Post on 29-Dec-2014
BAB IV
ANALISA DAN PEMBAHASAN
4.1 Analisa Penggunaan Peta Tangan Kanan Tangan Kiri
Adapun penggunaan peta tangan kanan tangan kiri dalam perakitan mobil mainan ini
adalah untuk menentukan gerakan-gerakan yang efisien, yaitu gerakan-gerakan yang
memang diperlukan dalam melakukan perakitan mobil mainan oleh operator. Peta ini
menggambarkan semua gerakan saat bekerja dan waktu menganggur yang dilakukan oleh
tangan kiri dan tangan kanan, juga menunjukkan perbandingan antara tugas yang
dibebankan pada tangan kiri-dan tangan kanan ketika melakukan suatu pekerjaan. Melalui
peta ini kita bisa melihat semua operasi perakitan mobil mainan secara cukup lengkap,
yang dapat digunakan sebagai patokan untuk memperbaiki operasi perakitan mobil mainan
selanjutnya. Peta ini sangat praktis untuk memperbaiki suatu pekerjaan manual, yakni saat
setiap siklus dari operator terjadi dengan cepat terus berulang. Itulah sebabnya dengan
menggunakan peta ini kita bisa melihat dengan jelas pola-pola gerakan yang tidak efisien
dan atau bisa melihat adanya pelanggaran terhadap prinsip-prinsip ekonomi gerakan yang
terjadi pada saat pekerjaan manual tersebut berlangsung.
4.2 Analisis Penggunaan Peta Aliran Proses
Adapun penggunaan peta aliran proses pada proses perakitan mobil mainan ini adalah
untuk menggambarkan seluruh aktivitas operator dalam melakukan suatu proses perakitan
mulai dari awal sampai akhir perakitan. Pada peta aliran proses, seluruh aktivitas operator
digambarkan secara berurutan dari awal hingga akhir, kemudian ditentukan jenis aktivitas
yang dikerjakan oleh operator melalui beberapa aktivitas yaitu operasi, pemeriksaan,
transportasi, menunggu, ataupun penyimpanan. Sama halnya dengan peta tangan kanan
tangan kiri, peta ini juga digunakan untuk memperbaiki suatu pekerjaan manual, yakni saat
setiap siklus dari operator terjadi dengan cepat terus berulang. Dengan menggunakan peta
ini kita bisa melihat dengan jelas aktivitas-aktivitas yang tidak efisien dan atau bisa melihat
adanya pelanggaran terhadap prinsip-prinsip ekonomi gerakan yang terjadi pada saat
pekerjaan manual tersebut berlangsung.
4.3 Analisa Gerakan Efektif dan Inefektif Berdasarkan Elemen-Elemen Gerakan Therblig
Setelah dilakukan pemetaan pada peta tangan kanan dan tangan kiri, dapat dianalisa
gerakan mana saja yang menjadi gerakan efektif dan gerakan inefektif pada layout awal,
layout usulan 1, layout usulan 2, dan layout usulan 3. Adapun analisa tersebut adalah
sebagai berikut ini:
1. Layout awal
Pada layout awal, keseluruhan gerakan yang dilakukan adalah sebanyak 41 gerakan.
Gerakan therblig yang diperoleh adalah sebanyak lima gerakan, dimana kelima
gerakan tersebut merupakan gerakan yang efektif yaitu menjangkau, memegang,
membawa, merakit, dan meletakkan.
2. Layout usulan 1
Pada layout usulan 1, keseluruhan gerakan yang dilakukan adalah sebanyak 36
gerakan, dalam hal ini terjadi pengurangan gerakan karena sebelumnya pada layout
awal berjumlah 41 gerakan. Gerakan Therblig yang diperoleh adalah sebanyak lima
gerakan, dimana dari kelima gerakan tersebut tidak terdapat gerakan yang inefektif,
gerakan Therblig yang diperoleh yaitu menjangkau, memegang, membawa, merakit,
dan meletakkan.
3. Layout usulan 2
Pada layout usulan 2, keseluruhan gerakan yang dilakukan adalah sebanyak 37
gerakan, dalam hal ini terjadi penambahan satu macam gerakan yang sebelumnya pada
layout usulan 1 hanya berjumlah 36 gerakan. Gerakan Therblig yang diperoleh adalah
sebanyak lima gerakan, dimana dari kelima gerakan tersebut merupakan gerakan yang
efektif yaitu menjangkau, memegang, membawa, merakit, dan meletakkan.
