Post on 16-Mar-2019
37
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Kegiatan Penangkapan Rajungan di Perairan Gebang Mekar
4.1.1 Spesifikasi Garok Rajungan dan Operasi Penangkapan
Kegiatan penangkapan rajungan yang dilakukan nelayan di perairan
Gebang Mekar pada saat penelitian menggunakan 2 unit alat garok secara
bersamaan dalam satu unit perahu. Berdasarkan pengamatan terhadap alat tangkap
garok rajungan yang digunakan, untuk 1 unit alat garok mempunyai spesifikasi
sebagai berikut; panjang rangka segitiga 150 cm, ukuran mulut jaring (beam)
panjang 2 m dan lebar 27 cm, jumlah gigi-gigi (garpu) 56 buah dengan panjang
garpu 13 cm dan jarak antar garpu 3,5 cm, panjang jaring 5 m dengan ukuran mata
jaring 1,5 inchi, ukuran mata jaring garok sama dari mulai bagian mulut jaring
sampai bagian kantong (codend).
Operasi penangkapan rajungan dilakukan setiap hari mulai dari pk. 05.00
WIB sampai dengan pk. 12.00 WIB dengan menggunakan perahu berbahan kayu
dengan panjang 25 m dan dilengkapi dengan 1 unit motor tipe sopex dengan
kecepatan 4-5 km/jam. Areal penangkapan atau fishing ground sekitar 1-4 mil dari
pantai. Alur perjalanan (tracking) direkam dengan menggunakan GPS (Global
Positioning System) (Lampiran 2).
Dalam satu kali trip, dilakukan 3 kali hauling. dengan waktu 1,5 jam per
hauling. Operasional penangkapan selama penelitian berjumlah 15 kali hauling.
Pada saat hauling, alat tangkap garok diangkat dengan menggunakan tenaga
manusia. Jumlah awak perahu 1-2 orang. Setelah jaring diangkat kemudian
dilakukan penyortiran biota hasil tangkapan utama (rajungan) dan biota hasil
tangkapan sampingan yang bisa dimanfaatkan untuk dijual atau dikonsumsi
sendiri oleh nelayan. Biota hasil tangkapan sampingan yang tidak dimanfaatkan
kemudian dibuang kembali ke laut. Setelah penyortiran selesai dilakukan
persiapan untuk setting berikutnya.
38
4.1.2 Karakteristik Biota Hasil Tangkapan Sampingan
4.1.2.1 Berat dan Komposisi Jenis (Spesies)
Berat total hasil tangkapan alat garok selama penelitian di perairan
Gebang Mekar, sebanyak 155,58 kg, terdiri rajungan (hasil tangkapan utama)
sebanyak 6 kg (130 individu) atau sekitar 3,85% dari total hasil tangkapan dan
berbagai jenis biota lain (hasil tangkapan sampingan) sebanyak 149,58 kg (10.813
individu) atau sekitar 96,14% dari total hasil tangkapan. Hasil tangkapan
sampingan menunjukkan jumlah atau bobot yang lebih tinggi dibandingkan
dengan hasil tangkapan utama (rajungan). Ini menunjukkan bahwa alat tangkap
garok rajungan termasuk alat tangkap yang tidak selektif atau selektivitasnya
rendah. Menurut FAO (1995), alat tangkap harus mempunyai selektivitas yang
tinggi Artinya, alat tangkap tersebut diupayakan hanya dapat menangkap
ikan/organisme lain yang menjadi sasaran penangkapan saja. Ada dua macam
selektivitas yang menjadi sub kriteria, yaitu selektivitas ukuran dan selektivitas
jenis.
Jumlah rajungan yang tertangkap pada setiap kali hauling berkisar antara
1-19 ekor dengan bobot rata-rata 0,06 kg. Dilihat dari jumlah rajungan yang
tertangkap menunjukkan hasil tangkapan alat garok sangat rendah bila
dibandingkan dengan hasil penelitian Rahardian (2009) yang memperoleh hasil
tangkapan rajungan 42-118 ekor. Hal ini diduga karena kondisi lingkungan
perairan atau habitat rajungan yang sudah terdegradasi karena eksploitasi
penangkapan yang terus-menerus dan dipengaruhi juga oleh daerah operasional
garok yang berjarak 1-4 mil dari garis pantai yang merupakan habitat rajungan
kecil. Menurut Nybakken (1988) bahwa habitat rajungan adalah daerah estuaria
namun rajungan akan bermigrasi ke perairan yang bersalinitas lebih tinggi untuk
menetaskan telurnya, ada fase larva bersifat planktonik yang melayang-layang di
perairan lepas pantai dan pada fase megalopa berada di dekat pantai dan setelah
mencapai rajungan muda akan kembali ke estuaria. Kondisi ini dapat juga dilihat
dari hasil tangkapan sampingan (HTS) yang juga menurun (Gambar 7).
39
Gambar 7. Berat Total HTS di Perairan Gebang Mekar per Hauling.
Hasil tangkapan tertinggi sebanyak 33,04 kg (hauling ke-2) sedangkan
hasil tangkapan terendah sebanyak 1,82 kg (hauling ke-15). Rata-rata berat HTS
per hauling yaitu 9,97 kg. Menurunnya berat HTS pada setiap hauling
dimungkinkan juga karena daerah penangkapan nelayan di Gebang Mekar ini
pada setiap trip relatif sama. Menurut Loekkerborg (2005) menyatakan bahwa
kelimpahan akan berkurang setelah mengalami pengerukan.
Berdasarkan hasil identifikasi jenis biota HTS alat garok di perairan
Gebang Mekar selama penelitian (Lampiran 4), terdapat 42 jenis dari 38 Genus,
yang termasuk dalam 9 Kelas (Lampiran 5). Bila dikelompokkan ke dalam Filum,
maka biota-biota tersebut berada dalam 3 Filum, yaitu Arthropoda, Moluska dan
Echinodermata (Tabel 1).
Tabel 1. Komposisi Jenis HTS di Perairan Gebang Mekar.
No FilumJumlah
Spesies
Jumlah Berat
Individu % kg %
1 Arthropoda 15 531 4,92 7,17 4,772 Moluska 23 8721 80,68 137,64 92,033 Echinodermata 4 1561 14,44 4,79 4,79
Jumlah total 42 10813 100 149,58 100
0.005.00
10.0015.0020.0025.0030.0035.00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
bera
t (k
g)
Hauling
40
Jumlah spesies dan jumlah individu HTS yang paling banyak diperoleh di
Gebang Mekar yaitu dari filum Moluska sebanyak 23 jenis dengan jumlah
individu 8721 dan berat 137,64 kg, yang terbagi dalam 3 kelas yaitu Bivalvia,
Gastropoda dan Cephalopoda (Lampiran 5). Hal ini diduga karena substrat dasar
perairan Gebang Mekar yang mempunyai tipe substrat lempung liat berlumpur
(Lampiran 6). Tipe substrat ini sesuai untuk tempat hidup dari kelas Bivalvia,
Gastropoda. Menurut Riniatsih dan Djamali (2009) menyatakan bahwa bahan
organik dan tekstur sedimen sangat menentukan keberadaan Gastropoda dan
Bivalvia.
Jenis biota yang banyak tertangkap berdasarkan jumlah individunya,
adalah dari filum Moluska yaitu kerang bulu (Anadara antiquata) sebanyak 2.409
individu (22,28%), simping tiram (Pinctada sp) sebanyak 2.397 individu
(22,17%), dan Simping (Placuna placenta) sebanyak 2.334 individu (21,59%).
(Lampiran 5). Bila dilihat dari berat hasil tangkapan per jenis biota, maka 3 jenis
biota dengan berat tertinggi berturut-turut yaitu kerang bulu (Anadara antiquata)
sebesar 54,48 kg (36,42%), simping tiram (Pinctada sp) sebesar 38,08 kg
(25,46%), simping (Placuna placenta) sebesar 18,29 kg (12,23%) (Lampiran 5)
Adanya perbedaan jenis biota yang dominan tertangkap berdasarkan jumlah
individu dan beratnya dikarenakan perbedaan bentuk (morfologi), ukuran dan
berat cangkang pada biota tertentu.
Berdasarkan hasil wawancara dengan nelayan, walaupun jumlah rajungan
(HTU) yang diperoleh sedikit, namun nelayan masih memperoleh pendapatan dari
hasil penjualan HTU dan beberapa jenis biota HTS yang bernilai ekonomis
penting. Biota yang dijual dan memiliki niai ekonomis penting yaitu kerang bulu
(Anadara antiquata) dengan harga Rp. 4.000,-/kg; keong bulu (Hemifusus
ternatanus) dengan harga Rp. 6.000,-/kg; keong macan (Babylonia spirata)
dengan harga Rp. 5.000,-/kg. Udang cakrek (Squilla sp) yang berukuran ≥30 cm
biasanya dijual oleh nelayan dengan harga Rp. 100.000,-/ekor, namun jika udang
cakrek yang diperoleh berukuran kecil-kecil maka udang tersebut dimanfaatkan
untuk dikonsumsi sendiri. Biota lain yang dimanfaatkan untuk dikonsumsi sendiri
yaitu keong kunel (Strombus canarium) dan sotong (Sepia sp).
