minyak tanah selama 5 menit
dengan durasi pembakaran selama 57 menit 31 detik dan untuk
durasi pembakaran yang paling lambat adalah sampel biomassa 3
sampel 3 yang direndam dalam minyak tanah selama 15 menit
dengan durasi pembakaran selama 59 menit 35 detik.
18. Mixing adalah kegiatan pencampuran 2 atau lebih batubara yang
memiliki kalori berbeda dengan menggunakan alat mixing.
19. Komposisi yang dipakai dalam campuran mixing batubara adalah :
a. Campuran batubara non-karbonisasi dengan komposisi batubara 4000
kkal sebanyak 100 gram dan batubara kalori 8000 kkal sebanyak
100 gram.
b. Campuran batubara karbonisasi dengan komposisi batubara 4000
kkal sebanyak 150 gram dan batubara kalori 8000 kkal sebanyak
50 gram.
20. Hasil mixing batubara non - karbonisasi yaitu batubara dengan kalori
6000 kkal sedangkan mixing batubara karbonisasi menghasilkan
batubara dengan kalori 5000 kkal.
21. Adapun briket batubara biasa hasil mixing yang memiliki durasi
pembakaran paling cepat adalah briket batubara non-karbonisasi biasa
sampel 2 yang direndam dalam minyak tanah selama 10 menit dengan
Kelompok I
PRAKTIKUM BATUBARALABORATORIUM TEKNOLOGI MINERALPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
durasi pembakaran selama 53 menit 22 detik dan untuk durasi dengan
pembakaran paling lambat adalah briket batubara karbonisasi biasa
sampel 1 yang direndam dengan minyak tanah selama 5 menit dengan
durasi pembakaran selama 1 jam 13 menit 2 detik.
22. Adapun briket batubara biomassa hasil mixing yang memiliki durasi
pembakaran paling cepat adalah briket batubara non-karbonisasi biomassa
sampel 2 yang direndam dalam minyak tanah selama 10 menit dengan
durasi pembakaran selama 12 menit 52 detik dan untuk durasi
pembakaran yang paling lambat adalah briket batubara karbonisasi
biomassa sampel 1 yang direndam dalam minyak tanah selama 5 menit
dengan durasi pembakaran selama 21 menit 23 detik.
23. Total Moisture ialah seluruh jumlah air yang terdapat pada batubara
dalam bentuk inherent dan adherent pada kondisi saat batubara tersebut
diambil contohnya (as sampled) atau pada pada kondisi saat batubara
tersebut diterima (as received).
24. ASTM D-3302
a. Residual moisture pada sampel ASTM A sebesar 13% dan pada
sampel ASTM B sebesar 14%.
b. Free moisture pada sampel ASTM A sebesar 14,94% dan pada sampel
ASTM B sebesar 16,27%.
c. Residual moisture pada sampel ASTM A sebesar 15,05% dan pada
sampel ASTM B sebesar 16,38%.
25. ISO 11722
a. Residual moisture pada sampel ISO A sebesar 26% dan pada sampel
ISO B sebesar 19%.
b. Free moisture pada sampel ISO A sebesar 35,135% dan pada sampel
ISO B sebesar 23,45%.
c. Total moisture pada sampel ISO A sebesar 35,30% dan pada sampel
ISO B sebesar 23,59%.
10.2. Saran
Kelompok I