BAB IV(1)

16
BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisa Penggunaan Peta Tangan Kanan Tangan Kiri Adapun penggunaan peta tangan kanan tangan kiri dalam perakitan mobil mainan ini adalah untuk menentukan gerakan- gerakan yang efisien, yaitu gerakan-gerakan yang memang diperlukan dalam melakukan perakitan mobil mainan oleh operator. Peta ini menggambarkan semua gerakan saat bekerja dan waktu menganggur yang dilakukan oleh tangan kiri dan tangan kanan, juga menunjukkan perbandingan antara tugas yang dibebankan pada tangan kiri-dan tangan kanan ketika melakukan suatu pekerjaan. Melalui peta ini kita bisa melihat semua operasi perakitan mobil mainan secara cukup lengkap, yang dapat digunakan sebagai patokan untuk memperbaiki operasi perakitan mobil mainan selanjutnya. Peta ini sangat praktis untuk memperbaiki suatu pekerjaan manual, yakni saat setiap siklus dari operator terjadi dengan cepat terus berulang. Itulah sebabnya dengan menggunakan peta ini kita bisa melihat dengan jelas pola-pola gerakan yang tidak efisien dan atau bisa melihat adanya pelanggaran terhadap prinsip-prinsip ekonomi gerakan yang terjadi pada saat pekerjaan manual tersebut berlangsung. 4.2 Analisis Penggunaan Peta Aliran Proses

Transcript of BAB IV(1)

Page 1: BAB IV(1)

BAB IV

ANALISA DAN PEMBAHASAN

4.1 Analisa Penggunaan Peta Tangan Kanan Tangan Kiri

Adapun penggunaan peta tangan kanan tangan kiri dalam perakitan mobil mainan ini

adalah untuk menentukan gerakan-gerakan yang efisien, yaitu gerakan-gerakan yang

memang diperlukan dalam melakukan perakitan mobil mainan oleh operator. Peta ini

menggambarkan semua gerakan saat bekerja dan waktu menganggur yang dilakukan oleh

tangan kiri dan tangan kanan, juga menunjukkan perbandingan antara tugas yang

dibebankan pada tangan kiri-dan tangan kanan ketika melakukan suatu pekerjaan. Melalui

peta ini kita bisa melihat semua operasi perakitan mobil mainan secara cukup lengkap,

yang dapat digunakan sebagai patokan untuk memperbaiki operasi perakitan mobil mainan

selanjutnya. Peta ini sangat praktis untuk memperbaiki suatu pekerjaan manual, yakni saat

setiap siklus dari operator terjadi dengan cepat terus berulang. Itulah sebabnya dengan

menggunakan peta ini kita bisa melihat dengan jelas pola-pola gerakan yang tidak efisien

dan atau bisa melihat adanya pelanggaran terhadap prinsip-prinsip ekonomi gerakan yang

terjadi pada saat pekerjaan manual tersebut berlangsung.

4.2 Analisis Penggunaan Peta Aliran Proses

Adapun penggunaan peta aliran proses pada proses perakitan mobil mainan ini adalah

untuk menggambarkan seluruh aktivitas operator dalam melakukan suatu proses perakitan

mulai dari awal sampai akhir perakitan. Pada peta aliran proses, seluruh aktivitas operator

digambarkan secara berurutan dari awal hingga akhir, kemudian ditentukan jenis aktivitas

yang dikerjakan oleh operator melalui beberapa aktivitas yaitu operasi, pemeriksaan,

transportasi, menunggu, ataupun penyimpanan. Sama halnya dengan peta tangan kanan

tangan kiri, peta ini juga digunakan untuk memperbaiki suatu pekerjaan manual, yakni saat

setiap siklus dari operator terjadi dengan cepat terus berulang. Dengan menggunakan peta

ini kita bisa melihat dengan jelas aktivitas-aktivitas yang tidak efisien dan atau bisa melihat

adanya pelanggaran terhadap prinsip-prinsip ekonomi gerakan yang terjadi pada saat

pekerjaan manual tersebut berlangsung.

