Post on 13-Mar-2019
81
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Hasil Penelitian
Penelitian dan pengembangan Model Desain Pembelajaran Tematik
Integratif Berbasis Lingkungan pada Tema 4 Berbagai Pekerjaan Sub tema
1 Jenis-jenis Pekerjaan Sub-sub tema Tukang Ronde telah dilaksanakan
menggunakan metode Research and Development (R&D). Penelitian ini
bertujuan untuk mengembangkan Model Desain Pembelajaran Tematik
Integratif Berbasis Lingkungan, mengembangkan langkah-langkah Model
Desain Pembelajaran Tematik Integratif Berbasis Lingkungan, mengetahui
seberapa tinggi tingkat validitas produk model pembelajaran tematik
integratif berbasis lingkungan, dan mengetahui seberapa tinggi model
pembelajaran tematik integratif berbasis lingkungan dapat meningkatkan
kompetensi hasil belajar pesera didik. pada sub bab hasil penelitian ini akan
disajikan proses pengembangan Model Desain Pembelajaran Tematik
Integratif Berbasis Lingkungan.
Proses pertama kalinya adalah peneliti melakukan survey lapangan
terlebih dahulu dengan mewawancarai guru kelas. Dari hasil studi
pendahuluan yang dilakukan ternyata guru di tiga Sekolah Dasar di Salatiga
belum memahami konsep pembelajaran tematik secara utuh dan kurang
memahami peran guru dalam merancang pembelajaran di kelas. Guru kelas
hanya menjalankan dan melaksanakan pembelajaran sesuai dengan
rancangan pembelajaran di Buku Guru tanpa memahami konsep
pembelajaran tematik yang utuh dan tepat. Sehingga perlu adanya langkah-
langkah model pembelajaran tematik yang tepat untuk dijadikan bekal guru
dalam melaksanakan pembeljaran di kelas. Selain itu guru perlu tahu peran
yang dimiliki apa saja sehingga guru dapat dengan kreatif merancang proses
pembelajaran.
Proses yang kedua peneliti melakukan perencanaan konsep Model
Desain Pembelajaran Tematik Integratif Berbasis Lingkungan yang
82
kemudian jika model sudah jadi maka peneliti melakukan validasi model
oleh ahli desain pembelajaran yaitu berupa model, silabus dan RPP. Selain
ahli desain juga peneliti melakukan validasi materi yang ada dalam Buku
Guru dan Buku Siswa. Selanjutnya setelah dilakukan validasi oleh ahli,
peneliti melakukan revisi model sebelum melakukan uji coba terbatas pada
siswa kelas 4 SDN Dukuh 02 Salatiga dan SDN Salatiga 05. Setelah uji
coba terbatas selesai dilakukan revisi produk yang menandakan tahap sudah
selesai dan model dikatakan final. Berikut merupakan uraian dari hasil
penelitian
4.1.1 Hasil Studi Pendahuluan Model Desain Pembelajaran Tematik
Integratif Berbasis Lingkungan
Dari survey pada studi pendahuluan diketahui bahwa terjadi
kesenjangan antara kondisi ideal dan kondisi di lapangan pada
implementasi pembelajaran pada Kurikulum 2013 di Sekolah Dasar. Dari
empat Sekolah Dasar,75% responden mengatakan bahwa Buku Guru dan
Buku Siswa belum sesuai dengan lingkungan peserta didik. Walaupun
ketidaksesuaian itu telah diakui oleh 75% responden namun guru tetap
berpanduan pada Buku Guru dan Buku siswa dari Pemerintah.Hal itu
disebabkan karena guru tidak sempat mengembangkan Buku Guru dan
Buku Siswa yang sesuai dengan karakteristik siswa dan lingkungan
pembelajaran yang dihadapinya. Semestinya guru melakukan usaha
mandiri untuk menciptakan pembelajaran yang relevan terhadap
lingkungan dan situasi kelas yang dihadapi, karena yang dapat mengerti
karakteristik siswa dan lingkungan pembelajaran adalah guru sebagai
pengelola pembelajaran tersebut, bukan Pemerintah yang hanya
menerka-nerka situasi pembelajaran yang akan terjadi.
Berdasarkan hasil survey 75% mengatakan tema, sub tema serta
pembelajaran tidak sesuai, hal ini terlihat dari tema dan sub tema yang
dipilih tidak mengerucut melainkan melebar kemana-mana. Seharusnya
pembelajaran membahas sub sub tema dari sub tema yang ada ternyata
83
semakin membuat pembelajaran menjadi umum bukan mengerucut dan
masih abstrak. Seharusnya dari tema dan sub tema yang umum dan
abstrak dikembangkan menjadi pembelajaran 1 sampai 6 dengan
pembelajaran yang konkret sehingga siswa lebih mudah memahami
materi dan membuat pembelajaran lebih bermakna.
Dari empat Sekolah dasar 100% mengalami kurangnya sarana dan
prasarana belajar yang memadai untuk mencapai Kompetensi Dasar
secara optoimal. Kekurang ketersediaan sarana dan prasarana akan
berpengaruh terhadap hasil belajar yang dicapai siswa. Sebenarnya
lingkungan sekolah dapat dijadikan sarana dan prasarana untuk
menunjang pembelajaran di kelas, namun guru kurang memanfaatkan
sarana dan prasarana yang ada. Padahal guru memiliki wewenang dalam
pemanfaatan sarana dan prasarana yang ada termasuk lingkungan di
sekitar sekolah. Dengan pembelajaran berbasis lingkungan guru akan
lebih mudah melakukan pembelajaran serta memanfaatkan sarana dan
prasarana yang ada, selain itu akan membuat pembelajaran lebih terkesan
dan bermakna serta Kompetensi Dasar tercapai dengan optimal.
Dari hasil survey pada studi pendahuluan diketahui juga kurang
relevannya materi dengan kondisi siswa. Dari empat Sekolah Dasar di
Salatiga yang disurvey 100% materi yang digunakan dalam proses
belajar mengajar kurang relevan dengan lingkungan di Salatiga, hal ini
terlihat dari materi yang disajikan pada Buku Guru dan Buku Siswa
secara umum menyamaratakan materi setiap sekolah. Mengingat latar
belakang warga Indonesia yang berbeda-beda, sehingga perlu
mengembangkan pembelajaran dengan memodifikasi materi yang sesuai
dengan lingkungan peserta didik supaya peserta didik dapat belajar sesuai
dengan lingkungan tempat tinggalnya.
