Post on 30-Dec-2015
50
BAB IV
PENYAJIAN HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian
1. Sejarah Berdirinya SMP Negeri 16 Pekanbaru
SMP Negeri 16 Pekanbaru adalah SMP Negeri yang terletak di
tengah kota Pekanbaru tepatnya di Jalan Cempaka Kelurahan Pulau
Karam Kecamatan Sukajadi Pekanbaru. SMP Negeri 16 Pekanbaru
letaknya dekat dengan kota, maka informasi dan komunikasi serta
transportasi lancar, baik kendaraan roda dua maupun angkutan kota
mudah terjangkau. SMP Negeri 16 Pekanbaru pertama kali didirikan
pada tanggal 1 Juli 1985 yang didirikan langsung oleh pemerintah.
Ketika pertama kali didirikan SMP Negeri 16 Pekanbaru masih
belum memiliki bangunan tersendiri, melainkan menumpang di SMP
Negeri 13 yang dahulunya bernama SMP Pertiwi. Setelah adanya
bantuan dari berbagai pihak dan kemauan untuk memiliki gedung
sendiri maka sekarang SMP Negeri 16 sudah memiliki bangunan
sendiri yang tepatnya berada di jalan Cempaka.
SMP Negeri 16 Pekanbaru sudah menjadi Negeri sejak pertama
kali didirikan. Ketika awal didirikan, SMP Negeri 16 hanya memiliki
ruangan sejumlah 8 ruang yang terdiri dari 6 ruangan kelas, 1 ruangan
pustaka dan 1 buah kantin. Penambahan ruang kelas terus berlanjut
pada masa pimpinan SMP Negeri 16 yang ketujuh, yaitu ibu
Dra.Srinani, dengan penambahan ruang sebanyak 12 ruang kelas.
51
Kemudian saat pimpinan atau masa jabatan ibu Dra.Suprihatin, MM
ruang kelas kembali ditambah 14 ruang. Sehingga pada saat ini telah
dilengkapi dengan ruang BK, OSIS, mushola, dan lain sebagainya.
Hingga saat ini, SMP Negeri 16 Pekanbaru telah dipimpin oleh
11 orang kepala sekolah. Pimpinan sekolah yang pernah bertugas di
SMP Negeri 16 Pekanbaru adalah :
TABEL IV.1 TABEL NAMA-NAMA KEPALA SEKOLAH YANG PERNAH
MENJABAT DI SMP NEGERI 16 PEKANBARU
No Nama Perode tugas
1. Drs. Said Mustapa Tahun 1985 s.d 19912. Drs. Indra Jaya Tahun 1991 s.d 19933. Rohani Khalid Tahun 1993 s.d 19974. Ramli Tahun 1997 s.d 19985. Dra. Midawati Tahun 1998 s.d 19996. Hj. Mardaini Tahun 1999 s.d 20017. Dra. Srinani Tahun 2001 s.d 20038. Dra. Hj. Maisuprihatin,
MMTahun 2003 s.d 2009
9. Hj. Muhammad Zein, M.Pd
Tahun 2009 s.d 2012
10. Hj. Darlis Nurhayati, S.Pd Tahun 2012 s.d 2013
11. Rukiah, M.Pd Tahun 2013 s.d sekarang
Saat ini jumlah seluruh personil sekolah ada sebanyak 52 orang, terdiri
atas 42 orang guru, 8 orang tata usaha dan 2 orang pustakawan.
Demikianlah sejarah singkat SMP Negeri 16 Pekanbaru.
52
2. Sumber Daya Manusia
a. Pimpinan
SMP Negeri 16 Pekanbaru saat ini bernama ibu Rukiah,
M.Pd. Beliau memimpin sekolah ini dimulai sejak Juli 2013-
sekarang, melanjutkan periode yang dipimpin oleh Ibu Dra. Darlis
Nurhayati, S.Pd yang memimpin dari juli 2012-2013.
Sebagai pimpinan Ibu Rukiah, M.Pd berusaha untuk
memajukan SMP Negeri 16 Pekanbaru dan berupaya dengan
bekerjasama dengan para guru agar siswa-siswi lulusan SMP
Negeri 16 Pekanbaru dapat melanjutkan pendidikannya dan
diterima di sekolah-sekolah unggulan, seperti SMU Plus.
b. Tenaga Pengajar
Tenaga-tenaga pengajar di SMP Negeri 16 Pekanbaru
terbilang memadai, karena setiap bidang studi diajar oleh guru
bidang studi yang bersangkutan. Bahkan setiap bidang studi
memiliki lebih dari satu tenaga pengajar. Jumlah tenaga pengajar
di SMP Negeri 16 Pekanbaru sampai tahun ajaran 2013/2014
berjumlah 41 orang dengan perincian sebagai berikut:
53
TABEL IV. 2DAFTAR NAMA GURU DAN MATA PELAJARAN
No. NamaGuru Mata Pelajaran1. Rukiah, M.Pd Pkn2. Suparmi, S.Pd Olahraga3. Dra. Darmawati Agama islam4. Aidil Zamri IPA5. Asniwati, S.Pd IPA6. Febriani, S.Pd B.Indonesia7. Eni Suherti, BA IPA8. R. Arbaiyah, S.Pd IPS9. Murni, S.Pd IPS10. Hj. Eriwati, S.Pd Pkn11. Desman, S.Pd B. Inggris12. Hj. Nurasma, BA Agama13. R.Esmeri, S.Pd SBUD14. Yesaya Simatupang, S.TH Agama15. Rosna Dewi, S.Sos BK16. Zurleli, B, S.Pd B.Inggris17. Nurhidawati, S.Pd IPS18. Hj. Enni Nilawati, S.Pd Agama Islam19. Hj. Rosnah, S.Pd BMR20. Hermayenni, S.Pd B.Indonesia21. Yetti Bolida, S.Pd SBUD22. Isina BR Karo, S.Pd TIK 23. Hj. Haina, S.Pd Matematika24. Nurlina, S.Pd Matematika 25. Minarni, S.Pd SBUD26. Munziarti, S.Pd B.Indonesia27. Yulirwan, S.Pd B.Indonesia28. Rimanita, S.Pd BK29. Dra. Elly Sazdiana BK30. Nuraini, S.Pd TIK31. Nasmiaty, S.Pd B.Inggris32. Herniwati, S.Pd IPS33. Rosmelina Samosir, S.Pd B. Inggris34. Dra. Sondang Simanjuntak IPS35. Erni Sukaseh, S.Pd Matematika36. Wiedyawati, S.Pd IPA37. Betti Deswita, S.Pd IPA38. Asni, S.Pd BMR39. Rialdi, S.Pd B.Indonesia40. Reni Whyuni, S.Kom Komputer41. Dewi Vivi Yanti, SE, MH BMR
54
c. Tenaga administrasi
Tenaga administrasi di sekolah ini dilakukan oleh Bapak
Asrul yang melakukan pekerjaan administrasi kepegawaian dan
mengantar surat. Beliau dibantu oleh ibu Siti Zulbaidah, S.P yang
bekerja sebagai pembantu administrasi.
