BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi...

28
81 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Hasil Penelitian Penelitian dan pengembangan Model Desain Pembelajaran Tematik Integratif Berbasis Lingkungan pada Tema 4 Berbagai Pekerjaan Sub tema 1 Jenis-jenis Pekerjaan Sub-sub tema Tukang Ronde telah dilaksanakan menggunakan metode Research and Development (R&D). Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan Model Desain Pembelajaran Tematik Integratif Berbasis Lingkungan, mengembangkan langkah-langkah Model Desain Pembelajaran Tematik Integratif Berbasis Lingkungan, mengetahui seberapa tinggi tingkat validitas produk model pembelajaran tematik integratif berbasis lingkungan, dan mengetahui seberapa tinggi model pembelajaran tematik integratif berbasis lingkungan dapat meningkatkan kompetensi hasil belajar pesera didik. pada sub bab hasil penelitian ini akan disajikan proses pengembangan Model Desain Pembelajaran Tematik Integratif Berbasis Lingkungan. Proses pertama kalinya adalah peneliti melakukan survey lapangan terlebih dahulu dengan mewawancarai guru kelas. Dari hasil studi pendahuluan yang dilakukan ternyata guru di tiga Sekolah Dasar di Salatiga belum memahami konsep pembelajaran tematik secara utuh dan kurang memahami peran guru dalam merancang pembelajaran di kelas. Guru kelas hanya menjalankan dan melaksanakan pembelajaran sesuai dengan rancangan pembelajaran di Buku Guru tanpa memahami konsep pembelajaran tematik yang utuh dan tepat. Sehingga perlu adanya langkah- langkah model pembelajaran tematik yang tepat untuk dijadikan bekal guru dalam melaksanakan pembeljaran di kelas. Selain itu guru perlu tahu peran yang dimiliki apa saja sehingga guru dapat dengan kreatif merancang proses pembelajaran. Proses yang kedua peneliti melakukan perencanaan konsep Model Desain Pembelajaran Tematik Integratif Berbasis Lingkungan yang

Transcript of BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi...

81

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Hasil Penelitian

Penelitian dan pengembangan Model Desain Pembelajaran Tematik

Integratif Berbasis Lingkungan pada Tema 4 Berbagai Pekerjaan Sub tema

1 Jenis-jenis Pekerjaan Sub-sub tema Tukang Ronde telah dilaksanakan

menggunakan metode Research and Development (R&D). Penelitian ini

bertujuan untuk mengembangkan Model Desain Pembelajaran Tematik

Integratif Berbasis Lingkungan, mengembangkan langkah-langkah Model

Desain Pembelajaran Tematik Integratif Berbasis Lingkungan, mengetahui

seberapa tinggi tingkat validitas produk model pembelajaran tematik

integratif berbasis lingkungan, dan mengetahui seberapa tinggi model

pembelajaran tematik integratif berbasis lingkungan dapat meningkatkan

kompetensi hasil belajar pesera didik. pada sub bab hasil penelitian ini akan

disajikan proses pengembangan Model Desain Pembelajaran Tematik

Integratif Berbasis Lingkungan.

Proses pertama kalinya adalah peneliti melakukan survey lapangan

terlebih dahulu dengan mewawancarai guru kelas. Dari hasil studi

pendahuluan yang dilakukan ternyata guru di tiga Sekolah Dasar di Salatiga

belum memahami konsep pembelajaran tematik secara utuh dan kurang

memahami peran guru dalam merancang pembelajaran di kelas. Guru kelas

hanya menjalankan dan melaksanakan pembelajaran sesuai dengan

rancangan pembelajaran di Buku Guru tanpa memahami konsep

pembelajaran tematik yang utuh dan tepat. Sehingga perlu adanya langkah-

langkah model pembelajaran tematik yang tepat untuk dijadikan bekal guru

dalam melaksanakan pembeljaran di kelas. Selain itu guru perlu tahu peran

yang dimiliki apa saja sehingga guru dapat dengan kreatif merancang proses

pembelajaran.

Proses yang kedua peneliti melakukan perencanaan konsep Model

Desain Pembelajaran Tematik Integratif Berbasis Lingkungan yang

82

kemudian jika model sudah jadi maka peneliti melakukan validasi model

oleh ahli desain pembelajaran yaitu berupa model, silabus dan RPP. Selain

ahli desain juga peneliti melakukan validasi materi yang ada dalam Buku

Guru dan Buku Siswa. Selanjutnya setelah dilakukan validasi oleh ahli,

peneliti melakukan revisi model sebelum melakukan uji coba terbatas pada

siswa kelas 4 SDN Dukuh 02 Salatiga dan SDN Salatiga 05. Setelah uji

coba terbatas selesai dilakukan revisi produk yang menandakan tahap sudah

selesai dan model dikatakan final. Berikut merupakan uraian dari hasil

penelitian

4.1.1 Hasil Studi Pendahuluan Model Desain Pembelajaran Tematik

Integratif Berbasis Lingkungan

Dari survey pada studi pendahuluan diketahui bahwa terjadi

kesenjangan antara kondisi ideal dan kondisi di lapangan pada

implementasi pembelajaran pada Kurikulum 2013 di Sekolah Dasar. Dari

empat Sekolah Dasar,75% responden mengatakan bahwa Buku Guru dan

Buku Siswa belum sesuai dengan lingkungan peserta didik. Walaupun

ketidaksesuaian itu telah diakui oleh 75% responden namun guru tetap

berpanduan pada Buku Guru dan Buku siswa dari Pemerintah.Hal itu

disebabkan karena guru tidak sempat mengembangkan Buku Guru dan

Buku Siswa yang sesuai dengan karakteristik siswa dan lingkungan

pembelajaran yang dihadapinya. Semestinya guru melakukan usaha

mandiri untuk menciptakan pembelajaran yang relevan terhadap

lingkungan dan situasi kelas yang dihadapi, karena yang dapat mengerti

karakteristik siswa dan lingkungan pembelajaran adalah guru sebagai

pengelola pembelajaran tersebut, bukan Pemerintah yang hanya

menerka-nerka situasi pembelajaran yang akan terjadi.

Berdasarkan hasil survey 75% mengatakan tema, sub tema serta

pembelajaran tidak sesuai, hal ini terlihat dari tema dan sub tema yang

dipilih tidak mengerucut melainkan melebar kemana-mana. Seharusnya

pembelajaran membahas sub sub tema dari sub tema yang ada ternyata

83

semakin membuat pembelajaran menjadi umum bukan mengerucut dan

masih abstrak. Seharusnya dari tema dan sub tema yang umum dan

abstrak dikembangkan menjadi pembelajaran 1 sampai 6 dengan

pembelajaran yang konkret sehingga siswa lebih mudah memahami

materi dan membuat pembelajaran lebih bermakna.