41
Dengan demikian, banyaknya jumlah individu untuk setiap jenis biota
hasil tangkapan sampingan tidak menentukan tingginya pendapatan atau hasil jual
biota yang tertangkap tetapi sangat ditentukan oleh nilai ekonomi dari jenis biota
yang tertangkap. Selain itu untuk penjualan rajungan, nelayan mensiasati
penjualan rajungan dengan cara menjual daging kupas rajungan dan dicampur
dengan daging kepiting gompel (Charybdis sp) atau dengan daging rajungan
angin (Podophthalmus vigil).
4.1.2.2 Komposisi Ukuran Hasil Tangkapan
Komposisi ukuran biota hasil tangkapan sampingan alat tangkap garok di
perairan Gebang Mekar selama penelitian dapat dilihat pada lampiran 7 dan
lampiran 8. Ukuran terkecil sebesar 0,002 cm pada spesies Porcellanella sp dan
Astropecten polyacanthus dan ukuran terbesar sebesar 23,2 cm pada spesies
Limulus polyphermus. Untuk melihat distribusi frekuensi ukuran untuk jenis biota,
yang dominan (jumlah ≥400 individu) maka dibuat tabel distribusi frekuensinya
(Lampiran 7) dan yang jumlahnya kurang dari 400 individu hanya dilihat kisaran
ukurannya (Lampiran 8).
Biota dominan pertama yaitu jenis kerang bulu (Anadara antiquata)
sebanyak 2.409 individu, dengan kisaran ukuran 2,3-7,6 cm. Berdasarkan
distribusi frekuensi ukuran untuk spesies ini terdiri dari 10 kelas dengan frekuensi
terbanyak pada ukuran 3,9–4,3cm dengan jumlah 758 individu (31,5%).
Sedangkan jumlah individu yang paling sedikit yaitu 1 individu pada ukuran
7,1-7,6 cm (Lampiran 7). Anadara antiquata yang tertangkap terbanyak termasuk
ke dalam individu yang sudah memasuki tahap dewasa. Menurut Baron (2006)
dalam Nurdin dkk (2006) menyatakan bahwa kerang Anadara matang kelamin
berukuran 2 cm atau lebih. Banyaknya A. antiquata yang berukuran dewasa
menandakan bahwa lokasi perairan Gebang Mekar sesuai untuk habitat kerang
bulu (A. antiquata). Perairan Gebang Mekar yang memiliki tipe substrat
berlumpur sangat mempengaruhi keberadaan dan kelimpahan kerang ini. Menurut
Nurdin (2006) menyatakan bahwa Anadara antiquata menyukai perairan dengan
tipe substrat berlumpur.
42
Biota dominan kedua yaitu jenis simping tiram (Pinctada sp) sebanyak
2397 individu dengan kisaran ukuran 3,6-9,0 cm. Berdasarkan distribusi frekuensi
ukuran untuk species ini terdiri dari 11 kelas. Kelas dengan frekuensi terbanyak
pada ukuran 5,6-6,0 cm dengan jumlah 477 individu (19,9%). Sedangkan ukuran
yang paling sedikit yaitu pada ukuran 3,6-4,0 cm dengan jumlah 20 individu
(0,8%) dari total individu simping tiram yang tertangkap (Lampiran 7).
Biota dominan ketiga yaitu jenis simping (Placuna placenta) sebanyak
2334 individu dengan kisaran ukuran 3,9-9,8 cm. Distribusi frekuensi ukuran
spesies ini terdiri dari 11 kelas dengan frekuensi terbanyak pada ukuran 6,6-7,1
cm dengan jumlah 553 individu atau sebanyak 23,37%. Sedangkan ukuran yang
paling sedikit yaitu pada ukuran 8,8-9,3 cm dengan jumlah 18 individu (0,8%)
(Lampiran 7).
Tertangkapnya ukuran biota yang beranekaragam diduga karena ukuran
mesh size alat tangkap garok yang terlalu kecil yaitu 1,5 inci. Psuty dan Borowski
(1997) dalam Pratama (2012) menyebutkan bahwa ukuran mata jaring yang lebih
kecil pada gill net cenderung menangkap ikan dalam jumlah banyak karena ikan
akan mudah terjerat dengan semakin kecilnya ukuran mata jaring, akan tetapi
hasil tangkapan akan memiliki keragaman yang tinggi. Selain itu, kedalaman
operasional dari alat garok juga mempengaruhi beragamnya biota yang
tertangkap. Operasional garok yang menyisir dan menggaruk dasar perairan
menyebabkan tertangkapnya biota-biota bentik yang hidup didasar perairan.
Biota yang tidak dominan (≤400 individu) sebanyak 37 jenis dengan biota
yang paling banyak diperoleh berturut-turut yaitu jenis Charybdis sp dari filum
Arthropoda sebanyak 312 individu dengan kisaran ukuran 1,5-3,1 cm; jenis
Anadara granosa dari filum Moluska sebanyak 308 individu dengan kisaran
ukuran 2-5 cm; jenis Paracaudina australis dari filum Echinodermata sebanyak
33 individu dengan kisaran ukuran 4,1-10,1 cm (Lampiran 8).
4.1.3 Kepadatan Biota
Kepadatan biota yang dimaksud disini yaitu kepadatan suatu biota dalam
satu luas yang disapu dengan menggunakan metode sweapt area (Spare and
43
Venema 1989). Luas daerah yang disapu pada stasiun 1 (perairan Gebang Mekar)
selama penelitian (15 hauling) adalah 385,56 m2. Dugaan kepadatan stok biota
pada perairan Gebang Mekar yaitu 387,97 g/m2 dengan laju tangkap
99723,10 g/jam (Lampiran 9). Jumlah jenis biota yang tertangkap sebanyak 42
jenis dengan 5 jenis biota yang mendominasi yaitu Anadara antiquata sebesar
141,30 g/m2; Pinctada sp sebesar 98,76 g/m2 dan Placuna placenta sebesar
47,43 g/m2 (Lampiran 10). Adapun rata-rata kepadatan biota per trip (5 trip)
sebesar 77,59 g/m2 dengan nilai berturut-turut yaitu 188,25 g/m2; 82,64 g/m2;
59,81 g/m2; 36,32 g/m2 dan 20,95 g/m2.
Biota bentik yang tertangkap cukup beranekaragam dengan kepadatan
didominasi oleh kelas Gastropoda dan Bivalvia. Tingginya kenaekaragaman biota
bentik di Perairan Gebang Mekar, diduga dipengaruhi oleh karaktersitik fisika
kimia perairan dan tipe substrat. Menurut Allard dan Moreau (1987) dalam APHA
(2005) dalam Kharisma dkk (2012) menerangkan bahwa keberadaan hewan
bentik pada suatu perairan dipengaruhi oleh berbagai faktor lingkungan perairan.
faktor-faktor tersebut adalah fisika-kimia perairan yang diantaranya adalah suhu,
salinitas, arus, pH, kedalaman air, dan substrat dasar.
Hasil pengukuran parameter fisik-kimia lingkungan Perairan Gebang
Mekar selama penelitian (15 kali hauling) pada area pengoperasian garok yang
relatif dekat dengan pantai, sekitar 1-4 mil dari pantai, menunjukkan bahwa
kondisi perairann masih layak untuk kehidupan biota laut berdasarkan baku mutu
air laut untuk biota laut dalam KepMen LH. No.51 Tahun 2004 (Tabel 2).
Tabel 2. Karakteristik Fisika Kimia Perairan Gebang MekarSelama Penelitian.
NoParameter
lingkunganSatuan
Nilai
kisaran
Baku
mutu *)
1 Suhu °C 29-36 28-32
2 pH - 7,32-7,71 7-8,5
3 DO mg/l 5,5-6,9 ≥5
4 Salinitas °/∞ 27-29 ≤34
44
Lanjutan
NoParameter
lingkunganSatuan
Nilai
kisaran
Baku
mutu *)
5 Kedalaman m 5-9 -
6 Arus cm/det 1-1,7 -
7 Substrat -Lempung
liat
berlumpur
-
Sumber: *Kepmen LH no. 51 tahun 2004.