Kesenjangan yang ditemui dari empat Sekolah dasar di salatiga
yaitu pada kurang mendalamnya materi pada Buku Siswa. Dari empat
Sekolah Dasar 75% mengatakan Buku Siswa hanya menerangkan materi
secara singkat, seharusnya Buku Siswa berperan aktif penanaman
84
pengetahuan siswa, namun karena kurangnya pendalaman materi pada
Buku Siswa membuat siswa kesulitan dalam pemahaman materi. Pada
Kurikulum 2013 siswa dituntut aktif dalam memperoleh pengetahuannya
sendiri dengan bantuan Buku Siswa seharusnya siswa dapat menemukan
pengetahuannya sendiri, namun karena kurangnya pendalaman materi
juga membuat siswa kesulitan mendapatkan pengetahuannya sendiri.
Dengan pengembangan pembelajaran tematik siswa akan mudah
memperoleh pengetahuannya sendiri mengingat pembelajaran tematik
menuntut siswa aktif dalam pembelajaran dengan penggunakan tema
yang disesuaikan dengan lingkungan siswa sendiri. Sehingga pendalaman
materi dengan mudah mereka dapatkan sendiri
4.1.2 Hasil Pengembangan Model Desain Pembelajaran Tematik
Integratif Berbasis Lingkungan
Model desain pembelajaran Tematik Integratif berbasis lingkungan
adalah kerangka konseptual dari konkretisasi teori yang dibangun
berdasarkan desain pembelajaran Kemendikbud (2014: 17), teori
lingkungan sebagai tema atau setting pembelajaran, dan pembelajaran
Tematik Integratif yang berisi prinsip-prinsip, konstruk, tujuan dan
langkah-langkah. Enam langkah desain pembelajaran menurut
Kemendikbud yang telah diuraikan adalah 1) memilih/menetapkan tema,
2) melakukan analisis SKL, KI, Kompetensi Dasar dan membuat
Indikator, 3) membuat hubungan pemetaan antara Kompetensi Dasar dan
Indikator dengan tema, 4) membuat jaringan Kompetensi Dasar, 5)
menyusun silabus, 6) menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP).
Pada langkah mengembangkan model desain pembelajaran
Tematik Integratif menurut Kemendikbud kemudian dipadukan dengan
lingkungan sebagai tema atau setting pembelajaran maka konstruk desain
pembelajaran Tematik Integratif berbasis lingkungan adalah rancangan
sistematis konsep pembelajaran dengan menggunakan lingkungan
85
sebagai tema untuk memberikan pengalaman bermakna bagi peserta
didik. Tujuannya yaitu memberikan pedoman kepada guru dalam
merancang dan mengembangkan pembelajaran Tematik Integratif
berbasis lingkungan.
Model desain pembelajaran Tematik Integratif berbasis lingkungan
meletakkan lingkungan sebagai tema dalam pemersatu kegiatan
pembelajaran dan memadukan beberapa muatan pelajaran sekaligus ke
dalam pembelajaran. Adapun muatan pelajaran yang dipadukan adalah
muatan pelajaran PPKn, Bahasa Indonesia, IPS,IPA, Matematika, Seni
Budaya dan Prakarya, serta Pendidikan Jasmani, Olah Raga dan
Kesehatan. Dalam Kurikulum 2013, tema sudah disiapkan oleh
pemerintah dan sudah dikembangkan menjadi subtema dan satuan
pembelajaran. Dalam model desain pembelajaran Tematik Integratif
berbasis lingkungan selain mengembangkan materi berdasarkan
lingkungan sekitar peserta didik juga menamai sub-sub tema sebagai
pengembangan pembelajaran 1 sampai 6. Hal ini dimaksud untuk
memperbaiki pembelajaran yang sebelumnya yaitu belum sesuai dengan
lingkungan peserta didik, dan menjadikan pembelajaran lebih terfokus,
spesifik dan lebih konkret. Sub-sub tema yang dikembangkan sama
sekali tidak merubah tema maupun subtema yang telah ditetapkan
pemerintah, namun peneliti menamai dan mengembangkan pembelajaran
1 sampai 6 yang belum spesifik dan masih abstrak menjadi lebih spesifik
dan konkret. Berikut gambar Model Desain Pembelajaran Tematik
Integratif Berbasis Lingkungan.
86
Gambar 4.1 Model Desain Pembelajaran Tematik Integratif Berbasis
Lingkungan
Kompetensi Hasil Belajar
Mengembangkan
sub-sub tema
Melakukan analisis
SKL, KI, KD dan
membuat indikator
Membuat hubungan
pemetaan antara KD
dan indikator dengan
tema
Membuat jaringan KD
Menyusun silabus
Menyusun RPP
Jaringan sub-sub tema
Tabel analisis SKL,
KI, KD dan membuat
indikator
Tabel keterhubungan
KD dan indikator
dengan sub-sub tema
Jaringan KD dan indikator
Silabus
RPP
Menyusun Buku Guru
Menyusun Buku Siswa
Buku Guru
Buku Siswa
pedoman bagi guru dalam merancang dan
mengembangkan pembelajaran Tematik Integratif
berbasis lingkungan
Memilih Tema Lingkungan
87
4.1.2.1 Validasi Model Desain Pembelajaran Tematik Integratif
Berbasis Lingkungan
ValidasiModel Desain Pembelajaran Tematik Integratif
Berbasis Lingkungan menggunakan 3 ahli model desain
pembelajaran yaitu Prof. Dr. Slameto, M.Pd. (A1), Dr. Wasitohadi,
M.Pd. (A2), dan Adi Winanto, S.Pd, M.Pd. (A3).Data validasi ahli
yaitu data yang diperoleh berdasarkan penilaian ahli model desain
pembelajaran melalui lembar penilaian. Berikut merupakan hasil
penilaian ahli model desain pembelajaran pada model, silabus dan
RPP.