Dari empat Sekolah dasar 100% mengalami kurangnya sarana dan

prasarana belajar yang memadai untuk mencapai Kompetensi Dasar

secara optoimal. Kekurang ketersediaan sarana dan prasarana akan

berpengaruh terhadap hasil belajar yang dicapai siswa. Sebenarnya

lingkungan sekolah dapat dijadikan sarana dan prasarana untuk

menunjang pembelajaran di kelas, namun guru kurang memanfaatkan

sarana dan prasarana yang ada. Padahal guru memiliki wewenang dalam

pemanfaatan sarana dan prasarana yang ada termasuk lingkungan di

sekitar sekolah. Dengan pembelajaran berbasis lingkungan guru akan

lebih mudah melakukan pembelajaran serta memanfaatkan sarana dan

prasarana yang ada, selain itu akan membuat pembelajaran lebih terkesan

dan bermakna serta Kompetensi Dasar tercapai dengan optimal.

Dari hasil survey pada studi pendahuluan diketahui juga kurang

relevannya materi dengan kondisi siswa. Dari empat Sekolah Dasar di

Salatiga yang disurvey 100% materi yang digunakan dalam proses

belajar mengajar kurang relevan dengan lingkungan di Salatiga, hal ini

terlihat dari materi yang disajikan pada Buku Guru dan Buku Siswa

secara umum menyamaratakan materi setiap sekolah. Mengingat latar

belakang warga Indonesia yang berbeda-beda, sehingga perlu

mengembangkan pembelajaran dengan memodifikasi materi yang sesuai

dengan lingkungan peserta didik supaya peserta didik dapat belajar sesuai

dengan lingkungan tempat tinggalnya.

Kesenjangan yang ditemui dari empat Sekolah dasar di salatiga

yaitu pada kurang mendalamnya materi pada Buku Siswa. Dari empat

Sekolah Dasar 75% mengatakan Buku Siswa hanya menerangkan materi

secara singkat, seharusnya Buku Siswa berperan aktif penanaman

84

pengetahuan siswa, namun karena kurangnya pendalaman materi pada

Buku Siswa membuat siswa kesulitan dalam pemahaman materi. Pada

Kurikulum 2013 siswa dituntut aktif dalam memperoleh pengetahuannya

sendiri dengan bantuan Buku Siswa seharusnya siswa dapat menemukan

pengetahuannya sendiri, namun karena kurangnya pendalaman materi

juga membuat siswa kesulitan mendapatkan pengetahuannya sendiri.

Dengan pengembangan pembelajaran tematik siswa akan mudah

memperoleh pengetahuannya sendiri mengingat pembelajaran tematik

menuntut siswa aktif dalam pembelajaran dengan penggunakan tema

yang disesuaikan dengan lingkungan siswa sendiri. Sehingga pendalaman

materi dengan mudah mereka dapatkan sendiri

4.1.2 Hasil Pengembangan Model Desain Pembelajaran Tematik

Integratif Berbasis Lingkungan

Model desain pembelajaran Tematik Integratif berbasis lingkungan

adalah kerangka konseptual dari konkretisasi teori yang dibangun

berdasarkan desain pembelajaran Kemendikbud (2014: 17), teori

lingkungan sebagai tema atau setting pembelajaran, dan pembelajaran

Tematik Integratif yang berisi prinsip-prinsip, konstruk, tujuan dan

langkah-langkah. Enam langkah desain pembelajaran menurut

Kemendikbud yang telah diuraikan adalah 1) memilih/menetapkan tema,

2) melakukan analisis SKL, KI, Kompetensi Dasar dan membuat

Indikator, 3) membuat hubungan pemetaan antara Kompetensi Dasar dan

Indikator dengan tema, 4) membuat jaringan Kompetensi Dasar, 5)

menyusun silabus, 6) menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

(RPP).

Pada langkah mengembangkan model desain pembelajaran

Tematik Integratif menurut Kemendikbud kemudian dipadukan dengan

lingkungan sebagai tema atau setting pembelajaran maka konstruk desain

pembelajaran Tematik Integratif berbasis lingkungan adalah rancangan

sistematis konsep pembelajaran dengan menggunakan lingkungan

85

sebagai tema untuk memberikan pengalaman bermakna bagi peserta

didik. Tujuannya yaitu memberikan pedoman kepada guru dalam

merancang dan mengembangkan pembelajaran Tematik Integratif

berbasis lingkungan.

Model desain pembelajaran Tematik Integratif berbasis lingkungan

meletakkan lingkungan sebagai tema dalam pemersatu kegiatan

pembelajaran dan memadukan beberapa muatan pelajaran sekaligus ke

dalam pembelajaran. Adapun muatan pelajaran yang dipadukan adalah

muatan pelajaran PPKn, Bahasa Indonesia, IPS,IPA, Matematika, Seni

Budaya dan Prakarya, serta Pendidikan Jasmani, Olah Raga dan

Kesehatan. Dalam Kurikulum 2013, tema sudah disiapkan oleh

pemerintah dan sudah dikembangkan menjadi subtema dan satuan

pembelajaran. Dalam model desain pembelajaran Tematik Integratif

berbasis lingkungan selain mengembangkan materi berdasarkan

lingkungan sekitar peserta didik juga menamai sub-sub tema sebagai

pengembangan pembelajaran 1 sampai 6. Hal ini dimaksud untuk

memperbaiki pembelajaran yang sebelumnya yaitu belum sesuai dengan

lingkungan peserta didik, dan menjadikan pembelajaran lebih terfokus,

spesifik dan lebih konkret. Sub-sub tema yang dikembangkan sama

sekali tidak merubah tema maupun subtema yang telah ditetapkan

pemerintah, namun peneliti menamai dan mengembangkan pembelajaran

1 sampai 6 yang belum spesifik dan masih abstrak menjadi lebih spesifik

dan konkret. Berikut gambar Model Desain Pembelajaran Tematik

Integratif Berbasis Lingkungan.

86

Gambar 4.1 Model Desain Pembelajaran Tematik Integratif Berbasis

Lingkungan

Kompetensi Hasil Belajar

Mengembangkan

sub-sub tema

Melakukan analisis

SKL, KI, KD dan

membuat indikator

Membuat hubungan

pemetaan antara KD

dan indikator dengan

tema

Membuat jaringan KD

Menyusun silabus

Menyusun RPP

Jaringan sub-sub tema

Tabel analisis SKL,

KI, KD dan membuat

indikator

Tabel keterhubungan

KD dan indikator

dengan sub-sub tema

Jaringan KD dan indikator

Silabus

RPP

Menyusun Buku Guru

Menyusun Buku Siswa

Buku Guru

Buku Siswa

pedoman bagi guru dalam merancang dan

mengembangkan pembelajaran Tematik Integratif

berbasis lingkungan

Memilih Tema Lingkungan

87

4.1.2.1 Validasi Model Desain Pembelajaran Tematik Integratif

Berbasis Lingkungan

ValidasiModel Desain Pembelajaran Tematik Integratif

Berbasis Lingkungan menggunakan 3 ahli model desain

pembelajaran yaitu Prof. Dr. Slameto, M.Pd. (A1), Dr. Wasitohadi,

M.Pd. (A2), dan Adi Winanto, S.Pd, M.Pd. (A3).Data validasi ahli

yaitu data yang diperoleh berdasarkan penilaian ahli model desain

pembelajaran melalui lembar penilaian. Berikut merupakan hasil

penilaian ahli model desain pembelajaran pada model, silabus dan

RPP.