Suhu perairan di Gebang Mekar berkisar antara 29-36°C. Nilai kisaran
tersebut cukup tinggi jika dibandingkan dengan baku mutu air laut untuk biota
laut yaitu 28-32°C (KepMen LH no. 51 tahun 2004). Namun kisaran tersebut
masih tergolong cukup normal mengingat toleransi biota bentik yang cukup besar
terhadap perubahan suhu. Menurut Houbrick (1991) dalam Hogart (1999) dalam
Riniatsih dan Kushartono (2009) menyatakan bahwa Gastropoda memiliki
toleransi yang luas terhadap perubahan salinitas, mereka juga mampu bertahan
hidup pada temperatur tinggi dan anoksik.
Kedalaman air di area penangkapan alat tangkap garok di perairan Gebang
Mekar tergolong cukup dangkal yaitu 5-9,5 m dengan nilai kecerahan perairan
sebesar 2-4 m. Kecerahan perairan ini tergolong cukup keruh. Hal ini diduga
karena penelitian dilaksanakan pada musim timur dimana angin bertiup ke arah
barat dengan membawa partikel-partikel tanah dari aliran sungai Cisanggarung
sehingga kondisi perairan sedikit keruh. Terbawanya partikel-partikel tersebut
juga menyebabkan kondisi substrat perairan Gebang Mekar bertekstur lebih halus.
Menurut Effendi (2003) kecerahan suatu perairan bergantung pada warna dan
kekeruhan serta waktu pengukuran.
Parameter yang paling menentukan perbedaan kepadatan biota yaitu tipe
substrat perairan. Tipe substrat perairan Gebang Mekar memiliki tipe substrat
lempung liat berlumpur menyebabkan kepadatan biota didominasi oleh spesies
dari kelas Bivalvia dan Gastropoda. Hal ini berhubungan dengan tingkah laku dari
spesies tersebut. Kebiasaan atau tingkah laku beberapa species kelas Bivalvia,
45
diantaranya ada yang hidup secara sessil yaitu membenamkan diri ke dalam
lumpur, contohnya Macoma sp dan ada pula yang menempel dengan membentuk
semacam akar (byssus) contohnya yaitu Anadara sp.
Driscol dan Brandon (1973) dalam Rangan (1996) dalam Riniatsih dan
Kushartono (2009) menyebutkan bahwa sebaran dan kelimpahan Bivalvia
berhubungan dengan besar kecilnya butiran sedimen di mana biota tersebut
berada. Perbedaan partikel substrat memiliki hubungan dengan bahan organik.
Perairan dengan sedimen yang kasar memiliki kandungan bahan organik rendah
karena partikel yang lebih halus tidak dapat mengendap (Wood 1987 dalam
Riniatsih dan Kushartono 2009). Menurut Riniatsih dan Kushartono (2009),
bahan organik dan tekstur sedimen sangat menentukan keberadaan Gastropoda
dan Bivalvia. Substrat berpasir tidak menyediakan tempat yang stabil bagi
kehidupan Bivalvia karena aksi gelombang secara terus menerus menggerakkan
partikel substrat.
4.2 Kegiatan Penangkapan Rajungan di Perairan Losari
4.2.1 Spesifikasi Garok Rajungan dan Operasi Penangkapan
Kegiatan penangkapan rajungan yang dilakuan di Perairan Losari hampir
sama dengan yang dilakukan di perairan Gebang Mekar. Perbedaannya terletak
pada ukuran dari alat garok yang digunakan. Alat tangkap garok yang digunakan
di perairan Losari berukuran panjang mulut (beam) 3 m dan lebar 35 cm. Panjang
rangka segitiga 150 cm. Jumlah gigi-gigi garok 60 buah dengan panjang 15 cm.
bagian kantong jaring terbuat bahan polyethylen dengan mesh size 2 inci. ukuran
mata jaring garok sama dari mulai bagian mulut jaring sampai bagian kantong
(codend).
Operasi penangkapan rajungan dilakukan setiap hari mulai dari pk. 05.00
WIB sampai dengan pk. 12.00 WIB. Perahu yang digunakan adalah perahu
bermotor berbahan kayu dengan panjang 25 m dan dilengkapi dengan 1 unit
motor tipe sopex. Alat garok dalam satu perahu berjumlah 1 buah dan ditarik
dengan kecepatan 5-6 km/jam. Dalam satu kali trip, terdapat 3 kali hauling
dengan waktu 1,5 jam per hauling. Pada saat hauling, alat tangkap garok diangkat
46
dengan menggunakan katrol. Jumlah awak perahu 1-2 orang. Setelah jaring
diangkat kemudian dilakukan penyortiran biota hasil tangkapan utama (rajungan)
dan biota hasil tangkapan sampingan yang bisa dimanfaatkan untuk dijual atau
dikonsumsi sendiri oleh nelayan. Biota hasil tangkapan sampingan yang tidak
dimanfaatkan kemudian dibuang kembali ke laut. Setelah penyortiran selesai
dilakukan persiapan untuk setting berikutnya.
4.2.2 Karakteristik Biota Hasil Tangkapan Sampingan
4.2.2.1 Berat dan Komposisi Jenis (Spesies)
Hasil total tangkapan alat garok selama penelitian (15 kali hauling) di
perairan Losari sebanyak 89,62 kg yang terdiri dari hasil tangkapan utama
(rajungan) sebanyak 12 kg (95 ekor) atau sekitar 13,1% dari total hasil tangkapan
dan berbagai jenis biota lain (hasil tangkapan sampingan) sebanyak 79,62 kg
(5199 individu) atau sekitar 86,9% dari total hasil tangkapan. Hasil tangkapan
sampingan menunjukkan jumlah dan bobot yang lebih tinggi dibandingkan
dengan hasil tangkapan utama (rajungan). Ini menunjukkan bahwa alat tangkap
garok rajungan termasuk alat tangkap yang tidak selektif atau selektivitasnya
rendah. Menurut FAO (1995), alat tangkap harus mempunyai selektivitas yang
tinggi Artinya, alat tangkap tersebut diupayakan hanya dapat menangkap
ikan/organisme lain yang menjadi sasaran penangkapan saja. Ada dua macam
selektivitas yang menjadi sub kriteria, yaitu selektivitas ukuran dan selektivitas
jenis.
Jumlah rajungan yang tertangkap pada setiap kali hauling berkisar antara
10-30 ekor dengan bobot rata-rata 0,13 kg. Dilihat dari jumlah rajungan yang
tertangkap menunjukkan hasil tangkapan alat garok sangat rendah bila
dibandingkan dengan hasil penelitian Rahardian (2009) yang memperoleh hasil
tangkapan rajungan 42-118 ekor. Hal ini diduga karena perbedaan musim
penelitian. Penelitian yang dilakukan oleh Rahardian dilaksanakan pada musim
Barat sedangkan pada penelitian pada musim timur. Dimana puncak penangkapan
rajungan terjadi pada bulan Desember – Februari (musim barat). Nontji (1993)
dalam Gardenia (2006) menyatakan bahwa rajungan akan melakukan pergerakan
47
atau migrasi ke perairan yang sesuai dengan kondisi suhu dan salinitas yang
dipengaruhi oleh pasang surut dan musim.
Berat HTS per hauling selama penelitian berfluktuasi tergantung jumlah
dan jenis biota yang tertangkap. Berat hasil tangkap sampingan mempunyai
kisaran 1,55 kg – 7,99 kg dengan rata-rata berat per hauling 5,31 kg (Gambar 8).
Gambar 8. Berat Total HTS di Perairan Losari per Hauling.
Fluktuasi berat HTS di perairan Losari ini diduga dipengaruhi pula oleh
operasional penangkapan yang dilakukan pada saat penelitian cenderung
berpindah-pindah lokasi fishing groundnya (Lampiran 3). Hal ini juga terlihat dari
keanekaragaman jenis biota yang tertangkap (Tabel 3).
Berdasarkan hasil identifikasi jenis biota HTS alat garok di perairan Losari
selama penelitian (Lampiran 11), terdapat 45 jenis dari 40 Genus, yang termasuk
dalam 11 Kelas (Lampiran 12). Bila dikelompokkan ke dalam Filum, maka biota-
biota tersebut berada dalam 3 Filum, yaitu Arthropoda, Moluska dan
Echinodermata (Tabel 3).
0.001.002.003.004.005.006.007.008.00
1 2
Ber
at (k
g)
47
atau migrasi ke perairan yang sesuai dengan kondisi suhu dan salinitas yang
dipengaruhi oleh pasang surut dan musim.
Berat HTS per hauling selama penelitian berfluktuasi tergantung jumlah
dan jenis biota yang tertangkap. Berat hasil tangkap sampingan mempunyai
kisaran 1,55 kg – 7,99 kg dengan rata-rata berat per hauling 5,31 kg (Gambar 8).