d. Pustakawan
Perpustakaan merupakan tempat yang penting dan harus
ada disetiap lembaga pendidikan. Majunya lembaga pendidikan
juga sangat tergantung dengan keadaan perpustakanya sebagai
penunjang pendidikan.
Sekolah ini telah memiliki ruang pustaka yang memadai. Di
sekolah ini perpustakaan menyediakan buku-buku mata pelajaran
yang dapat dipakai oleh siswa dalam belajar. Setiap tahunnya para
siswa meminjam buku-buku pelajaran, yang dikembalikan pada
tahun berikutnya dengan syarat siswa dapat menjaga kerapihan dan
tidak merusak buku yang dipinjan. Hal ini sangat meringankan
siswa, karena siswa tidak harus mengeluarkan uang untuk membeli
buku-buku teks pelajaran. Saat ini perpustakaan dikelola oleh ibu
Elie Yutriati yang bekerja dibagian perlengkapan dan ibu Ernawati
di bagian pengagendaan.
e. Laboran
55
Sekolah ini belum mempunyai laboran khusus. Sehingga
labor dipercayakan dan dikelola oleh guru bidang study yang
bersangkutan. Hal ini terkait dengan tanggung jawab terhadap
pemakaian media seperti mikroskop dan lain sebagainya. Alat-alat
labor disimpan rapi diruangan kantor guru biologi sebagai ruangan
khusus yang terpisah dengan ruangan guru-guru mata pelajaran
lainnya. Guru-guru bidang studi yang bertindak sebagai laboran
adalah:
1) Asniwati, S. Pd.
2) Hj. Enni Nilawati, S. Pd
3) Aidil Zamri
4) Wiedyawati, S. Pd
3. Sarana dan Prasarana
a. Tanah dan halaman
Tanah sekolah sepenuhnya milik negara. Luas areal
seluruhnya adalah 3102 m2. Sekitar sekolah dikelilingi oleh pagar
sepanjang 360 m. Keadaan tanah sekolah SMP Negeri 16
Pekanbaru:
Status : Milik negara
Luas tanah : 3102 m2
Luas banguanan : 2449 m2
Pagar : 477 m2
56
b. Gedung sekolah
Bangunan sekolah pada umumnya dalam kondisi baik.
Jumlah ruang kelas untuk menunjang kegiatan belajar mengajar
memadai. Keadaan bangunan sekolah SMP Negeri 16 Pekanbaru:
Luas bangunan : 2449 m2
Ruang kepala sekolah : 1 baik
Ruang TU : 1 baik
Ruang guru : 1 baik
Ruang kelas : 18 baik
Ruang lab. IPA : 1 baik
Ruang perpustakaan : 1 baik
Ruang koperasi : 1 baik
Ruang BK : 1 baik
Ruang Komputer : 1 baik
Ruang keterampilan : 1 baik
Musholla : 1 baik
Ruang OSIS : 1 baik
Halaman olahraga : 1 baik
c. Lingkungan Sekolah
SMP Negeri 16 terletak di tengah kota Pekanbaru, tepatnya
di Jalan Cempaka Kelurahan Pulau Karam Kecamatan Sukajadi
Pekanbaru. SMP Negeri 16 letaknya dekat dengan pasar dan
57
didukubg oleh mudahnya transportasi menuju sekolah. Disamping
itu, SMP Negeri 16 berdekatan dengan tempat pembuangan
sampah, sehingga baunya mempengaruhi KBM (Kegiatan Belajar
Mengajar) di sekolah. SMP Negeri 16 berdampingan dengan 2 SD
dan kantor dinas pendidikan dan kecamatan Sukajadi.
d. Keadaan Peserta Didik
Jumlah peserta didik pada tahun ajaran 2013-2014
seluruhnya berjumlah 746 orang. Penyebaran jumlah peserta didik
antar kelas merata. Peserta didik kelas VII sebanyak 6 rombongan
belajar, peserta didk pada kelas VIII ada 6 rombongan belajar, dan
kelas IX terdiri dari 6 rombongan balejar.
TABEL IV.3JUMLAH PESERTA DIDIK TAHUN AJARAN 2013-2014
KelasJumlah
Jumlah Laki-laki Perempuan
VII 135 118 253VIII 107 134 241IX 113 138 251
Jumlah 355 390 745
4. Kurikulum
Kurikulum dikenal sebagai suatu istiah dalam dunia
pendidikan sejak kurang lebih satu abad yang lampau. Kata kurikulum
bukan berasal dari bahasa Indonesia, tetapi berasal dari bahasa latin
yang kata dasarnya adalah “currere” yang berarti lapangan
perlombaan lari. Lapangan tersebut ada garis start dan batas finish.
Dalam pendidikan pengertian tersebut berarti bahwa bahan belajar
58
sudah ditentukan secara pasti, dari mulai diajarkan dan kapan diakhiri,
dan bagaimana cara untuk menguasai bahan agar dapat mencapai
kelulusan. Kurikulum SMP Negeri 16 berawal dari kurikulum
1994,2004, KBK, dan sampai sekarang KTSP. Penyusunan kurikulum
berdasarkan atas kurikulum yang berlaku.
5. Visi dan Misi Sekolah
Visi Sekolah
Menjadikan SPM Negeri 16 Pekanbaru bermutu dalam proses
belajar aktif dalam keagamaan, terampil dalam berkreasi dan
bertindak serta mampu bersaing memasuki SMA/SMK Binaan/Plus.
Visi tersebut mencerminkan cita-cita sekolah yang berorientasi ke
depan dengan memperhatikan potensi kekinian, sesuai dengan norma
dan harapan masyarakat.