Tabel 4.1 Hasil Validasi Model oleh Ahli Model Desain Pembelajaran

Desain Indikator SKOR

A1 A2 A3

Model 1. Berisi kerangka yang

menggambarkan Model Desain

Pembelajaran Tematik Integratif

Berbasis Lingkungan

2 2 3

2. Berisi prinsip-prinsip Model

Desain Pembelajaran Tematik

Integratif Berbasis Lingkungan

secara utuh (teori, tujuan,

prosedur, dan lingkungan

pesertadidik)

2 3 3

3. Menggunakan teori pendidikan

dan teori belajar dari para Ahli

2 2 3

4. Berisi tujuan Model Desain

Pembelajaran Tematik Integratif

Berbasis Lingkungan

2 3 3

5. Berisi langkah Model Desain

Pembelajaran Tematik Integratif

Berbasis Lingkungan

2 3 3

6. Memperhatikanlingkungansekit

arpesertadidik

3 3 2

Total 13 16 17

Jumlah 46

Rata-rata 15,3

Setelah dilakukan analisis, diperoleh rata-rata skor penilaian

ahli model desain pembelajaran pada modelsebesar 15,3. Dan pada

kesimpulan akhir ahli model desain pembelajaran menyatakan

88

Model Desain Pembelajaran Tematik Integratif Berbasis Lingkungan

memenuhi syarat dan layak diuji cobakan setelah perbaikan sesuai

saran. Dengan menggunakan rentang skor 1 sampai 3, skor penilaian

desain pembelajaran untuk aspek yang dinilai dengan menggunakan

rumus :

AP =Skor Aktual

Skor IdealX 100%

AP =15,3

18X 100%

AP = 85%

Berdasarkan skor yang diperoleh dengan menggunakan rumus

dan dikelompokkan ke dalam kategori maka model tergolong

kategori “Sangat Tinggi” dengan interval 81% sampai 100%.

Walaupun model sudah termasuk dalam kategori “Sangat Tinggi”

namun model masih perlu disempurnakan sesuai saran ahli desain

pembelajaran sehingga dilakukan revisi dan perbaikan sebelum

dilakukan uji coba terbatas. Adapun yang perlu diperbaiki menurut

Dr. Wasitohadi, M.Pd. yaitu model perlu menonjolkan berbasis

lingkungannya, panduan penyusunan RPP tematik perlu diuraian

dengan jelas, teori perumusan tujuan pembelajaran harus lebih jelas,

dan yang terakhir koding perlu diperbaiki. Sedangkan menurut Adi

Winanto, S.Pd, M.Pd.danProf. Dr. Slameto, M.Pd. tidak ada yang

perlu diperbaiki.

Tabel 4.2Hasil Validasi Desain oleh Ahli Model Desain

Pembelajaran

Desain Indikator Skor

A1 A2 A3

Silabus 1. Memuat seluruh komponen 2 3 3

2. Komponen-komponen

saling berkaitan

2 3 3

3. Kesesuaian silabus dengan

pemetaan keterhubungan

Kompetensi Dasar,

Indikator dengan sub-sub

2 3 3

89

tema

4. Kualitas perumusan

indikator

1 2 3

5. Relevansi indikator terhadap

Kompetensi Dasar

2 2 3

6. Kesesuaian Kompetensi

dasar terhadap kegiatan

pembelajaran

2 2 3

7. Kualitas pemilihan kegiatan

pembelajaran

2 2 2

RPP 1. Memuat seluruh komponen 2 2 2

2. Komponen-komponen

saling berkaitan

2 2 3

3. Kejelasan perumusan tujuan

dengan indikator

2 2 3

4. Kelengkapan materi 2 2 2

5. Kejelasan urutan langkah-

langkah pembelajaran

1 2 3

6. keruntutan skenario

pembelajaran

1 2 3

7. Ketepatan memilih strategi

interaksi sehingga

memperkaya pengalaman

belajar

1 2 3

8. Ketepatan memilih

alat,media dan sumber

belajar

2 2 3

9. Kesesuaian dengan alokasi

waktu pembelajaran

2 2 3

10. Kesesuaian instrumen

asesmen dengan indikator

1 2 3

Jumlah 29 37 48

Total 114

Rata-rata 38

Setelah dilakukan analisis, diperoleh rata-rata skor penilaian

ahli model desain pembelajaran pada silabus dan RPP sebesar 38.

Dan pada kesimpulan akhir ahli model desain pembelajaran

menyatakan Model Desain Pembelajaran Tematik Integratif Berbasis

Lingkungan memenuhi syarat dan layak diuji cobakan setelah

perbaikan sesuai saran. Dengan menggunakan rentang skor

90

1 sampai 3, skor penilaian desain pembelajaran untuk aspek yang

dinilai dengan menggunakan rumus :

AP =Skor Aktual

Skor IdealX 100%

AP =38

51X 100%

AP = 74%

Berdasarkan skor yang diperoleh dengan menggunakan rumus

dan dikelompokkan ke dalam kategori maka model tergolong

kategori “Tinggi” dengan interval 61% sampai 80%. Walaupun

model sudah termasuk dalam kategori “Tinggi” namun model masih

perlu disempurnakan sesuai saran ahli desain pembelajaran sehingga

dilakukan revisi dan perbaikan sebelum dilakukan uji coba terbatas.

Adapun yang perlu diperbaiki menurut Prof. Dr. Slameto, M.Pd.

yaitu pada skenario proses belajar mengajar yang belum terdapat

EEK, penilaian pada silabus belum lengkap, dan perlu

memperhatikan memadukan komponen-komponen saat

pengimplementasikan. Menurut Dr. Wasitohadi, M.Pd. pada silabus

perlu mencantumkan daftar pustaka dari pemerintah dan koding

perlu diperbaiki. Pada RPP perlu diedit agar lebih rapi penulisannya

dan perlu menonjolkan indikator agar terlihat serta menonjolkan

letak lingkungannya. Sedangkan menurut Adi Winanto, S.Pd, M.Pd.

perlu menambahkan gambar pada RPP agar lebih menarik.