Gambar 8. Berat Total HTS di Perairan Losari per Hauling.
Fluktuasi berat HTS di perairan Losari ini diduga dipengaruhi pula oleh
operasional penangkapan yang dilakukan pada saat penelitian cenderung
berpindah-pindah lokasi fishing groundnya (Lampiran 3). Hal ini juga terlihat dari
keanekaragaman jenis biota yang tertangkap (Tabel 3).
Berdasarkan hasil identifikasi jenis biota HTS alat garok di perairan Losari
selama penelitian (Lampiran 11), terdapat 45 jenis dari 40 Genus, yang termasuk
dalam 11 Kelas (Lampiran 12). Bila dikelompokkan ke dalam Filum, maka biota-
biota tersebut berada dalam 3 Filum, yaitu Arthropoda, Moluska dan
Echinodermata (Tabel 3).
2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Hauling
47
atau migrasi ke perairan yang sesuai dengan kondisi suhu dan salinitas yang
dipengaruhi oleh pasang surut dan musim.
Berat HTS per hauling selama penelitian berfluktuasi tergantung jumlah
dan jenis biota yang tertangkap. Berat hasil tangkap sampingan mempunyai
kisaran 1,55 kg – 7,99 kg dengan rata-rata berat per hauling 5,31 kg (Gambar 8).
Gambar 8. Berat Total HTS di Perairan Losari per Hauling.
Fluktuasi berat HTS di perairan Losari ini diduga dipengaruhi pula oleh
operasional penangkapan yang dilakukan pada saat penelitian cenderung
berpindah-pindah lokasi fishing groundnya (Lampiran 3). Hal ini juga terlihat dari
keanekaragaman jenis biota yang tertangkap (Tabel 3).
Berdasarkan hasil identifikasi jenis biota HTS alat garok di perairan Losari
selama penelitian (Lampiran 11), terdapat 45 jenis dari 40 Genus, yang termasuk
dalam 11 Kelas (Lampiran 12). Bila dikelompokkan ke dalam Filum, maka biota-
biota tersebut berada dalam 3 Filum, yaitu Arthropoda, Moluska dan
Echinodermata (Tabel 3).
15
48
Tabel 3. Komposisi Jenis HTS di Perairan Losari.
No FilumJumlah
Spesies
Jumlah Berat
Individu % kg %
1 Arthropoda 14 424 8,16 10,45 13,132 Moluska 24 2.153 41,42 26,38 33,123 Echinodermata 7 2.622 50,43 42,79 53,74
Jumlah total 45 5.199 100,00 79,62 100,00
Jumlah spesies yang paling banyak diperoleh di Losari yaitu dari filum
Moluska sebanyak 24 jenis, namun jumlah individu yang paling banyak diperoleh
dari filum Echinodermata sebanyak 2.622 individu yang terbagi ke dalam 4 kelas
yaitu Holothuroidea, Echinoidea, Asteroidea dan Ophiuroidea (Lampiran 12). Hal
ini diduga karena substrat dasar perairan Losari yang mempunyai tipe substrat
lempung berpasir (Lampiran 13). Menurut Djamali dkk (1999) menyatakan bahwa
daerah penyebaran teripang di Indonesia cukup luas, terutama didaerah terumbu
karang, perairan yang berdasar pasir terumbu karang, dan pasir bercampur
lumpur.
Jenis biota yang banyak tertangkap berdasarkan jumlah individunya,
adalah dari filum Moluska yaitu rangah (Murex sp) sebanyak 1.048 individu
(20,16%) dan dari filum Echinodermata yaitu Paracaudina sp sebanyak 989
individu (19,02%) dan teripang (Holothuria sp) sebanyak 579 individu (11,14%)
(Lampiran 12). Bila dilihat dari berat hasil tangkapan per jenis biota, maka 3 jenis
biota dengan berat tertinggi adalah dari filum Echinodermata yaitu teripang
(Holothuria sp) sebanyak 18,44 kg (23,16%) dan Paracaudina sp sebesar 13,79
kg (17,32%), dan dari filum Moluska yaitu rangah (Murex) sp sebesar 8,38 kg
(10,32%) (Lampiran 12). Adanya perbedaan jenis biota yang dominan tertangkap
berdasarkan jumlah individu dan beratnya dikarenakan perbedaan bentuk
(morfologi), ukuran dan berat cangkang pada biota tertentu.
Berdasarkan hasil wawancara dengan nelayan bahwa biota hasil tangkapan
sampingan di perairan Losari ada yang dimanfaatkan dan ada pula yang tidak
dimanfaatkan. Biota yang dimanfaatkan terbagi menjadi 2 yaitu dijual dan
49
dikonsumsi sendiri oleh nelayan. Biota yang dijual merupakan biota yang
memiliki nilai ekonomis penting, sedangkan biota yang dikonsumsi sendiri
merupakan biota yang tidak memiliki nilai ekonomis penting namun memiliki
rasa yang enak untuk dimakan. Biota yang dimanfaatkan untuk dijual yaitu keong
bulu (Hemifusus ternatanus) dengan harga Rp. 6.000,-/kg, Keong macan
(Babylonia spirata) dengan harga Rp. 7.000,-/kg. Sedangkan biota yang
dimanfaatkan untuk dikonsumsi sendiri yaitu udang cakrek (Squilla sp) dan
sotong (Sepia sp). Biota yang bernilai ekonomis penting selama penelitian
mendapatkan hasil yang tidak terlalu banyak maka biota-biota tersebut
dimanfaatkan untuk dikonsumsi sendiri.
Dengan demikian, banyaknya individu untuk setiap jenis biota hasil
tangkapan sampingan tidak menentukan tingginya pendapatan atau hasil jual biota
yang tertangkap tetapi sangat ditentukan oleh nilai ekonomi dari jenis biota yang
tertangkap.
4.2.2.2 Komposisi Ukuran Hasil Tangkapan
Komposisi ukuran biota hasil tangkapan sampingan alat tangkap garok di
perairan Losari selama penelitian dapat dilihat pada Lampiran 14 dan Lampiran
15. Ukuran terkecil sebesar 1 cm pada species Bufonaria rana dan ukuran
terbesar sebesar 23,2 cm pada species Holothuria sp. Untuk melihat distribusi
frekuensi ukuran untuk jenis biota, yang dominan (jumlah ≥400 individu) maka
dibuat tabel distribusi frekuensinya (Lampiran 14) dan yang jumlahnya kurang
dari 400 individu hanya dilihat kisaran ukurannya (Lampiran 15).
Biota dominan pertama yaitu jenis Murex sp, dengan kisaran ukuran 3,2-
11,7 cm. Berdasarkan distribusi frekuensi ukuran spesies ini terdiri dari 10 kelas
dengan frekuensi terbanyak pada ukuran 5,7-9,1 cm dengan jumlah 768 individu
atau sebanyak 73,3%. Sedangkan ukuran yang paling sedikit yaitu pda ukuran
10,9-11,7 cm dengan jumlah 9 individu atau sebanyak 0,9% (Lampiran 14).
Biota dominan kedua yaitu jenis Paracaudina sp, dengan kisaran ukuran
2,3-11,2 cm. Berdasarkan distribusi frekuensi ukuran spesies ini terdiri dari 10
kelas dengan frekuensi terbanyak pada ukuran 5,0-9,4 cm dengan jumlah 794
50
individu atau sebanyak 80,3%. Sedangkan ukuran yang paling sedikit yaitu pada
ukuran 2,3-3,1 cm dengan jumlah 5 individu atau sebanyak 0,5% dari total
individu yang tertangkap (Lampiran 14).
Biota dominan ketiga yaitu jenis Holothuria sp, dengan kisaran ukuran
3,0-23,2 cm. Berdasarkan distribusi frekuensi ukuran spesies ini terdiri dari 10
kelas dengan frekuensi terbanyak pada ukuran 8,5-15,8 cm dengan jumlah 377
individu atau sebanyak 65,2%. Sedangkan ukuran yang paling sedikit yaitu pada
ukuran 17,7-19,5 cm dengan jumlah 14 individu atau sebanyak 2,4% dari total
individu yang tertangkap (lampiran 14).
Tertangkapnya ukuran biota yang beranekaragam diduga karena ukuran
mesh size alat tangkap garok yang terlalu kecil yaitu 2 inci. Psuty dan Borowski
(1997) dalam Pratama (2012) menyebutkan bahwa ukuran mata jaring yang lebih
kecil pada gill net cenderung menangkap ikan dalam jumlah banyak karena ikan
akan mudah terjerat dengan semakin kecilnya ukuran mata jaring, akan tetapi
hasil tangkapan akan memiliki keragaman yang tinggi. Selain itu, kedalaman
operasional dari alat garok juga mempengaruhi beragamnya biota yang
tertangkap. Operasional garok yang menyisir dan menggaruk dasar perairan
menyebabkan tertangkapnya biota-biota bentik yang hidup didasar perairan.
