Post on 01-Jul-2019
BAB V | PEMBINAAN KEWILAYAHAN DAN PEMBANGUNAN DAERAH
Penegasan Batas Daerah (Provinsi
dan Kabupaten/Kota)
Kebijakan
Capaian
Dalam rangka percepatan penegasan batas
daerah, Kementerian Dalam Negeri telah
melakukan berbagai upaya dan langkah
strategis, yaitu dengan diterbitkannya
Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 141
Tahun 2017 tentang Penegasan Batas Daerah
sebagai revisi Peraturan Menteri Dalam Negeri
No. 76 Tahun 2012 tentang Pedoman
Penegasan Batas Daerah. Peraturan Menteri
Dalam Negeri tersebut mengatur
tahapan/proses yang harus dilakukan dalam
penegasan batas daerah, dan pengaturan
batas waktu penyelesaian sengketa batas serta
pembentukan Tim Penegasan Batas Daerah
(Tim PBD) baik di tingkat Pusat, Provinsi
maupun Kabupaten/Kota. Selain itu, dalam
upaya percepatan
1. Tahun 2006 s.d September 2018, Dari
keseluruhan 977 segmen batas antar
daerah (165 segmen batas antar Provinsi
dan 812 segmen batas antar Kabupaten/
Kota), telah selesai ditegaskan sebanyak
536 segmen (118 segmen batas antar
Provinsi dan 418 segmen batas antar
Kabupaten/Kota) yang ditetapkan
dengan 434 Permendagri.
2. Adapun segmen
batas antar daerah yang
selesai ditegaskan per
Oktober 2014 s.d
September 2018 (4
Tahun Periode Kabinet
Kerja), sebanyak 267
segmen, dengan rincian:
a. Oktober s.d Desember
2014 sebanyak 16
segmen Kab/Kota
penegasan batas daerah Pemerintah telah
menerbitkan Peraturan Presiden No. 9 Tahun
2016 tentang Percepatan Pelaksanaan
Kebijakan Satu Peta (KSP) pada Tingkat
Ketelitian Peta Skala 1:50.000. Peraturan
Presiden tersebut memberi arahan dalam
percepatan penegasan batas antar daerah
sebagai upaya dalam menciptakan tertibnya
wilayah administrasi suatu wilayah yang
berdampak pada pentingnya kejelasan
cakupan wilayah administrasi pemerintahan,
kejelasan administrasi kependudukan,
kejelasan daftar pemilih (pemilu, pilkada),
kejelasan administrasi pertanahan, kejelasan
perizinan pengelolaan SDA, dan kejelasan
pengaturan tata ruang daerah.
b. Tahun 2015 sebanyak 51 Segmen
(15 Segmen Prov. dan 36 Segmen
Kab/ Kota)
c. Tahun 2016 sebanyak 55 Segmen
Kab/ Kota
d. Tahun 2017 sebanyak 80 Segmen
(30 Segmen Prov. dan 50 Segmen
Kab/ Kota)
e. Per September 2018 sebanyak
65 Segmen (24 Segmen Prov.
dan 41 Segmen Kab/Kota)
3. Disamping itu, sebanyak 277 segmen
dalam proses tahapan penegasan batas
daerah dan 164 segmen belum
dilakukan penegasan batas daerah.
156 KEMENTERIAN DALAM NEGERI
LAPORAN CAPAIAN 4 (EMPAT) TAHUN // OKTOBER 2014 - OKTOBER 2018
55
50
41
36
Provinsi
30
24
16
Kab/Kota
15
Grafik. Penyelesaian
Penegasan Segmen Batas
0
0
Antar Daerah periode
(Okt 2014 - Sept 2018)
2014 2015 2016 2017 2018 2014 2015 2016 2017 2018
Tindaklanjut
1. Percepatan penyelesaian batas antar daerah
sebagai tindak lanjut Perpres Nomor 9 Tahun
2016 Tentang Percepatan Pelaksanaan
Kebijakan Satu Peta Pada Tingkat Ketelitian
Peta Skala 1:50.000.
2. Percepatan penyelesaian perselisihan batas
daerah antar Kabupaten/Kota yang difasilitasi
oleh Gubernur dengan waktu penyelesainnya
semula 6 (enam) bulan menjadi 30 hari kerja.
3. Penerapan metode kartometris berbasis Peta
RBI dan citra satelit resolusi tinggi bagi
daerah yang kondisi geografisnya sangat
sulit dijangkau untuk survey lapangan.
4. Mendorong Tim PBD Provinsi dengan Tim
PBD Kabupaten/Kota untuk bersinergi dalam
rangka percepatan penegasan batas daerah.
5. Peningkatan kapasitas aparatur Pemda
(Provinsi dan Kabupaten/Kota) di bidang
penegasan batas daerah.
6. Kemendagri memberikan penghargaan
kepada Pemerintah Daerah Provinsi dan
Kabupaten/Kota yang terbanyak
menyelesaikan segmen batas daerah di
wilayahnya.
7. Menyampaiakan Surat Edaran Menteri
Dalam Negeri kepada Gubernur, Bupati/
Walikota, DPRD Provinsi dan Kabupaten/
Kota hal Sinkronisasi Program dan
Kegiatan dalam APBD 2018 untuk
Penyelesaian Batas Antar Daerah.
8. Target penegasan batas daerah tahun
2019, sebanyak 70 segmen batas.
KEMENTERIAN DALAM NEGERI 157
Manfaat 3. Kejelasan luas wilayah dan mempermudah
pengaturan tata ruang daerah;
4. Mempermudah penyusunan daftar pemilih
(pemilu, pemilukada)
1. Kejelasan cakupan wilayah administrasi
pemerintahan, administrasi kependudukan
dan kejelasan administrasi pertanahan;
2. Efisiensi dan efektifitas pelayanan pada
masyarakat dan kejelasan pengelolaan
perizinan SDA dan Perkebunan serta
perizinan lainnya.
BAB V | PEMBINAAN KEWILAYAHAN DAN PEMBANGUNAN DAERAH
Penataan Kecamatan
Kebijakan
Sesuai dengan Undang-Undang No. 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah,
Kecamatan memiliki peran strategis dalam mendorong penyelenggaraan pemerintahan.