Untuk mewujudkannya, sekolah menentukan angkah-langkah
strategis yang dinyatakan dalam misi berikut :
Misi Sekolah
a. Melaksanakan proses belajar aktif yang efektif dan efisien.
b. Meningkatkan disiplin sekolah.
c. Meningkatkan aktifitas keagamaan keagamaan dilingkungan
sekolah.
d. Meningkatkan jumlah lulusan yang diterima di SMA/SMK
Binaan/Plus.
59
e. Meningkatkan pembinaan ekstrakulikuler yang lebih efektif dan
efisien.
f. Menciptakan suasana sekolah yang kondusif.
g. Meningkatkan minat baca siswa.
B. Penyajian Data
Data yang akan dianalisis dalam penelitian ini adalah kemampuan
komunikasi matematika siswa setelah dilaksanakannya proses
pembelajaran selama 6 kali pertemuan dengan menerapkan pembelajaran
kooperatif dengan model Think-Pair-Share pada kelas eksperimen dan
membandingkan kemampuan komunikasi matematika tersebut dengan
kelas kontrol yang menerapkan pembelajaran konvensional. Berikut
penjelasan pelaksanaan perlakuan.
1. Pelaksanaan
a. Tahap Persiapan
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan semua keperluan dalam
penelitian, yaitu merencanakan waktu penelitian dengan pihak
sekolah dan guru matematika di sekolah tersebut. Peneliti
mempersiapkan silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran
(RPP) kemudian membuat lembar kerja siswa (LKS) untuk setiap
pertemuan.
b. Tahap Pelaksanaan Pembelajaran di kelas
60
Adapun kegiatan yang akan dilakukan peneliti adalah
dengan menggunakan pembelajaran kooperatif dengan model
Think-Pair-Share pada kelas VIII. Dalam penelitian ini, peneliti
menggunkan dua kelas yaitu kelas VIII6 sebagai kelas kontrol dan
kelas VIII5 sebagai kelas eksperimen. Pada kelas eksperimen
dilakukan pembelajaran dengan model Think-Pair-Share,
sedangkan pada kelas kontrol dilakukan pembelajaran
konvensional, yang keduanya dilakukan oleh peneliti yang dibantu
oleh guru bidang studi matematika sebagai observer.
Pertemuan ini dilakukan sebanyak 6 kali pertemuan pada
kelas eksperimen (12 x 40 menit) yang terdiri dari 5 pertemuan
menyajikan materi (10 x 40 menit) dan 1 pertemuan untuk
melakukan tes akhir (2 x 40 menit). Pada kelas kontrol pertemuan
dilakukan 5 kali (12 x 40 menit) yang terdiri dari 5 pertemuan
menyajikan materi (10 x 40 menit), dan 1 pertemuan untuk
melakukan tes akhir (2 x 40 menit).
1) Pertemuan Pertama
Pada pertemuan ini kegiatan pembelajaran berlangsung
selama 2 x 40 menit yang membahas tentang pengertian relasi
dan pengertiang fungsi.
Kegiatan pembelajaran dilaksanakan berdasarkan
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah disusun
sebelumnya oleh peneliti, termasuk menggunakan LKS
61
sebagaimana yang telah peneliti siapkan sebelumnya. Sebelum
pembelajaran dimulai, peneliti menyiapkan instrumen penelitian
yang terdiri dari rencana pelaksanaan pembejaran (RPP), lembar
kerja siswa (LKS).
Peneliti masuk ke kelas dengan mengucapkan salam dan
dilanjutkan dengan memimpin doa di depan kelas sebelum
memulai aktivitas belajar. Kemudian dilanjutkan dengan
mengabsen siswa. Setelah peneliti mengetahui ada berapa orang
siswa yang tidak hadir, peneliti melanjutkan kegiatan dengan
mulai memberikan motivasi kepada siswa dan mengaitkan
dengan kehidupan sehari-hari maupun dengan materi yang akan
dipelajari. Setelah seluruh siswa mulai memperlihatkan
semangat belajar, peneliti melanjutkan kegiatan dengan
menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai pada hari
itu serta memberikan penjelasan mengenai strategi pembelajaran
baru yang akan digunakan selama proses belajar mengajar
dilaksanakan, yaitu strategi pembelajaran kooperatif dengan
model Think-Pair-Share.
Memasuki kegiatan inti, peneliti memberikan uraian
singkat mengenai materi pengertian relasi dan menyatakan relasi
dalam diagram panah, diagram cartesius dan pasangan berurut
dengan menuntun siswa untuk membuka pikiran dan
menemukan pengertian menurut ide sendiri. Peneliti meminta
62
siswa untuk berpikir (Think) mengenai materi yang telah
dijelaskan dan meminta siswa membuat kesimpulan dari
penjelasan peneliti. Namun, karena merupakan pertemuan
pertama dalam menggunakan strategi, suasana kelas masih
sedikit canggung dan malu-malu. Setelah seluruh siswa
dianggap sudah memahami materi yang dijelaskan, peneliti
mengorganisir siswa ke dalam kelompok belajar dengan
beranggotakan hanya dua orang saja, masing-masinh kelompok
adalah siswa yang duduk berdekatan. Lalu peneliti membagikan
LKS sebagai penunjang belajar siswa yang di lengkapi dengan
soal dan contoh penyelesaiannya. Setelah semua pasangan siswa
dipastikan mendapatkan LKS, peneliti meminta pasangan siswa
untuk mengerjakan soal latihan melalui diskusi berpasangan
(Pair). Pada kegiatan berpasangan ini, terlihat beberapa
pasangan siswa yang masih belum bisa bekerja sama dengan
pasangannya, ada yang cenderung sibuk sendiri mengerjakan
soal tanpa memperdulikan pasangannya yang sibuk dengan
kegiatan dengan teman lainnya yang tidak bermanfaat karena
mereka tidak terbiasa untuk saling bekerja sama.
