Post on 24-May-2020
85
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
pendekatan Penelitian Pengembangan (Research and
Development) yaitu penelitian yang digunakan untuk
menghasilkan produk dan menguji kelayakan produk
tersebut. Pada Bab ini memuat gambaran tentang
temuan-temuan yang diperoleh dari penelitian pada
tiap tahap meliputi: (1) Hasil studi pendahuluan
tentang program kemitraan sekolah dan orang tua
yang selama ini dilaksanakan di SMA Kristen 1
Salatiga; (2) Pengembangan model kemitraan sekolah
dan orang tua di sekolah menengah swasta. Dalam
model tersebut terdapat panduan pelaksanaan
program yang dapat diikuti oleh beberapa pihak
sekolah dan orang tua para peserta didik.
2.1. Profil SMA Kristen 1 Salatiga
SMA Kristen 1 Salatiga terletak di Jalan
Osamaliki 32 Salatiga, Provinsi Jawa Tengah.Sekolah
ini berada dibawah naungan Yayasan Perguruan
Kristen Pusat.Sekolah ini memiliki 21 rombongan
belajar dari kelas 11 sampai 12. Setiap tingkat
memiliki 1 kelas Bahasa, 3 kelas IPA dan 3 kelas IPS
dengan jumlah seluruh siswa adalah 584. Program-
program serta kegiatan-kegiatan yang disusun oleh
SMA Kristen 1 Salatiga selalu bersandar pada Visi
86
dan Misi SMA Kristen 1 Salatiga dengan
memperhatikan juga tujuan sekolah.
Visi SMA Kristen 1 Salatiga yaitu berkarakter,
berprestasi serta peduli lingkungan atas kesadaran
diri berdasarkan firman Tuhan, sedangkan misinya
meliputi: (1) meningkatkan pembinaan kerohanian
secara intensi melalui pembiasaan maupun kegiatan
kerohanian di sekolah; (2) menumbuh kembangkan
karakter Kristiani melalui berbagai kegiatan dan
pelayanan; (3) meningkatkan budi pekerti yang
berakar pada nilai-nilai karakter dan budaya bangsa
serta kasih Kristus; (4) Memadukan unsur
pendidikan yang mencakup segi-segi religiusitas,
humanitas, sosialitas, dan intelektualitas melalui
kegiatan intrakurikuler maupun ekstrakurikuler
sebagai upaya untuk menghantarkan peserta didik
menjadi insan yang bermartabat; (5) menumbuhkan
kesadaran dan kepedulian terhadap lingkungan, bagi
seluruh warga sekolah melalui berbagai kegiatan-
kegiatan pembiasaan di sekolah; (6) menerapkan
strategi strategi untuk mewujudkan sekolah
Adiwiyata; (7) menumbuhkan disiplin dan semangat
kerja yang tinggi dalam rangka mewujudkan sikap
hidup yang mandiri; (8) menumbuhan sikap mandiri
dan percaya diri dengan memberikan bekal
kecakapan hidup (life skill); (9) menfasilitasi peserta
didik agar dapat menumbuh kembangkan bakat dan
minat sesuai dengan potensi yang dimiliki; (10)
87
menerapkan berbagai strategi positif dalam
pencapaian prestasi bidang akademik maupun non
akademik; (11) meningkatkan pelayanan belajar yang
efektif, kreatif dan menyenangkan (joyfull learning)
dengan dukungan sumber belajar yang memadai
sesuai tuntutan kurikulum 2013.
Setiap tahun SMA Kristen 1 Salatiga selalu
berusaha mengembangkan program-program yang
dimiliki. Beberapa program SMA Kristen 1 Salatiga
dapat dikatakan berhasil. Hal ini dibuktikan dengan
beberapa program misalnya program pendidikan
keluarga, program kewirausahaan dan program
wawasan kebangsaan telah dipilih pemerintah
menjadi program-program percontohan. Program
sekolah adiwiyata yang dilaksanakan oleh sekolah
juga akan maju di tingkat nasional.
2.2. Hasil Penelitian
2.2.1. Potensi dan Masalah
Pada tahap ini, peneliti melakukan survey
lapangan dan studi pustaka.Survey lapangan
dilakukan mulai bulan Juni 2016 untuk
mengumpulkan data tentang fakta yang berkaitan
dengan program pendidikan keluarga yang
berlangsung di SMA Kristen 1 Salatiga. Berdasarkan
hasil wawancara dan studi dokumentasi saat survey
lapangan disimpulkan bahwa SMA Kristen 1 Salatiga
sudah cukup menjalankan program pendidikan
88
keluarga dengan baik. Bahkan beberapa kegiatan
dalam program pendidikan keluarga di sekolah
tersebut sudah dilaksanakan sebelum sekolah
mendapatkan bantuan dana program kemitraan dari
pemerintah. Selain itu sekolah juga telah mulai
mengusahakan penggunaan media sosial sebagai
media penguat komunikasi antara sekolah dengan
orang tua serta stakeholder lainnya, namun
demikian dalam pengembangannya di bidang
manajemen belum maksimal. Permasalahan lain
yang ditemukan dalam penelitian ini adalah belum
adanya model yang dibuat sekolah terkait dengan
program pendidikan keluarga ini karena sekolah
baru memprogramkan kegiatan kemitraan menjadi
program pendidikan keluarga dalam satu tahun ini.
Sehingga dari hasil wawancara kepada kepala
sekolah, wakasek humas, guru BK serta tim
pengelola sistem informasi sekolah dirumuskanlah
model faktual program kemitraan sekolah dengan
orang tua di SMA Kristen 1 Salatiga yang akan
dipaparkan sebagai berikut. Model faktual kemitraan
ini juga menjadi acuan dalam pengembangan model
kemitraan Sekolah dengan Orang Tua melalui Media
Sosial.
Deskripsi pemaparan akan tersusun dalam
unsur manajemen berikut: (1) Perencanaan Program
Kemitraan Sekolah dengan Orang tua; (2)
Pengorganisasian Program Kemitraan Sekolah
89
dengan Orang tua; (3) Pelaksanaan Program
Kemitraan Sekolah dengan Orang tua; (4) Evaluasi
Program Kemitraan Sekolah dengan Orang tua.
Data mengenai program pendidikan keluarga
ini diperoleh melalui studi dokumentasi dan
wawancara dengan kepala sekolah, Ibu
Dra.Kriswinarti, Ibu Penta Karunia Hapsari, S.Pd
selaku wakil kepala sekolah bidang humas dan ketua
program pendidikan keluarga, Ibu Rina Purwanti,
S.Pd selaku guru BK dan koordinator kegiatan
kemitraan dan Bapak Ari Susilo Handoko, S.S selaku
pengelola sistem informasi sekolah. Pengumpulan
data tersebut dilakukan antara bulan Juni sampai
bulan November 2016.
Secara aktif SMA Kristen 1 Salatiga telah
memprakarsai beberapa program sesuai analisis
kebutuhan yang dilakukan sekolah. Beberapa
kegiatan dalam program pendidikan keluarga
sesungguhnya telah mulai dilaksanakan SMA Kristen
1 Salatiga sebelum pemerintah mencanangkan
program tersebut menjadi program resmi. Program
pendidikan keluarga yang dilaksanakan oleh sekolah
saat ini terdiri dari 2 bagian yaitu program
penguatan kemitraan keluarga dan program
penguatan ekosistem pendidikan. Selanjutnya akan
dipaparkan perencanaan, peng-organisasian,
pelaksanaan dan evaluasi program penguatan
90
kemitraan keluarga yang didalamnya terkait dengan
keterlibatan orang tua.
1) Perencanaan
Program kemitraan sekolah dengan
keluarga dan masyarakat telah diwujudkan oleh
SMA Kristen 1 Salatiga pada penyelenggaraan
pendidikan keluarga dalam 2 bentuk program
sekolah. Seperti yang sudah dipaparkan diatas,
kedua program kemitraan tersebut yaitu program
penguatan kemitraan keluarga dan program
penguatan ekosistem pendidikan. Program
penguatan kemitraan keluarga merupakan
program yang bertujuan untuk menguatkan
jalinan kemitraan antara orang tua maupun
masyarakat. Sedangkan program penguatan
ekosistem pendidikan menjadi sarana agar
terciptanya penguatan dari dalam sekolah itu
sendiri, baik dari guru, staff, karyawan maupun
kepala sekolah untuk mewujudkan jalinan
kemitraan yang harmonis dengan keluarga. Hal
ini disampaikan langsung oleh Kepala Sekolah
SMA Kristen 1 Salatiga:
Program pendidikan keluarga ada dua
program. Penguatan kemitraan berarti
bagaimana hubungan anatara orang tua
dan sekolah, yang kedua penguatan
ekosistem yaitu penguatan yang ada
didalam jadi anatara guru dengan siswa. (Kepala Sekolah, 15 Juni 2016)
Jadi karena ini sebenarnya dibagi menjadi
dua program karena bantuannya ada dua,
91
penguatan ekosistem dan program pendidikan keluarga. (Ketua program
pendidikan keluarga, 7 Oktober 2016)
Pernyataan tersebut dbuktikan dengan
adanya dokumen perjanjian kerjasama nomor 55/
C3.2/ KU/ 2015 antara pejabat pembuat
komitmen subdit pendidikan orang tua direktorat
pembinaan pendidikan keluarga direktorat
jenderal pendidikan anak usia dini dan
pendidikan masyarakat dengan SMA Kristen 1
Salatiga tentang penyelenggaraan program
penguatan kemitraan keluarga di satuan
pendidikan tahun 2015 serta perjanjian
kerjasama nomor PK-57/ C3.3 /KU / 2015 antara
pejabat pembuat komitmen subdit pendidikan
anak dan remaja direktorat jenderal pendidikan
anak usia dini dan pendidikan masyarakat
dengan SMA Kristen 1 Salatiga tentang
penyelenggaraan program pe-nguatan ekosistem
pendidikan tahun 2015.
Dalam rangka mewujudkan
penyelenggaraan pendidikan keluarga tersebut
sekolah sudah menjalin kemitraan dengan pihak
lain untuk mendukung pendidikan peserta didik.
Pihak sekolah telah menjalin kemitraan
diantaranya dengan orang tua/ wali murid,
universitas-universitas, Puskesmas/ DKK, PMI,
Polsek, Polres, Kodim, Praktisi, Psikologi, Lembaga
kursus Bahasa Mandarin “Sha Hua”, Dinas
92
Pendidikan dan Komite Sekolah. Beberapa
kegiatan yang sudah dilakukan sekolah dalam
penyelenggaraan pendidkan keluarga ini yaitu
meliputi pembinaan terhadap siswa dengan
narasumber dari masyarakat luar, pendampingan
pada guru dan orang tua, pembibing olimpiade/
mata pelajaran, pemeriksaan kesehatan siswa,
pemberian beasiswa studi lanjt dan pengelolaan
program/ kegiatan sekolah yang tentunya semua
itu melibatkan keluarga maupun masyarakat.
Berdasarkan studi dokumentasi dan hasil
wawancara dengan kepala sekolah, perencanaan
yang dilakukan oleh sekolah terkait dengan
program kemitraan dengan keluarga dan
masyarakat yaitu; (1) Koordinasi dengan tim
program kemitraan; (2) sosialisasi program
kemitraan kepada orang tua untuk mendapatkan
masukan dan saran, serta usulan program dari
orang tua dan masyarakat, mengidentifikasi
kebutuhan orang tua dan mendapatkan
dukungan orang tua. Sekolah juga telah
melakukan analisis kebutuhan dalam melakukan
perencanaan program kemitraan yaitu yang
terkait tentang kebutuhan orang tua, kondisi
siswa, kebutuhan dan kondisi sekolah serta
potensi partisipasi orang tua/ lembaga. Hal ini
juga diutarakan oleh ketua program sebagai
berikut:
93
Action plan yang awal kan kita susun disini
bersama tim, tapi kalo yang terakhir saya
susun disana pada saat bimtek. (Kepala
Sekolah, 6 Oktober 2016)
Sejak orangtua memasukan anaknya disini
ada sosialisasi program sekolah termasuk didalamnya bahwa ada website dan email
sekolah yang bisa dipakai orang tua
sementara, kemudian nomor hp, wali kelas
itu sudah kita sosialisasikan diawal
selalu.(Ketua program pendidikan keluarga,
24 Oktober 2016)
…sosialisasi misi, sosialisasi program
sekolah itu selalu ada dan setiap tahun ada.
…sehingga pada saat sosialisasi kita
sampaikan dan menyepakati komunikasi
yang mana yang paling banyak dan yang
akan digunakan selanjutnya ya menggunakan sms, telepon dan whatsapp
begitu.Jadi saat sosialisasi, mekanisme
penyampaian keluhan atau mekanisme
komunikasi disampaikan juga, sehingga
didalam materi itu ada nomor HP, Whatssapp wali kelas, guru BK, Kepala
Sekolah, dan email itu website sekolah, dan
kita menyerahkan orang tua mereka mau
pakai yang mana. (Kepala Sekolah, 26
Oktober 2016)
Hasil studi dokumentasi yang ditemukan
untuk mendukung pernyataan diatas meliputi
adanya dokumen Rencana Anggaran Biaya (RAB)
bantuan penguatan pendidikan keluarga SMA
Kristen 1 Salatiga yang ditandatangani oleh
pejabat pembuat komitmen kegiatan dan kepala
sekolah SMA Kristen 1 salatiga, foto-foto kegiatan
sosialisasi program serta angket untuk orang tua.