Page 2: BAB IV(1)

4.3 Analisa Gerakan Efektif dan Inefektif Berdasarkan Elemen-Elemen Gerakan Therblig

Setelah dilakukan pemetaan pada peta tangan kanan dan tangan kiri, dapat dianalisa

gerakan mana saja yang menjadi gerakan efektif dan gerakan inefektif pada layout awal,

layout usulan 1, layout usulan 2, dan layout usulan 3. Adapun analisa tersebut adalah

sebagai berikut ini:

1. Layout awal

Pada layout awal, keseluruhan gerakan yang dilakukan adalah sebanyak 41 gerakan.

Gerakan therblig yang diperoleh adalah sebanyak lima gerakan, dimana kelima

gerakan tersebut merupakan gerakan yang efektif yaitu menjangkau, memegang,

membawa, merakit, dan meletakkan.

2. Layout usulan 1

Pada layout usulan 1, keseluruhan gerakan yang dilakukan adalah sebanyak 36

gerakan, dalam hal ini terjadi pengurangan gerakan karena sebelumnya pada layout

awal berjumlah 41 gerakan. Gerakan Therblig yang diperoleh adalah sebanyak lima

gerakan, dimana dari kelima gerakan tersebut tidak terdapat gerakan yang inefektif,

gerakan Therblig yang diperoleh yaitu menjangkau, memegang, membawa, merakit,

dan meletakkan.

3. Layout usulan 2

Pada layout usulan 2, keseluruhan gerakan yang dilakukan adalah sebanyak 37

gerakan, dalam hal ini terjadi penambahan satu macam gerakan yang sebelumnya pada

layout usulan 1 hanya berjumlah 36 gerakan. Gerakan Therblig yang diperoleh adalah

sebanyak lima gerakan, dimana dari kelima gerakan tersebut merupakan gerakan yang

efektif yaitu menjangkau, memegang, membawa, merakit, dan meletakkan.

4. Layout usulan 3

Pada layout usulan 3, keseluruhan gerakan yang dilakukan adalah sebanyak 41

gerakan, dalam hal ini terjadi penambahan lima gerakan dari layout usulan 1 yang

semula berjumlah 36 gerakan dan penambahan empat gerakan dari layout usulan 2

yang sebelumnya berjumlah 37 gerakan, serta memiliki jumlah gerakan yang sama

dengan layout awal yaitu 41 gerakan. Gerakan Therblig yang diperoleh adalah

sebanyak lima gerakan, dimana dari kelima gerakan tersebut merupakan gerakan yang

efektif yaitu menjangkau, memegang, membawa, merakit, dan meletakkan.

Page 3: BAB IV(1)

4.4 Analisa Kondisi Masing-Masing Layout

Kondisi masing-masing dari setiap layout, baik layout awal, layout usulan 1, layout usulan

2, ataupun layout usulan 3, dapat mempengaruhi kinerja dari operator dalam melakukan

perakitan. Adapun analisa dari setiap layout tersebut adalah sebagai berikut:

1. Layout awal

Pada layout awal ini, jarak tangan kanan operator ke roda 43 cm, ke aksesoris 35 cm,

ke body 20 cm, ke mesin 40 cm, ke baut 37 cm, ke sasis 32 cm, dan yang terakhir ke

tempat obeng 12cm. Sedangkan untuk jarak tangan kiri operator ke setiap elemen

mobil mainan diperoleh jarak tangan kiri operator ke roda 43 cm, ke aksesoris 35 cm,

ke body 20 cm, ke mesin 40 cm, ke baut 37 cm, ke sasis 32 cm, dan yang terakhir ke

tempat obeng 12 cm.

2. Layout usulan 1

Pada layout usulan 1 jarak tangan kanan operator ke roda 17 cm, ke aksesoris 50 cm,

ke body 25 cm, ke mesin 22 cm, ke baut 30 cm, ke sasis 45 cm, dan yang terakhir ke

tempat obeng 20 cm. Sedangkan jarak tangan kiri operator ke setiap elemen mobil

mainan diperoleh jarak tangan kiri operator ke roda 45 cm, ke aksesoris 25 cm, ke body

50 cm, ke mesin 22 cm, ke baut 30 cm, ke sasis 18 cm, dan yang terakhir ke tempat

obeng 28 cm.