Dalam proses diskusi yang sedikit tidak kondusif
dikarenakan keadaan kelas yang ribut. Namun, peneliti tetap
mengontrol kegiatan siswa dan membantu pasangan siswa yang
mengalami kesulitan dalam mencari jawaban dari permasalahan
63
yang diberikan. Setelah setiap kelompok menyelesaikan
tugasnya, serta saling mengajarkan kepada teman pasangan nya,
peneliti menyuruh satu kelompok untuk mempresentasikan hasil
diskusinya di depan Kelas (Share). Pada kali pertama presentasi
ini, tidak ada siswa yang bersedia maju walaupun namanya
anggota kelompoknya dipanggil, kebanyakan dari mereka malu
untuk berdiri didepan kelas, bahkan ada yang sampai
mengeraskan badannya ketika disuruh maju ke depan. Akhirnya
peneliti membuat kesepakatan dengan siswa yang
mengharuskan mereka untuk siap maju ke depan yaitu dengan
menentukan kelompok presentasi peneliti melalui pengundian
secara acak melalui nomor absen yang di sesuaikan dengan
waktu atau jam pada saat itu. Pemilihan kelompok presentasi
secara acak ini dilakukan supaya tidak ada kesan yang buruk
dari siswa apabila peneliti hanya menunjuk salah seorang siswa
saja, dan agar seluruh siswa memiliki kesiapan serta pemahaman
yang sama untuk maju ke depan kelas.
Dalam proses presentasi (Share), kelompok yang tampil
diserahkan sepenuhnya untuk menentukan siapa dari salah satu
pasangan yang menjelaskan di depan. Bagi kelompok yang
kurang paham dengan penjelasan kelompok yang
mempresentasikan, diperbolehkan untuk bertanya kepada
64
kelompok yang mempresentasikan apabila ada hal-hal yang
tidak dipahami.
Pada akhir pertemuan peneliti bersama dengan siswa
peneliti menyimpulkan materi yang telah dipelajari. Selanjutnya,
peneliti memberikan tugas rumah (PR) beberapa soal dari buku
pegangan dan meminta siswa untuk membaca materi yang akan
dipelajari dipertemuan yang akan datang.
2) Pertemuan Kedua
Pada pertemuan kedua pembelajaran dilaksanakan
selama 2 x 40 menit. Pembelajaran tetap dilaksanakan
berdasarkan RPP yang berorientasi pembelajaran kooperatif
dengan model Think-Pair-Share.
Peneliti masuk dengan mengucapkan salam dan
dilanjutkan mengabsen kehadiran siswa dan menanyakan kabar
setiap siswa yang tidak hadir pada pertemuan kemarin. Pada
pertemuan ini seluruh siswa hadir mengikuti proses
pembelajaran. Peneliti memberikan motivasi untuk
meningkatkan semangat belajar siswa dan mengingatkan
kembali materi pelajaran pada pertemuan sebelumnya sekaligus
bertanya kepada siswa mengenai kesulitan dalam mengerjakan
tugas yang diberikan pada pertemuan sebelumnya dan meminta
siswa memilih beberapa soal yang dianggap sulit untuk dibahas
bersama lalu mengumpulkan tugas ke depan kelas.
65
Selanjutnya peneliti memulai menjelaskan tujuan
pembelajaran pada hari ini dan menekankan strategi yang akan
digunakan kembali yaitu pembelajaran kooperatif dengan model
Think-Pair-Share. Peneliti menyampaikan materi secara singkat
mengenai pengertian fungsi, menyatakan fungsi dalam diagram
panah, diagrang cartesius, pasangan berurut dan menentukan
banyak fungsi dari dua himpunan serta korespondensi satu-satu
dan meminta siswa untuk memikirkan materi yang akan
dipelajari dan membuat kesimpulan sendiri menurut pemahaman
siswa (Think). Siswa kembali diorganisir dalam kelompok-
kelompok berpasangan (Pair) untuk mendiskusikan tugas LKS
yang akan peneliti bagikan. Pada kegiatan berpasangan kali ini,
ada beberapa siswa yang lebih memilih menyalin tugas teman
dari kelompok lain dikarenakan mereka kurang nyaman dengan
teman pasangan satu kelompoknya. Namun, peneliti tetap
keliling kelas untuk mengontrol kegiatan diskusi mereka yang
harus mereka lakukan dengan pasangan satu kelompoknya,
karena itu peneliti meminta siswa untuk duduk kembali dalam
kelompok masing-masing.
Dilanjutkan dengan kegiatan Presentasi, peneliti kembali
memilih satu kelompok presentasi melalui cara permainan.
mulai terlihat antusias siswa karena merasa termotivasi dengan
permainan yang diberikan dan siswa yang mendapatkan giliran
66
presentasi ke depan maju dengan senang hati. Setelah kelompok
penyaji selesai membahas tugas didepan kelas, peneliti
menanyakan kembali pemahaman siswa mengenai masalah yang
dibahas, peneliti mencoba mengulangi lagi penjelasan secara
singkat dan bertanya kepada siswa apakah ada bagian yang
belum di mengerti. setelah siswa dianggap memahami
penjelasan penyaji, peneliti mempersilahkan kelompok penyaji
untuk kembali ke tempat.
Pada akhir pertemuan dikarenakan keadaan kelas yang
agak ribut karena ada beberapa siswa dari kelas lain yang sudah
keluar dan memancing siswa yang ada di dalam kelas untuk
keluar istirahat juga, sehingga sulit bagi peneliti untuk mengajak
siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari, peneliti hanya
dapat bertanya mengenai pemahaman siswa lalu peneliti
meminta siswa untuk membaca materi yang akan dipelajari
dipertemuan yang akan datang dan menutup pelajaran dengan
mengucapkan salam.
3) Pertemuan Ketiga
Peada pertemuan ketiga pembelajaran dilaksanakan
selama 2 x 40 menit. Pembelajaran tetap dilaksanakan
berdasarkan RPP yang berorientasi pembelajaran kooperatif
dengan model Think-Pair-Share.
67
Peneliti masuk dengan mengucapkan salam dan
dilanjutkan mengabsen kehadiran siswa. Terdapat beberapa
siswa yang tidak hadir karena sakit. Peneliti memberikan
motivasi untuk meningkatkan semangat belajar siswa dan
mengingatkan kembali materi pelajaran pada pertemuan
sebelumnya sekaligus bertanya kepada siswa apakah ada siswa
yang sudah membaca materi yang akan dipelajari.