Pada tahun 2016 ini SMA Kristen 1 Salatiga
mendapatkan bantuan dana dari pemerintah
94
melalui program kemitraan sekolah dengan
keluarga dan masyarakat. Program itu telah
diresmikan pemerintah pada tahun
2015.Berdasarkan laporan awal yang dibuat oleh
SMA Kristen 1 Salatiga bulan Mei dan Juni 2016
terkait dengan bantuan penguatan ekosistem
pendidikan dan pendidikan kemitraan keluarga
dengan bukti transfernya, diketahui bahwa
melalui program tersebut SMA Kristen 1 Salatiga
mendapatkan sejumlah 25 juta sebagai bantuan
penguatan pendidikan kemitraan keluarga pada
bulan Mei 2016 dan 35 juta untuk bantuan
penguatan ekosistem pendidikan pada bulan Juni
2016. Dana tersebut sebagai dana bantuan
penyelenggaraan program kemitraan dari
pemerintah. Setelah melalui tahap evaluasi dan
program kemitraan SMA Kristen 1 Salatiga lolos
maka terdapat dana tambahan sebesar 35 juta
rupiah pada bulan September 2016 sebagai dana
penguatan program kemitraan tersebut. Dana ini
lah yang digunakan juga untuk melaksanakan
program pendidikan keluarga di SMA Kristen 1
Salatiga tahun 2016.
Banyak kegiatan dalam program pendidikan
keluarga sebenarnya telah dilaksanakan sebelum
pemerintah mencanangkan program pendidikan
keluarga secara resmi.Program pendidikan
keluarga yang telah diresmikan oleh pemerintah
95
menjadi penguatan bagi SMA Kristen 1 Salatiga
untuk melanjutkan program tersebut. Dana yang
dipercayakan pemerintah kepada SMA Kristen 1
Salatiga sebagai dana bantuan untuk
melaksanakan program kemitraan diakui sekolah
sebagai sarana yang dapat menguatkan atau
meningkatkan program pendidikan keluarga yang
telah dilaksanakan oleh sekolah. Hal ini
dinyatakan langsung oleh kepala sekolah,
demikian:
Kalau pemerintah itu sifatnya penguatan
karena bagi saya program itu sudah jalan,
dengan adanya dana dari pemerintah itu
sekolah itu diringankan untuk
merealisaikan programnya jadi pemerintah mendukung memberi kekuatan itu. (Kepala
Sekolah, 26 Oktober 2016)
Sebelum dana bantuan dari pemerintah
diturunkan, sekolah sendiri telah mempersiapkan
dan mengalokasikan dana untuk kegiatan-
kegiatan dalam program kemitraan tersebut
melalui dana operasional sekolah yang disusun
saat pembuatan RKAS (Rencana Kegiatan
Anggaran Sekolah)/ RAB (Rencana Anggaran
Biaya). Informasi ini didapatkan berdasarkan
studi domunetasi dan hasil wawancara kepada
kepala sekolah, dan diperkuat dengan pernyataan
Ibu Rina selaku guru BK dan koordinator
penguatan kemitraan:
Sekolah menganggarkan kegiatan kemitraan
ini melalui RKAS, Rencana Kegiatan
96
Anggaran Sekolah.RAB sekolah. (Kepala Sekolah, 26 Oktober 2016)
Secara dana kami juga menaganggarkan itu
dari operasional karena kalau BOS tidak
boleh untuk itu. (Koordinator program
kemitraan, 13 Oktober 2016)
Program kemitraan ini tidak hanya
menghabiskan dana operasional sekolah namun
justru sekolah memanfaatkan peluang dalam
program ini untuk menggali dana. Contohnya
pada kegiatan expo pendidikan, pihak universitas
yang hendak promosi dan membuka stand di
sekolah ditarik sejumlah biaya yang nantinya
akan dialokasikan untuk kegiatan kemitraan
sekolah yang lain. Penggalian dana oleh pihak
sekolah tidak hanya dilakukan pada program
kemitraan ini saja namun terdapat program
kewirausahaan yang digunakan untuk menggali
dana tambahan bagi dana operasional sekolah.
Hal tersebut diakui oleh kepala sekolah yang
mengatakan sebagai berikut:
Kalau SPP, uang sumbangan pendidikan itu kan konvensional tapi yang non
konvensional kita menggali dana dari
kegiata kewirausahaan, expo pendidikan
sponsorship seperti itu. Itu nanti sebagai
uang masuk, kemudian diposkan lagi untuk kegiatan kegiatan seperti itu termasuk
kegiatan kesiswaan. (Kepala Sekolah, 26
Oktober 2016)
Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat
dilihat bahwa SMA Kristen 1 Salatiga memang
sudah siap menjalankan program kemitraan yang
97
dicanagkan oleh pemerintah. Sekolah ini juga
berhak menjadi salah satu sekolah yang
mendapatkan dana bantuan dari pemerintah.
Namun begitu sekolah tetap mengharapkan
peningkatan yang bermutu bagi kelangsungan
program pendidikan keluarga ini.
2) Pengorganisasian
Seperti apa yang sudah dipaparkan diatas
bahwa banyak kegiatan dalam program
pendidikan keluarga ini yang sudah lama
dilaksanakan oleh sekolah, namun belum
terdokumentasi menjadi satu kesatuan program.
Kegiatan-kegiatan tersebut sebelumnya masuk
dalam kegiatan-kegiatan bidang Humas dan
bidang Bimbingan Konseling. Setelah kepala
sekolah mengikuti bimtek mengenai program
kemitraan pada bulan Oktober 2015, serta
sekolah resmi diberikan MOU terkait dengan
terpilihnya SMA Kristen 1 Salatiga sebagai salah
satu sekolah yang mendapatkan bantuan dana
untuk program penguatan kemitraan keluarga
dan penguatan ekosistem pendidikan, maka
kepala sekolah mengeluarkan Surat Keputusan
(SK) sususan panitia pelaksana program
penguatan kemitraan keluarga dan penguatan
ekosistem pendidikan. SK awal yang terhitung
dari tanggal 1 November 2015.
98
Program ini kan sudah ada selama ini jadi sebetulnya tinngal penguatan saja. Jadi
mau tidak ada program atau tidak ada
bantuan dari pemerintah program memang
sudah dan akan terus berjalan melalui
bidang humas dan bimbingan konseling, sehingga itu tinggal penguatan saja. (Kepala
Sekolah, 26 Oktober 2016)
Ada surat kerjasamanya, jadi ada undangan
untuk mengikuti bimtek kemudian ada
surat kerjasamanya dari kemendikbud. Ini
kerjasama sekolah dan kementrian ada dua program yaitu penguatan ekosistem dan
program pendikan keluarga atau
kemitraan.Jadi dari kementrian meminta
salatiga, yang dipilih itu sekolah mana, nah
kemudian diberikan dipilihlah kita dan diberikan MOU ini. (Kepala Sekolah, 6
Oktober 2016)
Iya ada, saya ketua programnya semuanya,
nanti ada sekretaris ada bendahara, jadi
selama ini sebenarnya dibagi menjadi dua
bantuannya, penguatan ekosistem dan program pendidikan keluarga.Jadi ketua
kemitraan ada dua yaitu koordinator
ekosistem ada dua, koordinator kemitraan
itu dari BK. Ada SKnya tapi ini SK lama, SK
sedang kami perbaharui. (Ketua program pendidikan keluarga, 7 Oktober 2016)
Dalam rangka mewujudkan kemitraan
keluarga yang harmonis maka pihak-pihak orang
tua juga hendaknya berperan aktif dalam program
ini. Oleh sebab itu diperlukan media organisasi
dan media komunikasi yang dapat menjalin
kemitraan lebih harmonis dan intensif. Media
organisasi yang sedang dikembangkan oleh
sekolah yaitu komite sekolah, ikatan alumi dan
paguyuban orang tua. Sedangkan media
komunikasi yang sedang dikembangkan adalah
99
pertemuan/ forum orang tua dengan guru dan
karyawan. Media yang digunakan sekolah dalam
kemitraan ini juga menggunakan media sosial e-
mail, website sekolah, facebook, telepon, sms, WA
(whatssapp) dan BBM (Blackberry Massenger).
Melalui website biasanya, untuk kunjungan
ada buku kunjungan, lewat email, telepon,
yang banyak sekarang whatssapp, dibuat group, yang banyak komunikasi melalui WA
atau sms. (Kepala Sekolah, 15 Juni 2016)
Ada, tetapi justru kami menggunakan
jejaring kami menggunakan profil melalui
email ke pihak-pihak pemerintah. (Kepala Sekolah, 7 Desember 2016)
Kalau email itu pengelola dan kepala
sekolah yang menggunakan jadi tidak
untuk bersama. Jadi kalau email itu lebih
banyak ditujukan kepada kepala sekolah.
Baik pertanyaan, masukan, saran. ya tapi kepala sekolah kami terbuka kalau ada
email masuk yang itu sifatnya untuk guru
pasti diinformasikan. (Ketua program
pendidikan keluarga, 2 Agustus 2016)
Email resmi sekolah itu, tapi masing-masing guru punya email si tapi cuma kan kalau
untuk pemberitahuan secara resmi untuk
menampung aspirasi memang di sarankan
kan untuk email sekolah supaya jadi satu,
jadi kita membukanya kan enak. (Pengelola
sistem informasi, 5 Desember 2016)
Tapi kalau facebook semua guru bisa
ngeposting sesuatu, misalnya yang
berhubungan dengan share foto kegiatan
sekolah atau lomba, ya nanti beliau yang
akan memposting difacebook, atau informasi seperti kurikulum yang ingin
share di facebook begitu, nah itu siapa saja.
Kalau website melalui pengelola webitenya
dulu. Tapi memang aktif facebooknya dulu
si daripada websitenya, kalau website lebih
formal. (Ketua program pendidikan keluarga, 2 Agustus 2016)
100
Maka ini kita buat paguyuban orang tua, group whatssapp orang tua nah demikian
kalau ada sesuatu bisa langsung ke sekolah
melalui wali kelas, melalui guru BK nah itu
kan kalau ada permasalahan atau informasi
atau hal-hal yang harus sampai ke orang tua itu kan menjadi tidak miss. (Ketua
program pendidikan keluarga, 7 Oktober
2016)
Blog ya itu masuknya, website sekolah si
tapi kayaknya kurang aktif juga karena kan
sibuk sekali, email sekolah si sebetulnya. Kita kan punya paguyuban orang tua per
kelas kemudian guru BK itu membuat
group orangtua tidak terbatas kelas mana
begitu kan. Guru BK kelas 10 kan membuat
group kelas 10 seperti itu, BBM juga seperti
itu ada juga kelas yang menggunakan sms. (Ketua program pendidikan keluarga, 24
Oktober 2016)
Bu Kris itu dari Dinas Pendidikan surat-
suratnya itu melalui whatssapp lho betul,
seperti itu jadi nampaknya arahnya memang sudah kesitu ya jadi lewat
whatssapp. Kalau dulu lewat email
sekarang lewat whatssap. Saya juga
pemberitahuan rapat itu juga lewat
whatssapp, sebenarnya tidak enak ya tapi
ya memang sudah begitu. Jadi kalau kemitraan dsekolah melalui whatssapp ini
ya sudah sering sekali karena memang
sudah media nya seperti itu nampaknya
sekarang. (Ketua program pendidikan
keluarga, 24 Oktober 2016)
Ya selama ini kalau ada kalender akademik
saya foto saya share lewat whatssapp terus
jadwal ekskul saya share lewat whatssapp
begitu (Koordinator program kemitraan, 13
Oktober 2016)
Melalui media sosial itu disharekan melalui whayssapp sambil ya kami sampaikan
setiap foto kan ada keterangannya begitu
jadi mohon dicermati bapak ibu yang diluar
provinsi dipalangkaraya dan sebagainya
supaya tidak luput memantau. Jadi ini saatnya UTS atau saatnya TAS, banyak
101
libur itu bagaimana itu kami sampaikan (Koordinator program kemitraan, 28
Oktober 2016)
Media sosial yang digunakan oleh sekolah
juga memiliki fungsinya masing-
masing.Komunikasi dua arah yang dilakukan
kepala sekolah dan para guru biasanya
menggunakan sms, telepon, whatsapp, atau BBM.
Sedangkan untuk komunikasi khusus kepada
kepala sekolah beberapa orang tua menggunakan
e-mail. Sedangkan website dan facebook
digunakan untuk menginformasikan kegiatan-
kegiatan sekolah yang berkenaan dengan siswa
dan membagikan foto-foto kegiatan sekolah.Akun
facebook sekolah lebih sering diakses oleh para
alumni. Menurut ketua program pendidikan
keluarga sekolah, para alumni yang ada di
facebook sebagian merupakan orangtua dari para
siswa saat ini.