4. Layout usulan 3
Pada layout usulan 3, keseluruhan gerakan yang dilakukan adalah sebanyak 41
gerakan, dalam hal ini terjadi penambahan lima gerakan dari layout usulan 1 yang
semula berjumlah 36 gerakan dan penambahan empat gerakan dari layout usulan 2
yang sebelumnya berjumlah 37 gerakan, serta memiliki jumlah gerakan yang sama
dengan layout awal yaitu 41 gerakan. Gerakan Therblig yang diperoleh adalah
sebanyak lima gerakan, dimana dari kelima gerakan tersebut merupakan gerakan yang
efektif yaitu menjangkau, memegang, membawa, merakit, dan meletakkan.
4.4 Analisa Kondisi Masing-Masing Layout
Kondisi masing-masing dari setiap layout, baik layout awal, layout usulan 1, layout usulan
2, ataupun layout usulan 3, dapat mempengaruhi kinerja dari operator dalam melakukan
perakitan. Adapun analisa dari setiap layout tersebut adalah sebagai berikut:
1. Layout awal
Pada layout awal ini, jarak tangan kanan operator ke roda 43 cm, ke aksesoris 35 cm,
ke body 20 cm, ke mesin 40 cm, ke baut 37 cm, ke sasis 32 cm, dan yang terakhir ke
tempat obeng 12cm. Sedangkan untuk jarak tangan kiri operator ke setiap elemen
mobil mainan diperoleh jarak tangan kiri operator ke roda 43 cm, ke aksesoris 35 cm,
ke body 20 cm, ke mesin 40 cm, ke baut 37 cm, ke sasis 32 cm, dan yang terakhir ke
tempat obeng 12 cm.
2. Layout usulan 1
Pada layout usulan 1 jarak tangan kanan operator ke roda 17 cm, ke aksesoris 50 cm,
ke body 25 cm, ke mesin 22 cm, ke baut 30 cm, ke sasis 45 cm, dan yang terakhir ke
tempat obeng 20 cm. Sedangkan jarak tangan kiri operator ke setiap elemen mobil
mainan diperoleh jarak tangan kiri operator ke roda 45 cm, ke aksesoris 25 cm, ke body
50 cm, ke mesin 22 cm, ke baut 30 cm, ke sasis 18 cm, dan yang terakhir ke tempat
obeng 28 cm.
3. Layout usulan 2
Pada layout usulan 2 jarak tangan kanan operator ke roda 28 cm, ke aksesoris 45 cm,
ke body 50 cm, ke mesin 21 cm, ke baut 35 cm, ke sasis 50 cm, dan yang terakhir ke
tempat obeng 40 cm. Adapun jarak tangan kiri operator ke setiap elemen mobil mainan
diperoleh jarak tangan kiri operator ke roda 45 cm, ke aksesoris 28 cm, ke body 50 cm,
ke mesin 21 cm, ke baut 35 cm, ke sasis 50 cm, dan ke tempat obeng 20 cm.
4. Layout usulan 3
Pada layout usulan 3 arak tangan kanan operator ke roda 20 cm, ke aksesoris 45 cm, ke
body 50 cm, ke mesin 21 cm, ke baut 35 cm, ke sasis 50 cm, dan yang terakhir ke
tempat obeng 40 cm. Adapun jarak tangan kiri operator ke setiap elemen mobil mainan
diperoleh jarak tangan kiri operator ke roda 45 cm, ke aksesoris 28 cm, ke body 50 cm,
ke mesin 21 cm, ke baut 35 cm, ke sasis 50 cm, dan ke tempat obeng 20 cm.
4.5 Analisa Faktor Pengaruh Keefektifan Gerakan Kerja
Faktor ketelitian, penggunaan pengelihatan, jarak, dan berat beban merupakan faktor-
faktor yang mempengaruhi waktu yang dibutuhkan untuk melakukan suatu gerakan.
Analisa faktor-faktor tersebut dari setiap layout adalah sebagai berikut:
1. Layout Awal
Adapun yang menjadi faktor yang mempengaruhi keefektifan gerakan kerja pada
layout awal yaitu jarak, faktor eksternal seperti suhu dan kebisingan ruangan, serta
keadaan operator itu sendiri. Jarak menjadi faktor pertama yang mempengaruhi
keefektifan gerakan kerja pada layout awal ini, operator agak kesulitan menjangkau
komponen-komponen mobil mainan yang jaraknya berjauhan. Operator juga belum
terbiasa dalam merakit mobil mainan sehingga berpengaruh ketika harus menyesuaikan
dengan kondisi layout yang ada, maka menghabiskan waktu yang lebih lama dalam
menyelesaikan perakitan, sehingga gerakan menjadi kurang efektif. Kondisi ruangan
yang kondusif juga mempengaruhi kinerja dari operator, semakin kondusif suatu
ruangan, baik dari keadaan suhu yang baik maupun jauh dari kebisingan,
memungkinkan operator bekerja lebih efektif.