Tabel 4.1 Hasil Validasi Model oleh Ahli Model Desain Pembelajaran
Desain Indikator SKOR
A1 A2 A3
Model 1. Berisi kerangka yang
menggambarkan Model Desain
Pembelajaran Tematik Integratif
Berbasis Lingkungan
2 2 3
2. Berisi prinsip-prinsip Model
Desain Pembelajaran Tematik
Integratif Berbasis Lingkungan
secara utuh (teori, tujuan,
prosedur, dan lingkungan
pesertadidik)
2 3 3
3. Menggunakan teori pendidikan
dan teori belajar dari para Ahli
2 2 3
4. Berisi tujuan Model Desain
Pembelajaran Tematik Integratif
Berbasis Lingkungan
2 3 3
5. Berisi langkah Model Desain
Pembelajaran Tematik Integratif
Berbasis Lingkungan
2 3 3
6. Memperhatikanlingkungansekit
arpesertadidik
3 3 2
Total 13 16 17
Jumlah 46
Rata-rata 15,3
Setelah dilakukan analisis, diperoleh rata-rata skor penilaian
ahli model desain pembelajaran pada modelsebesar 15,3. Dan pada
kesimpulan akhir ahli model desain pembelajaran menyatakan
88
Model Desain Pembelajaran Tematik Integratif Berbasis Lingkungan
memenuhi syarat dan layak diuji cobakan setelah perbaikan sesuai
saran. Dengan menggunakan rentang skor 1 sampai 3, skor penilaian
desain pembelajaran untuk aspek yang dinilai dengan menggunakan
rumus :
AP =Skor Aktual
Skor IdealX 100%
AP =15,3
18X 100%
AP = 85%
Berdasarkan skor yang diperoleh dengan menggunakan rumus
dan dikelompokkan ke dalam kategori maka model tergolong
kategori “Sangat Tinggi” dengan interval 81% sampai 100%.
Walaupun model sudah termasuk dalam kategori “Sangat Tinggi”
namun model masih perlu disempurnakan sesuai saran ahli desain
pembelajaran sehingga dilakukan revisi dan perbaikan sebelum
dilakukan uji coba terbatas. Adapun yang perlu diperbaiki menurut
Dr. Wasitohadi, M.Pd. yaitu model perlu menonjolkan berbasis
lingkungannya, panduan penyusunan RPP tematik perlu diuraian
dengan jelas, teori perumusan tujuan pembelajaran harus lebih jelas,
dan yang terakhir koding perlu diperbaiki. Sedangkan menurut Adi
Winanto, S.Pd, M.Pd.danProf. Dr. Slameto, M.Pd. tidak ada yang
perlu diperbaiki.
Tabel 4.2Hasil Validasi Desain oleh Ahli Model Desain
Pembelajaran
Desain Indikator Skor
A1 A2 A3
Silabus 1. Memuat seluruh komponen 2 3 3
2. Komponen-komponen
saling berkaitan
2 3 3
3. Kesesuaian silabus dengan
pemetaan keterhubungan
Kompetensi Dasar,
Indikator dengan sub-sub
2 3 3
89
tema
4. Kualitas perumusan
indikator
1 2 3
5. Relevansi indikator terhadap
Kompetensi Dasar
2 2 3
6. Kesesuaian Kompetensi
dasar terhadap kegiatan
pembelajaran
2 2 3
7. Kualitas pemilihan kegiatan
pembelajaran
2 2 2
RPP 1. Memuat seluruh komponen 2 2 2
2. Komponen-komponen
saling berkaitan
2 2 3
3. Kejelasan perumusan tujuan
dengan indikator
2 2 3
4. Kelengkapan materi 2 2 2
5. Kejelasan urutan langkah-
langkah pembelajaran
1 2 3
6. keruntutan skenario
pembelajaran
1 2 3
7. Ketepatan memilih strategi
interaksi sehingga
memperkaya pengalaman
belajar
1 2 3
8. Ketepatan memilih
alat,media dan sumber
belajar
2 2 3
9. Kesesuaian dengan alokasi
waktu pembelajaran
2 2 3
10. Kesesuaian instrumen
asesmen dengan indikator
1 2 3
Jumlah 29 37 48
Total 114
Rata-rata 38
Setelah dilakukan analisis, diperoleh rata-rata skor penilaian
ahli model desain pembelajaran pada silabus dan RPP sebesar 38.
Dan pada kesimpulan akhir ahli model desain pembelajaran
menyatakan Model Desain Pembelajaran Tematik Integratif Berbasis
Lingkungan memenuhi syarat dan layak diuji cobakan setelah
perbaikan sesuai saran. Dengan menggunakan rentang skor
90
1 sampai 3, skor penilaian desain pembelajaran untuk aspek yang
dinilai dengan menggunakan rumus :
AP =Skor Aktual
Skor IdealX 100%
AP =38
51X 100%
AP = 74%
Berdasarkan skor yang diperoleh dengan menggunakan rumus
dan dikelompokkan ke dalam kategori maka model tergolong
kategori “Tinggi” dengan interval 61% sampai 80%. Walaupun
model sudah termasuk dalam kategori “Tinggi” namun model masih
perlu disempurnakan sesuai saran ahli desain pembelajaran sehingga
dilakukan revisi dan perbaikan sebelum dilakukan uji coba terbatas.
Adapun yang perlu diperbaiki menurut Prof. Dr. Slameto, M.Pd.
yaitu pada skenario proses belajar mengajar yang belum terdapat
EEK, penilaian pada silabus belum lengkap, dan perlu
memperhatikan memadukan komponen-komponen saat
pengimplementasikan. Menurut Dr. Wasitohadi, M.Pd. pada silabus
perlu mencantumkan daftar pustaka dari pemerintah dan koding
perlu diperbaiki. Pada RPP perlu diedit agar lebih rapi penulisannya
dan perlu menonjolkan indikator agar terlihat serta menonjolkan
letak lingkungannya. Sedangkan menurut Adi Winanto, S.Pd, M.Pd.
perlu menambahkan gambar pada RPP agar lebih menarik.
4.1.2.2 Validasi Materi Model Desain Pembelajaran Tematik Integratif
Berbasis Lingkungan
Penilaian kelayakan materi menggunakan 2 ahli materi yaitu
Dr. Henny Dewi Koeswanti, M.Pd. (A1) dan Romirio Torang Purba,
S.Pd., M.Pd. (A2).Penilaian dari ahli materi yang meliputi aspek
materi yaitu kesesuaian materi dengan Kurikulum Sekolah Dasar,
kesesuaian indikator dengan materi, kesesuaian tujuan dengan
91
materi, kesesuaian materi terhadap lingkungan peserta didik,
kesesuaian materi dengan pendekatan saintifik, kelengkapan materi,
kejelasan bahasa yang digunakan, kejelasan informasi pada ilustrasi
gambar, keruntutan penyajian materi, kesesuaian soal evaluai dengan
materi kebermanfaatan buku guru dan siswa dalam mempermudah
pemahaman konsep, kesesuaian buku guru dan siswa dalam
membentuk karakter siswa, keefektifan kalimat dalam buku guru dan
siswa yang disajikan, dan kebakuan istilah. Berikut merupakan hasil
penilaian materi oleh ahli materi.