3. Layout usulan 2

Pada layout usulan 2 jarak tangan kanan operator ke roda 28 cm, ke aksesoris 45 cm,

ke body 50 cm, ke mesin 21 cm, ke baut 35 cm, ke sasis 50 cm, dan yang terakhir ke

tempat obeng 40 cm. Adapun jarak tangan kiri operator ke setiap elemen mobil mainan

diperoleh jarak tangan kiri operator ke roda 45 cm, ke aksesoris 28 cm, ke body 50 cm,

ke mesin 21 cm, ke baut 35 cm, ke sasis 50 cm, dan ke tempat obeng 20 cm.

4. Layout usulan 3

Pada layout usulan 3 arak tangan kanan operator ke roda 20 cm, ke aksesoris 45 cm, ke

body 50 cm, ke mesin 21 cm, ke baut 35 cm, ke sasis 50 cm, dan yang terakhir ke

tempat obeng 40 cm. Adapun jarak tangan kiri operator ke setiap elemen mobil mainan

diperoleh jarak tangan kiri operator ke roda 45 cm, ke aksesoris 28 cm, ke body 50 cm,

ke mesin 21 cm, ke baut 35 cm, ke sasis 50 cm, dan ke tempat obeng 20 cm.

Page 4: BAB IV(1)

4.5 Analisa Faktor Pengaruh Keefektifan Gerakan Kerja

Faktor ketelitian, penggunaan pengelihatan, jarak, dan berat beban merupakan faktor-

faktor yang mempengaruhi waktu yang dibutuhkan untuk melakukan suatu gerakan.

Analisa faktor-faktor tersebut dari setiap layout adalah sebagai berikut:

1. Layout Awal

Adapun yang menjadi faktor yang mempengaruhi keefektifan gerakan kerja pada

layout awal yaitu jarak, faktor eksternal seperti suhu dan kebisingan ruangan, serta

keadaan operator itu sendiri. Jarak menjadi faktor pertama yang mempengaruhi

keefektifan gerakan kerja pada layout awal ini, operator agak kesulitan menjangkau

komponen-komponen mobil mainan yang jaraknya berjauhan. Operator juga belum

terbiasa dalam merakit mobil mainan sehingga berpengaruh ketika harus menyesuaikan

dengan kondisi layout yang ada, maka menghabiskan waktu yang lebih lama dalam

menyelesaikan perakitan, sehingga gerakan menjadi kurang efektif. Kondisi ruangan

yang kondusif juga mempengaruhi kinerja dari operator, semakin kondusif suatu

ruangan, baik dari keadaan suhu yang baik maupun jauh dari kebisingan,

memungkinkan operator bekerja lebih efektif.

2. Layout Usulan 1

Pada layout usulan 1, tata letak dari komponen-komponen mobil mainan yang akan

dirakit sudah lebih rapi daripada layout sebelumnya, namun jarak antar komponen

masih cukup jauh sehingga masih kurang efektif. Pada layout ini operator sudah mulai

terbiasa dalam melakukan perakitan mobil mainan, sehingga kerja dari operator dalam

merakit semakin efektif. Dalam hal ini juga, kondisi ruangan yang kondusif juga

mempengaruhi kinerja dari operator, semakin kondusif suatu ruangan, baik dari

keadaan suhu yang baik maupun jauh dari kebisingan, memungkinkan operator bekerja

lebih efektif.

3. Layout Usulan 2

Pada layout usulan 2, kinerja operator dalam merakit mobil mainan semakin efektif,

karena susunan dari komponen-komponen mobil mainan tersusun rapi, dan jarak antar

komponen mudah dijangkau oleh operator. Jarak yang mudah dijangkau,

memungkinkan operator mengurangi gerakan-gerakan yang kurang efektif. Selain itu

juga, semakin terbiasanya operator dalam melakukan perakitan mobil mainan menjadi

faktor semakin efektifnya kinerja dari operator, karena operator sudah dapat

Page 5: BAB IV(1)

mengurangi gerakan-gerakan yang tidak efektif selama perakitan. Sama seperti layout-

layout sebelumnya, kondisi ruangan yang kondusif juga mempengaruhi kinerja dari

operator, semakin kondusif suatu ruangan, baik dari keadaan suhu yang baik maupun

jauh dari kebisingan, memungkinkan operator bekerja lebih efektif.