2. Layout Usulan 1
Pada layout usulan 1, tata letak dari komponen-komponen mobil mainan yang akan
dirakit sudah lebih rapi daripada layout sebelumnya, namun jarak antar komponen
masih cukup jauh sehingga masih kurang efektif. Pada layout ini operator sudah mulai
terbiasa dalam melakukan perakitan mobil mainan, sehingga kerja dari operator dalam
merakit semakin efektif. Dalam hal ini juga, kondisi ruangan yang kondusif juga
mempengaruhi kinerja dari operator, semakin kondusif suatu ruangan, baik dari
keadaan suhu yang baik maupun jauh dari kebisingan, memungkinkan operator bekerja
lebih efektif.
3. Layout Usulan 2
Pada layout usulan 2, kinerja operator dalam merakit mobil mainan semakin efektif,
karena susunan dari komponen-komponen mobil mainan tersusun rapi, dan jarak antar
komponen mudah dijangkau oleh operator. Jarak yang mudah dijangkau,
memungkinkan operator mengurangi gerakan-gerakan yang kurang efektif. Selain itu
juga, semakin terbiasanya operator dalam melakukan perakitan mobil mainan menjadi
faktor semakin efektifnya kinerja dari operator, karena operator sudah dapat
mengurangi gerakan-gerakan yang tidak efektif selama perakitan. Sama seperti layout-
layout sebelumnya, kondisi ruangan yang kondusif juga mempengaruhi kinerja dari
operator, semakin kondusif suatu ruangan, baik dari keadaan suhu yang baik maupun
jauh dari kebisingan, memungkinkan operator bekerja lebih efektif.
4. Layout Usulan 3
Pada layout usulan 3, kinerja operator dalam merakit mobil mainan semakin cepat dan
efektif, hal ini ditunjang oleh penentuan tata letak komponen-komponen mobil mainan
yang semakin rapi, dan jarak antar komponen semakin dekat. Operator juga sudah
terbiasa dalam melakukan perakitan, sehingga kinerja operator semakin cepat dan
efektif. Dalam hal ini juga, kondisi ruangan yang kondusif juga mempengaruhi kinerja
dari operator, semakin kondusif suatu ruangan, baik dari keadaan suhu yang baik
maupun jauh dari kebisingan, memungkinkan operator bekerja lebih efektif.
4.6 Analisa Layout yang Paling Efektif
Dari keempat layout yang telah diuji, layout usulan 3 merupakan layout yang paling
efektif. Pada penyusunan layout usulan 3, operator melakukan pemindahan komponen-
komponen mobil mainan yang diperkirakan lebih sesuai dan efektif bagi operator dalam
merakit mobil mainan. Pada layout usulan 3 arak tangan kanan operator ke roda 20 cm, ke
aksesoris 45 cm, ke body 50 cm, ke mesin 21 cm, ke baut 35 cm, ke sasis 50 cm, dan yang
terakhir ke tempat obeng 40 cm. Adapun jarak tangan kiri operator ke setiap elemen mobil
mainan diperoleh jarak tangan kiri operator ke roda 45 cm, ke aksesoris 28 cm, ke body 50
cm, ke mesin 21 cm, ke baut 35 cm, ke sasis 50 cm, dan ke tempat obeng 20 cm.
Pada layout usulan 3, operator menempuh waktu rata-rata perakitan untuk setiap unit mobil
mainan dengan waktu 67,2 detik dan waktu totalnya adalah 336 detik. Penyusunan layout
usulan 3 membuat operator bekerja lebih cepat menyelesaikan pekerjaannya lebih cepat
dibandingkan dengan layout sebelum-sebelumnya yaitu layout awal, layout usulan 1, serta
layout usulan 2.
4.7 Pembahasan Uji Keseragaman Data pada Masing-masing Layout
Adapun pembahasan uji keseragaman pada pengolahan data masing-masing layout akan
dibahas sebagai berikut:
1. Layout awal
Pada layout awal, diperoleh nilai Batas Kontrol Atas (BKA) sebesar 106,6 Batas
Kontrol Bawah (BKB) sebesar 68 dan Standar Deviasi (SD) sebesar 4,20 dengan waktu
rata-rata perakitan mobil mainan per unit pada layout ini yaitu 84,8 detik. Dari hasil
yang diperoleh dari nilai-nilai dan grafik pada pembahasan sebelumnya dapat dilihat
bahwa data yang diperoleh pada layout awal ini masih dalam range batas kontrol.