Tabel 4.3 Hasil penilaian kelayakan materi oleh ahli materi
Aspek Indikator Skor
A1 A2
M
A
T
E
R
I
1. Kesesuaian materi dengan kurikulum
Sekolah Dasar
2 2
2. Kesesuaian indikator dengan materi 2 2
3. Kesesuaian tujuan dengan materi 2 2
4. Kesesuaian materi terhadap lingkungan
peserta didik
2 2
5. Kesesuaian materi dengan pendekatan
saintifik
2 1
6. Kelengkapan materi 3 1
7. Antara satu materi dengan materi yang
lain saling berkaitan
3 2
8. Kesesuaian materi dengan alokasi
waktu yang tersedia
2 2
9. Kejelasan bahasa yang digunakan 2 1
10. Kejelasan informasi pada ilustrasi
gambar
1 1
11. Keruntutan penyajian materi 2 2
12. Menarik minat peserta didik untuk
mempelajari materi
3 2
13. Kesesuaian soal dengan materi 3 2
14. Kebermanfaatan buku guru dan siswa
dalam mempermudah pemahaman
konsep
2 2
15. Kesesuaian buku guru dan siswa dalam
membentuk karakter siswa
2 1
16. Keefektifan kalimat dalam buku guru
dan siswa yang disajikan
2 1
92
17. Kebakuan istilah 2 1
Jumlah 37 27
Total 64
Rata-rata 32
Setelah dilakukan analisis, diperoleh rata-rata skor penilaian
ahli materi sebesar 32. Dan pada kesimpulan akhir ahli desain
pembelajaran menyatakan Model Desain Pembelajaran Tematik
Integratif Berbasis Lingkungan memenuhi syarat dan layak diuji
cobakan setelah perbaikan sesuai saran. Dengan menggunakan
rentang skor 1 sampai 3, skor penilaian desain pembelajaran untuk
aspek yang dinilai dengan menggunakan rumus :
AP =Skor Aktual
Skor IdealX 100%
AP =32
51X 100%
AP = 63%
Berdasarkan skor yang diperoleh dengan menggunakan rumus
dan dikelompokkan ke dalam kategori maka materi tergolong
kategori “Tinggi”dengan interval 61% sampai 80%. Walaupun
materi sudah termasuk dalam kategori “Tinggi” namun materi masih
perlu disempurnakan sesuai saran ahli materi sehingga dilakukan
revisi dan perbaikan sebelum dilakukan uji coba terbatas. Adapun
yang perlu diperbaiki menurut Dr. Henny Dewi Koeswanti, M.Pd.
adalah pada penambahan gambar pada ceritasedangkan menurut
Romirio Torang Purba, S.Pd., M.Pd. perlu menggunakan resonansi
tinggi pada gambar dan perlu layout yang menarik.
Dengan hasil-hasil validasi oleh ahli model desain
pembelajaran dan materi disimpulkan bahwa Model Desain
Pembelajaran Tematik Integratif Berbasis Lingkungan layak
digunakan dalam pembelajaran karena memperoleh nilai antara 81%
sampai 100% pada model. Selain itu ditinjau dari aspek materi dan
desain pembelajaran memperoleh rata-rata keseluruhan antar 61%
93
sampai 80% yaitu tergolong kategori “Tinggi” sehingga materi dan
desain pembelajaran juga layak digunakan dalam pembelajaran.
Kesimpulan ini diambil sesuai dengan nilai kelayakan yang
ditetapkan dalam penelitian ini yaitu apabila ahli desain
pembelajaran dan ahli materi memberikan nilai kurang dari 61%
maka produk dianggap tidak layak digunakan dalam pembelajaran
namun apabila lebih dari 61% maka produk layak diuji cobakan
dalam pembelajaran.
4.1.2.3 Hasil Uji Coba Model Desain Pembelajaran tematik Integratif
Berbasis Lingkungan Terbatas
1. Uji coba Terbatas dan Revisi Model
Uji coba terbatas dilakukan di kelas 4 SDN Dukuh 02
Salatiga dan SDN Salatiga 05. Pada uji coba terbatas SDN Dukuh
02 digunakan sebagai kelas kontrol yang dilakukan oleh peneliti
sendiri dan pengamat dilakukan oleh guru kelas yaitu Maria Luna.
Siswa yang dilibatkan sebagai subjek penelitian sejumlah 35 siswa.
pelaksanaan uji coba dilakukan pada tanggal 26 Julis 2016. Alokasi
waktu yaitu 6 x 35 menit. Sedangkan SDN Salatiga 05 digunakan
sebagai kelas eksperimen. Guru dilakukan oleh peneliti dan teman
sejawat. Teman sejawat jugasekaligus sebagai pengamat yang
dilakukan oleh Yullia Indrasari (pengamat 2), dan satu guru kelas
yaitu Flora Purba sebagai pengamat 1. Siswa yang dilibatkan
sebagai subjek penelitian sejumlah 37 siswa. pelaksanaan uji coba
dilakukan pada tanggal 9 Agustus 2016. Alokasi waktu yaitu 6 x 35
menit.
A. Proses Pembelajaran
Proses pembelajaran di kelas berpedoman pada RPP
yang telah disusun. Terdiri dari kegiatan awal, kegiatan inti
dan kegiatan akhir. Pada kegiatan awal dilakukan apersepsi
94
dan motivasi serta diakhiri dengan pemberian pretes. Pada
kegiatan inti dilakukan serangkaian kegiatan pembelajaran
menggunakan Buku Siswa yang telah dikembangkan oleh
peneliti. Kegiatan keseluruhan dikaitkan dengan lingkungan
peserta didik dan sub-sub tema yang dipilih yaitu Tukang
Ronde. Kegiatan inti diakhiri dengan bermain peran Tukang
Ronde yang mengajak siswa untuk terjun membuat ronde.
Pada kegiatan akhir dilakukan kesimpulan bersama siswa dan
guru, pemberian reward, tanya jawab tujuan yang diperoleh
setelah belajar Tukang Ronde dan diakhiri dengan pemberian
postes. Postes dilakukan untuk melihat apakah pembelajaran
dapat diterima dan dipahami siswa. postes juga digunakan
untuk mengukur pembelajaran berbasis lingkungan berhasil
atau tidak.
B. Hasil Pengamatan
Hasil Pengamatan yang dilakukan oleh peneliti, teman
sejawat dan guru kelas tentang pelaksanaan pembelajaran dan
materi menggunakan Model Desain Pembelajaran Tematik
Integratif Berbasis Lingkungan pada uji coba terbatas
dituliskan dalam tabel 4.4 dan 4.5 berikut ini.