Selanjutnya, peneliti memulai menjelaskan tujuan
pembelajaran dan menekankan kembali strategi yang akan
digunakan yaitu pembelajaran kooperatif dengan model Think-
Pair-Share. Peneliti menyampaikan materi merumuskan fungsi,
varabel bebas dan bergantung serta grafik fungsi secara singkat
dan meminta siswa untuk memikirkan materi yang akan
dipelajari dan membuat kesimpulan sendiri menurut pemahaman
siswa (Think). Siswa kembali diorganisir dalam kelompok-
kelompok berpasangan (Pair) untuk mendiskusikan tugas LKS
yang akan peneliti bagikan. Pada kegiatan berpasangan kali ini
peneliti sedikit memberikan penekanan bahwa semua siswa
adalah teman baik, semuanya adalah saudara, jadi tidak ada
siswa yang tidak mau bekerja sama dengan pasangan satu
kelompoknya, semua harus menerima pasangan kelompok yang
telak ditetapkan oleh peneliti yang sesuai dengan posisi duduk
mereka. Mulai terlihat kekompakan dalam membahas LKS
68
walaupun suasana masih sedikit ramai karena suara siswa yang
berdiskusi.
Peneliti berkeliling kelas untuk mengontrol kegiatan
diskusi dengan pasangan satu kelompoknya, dan membimbing
siswa apabila terdapat pasangan siswa yang kurang mengerti.
Dilanjutkan dengan kegiatan presentasi di depan kelas (Share),
peneliti satu kelompok presentasi melalui cara permainan. Pada
pertemuan ini terlihat antusias siswa karena merasa bersaing
untuk mendapatkan giliran presentasi kedepan karena peneliti
mengatakan diawal bahwa siswa yang presentasi di depan
adalah siswa yang berani dan menjadi jagoan. Setelah kelompok
penyaji selesai membahas tugas didepan kelas, peneliti
menanyakan kembali pemahaman siswa mengenai masalah yang
dibahas, peneliti mencoba mengulangi lagi penjelasan secara
singkat dan bertanya kepada siswa apakah ada bagian yang
belum di mengerti. setelah siswa dianggap memahami
penjelasan penyaji, peneliti mempersilahkan kelompok penyaji
untuk kembali ke tempat.
Pada akhir pertemuan guru tidak memiliki waktu untuk
menyimpulkan bersama siswa dikarenakan waktu yang tidak
cukup karena terpakai untuk pengumpulan sumbangan duka cita
10 menit diawal pembelajaran dan guru pelajaran selanjutnya
sudah menunggu di depan kelas. Sebelum menutup pelajaran
69
peneliti mananyakan kembali pemahaman anak dan memberikan
mereka beberapa soal untuk dijadikan PR agar lebih
memantapkan pemahaman mereka mengenai materi yang telah
dibahas. Peneliti menutup pertemuan dengan mengucapkan
salam.
4) Pertemuan Keempat
Pada pertemuan keempat pembelajaran tetap
dilaksanakan selama 2 x 40 menit. Pembelajaran dilaksanakan
berdasarkan RPP yang berorientasi pembelajaran kooperatif
dengan model Think-Pair-Share.
Peneliti masuk dengan mengucapkan salam dan
dilanjutkan mengabsen kehadiran siswa. Terdapat beberapa
siswa yang tidak hadir tanpa keterangan. Peneliti kembali
memberikan motivasi untuk meningkatkan semangat belajar
siswa dan mengingatkan kembali materi pelajaran pada
pertemuan sebelumnya sekaligus bertanya kepada siswa
mengenai soal yang diberikan sebagai PR dan bertanya apakan
ada soal yang perlu dibahas bersama, ternyata siswa mengatakan
sudah paham dengan semua PR yang diberikan, sehingga
peneliti meminta siswa langsung mengumpulkan PR di depan
kelas.
Selanjutnya peneliti memulai menjelaskan tujuan
pembelajaran pada hari ini dan menekankan kembali strategi
70
yang akan digunakan masih sama yaitu pembelajaran kooperatif
dengan model Think-Pair-Share. Peneliti menyampaikan materi
menghitung nilai suatu fungsi dan tabel fungsi serta perubahan
nilai suatu fungsi secara singkat dan meminta siswa untuk
memikirkan materi yang akan dipelajari dan membuat
kesimpulan sendiri menurut pemahaman siswa (Think). Siswa
kembali diorganisir dalam kelompok-kelompok berpasangan
(Pair) untuk mendiskusikan tugas LKS yang akan peneliti
bagikan. Pada kegiatan berpasangan kali ini sudah terlihat
kekompakan siswa untuk bekerjasama dengan pasangannya dan
saling membantu apabila masih ada yang belum dipahami.
semua siswa sudah terlihat antusias dan bersemangat menjalani
proses belajar. Bahkan terdapat siswa yang sengaja mengejar
peneliti karena merasa kurang paham dengan materi dalam LKS
dan kembali pada pasangannya lalu mendiskusikan lagi LKS
bersama pasangannya.
Peneliti kembali berjalan keliling kelas untuk
mengontrol kegiatan diskusi siswa dengan pasangan satu
kelompoknya, dan membimbing siswa apabila terdapat
pasangan siswa yang kurang mengerti. Kemudian kegiatan
presentasi di depan kelas (Share), peneliti satu kelompok
presentasi melalui cara yang berbeda dengan sebelumnya, yaitu
dengan memanggil nama siswa berdasarkan absen, lalu meminta
71
pasangannya yang maju untuk presentasi. Sudah terlihat antusias
siswa untuk mendapatkan giliran presentasi kedepan.
Setelah kelompok penyaji selesai membahas tugas
didepan kelas, peneliti menanyakan kembali pemahaman siswa
mengenai masalah yang dibahas, peneliti mencoba mengulangi
lagi penjelasan secara singkat dan bertanya kepada siswa apakah
ada bagian yang belum di mengerti. Setelah siswa dianggap
memahami penjelasan penyaji, peneliti mempersilahkan
kelompok penyaji untuk kembali ke tempat. Pada pertemuan
kali ini siswa sudah memperlihatkan kemajuan dalam hal
antusias menerima materi, semangat bekerja sama, dan
keberanian untuk berbicara maju didepan kelas untuk
menjelaskan hasil diskusi bersama pasangannya.
Pada akhir pertemuan, peneliti menyimpulkan materi
yang telah dibahas bersama siswa, dan meminta siswa untuk
membuat kesimpulan sendiri sesuai dengan pemahaman siswa.