Biota yang tidak dominan (≤400 individu ) dengan jenis biota yang paling
banyak diperoleh berturut-turut yaitu jenis Turbo marmoratus dari filum Moluska
yaitu sebanyak 361 individu dengan kisaran ukuran 3,1-5,8 cm; jenis Anadara
granosa dari filum Moluska yaitu sebanyak 149 individu dengan kisaran ukuran
1,8-4,6 cm; dan Hemifusus ternatanus dari filum Moluska sebanyak 121 individu
dengan kisaran ukuran 2,6-10,8 cm. (Lampiran 15).
4.2.3 Kepadatan Biota
Kepadatan biota yang dimaksud disini yaitu kepadatan suatu biota dalam
satu luas yang disapu dengan menggunakan metode sweapt area (Spare and
Venema. 1989). Luas daerah yang disapu pada stasiun 2 (perairan Losari) adalah
475,65 m2. Dugaan kepadatan stok biota pada perairan Losari yaitu 167,40 g/m2
dengan laju tangkap 53081,01 g/jam (lampiran 6). Dari 45 jenis biota yang
51
tertangkap, terdapat 3 jenis biota yang mendominasi yaitu Holothuria sp sebesar
38,76 g/m2; Paracaudina sp sebesar 29 g/m2 dan Murex sp sebesar 17,62 g/m2;
(Lampiran 7). Adapun rata-rata kepadatan biota per trip (5 trip) sebesar
33,48 g/m2 dengan nilai berturut-turut yaitu 24,50 g/m2; 34,27 g/m2; 28,89 g/m2;
44,25 g/m2 dan 35,49 g/m2.
Biota yang tertangkap selama penelitian terdiri dari biota bentik dengan
biota dominan dari filum Echinodermata. Seperti yang telah dijelaskan pada sub
bab sebelumnya bahwa tingginya kenaekaragaman biota bentik diduga
dipengaruhi oleh karaktersitik fisika kimia perairan. Fisika kimia perairan yang
diukur meliputi suhu, salinitas, pH, oksigen terlarut, kedalaman dan substrat.
Adapun nilai fisika kimia perairan Losari dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4. Karakteristik Fisika Kimia Perairan Losari SelamaPenelitian.
NoParameter
lingkunganSatuan
Nilai
kisaran
Baku
mutu *)
1 Suhu °C 28-31 28-32
2 pH - 7,52-7,72 7-8,5
3 DO mg/l 6,8-7,6 ≥5
4 Salinitas °/∞ 27-29 ≤34
5 Kedalaman m 8-12 -
6 Arus cm/det 2-3,8 -
7 Substrat -Lempung
berpasir-
Sumber : *Kepmen LH no. 51 tahun 2004
Nilai parameter suhu, pH, oksigen terlarut dan salinitas masih berada pada
kisaran normal berdasarkan baku mutu air laut untuk biota laut menurut KepMen
LH No. 51 tahun 2004. Kedalaman perairan daerah penangkapan garok di
perairan Losari berkisar antara 8-12 m dengan kecerahan berkisar 4-6 m. Anagka
kecerahan tersebut menunjukkan bahwa perairan Losari tergolong cukup cerah
pada saat penelitian.
52
Parameter yang berpengaruh langsung terhadap jenis dominan yaitu
substrat dasar perairan yang mana perairan Losari memiliki jenis lempung
berpasir. Fraksi pasir mendominasi tekstur substrat di perairan Losari, sehingga
jenis biota dominan di perairan tersebut didominasi oleh filum Echinodermata
terutama dari kelas Holothuroidea. Menurut Djamali dkk (1999) menyatakan
bahwa daerah penyebaran teripang di Indonesia cukup luas, terutama didaerah
terumbu karang, perairan yang berdasar pasir terumbu karang, dan pasir
bercampur lumpur.
4.3 Komparasi Hasil Tangkapan Sampingan di Perairan Gebang Mekardan Losari
4.3.1 Berat Total dan Jumlah Individu Hasil Tangkapan
Berat total dan jumlah biota HTS alat garok rajungan yang diperoleh
selama penelitian (15 kali hauling) di perairan Gebang Mekar dan perairan Losari
menunjukkan perbedaan yang cukup besar. HTS alat garok rajungan di perairan
Gebang Mekar lebih tinggi dari HTS di perairan Losari (Tabel 5).
Tabel 5. Berat total dan Jumlah individu HTS di Perairan Gebang Mekardan Perairan Losari (15 Kali Hauling).
LokasiBerat (kg)
Jumlah(individu) Jumlah
spesies
KepadatanBiota(g/m2)Total Rata-rata Total Rata-rata
GebangMekar 149,58 9,97 10.813 720 42 387,97
Losari 79,62 5,31 5.131 342 45 167,40
Hasil tangkapan sampingan total baik berdasarkan berat hasil tangkapan
dan jumlah individu, lebih banyak diperoleh di perairan Gebang Mekar
dibandingkan dengan di perairan Losari, sedangkan jumlah jenis atau species
biota HTS lebih banyak diperoleh di perairan Losari. Di perairan Gebang Mekar
lebih banyak didapatkan biota dari jenis Anadara antiquata. Hal ini diduga
berkaitan dengan perbedaan areal operasional penangkapan alat garok rajungan di
dua stasiun tersebut. Areal penangkapan di perairan Gebang Mekar relatif sama
53
sedangkan di perairan Losari cenderung berpindah-pindah, dapat dilihat dari
tracking route operasionalnya.
Perbedaan HTS juga mungkin disebabkan karena spesifikasi alat tangkap
garok yang digunakan, terutama jarak antar gigi-gigi (garpu) pada alat garok. Alat
garok yang digunakan di perairan Gebang Mekar cenderung lebih rapat yaitu
3,5 cm dengan mesh size lebih kecil yaitu 1,5 inchi sedangkan jarak antar gigi-gigi
(garpu) alat garok di perairan Losari yaitu 5 cm dengan mesh size 2 inchi. Jarak
antar gigi-gigi yang lebih rapat dan ukuran mata jaring yang relatif lebih kecil
cenderung akan menyebabkan tertangkapnya semua jenis biota yang berukuran
besar sampai berukuran kecil. Kisaran ukuran biota yang tertangkap di perairan
Gebang Mekar yaitu 0,002 cm - 23,2 cm. sedangkan di perairan Losari berkisar
antara 1 cm – 23,2 cm.
Perbedaan jumlah dan berat ini dipengaruhi pula oleh tinggi rendahnya
kepadatan biota yang terdapat di kedua perairan tersebut. Perairan Gebang Mekar
yang mempunyai kepadatan biota 387,97 g/m2 lebih tinggi dari perairan Losari
yang mempunyai kepadatan 167,40 g/m2.
Hasil uji t-student terhadap berat total hasil tangkapan diperoleh
thit > ttab0.05 yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan berat hasil tangkapan yang
diperoleh di perairan Gebang Mekar dan perairan Losari (Lampiran 16). HTS
yang diperoleh di perairan Gebang Mekar lebih banyak dibandingkan dengan
perairan Losari. Perbedaan berat HTS ini diduga karena perbedaan jenis biota
dominan yang tertangkap. Di Perairan Gebang Mekar biota dominan yang
tertangkap yaitu Anadara antiquata, Pinctada sp dan Placuna placenta yang
memiliki ukuran dan berat cangkang yang relatif besar. Sedangkan biota dominan
yang yang tertangkap di perairan Losari yaitu Holothuria sp, Paracaudina sp dan
Murex sp. Holothuria sp dan Paracaudina sp merupakan biota dari filum
Echinodermata yang memiliki cairan dalam tubuhnya, namun apabila biota
tersebut sedang terancam maka dia akan mengeluarkan cairan dalam tubuhnya
sehingga berpengaruh terhadap berat biota ketika ditimbang.
Hasil uji t-student terhadap jumlah individu hasil tangkapan diperoleh
thit > ttab0.05 yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan jumlah individu hasil
54
tangkapan di perairan Gebang Mekar dengan di Perairan Losari (Lampiran 17).
Jumlah individu hasil tangkapan lebih banyak diperoleh di perairan Gebang
Mekar. Perbedaan Jumlah HTS ini diduga karena perbedaan jenis biota dominan
yang tertangkap. Biota dominan yang tertangkap di perairan Gebang Mekar
merupakan kelas Bivalvia dari filum Moluska yang keberadaannya bergantung
pada keadaan tipe substrat dasar. Kelas Bivalvia lebih menyukai tipe substrat
lempung liat berlumpur karena mengandung lebih banyak bahan organik dan
unsur hara sebagai sumber makanannya sehingga jumlahnya melimpah.