Tabel 4.4 Hasil penilaian pelaksanaan pembelajaran pada
uji coba terbatas
No ASPEK YANG DIAMATI SDN
Salatiga 05
O1 O2
1. Penyampaian materi pembelajaran
sesuai dengan materi yang ada di Buku
Guru dan Siswa
4 5
2. Penyampaian materi pembelajaran
dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari
atau lingkungan siswa
4 5
3. Pembelajaran dilaksanakan sesuai
dengan langkah yang terdapat pada RPP
3 5
4. Siswa antusias dalam proses belajar 4 5
95
mengajar
5. Memfasilitasi siswa untuk
melaksanakan kegiatan-kegiatan yang
terdapat pada buku siswa
4 5
6. Mendorong siswa untuk bekerja sama
dan berdiskusi sesuai dengan materi
yang sedang didiskusikan
4 5
7. Siswa mampu bekerja sama dan
berdiskusi sesuai dengan materi yang
sedang dipelajari
4 4
8. Memberikan umpan balik dalam proses
belajar mengajar
4 5
9. Siswa menanggapi umpan balik yang
diberikan guru
4 4
10. Meminta siswa untuk mengerjakan
evaluasi
4 5
11. Siswa mengerjakan soal evaluasi 4 5
12. Siswa dan guru secara bersama-sama
menyimpulkan materi pelajaran yang
dipelajari
4 5
Jumlah 47 58
Total 105
Rata-rata 52,5
Setelah dilakukan analisis, diperoleh rata-rata skor
penilaian sebesar 52,5. Dan pada kesimpulan akhir
pembelajaran menyatakan Model Desain Pembelajaran
Tematik Integratif Berbasis Lingkungan “Baik”. Hal ini
didukung pendapat pengamat bahwa model sudah baik,
kekurangan dalam pembelajaran hanya pada pengkondisian
kelas namun secara keseluruhan sudah sangat baik. Dengan
menggunakan rentang skor 1 sampai 5, skor penilaian
pembelajaran untuk aspek yang dinilai dengan menggunakan
rumus :
AP =Skor Aktual
Skor IdealX 100%
AP =52,5
60X 100
96
AP = 87%
Berdasarkan skor yang diperoleh dengan menggunakan
rumus dan dikelompokkan ke dalam kategori maka
pembelajaran tergolong kategori “Sangat Tinggi” dengan
interval 81% sampai 100%. Walaupun pembelajaran sudah
termasuk dalam kategori “Sangat Tinggi” namun masih perlu
disempurnakan sesuai saran pengamat sehingga dilakukan
revisi dan perbaikan sebelum produk dikatakan final.
Tabel 4.5 Hasil Penilaian materi dalam pembelajaran pada
uji coba terbatas
No. ASPEK YANG DIAMATI SDN
Salatiga 05
O1 O2
1. Materi mudah dipahami 4 5
2. Materi sesuai dengan lingkungan
peserta didik
4 5
3. Materi memudahkan belajar siswa 4 5
4. Kemudahan bahasa untuk memahami
materi
4 4
5. Keruntutan materi 3 5
Jumlah 19 24
Total 43
Rata-Rata 21,5
Setelah dilakukan analisis, diperoleh rata-rata skor
penilaian sebesar 21,5. Dan pada kesimpulan akhir
pembelajaran menyatakan Model Desain Pembelajaran
Tematik Integratif Berbasis Lingkungan baik untuk diterapkan
di Sekolah Dasar. Hal ini didukung pendapat pengamat bahwa
materi sudah baik hanya perlu ditambah dengan pengenalan
kota Salatiga di halaman depan sebelum masuk ke materi.
Dengan menggunakan rentang skor 1 sampai 5, skor penilaian
pembelajaran untuk aspek yang dinilai dengan menggunakan
rumus :
97
AP =Skor Aktual
Skor IdealX 100%
AP =21,5
25X 100%
AP = 86%
Berdasarkan skor yang diperoleh dengan menggunakan
rumus dan dikelompokkan ke dalam kategori maka materi
tergolong kategori “Sangat Tinggi” dengan interval 81%
sampai 100%. Walaupun materi sudah termasuk dalam
kategori “Sangat Tinggi” namun masih perlu disempurnakan
sesuai saran pengamat sehingga dilakukan revisi dan perbaikan
sebelum produk dikatakan final.
Pada proses pembelajaran dilakukan pengamatan apakah
langkah-langkah yang terapkan sesuai dilakukan atau tidak.
Berikut merupakan tabel hasil observasi pelaksanaan
pembelajaran.
Tabel 4.6 hasil observasi pelaksanaan pembelajaran pada
uji coba terbatas
No. ASPEK YANG DIAMATI SDN
Salatiga 05
O1 O2
1. Penyampaian materi pembelajaran sesuai
dengan materi yang ada di Buku Guru
dan Siswa
Ya Ya
2. Penyampaian materi pembelajaran
dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari
atau lingkungan siswa
Ya Ya
3. Pembelajaran dilaksanakan sesuai dengan
langkah yang terdapat pada RPP
Ya Ya
4. Siswa antusias dalam proses belajar
mengajar
Ya Ya
5. Memfasilitasi siswa untuk melaksanakan
kegiatan-kegiatan yang terdapat pada
buku siswa
Ya Ya
6. Mendorong siswa untuk bekerja sama
dan berdiskusi sesuai dengan materi yang
sedang didiskusikan
Ya Ya
98
7. Siswa mampu bekerja sama dan
berdiskusi sesuai dengan materi yang
sedang dipelajari
Ya Ya
8. Memberikan umpan balik dalam proses
belajar mengajar
Ya Ya
9. Siswa menanggapi umpan balik yang
diberikan guru
Ya Ya
10. Meminta siswa untuk mengerjakan
evaluasi
Ya Ya
11. Siswa mengerjakan soal evaluasi Ya Ya
12. Siswa dan guru secara bersama-sama
menyimpulkan materi pelajaran yang
dipelajari
Ya Ya
Berdasarkan tabel observasi pelaksanaan pembelajaran
dapat dilihat bahwa langkah pembelajaran dilakukan semua.
Sehingga apabila terjadi nilai kemampuan siswa rendah
disebabkan oleh faktor internal siswa.
C. Hasil Pretes dan Postes
Deskripsi persentase pretes dan postes dirangkum dalam
tabel 4.7 di bawah ini.Penentuan jumlah kelas menggunakan
rumus Sturges (Sugiyono, 2013: 35) yaitu K= 1+ 3,3 log n. K
adalah jumlah kelas dan n adalah banyaknya data/siswa.