Sebelum menutup pelajaran peneliti mananyakan kembali
pemahaman anak dan memberikan mereka beberapa soal untuk
dijadikan PR agar lebih memantapkan pemahaman mereka
mengenai materi yang telah dibahas. Peneliti menutup
pertemuan dengan mengucapkan salam.
5) Pertemuan Kelima
72
Pada pertemuan kelima pembelajaran dilaksanakan
selama 2 x 40 menit. Pembelajaran dilaksanakan berdasarkan
RPP yang berorientasi pembelajaran kooperatif dengan model
Think-Pair-Share.
Peneliti masuk dengan mengucapkan salam dan
dilanjutkan mengabsen kehadiran siswa. Seluruh siswa hadir
mengikuti pelajaran. Peneliti kembali memberikan motivasi
untuk meningkatkan semangat belajar siswa dan mengingatkan
kembali materi pelajaran pada pertemuan sebelumnya sekaligus
bertanya kepada siswa mengenai soal yang diberikan sebagai PR
dan bertanya apakah ada soal yang perlu dibahas bersama,
setelah membahas soal yang dianggap sulit peneliti meminta
siswa untuk mengumpulkan PR di depan kelas.
Selanjutnya peneliti memulai menjelaskan tujuan
pembelajaran pada hari ini dan menekankan kembali strategi
yang akan digunakan masih sama yaitu pembelajaran kooperatif
dengan model Think-Pair-Share. Peneliti menyampaikan materi
menentukan nilai dan menentukan bentuk suatu fungsi secara
singkat dan meminta siswa untuk memikirkan materi yang akan
dipelajari dan membuat kesimpulan sendiri menurut pemahaman
siswa (Think). Siswa kembali diorganisir dalam kelompok-
kelompok berpasangan (Pair) untuk mendiskusikan tugas LKS
yang akan peneliti bagikan. Pada kegiatan berpasangan kali ini
73
sudah terlihat kekompakan siswa untuk bekerjasama dengan
pasangannya dan saling membantu apabila masih ada yang
belum dipahami. Semua siswa sudah terlihat antusias dan
bersemangat menjalani proses belajar. Terlihat beberapa siswa
yang memberikan penjelasan kepada pasangannya yang belum
sepenuhnya paham mengenai materi yang diberikan.
Peneliti kembali berkeliling kelas untuk mengontrol
kegiatan diskusi siswa dengan pasangan satu kelompoknya, dan
membimbing siswa apabila terdapat pasangan siswa yang
kurang mengerti. Dilanjutkan dengan kegiatan presentasi di
depan kelas (Share), peneliti memilih satu kelompok presentasi
melalui cara yang sama dengan sebelumnya, yaitu dengan
memanggil nama siswa berdasarkan absen, lalu meminta
pasangannya yang maju untuk presentasi. Sudah terlihat antusias
siswa untuk mendapatkan giliran presentasi ke depan.
Setelah kelompok penyaji selesai membahas tugas
didepan kelas, peneliti menanyakan kembali pemahaman siswa
mengenai masalah yang dibahas, peneliti mencoba mengulangi
lagi penjelasan secara singkat dan bertanya kepada siswa apakah
ada bagian yang belum di mengerti. Setelah siswa dianggap
memahami penjelasan penyaji, peneliti mempersilahkan
kelompok penyaji untuk kembali ke tempat. Pada pertemuan
kali ini siswa sudah cukup berani berbicara mengenai apa yang
74
belum dipahami, dan memberikan penjelasan yang sesuai
dengan yang dipahami. Siswa sudah memperlihatkan kemajuan
dalam hal antusias menerima materi, semangat bekerja sama,
dan keberanian untuk berbicara maju didepan kelas untuk
menjelaskan hasil diskusi bersama pasangannya.
Pada akhir pertemuan, peneliti tidak memiliki waktu
banyak untuk menyimpulkan materi yang telah dibahas bersama
siswa, namun peneliti memberikan pengumuman bahwa pada
pertemuan selanjutnya akan diadakan ujian tes akhir dari bab
fungsi tersebut untuk mengetahui apakah siswa memiliki
peningkatan dalam komunikasi matematika yaitu dalam hal
menggambar, menuliskan penyelesaian soal serta membuat
permodelan dari apa yang diketahui soal yang sesuai dengan
materi yang telah dipelajari sebelumnya. Dengan antusiasnya
siswa meminta peneliti memberikan beberapa soal latihan untuk
dikerjakan dirumah sebagai bahan belajar menjelang ujian pada
pertemuan selanjutnya. Sebelum menutup pelajaran peneliti
memberikan motivasi kepada siswa bahwa siapa yang ingin
berhasil harus berhasil dengan usahanya sendiri yaitu dengan
belajar dirumah agar dapat menjawab soal ujian nantinya.
Peneliti menutup pertemuan dengan mengucapkan salam.
6) Pertemuan Keenam
75
Peneliti masuk dan mengucapakan salam yang
dilanjutkan dengan mengabsen siswa yang hadir untuk
mengikuti ujian. Kemudian peneliti bertanya kepada siswa,
apakah siswa sudah belajar untuk ujian pada hari ini. Setelah
seluruh siswa dipastikan siap mengikuti ujian peneliti meminta
agar siswa menyusun kursi dan menjarakkan kursi-kursi yang
berdekatan, kemudian peneliti membagikan soal-soal ulangan
untuk mengetes kemampuan siswa setelah diterapkan strategi
pembelajaran kooperatif dengan model Think-Pair Share. Ujian
akhir dilaksanakan selama 2 jam x 40 menit. Setelah ujian
selesai, peneliti mengucapkan terima kasih kepada seluruh siswa
karena sudah bekerja sama dan memberikan kenang-kenangan
kepada seluruh siswa.
C. Analisis Data
Data yang akan dianalisis oleh peneliti adalah data kemampuan
komunikasi matematika siswa dengan menerapkan pembelajaran
kooperatif dengan model pembelajaran Think-Pair-Share pada kelas
eksperimen dan membandingkannya dengan hasil yang diperoleh oleh
kelas kontrol. Sebelum dilakukan perlakuan terlebih dahulu peneliti
memberikan tes kemampuan awal (pretes) kepada siswa untuk
mengetahui kemampuan awal siswa. Kemudian dilakukan uji
homogenitas, uji normalitas dan test-t terhadap hasil pretes kelas
76
eksperimen dan kelas kontrol yang akan diberikan tindakan. Berikut akan
dijelaskan secara singkat mengenai uji homogenitas, uji normalitas, dan
test-t terhadap kelas eksperimen dan kelas kontrol sebelum diberikan
perlakuan.