4. Layout Usulan 3

Pada layout usulan 3, kinerja operator dalam merakit mobil mainan semakin cepat dan

efektif, hal ini ditunjang oleh penentuan tata letak komponen-komponen mobil mainan

yang semakin rapi, dan jarak antar komponen semakin dekat. Operator juga sudah

terbiasa dalam melakukan perakitan, sehingga kinerja operator semakin cepat dan

efektif. Dalam hal ini juga, kondisi ruangan yang kondusif juga mempengaruhi kinerja

dari operator, semakin kondusif suatu ruangan, baik dari keadaan suhu yang baik

maupun jauh dari kebisingan, memungkinkan operator bekerja lebih efektif.

4.6 Analisa Layout yang Paling Efektif

Dari keempat layout yang telah diuji, layout usulan 3 merupakan layout yang paling

efektif. Pada penyusunan layout usulan 3, operator melakukan pemindahan komponen-

komponen mobil mainan yang diperkirakan lebih sesuai dan efektif bagi operator dalam

merakit mobil mainan. Pada layout usulan 3 arak tangan kanan operator ke roda 20 cm, ke

aksesoris 45 cm, ke body 50 cm, ke mesin 21 cm, ke baut 35 cm, ke sasis 50 cm, dan yang

terakhir ke tempat obeng 40 cm. Adapun jarak tangan kiri operator ke setiap elemen mobil

mainan diperoleh jarak tangan kiri operator ke roda 45 cm, ke aksesoris 28 cm, ke body 50

cm, ke mesin 21 cm, ke baut 35 cm, ke sasis 50 cm, dan ke tempat obeng 20 cm.

Pada layout usulan 3, operator menempuh waktu rata-rata perakitan untuk setiap unit mobil

mainan dengan waktu 67,2 detik dan waktu totalnya adalah 336 detik. Penyusunan layout

usulan 3 membuat operator bekerja lebih cepat menyelesaikan pekerjaannya lebih cepat

dibandingkan dengan layout sebelum-sebelumnya yaitu layout awal, layout usulan 1, serta

layout usulan 2.

Page 6: BAB IV(1)

4.7 Pembahasan Uji Keseragaman Data pada Masing-masing Layout

Adapun pembahasan uji keseragaman pada pengolahan data masing-masing layout akan

dibahas sebagai berikut:

1. Layout awal

Pada layout awal, diperoleh nilai Batas Kontrol Atas (BKA) sebesar 106,6 Batas

Kontrol Bawah (BKB) sebesar 68 dan Standar Deviasi (SD) sebesar 4,20 dengan waktu

rata-rata perakitan mobil mainan per unit pada layout ini yaitu 84,8 detik. Dari hasil

yang diperoleh dari nilai-nilai dan grafik pada pembahasan sebelumnya dapat dilihat

bahwa data yang diperoleh pada layout awal ini masih dalam range batas kontrol.

Dengan demikian, maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat data yang harus yang

harus dibuang karena berada di luar batas kontrol keseragaman data.

2. Layout usulan 1

Pada layout usulan 1, diperoleh nilai Batas Kontrol Atas (BKA) sebesar 103,24 Batas

Kontrol Bawah (BKB) sebesar 61,16 dan Standar Deviasi (SD) sebesar 5,26 dengan

waktu rata-rata perakitan mobil mainan per unit pada layout ini yaitu 82,2 detik. Dari

hasil yang diperoleh dari nilai-nilai dan grafik pada pembahasan sebelumnya dapat

dilihat bahwa data yang diperoleh pada layout usulan 1 masih dalam batas range

kontrol. Dengan demikian, maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat data yang

harus yang harus dibuang karena berada di luar batas kontrol keseragaman data.