Kebetulan alumni itu juga sebagian orang
tua sekarang, sehingga itu juga termasuk
orang tua, sehingga kalau yang orang tua
mau ini, tampaknya tidak terlalu banyak ya tapi artinya kita tidak bisa tahu ya tapi
kalau yang komen-komen itu yang jelas
kebanyakan itu alumni dan murid-murid
tapi kan orang tua masa si orang tua mau
komen-komen mungkin begitu
pemikirannya. Paling tidak dengan itu kita sudah menginformasikan kepada orang tua
bahwa kita punya kegiatan foto-foto juga
ada kemudian info-info yang lain juga kita
share lewat facebook itu jadi kalau yang
orang tua murni member komentar itu kayaknya memang tidak terlalu banyak ya,
ada tapi mungkin tidak banyak. (Ketua
102
program pendidikan keluarga, 24 Oktober 2016)
3) Pelaksanaaan
Dalam melaksanakan program pendidikan
keluarga ini sekolah sudah berusaha
melaksanakan beberapa kegiatan seperti “Tea
time”: penyambutan orang peserta didik dan
orang tua pada hari pertama masuk sekolah,
sarasehan dan sambung rasa orang tua-komite-
guru dan karyawan, sosialisasi program sekolah
kepada orang tua peserta didik kelas X, parenting
day, forum komunikasi orang tua- sekolah (wali
kelas, guru BK), pelibatan orang tua sebagai
Pembina upacara hari senin, expo pendidikan,
career day, Pembentukan Paguyuban Orang tua
Siswa, kelas inspirasi, pentas seni dan budaya
dalam program pendidikan keluarga. Beberapa
program berikutnya yaitu kelas orang tua dengan
tema pengasuhan positif, Kelas orang tua dengan
tema “Mendidikanak di era digital”, penyusunan
dan/ atau pembelian bahan bacaan parenting,
pembuatan dan/ atau pembelian alat penunjang
yang relevan.
Kelas 10 paguyuban orang tua resmi sudah
terbentuk, sudah ada group nya juga. Yang
kelas 12 belum terbentuk resminya tapi jika ada undangan parenting dan kegiatan yang
lain juga bisa datang. Jadi paguyubannya
baru dibentuk resmi kelas 10 karena peta
kerawananya. Sasarannya banyak dikelas
10 karena kelas 10 itu basicnya.Kalau kelas
103
10 sudah terbentuk kemudian kelas 11 dan 12 sudah mengalir.
Tapi memang sudah dihimbau dan rata-rata
masing-masing wali kelas sudah ada kontak
mereka hanya belum diresmikan sebagai
paguyuban. Yang resmi baru kelas 10, yang kelas 11 baru akan terbentu nanti tengah
semester. (Kepala Sekolah, 6 Oktober 2016)
SMA Kristen 1 Salatiga juga telah berusaha
mengembangkan kapasitas warga sekolah terkait
dengan pendidikan keluarga. Pengembangan
kapasitas warga sekolah tersebut dilakukan
dengan cara mengadakan pelatihan dan motivasi
bagi warga sekolah, guru Dan karyawan terkait
dengan pendidikan keluarga mengenai custumer
statisfication dan pola pendampingan pada siswa
dan pembentukan budaya sekolah, sekolah juga
telah melakukan sosialisasi kebijakan atau hal-
hal baru tentang pendidikan keluarga kepada
para orang tua atau wali murid dalam kegiatan
sosialisasi program sekolah kepada orang tua
peserta didk kelas X pada awal tahun ajaran,
memberi dorongan dan kesempatan kepada warga
sekolah untuk berperan aktif dalam program
pendidikan keluarga juga tidak dilupakan untuk
dilaksanakan. Hal itu dilakukan melalui forum
komunikasi orang tua dan pihak sekolah (wali
kelas dan guru BK) baik dengan membentuk
paguyuban orang tua dan sekolah maupun saat
pertemuan-pertemuan pihak sekolah dan orang
tua/wali murid.Pertemuan wali kelas dengan
104
orang tua/ wali tersebut diadakan setiap
penerimaan laporan hasil belajar, program
bulanan dan pertemuan yang diadakan sesuai
kebutuhan yang artinya jika ada hal-hal yang
perlu dikomunikasikan pihak sekolah kepada
orang tua/ wali murid.
Agenda pertemuan pihak sekolah dan orang
tua tidak hanya dilakukan terbatas oleh wali kelas
dan orang tua namun pertemuan antara pihak
sekolah (para guru dan kepala sekolah) dan para
orang tua/ wali murid, contohnya saat
penyambutan orang tua peserta didik dan orang
tua pada hari pertama masuk kerja yang dikemas
dalam kegiatan “Tea Time” oleh pihak SMA
Kristen 1 Salatiga. Agenda pertemuan tersebut
berisi perkenalan dengan kepala sekolah, wali
kelas dan guru-guru, saling berkenalan antar
orang tua peserta didik, penjelasan program,
agenda dan kegiatan sekolah, kesepakatan dan
penjelasan mengenai teknik dan media
komunikasi antara sekolah dan orang tua, serta
pengenalan lingkungan sekolah kepada orang tua
dengan member kesmepatan orang tua melihat
langsung kegiatan siswa dihari pertama dan
meninjau fasilitas-fasilitas dan sarana prasarana
yang ada disekolah. SMA Kristen 1 Salatiga juga
mengadakan parenting atau kelas orang tua
setiap tahunnya.Pada tahun ajaran 2015/ 2016
105
ini diadakan dua kali kelas orang tua yang
bertema “Pengasuhan Positif” yaitu mengenai
pendampingan terhadap remaja dan “Mendidik
anak di Era Digital.” Yang terkait dengan cara
mengatasi penggunaan/ pengaruh HP dan media
sosial pada remaja/ siswa.
Selama ini orang tua sudah cukup terlibat
dalam berbagai kegiatan sekolah, baik
memberikan dukungan dana, pemikiran dan
tenaga. Salah satu bentuk keterlibatan orang tua
pada program pendidikan keluarga ini adalah
keterlibatan mereka sebagai motivator/ inspirator
bagi peserta didik yang dikemas sekolah dalam
kegiatan kelas inspirasi.SMA Kristen 1 Salatiga
sudah melibatkan orang tua yang bekerja sebagai
rohaniawan (pendeta), birokrat (Ketua DPRD),
akademisi (dosen dan psikologi) serta praktisi di
berbagai bidang ilmu. Pihak orang tua juga
pernah membantu penggalian dana untuk suatu
kegiatan lomba siswa seperti yang disampaikan
ketua program pendidikan keluarga berikut:
Usulan masukan juga selalu ada dan
bahkan lomba pramuka itu juga orangtua
menjadi panitia (Ketua program pendidikan
keluarga. 7 Oktober 2016)
Orang tua kalau diminta untuk berpacu
saya kira mereka mau bahkan kemarin itu
ada yang sampe usaha dana buat anak-
anak ini mau mengadakan lomba panduan
pramuka, itu ada orang tua yang ikut dalam penggalian usaha dana itu juga ada yang
meminjamkan barang dagangannya itu jadi
106
istilahnya tidak usah kulaan, pinjam barang (dipinjami fasilitas) mereka tinggal
menerima untungnya kalau barang itu tidak
laku ya gapapa, jadi sebenarnya potensi
besar yaitu orang tua mau terlibat bahkan
ada yang kemarin kelas 10 menawarkan diri, anggota komite si itu, itu kami
menangkap bahwa dia juga ingin terlibat,
kekuatan kekuatan itu kami himpun
kemudian kami sampaikan kepala sekolah
sebagai perhatian untuk selanjutnya.
(Koordinator program kemitraan, 13 Oktober 2016)
Itu nanti setiap kelas menghadirkan satu
figur orang tua dipilih dosen, pendeta atau
pengusaha terus hadir untuk memberikan
motivasi. (Kepala Sekolah, 6 Oktober 2016)
Selain mendapatkan dana bantuan, sekolah
juga menilai bahwa dengan adanya program
kemitraan yang resmi dari pemerintah program
tersebut sekarang lebih terdokumentasikan.
Walau sebelumnya sudah dilaksanakan namun
hal tersebut masih dianggap sebagai kegiatan
biasa atau rutinitas dalam rangka memenuhi
kebutuhan pelanggan, dalam hal ini orang tua
dan masyarakat. Dukungan dari pemerintah
dalam hal ini menjadi cukup penting karena
secara tidak langusng menjadi hal yang
menguatkan atau meyakinkan sekolah bahwa
program kemitraan tersebut merupakan hal yang
penting sehingga perlu diprogramkan secara lebih
serius.
Sebenarnya sebelum ada program ini sudah ada tapi kan tidak terdokumentasi artinya
kita tidak terlalu ‘ngeh’ begitu ya, tapi
artinya masukan kritik sudah ada lewat
107
kepala sekolah, biasanya lewat kepala sekolah langsung atau email. Tapi diluar itu
sebetulnya orang tua sudah sering memberi
masukan saat penerimaan raport, dll dan
sudah diresmikan lama. ya mungkin karena
itu sekolah kita dipercaya medapatkan bantuan itu. Jadi sebenarnya orang tua
sudah terlibat namun hanya memang
kurang terdokumentasi karena hal itu
sudah menjadi hal yang biasakan. (Ketua
program pendidikan keluarga, 7 Oktober
2016)
4) Evaluasi
Berdasarkan hasil wawancara dan studi
dokumentasi bahwa kepala sekolah sudah
melakukan supervisi pelaksanaan program
pendidikan keluarga tersebut dan telah secara
jujur melakukan evaluasi diri terkait dengan
pelaksanaan kemitraan dengan keluarga dan
masyarakat dengan kondisi yang sebenarnya.
Bedasarkan hasil studi dokumentasi yang
dilakukan, hasil supervisi dan evaluasi tersebut
masuk dalam file laporan penyelenggaraan
pendidikan keluarga untuk diberikan ke
kementrian pendidikan dan kebuyaan pada bulan
Oktober 2016. Dalam laporan evaluasi diri
penyelenggaraan pendidikan keluarga di SMA
Kristen 1 Salatiga, selama ini program tersebut
telah menghasilkan beberapa manfaat bagi pihak
sekolah maupun keluarga, berikut manfaat yang
telah dirasakan:
a. Program Kemitraan
108
1. Terjalinnya komunikasi yang lebih baik
antara sekolah dengan orang tua siswa
sehingga kepercayaan orang tua terhadap
sekolah semakin meningkat. Permasalahan
yang timbul di sekolah dapat diselesaikan
secara kekeluargaan, orang tua siswa tidak
mudah komplain terhadap kebijakan
ataupun pola pendampingan maupun
pembelajaran yang diselenggarakan oleh
sekolah.
2. Meningkatnya dukungan orangtua maupun
masyarakat kepada program-program yang
diselenggarakan oleh sekolah baik secara
moral maupun material. Hal ini nampak
dalam berbagai kegiatan di sekolah
khususnya kegiatan pengembangan diri.
Misalnya sekolah memerlukan sarana
transportasi untuk siswa yang akan
mengikuti lomba di luar kota, serta
pendampingan bagi siswa yang mengikuti
lomba, dengan sukarela orang tua
menawarkan bantuan. Demikian juga
dalam kegiatan yang lain seperti usaha
dana untuk berbagai kegiatan sekolah.
3. Meningkatnya kinerja dari warga sekolah
karena merasakan adanya dukungan positif
dari orangtua.
109
4. Meningkatnya daya juang dan antusiasme
siswa dalam mengikuti berbagai kegiatan
pengembangan diri yang diselenggarakan di
sekolah maupun di luar sekolah.
b. Program Penguatan Ekosistem
1. Meningkatnya kinerja sekolah dalam
mewujudkan customer satisfaction yang
bermuara pada peningkatan kualitas
pendidikan.
2. Meningkatnya penghayatan dan
pengamalan nilai-nilai karakter dan budaya
bangsa serta budaya prestasi pada warga
sekolah
3. Terciptanya lingkungan belajar yang
nyaman serta kondusif.
4. Meningkatnya kedisiplinan dari siswa serta
menurunnya pelanggaran tata tertib
sekolah.
Supervisi dan evaluasi terkait dengan
pelaksanaan kemitraan sekolah dengan keluarga
dan masyarakat juga telah dilakukan oleh Dinas
Pendidikan Kabupaten/ Kota serta pengawas
sekolah. Pihak sekolah memberikan laporan awa
kepada Dinas Pendidikan dan pengawas,
sedangkan Dinas Pendidikan mengadakan
kunjungan kesekolah serta memberikan
instrument uji coba petunjuk teknis kemitraan
sekolah degan keluarga dan masyarakat untuk
110
diisi oleh kepala sekolah. Setelah diadakan
supervisi dan evaluasi pada bulan Juli 2016 dan
program kemitraan tersebut berjalan dengan baik
maka pemerintah memberikan dana bantuan
tambahan yang dimaksudkan untuk dana
bantuan penguatan pada program pendidikan
keluarga di SMA Kristen 1 Salatiga.