4.1.2.2 Validasi Materi Model Desain Pembelajaran Tematik Integratif

Berbasis Lingkungan

Penilaian kelayakan materi menggunakan 2 ahli materi yaitu

Dr. Henny Dewi Koeswanti, M.Pd. (A1) dan Romirio Torang Purba,

S.Pd., M.Pd. (A2).Penilaian dari ahli materi yang meliputi aspek

materi yaitu kesesuaian materi dengan Kurikulum Sekolah Dasar,

kesesuaian indikator dengan materi, kesesuaian tujuan dengan

91

materi, kesesuaian materi terhadap lingkungan peserta didik,

kesesuaian materi dengan pendekatan saintifik, kelengkapan materi,

kejelasan bahasa yang digunakan, kejelasan informasi pada ilustrasi

gambar, keruntutan penyajian materi, kesesuaian soal evaluai dengan

materi kebermanfaatan buku guru dan siswa dalam mempermudah

pemahaman konsep, kesesuaian buku guru dan siswa dalam

membentuk karakter siswa, keefektifan kalimat dalam buku guru dan

siswa yang disajikan, dan kebakuan istilah. Berikut merupakan hasil

penilaian materi oleh ahli materi.

Tabel 4.3 Hasil penilaian kelayakan materi oleh ahli materi

Aspek Indikator Skor

A1 A2

M

A

T

E

R

I

1. Kesesuaian materi dengan kurikulum

Sekolah Dasar

2 2

2. Kesesuaian indikator dengan materi 2 2

3. Kesesuaian tujuan dengan materi 2 2

4. Kesesuaian materi terhadap lingkungan

peserta didik

2 2

5. Kesesuaian materi dengan pendekatan

saintifik

2 1

6. Kelengkapan materi 3 1

7. Antara satu materi dengan materi yang

lain saling berkaitan

3 2

8. Kesesuaian materi dengan alokasi

waktu yang tersedia

2 2

9. Kejelasan bahasa yang digunakan 2 1

10. Kejelasan informasi pada ilustrasi

gambar

1 1

11. Keruntutan penyajian materi 2 2

12. Menarik minat peserta didik untuk

mempelajari materi

3 2

13. Kesesuaian soal dengan materi 3 2

14. Kebermanfaatan buku guru dan siswa

dalam mempermudah pemahaman

konsep

2 2

15. Kesesuaian buku guru dan siswa dalam

membentuk karakter siswa

2 1

16. Keefektifan kalimat dalam buku guru

dan siswa yang disajikan

2 1

92

17. Kebakuan istilah 2 1

Jumlah 37 27

Total 64

Rata-rata 32

Setelah dilakukan analisis, diperoleh rata-rata skor penilaian

ahli materi sebesar 32. Dan pada kesimpulan akhir ahli desain

pembelajaran menyatakan Model Desain Pembelajaran Tematik

Integratif Berbasis Lingkungan memenuhi syarat dan layak diuji

cobakan setelah perbaikan sesuai saran. Dengan menggunakan

rentang skor 1 sampai 3, skor penilaian desain pembelajaran untuk

aspek yang dinilai dengan menggunakan rumus :

AP =Skor Aktual

Skor IdealX 100%

AP =32

51X 100%

AP = 63%

Berdasarkan skor yang diperoleh dengan menggunakan rumus

dan dikelompokkan ke dalam kategori maka materi tergolong

kategori “Tinggi”dengan interval 61% sampai 80%. Walaupun

materi sudah termasuk dalam kategori “Tinggi” namun materi masih

perlu disempurnakan sesuai saran ahli materi sehingga dilakukan

revisi dan perbaikan sebelum dilakukan uji coba terbatas. Adapun

yang perlu diperbaiki menurut Dr. Henny Dewi Koeswanti, M.Pd.

adalah pada penambahan gambar pada ceritasedangkan menurut

Romirio Torang Purba, S.Pd., M.Pd. perlu menggunakan resonansi

tinggi pada gambar dan perlu layout yang menarik.

Dengan hasil-hasil validasi oleh ahli model desain

pembelajaran dan materi disimpulkan bahwa Model Desain

Pembelajaran Tematik Integratif Berbasis Lingkungan layak

digunakan dalam pembelajaran karena memperoleh nilai antara 81%

sampai 100% pada model. Selain itu ditinjau dari aspek materi dan

desain pembelajaran memperoleh rata-rata keseluruhan antar 61%

93

sampai 80% yaitu tergolong kategori “Tinggi” sehingga materi dan

desain pembelajaran juga layak digunakan dalam pembelajaran.

Kesimpulan ini diambil sesuai dengan nilai kelayakan yang

ditetapkan dalam penelitian ini yaitu apabila ahli desain

pembelajaran dan ahli materi memberikan nilai kurang dari 61%

maka produk dianggap tidak layak digunakan dalam pembelajaran

namun apabila lebih dari 61% maka produk layak diuji cobakan

dalam pembelajaran.

4.1.2.3 Hasil Uji Coba Model Desain Pembelajaran tematik Integratif

Berbasis Lingkungan Terbatas

1. Uji coba Terbatas dan Revisi Model

Uji coba terbatas dilakukan di kelas 4 SDN Dukuh 02

Salatiga dan SDN Salatiga 05. Pada uji coba terbatas SDN Dukuh

02 digunakan sebagai kelas kontrol yang dilakukan oleh peneliti

sendiri dan pengamat dilakukan oleh guru kelas yaitu Maria Luna.

Siswa yang dilibatkan sebagai subjek penelitian sejumlah 35 siswa.

pelaksanaan uji coba dilakukan pada tanggal 26 Julis 2016. Alokasi

waktu yaitu 6 x 35 menit. Sedangkan SDN Salatiga 05 digunakan

sebagai kelas eksperimen. Guru dilakukan oleh peneliti dan teman

sejawat. Teman sejawat jugasekaligus sebagai pengamat yang

dilakukan oleh Yullia Indrasari (pengamat 2), dan satu guru kelas

yaitu Flora Purba sebagai pengamat 1. Siswa yang dilibatkan

sebagai subjek penelitian sejumlah 37 siswa. pelaksanaan uji coba

dilakukan pada tanggal 9 Agustus 2016. Alokasi waktu yaitu 6 x 35

menit.

A. Proses Pembelajaran

Proses pembelajaran di kelas berpedoman pada RPP

yang telah disusun. Terdiri dari kegiatan awal, kegiatan inti

dan kegiatan akhir. Pada kegiatan awal dilakukan apersepsi

94

dan motivasi serta diakhiri dengan pemberian pretes. Pada

kegiatan inti dilakukan serangkaian kegiatan pembelajaran

menggunakan Buku Siswa yang telah dikembangkan oleh

peneliti. Kegiatan keseluruhan dikaitkan dengan lingkungan

peserta didik dan sub-sub tema yang dipilih yaitu Tukang

Ronde. Kegiatan inti diakhiri dengan bermain peran Tukang

Ronde yang mengajak siswa untuk terjun membuat ronde.