Sedangkan biota dominan yang tertangkap di perairan Losari merupakan kelas
Holothuria dari filum Echinodermata. Kelas Holothuria lebih menyukai perairan
dengan tipe substrat lempung berpasir. Driscol dan Brandon (1973) dalam Rangan
(1996) dalam Riniatsih dan Kushartono (2009) menyebutkan bahwa sebaran dan
kelimpahan Bivalvia berhubungan dengan besar kecilnya butiran sedimen di mana
biota tersebut berada. Menurut Djamali dkk 1999) menyatakan bahwa daerah
penyebaran teripang di Indonesia cukup luas, terutama didaerah terumbu karang,
perairan yang berdasar pasir terumbu karang, dan pasir bercampur lumpur.
4.3.2 Berat Total dan Jumlah Individu Hasil Tangkapan Per Trip
Hasil tangkapan per trip di perairan Gebang Mekar dan Losari pun
menunjukkan hasil yang berbeda, dimana berat HTS per trip di perairan Gebang
Mekar lebih tinggi dibandingkan di perairan Losari (Gambar 9).
55
Gambar 9. Berat HTS (per Trip) di Perairan Gebang Mekar danPerairan Losari
HTS di periaran Gebang Mekar menunjukkan trend menurun karena route
operasional penangkapan garok yang dilakukan nelayan relatif tetap sehingga
jumlah biota sedikit. Hal ini dibuktikan dari kepadatan biota yang menurun
(Lampiran 10).
4.3.3 Berat Total dan Jumlah Individu Hasil Tangkapan Per Hauling
Bila dilihat dari berat dan Jumlah HTS alat tangkap garok rajungan per
hauling, terlihat adanya perbedaan fluktuasi berat dan Jumlah HTS alat garok
rajungan pada setiap hauling di perairan Gebang Mekar dan perairan Losari
(Gambar 10 dan Gambar 11). Hasil tangkapan sampingan di perairan Gebang
Mekar menunjukkan trend yang menurun sedangkan di perairan Losari
menunjukkan trend yang relatif stabil. Hal ini diduga karena perbedaan jalur
operasional yang ditempuh nelayan garok di kedua perairan tersebut. Jalur
operasional di perairan Gebang Mekar relatif sama setiap harinya, sedangkan di
perairan Losari cenderung berpindah-pindah.
0
10000
20000
30000
40000
50000
60000
70000
80000
1
Ber
at (g
r)
55
Gambar 9. Berat HTS (per Trip) di Perairan Gebang Mekar danPerairan Losari
HTS di periaran Gebang Mekar menunjukkan trend menurun karena route
operasional penangkapan garok yang dilakukan nelayan relatif tetap sehingga
jumlah biota sedikit. Hal ini dibuktikan dari kepadatan biota yang menurun
(Lampiran 10).
4.3.3 Berat Total dan Jumlah Individu Hasil Tangkapan Per Hauling
Bila dilihat dari berat dan Jumlah HTS alat tangkap garok rajungan per
hauling, terlihat adanya perbedaan fluktuasi berat dan Jumlah HTS alat garok
rajungan pada setiap hauling di perairan Gebang Mekar dan perairan Losari
(Gambar 10 dan Gambar 11). Hasil tangkapan sampingan di perairan Gebang
Mekar menunjukkan trend yang menurun sedangkan di perairan Losari
menunjukkan trend yang relatif stabil. Hal ini diduga karena perbedaan jalur
operasional yang ditempuh nelayan garok di kedua perairan tersebut. Jalur
operasional di perairan Gebang Mekar relatif sama setiap harinya, sedangkan di
perairan Losari cenderung berpindah-pindah.
1 2 3 4 5
gebang mekar
losari
Trip ke-
55
Gambar 9. Berat HTS (per Trip) di Perairan Gebang Mekar danPerairan Losari
HTS di periaran Gebang Mekar menunjukkan trend menurun karena route
operasional penangkapan garok yang dilakukan nelayan relatif tetap sehingga
jumlah biota sedikit. Hal ini dibuktikan dari kepadatan biota yang menurun
(Lampiran 10).
4.3.3 Berat Total dan Jumlah Individu Hasil Tangkapan Per Hauling
Bila dilihat dari berat dan Jumlah HTS alat tangkap garok rajungan per
hauling, terlihat adanya perbedaan fluktuasi berat dan Jumlah HTS alat garok
rajungan pada setiap hauling di perairan Gebang Mekar dan perairan Losari
(Gambar 10 dan Gambar 11). Hasil tangkapan sampingan di perairan Gebang
Mekar menunjukkan trend yang menurun sedangkan di perairan Losari
menunjukkan trend yang relatif stabil. Hal ini diduga karena perbedaan jalur
operasional yang ditempuh nelayan garok di kedua perairan tersebut. Jalur
operasional di perairan Gebang Mekar relatif sama setiap harinya, sedangkan di
perairan Losari cenderung berpindah-pindah.
gebang mekar
56
Gambar 10. Berat Total HTS (per Hauling) di Perairan Gebang Mekardan Perairan Losari.
Gambar 11. Jumlah Biota HTS (per Hauling) di PerairanGebang Mekar dan Perairan Losari
Berdasarkan hasil evaluasi terhadap jumlah HTS per hauling selama
penelitian di perairan Gebang Mekar dan perairan Losari dapat diketahui bahwa
operasional yang dilakukan di areal yang relatif sama setiap harinya akan
memberikan hasil yang cenderung menurun, sebaiknya perlu periode tertentu
0.00
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
30.00
35.00
1 2
Bera
t (kg
)
0
200
400
600
800
1000
1200
1400
1600
1 2 3
Jum
lah
(indi
vidu
)
56
Gambar 10. Berat Total HTS (per Hauling) di Perairan Gebang Mekardan Perairan Losari.
Gambar 11. Jumlah Biota HTS (per Hauling) di PerairanGebang Mekar dan Perairan Losari
Berdasarkan hasil evaluasi terhadap jumlah HTS per hauling selama
penelitian di perairan Gebang Mekar dan perairan Losari dapat diketahui bahwa
operasional yang dilakukan di areal yang relatif sama setiap harinya akan
memberikan hasil yang cenderung menurun, sebaiknya perlu periode tertentu
2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Gebang mekar
losari
Hauling
3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Gebang Mekar
Losari
Hauling
56
Gambar 10. Berat Total HTS (per Hauling) di Perairan Gebang Mekardan Perairan Losari.
Gambar 11. Jumlah Biota HTS (per Hauling) di PerairanGebang Mekar dan Perairan Losari
Berdasarkan hasil evaluasi terhadap jumlah HTS per hauling selama
penelitian di perairan Gebang Mekar dan perairan Losari dapat diketahui bahwa
operasional yang dilakukan di areal yang relatif sama setiap harinya akan
memberikan hasil yang cenderung menurun, sebaiknya perlu periode tertentu
Gebang mekar
Gebang Mekar
57
untuk kembali melakukan operasional penangkapan di fishing ground yang sama.
Untuk mencari waktu yang efektif maka perlu dilakukan penelitian lebih lanjut.
Kisaran berat dan jumlah HTS per hauling di perairan Gebang Mekar dan
Losari menunjukkan nilai yang berbeda (Tabel 6).
Tabel 6. Kisaran Berat Total dan Jumlah Individu per Hauling di PerairanGebang Mekar dan Perairan Losari.
LokasiHauling
Kisaran berat (kg) Kisaran jumlah (individu)
Gebang Mekar1,82 – 33,04 203 – 1.563
Losari1,55 – 20,20 133 – 1.080
HTS alat garok rajungan di perairan gebang Mekar menunjukkan
kecenderungan menurun selama penelitian (15 hauling), sedangkan di perairan
Losari menunjukkan fluktuasi yang relatif stabil (Gambar 10 dan Gambar 11).
HTS yang cenderung menurun di perairan Gebang Mekar disebabkan karena
daerah penangkapan nelayan di Gebang Mekar ini pada setiap trip relatif sama.
Sedangkan di perairan Losari cenderung pada daerah yang berbeda pada setiap
tripnya.
4.3.4 Komparasi Biota Dominan
Biota yang tertangkap di stasiun 1 (Gebang Mekar) dan stasiun 2 (Losari)
menunjukkan hasil yang berbeda. jenis biota total yang tertangkap selama
penelitian pada 2 stasiun diperoleh 59 jenis yang terdiri dari 3 filum, 11 kelas, 40
family dan 50 genus. Jenis biota yang diperoleh di tiap stasiun terdapat perbedaan.
Di perairan Gebang Mekar terdapat 42 jenis biota sedangkan di perairan Losari
terdapat 45 jenis biota yang tertangkap (Lampiran 4 dan 11).