Dengan demikian, maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat data yang harus yang
harus dibuang karena berada di luar batas kontrol keseragaman data.
2. Layout usulan 1
Pada layout usulan 1, diperoleh nilai Batas Kontrol Atas (BKA) sebesar 103,24 Batas
Kontrol Bawah (BKB) sebesar 61,16 dan Standar Deviasi (SD) sebesar 5,26 dengan
waktu rata-rata perakitan mobil mainan per unit pada layout ini yaitu 82,2 detik. Dari
hasil yang diperoleh dari nilai-nilai dan grafik pada pembahasan sebelumnya dapat
dilihat bahwa data yang diperoleh pada layout usulan 1 masih dalam batas range
kontrol. Dengan demikian, maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat data yang
harus yang harus dibuang karena berada di luar batas kontrol keseragaman data.
3. Layout usulan 2
Pada layout usulan 2, diperoleh nilai Batas Kontrol Atas (BKA) sebesar 102,96 Batas
Kontrol Bawah (BKB) sebesar 58,24 dan Standar Deviasi (SD) sebesar 5,59 dengan
waktu rata-rata perakitan mobil mainan per unit pada layout ini yaitu 80,6 detik. Dari
hasil yang diperoleh dari nilai-nilai dan grafik pada pembahasan sebelumnya dapat
dilihat bahwa data yang diperoleh pada layout usulan 2 masih dalam batas range
kontrol. Dengan demikian, maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat data yang
harus yang harus dibuang karena berada di luar batas kontrol keseragaman data.
4. Layout usulan 3
Pada layout usulan 3, diperoleh nilai Batas Kontrol Atas (BKA) sebesar 83,04 Batas
Kontrol Bawah (BKB) sebesar 51,36dan Standar Deviasi (SD) sebesar 3,96 dengan
waktu rata-rata perakitan mobil mainan per unit pada layout ini yaitu 67,2 detik. Dari
hasil yang diperoleh dari nilai-nilai dan grafik pada pembahasan sebelumnya dapat
dilihat bahwa data yang diperoleh pada layout usulan 3 masih dalam range batas-batas
kontrol. Dengan demikian, maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat data yang
harus dibuang karena berada di luar batas kontrol keseragaman data.
4.8 Pembahasan Uji Kecukupan Data pada Masing-masing Layout
Adapun pembahasan perhitungan mengenai uji kecukupan data untuk masing-masing
layout akan dibahas lebih lanjut di bawah ini:
1. Layout awal
Setelah dilakukan uji kecukupan data untuk layout awal, data yang diperoleh
dinyatakan tidak cukup karena N’ yang diperoleh sebesar 33 data sehingga perlu
dilakukan pengulangan data.
2. Layout usulan 1
Setelah dilakukan uji kecukupan data untuk layout usulan 1, data yang diperoleh
dinyatakan tidak cukup karena N’ yang diperoleh sebesar 7,86 data ≈ 8 data sehingga
perlu dilakukan pengulangan data.
3. Layout usulan 2
Setelah dilakukan uji kecukupan data untuk layout usulan 2, data yang diperoleh
dinyatakan cukup karena N’ yang diperoleh sebesar 1,41 data ≈ 2 data, sehingga tidak
perlu dilakukan pengulangan data.
4. Layout usulan 3
Setelah dilakukan tes kecukupan data maka untuk layout usulan 3, data yang diperoleh
dinyatakan tidak cukup karena N’ yang diperoleh sebesar 9,32 data ≈ 10 data sehingga
perlu dilakukan pengulangan data.
4.9 Pembahasan Faktor Penyesuaian dan Faktor Allowance
Faktor penyesuaian adalah membandingkan kecepatan kerja operator yang diamati dengan
konsep analisa tentang kecepatan kerja normal untuk menyelesaikan suatu operasi kerja
atau aktivitas untuk menilai (mengevaluasi) kecepatan kerja operator, maksudnya agar
waktu kerja yang diukur dapat dinormalkan kembali dengan faktor penyesuaian tersebut.
Faktor allowance atau kelonggaran adalah faktor kelonggaran waktu atau dengan kata lain
merupakan suatu faktor yang harus diberikan kepada waktu kerja operator, karena dalam
pekerjaannya operator seringkali terganggu oleh hal-hal yang tidak diinginkan namun
bersifat alamiah.