Pada kegiatan akhir dilakukan kesimpulan bersama siswa dan

guru, pemberian reward, tanya jawab tujuan yang diperoleh

setelah belajar Tukang Ronde dan diakhiri dengan pemberian

postes. Postes dilakukan untuk melihat apakah pembelajaran

dapat diterima dan dipahami siswa. postes juga digunakan

untuk mengukur pembelajaran berbasis lingkungan berhasil

atau tidak.

B. Hasil Pengamatan

Hasil Pengamatan yang dilakukan oleh peneliti, teman

sejawat dan guru kelas tentang pelaksanaan pembelajaran dan

materi menggunakan Model Desain Pembelajaran Tematik

Integratif Berbasis Lingkungan pada uji coba terbatas

dituliskan dalam tabel 4.4 dan 4.5 berikut ini.

Tabel 4.4 Hasil penilaian pelaksanaan pembelajaran pada

uji coba terbatas

No ASPEK YANG DIAMATI SDN

Salatiga 05

O1 O2

1. Penyampaian materi pembelajaran

sesuai dengan materi yang ada di Buku

Guru dan Siswa

4 5

2. Penyampaian materi pembelajaran

dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari

atau lingkungan siswa

4 5

3. Pembelajaran dilaksanakan sesuai

dengan langkah yang terdapat pada RPP

3 5

4. Siswa antusias dalam proses belajar 4 5

95

mengajar

5. Memfasilitasi siswa untuk

melaksanakan kegiatan-kegiatan yang

terdapat pada buku siswa

4 5

6. Mendorong siswa untuk bekerja sama

dan berdiskusi sesuai dengan materi

yang sedang didiskusikan

4 5

7. Siswa mampu bekerja sama dan

berdiskusi sesuai dengan materi yang

sedang dipelajari

4 4

8. Memberikan umpan balik dalam proses

belajar mengajar

4 5

9. Siswa menanggapi umpan balik yang

diberikan guru

4 4

10. Meminta siswa untuk mengerjakan

evaluasi

4 5

11. Siswa mengerjakan soal evaluasi 4 5

12. Siswa dan guru secara bersama-sama

menyimpulkan materi pelajaran yang

dipelajari

4 5

Jumlah 47 58

Total 105

Rata-rata 52,5

Setelah dilakukan analisis, diperoleh rata-rata skor

penilaian sebesar 52,5. Dan pada kesimpulan akhir

pembelajaran menyatakan Model Desain Pembelajaran

Tematik Integratif Berbasis Lingkungan “Baik”. Hal ini

didukung pendapat pengamat bahwa model sudah baik,

kekurangan dalam pembelajaran hanya pada pengkondisian

kelas namun secara keseluruhan sudah sangat baik. Dengan

menggunakan rentang skor 1 sampai 5, skor penilaian

pembelajaran untuk aspek yang dinilai dengan menggunakan

rumus :

AP =Skor Aktual

Skor IdealX 100%

AP =52,5

60X 100

96

AP = 87%

Berdasarkan skor yang diperoleh dengan menggunakan

rumus dan dikelompokkan ke dalam kategori maka

pembelajaran tergolong kategori “Sangat Tinggi” dengan

interval 81% sampai 100%. Walaupun pembelajaran sudah

termasuk dalam kategori “Sangat Tinggi” namun masih perlu

disempurnakan sesuai saran pengamat sehingga dilakukan

revisi dan perbaikan sebelum produk dikatakan final.

Tabel 4.5 Hasil Penilaian materi dalam pembelajaran pada

uji coba terbatas

No. ASPEK YANG DIAMATI SDN

Salatiga 05

O1 O2

1. Materi mudah dipahami 4 5

2. Materi sesuai dengan lingkungan

peserta didik

4 5

3. Materi memudahkan belajar siswa 4 5

4. Kemudahan bahasa untuk memahami

materi

4 4

5. Keruntutan materi 3 5

Jumlah 19 24

Total 43

Rata-Rata 21,5

Setelah dilakukan analisis, diperoleh rata-rata skor

penilaian sebesar 21,5. Dan pada kesimpulan akhir

pembelajaran menyatakan Model Desain Pembelajaran

Tematik Integratif Berbasis Lingkungan baik untuk diterapkan

di Sekolah Dasar. Hal ini didukung pendapat pengamat bahwa

materi sudah baik hanya perlu ditambah dengan pengenalan

kota Salatiga di halaman depan sebelum masuk ke materi.

Dengan menggunakan rentang skor 1 sampai 5, skor penilaian

pembelajaran untuk aspek yang dinilai dengan menggunakan

rumus :

97

AP =Skor Aktual

Skor IdealX 100%

AP =21,5

25X 100%

AP = 86%

Berdasarkan skor yang diperoleh dengan menggunakan

rumus dan dikelompokkan ke dalam kategori maka materi

tergolong kategori “Sangat Tinggi” dengan interval 81%

sampai 100%. Walaupun materi sudah termasuk dalam

kategori “Sangat Tinggi” namun masih perlu disempurnakan

sesuai saran pengamat sehingga dilakukan revisi dan perbaikan

sebelum produk dikatakan final.

Pada proses pembelajaran dilakukan pengamatan apakah

langkah-langkah yang terapkan sesuai dilakukan atau tidak.

Berikut merupakan tabel hasil observasi pelaksanaan

pembelajaran.

Tabel 4.6 hasil observasi pelaksanaan pembelajaran pada

uji coba terbatas

No. ASPEK YANG DIAMATI SDN

Salatiga 05

O1 O2

1. Penyampaian materi pembelajaran sesuai

dengan materi yang ada di Buku Guru

dan Siswa

Ya Ya

2. Penyampaian materi pembelajaran

dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari

atau lingkungan siswa

Ya Ya

3. Pembelajaran dilaksanakan sesuai dengan

langkah yang terdapat pada RPP

Ya Ya

4. Siswa antusias dalam proses belajar

mengajar

Ya Ya

5. Memfasilitasi siswa untuk melaksanakan

kegiatan-kegiatan yang terdapat pada

buku siswa

Ya Ya

6. Mendorong siswa untuk bekerja sama

dan berdiskusi sesuai dengan materi yang

sedang didiskusikan

Ya Ya

98

7. Siswa mampu bekerja sama dan

berdiskusi sesuai dengan materi yang

sedang dipelajari

Ya Ya

8. Memberikan umpan balik dalam proses

belajar mengajar

Ya Ya

9. Siswa menanggapi umpan balik yang

diberikan guru

Ya Ya

10. Meminta siswa untuk mengerjakan

evaluasi

Ya Ya

11. Siswa mengerjakan soal evaluasi Ya Ya

12. Siswa dan guru secara bersama-sama

menyimpulkan materi pelajaran yang

dipelajari

Ya Ya

Berdasarkan tabel observasi pelaksanaan pembelajaran

dapat dilihat bahwa langkah pembelajaran dilakukan semua.