Ini bantuan yang kemarin 25 dan 35 juta,
dan ini turun lagi. Ini beda, sekarang kan
penguatan kemarin penyelenggaraan, kemarin kan kita dievaluasi, karena kita
jalan maka diberi lagi untuk semakin
menguatkan logikanya. Jadi 25 untuk
kemitraan 35 untuk ekosistem,karena
kemarin dirasa dievaluasi berjalan dengan
baik diberi lagi untuk penguatan namnaya, ini baru turun di 21 september kemarin
dananya. (Kepala Sekolah, 6 Oktober 2016)
Sejak diberi bantuan dana pada program
pendidikan keluarga ini, sekolah secara rutin
melaporkan pengeluaran anggaran dan
pelaksanaan kegiatan kemitraan tersebut kepada
pusat. Laporan akhir program kemitraan sekolah
dengan keluarga dan masyarakat selama satu
tahun juga sedang dipersiapkan untuk diberikan
pada bulan Desember 2016.
Pada tahap ini, peneliti melakukan survey
lapangan dan studi pustaka. Survey lapangan
dilakukan mulai bulan Juni 2016 untuk
mengumpulkan data tentang fakta yang berkaitan
dengan program pendidikan keluarga yang
berlangsung di SMA Kristen 1 Salatiga.Setelah
111
melakukan wawancara dan studi dokumentasi,
validasi data selanjutnya dilakukan dengan
mengadakan FGD pada tanggal 7 Desember 2016
yang dihadiri oleh Bapak Bambang Ismanto
selaku Moderator, peneliti, Kepala Sekolah,
Wakasek bidang Humas, perwakilan Guru BK dan
perwakilan Komite Sekolah. Melalui hasil FGD
tersebut maka model faktual program pendidikan
keluarga yang dipaparkan diatas dinyatakan
sudah terbukti validitasnya, yaitu sesuai fakta
kenyataan yang ada dilapangan.
Apa yang ditulis peneliti disini, karena saya
juga terlibat didalam penelitian, menurut
saya sudah obyektif yang saat itu sudah
saya sampaikan sudah tersampaikan disini
tidak ditambahi tidak dikurangi seperti itu saya menilai ini obyektif. (Guru BK, 7
Desember 2016)
Berdasarkan dari data yang diperoleh yang
telah dilakukan maka dirumuskanlah bagan
model kemitraan sekolah dan orang tua di SMA
Kristen 1 Salatiga seperti gambar dibawah ini.
Program
penguatan
kemitraan
sekolah dengan
keluarga dan
masyarakat
1. Orangtua
- “Tea Time” Penyambutan
hari pertama
- Sosialisasi
program
- Sarasehan dan sambung rasa
- Parenting day
- Kelas Inspirasi
- Pelibatan sebagai
Pembina
upacara
- Expo
pendidikan
- Forum
Media Sosial Penyusunan
Tim Program
Pendidikan
Keluarga
Tim
Penguatan
Kemitraan
Tim
Penguatan
Ekosistem
112
Gambar 4.1 Model Faktual Kemitraan Sekolah dengan Orang di
SMA Kristen 1 Salatiga
2.2.2. Pengumpulan Data
Berdasarkan data model faktual terkait dengan
kemitraan sekolah dengan orang tua di SMA Kristen 1
Salatiga, maka disusunlah data untuk mengem-
bangkan suatu model tersebut. Pengumpulan data
tersebut dilakukan dengan analisis kebutuhan model.
Analisis kebutuhan model yang digunakan dalam
penelitian ini adalah SWOT dan MAS. Analisis data ini
dilakukan dengan FGD dengan beberapa pihak yaitu
Media Sosial
Action Plan dan
Penyusunan
RKAS
Tujuan
Program
113
kepala sekolah, ketua program pendidikan keluarga,
koordinator program kemitraan dan perwakilan komite.
Analisis kebutuhan merupakan kegiatan
menganalisis data dengan tujuan memperoleh
informasi yang dibutuhkan pengguna dalam
menjalankan suatu program. Judul model disesuaikan
dengan tujuan yang akan dicapai. Tujuan analisis
kebutuhan model adalah untuk menentukan judul dan
isi model. Melalui hasil diskusi dengan beberapa pihak
sekolah yaitu kepala sekolah, ketua program
pendidikan keluarga, koordinator program kemitraan
serta guru pengelola sistem informasi sekolah diperoleh
data tentang penyelenggaraan program pendidikan
keluarga di SMA Kristen 1 Salatiga yang diturunkan ke
dalam faktor IFAS dan EFAS pada table 4.1 berikut.
114
Tabel 4.1 Hasil Analisis Faktor Kekuatan dan Kelemahan
Matrik IFAS (Internal Factors Analysis Summary)
No
Faktor-faktor Internal
Bobot Skor
Total
Bobot x
Skor Kekuatan (Strength)
1 Teamwork yang solid 0,07 4 0,28
2 Komitmen dari warga sekolah
untuk mewujudkan program. 0,07 4 0,28
3
Kemampuan sumber daya manusia
yang cukup baik dan kreatif dalam
mengembangkan program.
0,1 4 0,4
4 Sekolah juga mengadakan penguatan ekosistem untuk
meningkatkan kinerja sekolah.
0,06 4 0,24
5 Sekolah memiliki moto custumor staisfication.
0,06 3 0,18
6 Pemimpin yang humanis. 0,07 3 0,21
7
Pemimpin yang cukup aktif
menjalin hubungan kerjasama
dengan pihak masyarakat.
0,09 4 0,32
8
Sekolah telah memiliki kesadaran
untuk melaksanakan beberapa kegiatan dalam program
pendidikan keluarga sebelum
mendapatkan bantuan pemerintah.
0,07 4 0,28
9
Sekolah telah mengikuti
pembinaan dan bimbingan teknis
penyelenggaraan pendidikan
keluarga dari dinas pendidikan.
0,06 3 0,18
10
Sekolah telah menganggarkan
untuk penyelenggaran program
pendidikan keluarga melalui RKAS.
0,09 4 0,32
11
Sekolah memiliki program
unggulan lainnya yang dapat
mendukung kegiatan-kegiatan dan
pendanaan pada program kemitraan sekolah.
0,08
3
0,24
12
Sekolah telah memiliki tim
pengelola sistem informasi
manajemen.
0,05 4 0,20
13 Daya dukung sarana prasarana
yang cukup memadai. 0.06 3 0,18
14
Menggunakan media sosial untuk
menjalin komunikasi dengan stakeholder.
0.07 4 0,28
115
Total Skor 1 3,59
Kelemahan (Weaknesses)
1
Waktu pelaksanaan kegiatan
program yang melibatkan orang
tua terbatas karena mayoritas
orang tua bekerja.
0,14 1 0,14
2 Waktu pelaksanaan kegiatan program kadang bersamaan
dengan kegiatan program lain.
0,13 2 0,26
3 Banyaknya program sekolah dapat
mengurangi jam pelajaran siswa. 0,13 1 0.13
4
Beberapa media komunikasi
tersedia yang masih kurang accessible.
0,12 2 0,24
5
Masih ada beberapa media komunikasi sekolah yang masih
kurang maksimal penggunaanya
misalnya web dan blog.
0,13 2 0,26
6
Sekolah masih kurang melibatkan
orang tua dalam proses
pembelajaran anak di bidang
akademik.
0,12 1 0,12
7
Beberapa guru masih kurang memiliki motivasi untuk
menggunakan dan
mengembangkan media
pembelajaran seperti Edmodo dan
blog.
0,12 2 0,24
8 Kegiatan kolaborasi anak dan orang tua dalam bidang akademik
dan non akademik masih kurang.
0,11 1 0,11
Total Skor 1 1,5
Total SkorAkhir (Kekuatan –
Kelemahan)
2.09
Dari data pada tabel diatas dapat disimpulkan
bahwa total bobot dikalikan skor pada faktor kekuatan
adalah 3,59 sedangkan total bobot dikalikan skor pada
faktor kelemahan adalah 1,5 sehingga skor akhir IFAS
yaitu faktor kekuatan dikurangi faktor kelemahan
adalah 2,09. Hal ini menunjukkan bahwa faktor
kekuatan adalah faktor yang lebih dominan
116
dibandingkan dengan faktor kelemahan. Oleh karena
itu sekolah dapat mengoptimalkan kekuatan yang
dominan yang dimiliki untuk mengatasi kelemahan-
kelemahan yang ada.
Berdasarkan hasil data wawancara dan FGD dan
studi dokumentasi yang didapat telihat bahwa SMA
Kristen 1 Salatiga memiliki cukup banyak kekuatan
dalam menjalankan program kemitraan antara sekolah
dan orang tua yang dikemas dalam program pendidikan
keluarga. Kekuatan yang dimiliki bahkan lebih banyak
dari kelemahan yang ditemukan. Dalam hal ini sekolah
dapat memaksimalkan kekuatan berdasarkan tingkat
kepentingannya yang dapat dilihat pada skor SWOT
yang dibuat untuk mengurangi atau meminimalisasi
kelemahan yang ada.
Kekuatan yang memiliki bobot tertinggi dalam
analisis SWOT tersebut ada dua, yaitu terkait dengan
kepala sekolah sebagai pemimpin yang cukup aktif
menjalin hubungan kerjasama dengan pihak
masyarakat yang juga meliputi orang tua dan alumni
dan pengalokasian anggaran khusus sekolah untuk
penyelenggaran program pendidikan keluarga melalui
RKAS.Hal ini dirasa menjadi kekuatan yang tertinggi
karena dalam suatu kemitraan, relasi atau hubungan
menjadi sesuatu yang sangat penting.Kepala sekolah
sebagai pihak yang memiliki fungsi paling strategis
disekolah merupakan salah satu faktor penentu dalam
117
jalinan kemitraan sekolah dengan masyarakat.
Terjalinnya hubungan baik secara personal maupun
kelembagaan antar pemimpin dapat mendatangkan
kepercayaan yang tinggi dan kemudahan terhadap
instansi yang dipimpinnya.
Meskipun tidak diberikan bobot yang terlalu
tinggi namun faktor pemimpin yang humanis yang
dimiliki oleh sekolah ini menjadi daya dukung yang
memberi dampak baik secara tidak langsung bagi
program kemitraan disekolah ini. Pola berpikir kepala
sekolah yang menganggap bahwa tugas sekolah tidak
hanya mengembangkan prestasi namun juga
membangun karakter para peserta didiknya merupakan
suatu dasar pemikiran yang menjadikan program
kemitraan sekolah dengan orang tua serta masyarakat
menjadi salah satu prioritas sekolah. Hal ini
berdampak pada suatu keputusan dan pendanaan yang
terkait dengan kegiatan-kegiatan pada program
kemitraan. Meskipun baru setahun program
kemitraaan ini mendapatkan dana bantuan dari
pemerintah namun sudah cukup banyak kegiatan-
kegiatan kemitraan dan jalinan kemitraan yang sudah
dilakukan baik sebelum maupun sesudah bantuan
diberikan. Kegiatan-kegiatan dalam program kemitraan
tersebut hendaknya tetap dilanjutkan dengan tidak
melupakan segi manajemen pelaksanaan program dari
118
perencanaan, peng-organisasian, pelaksanaan dan
pengawasan secara berkesinambungan.
Jalinan kemitraan sekolah dengan orang tua
serta masyarakat juga didukung dengan usaha sekolah
untuk melakukan penguatan ekosistem dari dalam.
Penguatan ekosistem tersebut meliputi pemberian
motivasi dan pelatihan tentang pola asuh. Pemberian
motivasi ini sangat penting melihat padatnya program
sekolah yang harus dilaksanakan sehingga tidak
menutup kemungkinan rasa lelah dan hambatan-
hambatan yang dirasakan warga sekolah dapat
menurunkan kinerja mereka. Dalam hal ini peran moto
sekolah “custumor statisfication” dapat berguna menjadi
pengingat warga sekolah untuk memberikan yang
terbaik kepada para pelanggan termasuk orang tua
atau wali murid.
Dari segi pendanaan, sebelum dana bantuan
dicairkan sekolah terlebih dahulu telah meng-
alokasikan anggaran melalui RKAS dalam mewujudkan
program kemitraan tersebut. Hal ini dikarenakan
kegiatan-kegiatan dalam program kemitraan telah
dijalankan oleh sekolah sebelum bantuan dana dari
pemerintah diberikan. Komiten dari warga sekolah
serta kesadaran akan pentingnya program inilah yang
menjadikan sekolah ini sebagai salah satu sekolah
percontohan program pendidikan keluarga sehingga
juga diberi dana bantuan. Dana bantuan pemerintah
119
dianggap sekolah sebagai sarana penguatan bagi
program kemitraan yang telah dilaksanakan sekolah
sebelumnya. Dana yang digunakan sekolah sebelumnya
berasal dari dana konvensional seperti SPP dan
sumbangan pendidikan serta dana non konvensional
yang didapatkan dari program keiwrausahaan serta
program kemitraan itu sendiri seperti pada kegiatan
expo pendidikan. Program-program unggulan sekolah
ini digunakan sekolah untuk menggali danamelalui
jalinan kemitraan yang telah terbentuk seperti
kerjasama dengan orang tua, alumni serta pihak
masyarakat lainnya yang disalurkan untuk kegiatan
dalam program selanjutnya. Dalam hal ini sekolah
berusaha memanfaatkan social capital yang dapat
berimplikasi menjadi economy capital.