Melalui rumus dapat diperoleh K= 1+ 3,3 .log 37 = 1+ 5,1 =
6,1 atau dibulatkan menjadi 6. Interval kelas pada skor
pretesdidapatkan dari hasil rentang (skor maksimal pretes
dikurang skor minimal pretes) dibagi jumlah kelas yaitu
75−25
6=8,3 dibulatkan menjadi 8. Interval kelas pada skor
postesdidapatkan dari hasil rentang (skor maksimal postes
dikurang skor minimal postes) dibagi jumlah kelas yaitu
95−65
6=5. Berikut tabel 4.7 hasil pretes dan postes siswa kelas 4
SDN Salatiga 05.
99
Tabel 4.7 hasil pretes dan postes siswa kelas 4
SDN Salatiga 05
N
o.
Kelas
Interval
Skor Pretes Kelas
Interval
Skor Postes
Freku
-ensi
Persen-
tase
Freku
-ensi
Persen-
tase
1 25-32 9 24,3% 65-69 5 13,5%
2 33-40 7 19% 70-74 11 29,8%
3 41-48 2 5,4% 75-79 5 13,5%
4 49-56 6 16,2% 80-84 3 8,1%
5 57-64 4 10,8% 85-89 9 24,3%
6 ≥65 9 24,3% ≥90 4 10,8%
Jumlah 37 100% 37 100%
Pada tabel 4.13 dikatahui bahwa skor pretes dari 37 siswa SDN
Salatiga 05 yang memperoleh skor antara 25 sampai 32
terdapat 9 siswa dengan persentase 24,3%, antara 33 sampai 40
terdapat 7 siswa dengan persentase 19%, antara 41 sampai 48
terdapat 2 siswa dengan persentase 5,4%, antara 49 sampai
56terdapat 6 siswa dengan persentase 16,2%, antara 57 sampai
64 terdapat 4 siswa dengan persentase 10,8% dan lebih dari
sama dengan 65 terdapat 9 siswa dengan persentase 24,3%.
Jika digambarkan dalam diagram dapat dilihat pada gambar 4.2
berikut ini.
Gambar 4.2 Kelas interval skor pretes pada uji coba terbatas
0
2
4
6
8
10
25-32 33-40 41-48 49-56 57-64 ≥65
pretes pretes
100
Sedangkan diketahui skor postes dari 27 siswa diperoleh
skor antara 65 sampai 69 terdapat 5 siswa dengan persentase
13,5%, antara 70 sampai 74 terdapat 11 siswa dengan
persentase 19,8%, antara 75 sampai 79 terdapat 5 siswa dengan
persentase 13,5%, antara 80 sampai 84 terdapat 3 siswa dengan
persentase 8,1%, antara 85 sampai 89 terdapat 9 siswa dengan
persentase 24,3%, dan lebih dari sama dengan 90 terdapat 4
siswa dengan persentase 10.8%.Jika digambarkan dalam
diagram dapat dilihat pada gambar 4.3 berikut ini.
Gambar 4.3 Kelas interval skor prostes pada uji coba terbatas
D. Hasil Uji T
Untuk mengetahui dampak perlakuan terhadap hasil
belajar dilakukan uji T berdasarkan hasil postes kelas
eksperimen dan kelas kontrol. Table 4.8 berikut menjelaskan
hasil uji T.
Tabel 4.8 Hasil Uji T Skor Postes Kelas Eksperimen dan
Kelas Kontrol uji coba terbatas.
0
2
4
6
8
10
12
65-69 70-74 75-79 80-84 85-89 ≥90
postes postes
101
Dari tabel 4.14 menunjukan bahwa nilai T tabel 4,118
dengan nilai α 0,000. Jika diuji dengan taraf kepercayaan 0,05
maka diperoleh hasil α lebih kecil dari 0,05. Artinya
kompetensi hasil belajar menggunakan Model Desain
Pembelajaran Tematik Integratif Berbasis Lingkungan lebih
tinggi daripada Model Desain Pembelajaran Tematik Integratif
dari Pemerintah.
E. Hipotesis
Berdasarkan hasil dari uji T maka hipotesis penelitian ini
𝐻𝐼 diterima yang artinya kompetensi hasil belajar
menggunakan Model Desain Pembelajaran Tematik Integratif
Berbasis Lingkungan lebih tinggi dari Model Desain
Pembelajaran Tematik Integratif dari Pemerintah. Selain itu
dari uji T dapat disimpulkan 𝐻𝐼 diterima karena 𝜇1 ≥ 𝜇2 yang
artinya kompetensi hasil belajar menggunakan Model Desain
Pembelajaran Tematik Integratif Berbasis Lingkungan lebih
tinggi dari Model Desain Pembelajaran Tematik Integratif dari
Pemerintah. Pengambilan kesimpulan dilakukan berdasarkan
nilai signifikansi yang diperoleh kurang dari 0,05, sehingga 𝐻𝐼
diterima dan model dikatakan berhasil.
F. Respon Siswa
Pada akhir pembelajaran siswa diminta mengisi lembar
respon siswa dan semua siswa mengisi “Ya” yang menandakan
siswa antusias mengikuti pembelajaran dan memberikan
respon positif terhadap Model Desain Pembelajaran Tematik
Integratif Berbasis Lingkungan . Berikut tabel 4.9 respon siswa
Tabel 4.9 Angket Respon siswa terhadap pembelajaran
No Pertanyaan YA TIDAK
1. Bagaimana pendapatmu
tentang pembelajaran
Menye-
nangkan
Tidak
menye-
102
yang dilakukan guru hari
ini?
√ nangkan
2. Apakah kamu tertarik
mengikuti pembelajaran
hari ini?
Tertarik
√
Tidak
Tertarik
3. Dengan pembelajaran
melibatkan lingkungan di
sekitarmu, apakah kamu
dapat lebih mampu
memahami materi
dengan mudah?
Ya
√
Tidak
mampu
4. Bagaimana pendapatmu
tentang buku siswa yang
kamu gunakan dalam
belajar hari ini?
Menye-
nangkan
√
Tidak
5. Apakah kamu menyukai
buku siswa untuk
digunakan dalam belajar
sehari-hari?
Ya
√
Tidak
4.2 Pembahasan
Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan Model Desain
Pembelajaran Tematik Integratif Berbasis Lingkungan dengan
mengembangkan langkah-langkah Model Desain Pembelajaran Tematik
Integratif Berbasis Lingkungan, mengetahui seberapa tinggi tingkat validitas
produk model pembelajaran tematik integratif berbasis lingkungan, dan
mengetahui apakah kompetensi hasil belajar menggunakan model desain
pembelajaran tematik integratif berbasis lingkungan lebih tinggi daripada
kompetensi hasil belajar menggunakan model desain pembelajaran tematik
integratif.