Sehingga apabila terjadi nilai kemampuan siswa rendah

disebabkan oleh faktor internal siswa.

C. Hasil Pretes dan Postes

Deskripsi persentase pretes dan postes dirangkum dalam

tabel 4.7 di bawah ini.Penentuan jumlah kelas menggunakan

rumus Sturges (Sugiyono, 2013: 35) yaitu K= 1+ 3,3 log n. K

adalah jumlah kelas dan n adalah banyaknya data/siswa.

Melalui rumus dapat diperoleh K= 1+ 3,3 .log 37 = 1+ 5,1 =

6,1 atau dibulatkan menjadi 6. Interval kelas pada skor

pretesdidapatkan dari hasil rentang (skor maksimal pretes

dikurang skor minimal pretes) dibagi jumlah kelas yaitu

75−25

6=8,3 dibulatkan menjadi 8. Interval kelas pada skor

postesdidapatkan dari hasil rentang (skor maksimal postes

dikurang skor minimal postes) dibagi jumlah kelas yaitu

95−65

6=5. Berikut tabel 4.7 hasil pretes dan postes siswa kelas 4

SDN Salatiga 05.

99

Tabel 4.7 hasil pretes dan postes siswa kelas 4

SDN Salatiga 05

N

o.

Kelas

Interval

Skor Pretes Kelas

Interval

Skor Postes

Freku

-ensi

Persen-

tase

Freku

-ensi

Persen-

tase

1 25-32 9 24,3% 65-69 5 13,5%

2 33-40 7 19% 70-74 11 29,8%

3 41-48 2 5,4% 75-79 5 13,5%

4 49-56 6 16,2% 80-84 3 8,1%

5 57-64 4 10,8% 85-89 9 24,3%

6 ≥65 9 24,3% ≥90 4 10,8%

Jumlah 37 100% 37 100%

Pada tabel 4.13 dikatahui bahwa skor pretes dari 37 siswa SDN

Salatiga 05 yang memperoleh skor antara 25 sampai 32

terdapat 9 siswa dengan persentase 24,3%, antara 33 sampai 40

terdapat 7 siswa dengan persentase 19%, antara 41 sampai 48

terdapat 2 siswa dengan persentase 5,4%, antara 49 sampai

56terdapat 6 siswa dengan persentase 16,2%, antara 57 sampai

64 terdapat 4 siswa dengan persentase 10,8% dan lebih dari

sama dengan 65 terdapat 9 siswa dengan persentase 24,3%.

Jika digambarkan dalam diagram dapat dilihat pada gambar 4.2

berikut ini.

Gambar 4.2 Kelas interval skor pretes pada uji coba terbatas

0

2

4

6

8

10

25-32 33-40 41-48 49-56 57-64 ≥65

pretes pretes

100

Sedangkan diketahui skor postes dari 27 siswa diperoleh

skor antara 65 sampai 69 terdapat 5 siswa dengan persentase

13,5%, antara 70 sampai 74 terdapat 11 siswa dengan

persentase 19,8%, antara 75 sampai 79 terdapat 5 siswa dengan

persentase 13,5%, antara 80 sampai 84 terdapat 3 siswa dengan

persentase 8,1%, antara 85 sampai 89 terdapat 9 siswa dengan

persentase 24,3%, dan lebih dari sama dengan 90 terdapat 4

siswa dengan persentase 10.8%.Jika digambarkan dalam

diagram dapat dilihat pada gambar 4.3 berikut ini.

Gambar 4.3 Kelas interval skor prostes pada uji coba terbatas

D. Hasil Uji T

Untuk mengetahui dampak perlakuan terhadap hasil

belajar dilakukan uji T berdasarkan hasil postes kelas

eksperimen dan kelas kontrol. Table 4.8 berikut menjelaskan

hasil uji T.

Tabel 4.8 Hasil Uji T Skor Postes Kelas Eksperimen dan

Kelas Kontrol uji coba terbatas.

0

2

4

6

8

10

12

65-69 70-74 75-79 80-84 85-89 ≥90

postes postes

101

Dari tabel 4.14 menunjukan bahwa nilai T tabel 4,118

dengan nilai α 0,000. Jika diuji dengan taraf kepercayaan 0,05

maka diperoleh hasil α lebih kecil dari 0,05. Artinya

kompetensi hasil belajar menggunakan Model Desain

Pembelajaran Tematik Integratif Berbasis Lingkungan lebih

tinggi daripada Model Desain Pembelajaran Tematik Integratif

dari Pemerintah.

E. Hipotesis

Berdasarkan hasil dari uji T maka hipotesis penelitian ini

𝐻𝐼 diterima yang artinya kompetensi hasil belajar

menggunakan Model Desain Pembelajaran Tematik Integratif

Berbasis Lingkungan lebih tinggi dari Model Desain

Pembelajaran Tematik Integratif dari Pemerintah. Selain itu

dari uji T dapat disimpulkan 𝐻𝐼 diterima karena 𝜇1 ≥ 𝜇2 yang

artinya kompetensi hasil belajar menggunakan Model Desain

Pembelajaran Tematik Integratif Berbasis Lingkungan lebih

tinggi dari Model Desain Pembelajaran Tematik Integratif dari

Pemerintah. Pengambilan kesimpulan dilakukan berdasarkan

nilai signifikansi yang diperoleh kurang dari 0,05, sehingga 𝐻𝐼

diterima dan model dikatakan berhasil.

F. Respon Siswa

Pada akhir pembelajaran siswa diminta mengisi lembar

respon siswa dan semua siswa mengisi “Ya” yang menandakan

siswa antusias mengikuti pembelajaran dan memberikan

respon positif terhadap Model Desain Pembelajaran Tematik

Integratif Berbasis Lingkungan . Berikut tabel 4.9 respon siswa

Tabel 4.9 Angket Respon siswa terhadap pembelajaran

No Pertanyaan YA TIDAK

1. Bagaimana pendapatmu

tentang pembelajaran

Menye-

nangkan

Tidak

menye-

102

yang dilakukan guru hari

ini?

√ nangkan

2. Apakah kamu tertarik

mengikuti pembelajaran

hari ini?

Tertarik

Tidak

Tertarik

3. Dengan pembelajaran

melibatkan lingkungan di

sekitarmu, apakah kamu

dapat lebih mampu

memahami materi

dengan mudah?

Ya

Tidak

mampu

4. Bagaimana pendapatmu

tentang buku siswa yang

kamu gunakan dalam

belajar hari ini?