Hal ini dapat dilihat dari isu strategis tentang penataan Kecamatan kedepan, antara lain: 1. Pelimpahan Kewenangan Bupati/Walikota Kabupaten/Kota untuk pembangunan
kepada Camat: sarana dan prasarana lokal kelurahan
a. Camat mendapatkan pelimpahan dan pemberdayaan masyarakat di
sebagian kewenangan Bupati/Walikota kelurahan;
untuk melaksanakan sebagian b. Alokasi dimasukkan ke dalam anggaran
Urusan Pemerintahan yang menjadi Kecamatan pada bagian anggaran
kewenangan Daerah Kabupaten/Kota; kelurahan;
dan c. Penentuan kegiatan pembangunan
b. Pelimpahan kewenangan Bupati/ sarana dan prasarana lokal kelurahan
wali kota dilakukan berdasarkan dan pemberdayaan masyarakat
pemetaan pelayanan publik yang di kelurahan dilakukan melalui
sesuai dengan karakteristik Kecamatan musyawarah pembangunan kelurahan;
dan/atau kebutuhan masyarakat pada d. Untuk Daerah kota yang tidak memiliki
Kecamatan yang bersangkutan; Desa, alokasi anggaran paling sedikit 2. Alokasi Anggaran Kabupaten/Kota untuk 5 (lima) persen dari APBD setelah
Pembangunan Sarana dan Prasarana dikurangi DAK; dan Lokal Kelurahan dan Pemberdayaan e. Untuk daerah Kabupaten yang memiliki
Masyarakat di Kelurahan: kelurahan, anggaran untuk kelurahan
a. Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dimaksud sebesar dana desa, dengan
mengalokasikan anggaran dalam APBD sumbernya berasal dari APBD.
Capaian
1. Terlaksananya Rapat Koordinasi
Nasional dalam rangka meningkatkan
peran strategis camat dalam
peningkatan pelayanan publik dan
implementasi koordinasi
wilayah dalam menjaga
keutuhan Negara
Kesatuan Republik
Indonesia, di wilayah
Indonesia Bagian Barat
dan Timur dengan peserta
perwakilan Camat dari 34
Provinsi di tahun 2017.
2. Sejak diterbitkannya Peraturan
Pemerintah No. 17 Tahun 2018,
Kementerian Dalam Negeri telah
menyelenggarakan Rapat Koordinasi
Nasional Camat Regional I untuk
wilayah Indonesia Bagian Timur dalam
rangka peran strategis camat dalam
penyelenggaraan pemerintahan di
wilayah kecamatan di tahun 2018,
dengan jumlah peserta sebanyak
480 Camat dari 10 Provinsi meliputi
Provinsi Gorontalo, Sulawesi Barat,
Sulawesi Tengah, Sulawesi Utara,
Sulawesi Selatan, Sulawesi
Tenggara, Maluku, Maluku Utara,
Papua Barat dan Papua.
158 KEMENTERIAN DALAM NEGERI
LAPORAN CAPAIAN 4 (EMPAT) TAHUN // OKTOBER 2014 - OKTOBER 2018
Gambar. Penyelenggaraan
Rakornas dalam rangka peningkatan
strategis Camat dalam penyelenggaraan Pemerintahan di
wilayah Kecamatan, Agustus 2018
Tindaklanjut
1. Penyusunan Peraturan Menteri
Dalam Negeri tentang penataan
pelimpahan kewenangan dan
evaluasi kinerja kecamatan.
2. Penyusunan Peraturan Menteri Dalam
Negeri tentang persyaratan, susunan
organisasi dan tata kerja kecamatan di
perbatasan antar negara.
3. Penyusunan Peraturan Menteri
Dalam Negeri tentang kelurahan.
4. Penyusunan Peraturan Menteri Dalam
Negeri tentang pedoman pakaian
dinas camat dan lurah.
KEMENTERIAN DALAM NEGERI 159
BAB V | PEMBINAAN KEWILAYAHAN DAN PEMBANGUNAN DAERAH
Perbaikan Pelayanan Publik Bidang Perizinan
(Pelayanan Terpadu Satu Pintu/PTSP) di Daerah
Dalam rangka mendekatkan dan
Kebijakan meningkatkan pelayanan kepada masyarakat
serta memperpendek proses pelayanan guna
mewujudkan pelayanan yang cepat, mudah,
transparan, pasti, terjangkau, bersih dan
bebas korupsi dilaksanakan melalui Pelayanan
Terpadu Satu Pintu.
PTSP merupakan kegiatan penyelenggaraan
perizinan dan non perizinan berdasarkan
pendelegasian wewenang dari Kepala Daerah
kepada Kepala Dinas Penanaman Modal dan
Pelayanan Terpadu Satu Pintu yang proses
pengelolaannya dimulai dari tahap
permohonan sampai dengan tahap terbitnya
dokumen dilakukan dalam satu tempat.
Kebijakan penyelenggaraan PTSP melalui
Peraturan Presiden No. 97 Tahun 2014
tentang Penyelenggaraan PTSP dan
Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 138
Tahun 2017 tentang Penyelenggaraan
Pelayanan Terpadu Satu Pintu Daerah serta
Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 100
Tahun 2016 tentang pedoman Nomenklatur
DPMPTSP Provinsi, Kabupaten dan Kota
ditujukan untuk meningkatkan kualitas
pelayanan publik terkait pelayanan perizinan
dan non perizinan di daerah. Hal ini sesuai
dengan program Nawa Cita periode RPJMN
2015-2019, yaitu peningkatan pertumbuhan
ekonomi nasional melalui penciptaan iklim
usaha dan kemudahan perizinan.
1. Tahun 2008 s.d September 2014 jumlah daerah yang telah membentuk
Capaian kelembagaan PTSP sebanyak 491, daerah yang memiliki SOP sebanyak 187, dan
daerah yang telah mendelegasikan perizinan dan nonperizinan sebanyak 355, serta daerah yang telah SPIPISE/Website sebanyak 116.
Jumlah daerah yang telah membentuk kelembagaan PTSP
sebanyak 55, daerah yang memiliki SOP sebanyak 110, dan
yang telah mendelegasikan perizinan dan non perizinan sebanyak 82 daerah serta daerah yang
telah SPIPISE/ Website sebanyak 261
(Periode Okt 2014 s.d Sept 2018)
2. Sesuai kebijakan Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah dan Peraturan
Menteri Dalam Negeri No. 100 Tahun 2016 tentang pedoman Nomenklatur DPMPTSP Provinsi,
Kabupaten dan Kota, terjadi perubahan pengaturan tugas dan fungsi PTSP yang dilekatkan pada
dinas yang menyelenggarakan urusan penanaman modal dan diwadahi dalam Dinas Penanaman
Modal dan PTSP (DPMPTSP). Berdasarkan pengaturan tersebut, sampai dengan September 2018
jumlah daerah yang telah membentuk kelembagaan PTSP dalam bentuk dinas sebanyak 539 daerah,
sedangkan 6 daerah (Kabupaten/Kota di DKI Jakarta) masih dalam bentuk unit serta 1 daerah (DI.
Yogyakarta) berbentuk kantor. Sementara Kabupaten Nduga dan Asmat masih dalam tahap proses
pembetukan.