1. Kemampuan Awal
a. Uji Homogenitas
Uji homogenitas yang peneliti lakukan terhadap hasil tes
kemampuan awal (pretes) yang peneliti lakukan sebelum
memasuki pertemuan pertama pada materi pelajaran yang akan di
lakukan penelitian yaitu materi Fungsi dan Relasi. Uji
homogenitas melakukan uji varians terbesar dibanding varians
terkecil dengan menggunakan tabel F.
Setelah dilakukan analisis menggunakan uji F, diperoleh
nilai Fhitung yaitu 1,1503, sedangkan untuk nilai F tabel = 1,69. Maka
Fhitung lebih kecil dari Ftabel. Dapat disimpulkan bahwa varians
tersebut adalah homogen. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat
pada lampiran (lampiran F3).
b. Uji Normalitas
Untuk selanjutnya, nilai kemampuan awal (pretes) diolah
dengan menggunakan rumus Liliefors untuk melakukan pengujian
normalitas bagi kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Berdasarkan hasil analisis, diperoleh nilai Dhitung
kelas eksperimen sebesar 0,1043 sedangkan untuk
77
nilai Dhitung kelas kontrol sebesar 0,1272. Harga Dtabel
dalam taraf signifikansi 5% untuk kelas eksperimen
dan kelas kontrol adalah 0,140. Dengan demikian
kedua kelas memiliki Dhitung < Dtabel, maka dapat
dikatakan bahwa data berasal dari populasi yang
berdistribusi normal. Perhitungan selengkapnya
dapat dilihat pada lampiran (lampiran F3).
c. Analisis Data Dengan Test-t
Setelah data kedua kelas dipastikan homogen dan
berdistribusi normal, maka dilanjutkan dengan melakukan analisis
dengan test-t terhadap nilai hasil tes kemampuan awal (pretes)
untuk mengetahui bahwa data dari kedua kelas tidak memiliki
perbedaan yang signifikan.
Berdasarkan hasil analisis test t diperoleh nilai t0 = 0,467.
Dilanjutkan dengan menentukan df dengan rumus df = Nx + Ny – 2
= 40 + 40 – 2 = 78 dan dikonsultasi pada table nilai ttabel. Dalam
tabel tidak terdapat df = 78, oleh karena itu digunakan df yang
mendekati 78 yaitu df = 80. Dengan df = 80 dan taraf signifikan
5% di peroleh ttabel = 1,99. Jadi dapat disimpulkan bahwa t0 < ttabel,
hal itu berarti benar bahwa tidak ada perbedaan kemampuan
komunikasi matematika siswa antara kedua kelas. Setelah data
hasil tes kemampuan awal (pretes) kedua kelas sudah dibuktikan
homogenitas, berdistribusi normal, dan tidak memiliki perbedaan,
78
maka dapat dilanjutkan dengan memberikan perlakuan terhadap
kelas eksperimen dan pembelajaran konvensional pada kelas
kontrol. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran
(lampiran F4).
Pada akhir pertemuan dilakukan tes kemampuan akhir
(postes). Sesuai dengan data yang diperoleh, maka analisis data
dilakukan dengan menggunakan Test-t. Namun sebelum melakukan
analisis hasil postes dengan Test-t, terdapat beberapa syarat yang
harus terpenuhi, yaitu melakukan uji homogenitas dan uji
normalitas terhadap nilai hasil tes kemampuan akhir (postes) yang
dilakukan setelah tindakan. Berikut akan dijelaskan secara singkat
mengenai uji homogenitas dan uji normalitas terhadap nilai postes
kedua kelas.
2. Kemampuan Akhir
1. Uji Homogenitas
Uji Homogenitas yang dilakukan oleh peneliti adalah uji
varians terbesar dibanding varians terkecil dengan menggunakan
tabel F. Pengujian homogenitas yang peneliti lakukan adalah dari
hasil tes kemampuan akhir (postes).
Berdasarkan hasil analisis tersebut, diperoleh nilai Fhitung =
1,0809, sedangkan nilai Ftabel = 1,69. Maka nilai Fhitung < nilai Ftabel.
Dapat disimpulkan bahwa varians tersebut adalah homogen.
79
Perhitungan lengkapnya dapat dilihat pada lampiran (lampiran
G3).
2. Uji Normalitas
Selanjutnya dilakukan uji normalitas dengan Liliefors
terhadap nilai kemampuan akhir (postes). Berdasarkan analisis uji
normalitas tersebut, dapat diketahui bahwa nilai hitung D pada
kelas eksperimen sebesar 0,0985, sedangkan nilai hitung D untuk
kelas kontrol adalah sebesar 0,1356. Besar Nilai Tabel D dengan
signifikansi 5% untuk kelas eksperimen adalah sebesar 0,140,
begitu juga untuk kelas kontrol yang memiliki jumlah sampel
yang sama yaitu sebesar 0,140. Maka dapat disimpulkan bahwa
data yang berasal dari populasi kelas eksperimen dan kelas
kontrol adalah berdistribusi normal. Perhitungan selengkapnya
dapat dilihat pada lampiran (lampiran G3).
3. Analisis data dengan “Test-t”
Setelah memenuhi kedua syarat yaitu data harus homogen
dan berdistribusi normal, dapat dilanjutkan dengan melakukan
Test-t terhadap hasil tes kemampuan akhir (postes). Berdasarkan
hasil analisis test t diperoleh nilai t0 = 2,085. Dilanjutkan dengan
menentukan df dengan rumus df = Nx + Ny – 2 = 40 + 40 – 2 = 78
dan dikonsultasi pada table nilai ttabel. Dalam tabel tidak terdapat
df = 78, oleh karena itu digunakan df yang mendekati 78 yaitu df
80
= 80. Dengan df = 80 dan taraf signifikan 5% di peroleh t tabel =
1,99.
Dengan demikian, to lebih besar dari ttabel, maka Ha
diterima dan H0 ditolak, yang berarti terdapat perbedaan antara
variabel X dengan variabel Y. Kesimpulannya adalah terdapat
perbedaan kemampuan komunikasi matematika antara siswa yang
menggunakan pembelajaran kooperatif dengan model Think-Pair-
Share dengan kemampuan komunikasi matematika siwa yang
menggunakan pembelajaran Konvensional. Hasil perhitungan
selengkapnya dapat dilihat pada lampiran (lampiran G4).