3. Layout usulan 2

Pada layout usulan 2, diperoleh nilai Batas Kontrol Atas (BKA) sebesar 102,96 Batas

Kontrol Bawah (BKB) sebesar 58,24 dan Standar Deviasi (SD) sebesar 5,59 dengan

waktu rata-rata perakitan mobil mainan per unit pada layout ini yaitu 80,6 detik. Dari

hasil yang diperoleh dari nilai-nilai dan grafik pada pembahasan sebelumnya dapat

dilihat bahwa data yang diperoleh pada layout usulan 2 masih dalam batas range

kontrol. Dengan demikian, maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat data yang

harus yang harus dibuang karena berada di luar batas kontrol keseragaman data.

4. Layout usulan 3

Pada layout usulan 3, diperoleh nilai Batas Kontrol Atas (BKA) sebesar 83,04 Batas

Kontrol Bawah (BKB) sebesar 51,36dan Standar Deviasi (SD) sebesar 3,96 dengan

waktu rata-rata perakitan mobil mainan per unit pada layout ini yaitu 67,2 detik. Dari

hasil yang diperoleh dari nilai-nilai dan grafik pada pembahasan sebelumnya dapat

Page 7: BAB IV(1)

dilihat bahwa data yang diperoleh pada layout usulan 3 masih dalam range batas-batas

kontrol. Dengan demikian, maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat data yang

harus dibuang karena berada di luar batas kontrol keseragaman data.

4.8 Pembahasan Uji Kecukupan Data pada Masing-masing Layout

Adapun pembahasan perhitungan mengenai uji kecukupan data untuk masing-masing

layout akan dibahas lebih lanjut di bawah ini:

1. Layout awal

Setelah dilakukan uji kecukupan data untuk layout awal, data yang diperoleh

dinyatakan tidak cukup karena N’ yang diperoleh sebesar 33 data sehingga perlu

dilakukan pengulangan data.

2. Layout usulan 1

Setelah dilakukan uji kecukupan data untuk layout usulan 1, data yang diperoleh

dinyatakan tidak cukup karena N’ yang diperoleh sebesar 7,86 data ≈ 8 data sehingga

perlu dilakukan pengulangan data.

3. Layout usulan 2

Setelah dilakukan uji kecukupan data untuk layout usulan 2, data yang diperoleh

dinyatakan cukup karena N’ yang diperoleh sebesar 1,41 data ≈ 2 data, sehingga tidak

perlu dilakukan pengulangan data.

4. Layout usulan 3

Setelah dilakukan tes kecukupan data maka untuk layout usulan 3, data yang diperoleh

dinyatakan tidak cukup karena N’ yang diperoleh sebesar 9,32 data ≈ 10 data sehingga

perlu dilakukan pengulangan data.

4.9 Pembahasan Faktor Penyesuaian dan Faktor Allowance

Faktor penyesuaian adalah membandingkan kecepatan kerja operator yang diamati dengan

konsep analisa tentang kecepatan kerja normal untuk menyelesaikan suatu operasi kerja

atau aktivitas untuk menilai (mengevaluasi) kecepatan kerja operator, maksudnya agar

waktu kerja yang diukur dapat dinormalkan kembali dengan faktor penyesuaian tersebut.

Page 8: BAB IV(1)

Faktor allowance atau kelonggaran adalah faktor kelonggaran waktu atau dengan kata lain

merupakan suatu faktor yang harus diberikan kepada waktu kerja operator, karena dalam

pekerjaannya operator seringkali terganggu oleh hal-hal yang tidak diinginkan namun

bersifat alamiah.

4.9.1 Faktor Penyesuaian

Adapun nilai faktor penyesuaian adalah 1,11 dengan pembahasan sebagai berikut:

1. Skill = +0,03 (Good).

Nilai ini dipilih karena operator memiliki skill atau kemampuan yang cukup baik dalam

melakukan pekerjaannya.

2. Effort = +0,05 (Good).

Nilai ini dipilih karena operator memiliki usaha yang cukup baik dalam menyelesaikan

pekerjaannya.

3. Condition = +0,02 (Good).

Nilai ini dipilih karena pada saat pengamatan operator terlihat berada dalam kondisi

kerja yang baik.