160 KEMENTERIAN DALAM NEGERI
Tindaklanjut
LAPORAN CAPAIAN 4 (EMPAT) TAHUN // OKTOBER 2014 - OKTOBER 2018
PTSP
SOP Mendelegasikan Perizinan & Non Perizinan
SPIPISE/Website
Grafik. PTSP di
daerah
2008 - Sept 2018
Percepatan penerapan PTSP Prima di daerah, antara lain:
1. Diterbitkannya Peraturan Menteri Dalam 3. Bimtek Penyelenggaraan PTSP Prima
Negeri No. 138 Tahun 2017 tentang kepada 75 Kabupaten/Kota.
Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu 4. Membangun sistem e-Monev PTSP
Satu Pintu Daerah secara elektronik, yang dalam rangka meningkatkan transparansi
intinya reformasi pada penyederhanaan penyelenggaraan perizinan dan non
dan pengintegrasian layanan guna perizinan di daerah.
mewujudkan pelayanan yang cepat, 5. TOT Penerapan e-Monev kepada PTSP di
mudah, transparan, pasti, terjangkau, 34 Provinsi.
bersih dan bebas korupsi. 6. Penyelenggaraan perizinan berusaha
2. Dekonsentrasi Penyelenggaraan PTSP melalui sistem Online Single Submission
Prima di 10 Provinsi. (OSS).
KEMENTERIAN DALAM NEGERI 161
54
6
29
7
43
7
37
7
Manfaat 2. Manfaat bagi masyarakat:
a) Adanya kemudahan untuk
mendapatkan pelayanan perijinan dan
nonperijinan.
b) Adanya kejelasan mengenai
persyaratan, prosedur, waktu
penyelesaian perijinan dan
nonperijinan serta tarif/biaya.
c) Meningkatkan kesadaran masyarakat
mengenai pentingnya tertib
administrasi.
1. Manfaat bagi Pemerintah Daerah
Kab/Kota:
a) Meningkatkan kinerja pemerintah
Kabupaten/kota sebagai
penyelenggara pemerintahan yang
baik.
b) Meningkatkan kinerja aparat dalam
menyelenggarakan pelayanan
administrasi.
c) Menciptakan iklim kerja yang kondusif
bagi aparat, hal ini dapat di lihat tidak
ada lagi tempat basah dan kering.
d) Meningkatnya transparansi dalam
melaksanakan pekerjaan sehingga
mudah mengukur kinerja aparatur.
e) Meningkatkan kebanggaan
masyarakat terhadap pemerintah
Kabupaten/Kota.
BAB V | PEMBINAAN KEWILAYAHAN DAN PEMBANGUNAN DAERAH
Perbaikan Pelayanan Publik di bidang Perijinan (Pelayanan
Administrasi Terpadu Kecamatan/PATEN) di Daerah
Kebijakan
Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 4 Tahun
2010 tentang Pedoman Penyusunan
Kebijakan PATEN akan disempurnakan
dengan regulasi baru menyesuaikan dengan
konsep dalam inovasi daerah sebagaimana
diatur dalam PP No. 38 Tahun 2017 tentang
Inovasi daerah. Pelayanan Administrasi
Terpadu di Kecamatan ditujukan untuk
meningkatkan kualitas pelayanan publik terkait
pelayanan perizinan dan nonperizinan skala
kecil di daerah. Hal ini sesuai dengan program
Nawa Cita periode RPJMN 2015-2019, yaitu
peningkatan pertumbuhan ekonomi nasional
melalui penciptaan iklim usaha skala kecil dan
kemudahan perizinan serta reformasi
birokrasi.
Capaian
Dari keseluruhan 514 Kabupaten/Kota, sampai dengan bulan September 2018 sebanyak 310 Kabupaten/Kota telah menerapkan Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan (PATEN). Adapun rinciannya sebagai berikut:
1. Tahun 2010 s.d September 2014 jumlah 2. Sedangkan untuk kurun waktu Oktober daerah yang telah menerapkan PATEN 2014 s.d September 2018 jumlah daerah
sebanyak 92 Kabupaten/Kota. yang menerapkan PATEN sebanyak 218
Kabupaten/Kota.
92 Kab/Kota 2010 - Sept. 20 14
218 Kab/Kota Okt. 2014 - Sept. 2018
Total dari 514 Kab/Kota
310 Kab/Kota
telah menetapkan Pelayanan
Administrasi Terpadu
Kecamatan (PATEN)
162 KEMENTERIAN DALAM NEGERI
Manfaat
1. Penyusunan Peraturan Menteri Dalam Negeri
tentang pelayanan administrasi terpadu kecamatan
2. Memberikan pelatihan dan pendampingan kepada
aparatur pelaksana PATEN di Kecamatan
3. Program di Kecamatan yang berbasis pada
urusan Pemerintahan akan diatur dalam
perencanaan pembangunan daerah
4. Kegiatan PATEN akan dimasukkan
dalam Peraturan Menteri Dalam
Negeri pedoman penyusunan APBD
Kab/Kota.
5. Melakukan supervisi untuk mendorong
Pemerintah Daerah melaksanakan
percepatan penerapan PATEN,
dengan target tahun 2019 sebanyak
60 Kabupaten/ Kota. 1. Manfaat bagi Pemerintah Daerah Kab/Kota:
a) Meningkatkan kinerja pemerintah
Kabupaten/kota sebagai penyelenggara
pemerintahan yang baik.
b) Meningkatkan kinerja aparat dalam
menyelenggarakan pelayanan administrasi.
c) Menciptakan iklim kerja yang kondusif bagi
aparat, hal ini dapat di lihat tidak ada lagi
tempat basah dan kering.
d) Meningkatnya transparansi dalam
melaksanakan pekerjaan sehingga mudah
mengukur kinerja aparatur.
e) Meningkatkan kebanggaan masyarakat
terhadap pemerintah Kabupaten/Kota.
2. Manfaat bagi masyarakat:
a) Adanya kemudahan untuk
mendapatkan pelayanan perijinan
dan nonperijinan.
b) Adanya kejelasan mengenai
persyaratan, prosedur, waktu
penyelesaian perijinan dan
nonperijinan serta tarif/biaya.
c) Meningkatkan kesadaran
masyarakat mengenai pentingnya
tertib administrasi.
Tindaklanjut
LAPORAN CAPAIAN 4 (EMPAT) TAHUN // OKTOBER 2014 - OKTOBER 2018
Penguatan Peran Gubernur sebagai Wakil
Pemerintah Pusat
Kebijakan
Undang-Undang No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, Pasal 91 menyatakan
bahwa dalam rangka melaksanakan pembinaan dan pengawasan terhadap penyelenggaraan
Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah Kabupaten/Kota dan Tugas
Pembantuan oleh daerah Kabupaten/Kota, Presiden dibantu oleh Gubernur sebagai Wakil
Pemerintah Pusat. Gubernur dalam melaksanakan pembinaan dan pengawasan terhadap
penyelenggaraan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah Kabupaten/Kota
mempunyai tugas dan wewenang, antara lain:
1. Mengkoordinasikan pembinaan dan
pengawasan penyelenggaraan tugas
pembantuan di daerah Kabupaten/Kota. 2. Melakukan monitoring, evaluasi, dan
supervisi terhadap penyelenggaraan
pemerintahan Kabupaten/Kota yang ada
di wilayahnya.