D. Pembahasan
1. Perbedaan kemampuan komunikasi matematika antara siswa yang menggunakan pembelajaran kooperatif dengan Model Think-Pair-Share dengan siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional
Untuk melihat apakah terdapat perbedaan kemampuan
komunikasi matematika antara siswa yang menggunakan
pembelajaran kooperatif dengan Model Think-Pair-Share dan siswa
yang menggunakan pembelajaran konvensional dilakukan analisis
menggunakan test t. Berdasarkan hasil analisis tersebut diperoleh hasil
nilai t0 = 2,085, lebih besar dibandingkan nilai ttabel untuk taraf
signifikansi 5% yaitu 1,99, maka dapat disimpukan bahwa terdapat
perbedaan kemampuan komunikasi matematika antara siswa yang
81
menerapkan pembelajaran kooperatif denga model think-pair-share
dengan siswa yang menerapkan pembelajaran konvensional.
Berdasarkan observasi selama proses pembelajaran
berlangsung, model pembelajaran Think-Pair-Share ini mampu
memunculkan keberanian siswa untuk tampil di depan kelas,
menyelesaikan soal dan menjelaskannya secara sistematis kepada
teman-teman siswa yang lainnya, siswa juga bersemangat untuk
mencari solusi bersama pasangan kelompok dalam diskusi, sehingga
memotivasi siswa untuk bisa lebih aktif dalam proses pembelajaran.
2. Perbedaan kemampuan komunikasi matematika siswa dengan menggunakan pembelajaran kooperatif dengan model think-pair-share di SMP Negeri 16 Pekanbaru
Terdapatnya perbedaan kemampuan komunikasi matematika
siswa dengan menggunakan pembelajaran kooperatif dengan model
think-pair-share, hal itu terbukti melalui hasil uji peningkatan N-Gain
yang dilakukan terhadap nilai pretes dan postes siswa pada kelas
eksperimen yang memperlihatkan peningkatan kemampuan
komunikasi matematika siswa dengan perolehan rata-rata nilai g =
0,607 dengan kategori sedang. Uji peningkatan dengan N-Gain juga
dilakukan terhadap nilai pretes dan postes kelas kontrol yang
memperoleh nilai rata-rata g = 0,432 dengan kategori sedang. Hasil
analisis tersebut memperlihatkan bahwa kelas eksperimen yang
diberikan perlakuan memperoleh peningkatan lebih tinggi
82
dibandingkan dengan peningkatan pada kelas kontrol, meskipun kedua
kelas sama-sama mangalami peningkatan kemampuan komunikasi
dalam kategori sedang, namun kelas eksperimen tetap mengalami
peningkatan yang lebih tinggi, terlihat dari nilai rata-rata g lebih tinggi
dari kelas kontrol yaitu 0,607.
Sesuai dengan hasil test- t yang menyimpulkan bahwa terdapat
perbedaan kemampuan komunikasi matematika antara siswa yang
menerapkan pembelajaran kooperatif dengan model Think-Pair-Share
(eksperimen) dan siswa yang menerapakan pembelajaran
konvensional (kontrol). Dengan nilai rata-rata kelas eksperimen yaitu
66,375, lebih tinggi dibandingkan nilai rata-rata kelas kontrol yaitu
53,875. Hal itu membuktikan bahwa pembelajaran kooperatif dengan
model Think-Pair-Share memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
kemampuan komunikasi matematika siswa kelas VIII SMP Negeri16
Pekanbaru.
3. Temuan Penelitian
Berdasarkan hasil observasi selama proses pembelajaran di
kelas eksperimen berlangsung, dari tiga indikator komunikasi yang
diteliti oleh peneliti, yaitu kemampuan menggambar, menulis dan
mengekspresikan matematika, terlihat peningkatan yang paling tinggi
pada kemampuan menggambar dan menulis matematika. Hal ini
terlihat dari kemampuan siswa dalam membuat grafik dan melakukan
penyelesaian soal dengan sistematis. Pada awal pembelajaran siswa
83
sulit menggambarkan sebuah grafik melalui sebuah fungsi yang
diberikan, siswa masih kebingungan dalam menentukan skala dan
letak titik pada diagram. Namun, setelah proses pembelajaran dengan
diikuti banyak latihan siswa mulai mengerti bagaimana mengatur
skala pada grafik dan menentukan sebuah nilai fungsi. Peningkatan
juga terlihat pada kemampuan anak dalam bekerja sama dan
keberanian anak untuk tampil di depan kelas memberikan penjelasan
secara sistematis kepada teman-temannya. Karena dalam
pembelajaran ini siswa wajib tampil di depan kelas, sehingga masing-
masing siswa lebih bersemangat untuk memahami materi agar dapat
tampil di depan kelas dengan baik. Berbeda dengan kelas eksperimen,
pada kelas kontrol yang melakukan pembelajaran secara
konvensional, tidak ada kegiatan siswa berdiskusi dan siswa juga tidak
dituntut untuk tampil di depan kelas untuk menjelaskan hasil diskusi.
Oleh karena itu, hanya beberapa siswa saja yang terlihat serius
mengerjakan pekerjaan dari guru, sedangkan siswa yang lain hanya
menunggu hasil pekerjaan temannya. Tidak adanya kewajiban siswa
tampil didepan kelas, membuat siswa tidak termotivasi untuk
memahami materi, karena jika dibandingkan dengan kelas
eksperimen, semua siswa memiliki giliran untuk tampil dan
menjelaskan dalam kegiatan share dan dipilih secara acak, maka siswa
termotivasi dan lebih semangat untuk memahami materi agar tidak
mengecewakan ketika tampil di depan kelas.
84
Demikianlah pembahasan hasil analisis yang menunjukkan
adanya perbedaan kemampuan komunikasi matematika antara siswa
yang menerapkan pembelajaran kooperatif dengan model Think-Pair-
Share dengan siswa yang menerapkan pembelajaran konvensional.
Dengan demikian penelitian ini mendukung penelitian terdahulu yang
telah dilakukan oleh Depi Fitriani yang menghasilkan kesimpulan
bahwa pembelajaran kooperatif dengan menggunakan pendekatan
struktural Think-Pair-Share dapat meningkatkan hasil belajar siswa.