Jenis biota yang tertangkap di perairan Gebang Mekar yang termasuk ke
dalam filum Arthropoda terdapat 15 jenis biota sedangkan di perairan Losari
terdapat 14 jenis. Jenis biota yang tertangkap di perairan Gebang Mekar yang
termasuk ke dalam filum moluska terdapat 23 jenis sedangkan di perairan Losari
58
terdapat 24 jenis. Jenis biota yang tertangkap di perairan Gebang Mekar yang
termasuk ke dalam filum Echinodermata terdapat 4 jenis sedangkan di perairan
Losari terdapat 7 jenis (Lampiran 4 dan 11; Gambar 12).
Gambar 12. Jumlah Jenis Biota HTS per Filum di PerairanGebang Mekar dan Perairan Losari.
Terdapat perbedaan Jumlah individu per Filum di perairan Gebang Mekar
dan Losari. Filum Arthropoda di perairan Gebang Mekar dan Losari tidak jauh
berbeda yaitu sebanyak 587 individu dan 368 individu; Filum Moluska lebih
banyak tertangkap di perairan Gebang Mekar yaitu sebanyak 8721 dan di Losari
sebanyak 2153; sedangkan untuk Filum Echinodermata lebih banyak tertangkap di
perairan Losari yaitu sebanyak 2622 dan di peraian Gebang Mekar sebanyak 1562
(Gambar 13).
0
5
10
15
20
25
Arthopoda
Jum
lah
jeni
s
58
terdapat 24 jenis. Jenis biota yang tertangkap di perairan Gebang Mekar yang
termasuk ke dalam filum Echinodermata terdapat 4 jenis sedangkan di perairan
Losari terdapat 7 jenis (Lampiran 4 dan 11; Gambar 12).
Gambar 12. Jumlah Jenis Biota HTS per Filum di PerairanGebang Mekar dan Perairan Losari.
Terdapat perbedaan Jumlah individu per Filum di perairan Gebang Mekar
dan Losari. Filum Arthropoda di perairan Gebang Mekar dan Losari tidak jauh
berbeda yaitu sebanyak 587 individu dan 368 individu; Filum Moluska lebih
banyak tertangkap di perairan Gebang Mekar yaitu sebanyak 8721 dan di Losari
sebanyak 2153; sedangkan untuk Filum Echinodermata lebih banyak tertangkap di
perairan Losari yaitu sebanyak 2622 dan di peraian Gebang Mekar sebanyak 1562
(Gambar 13).
Arthopoda Moluska Echinodermata
Gebang mekar
Losari
Filum
58
terdapat 24 jenis. Jenis biota yang tertangkap di perairan Gebang Mekar yang
termasuk ke dalam filum Echinodermata terdapat 4 jenis sedangkan di perairan
Losari terdapat 7 jenis (Lampiran 4 dan 11; Gambar 12).
Gambar 12. Jumlah Jenis Biota HTS per Filum di PerairanGebang Mekar dan Perairan Losari.
Terdapat perbedaan Jumlah individu per Filum di perairan Gebang Mekar
dan Losari. Filum Arthropoda di perairan Gebang Mekar dan Losari tidak jauh
berbeda yaitu sebanyak 587 individu dan 368 individu; Filum Moluska lebih
banyak tertangkap di perairan Gebang Mekar yaitu sebanyak 8721 dan di Losari
sebanyak 2153; sedangkan untuk Filum Echinodermata lebih banyak tertangkap di
perairan Losari yaitu sebanyak 2622 dan di peraian Gebang Mekar sebanyak 1562
(Gambar 13).
Gebang mekar
Losari
59
Gambar 13. Jumlah individu HTS per Filum di Perairan Gebang Mekardan Perairan Losari.
Perbedaan jenis ini diduga karena adanya perbedaan tipe substrat dasar.
Menurut Hawkes (1978) dalam Farmelia (2007) menyatakan bahwa substrat dasar
perairan terdiri dari sedimen lumpur, pasir, liat dan sedikit substrat keras, yang
merupakan faktor yang berpengaruh langsung terhadap komposisi organisme
benthos.
Perairan Gebang Mekar memiliki tipe substrat lempung liat berlumpur
sedangkan perairan Losari memiliki tipe substrat lempung berpasir. Dilihat dari
tipe substratnya, perairan Gebang Mekar mempunyai tipe substrat yang termasuk
ke dalam klasifikasi tanah halus sedangkan perairan Losari yang mempunyai tipe
substrat lempung berpasir termasuk ke dalam klasifikasi tanah agak kasar.
Klasifikasi tanah (taksonomi tanah) tingkat famili menurut Hardjowigeno (2010)
terbagi ke dalam 5 famili yaitu kasar (pasir dan pasir berlempung), agak kasar
(lempung berpasir dan lempung berpasir halus), sedang (lempung berpasir sangat
halus, lempung, lempung berdebu dan debu), agak halus (lempung liat, lempung
liat berpasir dan lempung liat berdebu) dan halus (liat berpasir, liat berdebu dan
liat).
Perairan yang mempunyai tipe substrat liat berlumpur relatif lebih subur
dibandingkan dengan perairan yang memiliki tipe substrat berpasir. Hal ini
disebabkan karena substrat yang bertekstur pasir mempunyai butiran yang lebih
0
2000
4000
6000
8000
10000
Jum
lah
(indi
vidu
)
59
Gambar 13. Jumlah individu HTS per Filum di Perairan Gebang Mekardan Perairan Losari.
Perbedaan jenis ini diduga karena adanya perbedaan tipe substrat dasar.
Menurut Hawkes (1978) dalam Farmelia (2007) menyatakan bahwa substrat dasar
perairan terdiri dari sedimen lumpur, pasir, liat dan sedikit substrat keras, yang
merupakan faktor yang berpengaruh langsung terhadap komposisi organisme
benthos.
Perairan Gebang Mekar memiliki tipe substrat lempung liat berlumpur
sedangkan perairan Losari memiliki tipe substrat lempung berpasir. Dilihat dari
tipe substratnya, perairan Gebang Mekar mempunyai tipe substrat yang termasuk
ke dalam klasifikasi tanah halus sedangkan perairan Losari yang mempunyai tipe
substrat lempung berpasir termasuk ke dalam klasifikasi tanah agak kasar.
Klasifikasi tanah (taksonomi tanah) tingkat famili menurut Hardjowigeno (2010)
terbagi ke dalam 5 famili yaitu kasar (pasir dan pasir berlempung), agak kasar
(lempung berpasir dan lempung berpasir halus), sedang (lempung berpasir sangat
halus, lempung, lempung berdebu dan debu), agak halus (lempung liat, lempung
liat berpasir dan lempung liat berdebu) dan halus (liat berpasir, liat berdebu dan
liat).
Perairan yang mempunyai tipe substrat liat berlumpur relatif lebih subur
dibandingkan dengan perairan yang memiliki tipe substrat berpasir. Hal ini
disebabkan karena substrat yang bertekstur pasir mempunyai butiran yang lebih
Gebang mekar
Losari
Filum
59
Gambar 13. Jumlah individu HTS per Filum di Perairan Gebang Mekardan Perairan Losari.
Perbedaan jenis ini diduga karena adanya perbedaan tipe substrat dasar.
Menurut Hawkes (1978) dalam Farmelia (2007) menyatakan bahwa substrat dasar
perairan terdiri dari sedimen lumpur, pasir, liat dan sedikit substrat keras, yang
merupakan faktor yang berpengaruh langsung terhadap komposisi organisme
benthos.
Perairan Gebang Mekar memiliki tipe substrat lempung liat berlumpur
sedangkan perairan Losari memiliki tipe substrat lempung berpasir. Dilihat dari
tipe substratnya, perairan Gebang Mekar mempunyai tipe substrat yang termasuk
ke dalam klasifikasi tanah halus sedangkan perairan Losari yang mempunyai tipe
substrat lempung berpasir termasuk ke dalam klasifikasi tanah agak kasar.
Klasifikasi tanah (taksonomi tanah) tingkat famili menurut Hardjowigeno (2010)
terbagi ke dalam 5 famili yaitu kasar (pasir dan pasir berlempung), agak kasar
(lempung berpasir dan lempung berpasir halus), sedang (lempung berpasir sangat
halus, lempung, lempung berdebu dan debu), agak halus (lempung liat, lempung
liat berpasir dan lempung liat berdebu) dan halus (liat berpasir, liat berdebu dan
liat).