3. Memberdayakan dan memfasilitasi daerah
Kabupaten/Kota di wilayahnya. 4. Melakukan evaluasi terhadap Rancangan
Perda Kabupaten/Kota tentang RPJPD,
RPJMD, APBD, perubahan APBD,
Pertanggungjawaban pelaksanaan
APBD, tata ruang daerah, pajak daerah
dan retribusi daerah.
5. Melakukan pengawasan terhadap Peraturan
Daerah Kabupaten/Kota. 6. Membatalkan Peraturan Daerah
Kabupaten/Kota dan Peraturan Bupati/
Walikota.
7. Memberikan penghargaan atau sanksi
kepada Bupati/Walikota terkait
penyelenggaraan pemerintahan daerah. 8. Menyelesaikan perselisihan dalam
penyelenggaran fungsi pemerintahan
antar daerah Kabupaten/Kota dalam satu
Provinsi. Pelaksanaan tugas dan wewenang Gubernur sebagai Wakil Pemerintah Pusat tersebut
dimaksudkan untuk memberikan kontribusi bagi berlangsungnya penyelenggaraan
pemerintahan daerah secara efisien, efektif dan berkesinambungan.
KEMENTERIAN DALAM NEGERI 187
9. Memberikan persetujuan terhadap Rancangan
Peraturan Daerah Kabupaten/ Kota tentang
Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah
Kabupaten/Kota.
10. Memberikan rekomendasi kepada
Pemerintah Pusat atas usulan Dana
Alokasi Khusus (DAK).
11. Menyelaraskan perencanaan
pembangunan antar-daerah Kabupaten/ Kota
dan antara daerah Provinsi dan daerah
Kabupaten/Kota di wilayahnya.
12. Mengkoordinasikan kegiatan pemerintahan
dan pembangunan antara daerah Provinsi dan
daerah Kabupaten/ Kota dan antar-daerah
Kabupaten/Kota yang ada di wilayahnya.
13. Melantik Bupati/Walikota.
14. Memberikan persetujuan pembentukan
instansi vertikal.
15. Melantik Kepala Instansi Vertikal.
16. Melaksanakan tugas lain sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
BAB V | PEMBINAAN KEWILAYAHAN DAN PEMBANGUNAN DAERAH
Capaian
1. Sesuai amanat Undang-Undang No. 23
Tahun 2014, Kementerian Dalam Negeri
setiap tahun telah melakukan fasilitasi
terkait sebagian pelaksanaan tugas dan
wewenang Gubernur sebagai wakil
Pemerintah Pusat di 34 Provinsi melalui
mekanisme dekonsentrasi.
2. Telah diterbitkan Peraturan Pemerintah
No. 33 Tahun 2018 tentang Pelaksanaan
Tugas dan Wewenang Gubernur sebagai
Wakil Pemerintah Pusat.
Fasilitasi pelaksanaan tugas dan wewenang GWPP di 34 Provinsi melalui Dekonsentrasi, untuk memberikan
kontribusi bagi berlangsungnya penyelenggaraan pemerintahan daerah secara efisien, efektif, dan
berkesinambungan.
Tindaklanjut
Penyusunan Peraturan Operasional sebagai tindaklanjut diterbitkannya Peraturan
Pemerintah No. 33 Tahun 2018 tentang Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Gubernur
sebagai Wakil Pemerintah Pusat.
188 KEMENTERIAN DALAM NEGERI
Manfaat 1. Menempatkan dan memperkuat posisi
Gubernur sebagai kepanjangan tangan
Presiden di wilayah Provinsi. Presiden
sebagai penanggungjawab akhir
pemerintahan secara keseluruhan
melimpahkan kewenangannya kepada
Gubernur untuk bertindak atas nama
Pemerintah Pusat untuk melakukan
pembinaan kepada Daerah Kab/Kota agar
dalam melaksanakan otonominya
senantiasa dalam koridor NSPK yang
ditetapkan oleh Pemerintah Pusat.
2. Mempererat hubungan koordinasi antara
Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah
Provinsi dan Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota sehingga dapat
memberikan kontribusi bagi berlangsungnya
penyelenggaraan pemerintahan daerah
secara efisien, efektif dan
berkesinambungan.
3. Penguatan fungsi Gubernur sebagai kepala
daerah sekaligus sebagai Wakil Pemerintah
Pusat juga dimaksudkan memperkuat
hubungan antar tingkatan pemerintahan
dan mendorong tertibnya administrasi
kewilayahan. Dalam pelaksanaan peran
Gubernur sebagai Wakil Pemerintah Pusat,
maka hubungan antara Gubernur dengan
Bupati/Walikota bersifat bertingkat, dimana
Gubernur dapat melakukan peran
pembinaan dan pengawasan terhadap
penyelenggaraan pemerintahan daerah.
Sebaliknya Bupati/Walikota dapat
melaporkan permasalahan yang terjadi
dalam penyelenggaraan pemerintahan di
daerah, termasuk dalam hubungan antar
Kabupaten/Kota
LAPORAN CAPAIAN 4 (EMPAT) TAHUN // OKTOBER 2014 - OKTOBER 2018
Penyelenggaraan Ketentraman, Ketertiban Umum dan
Perlindungan Masyarakat
Kebijakan
Sesuai dengan Undang-Undang No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, Pasal 12
disebutkan bahwa urusan pemerintahan wajib yang berkaitan dengan pelayanan dasar salah
satunya adalah ketentraman, ketertiban umum dan perlindungan masyarakat dalam kerangka
penegakan Perda dan Perkada yang implementasinya di daerah dilaksanakan oleh Satuan Polisi
Pamong Praja (Satpol PP). Selanjutnya berdasarkan pembagian urusan dalam lampiran
Undang-Undang 23 Tahun 2014, Pemerintah Pusat mendorong pemerintah daerah untuk
pemenuhan kompetensi Satpol PP melalui peningkatan standardisasi tenaga satuan polisi
pamong praja, penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan (teknis dan fungsional), dan
pengangkatan Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) sesuai dengan rasio kebutuhan di daerah.