Meskipun banyak kekuatan yang dimiliki sekolah
namun masih terdapat beberapa kelemahan yang
dimiliki sekolah yang dapat menjadi faktor
penghambah internal dalam mewujudkan tujuan
program pendidikan keluarga. Banyaknya program
unggulan yang dimiliki oleh sekolah justru juga dapat
menjadi kelemahan atau hambatan bagi sekolah.
Padatnya program-program yang harus dilaknsanakan
oleh sekolah dan kendala waktu pelaksanaan
mengakibatkan guru-guru terkadang harus mening-
galkan kelas untuk mempersiapkan program-program
tersebut. Jika hambatan ini tidak dapat segera diatasi
120
maka hal tersebut dapat menyebabkan turunya
pencapaian akademik siswa. Kendala mengenai waktu
juga mengakibatkan kegiatan-kegiatan beberapa
program diadakan secara bersamaan sehingga
mengakibatkan kurang maksimalnya ketercapaian
tujuan program tersebut.
Saat ini sekolah telah menggunakan media sosial
untuk menjalin komunikasi dengan stakeholder. Hal ini
menjadi kekuatan sekolah dalam mewujudkan program
kemitraan sekolah dengan orang tua dan masyarakat
lainnya. Media sosial telah memberikan kemudahan
sekolah dalam menyampaikan informasi kepada pihak-
pihak terkait. Penggunaan media sosial yang telah
digunakan oleh sekolah dalam usaha untuk selalu
menjaga komunikasi dengan orang tua dan masyarakat
yaitu diantaranya melalui email, website, facebook,
youtube, blog, whatsapp, BBM, sms/ telepon.
Pentingnya komunikasi dalam suatu kemitraan telah
disadari oleh sekolah sehingga sekolah senantiasa
membuka diri dengan hal-hal yang dapat membantu
dalam menjaga komunikasi
tersebut. Meskipun begitu, masih ada beberapa
media komunikais yang kurang dimaksimalkan
fungsinya oleh sekolah sehingga media komunikasi
tersebut dianggap masih kurang accessible bagi orang
tua terutama pada media komunikasi melalui website
dan blog. Hal ini masih dapat dikembangkan lagi
121
melalui tim pengelola sistem informasi agar orang tua
lebih merasakan manfaat berkomunikasi dengan
sekolah melalui media tersebut.
Dalam bidang non akademik sekolah telah
banyak memiliki program, seperti 20 program
pengembangan bakat minat serta program lainnya
seperti kemitraan dan kewirausahaan. Hal ini juga
mesti diimbangi dengan kegiatan akademik agar
potensi akademik siswa dapat lebih dimaksimalkan dan
mencapai prestasi yang dapat menambah kekuatan
sekolah. Keterlibatan orang tua dalam bidang akademik
dapat dilakukan melalui pembelajaran menggunakan
media Edmodo dan blog sebagai media pengawasan
orang tua terhadap pembelajaran yang sedang
diberikan terhadap anaknya. Namun belum banyak
guru yang menggunakan media ini sebagai media
pembelajaran, meskipun sekolah sudah pernah
diberikan pelatihan tentang media pembelajaran ini.
Pemberian pelatihan kepada sekolah yang terkait
dengan media pembelajaran ini menunjukan bahwa
media ini sebenarnya dapat bermanfaat jika digunakan
dengan tepat. Tidak hanya di bidang akademik namun
dalam bidang non akademik kegiatan yang mendorong
kolaborasi orang tua dan anak juga masih dapat
dikembangkan agar dapat meningkatkan keharmonisan
hubungan antara orang tua/ wali murid dengan
peserta didik dan sekolah.
122
Selanjutnya hasil analisis faktor eksternal
sekolah meliputi peluang dan ancaman, pemberian
bobot dan skor masing-masing faktor dan dilakukan
perhitungan skor akhirnya hingga diperoleh matrik
EFAS (Eksternal Factors Analysis Summary) dapat
dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.2 Hasil Analisis Faktor Peluang dan Ancaman Matrik EFAS (External Factors Analysis Summary)
No
Faktor-faktor Eksternal
Bobot Skor
Total
Bobot
x
Skor Peluang (Opportunity)
1
Sekolah telah dipilih menjadi salah
satu sekolah percontohan program pendidikan keluarga.
0,13 3 0,39
2
Dukungan dana dari pemerintah
berupa bantuan dana program
Kemitraan Sekolah dengan Keluarga
dan Msayarakat serta monitoring.
0,17 3 0,51
3
Mendapatkan dukungan dari
beberapa alumni yang cukup berpotensi.
0,14 4 0,56
4 Kepercayaan masyarakat masih
cukup tinggi. 0,14 4 0,56
5 Mendapat dukungan orang tua baik
dari dana maupun fasilitas. 0,15 4 0,6
6
Beberapa komite bersedia terjun
langsung membantu dan mendukung
kegiatan atau program sekolah.
0,12 3 0,36
7 Sudah terbentuknya paguyuban
orang tua wali murid 0,15 4 0,6
Total Skor 1 3,58
Ancaman (Threat)
1 Sebagian orang tua yang masih
berprinsip “pasrah bongkoan” 0,23 1 0,23
2
Belum ada rapat rutin komite karena
terhalang oleh kesibukan masing-
masing komite.
0,18 2 0,36
3
Kesibukan orang tua sehingga sulit
menemukan waktu yang tepat untuk
mengadakan pertemuan bersama.
0,25 1 0,25
123
4
Pengetahuan media komunikasipada
orang tua yang masih perlu
ditingkatkan
0,18 2 0,36
5
Beberapa orang tua yang masih
berada di kalangan ekonomi menengah kebawah.
0,16 3 0,48
Total Skor 1 1,68
Total SkorAkhir (Peluang –
Ancaman)
2,9
Dari data pada tabel diatas dapat disimpulkan
bahwa total bobot dikalikan skor pada faktor peluang
adalah 3,58 sedangkan total bobot dikalikan skor pada
faktor ancaman adalah 1,68 sehingga skor akhir EFAS
yaitu faktor peluang dikurangi faktor ancaman adalah
2,9. Dari hasil analisis faktor eksternal tersebut
diketahui bahwa sekolah memiliki beberapa peluang
yang dapat dimanfaatkan untuk memberikan
kontribusi dalam meningkatkan kemitraan sekolah
dengan orangtua dan masyarakat.
Kekuatan dari dalam yang dimiliki oleh sekolah
dapat menghasilkan peluang eksternal yang dapat
digunakan untuk memperkuat program-program yang
ada disekolah. Hal ini dirasakan sungguh oleh SMA
Kristen 1 Salatiga.Sebagai buah yang baik akan adanya
komitmen yang kuat dari warga sekolah dalam usaha
menjalin hubungan yang harmonis dengan berbagai
pihak dengan diwujudkannya kegiatan-kegiatan yang
bersifat kemitraan maka SMA Kristen 1 Salatiga
mendapat beberapa bantuan dari pemerintah baik
dalam pendanaan maupun dukungan lainnya seperti
124
keikutsertaan dalam bimtek penyelenggaraan program
pendidikan serta monitoring dan supervisi oleh dinas
pendidikan. Disamping program pendidikan keluarga,
sekolah juga mendapatkan bantuan dalam
penyelenggaraan program kewirausahaan dan program
wawasan kebangsaan. Dukungan dana, tenaga dan
pemikiran tidak hanya mengalir dari pemerintah
namun juga para orang tua, para alumni yang sebagian
juga orang tua siswa dan komite sekolah. Hal tersebut
merupakan peluang yang dapat dimanfaatkan untuk
mencapai tujuan program kemitraan sekolah dengan
orang tua dan masyarakat yaitu untuk menjalin
kerjasama dan keselarasan dalam menjalankan
program pendidikan di sekolah, keluarga, dan
masyarakat demi membangun ekosistem pendidikan
yang kondusif untuk menumbuh kembangkan karakter
dan budaya berprestasi pada peserta didik. Tujuan
program kemitraan tersebut selaras dengan visi sekolah
yaitu berkarakter dan berprestasi.
Berdasarkan pengakuan hampir semua pihak
sekolah yang telah diwawancari salah satu faktor
penghambat dalam mewujudkan program kemitraan ini
yaitu waktu pelaksanaan kegiatan yang melibatkan
orang tua. Kesibukan orang tua yang mayoritas bekerja
dirasa masih menjadi kendala. Kendala inilah yang
sebaiknya masih perlu dipkirkan jalan keluarnya
dengan memaksimalkan kekuatan yang dimiliki oleh
125
sekolah yang terkait dengan kemampuan sumber daya
manusia yang sebenarnya cukup baik dan kreatif
dalam mengembangkan program-program yang ada
selama ini.
Komunikasi yang efektif juga dirasa dapat
menjadi jembatan yang dapat mengatasi masalah
kesibukan orang tua dan pihak-pihak terkait lainnya.
Sebagai peluang eksternal yang lain, sekolah juga telah
mulai membentuk paguyuban-paguyuban orang tua.
Paguyuban orang tua kelas 10 telah dibentuk secara
resmi melalui media sosial whatsapp. Group whatsapp
orang tua telah dibentuk baik yang diprakarsai dari
setiap pihak wali kelas 10 maupun guru BK kelas 10.
Paguyuban orang tua kelas 11 dan 12 resmi juga
sedang diusahakan oleh sekolah. Kesediaan orang tua
dengan bergabung dalam paguyuban orang tua menjadi
hal yang strategis untuk mengembangkan jalinan
kemitraan untuk membangun sekolah yang lebih baik.
Keberagaman pengetahuan media komunikasi yang
dimiliki orang tua menjadi tantangan tersediri juga bagi
sekolah dalam mewujudkan komunikasi yang harmonis
dengan para orang tua atau wali murid.
Kepercayaan masyarakat dalam hal ini alumni
cukup tinggi pada SMA Kristen 1 Salatiga. Banyak
diantara alumni yang sekarang menjadi orang tua/ wali
murid di sekolah ini. Namun di sisilain, hal ini juga
dapat menjadi ancaman bagi sekolah. Kepercayaan
126
yang tinggi tersebut dapat menimbulkan prisnsip
“pasrah bongkoan” oleh orang tua kepada sekolah.
Padahal hal ini bertentangan dengan prisnsip
kemitraan yang saling bergotong royong untuk
mendidik anak. Diakui sekolah, prinsip “pasrah
bongkoan” terhadap sekolah masih dimiliki oleh
beberapa orang tua terutama orang tua dari kalangan
menengah kebawah. Sehingga hal ini menjadi
tantangan sekolah yang harus segera dipecahkan
dengan memanfaatkan peluang-peluang dan kekuatan
sekolah yang ada agar program kemitraan dapat
berjalan lebih baik sesuai dengan prinsip-prinsip
kemitraan yang telah ditetapkan.
Berdasarkan hasil analisis SWOT sekolah
tersebut diketahui skor akhir IFAS adalah 2.09
sedangkan skor akhir EFAS adalah 2,9. Hasil analisis
ini menunjukkan bahwa strategi berada di kuadran SO
(strength oportunity) yang mendukung strategi agresif.
Sehingga pihak sekolah dapat menggunakan kekuatan
dari lingkungan internal sekolah dan meraih peluang
yang ada pada lingkungan eksternal untuk kemitraan
sekolah dengan orangtua.
127
Selanjutnya setelah mengetahui hasil analisis
SWOT tersebut dibuatlah strategi-strategi untuk
meningkatkan jalinan kemitraan sekolah dengan orang
tua serta masyarakat dan meminimalisasi faktor
kelemahan dan ancaman yang dapat menghambat
penyelenggraan program pendidikan keluarga tersebut.
Strategi yang perlu dibuat oleh sekolah untuk
mengembangkan model kemitraan sekolah dan orang
tua dapat meliputi beberapa aspek. Dalam hal ini
peneliti mengkategorikan beberapa aspek strategi
tersebut berdasarkan analisis MAS yaitu strategi yang
meliputi perubahan (modify), penambahan (add) dan
perluasan atau penyempitan (size). Hasil analisis
tersebut dipaparkan sebagai berikut:
Kuadran 1 (SO)
Stratetgi Agresif
Memanfaatkan kekuatan
untuk menangkap peluang
yang ada
Peluang
(O) 3
2
1
Kekuatan
(S)
Kelemahan
(W) 3 2 1 1 2 3
1
2
3
Ancaman
(T)
129
2.2.3. Desain Produk
Berdasarkan hasil analisis kebutuhan tentang
model kemitraan sekolah dengan orang tua SMA
Kristen 1 Salatiga maka penyusunan kerangka model
model kemitraan sekolah dengan orang tua sebagai
berikut:
1) Pendahuluan berisi latar belakang, dasar hukum,
rasional mode, tujuan, sasaran dan spesifikasi
model. Model ini berisi tentang pentingnya
program pendidikan keluarga yang termuat dalam
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2015 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan dan Peraturan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia Nomor 23 Tahun 2015 tentang
Penumbuhan Budi Pekerti.