Dalam mengembangkan Model Desain Pembelajaran Tematik
Integratif Berbasis Lingkungan dilakukan langkah-langkah desain
pembelajaran Tematik Integratif berbasis lingkungan yang pertama adalah
memilih tema. Pada tahap memilih tema dilakukan pengembangan sub-sub
tema yang dipadukan dengan lingkungan sekitar yaitu di Kota Salatiga
sehingga sub-sub tema yang dikembangkan sesuai dengan lingkungan
peserta didik. Pada tahap mengembangkan sub-sub tema dihasilkan produk
103
berupa jaringan sub-sub tema. Pada penelitian peneliti memilih sub-sub
tema Tukang Ronde untuk melakukan penelitian di kelas 4 Tema 4 Berbagai
Pekerjaan Sub tema 1 jenis-jenis pekerjaan. Sub-sub tema Tukang Ronde
dipilih dikarenakan di Kota Salatiga yang memiliki hawa sejuk dan dingin
menjadikan banyak ditemukannya penjual wedang ronde, sehingga wedang
ronde dijadikan minuman khas Salatiga. dengan mengambil jenis-jenis
pekerjaan yang ada di Salatiga menjadikan siswa tidak asing dengan jenis-
jenis pekerjaan yang mereka pelajari. Pada Kurikulum 2013 menuntut
pembelajaran yang sesuai dengan lingkungan dan semua pembelajaran
harus dikaitkan dengan lingkungan sehingga pembelajaran menjadi
bermakna.
Selain dikarenakan harus sesuai lingkungan. Peneliti mengembangkan
sub-sub tema dengan menamai pembelajaran 1 Tema 4 Berbagai Pekerjaan
Sub tema 1 Jenis-jenis Pekerjaan menjadi terfokus Tukang Ronde. Sehingga
semakin membuat pembelajaran mengerucut dan konkret.
Langkah kedua melakukan analisis SKL, KI, KD dan membuat
Indikator menghasilkan produk berupa tabel analisis SKL, KI, KD dan
membuat Indikator. Langkah ketiga membuat hubungan pemetaan antara
KD dan indikator menghasilkan tabel keterhubungan KD dan indikator.
Langkah keempat membuat jaringan KD. Pada tahap ini selain
mengembangkan jaringan KD juga mengembangkan jaringan indikator yang
akhirnya menghasilkan produk jaringan KD dan Indikator. Langkah kelima
yaitu menyusun silabus yang menghasilkan silabus, dan langkah terakhir
menyusun RPP yang menghasilkan RPP. Pada langkah penyusunan RPP
terdapat tahap untuk mengembangkan materi, sehingga perlu dilakukan
pengembangan materi. Materi yang dikembangkan disusun dalam Buku
Guru dan Buku Siswa sehingga perlu melakukan penyusunan Buku Guru
dan Buku siswa.
Dalam mengembangkan Buku Guru dan Siswa, peneliti
memberikan pendalaman materi pada Buku Siswa sehingga siswa dapat
belajar namun juga menemukan sendiri. Dalam Kurikulum 2013 siswa
104
dituntut aktif dalam memperoleh pengetahuannya sendiri dengan bantuan
Buku Siswa seharusnya siswa dapat menemukan pengetahuannya sendiri,
namun karena kurangnya pendalaman materi juga membuat siswa
kesulitan mendapatkan pengetahuannya sendiri.
Dengan pengembangan materi yang ada pada Buku Siswa akan
membuat siswa mudah memperoleh pengetahuannya sendiri mengingat
pembelajaran tematik menuntut siswa aktif dalam pembelajaran dengan
penggunakan tema yang disesuaikan dengan lingkungan siswa sendiri.
Sehingga pendalaman materi dengan mudah mereka dapatkan sendiri.
Selain itu dengan mengembangkan Model Desain Pembelajaran Tematik
Integratif Berbasis Lingkungan menjadikan guru leluasa
mengembangkan pembelajarannya sendiri dan memiliki wewenang
secara penuh dalam pengembangan pembelajaran tanpa memikirkan
sarana dan prasarana yang dimiliki sekolah.
Tujuan pengembangan Model Desain Pembelajaran Tematik
Integratif Berbasis Lingkungan yang lain yaitu mengetahui seberapa
tinggi validasi produk model oleh ahli. Diperoleh validasi model oleh
ahli model desain sebesar 85% dengan kategori sangat tinggi, validasi
desain pembelajaran oleh ahli model desain sebesar 74% dengan kategori
tinggidan validasi materi oleh ahli materi sebesar 63% dengan kategori
tinggi. Selain mengatahui seberapa tinggi validasi ahli juga untuk melihat
apakah kompetensi hasil belajar menggunakan model desain
pembelajaran tematik integratif berbasis lingkungan lebih tinggi daripada
kompetensi hasil belajar menggunakan model desain pembelajaran
tematik integratif dari Pemerintah. Diperoleh hasil Uji T pada uji coba
terbatas menunjukkan nilai T tabel 4,118 dengan nilai α 0,000. Jika diuji
dengan taraf kepercayaan 0,05 maka diperoleh hasil α lebih kecil dari
0,05. Artinya kompetensi hasil belajar menggunakan model desain
pembelajaran tematik integratif berbasis lingkungan lebih tinggi daripada
kompetensi hasil belajar menggunakan model desain pembelajaran
tematik integratif dari Pemerintah, dan dapat disimpulkan bahwa
105
kompetensi hasil belajar siswa lebih tinggi sehingga 𝐻𝐼 diterima. Selain
itu Model Desain Pembelajaran Tematik Integratif Berbasis Lingkungan
layak digunakan dalam pembelajaran di Sekolah Dasar.
Pada penelitian terdahulu juga banyak yang mengembangkan
model pembelajaran tematik integratif.Walaupun sudah banyak peneliti
yang mengembangkan model desain pembelajaran tematik integratif atau
mengembangkan model pembelajaran tematik integratif. Namun belum
ada yang mengembangkan model desain pembelajaran tematik integratif
yang disesuaikan dengan lingkungan dimana peserta didik tinggal.
Kebanyakan penelitian terdahulu mengembangkan langkah-langkah
model pembelajaran tematik saja tanpa memperhatikan lingkungan
peserta didik. Sehingga hasil penelitian ini menjadi kebaruan dari
penelitian terdahulu.