Capaian
1. Diterbitkan Peraturan Pemerintah No. 16
Tahun 2018 tentang Polisi Pamong Praja. 2. Diterbitkan Peraturan Presiden No. 102
Tahun 2017 tentang Tunjangan Jabatan
Fungsional Pol PP untuk meningkatkan
kesejahteraan dan kinerja Satpol PP
sesuai dengan fungsinya. 3. Membentuk Pusat Diklat Pemadam
Kebakaran dan Satpol PP di Rokan
Hilir Provinsi Riau dengan jumlah
alumni diklat dasar Satpol PP
sebanyak 219 orang. 4. Hingga saat ini jumlah aparatur Satpol
PP, PPNS dan Satlinmas adalah:
a. Aparatur Satuan Polisi Pamong Praja
sebanyak 77.020 orang yang terdiri
dari PNS sebanyak 32.327 orang dan
Non PNS sebanyak 44.693 Orang;
b. Aparatur PPNS sebanyak 4.062
Orang; dan
c. Anggota Satlinmas sebanyak
1.178.601 orang. 5. Untuk mengoptimalkan tugas dan fungsi
Satpol PP guna terciptanya Polisi
Pamong Praja yang Prima (Professional,
Responsif, Inovatif, Modern, dan
Akuntabel), PPNS dan Satlinmas
di daerah, sejak tahun 2015 s.d 2018
(September) Kementerian Dalam Negeri
telah memfasilitasi Pemerintah Daerah
melalui Diklat teknis dan fungsional,
dengan rincian per tahun sebagai berikut:
a. Aparatur Satpol PP
• tahun 2015:
- Terlaksananya Diklat Dasar
Pola 150 JP sebanyak 150
orang yang merupakan
perwakilan secara selektif oleh
Provinsi/Kabupaten/ Kota; dan
- Terlaksananya Bimtek melalui
dana dekonsentrasi Peningkatan
Kapasitas Kelembagaan dan
SDM bagi Satpol PP sebanyak
2.419 orang dari 27 Provinsi. • Tahun 2016, terlaksananya Bimtek
peningkatan kapasitas SDM Satpol
PP sebanyak 568 Orang;
• Tahun 2017 - Terlaksananya Bimtek deteksi
dini bagi anggota Satpol PP
dalam upaya deradikalisasi
sebanyak 50 orang;
- Terlaksananya Peningkatan
kapasitas SDM Satpol PP dalam
rangka sosialisasi kode etik dan
penerapan gerakan Indonesia
ramah sebanyak 176 orang;
- Terlaksananya Bimtek
peningkatan kapasitas SDM
Satpol PP melalui implementasi
Peraturan Presiden tentang
jabatan fungsional Pol PP
sebanyak 70 orang;
- Terlaksananya Bimtek HAM bagi
Aparat Satpol PP se Provinsi
Lampung, Riau, Nusa Tenggara
Barat, Sumatera Barat, Sulawesi
Selatan sebanyak 270 orang; dan
- Terlaksananya Uji kompetensi
bagi aparatur Satpol PP
sebanyak 450 orang.
KEMENTERIAN DALAM NEGERI 189
BAB V | PEMBINAAN KEWILAYAHAN DAN PEMBANGUNAN DAERAH
• Per September 2018
- Terlaksananya Uji Kompetensi
Nasional Jabatan Fungsional Pol
PP sebanyak 525 orang;
- Terlaksananya Bimtek bagi aparat
Satpol PP dalam Mengawal
Pilkada Serentak tahun 2018
sebanyak 75 orang; dan
- Terlaksananya Bimtek Hak
Asasi Manusia bagi Aparat
Satpol PP sebanyak 150 orang
b. Aparatur PPNS
• Tahun 2015:
- Terlaksananya Diklat PPNS 19
gelombang sebanyak 539 orang;
- Terlaksananya Bimtek
pemberkasan hasil penyidikan
PPNS sebanyak 198 orang; dan
- Terlaksananya Bimtek intelijen
bagi pejabat PPNS sebanyak
193 orang.
• Tahun 2016:
- Terlaksananya Diklat PPNS 12
gelombang sebanyak 356
orang; dan
- Terlaksananya Bimtek
operasional tugas PPNS
bagi pejabat PPNS
sebanyak 66 orang.
• Tahun 2017:
- Terlaksananya Diklat
PPNS 10 gelombang
sebanyak 291 orang;
- Terlaksananya Bimtek dan strategi penegakan
perda bagi aparatur Satpol
PP/PPNS sesuai nilai-nilai
revolusi mental sebanyak 54
orang;
- Terlaksananya Bimtek bagi
pejabat PPNS dalam rangka
meningkatkan kemampuan
penegakan Perda secara
pro yustisi sesuai nilai-nilai
revolusi mental sebanyak 100
orang; dan
- Terlaksananya Bimtek
intelijen bagi pejabat PPNS
sebanyak 52 orang.
• Per September 2018
- Terlaksananya Diklat PPNS 5
gelombang sebanyak 145 orang;
- Bimtek Intelijen bagi pejabat
PPNS/Pol PP dalam rangka
meningkatkan kemampuan
penyelidikan pelanggaran
perda sebanyak 75 orang; dan
- Bimtek bagi pejabat PPNS dalam
rangka peningkatan kemampuan
pemeriksaan tersangka, saksi, ahli
dan barang bukti sebanyak 100
orang. c. Anggota Satlinmas
• Tahun 2015, terlaksananya Bimtek
Fasilitasi SDM Anggota Satlinmas
dalam membantu Penanggulangan
Bencana sebanyak 200 orang;
• Tahun 2016, terlaksananya Bimtek
Anggota Satlinmas dalam
melaksanakan tugas pokok dan
fungsi sebanyak 100 orang;
• Tahun 2017:
- Terlaksananya Bimtek Anggota
Satlinmas dalam meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan
membantu penyelenggaraan
Pilkada Serentak sebanyak
300 orang; dan
- Terlaksananya Bimtek dalam
meningkatkan kemampuan
membantu penanggulangan
bencana di daerah sesuai
nilai revolusi mental
sebanyak 216 orang.
• Per September 2018
- Terlaksananya Bimtek Anggota
Satlinmas dalam membantu
Penanggulangan Bencana
sebanyak 75 orang; dan
- Terlaksananya Bimtek Anggota
Satlinmas Dalam Membantu
Penyelenggaraan Pilpres dan
Pileg 2019 sebanyak 224 orang.
190 KEMENTERIAN DALAM NEGERI
LAPORAN CAPAIAN 4 (EMPAT) TAHUN // OKTOBER 2014 - OKTOBER 2018
Tindaklanjut
1. Penyusunan kebijakan/regulasi bidang
Polisi Pamong Praja dan Perlindungan
Masyarakat.
2. Melanjutkan sosialisasi Peraturan
Menteri Dalam Negeri tentang
pedoman SPM Subbidang Trantibum
kepada 310 daerah. 3. Asistensi dan supervisi pelaksanaan
SPM (Provinsi dan Kabupaten/Kota)
kepada 310 daerah.