2) Spesifikasi model produk hasil pengembangan ini
terkait dengan model Kemitraan Sekolah dengan
Keluarga dan Masyarakat dari pemerintah yang
dikembangkan dengan mengadaptasi beberapa
teori kemitraan atau family-school partnersip
lainnnya di berbagai sumber. Setelah
mempertimbangkan berbagai prosedur, fungsi
manajemen, proses dan strategi pelaksanaan yang
digunakan, produk hasil pengembangan ini diberi
nama “Model Kemitraan Sekolah dengan Orang
Tua melalui Media Sosial”
130
3) Konsep dan bentuk kemitraan yang dilengkapi
dengangambar model kemitraan sekolah dengan
orang tua melalui media sosial. Konsep kemitraan
berupa pengertian, tujuan, prinsip dan bentuk-
bentuk kemitraan. Model ini memiliki beberapa
bentuk kemitraan dalam beberapa aspek–aspek
kemitraan yang ditentukan.
4) Gambar model merupakan rangkuman dari
kegiatan manajemen program pendidikan kelurga
yang terdiri dari perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan, dan evaluasi. Gambar model berisi
skema/ bagan alur model kemitraan sekolah
dengan orang tua melalui media sosial.
5) Efektifitas model merupakan faktor-faktor yang
mendukung keefektifan jalannya model jika
dilaksanakan pada satuan pendidikan. Faktor-
faktor pendukung tersebut diantaranya berupa
persyaratan pokok model, profil sekolah, peran
dan karakter yang harus dimiliki oleh warga
sekolah dalam menjalankan program.
6) Monitoring program kemitraan sekolah dengan
orang tua dilaksanakan selama kegiatan
berlangsung yang dilakukan oleh kepala sekolah
atau bahkan oleh pengawas dan Dinas
Pendidikan. Evaluasi terhadap kegiatan program
kemitraan sekolah dengan orang tua untuk
mengetahui kualitas bentuk-bentuk kemitraan
131
tersebut, kelemahan-kelemahan serta kendala
dalam proses pelaksanaannya.
7) Pengarsipan dan pelaporan kegiatan program
kemitraan sekolah dengan orang tua. Arsip adalah
semua dokumen atau berkas program pendidikan
keluarga yang harus disimpan sebagai bukti
pertanggungjawaban telah dilaksanakan kegiatan
program kemitraan, laporan program kemitraan
bermanfaat untuk keperluan evaluasi program
dan dapat digunakan sebagai dasar perbaikan
program pendidikan keluarga di masa datang.
2.2.4. Pengembangan Model
Pengembangan model pada penelitian ini
dilakukan setelah melalui tahap design, yaitu sebagai
berikut:
1) Pra Penulisan
Pengkajian bahan untuk materi dalam
model, dilakukan dengan mengumpulkan sumber
dan referensi serta materi yang berhubungan
dengan model kemitraan sekolah dengan orang
tua dan family-school partnership atau home-
school parnership.
2) Penyusunan draft Model
Pada tahap penyusunan draft ini dilakukan
sesuai dengan kerangka model yang telah
disusun.
a. Penyusunan Model berdasarkan aspek isi
132
Model kemitraan sekolah dengan orang
tua melalui media sosial ini berisi tentang
manajemen pelaksanaan program kemitraan
sekolah dengan orang tua pada bagian
penguatan kemitraan sekolah dengan orang
tua dan masyarakat pada lingkup satuan
pendidikan.
b. Penyusunan model berdasarkan aspek
penyajian
Aspek penyajian membahas tentang
bentuk-bentuk kemitraan dalam beberapa
aspek kemitraan yang ditentukan dan terdiri
dari beberapa bentuk kegiatan yang dapat
menjadi referensi sekolah untuk dilaksanakan
dalam rangka memenuhi keterlaksanaan
bentuk-bentuk kemitraan yang ada untuk
mewujudkan tujuan program kemitraan.
Langkah-langkah yang harus dilakukan pada
setiap kegiatan-kegiatan ke-mitraan terdapat
pada panduan-panduan yang ditujukan
kepada pihak-pihak terkait.
c. Penyusunan model dari aspek kebahasaan
Bahasa yang digunakan dalam
penyusunan model ini adalah Bahasa
Indonesia.
135
2.2.5. Validasi Ahli
Untuk mengetahui tingkat kelayakan model
kemitraan ini maka perlu dilakukan validasi ahli
dengan instrumen yang telah dikembangkan, pada
tahapan ini draft produk model yang dihasilkan
diujikan kepada para ahli atau pakar.Validasi desain
model ini dilakukan oleh pakar ahli yaitu Dr.
Bambang S.Sulasmono, M.Si sebagai pakar dibidang
manajemen dan Prof. Dr. Slameto, M.Pd sebagai
pakar dibidang program kemitraan. Hasil penilaian
terhadap draft produk model kemitraan menurut
para validator adalah sebagai berikut:
1) Prof. Dr. Slameto, M.Pd
a. Tambahkan faktor-faktor yang mempengaruhi
efektifitas model serta panduan dan
instrument monitoring dan evaluasi.
b. Produk yang dikembangkan hendaknya tidak
hanya terbatas pada satu sekolah saja namun
untuk sekolah swasta yang lainnya juga.
c. Perlu dipisahkan panduan untuk beberapa
pihak sekolah terkait dan panduan untuk
orang tua.
d. Perbaikan pada tata penulisan model, terlebih
substansi model.
e. Paparkan bentuk model yang diadaptasi dan
bagaimana atau mengapa bentuk model
kemitraan baru dibuat.
136
f. Tambahkan BAB II tentang teori-teori yang
mendukung.
g. Bab III ganti judulnya menjadi efektifitas
model.
h. Tambahkan lampiran pelaporan.
Catatan khusus:
a. Layak dengan catatan direvisi atau diperbaiki.
b. Lihat catatan penulisan pada draft.
2) Dr. Bambang S. Sulasmono, M.Si
a. Kesesuaian dan kejelasan latar belakang,
tujuan dan sasaran sudah cukup jelas namun
masih perlu perbaikan; contoh perlukan profil
sekolah tertentu dicantumkan dibagian ini?.
Dibawah sub judul perlu diberi kata pengantar
dan sasaran no 6 perlu dipertimbangkan
apakah diperlukan. Rasional model perlu
diperjelas.
b. Belum nampak aspek penggunaan media sosial
sebagaimana yang dijanjikan dalam judul
thesis.
c. Isi model sudah memadahi namun uraiannya
masih belum jelas. Hal yang kurang penting
berkepanjangan sedang yang penting atau
intinya kurang di elaborasi.
d. Masukan tujuan dan indikator-indikatornya
kedalam bentuk model.
e. Belum jelas apakah model yang dikembangkan
merupakan model konseptual atau model
137
procedural. Jika model prosedural, belum
nampak prosedur yang harus dijalankan dalam
program kemitraan.
Catatan khusus:
a. Perlu diperjelas apa hubungan antara
pendidikan keluarga yang sudah dilakukan
SMA Kristen 1 Salatiga dengan model
kemitraan yang dikembangkan. (Adakah
persamaan, dimana bedanya, apa
hubungannya?)
b. Masih banyak tata tulis yang perlu perbaikan.
Selain validasi dari pakar ahli perlu dilakukan
validasi desain model juga oleh praktisi, dalam
penelitian ini dilakukan oleh kepala sekolah SMA
Kristen 1 Salatiga, Dra. Kriswinarti yaitu sebagai
berikut:
1) Kesesuaian dan kejelasan latar belakang, tujuan
dan sasaran sesuai dan jelas namun cukup
banyak kesalahan teknis dalam penulisan.
2) Kejelasan struktur model belum begitu nampak
ada pengembangan, masih sebatas gambaran
diagram alur yang selama ini dilaksanakan di
SMA Kristen 1 Salatiga.
3) Kejelasan dan kememadaian isi model jelas sesuai
kenyataan di sekolah, tetapi belum jelas model
baru/ pengembangan model yang ditawarkan.
138
4) Ketepatan bentuk-bentuk model dalam mencapai
tujuan dan indikator-indikatornya belum begitu
nampak.
5) Tujuan jelas namun model belum.
Catatan khusus:
Apa yang tersurat menurut hemat saya
masih sebatas pada deskripsi tentang alur/ pola
program kemitraan dan penguatan ekosistem di
SMA Kristen 1 Salatiga selama ini yang sudah
dilaksanakan sehingga belum begitu nampak
adanya model yang dibangun/ dikontruksi
berdasarkan temuan-temuan atau kekurangan-
kekurangan praktik kemitraan di SMA Kristen 1
yang kemudian dapat digunakan sebagai
masukan/ tawaran akternatif upaya perbaikan.
2.2.6. Revisi Produk
Berdasarkan masukan dari para ahli pakar
dan praktisi, berikut revisi produk model kemitraan
sekolah dengan orang tua melalui media sosial yang
telah dilakukan oleh peneliti:
Aspek Saran dan Komentar
dari ahli Hasil Revisi
Struktur
model
- Kejelasan struktur
model belum begitu
nampak.
- Pemisahan panduan
untuk beberapa pihak terkait.
- Tambahkan
lampiran panduan
monitoring dan
evaluasi.
- Struktur model
sudah diperbaki
sesuai saran dari
ahli pakar.
- Panduan-panduan telah dipisahkan
dari produk model
kemitraan.
- Lampiran panduan
monitoring dan evaluasi telah
139
- Tambahkan lampiran pelaporan.
- Bab II tambahkan
dengan teori-teori
yang mendukung.
- Bab III ganti judul
dengan Efektifitas Model.
- Apakah profil
sekolah perlu
dicantumkan?
ditambahkan.
- Lampiran pelaporan
telah ditambahkan
beserta.
- Bab II telah
ditambahkan
dengan teori-teori yang mendukung.
- Bab III telah diganti
judul dengan
Efektifitas Model
beserta kelengkapan isinya.
- Profil sekolah tetap
dicantumkan
namun diubah
bukan lagi profil
sekolah satu sekolah tertentu
namun profil
sekolahsecara
umum sebagai
faktor efektifitas
model.
Isi/
substansi
- Belum ada faktor-
faktor yang
mempengaruhi
efektifitas model.
- Produk tidak hanya
terbatas pada satu sekolah saja namun
untuk sekolah
swasta yang lainnya
juga
- Pemaparan bentuk model yang
diadaptasi dan
bagaimana atau
mengapa bentuk
model kemitran baru
dibuat belum nampak.
- Rasional model perlu
diperjelas lagi.
- Belum nampak
aspek penggunaan
- Telah ditambahkan
faktor-faktor yang
mempengaruhi
efektifitas model
berupa persyaratan
pokok model, profil sekolah, peran dan
karakter.
- Produk diperluas
tidak hanya untuk
digunakan pada satu sekolahan saja
namun untuk
sekolah menegah
swasta.
- Telah ditambahkan/
dipaparkan model yang diadaptasi
yang berada pada
spesifikasi produk
model.
- Rasional model
140
media sosial sebagaimana yang
dijanjikan dalam
judul thesis.
- Hal yang kurang
penting
berkepanjangan sedang yang penting
atau intinya kurang
di elaborasi.
- Masukan tujuan dan
indikator-indikatornya
kedalam bentuk
model.
- Belum nampak
prosedur yang harus
dijalankan dalam program kemitraan.
- Perlu diperjelas apa
hubungan antara
pendidikan keluarga
yang sudah
dilakukan SMA Kristen 1 Salatiga
dengan model
kemitraan yang
dikembangkan.
- Belum jelas model baru/pengembangan
model yang
ditawarkan.
- Ketepatan bentuk-
bentuk model dalam
mencapai tujuan dan indikator-
indikatornya belum
begitu nampak.
- Tujuan jelas namun
model belum.
telah diperjelas.
- Penggunaan aspek
media sosial sudah
ditambahkan lebih
dalam dan
dimasukan dalam
beberapa indikator yang disusun.
- Inti bentuk
kemitraan sudah
dielaborasi dengan
memasukan setiap indikator yang
disusun, tujuan dan
deskripsi kegiatan-
kegiatan dalam
setiap bentuk
kemitraan.
- Tujuan dan
indikator-
indikatornya sudah
dimasukan kedalam
setiap bentuk
model.
- Prosedur yang
harus dijalankan
sudah ditambahkan
dan dielaborasi
pada panduan-panduan yang
dibuat.
- Hubungan antara
pendidikan keluarga
yang sudah
dilakukan SMA Kristen 1 Salatiga
dengan model
kemitraan yang
dikembangkan
sudah diperjelas dalam rasional
model.