4.9.1 Faktor Penyesuaian
Adapun nilai faktor penyesuaian adalah 1,11 dengan pembahasan sebagai berikut:
1. Skill = +0,03 (Good).
Nilai ini dipilih karena operator memiliki skill atau kemampuan yang cukup baik dalam
melakukan pekerjaannya.
2. Effort = +0,05 (Good).
Nilai ini dipilih karena operator memiliki usaha yang cukup baik dalam menyelesaikan
pekerjaannya.
3. Condition = +0,02 (Good).
Nilai ini dipilih karena pada saat pengamatan operator terlihat berada dalam kondisi
kerja yang baik.
4. Consistency = +0,01 (Good).
Nilai ini dipilih karena operator bekerja dengan konsisten.
4.9.2 Faktor Allowance
Kelonggaran pada operator yang diberikan adalah sebesar 4,1 % dengan rincian sebagai
berikut:
1. Tenaga yang dikeluarkan
Pada pengamatan operator bekerja dengan tenaga yang cukup besar, sehingga
allowance yang diberikan untuk tenaga yang dikeluarkan adalah 1,2%.
2. Gerakan
Pada pengamatan operator bekerja dengan gerakan yang sangat normal maka
allowance yang diberikan adalah 0,8%.
3. Sikap Kerja
Pada pengamatan operator bekerja dengan sikap kerja yang ringan yaitu bekerja duduk
tanpa membebani organ tubuh lainnya, maka allowance yang diberikan untuk sikap
kerja hanya 0,8%
4. Temperatur Tempat Kerja
Pada pengamatan operator bekerja dengan temperatur kerja yang normal yaitu, antara
220C-280C sehingga allowance yang diberikan untuk temperatur tempat kerja adalah
0,9%.
5. Keadaan Atmosfer
Pada pengamatan perator bekerja pada ruang yang bersirkulasi udara yang cukup baik
dan tidak berdebu ataupun gas-gas beracun yang berbahaya, sehingga allowance yang
diberikan adalah sebesar 0,6%.
6. Kelelahan Mata
Pada pengamatan operator bekerja dengan pandangan yang terus menerus dan harus
teliti dalam menyusun komponen-komponen mobil mainan, sehingga allowance yang
diberikan untuk kelelahan mata adalah 1,0%.
7. Keadaan Lingkungan
Pada pengamatan operator bekerja pada lingkungan yang tidak terlalu bising dan siklus
kerja yang berulang-ulang, sehingga allowance yang diberikan untuk keadaan
lingkungan adalah 0,7%.
4.10 Pembahasan Waktu Normal pada Masing-masing Layout
Waktu normal ditetapkan dari elemen-elemen gerakan kerja yang dilakukan oleh operator.
Adapun pembahasan waktu normal dari masing-masing layout adalah sebagai berikut:
1. Layout awal
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan pada pembahasan sebelumnya,
maka waktu normal yang diperoleh untuk layout awal sebesar 76,39 detik/unit.
2. Layout usulan 1
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan pada pembahasan sebelumnya,
maka waktu normal yang diperoleh untuk layout usulan 1 sebesar 74,05 detik/unit.
3. Layout usulan 2
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan pada pembahasan sebelumnya,
maka waktu normal yang diperoleh untuk layout usulan 2 sebesar 72,61 detik/unit.
4. Layout usulan 3
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan pada pembahasan sebelumnya,
maka waktu normal yang diperoleh untuk layout usulan 3 sebesar 60,54 detik/unit.
4.11 Pembahasan Waktu Baku pada Masing-masing Layout
Waktu baku ditetapkan tergantung dari waktu normal dan nilai allowance berdasarkan
faktor-faktor yang berpengaruh. Adapun pembahasan waktu baku dari masing-masing
layout adalah sebagai berikut:
1. Layout awal
Adapun hasil pengamatan yang telah dilakukan pada pembahasan sebelumnya, maka
diperoleh waktu baku untuk layout awal yaitu 81,26 detik/unit.
2. Layout usulan 1
Adapun hasil pengamatan yang telah dilakukan pada pembahasan sebelumnya, maka
diperoleh waktu baku untuk layout awal yaitu 78,77 detik/unit.
3. Layout usulan 2
Adapun hasil pengamatan yang telah dilakukan pada pembahasan sebelumnya, maka
diperoleh waktu baku untuk layout awal yaitu 77,24 detik/unit.
4. Layout usulan 3
Adapun hasil pengamatan yang telah dilakukan pada pembahasan sebelumnya, maka
diperoleh waktu baku untuk layout awal yaitu 64,40 detik/unit.