4. Rapat Kerja Nasional pembekalan Satpol
PP dan Satlinmas penyelenggaraan
Trantibumlinmas dalam rangka pemilu
kepada 34 Provinsi.
5. Supervisi penyelenggaraan
pembentukan pejabat PPNS
sebanyak 300 orang.
6. Bimbingan teknis anggota Satlinmas
dalam membantu penyelenggaraan
penanggulangan bencana sebanyak
100 orang. 7. Bimbingan teknis Intelijen bagi pejabat
PPNS dalam rangka meningkatkan
kemampuan penyelidikan pelanggaran
Perda sebanyak 100 orang.
8. Bimbingan teknis Hak Asasi Manusia
bagi Satpol PP sebanyak 100 orang.
9. Penyelenggaraan Bimtek penilai
angka kredit sebanyak 250 orang.
10. Penilaian jabatan fungsional Satpol PP
di tingkat pusat sebanyak 200 orang.
11. Supervisi penyelenggaraan
pembentukan pejabat PPNS
sebanyak 300 orang.
KEMENTERIAN DALAM NEGERI 191
BAB V | PEMBINAAN KEWILAYAHAN DAN PEMBANGUNAN DAERAH
Pemenuhan Kompetensi Personil Pemadam
Kebakaran
Kebijakan
Dalam rangka melaksanakan tugas dan fungsi Kementerian Dalam Negeri bidang
penanggulangan bencana dan kebakaran sebagaimana amanat Undang-Undang No. 23 Tahun
2014 tentang Pemerintahan Daerah khususnya pasal 374 ayat (2), bahwa Menteri Dalam Negeri
melakukan pembinaan yang bersifat umum kepada Pemerintah Daerah dalam penyelenggaraan
penanggulangan bencana dan kebakaran, salah satunya dengan melakukan pembinaan
peningkatan kapasitas aparatur dalam penanggulangan bencana dan kebakaran.
Capaian
1. Jumlah aparatur Pemadam Kebakaran
sebanyak 27.021 Orang, yang terdiri dari
PNS sebanyak 11.517 orang dan Non
PNS sebanyak 15.504 Orang. Adapun
Tingkat Kompetensi Aparatur Damkar
sebagai berikut:
sebanyak 1.064 orang - Skill Competetion Petugas
Pemadam Kebakaran dalam
kesiapsiagaan pencegahan dan
penanggulangan kebakaran
sebanyak 300 orang
a. Kompetensi 1 sebanyak 12.586 orang; b. Tahun 2016:
b. Kompetensi 2 sebanyak 4.329 orang; - Bimtek Pemadam Pemula (Fire
c. Kompetensi 3 sebanyak 510 orang; Fighter I) sebanyak 120 orang;
d. Inspektur Muda sebanyak 283 orang; - Bimtek Pemadam Terampil (Fire
e. Inspektur Madya sebanyak 130 orang; Fighter II) sebanyak 120 orang
f. Investigasi Muda sebanyak 78 orang; - Peningkatan kapasitas aparatur
g. Investigasi sebanyak 57 orang. melalui Dekonsentrasi Penguatan
2. Untuk mengoptimalkan tugas dan fungsi kapasitas Pengurangan resiko
Aparatur Pemadam Kebakaran di daerah, bencana dan bahaya kebakaran
sejak tahun 2015 s.d September 2018 sebanyak 120 orang
(September) Kementerian Dalam Negeri - Skill Competetion Petugas
telah melakukan serangkaian kegiatan Pemadam Kebakaran dalam
peningkatan kapasitas Aparatur Pemadam kesiapsiagaan pencegahan dan
Kebakaran, melalui: penanggulangan kebakaran
a. Tahun 2015: sebanyak 300 orang
- Bimtek Pemadam Terampil (Fire c. Tahun 2017:
Fighter II) sebanyak 90 orang - Bimtek Pemadam Pemula (Fire
- Peningkatan kapasitas aparatur Fighter I) sebanyak 240 orang;
melalui Dekonsentrasi Penguatan - Bimtek Inspektur/Inspeksi (Fire
kapasitas Pengurangan resiko Fighter III) sebanyak 60 orang
bencana dan bahaya kebakaran - Skill Competetion Petugas
192 KEMENTERIAN DALAM NEGERI
LAPORAN CAPAIAN 4 (EMPAT) TAHUN // OKTOBER 2014 - OKTOBER 2018
Tindaklanjut
Pemadam Kebakaran dalam kesiapsiagaan pencegahan dan penanggulangan kebakaran sebanyak 300 orang
d. Per September 2018 : - Bimtek Inspektur/Inspeksi (Fire
Fighter III) sebanyak 100 orang;
- Bimtek Penyelamatan terhadap
kejadian/insiden lainnya sebanyak
80 orang;
- Bimbingan teknis bagi aparatur
Provinsi dalam pembentukan
aparatur pemadam kebakaran
Kabupaten/Kota yang kompeten
sesuai standar sebanyak 90 orang; 1. Penyusunan Peraturan Menteri Dalam
Negeri tentang Pedoman Pencegahan
dan Penanggulangan Kebakaran.
2. Kualifikasi kompetensi inspeksi proteksi
pemadam kebakaran wilayah perkotaan
bagi aparatur Damkar sebanyak 50
orang. 3. Membentuk pusat diklat Pemadam
Kebakaran dan Satpol PP di Rokan Hilir
Provinsi Riau (dengan jumlah Alumni
diklat damkar sebanyak 330 Orang).
4. Pemantapan kesiapsiagaan nasional
aparatur Pemadam Kebakaran
sebanyak 300 orang. 5. Skill Competition Petugas Pemadam
Kebakaran dalam kesiapsiagaan
- Skill Competetion Petugas
Pemadam Kebakaran dalam
kesiapsiagaan pencegahan dan
penanggulangan kebakaran
sebanyak 250 orang
3. Selain itu juga, untuk meningkatkan
kapabilitas dan kapasitas personil/
kelembagaan pemadam kebakaran,
Kementerian Dalam Negeri telah
menyelenggarakan Peringatan HUT
Pemadam Kebakaran ke-98 di Jakarta
pada Tanggal 1 Maret 2017 dan HUT
Pemadam Kebakaran ke–99 di Provinsi
Maluku pada Tanggal 1 Maret 2018
pencegahan dan penanggulangan
kebakaran sebanyak 150 orang.
6. Diseminasi dan Uji Publik Implementasi
Jabatan Fungsional Pemadam
Kebakaran kepada 3 Provinsi.
7. Asistensi dan supervisi penerapan
SPM subbidang pemadam kebakaran
di daerah kepada 257 daerah.
8. Pemantapan kesiapsiagaan nasional
aparatur Pemadam Kebakaran
sabanyak 300 orang.