Menye-

nangkan

Tidak

5. Apakah kamu menyukai

buku siswa untuk

digunakan dalam belajar

sehari-hari?

Ya

Tidak

4.2 Pembahasan

Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan Model Desain

Pembelajaran Tematik Integratif Berbasis Lingkungan dengan

mengembangkan langkah-langkah Model Desain Pembelajaran Tematik

Integratif Berbasis Lingkungan, mengetahui seberapa tinggi tingkat validitas

produk model pembelajaran tematik integratif berbasis lingkungan, dan

mengetahui apakah kompetensi hasil belajar menggunakan model desain

pembelajaran tematik integratif berbasis lingkungan lebih tinggi daripada

kompetensi hasil belajar menggunakan model desain pembelajaran tematik

integratif.

Dalam mengembangkan Model Desain Pembelajaran Tematik

Integratif Berbasis Lingkungan dilakukan langkah-langkah desain

pembelajaran Tematik Integratif berbasis lingkungan yang pertama adalah

memilih tema. Pada tahap memilih tema dilakukan pengembangan sub-sub

tema yang dipadukan dengan lingkungan sekitar yaitu di Kota Salatiga

sehingga sub-sub tema yang dikembangkan sesuai dengan lingkungan

peserta didik. Pada tahap mengembangkan sub-sub tema dihasilkan produk

103

berupa jaringan sub-sub tema. Pada penelitian peneliti memilih sub-sub

tema Tukang Ronde untuk melakukan penelitian di kelas 4 Tema 4 Berbagai

Pekerjaan Sub tema 1 jenis-jenis pekerjaan. Sub-sub tema Tukang Ronde

dipilih dikarenakan di Kota Salatiga yang memiliki hawa sejuk dan dingin

menjadikan banyak ditemukannya penjual wedang ronde, sehingga wedang

ronde dijadikan minuman khas Salatiga. dengan mengambil jenis-jenis

pekerjaan yang ada di Salatiga menjadikan siswa tidak asing dengan jenis-

jenis pekerjaan yang mereka pelajari. Pada Kurikulum 2013 menuntut

pembelajaran yang sesuai dengan lingkungan dan semua pembelajaran

harus dikaitkan dengan lingkungan sehingga pembelajaran menjadi

bermakna.

Selain dikarenakan harus sesuai lingkungan. Peneliti mengembangkan

sub-sub tema dengan menamai pembelajaran 1 Tema 4 Berbagai Pekerjaan

Sub tema 1 Jenis-jenis Pekerjaan menjadi terfokus Tukang Ronde. Sehingga

semakin membuat pembelajaran mengerucut dan konkret.

Langkah kedua melakukan analisis SKL, KI, KD dan membuat

Indikator menghasilkan produk berupa tabel analisis SKL, KI, KD dan

membuat Indikator. Langkah ketiga membuat hubungan pemetaan antara

KD dan indikator menghasilkan tabel keterhubungan KD dan indikator.

Langkah keempat membuat jaringan KD. Pada tahap ini selain

mengembangkan jaringan KD juga mengembangkan jaringan indikator yang

akhirnya menghasilkan produk jaringan KD dan Indikator. Langkah kelima

yaitu menyusun silabus yang menghasilkan silabus, dan langkah terakhir

menyusun RPP yang menghasilkan RPP. Pada langkah penyusunan RPP

terdapat tahap untuk mengembangkan materi, sehingga perlu dilakukan

pengembangan materi. Materi yang dikembangkan disusun dalam Buku

Guru dan Buku Siswa sehingga perlu melakukan penyusunan Buku Guru

dan Buku siswa.

Dalam mengembangkan Buku Guru dan Siswa, peneliti

memberikan pendalaman materi pada Buku Siswa sehingga siswa dapat

belajar namun juga menemukan sendiri. Dalam Kurikulum 2013 siswa

104

dituntut aktif dalam memperoleh pengetahuannya sendiri dengan bantuan

Buku Siswa seharusnya siswa dapat menemukan pengetahuannya sendiri,

namun karena kurangnya pendalaman materi juga membuat siswa

kesulitan mendapatkan pengetahuannya sendiri.

Dengan pengembangan materi yang ada pada Buku Siswa akan

membuat siswa mudah memperoleh pengetahuannya sendiri mengingat

pembelajaran tematik menuntut siswa aktif dalam pembelajaran dengan

penggunakan tema yang disesuaikan dengan lingkungan siswa sendiri.

Sehingga pendalaman materi dengan mudah mereka dapatkan sendiri.

Selain itu dengan mengembangkan Model Desain Pembelajaran Tematik

Integratif Berbasis Lingkungan menjadikan guru leluasa

mengembangkan pembelajarannya sendiri dan memiliki wewenang

secara penuh dalam pengembangan pembelajaran tanpa memikirkan

sarana dan prasarana yang dimiliki sekolah.

Tujuan pengembangan Model Desain Pembelajaran Tematik

Integratif Berbasis Lingkungan yang lain yaitu mengetahui seberapa

tinggi validasi produk model oleh ahli. Diperoleh validasi model oleh

ahli model desain sebesar 85% dengan kategori sangat tinggi, validasi

desain pembelajaran oleh ahli model desain sebesar 74% dengan kategori

tinggidan validasi materi oleh ahli materi sebesar 63% dengan kategori

tinggi. Selain mengatahui seberapa tinggi validasi ahli juga untuk melihat

apakah kompetensi hasil belajar menggunakan model desain

pembelajaran tematik integratif berbasis lingkungan lebih tinggi daripada

kompetensi hasil belajar menggunakan model desain pembelajaran

tematik integratif dari Pemerintah. Diperoleh hasil Uji T pada uji coba

terbatas menunjukkan nilai T tabel 4,118 dengan nilai α 0,000. Jika diuji

dengan taraf kepercayaan 0,05 maka diperoleh hasil α lebih kecil dari

0,05. Artinya kompetensi hasil belajar menggunakan model desain

pembelajaran tematik integratif berbasis lingkungan lebih tinggi daripada

kompetensi hasil belajar menggunakan model desain pembelajaran

tematik integratif dari Pemerintah, dan dapat disimpulkan bahwa

105

kompetensi hasil belajar siswa lebih tinggi sehingga 𝐻𝐼 diterima. Selain

itu Model Desain Pembelajaran Tematik Integratif Berbasis Lingkungan

layak digunakan dalam pembelajaran di Sekolah Dasar.

Pada penelitian terdahulu juga banyak yang mengembangkan

model pembelajaran tematik integratif.Walaupun sudah banyak peneliti

yang mengembangkan model desain pembelajaran tematik integratif atau

mengembangkan model pembelajaran tematik integratif. Namun belum

ada yang mengembangkan model desain pembelajaran tematik integratif

yang disesuaikan dengan lingkungan dimana peserta didik tinggal.