- Model baru/
pengembangan
model sudah
diperbaiki dengan mengadaptasi dari
beberapa model
141
kemitraan lainnya dan penambahan
beberapa kegiatan
serta penggunaan
media soisal yang
belum dilaksanakan
di sekolah tempat penelitian.
- Tujuan dan
indikator-
indikatornya sudah
dimasukan kedalam setiap bentuk
model.
- Model sudah
diperbaiki sesuai
dengan saran pakar
ahli dan praktisi.
Tekhnis Penulisan
- Cukup banyak kesalahan teknis
dalam penulisan
- Kesalahan teknis penulisan sudah
diperbaiki.
Produk akhir berupa model yang didapatkan
setelah draf model kemitraan sekolah dnegan orang
tua melalui media sosial ini telah direvisi
berdasarkan kritik dan saran dari validator yaitu
para pakar ahli dan praktisi. Meskipun sudah
merupakan model final, tetapi tidak menutup
kemungkinan untuk menerima masukan kritik dan
saran dari pihak-pihak di luar tim validator tadi
sehingga model ini menjadi lebih baik lagi. Produk
final terdiri dari pendahuluan, rasional model,
spesifikasi model, bentuk-bentuk model kemitraan,
deskripsi dan indikator-indikator setiap bentuk
kemitraan, gambar model, efektifitas model,
monitoring dan evaluasi, pengarsipan dan pelaporan
142
serta dilengkapi dengan panduan-panduan bagi
beberapa pihak terkait.
2.3. Pembahasan
Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis
Sekolah (MPMBS) dapat dikatakan sebagai sistem
pengelolaan persekolahan yang mengacu pada
manajemen sumber daya secara mandiri untuk
meningkatkan mutu sekolah dengan memberikan
kewenangan dan kekuasaan kepada sekolah yang
melibatkan partisipasi masyarakat, warga sekolah
dan orang tua secara langsung pada proses
pengambilan keputusan. Hal inilah yang menjadi
dasar penelitian ini yaitu peneliti ingin menghasilkan
karya yang dapat digunakan untuk membantu para
satuan pendidikan dalam meningkatkan mutu
sekolahnya melalui peningkatan peran serta
masyarakat pada pengelolaan sekolahnya. Peran
serta Masyarakat juga menjadi salah satu pilar MBS
yang sangat perlu diupayakan. Produk yang
dihasilkan dalam penelitian ini adalah sebuah model
kemitraan sekolah dengan orang tua melalui media
sosial. Menurut Kepala Sekolah SMA Kristen 1
Salatiga (2 Juni 2017) model kemitraan sekolah
dengan orang tua melalui media sosial ini dapat
sangat membantu para satuan pendidikan dalam
melaksanakan program pendidikan keluarga atau
143
program kemitraan yang dimiliki sekolah dengan
masyarakat terutama orang tua.
Kemitraan sekolah dengan orang tua
merupakan kerjasama antara satuan pendidikan dan
masyarakat dalam hal ini terwakili oleh keluarga
yang berlandaskan pada asas gotong royong,
kesamaan kedudukan, saling percaya, saling
menghormati, dan kesediaan untuk berkorban dalam
membangun ekosistem pendidikan yang
menumbuhkan karakter dan budaya prestasi peserta
didik. Model kemitraan sekolah dengan orang tua
melalui media sosial berangkat dari analisis
pelaksanakan salah satu sekolah swasta
percontohan program kemitraan sekolah dengan
keluarga dan masyarakat yang dibentuk oleh
Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini dan
Pendidikan Masyarakat. Melalui program ini sekolah
terpilih diberi dana bantuan dan bimbingan teknis
dalam melaksanakan program kemitraan tersebut.
Berdasarkan hasil analisis dengan melihat
model faktual program kemitraan sekolah dengan
orang tua dan masyarakat di salah satu sekolah
swasta yang mereka kemas dalam program
pendidikan keluarga, maka peneliti melihat
pentingnya program kemitraan sekolah yang
mendorong orang tua dalam keterlibatannya pada
pendidikan seluruh peserta didik. Partisipasi atau
keterlibatan orang tua dalam satuan pendidikan
144
tidak hanya dibutuhkan pada tingkat taman kanak-
kanan atau sekolah dasar saja namun di tingkat
sekolah menengah pula. Hal ini didukung oleh
penelitian Havard Family Research Project yang
menyatakan bahwa dalam usia 11-17 tahun, anak-
anak justru sedang berada pada masa puberitas,
transisi dan pengembangan kemampuan berpikir
abstrak. Pada usia tersebut, anak-anak juga
dianggap sebagai anak pada usia yang tingkat
kerawanannya tinggi. Mereka dapat mudah
terpengaruh dengan narkoba, tawuran, putus
sekolah dan kejahatan lain serta mengalami
gangguan psikologi. Dalam masa seperti ini
dukungan dari orang tua sangat dibutuhkan untuk
menghindari hal-hal tersebut. Kemitraan sekolah
dengan orang tua pada tingkat sekolah menengah
memang memiliki perbedaan dengan tingkat sekolah
dasar. Dalam tingkat sekolah menengah, anak lebih
membutuhkan hubungan yang mengutamakan
kepedulian dan kepercayaan terhadap anak. Para
siswa sekolah menengah memerlukan kesempatan
untuk membentuk identitas diri mereka masing-
masing, mengekspresikan diri dan terlibat dalam
pengalaman yang memiliki tantangan yang dapat
mengembangkan kemampuan dan harga diri mereka.
Mereka menginginkan otonomi, kebebasan dan
waktu dengan teman sebaya namun disaat yang
sama mereka juga membutuhkan orang tua atau
145
orang dewasa yang dapat diandalkan (Havard Family
Research Project, 2007: 1).
Meskipun keterlaksanaan program pendidikan
keluarga tersebut sudah berjalan cukup baik masih
terdapat beberapa aspek yang perlu dikembangkan
pada model kemitraan sekolah yang menggandeng
orang tua dalam pendidikan para peserta didik
tersebut. Melalui analisis pengembangan startegi
sekolah dalam melaksanakan program pendidikan
keluarga dengan menggunakan SWOT dan MAS,
maka peneliti menemukan bahwa pengembangan
model kemitraan sekolah dengan orang tua yang
dibutuhkan yaitu meliputi pengembangan dalam
aspek komunikasi efektif melalui media sosial dan
aspek pengawasan pada pembelajaran akademik
para siswa peserta didik oleh orang tua.
Berdasarkan penelitian, Mazza (2013) dan Cox
(2012) telah menemukan bahwa media sosial telah
berpengaruh positif pada sekolah-sekolah yang telah
mengunakannya sebagai media komunikasi dengan
pemangku kepentingan. Hasil penelitian mereka
menyatakan bahwa media sosial yang sering
digunakan sekolah sebagai alat komunikasi untuk
memperkuat kemitraan yaitu diantaranya dengan
Facebook, Twitter, Blog, Website, Email, dan
Youtube. Namun dalam menentukan media sosial
yang dapat menjadi efektif atau sesuai digunakan
dalam meningkatkan program kemitraan yang akan
146
dijalankan maka sekolah perlu memperhatikan
point-point yang disarankan oleh Mazza (2013)
sebagai berikut:
1) Mengidentifikasi dan menanamkan nilai-nilai atau
kepercayaan terhadap kemitraan sekolah dan orang tua.
2) Menjadi pendidik yang terhubung.
3) Memahami kebutuhan komunikasi orang tua yang
berbeda-beda.
4) Memahami parameternya 5) Membagi pengambilan keputusan
6) Membangun kapasitas
7) Teknologi tidak seharusnya digunakan untuk
menyelesaikan masalah.
8) Memperkenalkan atau mensosialisasikan media
sosial yang baru. 9) Menawarkan media sosial yang dimiliki sekolah.
10) Mengevaluasi keefektifan penggunaan media sosial.
Pengawasan sosial dan akademik bagi para
peserta didik usia remaja juga sangat dibutuhkan.
Melalui pengawasan akademik dan sosial pada para
siswa usia remaja, orang tua dapat mencegah
munculnya masalah yang dapat menjadi besar,
membantu perkembangan prestasi bahkan menaikan
prestasi akademiknya (Havard Family Research
Project, 2007: 3). Pengembangan dalam aspek
pengawasan yang mengikutsertakan orang tua pada
pembelajaran akademik para siswa dapat dilakukan
melalui blog guru dan Edmodo. Penggunaan blog
guru dapat diisi dengan summary materi
pembelajaran, bahan materi tambahan, menunjukan
project siswa terbaik, dll. Sedangkan penggunaan
media Edmodo digunakan untuk pemberian tugas-
tugas kepada siswa, diskusi diluar jam pelajaran,
147
berbagi file, membuat game berdasarkan standar
pembelajaran dll. Aplikasi Edmodo ini juga memberi
kesempatan orang tua untuk ikut bergabung
didalamnya sehingga dapat turut serta mengawasi
perkembangan akademik para siswa bahkan terlibat
dalam proses pembelajaran anak mereka. Meskipun
orang tua mungkin tidak dapat mengatur atau
membantu pekerjaan rumah (PR) siswa sama seperti
dulu saat mereka duduk dibangku sekolah dasar,
namun sekolah dapat membantu orang tua memiliki
kesempatan untuk terbiasa mendukung
pembelajaran anak remajanya dan penyelesaian PR
yang produktif. Dalam hal ini sekolah mungkin tidak
akan meminta orang tua untuk membantu
mengajarkan PR mata pelajaran tertentu namun
lebih kepada berbagi ide, pendapat dan bahkan
pengetahuan kepada para siswa. (Havard Family
Research Project, 2007: 4). Contohnya dengan
kolaborasi pembuatan portofolio dengan pertanyaan
yag telah diarahkan oleh guru.
Selain itu, demi memperkuat komunikasi dan
hubungan sekolah dengan orang tua maka sekolah
dapat mengadakan acara Family Fun Day. Hal ini
dapat dilakukan dengan mengadakan lomba atau
kegiatan games antara orang tua dan para peserta
didik yang dibuat dan dipimpin oleh trainers
berpengalaman sehingga game tersebut memiliki
tujuan untuk mempererat hubungan orang tua dan
148
para peserta didik terlebih lagi dengan sekolah yang
telah mengadakan acara tersebut dan berperan
sebagai jembatan positif bagi mereka.
Kerjasama yang baik dapat dilakukan jika
diantara kedua belah pihak saling berkontribusi
positif dalam melakukan sesuatu. “Three Contribution
for School” merupakan best practice dari salah satu
sekolah di New York. Program tersebut merupakan
wadah kesempatan atau peluang yang diberikan
sekolah untuk mendorong keterlibatan aktif dari
orang tua dalam pendidikan anak-anak. Sekolah
menggunakan program “Three Contribution for School”
untuk mengundang orang tua berpartisipasi sebagai
relawan dalam kepanitiaan, acara-acara sekolah,
pembuatan school newsletter, kegiatan dikelas, atau
bahkan kegiatan sekolah yang dilakukan dirumah
dll. Sekolah menjelaskan bagaimana orang tua
dapat berkontribusi dalam program ini saat
pertemuan sekolah dan orang tua pada awal tahun
pelajaran. Sekolah juga sebagai pihak yang
mengingatkan orang tua, membuat laporan dan
pertanggung jawaban atas kontribusi yang diberikan
orang tua ke sekolah (Corolado Springs School
District 11, 2014: 6). Tentunya hal ini harus
didiskusikan dan disepakati oleh orang tua atau
komite sekolah sebagai perwakilan.
Salah satu bentuk kegiatan yang dapat
melibatkan orang tua dan dapat mempererat
149
hubungan sekolah dan orang tua adalah pembuatan
“School Newletter”. Hazeltine, Kepala Sekolah dari
Sekolah Kristen Airdrie Koinonia di Airdrie, Alberta
(Canada) mengatakan bahwa mungkin setiap orang
tidak membaca Newsletter sekolahmu, namun
banyak orang tua akan membacanya. Newsletter
adalah cara yang sangat bagus untuk membantu
membangun hubungan sekolah dengan orang tua
dan membantu orang tua dengan ide-ide praktis
yang berguna (Hazeltine, 2017). Melalui “School
Newletter” orang tua dapat mengetahui sekolah lebih
dalam lagi, setiap programnya baik yang sudah
diadakan maupun yang akan dilaksanakan serta
profil sekolah, profil anak berprestasi dll yang
terdapat pada rubrik-rubrik didalamnya. Dalam
penulisan “School Newletter” ini tidak hanya
dilakukan oleh tim saja atau dari pihak sekolah
namun dapat melibatkan orang tua dan para peserta
didik.
Kegiatan Night Sharing dapat dilakukan
sebagai solusi untuk kehadiran orang tua yang
belum maksimal dalam pertemuan yang diadakan
sekolah kepada orang tua. Kesibukan orang tua pada
pagi hingga sore hari kerap kali menjadi hambatan
dalam mengundang orang tua dalam pertemuan
sekolah dengan orang tua, sehingga pertemuan
tersebut menjadi kurang menjadi efektif dan efisien.