9. Penyusunan Grand Design
Pencegahan dan Penanggulangan
Kebakaran 2019-2024.
KEMENTERIAN DALAM NEGERI 193
Manfaat 1. Meningkatnya kompetensi Aparatur
Pemadam Kebakaran yang memenuhi
standar.
2. Memberikan rasa aman bagi
masyarakat terhadap resiko kebakaran
di daerah, khususnya pada gedung-
gedung tinggi.
BAB V | PEMBINAAN KEWILAYAHAN DAN PEMBANGUNAN DAERAH
Sarpras Penanggulangan Bencana
Kebijakan
Capaian
Sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam
Negeri No. 27 Tahun 2007 tentang Pedoman
Sarana dan Prasarana Dalam
Penanggulangan Bencana, Kementerian
Dalam Negeri dalam rangka pembangunan
Sarpras penanggulangan bencana di daerah
1. Terbangunnya sarpras penanggulangan
bencana (Kantor BPBD, gudang logistik
dan Pusdalops) sebanyak 183 Unit di
Provinsi dan Kabupaten/Kota periode
tahun 2006 s.d 2017. (data 2015 s.d 2018)
rawan bencana telah mengalokasikan
anggaran melalui mekanisme kegiatan
tugas pembantuan berupa pembangunan
kantor Badan Penanggulangan Bencana
Daerah, Gudang Logistik dan Pusat
Pengendalian Operasi (Pusdalops).
2. tahun 2018 sedang membangun sarpras
penanggulangan bencana (gudang
logistik dan Pusdalops) sebanyak 6 unit;
Tindaklanjut
1. Melakukan Koordinasi dengan
Badan Nasional Penanggulangan
Bencana (BNPB) dalam menyusun
dan menetapkan Renaksi BNPB
terkait penyediaan sarpras
penanggulangan bencana.
2. Bimbingan teknis manajamen
gudang logistik di daerah Rawan
Bencana sebanyak 200 orang.
194 KEMENTERIAN DALAM NEGERI
Manfaat 1. Pendistribusian logistik bisa lebih cepat
ke daerah yang terdampak bencana.
2. Mempermudah dalam penempatan
barang-barang logistik.
Fasilitasi Perbatasan Antar Negara
Kebijakan
Capaian
Dalam mendukung forum kerjasama bilateral
dengan negara tetangga, Kementerian Dalam
Negeri melakukan fasilitasi Survey
Investigation, Refixation, and Maintenance
(Survey IRM) tanda batas negara di darat RI-
Malaysia, fasilitasi penyelesaian batas antar
negara, fasilitasi persidangan kerjasama antar
negara di wilayah perbatasan RI-Malaysia,
fasilitasi persidangan kerjasama antar negara
di wilayah perbatasan RI-PNG, dan fasilitasi
persidangan kerjasama antar negara di
wilayah perbatasan RI-RDTL. Berkaitan
dengan kerjasama Bilateral
Sebagai implementasi dari kegiatan tersebut, telah
diselenggarakan beberapa pertemuan bilateral
dengan negara tetangga khususnya dengan
Malaysia dan PNG, yaitu: 1. Persidangan Joint Indonesia Malaysia
(JIM) a. pada tahun 2017 menghasilkan
kesepakatan, antara lain: • Kedua negara menyepakati
penandatanganan MoU for Survey and
Demarcation of International Boundary
yang ke 20 dari pilar B 300 s.d B 400 dan
dari pilar B 700 s.d B 1000 di sektor
Kalimantan Utara-Sabah; dan • Kedua belah pihak menyepakati outline
dari Guidelines for Preservation of
Boundary Marker and The International
Boundary In Carrying Out Unilateral
Development Projects Located Near The
Malaysia-Indonesia International Boundary. b. pada tahun 2018 menghasilkan
kesepakatan, antara lain: • Kedua negara menyepakati
penandatangan MoU yang ke-21 for
survey and demarcation of international
boundary yang ke 21 dari pilar batas B
1.800 s.d B 2.000 dan B 2.500 s.d B 2.700, Pilar batas C 200 s.d C 500 dan C
600 s.d C 700; serta pilar batas D 500
s.d D.600.
• Kedua belah pihak menyepakati
program survey IRM TA.2018 untuk
sector Timur dan Sektor Barat dan
kegiatan survey daerah OBP yang
diuraikan dalam Rencana Aksi OBP.
• Kedua negara sepakat secara prinsip
bahwa OBP segmen sungai Simantipal
dan C 600 dan C 700 sudah tidak
bermasalah dan akan ditindaklanjuti oleh
penyiapan MoU oleh Tim Teknik untuk
ditandatangai pada tahun 2019.
tersebut, Kementerian Dalam Negeri bersama
K/L terkait memiliki berbagai kerjasama
bidang Sosial Ekonomi dan Budaya, antara
lain Provinsi Kepulauan Riau dengan Johor
Malaka, Provinsi Kalimantan Utara dengan
Sabah Malaysia serta Provinsi Kalimantan
Barat dengan Sarawak Malaysia. Sedangkan
untuk kerjasama RI-RDTL, difokuskan pada
penyelesaian permasalahan batas negara di
darat antara Indonesia dengan Timor-Leste
melalui pertemuan ke-3 Senior Officials
Consultation (SOC) RI-RDTL.
2. Persidangan Sekretariat Bersama
Sosek Malindo, dengan menghasilkan
kesepakatan, antara lain:
a. Pihak Indonesia dan Malaysia sepakat
diaktifkannya kembali jalur kapal Sei-
Nyamuk Kabupaten Nunukan, Provinsi
Kalimantan Utara dengan Tawau,
Malaysia;
b. Kedua negara sepakat mengaktifkan
kembali terminal feri CIQ Tawau-pos
lintas batas laut Sei/Sungai Nyamuk; dan
c. Kedua belah pihak sepakat agar Provinsi
Kalimantan Utara dan negeri Sabah segera
melaksanakan Joint Feasibility Study
mengenai pembukaan pos lintas batas
Labang-Bantul. 3. Persidangan Sosek Malindo RI-Malaysia,
dengan menghasilkan kesepakatan, antara
lain:
a. Kedua belah pihak sepakat meminta
Kementerian Kesehatan kedua Negara
dan Provinsi terkait untuk menindak lanjuti
usulan Indonesia agar pihak Malaysia
menunjuk rumah sakit yang ada di
Indonesia sebagai tempat untuk
melakukan pemeriksaan kesehatan tenaga
kerja Indonesia dan hanya dilakukan satu
kali pemeriksaan dan membuat Joint
Standart Operating Procedure (SOP) bagi
penanganan penyakit menular dan
pemulangan
KEMENTERIAN DALAM NEGERI 195
BAB V | PEMBINAAN KEWILAYAHAN DAN PEMBANGUNAN DAERAH
jenazah warga Indonesia yang akan
melintasi darat kedua negara;
b. Kedua pihak sepakat normalisasi
perdagangan di Entikong-Tebedu
akan menunggu proses
pembangunan Dryprot Entikong
selesai seluruhnya pada tahun 2018;
c. Kedua pihak menyepakati untuk
melaksanakan bahwa revisi Border
Crossing Agreement (BCA) 2006;
d. Kedua pihak sepakat untuk
melaksanakan kegiatan Tour De
Malindo pada tahun 2019; dan
e. Pemerintahan Indonesia dan
pemerintah Malaysia serta Kerajaan
Sarawak menyetujui rencana
pemotongan bukit di kawasan
perbatasan Entikong Tebedu, terkait
jalur kargo di PLBN Entikong-Tebedu.