BerdasarkanPenelitian Asep Herry Hermawan (2015) dengan judul
“Pengembangan Model Pembelajaran Tematik di Kelas Awal Sekolah
Dasar”. Hasil menunjukan guru memberikan respon positif. Hasil juga
menyatakan bahwa model layak digunakan dalam pembelajaran. Pada
penelitian Isniatun Munawaroh (2014) dengan judul “Pengembangan
Model Pembelajaran Tematik untuk Mengembangkan Keterampilan
Berpikir Kritis siswa SD Kelas Rendah”. Hasil validasi
menunjukanmodel cukup valid dengan tingkat presentase 95%, dilihat
dari kenaikan skor nilai pre-test terhadap skor nilai post-test. Hasil
tersebut menyatakan bahwa model pembelajaran tematik telah valid
dan layak digunakan dalam pembelajaran.Penelitian Jamaluddin (2015)
dengan judul “Pengembangan Model Pembelajaran Tematik Terpadu
Kontekstual bagi Anak Usia Dini di Taman Kanak-Kanak Kelompok B”.
Hasil menunjukan tingkat keefektifan mencapai presentase ≥90% dan
guru memberikan respon yang positif. Hasil tersebut menyatakan
bahwa model pembelajaran tematik layak digunakan dalam
pembelajaran.Dan penelitian Fatchurrohman (2015) dengan judul
“Pengembangan Model Pembelajaran Tematik Integratif Eksternal dan
106
Internal di Madrasah Ibtidaiyah. Hasil menunjukan guru nyaman dan
cocok terhadap model yang dikembangkan dan hasil evaluasi yang baik.
Sehingga hasil tersebut menyatakan bahwa model pembelajaran tematik
layak digunakan dalam pembelajaran.
Berdasarkan keempat penelitian terdahulu walaupun menunjukan
model pembelajaran tematik diterima oleh guru dan layak digunakan
namun dari keempat penelitian terdahulu belum ada yang menggunakan
Uji T dalam melihat perbedaan kompetensi hasil belajar siswa.Sehingga
penelitian ini menyumbang pengetahuan dalam segi pengembangangan
model desain pembelajaran juga memberikan pengetahuan dalam melihat
perbedaan kompetensi hasil belajar siswa dengan menggunakan Model
Desain Pembelajaran Tematik Integratif Berbasis Lingkungan dengan
Model Desain Pembelajaran Tematik Integratif dari Permendikbud.
Berdasarkan keempat penelitian terdahulu juga mendukung
penelitian ini terbukti bahwa dari keempat model pembelajaran tematik
integratif yang dikembangkan semuanya menunjukan cocok dan layak
digunakan dalam pembelajaran di kelas rendah maupun dikelas tinggi,
sehingga dapat dikatakan model desain pembelajaran tematik integratif
berbasis lingkungan memang tepat diterapkan dalam pembelajaran di
Sekolah Dasar.
Dari pencapaian tujuan yang diinginkan, dalam proses
pengembangan Model Desain Pembelajaran Tematik Integratif Berbasis
Lingkungan membutuhkan waktu yang cukup lama. Hal ini dikarenakan
peneliti harus menyiapkan segala sesuatunya dengan matang agar
mendapat hasil yang maksimal. Hasil dari revisi uji coba terbatas
keseluruhan dinyatakan sangat baik dengan masukan dari pengamat
bahwa perlu menggunakan bahasa yang mudah dipahami dan belajar
penguasaan kelas. Setelah diperbaiki diperoleh hasil model final. Pada
dasarnya Model Desain Pembelajaran Tematik Integratif Berbasis
Lingkungan ini baik karena memenuhi kriteria model desain
pembelajaran yang baik, dan mendapat respon positif dari ahli, guru
107
maupun siswa. sehingga sudah dapat digunakan oleh guru sebagai
pedoman untuk mengembangkan model desain pembelajaran tematik
yang lain. Namun bila hendak diperbanyak sebaiknya dilakukan uji coba
luas dan uji keefektifan model.
Model desain pembelajaran yang baik harus selain berdampak pada
hasil belajar peserta didik juga harus memenuhi 1) rasional teoritik yang
logis yang disusun penciptanya, 2) tujuan yang hendak dicapai, 3)
prosedur yang sistematis, dan 4) lingkungan belajar peserta didik. Pada
model desain pembelajaran tematik integratif berbasis lingkungan
memiliki dasar rasional teoritik dan prosedur yang sistematis dengan
mengambil langkah-langkah Kemendikbud dalam mengembangkan
desain pembelajaran dan perpijak pada teori belajar piaget yang
menegaskan bahwa peserta didik pada jenjang Sekolah Dasar dari sisi
perkembangan kognitif berada pada tahap operasional konkret. Pada
tahap tersebut peserta didik mudah mempelajari sesuatu melalui kegiatan
dan pengalaman yang nyata dan konkret. Kegiatan yang dilakukan
melalui benda-benda dan lingkungan sekitar peserta didik. Sehingga
model desain pembelajaran tematik integratif berbasis lingkungan sesuai
dengan lingkungan peserta didik dan meletakan lingkungan sebagai
setting atau tema pembelajaran yang menjadikan pembelajaran lebih
konkret.
Model desain pembelajaran integratif berbasis lingkungan juga
memiliki tujuan yang jelas dan dapat dijadikan pedoman bagi guru dalam
merancang dan mengembangkan pembelajaran Tematik Integratif
berbasis lingkungan yang digunakan guru untuk melaksanakan
pembelajaran. Pengembangan model desain pembelajaran yang
dikembangkan pada penelitian ini juga dapat digunakan untuk
mengembangkan ilmu pengetahuan yang terkait dalam mengembangan
Model Desain Pembelajaran Tematik Integratif Berbasis Lingkungan.
Buku siswa dan Buku Guru produk model dapat digunakan siswa dan
guru dalam belajar di sekolah maupun di rumah, silabus dan RPP yang
108
dapat digunakan guru sebagai salah satu pedoman dalam melakukan
proses belajar mengajar di kelas. Selain itu dapat digunakan sebagai
bahan informasi guru dalam ketrampilan mengembangan Model Desain
Pembelajaran Tematik Integratif Berbasis Lingkungan yang lain.
Berdasarkan pemaparan model desain pembelajaran yang baik
dapat disimpulkan bahwa model desain pembelajaran tematik integratif
berbasis lingkungan memenuhi kriteria dan layak digunakan dalam
pembelajaran di Sekolah Dasar.
.