Diharapkan dengan diadakan Night Sharing maka
150
lebih banyak lagi orang tua yang dapat hadir. Night
Sharing sering disebut juga Back to School Night.
Tujuan utamanya adalah mengikutsertakan orang
tua pada pembelajaran para peserta didik atau dapat
dikatakan juga melibatkan orang tua dalam diskusi
yang berkaitan tentang pembelajaran anak (Sterling,
2015). Night Sharing dapat dilakukan dengan berbagi
pengalaman pola asuh yang telah dilakukan bersama
dari orang tua dan sekolah pada anak atau sisiwa
peserta didik selama jangka waktu yang telah dilalui
terutama yang berkaitan dengan proses belajar
mereka. Melalui kegiatan ini kedua belah pihak
dapat berdiskusi jika ada beberapa hal yang perlu
ditingkatkan, dirubah dan disepakati bersama dalam
rangka mengasuh dan mendidik anak lebih baik lagi
sehingga dapat mencetak lulusan yang unggul dalam
prestasi dan karakter.
Selain memasukan unsur strategi-strategi yang
telah dipaparkan diatas, pengembangan bentuk
model ini mengacu pada model kemitraan sekolah
dengan keluarga dan masyarakat oleh pemerintah
dan dikembangkan dengan mengadaptasi dari
beberapa model kemitraan yang dianggap mampu
meng-akomodasi kekurangan model yang sudah ada,
yaitu mengadaptasi dari model PTA National
Standards for Family-School Partnership dan model
dari Penelitian Family Involvement in middle and High
School’s Education dari Havard Family Research
151
Project. Tidak hanya itu, pengembangan model juga
memadukan penggunaan media sosial dalam usaha
peningkatan keefektifan komunikasi yang terjalin
dalam suatu program kemitraan. Model kemitraan
sekolah dengan orang tua melalui media sosial ini
diharapkan penulis dapat membantu sekolah dalam
mengembangkan dan melaksanakan program
kemitraan sekolah dengan orang tua yang tentunya
hal tersebut harus disesuaikan dengan kondisi
sekolah masing-masing.
Tujuan model kemitraan sekolah dengan orang
tua melalui media sosial ini adalah memberikan
panduan bagi kepala sekolah, guru, tenaga
kependidikan, komite serta orang tua untuk secara
bersama-sama menciptakan dan mendukung
pelaksanaan program kemitraan sekolah dengan
orang tua dan mensukseskan pendidikan semua
peserta didik. Sedangkan sasaran model kemitraan
ini yaitu; Pertama, Kepala sekolah, guru, dan tenaga
kependidikan sekolah swasta dalam melaksanakan
kemitraan dengan keluarga dan masyarakat; Kedua,
Orang tua/ wali murid sekolah swasta sebagai mitra
kerja dalam merencanakan, melaksanakan, dan
mengevaluasi program-program sekolah; Ketiga,
Komite sekolah sekolah swasta sebagai mitra kerja
dalam merencanakan, melaksanakan, dan
mengevaluasi program-program sekolah; Keempat,
Organisasi mitra yang berkaitan dengan pelaksanaan
152
program kemitraan sekolah dengan orang tua melalui
media sosial; dan kelima, Dinas Pendidikan kota dan
Provinsi sebagai pembina teknis satuan pendidikan
menengah dan pendidikan khusus.
Beberapa pihak yang terkait langsung dalam
model kemitraan sekolah dengan orang tua melalui
media sosial ini yaitu kepala sekolah, bidang humas,
bidang bimbingan konseling, wali kelas, tim
pengelola sistem informasi, komite sekolah, tenaga
Kependidikan dan orang tua peserta didik.
Spesifikasi model pengembangan kemitraan sekolah
dan orang tua melalui media sosial yaitu: (1) Definisi
dan deskripsi setiap bentuk kemitraan; (2) Tujuan
dan hasil yang diharapkan dalam setiap bentuk
kemitraan (3) Rekomendasi kegiatan yang dapat
dikembangkan pada setiap bentuk kemitraan; (4)
Indikator pada setiap bentuk kemitraan; (5) Peran
pihak sekolah dan orang tua dalam menjalankan
setiap bentuk kemitraan.
Dalam mengimplementasi model kemitraan
sekolah dengan orang tua melalui media sosial ini
maka pihak-pihak yang terkait harus
memperhatikan setiap bentuk kemitraan yang sudah
dipaparkan dalam model. Rekomendasi kegiatan
yang telah diberikan dalam model tersebut dapat
dipertimbangkan sesuai dengan tahap
keterlaksanaan program kemitraan sekolah serta
situasi dan kondisi sekolah. Keterlaksanaan setiap
153
indikator yang sudah dijalankan harus disertai
dengan evaluasi dan supervisi yang rutin sehingga
dapat mencapai keberhasilan yang maksimal. Selain
itu, sekolah yang hendak menggunakan model
kemitraan ini harus senantiasa berusaha memenuhi
beberapa faktor yang mempengaruhi efektifitas
keterlaksanaan model, seperti persyaratan pokok
model, profil sekolah, peran dan karakter dan
monitoring dan evaluasi. Panduan-panduan yang
telah dibuat diharapkan dapat membantu pihak-
pihak terkait yang akan menjalankan program
kemitraan ini. Panduan tersebut berisi peran utama
dan peran khusus dalam setiap bentuk kemitraan
yang harus dipenuhi oleh pihak sekolah dan orang
tua. Kegiatan-kegiatan dalam setiap bentuk
kemitraan dalam model tidak mutlak, semakin
sekolah dapat mengembangkan kegiatan-kegiatan
yang dapat menjawab kebutuhan sekolah dan orang
tua dalam mendidik anak-anak maka akan semakin
berhasil pula program kemitraan tersebut. Namun
paling tidak semua bentuk kemitraan hendaknya
dapat dilaksanakan demi keberhasilan yang
diharapkan.
Terdapat beberapa penelitian yang relevan
terkait dengan penelitian ini. Penelitian oleh Mazza
(2013) dan Coz (2012) memiliki kesamaan dengan
penelitian ini yaitu sama-sama mengangkat tema
kemitraan melalui media sosial. Dalam penelitiannya,
154
Mazza hanya sebatas mendeskripsikan bagaimana
penggunaan media sosial berpengaruh terhadap
komunkasi antara sekolah dan para orang tua dan
Coz mencoba mendeskripsikan, menganalisa dan
mentafsirkan pengelaman beberapa kepala sekolah
dan pengawas dalam menggunakan beragam alat
komunikasi seperti media sosial untuk
berkomunikasi dengan para pemangku kepentingan
sebagai suatu sistem komunikais yang komprehensif,
sedangkan dalam penelitian ini peneliti tidak hanya
mendeskripsikan dan menganalisa saja namun
mencoba menghasilkan suatu produk yang berupa
model kemitraan sekolah dengan orang tua yang
didalamnya mengandung unsur penggunaan media
sosial sebagai alat penguat komunikasi dalam
kemitraan tersebut. Penelitian tentang model
kemitraan masih jarang ditemui di Indonesia, namun
demikian peneliti menemukan satu penelitian yang
hampir mirip dengan model kemitraan sekolah
dengan orang tua yaitu model kolaborasi guru, orang
tua dan masyarakat oleh Jamalludin (2015).
Penelitian Jamalludin dan penelitian ini hampir sama
yaitu mencoba membuat model yang berhubungan
dengan kemitraan atau kolaborasi antara pihak
sekolah dengan orang tua dan masyarakat melalui
beberapa tahap, Jamalludin dengan tahap Borg and
Gall sedangkan penelitian pengembangan ini
menggunakan tahap Sugiyono. Namun terdapat
155
keistimewaan produk penelitian ini yaitu dengan
menambahkan penggunaan media sosial sebagai alat
komunikasi yang diharapkan dapat membantu
menguatkan komunikasi antar pihak terkait. Teknik
analisis yang digunakan dalam penelitian ini pun
juga hampir sama seperti teknik analisis yang
digunakan dalam penelitian Rosita (2009) dan
Prastawa (2010) yang juga menggunakan teknik
analisis SWOT untuk melihat potensi kekuatan,
kelemahan, hambatan dan peluang sebelum
membuat strategi-strategi dalam penelitian
pengembangannya, perbedaanya dalam penelitian ini
untuk mendapatkan strategi-strategi dalam
pengembangan model yang dibuat peneliti tidak
hanya menggunakan SWOT namun juga
menggunakan teknik analisis MAS untuk
memaksimalkan hasil pengembangan model.
Meskipun memiliki perbedaan, kelima penelitian
yang relevan yang telah dipaparkan diatas menjadi
bahan pertimbangan yang bermanfaat bagi penulisan
penelitian pengembangan ini.
Keterbatasan pengembangan model kemitraan
sekolah dengan orang tua dalam penelitian dan
pengembangan ini meliputi hal sebagai berikut:
1) Keterbatasan pengembangan dibatasi pada studi
pendahuluan di satu lingkup satu sekolah saja.
Sekolah tersebut dipilih karena mayoritas baik
pendidik maupun orang tua atau wali murid
156
peserta didik telah dianggap cukup mengikuti
perkem-bangan era digital dalam berkomunikasi.
Artinya penggunaan smart phone dan media sosial
cukup populer dikalangan warga sekolah.
2) Dalam menerapkan model kemitraan sekolah
dengan orang tua sebagai hasil dari produk
penelitian ini, satuan pendidikan dan warga
sekolah harus memiliki media sosial yang prima,
artinya media sosial harus dipersiapkan dengan
baik penggunaanya dengan stakeholder terkait
termasuk sosialisasi spesifikasi penggunaanya
dan analisis kebutuhan yang harus dilakukan
sebelum penggunaan, selain itu dalam
penggunaanya juga harus memiliki etika dalam
berkomunikasi menggunakan media sosial, etika
tersebut dapat dibuat dan disepakati bersama
dengan perwakilan stakeholder terkait, dan tidak
kalah penting penggunaan media sosial juga
harus dievaluasi untuk peningkatan komunikasi
yang lebih baik.
3) Penggunaan media sosial hanya sebatas alat
pendukung komunikasi dalam program kemitraan
sekolah dan orang tua, tanpa budaya
berkomunikasi yang baik dari sekolah ke orang
tua maupun sebaliknya penggunaan alat
pendukung ini tidak akan berjalan efektif. Sekolah
adalah pihak pertama yang harus membangun
budaya komunikasi yang baik dengan orang tua
157
maupun masyarakat, hal tersebut dapat
dilakukan melalui program-program pertemuan
sekolah dan orang tua atau masyarakat untuk
menjalin komunikasi dengan baik.
4) Penelitian dan pengembangan ini hanya dibatasi
sampai pada tahap uji pakar oleh para pakar
yaitu ahli dibidang Manajemen dan pengamat
program Pendidikan Keluarga.
2.4. Implikasi Hasil Penelitian
Implikasi dari hasil penelitian ini meliputi:
1) Secara teoritis, hasil penelitian ini dapat
memberikan implikasi terhadap pengembangan
model kemitraan sekolah dengan orang tua
melalui media sosial dalam rangka meningkatkan
mutu berbasis sekolah di sekolah menengah
swasta, dimana model yang dikembangkan terdiri
dari bentuk-bentuk kemitraan dan langkah-
langkah pengaplikasiannya bagi kepala sekolah
dan beberapa stakeholder terkait termasuk orang
tua yang dapat bekerjasama dalam mengelola
pendidikan yang berbasis sekolah atau yang biasa
disebut dengan istilah School Based Management.
2) Secara teoritis, hasil penelitian ini dapat
memberikan implikasi terhadap referensi bahan
kajian penelitian pengembangan, dimana
pengembangan model yang dilakukan
berdasarkan strategi-strategi yang telah dibuat
158
terlebih dahulu menggunakan analisis SWOT dan
MAS sehingga hasilnya dapat digunakan untuk
menemukan suatu ide baru yang dapat menjawab
suatu kebutuhan yang dicari.
3) Secara praktis, pengembangan model kemitraan
sekolah dengan orang tua melalui media sosial
yang telah dibuat dapat berimplikasi pada upaya
peningkatan mutu berbasis sekolah sehingga
dapat digunakan untuk membantu sekolah
melaksanakan program kemitraan melalui
bentuk-bentuk kemitraan yang telah disusun,
dimana model tersebut sudah dilengkapi dengan
panduan-panduan seperti panduan
pelaksanaannya bagi kepala sekolah dan setiap
stakeholder terkait termasuk orang tua serta
panduan evaluasi dan monitoring.
4) Secara praktis, hasil penelitian ini dapat
berimplikasi pada upaya peningkatan mutu
berbasis sekolah di SMA Kristen 1 Salatiga
dengan melakukan evaluasi formatif program
pendidikan keluarga dan produk yang dihasilkan
yaitu model kemitraan sekolah dengan orang tua
melalui media sosial dapat digunakan untuk
referensi pengembangan program pendidikan
keluarga secara produktif, efektif dan efisien demi
mencetak lulusan sekolah yang produktif dan
lebih berkualitas.