Perairan yang mempunyai tipe substrat liat berlumpur relatif lebih subur
dibandingkan dengan perairan yang memiliki tipe substrat berpasir. Hal ini
disebabkan karena substrat yang bertekstur pasir mempunyai butiran yang lebih
Gebang mekar
60
besar dibandingkan dengan yang bertekstur liat. Butiran pasir yang besar
mempunyai luas permukaan yang lebih kecil sehingga sulit untuk menahan air dan
unsur hara sedangkan butiran liat yang halus mempunyai luas permukaan yang
lebih besar sehingga mampu menahan air dan unsur hara. Kemampuan menahan
unsur hara ini yang menyebabkan subur atau tidaknya suatu perairan. Menurut
Wood (1987) dalam Farmelia (2007) menyatakan bahwa sedimen yang kasar
kandungan bahan organiknya lebih rendah karena partikel yang lebih halus tidak
mengendap.
Banyaknya bahan organik yang terkandung dalam sedimen lumpur
menyebabkan melimpahnya sumber makanan yang berpengaruh terhadap
melimpahnya organisme yang hidup didalamnya. Menurut Nybakken (1998),
bahan organik yang terdapat di pantai berlumpur lebih banyak sehingga makanan
yang tersedia di pantai berlumpur lebih banyak daripada dipantai berpasir.
Kondisi ini menyebabkan lebih banyak organisme yang hidup di pantai lumpur
dan di dataran lumpur terdapat populasi yang sangat padat.
Kepadatan biota di perairan Gebang Mekar didominasi oleh jenis Anadara
antiquata, Pinctada sp dan Placuna placenta yang termasuk ke dalam kelas
Bivalvia. Nilai kepadatan biota-biota tersebut secara berturut-turut yaitu
141,30 g/m2, 98,76 g/m2 dan 47,43 g/m2. Sedangkan kelimpahan biota di perairan
Losari didominasi oleh jenis Holothuria sp, Paracaudina sp yang termasuk ke
dalam kelas Holothuroidea dan jenis Murex sp yang temasuk ke dalam jenis
Gastropoda. Nilai kepadatan ketiga biota tersebut secara berturut-turut yaitu
38,76 g/m2, 29,00 g/m2 dan 17,62 g/m2.
Perbedaan jenis biota yang mendominasi pada kedua perairan tersebut
diduga karena adanya pengaruh parameter fisika kimia perairan. Allard dan
Moreau (1987) dalam APHA (2005) dalam Kharisma dkk (2012) mengemukakan
bahwa keberadaan hewan bentik pada suatu perairan dipengaruhi oleh berbagai
faktor lingkungan perairan. Faktor-faktor tersebut adalah fisika-kimia perairan
yang diantaranya adalah suhu, salinitas, arus, pH, kedalaman air, dan substrat
dasar. Perbandingan karakteristik perairan Gebang Mekar dan Losari disajikan
pada tabel berikut.
61
Tabel 7. Karakteristik Fisika Kimia Perairan Gebang Mekardan Losari Selama Penelitian
No Parameter Satuan Gebang Mekar Losari Baku mutu *)Nilai kisaran Nilai kisaran
1 Suhu °C 29-36 28-31 28-32
2 pH - 7,32-7,71 7,52-7,72 7-8,5
3 DO mg/l 5,5-6,9 6,8-7,6 ≥5
4 Salinitas °/∞ 27-29 27-29 ≤34
5 Kedalaman M 5-9 8-12 -
6 Arus cm/det 1,0-1,7 2,0-3,8 -
6 Substrat -Lempung liat
berlumpur
Lempung
berpasir-
Sumber : *) KepMen LH no. 51 tahun 2004
Berdasarkan analisa perbandingan terhadap karakteristik fisika kimia
perairan Gebang Mekar dan Losari menunjukkan adanya perbedaan pada
beberapa parameter yaitu suhu, DO, kedalaman perairan dan arus. Perbedaan yang
terjadi diduga berkaitan dengan karakteristik geografis pantai dari kedua lokasi
penelitian. Perairan Gebang Mekar dan Losari berbentuk teluk, namun kondisi
perairan Losari berbentuk teluk yang lebih terbuka dibandingkan dengan kondisi
perairan Gebang yang lebih tertutup (Lampiran 1).
Kecepatan arus di perairan Losari lebih tinggi dibandingkan dengan
perairan Gebang Mekar, hal ini diduga disebabkan oleh angin yang bertiup dari
timur (bulan Juni) terhalang oleh jongor (tanjung) yang merupakan batas antara
perairan Gebang Mekar dan perairan Losari, sehingga kecepatan angin di perairan
Losari lebih tinggi dibandingkan dengan kecepatan angin di perairan Gebang
Mekar. Kecepatan angin yang tinggi menyebabkan kecepatan arus yang tinggi.
Menurut Nontji (1987), arus merupakan gerakan mengalir suatu massa air yang
dapat disebabkan oleh tiupan angin, atau karena perbedaan dalam densitas air laut
atau dapat juga pula disebabkan oleh gerakan bergelombang panjang.
Perbedaan kecepatan arus diduga dapat menyebabkan tipe substrat yang
terdapat di perairan Gebang Mekar dan Losari berbeda. Perairan Gebang Mekar
yang mempunyai kecepatan arus yang lebih lemah dibandingkan perairan Losari
memiliki tipe substrat yang lebih halus (lempung liat berlumpur) sedangkan
perairan Losari memiliki tipe substrat yang lebih kasar (lempung berpasir).
62
Menurut Nybakken (1988) bahwa pengendapan partikel bergantung pada arus dan
ukuran partikel, partikel yang lebih besar mengendap lebih cepat daripada partikel
yang lebih kecil dan arus yang kuat mempertahankan partikel dalam suspensi
lebih lama daripada arus yang lemah, sehingga perairan dengan kecepatan arus
yang lemah memiliki tipe substrat yang lebih halus.
Suhu di perairan Losari lebih rendah dari suhu perairan Gebang Mekar.
Kondisi ini diduga berhubungan dengan sirkulasi udara di perairan terbuka lebih
tinggi, dibandingkan dengan perairan tertutup. Suhu yang tinggi menyebabkan
oksigen terlarut (DO) dalam air rendah, sehingga DO di perairan Losari lebih
tinggi dibandingkan di perairan Gebang Mekar (Tabel 7). Menurut Effendi
(2003), semakin tinggi suhu maka kelarutan oksigen semakin berkurang.
Perairan Gebang Mekar yang didominasi oleh jenis Anadara antiquata,
Pinctada sp dan Placuna placenta yang termasuk ke dalam kelas Bivalvia yang
merupakan biota yang hidup pada substrat berlumpur dan merupakan makanan
rajungan. Woodin (1976) dalam Kharisma dkk (2012) menjelaskan bahwa
bivalvia lebih cenderung terdapat melimpah pada perairan pesisir pantai yang
mempunyai sedimen lumpur dan sedimen lunak karena bivalvia merupakan
kelompok hewan pemakan suspensi, penggali dan deposit. Namun rajungan yang
diperoleh di perairan Gebang Mekar jumlahnya lebih sedikit dibandingkan dengan
di perairan Losari. Hal ini diduga karena perbedaan kedalaman daerah
penangkapan pada kedua perairan tersebut. Losari yang mempunyai kedalaman
lebih dalam dari perairan Gebang Mekar mempunyai hasil tangkapan rajungan
yang lebih banyak dan berukuran lebih besar. Sedangkan hasil tangkapan rajungan
di perairan Gebang Mekar lebih sedikit dan berukuran lebih kecil.
Perairan Losari yang didominasi oleh jenis Holothuria sp dan
Paracaudina sp yang termasuk ke dalam kelas Holothuroidea yang merupakan
biota yang hidup pada substrat berpasir. Menurut Darsono (2007) menyatakan
bahwa teripang adalah hewan bentik yang lambat geraknya, hidup pada dasar
dengan substrat berpasir, lumpur maupun dalam lingkungan terumbu.
63
4.3.5 Indeks Keseragaman (Similarity Index)
Indeks keseragaman yang diperoleh pada kedua stasiun sebesar 64,37%
(Lampiran 19). Menurut Magurran (1988), nilai tersebut menunjukkan bahwa
perairan Gebang Mekar dan perairan Losari, mempunyai keseragaman jenis biota
yang cenderung sama (>50%). Berdasarkan hasil penelitian terdapat 28 jenis biota
laut yang sama dari tiga filum yaitu Arthropoda, Moluska dan Echinodermata.
Perbedaan HTS hanya terlihat pada kepadatan biota atau biomassa per daerah
sapuan yang diduga karena perbedaan karakteristik alat garok yang digunakan.
Keseragaman biota diduga karena karakteristik kualitas perairan Gebang
Mekar dan Losari yang masih memenuhi baku mutu kualitas air untuk kehidupan
biota laut dan tekstur substrat kedua perairan relatif sama yang terdiri dari fraksi
pasir, debu dan liat. Namun karena kadarnya berbeda sehingga menyebabkan
biomassa di kedua perairan tersebut berbeda.