Kebanyakan penelitian terdahulu mengembangkan langkah-langkah

model pembelajaran tematik saja tanpa memperhatikan lingkungan

peserta didik. Sehingga hasil penelitian ini menjadi kebaruan dari

penelitian terdahulu.

BerdasarkanPenelitian Asep Herry Hermawan (2015) dengan judul

“Pengembangan Model Pembelajaran Tematik di Kelas Awal Sekolah

Dasar”. Hasil menunjukan guru memberikan respon positif. Hasil juga

menyatakan bahwa model layak digunakan dalam pembelajaran. Pada

penelitian Isniatun Munawaroh (2014) dengan judul “Pengembangan

Model Pembelajaran Tematik untuk Mengembangkan Keterampilan

Berpikir Kritis siswa SD Kelas Rendah”. Hasil validasi

menunjukanmodel cukup valid dengan tingkat presentase 95%, dilihat

dari kenaikan skor nilai pre-test terhadap skor nilai post-test. Hasil

tersebut menyatakan bahwa model pembelajaran tematik telah valid

dan layak digunakan dalam pembelajaran.Penelitian Jamaluddin (2015)

dengan judul “Pengembangan Model Pembelajaran Tematik Terpadu

Kontekstual bagi Anak Usia Dini di Taman Kanak-Kanak Kelompok B”.

Hasil menunjukan tingkat keefektifan mencapai presentase ≥90% dan

guru memberikan respon yang positif. Hasil tersebut menyatakan

bahwa model pembelajaran tematik layak digunakan dalam

pembelajaran.Dan penelitian Fatchurrohman (2015) dengan judul

“Pengembangan Model Pembelajaran Tematik Integratif Eksternal dan

106

Internal di Madrasah Ibtidaiyah. Hasil menunjukan guru nyaman dan

cocok terhadap model yang dikembangkan dan hasil evaluasi yang baik.

Sehingga hasil tersebut menyatakan bahwa model pembelajaran tematik

layak digunakan dalam pembelajaran.

Berdasarkan keempat penelitian terdahulu walaupun menunjukan

model pembelajaran tematik diterima oleh guru dan layak digunakan

namun dari keempat penelitian terdahulu belum ada yang menggunakan

Uji T dalam melihat perbedaan kompetensi hasil belajar siswa.Sehingga

penelitian ini menyumbang pengetahuan dalam segi pengembangangan

model desain pembelajaran juga memberikan pengetahuan dalam melihat

perbedaan kompetensi hasil belajar siswa dengan menggunakan Model

Desain Pembelajaran Tematik Integratif Berbasis Lingkungan dengan

Model Desain Pembelajaran Tematik Integratif dari Permendikbud.

Berdasarkan keempat penelitian terdahulu juga mendukung

penelitian ini terbukti bahwa dari keempat model pembelajaran tematik

integratif yang dikembangkan semuanya menunjukan cocok dan layak

digunakan dalam pembelajaran di kelas rendah maupun dikelas tinggi,

sehingga dapat dikatakan model desain pembelajaran tematik integratif

berbasis lingkungan memang tepat diterapkan dalam pembelajaran di

Sekolah Dasar.

Dari pencapaian tujuan yang diinginkan, dalam proses

pengembangan Model Desain Pembelajaran Tematik Integratif Berbasis

Lingkungan membutuhkan waktu yang cukup lama. Hal ini dikarenakan

peneliti harus menyiapkan segala sesuatunya dengan matang agar

mendapat hasil yang maksimal. Hasil dari revisi uji coba terbatas

keseluruhan dinyatakan sangat baik dengan masukan dari pengamat

bahwa perlu menggunakan bahasa yang mudah dipahami dan belajar

penguasaan kelas. Setelah diperbaiki diperoleh hasil model final. Pada

dasarnya Model Desain Pembelajaran Tematik Integratif Berbasis

Lingkungan ini baik karena memenuhi kriteria model desain

pembelajaran yang baik, dan mendapat respon positif dari ahli, guru

107

maupun siswa. sehingga sudah dapat digunakan oleh guru sebagai

pedoman untuk mengembangkan model desain pembelajaran tematik

yang lain. Namun bila hendak diperbanyak sebaiknya dilakukan uji coba

luas dan uji keefektifan model.

Model desain pembelajaran yang baik harus selain berdampak pada

hasil belajar peserta didik juga harus memenuhi 1) rasional teoritik yang

logis yang disusun penciptanya, 2) tujuan yang hendak dicapai, 3)

prosedur yang sistematis, dan 4) lingkungan belajar peserta didik. Pada

model desain pembelajaran tematik integratif berbasis lingkungan

memiliki dasar rasional teoritik dan prosedur yang sistematis dengan

mengambil langkah-langkah Kemendikbud dalam mengembangkan

desain pembelajaran dan perpijak pada teori belajar piaget yang

menegaskan bahwa peserta didik pada jenjang Sekolah Dasar dari sisi

perkembangan kognitif berada pada tahap operasional konkret. Pada

tahap tersebut peserta didik mudah mempelajari sesuatu melalui kegiatan

dan pengalaman yang nyata dan konkret. Kegiatan yang dilakukan

melalui benda-benda dan lingkungan sekitar peserta didik. Sehingga

model desain pembelajaran tematik integratif berbasis lingkungan sesuai

dengan lingkungan peserta didik dan meletakan lingkungan sebagai

setting atau tema pembelajaran yang menjadikan pembelajaran lebih

konkret.

Model desain pembelajaran integratif berbasis lingkungan juga

memiliki tujuan yang jelas dan dapat dijadikan pedoman bagi guru dalam

merancang dan mengembangkan pembelajaran Tematik Integratif

berbasis lingkungan yang digunakan guru untuk melaksanakan

pembelajaran. Pengembangan model desain pembelajaran yang

dikembangkan pada penelitian ini juga dapat digunakan untuk

mengembangkan ilmu pengetahuan yang terkait dalam mengembangan

Model Desain Pembelajaran Tematik Integratif Berbasis Lingkungan.

Buku siswa dan Buku Guru produk model dapat digunakan siswa dan

guru dalam belajar di sekolah maupun di rumah, silabus dan RPP yang

108

dapat digunakan guru sebagai salah satu pedoman dalam melakukan

proses belajar mengajar di kelas. Selain itu dapat digunakan sebagai

bahan informasi guru dalam ketrampilan mengembangan Model Desain

Pembelajaran Tematik Integratif Berbasis Lingkungan yang lain.

Berdasarkan pemaparan model desain pembelajaran yang baik

dapat disimpulkan bahwa model desain pembelajaran tematik integratif

berbasis lingkungan memenuhi kriteria dan layak digunakan dalam

pembelajaran di Sekolah Dasar.

.