4. Persidangan Joint Border Comitte
(JBC) RI-PNG. dengan menghasilkan
kesepakatan, antara lain:
a. Disepakatinya penyelenggaraan
preliminary meeting guna
membahas first draft untuk mereview
special arrangements on traditional
border crossing 1993;
b. Bersepakat melakukan pilot project
verifikasi bersama tahun 2019 sebagai
pendahuluan di wilayah perbatasan
Kabupaten Keerom Provinsi Papua,
yang menjadi tempat tinggal para ilegal
border residents tersebut guna
mendapatkan identifikasi
kewarganegaraan, data kependudukan
dan akses kekonsuleran lainnya;
c. Kedua pihak menyepakati
penandatanganan MoU kerjasama
Perkarantinaan hewan dan
tumbuhan; dan
d. Kedua pihak menyepakati untuk
dijajaki bantuan pengaliran listrik dari
Kota Jayapura Provinsi Papua ke
Vanimo, Papua Nugini.
Gambar.
Penandatanganan MoU Forum Bilateral JIM on
Demarcation and Survey of International Boundary,
Bandung, Oktober 2018
Tindaklanjut
1. Mengambil langkah-langkah terobosan
dalam rangka menyelesaikan batas
wilayah dengan jalur politis melalui
diplomasi dengan posisi persisten
negara tetangga khususnya dalam
penyelesaian permasalahan
demarkasi batas wilayah.
2. Kementerian Dalam Negeri bersama
K/L terkait, memantapkan posisi
Pemerintah Indonesia dengan
melengkapi data pendukung dan
analisa yang komprehensif dalam
rangka penyelesaian melalui political
means dan/atau legal proceeding.
196 KEMENTERIAN DALAM NEGERI
Manfaat 1. Meningkatnya hubungan kerjasama
antara RI dan Negara Tetangga.
2. Meningkatnya perekonomian daerah di kawasan perbatasan antar Negara.
3. Meningkatnya kesejahteraan
masyarakat di wilayah perbatasan.
4. Menurunnya tingkat permasalahan
sosial ekonomi di wilayah perbatasan
seperti perdagangan illegal,
penyelundupan barang, dan lain-lain
LAPORAN CAPAIAN 4 (EMPAT) TAHUN // OKTOBER 2014 - OKTOBER 2018
Sarpras Pemerintahan Daerah Perbatasan Antar
Negara dan Pulau-Pulau Kecil Terluar (PPKT)
Kebijakan
Capaian
Sesuai Pasal 361 Undang-Undang No. 23
Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah,
pemerintah pusat memiliki kewenangan
pengelolaan dan pemanfaatan kawasan
perbatasan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan. Pemerintah
pusat wajib membangun kawasan
perbatasan agar tidak tertinggal dengan
kemajuan kawasan perbatasan di negara
tetangga, antara lain melalui pembangunan
sarana dan prasarana kawasan. Dalam rangka mendukung wilayah
perbatasan sebagai manifestasi Nawacita
ke-3 yaitu membangun Indonesia dari
Dukungan pembangunan penyediaan sarana
prasarana pemerintahan dikawasan
perbatasan negara dan Pulau-Pulau Kecil
Terluar (PPKT) sebagai salah satu upaya
pemerintah untuk mendukung efektifitas
penyelenggaraan pemerintahan daerah,
khususnya pada Kabupaten/Kota dikawasan
perbatasan negara agar dapat
menyelenggarakan pelayanan pemerintahan,
pembangunan dan pemberdayaan secara
optimal, mengingat kenyataan di lapangan
bahwa saat ini pada umumnya pemerintah
daerah mengalami kendala dalam
pengalokasian anggaran untuk kawasan
perbatasan secara memadai. Dalam kurun waktu 2014 s.d 2018 telah dan
Pinggiran, dengan memperkuat daerah-daerah
dan desa dalam kerangka NKRI, Kementerian
Dalam Negeri memiliki target Nasional dalam
rangka pembangunan Sarpras Pemerintahan
di wilayah Perbatasan Antar Negara dan
Pulau-pulau Kecil Terluar melalui dukungan
kegiatan tugas pembantuan untuk
pembangunan Kantor Camat, Pembangunan
Kantor Lurah/Desa, Pembangunan Mess
Aparatur Perbatasan, Pembangunan Balai
Pertemuan Umum, dan Pembangunan sarana
pemerintahan lainnya di kawasan perbatasan.
sedang dibangun sarana dan prasarana
(Sarpras) Pemerintahan di wilayah perbatasan
antar Negara dan PPKT, berupa Kantor/Badan
Pengelola Perbatasan Daerah, Kantor
Kecamatan/Desa/Kelurahan, Mess Aparatur
Pemerintah Daerah, Balai Pertemuan Umum
Rumah dinas Camat dan Tower
pemantau/Mercusuar, dengan rincian: a. Tahun 2014 s.d 2017 telah
terbangun sarpras pemerintahan di
wilayah perbatasan antar negara
dan PPKT sebanyak 92 unit; dan
b. Tahun 2018 sedang menyelesaikan
pembangunan sarpras pemerintahan
di wilayah perbatasan antar negara
dan PPKT sebanyak 12 unit.
KEMENTERIAN DALAM NEGERI 197
BAB V | PEMBINAAN KEWILAYAHAN DAN PEMBANGUNAN DAERAH
Gambar.
Balai Pertemuan Umum Di Kecamatan
Teluk Sebong Kabupaten Bintan
Gambar. Kantor Desa Oebafok
Kecamatan Rote Barat Daya Kabupaten Rote
Ndao
Tindaklanjut
Pembangunan Sarpras Pemerintahan di wilayah perbatasan antar negara dan
PPKT, ditargetkan tahun 2019 sebanyak 5 unit.
198 KEMENTERIAN DALAM NEGERI
Manfaat 1. Meningkatnya pelayanan pemerintah di
Daerah perbatasan antar negara
2. Mempermudah pelayanan administrasi
pemerintahan