4. Consistency = +0,01 (Good).

Nilai ini dipilih karena operator bekerja dengan konsisten.

4.9.2 Faktor Allowance

Kelonggaran pada operator yang diberikan adalah sebesar 4,1 % dengan rincian sebagai

berikut:

1. Tenaga yang dikeluarkan

Pada pengamatan operator bekerja dengan tenaga yang cukup besar, sehingga

allowance yang diberikan untuk tenaga yang dikeluarkan adalah 1,2%.

2. Gerakan

Pada pengamatan operator bekerja dengan gerakan yang sangat normal maka

allowance yang diberikan adalah 0,8%.

Page 9: BAB IV(1)

3. Sikap Kerja

Pada pengamatan operator bekerja dengan sikap kerja yang ringan yaitu bekerja duduk

tanpa membebani organ tubuh lainnya, maka allowance yang diberikan untuk sikap

kerja hanya 0,8%

4. Temperatur Tempat Kerja

Pada pengamatan operator bekerja dengan temperatur kerja yang normal yaitu, antara

220C-280C sehingga allowance yang diberikan untuk temperatur tempat kerja adalah

0,9%.

5. Keadaan Atmosfer

Pada pengamatan perator bekerja pada ruang yang bersirkulasi udara yang cukup baik

dan tidak berdebu ataupun gas-gas beracun yang berbahaya, sehingga allowance yang

diberikan adalah sebesar 0,6%.

6. Kelelahan Mata

Pada pengamatan operator bekerja dengan pandangan yang terus menerus dan harus

teliti dalam menyusun komponen-komponen mobil mainan, sehingga allowance yang

diberikan untuk kelelahan mata adalah 1,0%.

7. Keadaan Lingkungan

Pada pengamatan operator bekerja pada lingkungan yang tidak terlalu bising dan siklus

kerja yang berulang-ulang, sehingga allowance yang diberikan untuk keadaan

lingkungan adalah 0,7%.

4.10 Pembahasan Waktu Normal pada Masing-masing Layout

Waktu normal ditetapkan dari elemen-elemen gerakan kerja yang dilakukan oleh operator.

Adapun pembahasan waktu normal dari masing-masing layout adalah sebagai berikut:

1. Layout awal

Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan pada pembahasan sebelumnya,

maka waktu normal yang diperoleh untuk layout awal sebesar 76,39 detik/unit.

2. Layout usulan 1

Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan pada pembahasan sebelumnya,

maka waktu normal yang diperoleh untuk layout usulan 1 sebesar 74,05 detik/unit.

Page 10: BAB IV(1)

3. Layout usulan 2

Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan pada pembahasan sebelumnya,

maka waktu normal yang diperoleh untuk layout usulan 2 sebesar 72,61 detik/unit.

4. Layout usulan 3

Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan pada pembahasan sebelumnya,

maka waktu normal yang diperoleh untuk layout usulan 3 sebesar 60,54 detik/unit.

4.11 Pembahasan Waktu Baku pada Masing-masing Layout

Waktu baku ditetapkan tergantung dari waktu normal dan nilai allowance berdasarkan

faktor-faktor yang berpengaruh. Adapun pembahasan waktu baku dari masing-masing

layout adalah sebagai berikut:

1. Layout awal

Adapun hasil pengamatan yang telah dilakukan pada pembahasan sebelumnya, maka

diperoleh waktu baku untuk layout awal yaitu 81,26 detik/unit.

2. Layout usulan 1

Adapun hasil pengamatan yang telah dilakukan pada pembahasan sebelumnya, maka

diperoleh waktu baku untuk layout awal yaitu 78,77 detik/unit.

3. Layout usulan 2

Adapun hasil pengamatan yang telah dilakukan pada pembahasan sebelumnya, maka

diperoleh waktu baku untuk layout awal yaitu 77,24 detik/unit.

4. Layout usulan 3

Adapun hasil pengamatan yang telah dilakukan pada pembahasan sebelumnya, maka

diperoleh waktu baku untuk layout awal yaitu 64,40 detik/unit.

Page 11: BAB IV(1)