BAB IV

54
50 BAB IV PENYAJIAN HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian 1. Sejarah Berdirinya SMP Negeri 16 Pekanbaru SMP Negeri 16 Pekanbaru adalah SMP Negeri yang terletak di tengah kota Pekanbaru tepatnya di Jalan Cempaka Kelurahan Pulau Karam Kecamatan Sukajadi Pekanbaru. SMP Negeri 16 Pekanbaru letaknya dekat dengan kota, maka informasi dan komunikasi serta transportasi lancar, baik kendaraan roda dua maupun angkutan kota mudah terjangkau. SMP Negeri 16 Pekanbaru pertama kali didirikan pada tanggal 1 Juli 1985 yang didirikan langsung oleh pemerintah. Ketika pertama kali didirikan SMP Negeri 16 Pekanbaru masih belum memiliki bangunan tersendiri, melainkan menumpang di SMP Negeri 13 yang dahulunya bernama SMP Pertiwi. Setelah adanya bantuan dari berbagai pihak dan kemauan

Transcript of BAB IV

Page 1: BAB IV

50

BAB IV

PENYAJIAN HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Lokasi Penelitian

1. Sejarah Berdirinya SMP Negeri 16 Pekanbaru

SMP Negeri 16 Pekanbaru adalah SMP Negeri yang terletak di

tengah kota Pekanbaru tepatnya di Jalan Cempaka Kelurahan Pulau

Karam Kecamatan Sukajadi Pekanbaru. SMP Negeri 16 Pekanbaru

letaknya dekat dengan kota, maka informasi dan komunikasi serta

transportasi lancar, baik kendaraan roda dua maupun angkutan kota

mudah terjangkau. SMP Negeri 16 Pekanbaru pertama kali didirikan

pada tanggal 1 Juli 1985 yang didirikan langsung oleh pemerintah.

Ketika pertama kali didirikan SMP Negeri 16 Pekanbaru masih

belum memiliki bangunan tersendiri, melainkan menumpang di SMP

Negeri 13 yang dahulunya bernama SMP Pertiwi. Setelah adanya

bantuan dari berbagai pihak dan kemauan untuk memiliki gedung

sendiri maka sekarang SMP Negeri 16 sudah memiliki bangunan

sendiri yang tepatnya berada di jalan Cempaka.

SMP Negeri 16 Pekanbaru sudah menjadi Negeri sejak pertama

kali didirikan. Ketika awal didirikan, SMP Negeri 16 hanya memiliki

ruangan sejumlah 8 ruang yang terdiri dari 6 ruangan kelas, 1 ruangan

pustaka dan 1 buah kantin. Penambahan ruang kelas terus berlanjut

pada masa pimpinan SMP Negeri 16 yang ketujuh, yaitu ibu

Dra.Srinani, dengan penambahan ruang sebanyak 12 ruang kelas.

Page 2: BAB IV

51

Kemudian saat pimpinan atau masa jabatan ibu Dra.Suprihatin, MM

ruang kelas kembali ditambah 14 ruang. Sehingga pada saat ini telah

dilengkapi dengan ruang BK, OSIS, mushola, dan lain sebagainya.

Hingga saat ini, SMP Negeri 16 Pekanbaru telah dipimpin oleh

11 orang kepala sekolah. Pimpinan sekolah yang pernah bertugas di

SMP Negeri 16 Pekanbaru adalah :

TABEL IV.1 TABEL NAMA-NAMA KEPALA SEKOLAH YANG PERNAH

MENJABAT DI SMP NEGERI 16 PEKANBARU

No Nama Perode tugas

1. Drs. Said Mustapa Tahun 1985 s.d 19912. Drs. Indra Jaya Tahun 1991 s.d 19933. Rohani Khalid Tahun 1993 s.d 19974. Ramli Tahun 1997 s.d 19985. Dra. Midawati Tahun 1998 s.d 19996. Hj. Mardaini Tahun 1999 s.d 20017. Dra. Srinani Tahun 2001 s.d 20038. Dra. Hj. Maisuprihatin,

MMTahun 2003 s.d 2009

9. Hj. Muhammad Zein, M.Pd

Tahun 2009 s.d 2012

10. Hj. Darlis Nurhayati, S.Pd Tahun 2012 s.d 2013

11. Rukiah, M.Pd Tahun 2013 s.d sekarang

Saat ini jumlah seluruh personil sekolah ada sebanyak 52 orang, terdiri

atas 42 orang guru, 8 orang tata usaha dan 2 orang pustakawan.

Demikianlah sejarah singkat SMP Negeri 16 Pekanbaru.

Page 3: BAB IV

52

2. Sumber Daya Manusia

a. Pimpinan

SMP Negeri 16 Pekanbaru saat ini bernama ibu Rukiah,

M.Pd. Beliau memimpin sekolah ini dimulai sejak Juli 2013-

sekarang, melanjutkan periode yang dipimpin oleh Ibu Dra. Darlis

Nurhayati, S.Pd yang memimpin dari juli 2012-2013.

Sebagai pimpinan Ibu Rukiah, M.Pd berusaha untuk

memajukan SMP Negeri 16 Pekanbaru dan berupaya dengan

bekerjasama dengan para guru agar siswa-siswi lulusan SMP

Negeri 16 Pekanbaru dapat melanjutkan pendidikannya dan

diterima di sekolah-sekolah unggulan, seperti SMU Plus.

b. Tenaga Pengajar

Tenaga-tenaga pengajar di SMP Negeri 16 Pekanbaru

terbilang memadai, karena setiap bidang studi diajar oleh guru

bidang studi yang bersangkutan. Bahkan setiap bidang studi

memiliki lebih dari satu tenaga pengajar. Jumlah tenaga pengajar

di SMP Negeri 16 Pekanbaru sampai tahun ajaran 2013/2014

berjumlah 41 orang dengan perincian sebagai berikut:

Page 4: BAB IV

53

TABEL IV. 2DAFTAR NAMA GURU DAN MATA PELAJARAN

No. NamaGuru Mata Pelajaran1. Rukiah, M.Pd Pkn2. Suparmi, S.Pd Olahraga3. Dra. Darmawati Agama islam4. Aidil Zamri IPA5. Asniwati, S.Pd IPA6. Febriani, S.Pd B.Indonesia7. Eni Suherti, BA IPA8. R. Arbaiyah, S.Pd IPS9. Murni, S.Pd IPS10. Hj. Eriwati, S.Pd Pkn11. Desman, S.Pd B. Inggris12. Hj. Nurasma, BA Agama13. R.Esmeri, S.Pd SBUD14. Yesaya Simatupang, S.TH Agama15. Rosna Dewi, S.Sos BK16. Zurleli, B, S.Pd B.Inggris17. Nurhidawati, S.Pd IPS18. Hj. Enni Nilawati, S.Pd Agama Islam19. Hj. Rosnah, S.Pd BMR20. Hermayenni, S.Pd B.Indonesia21. Yetti Bolida, S.Pd SBUD22. Isina BR Karo, S.Pd TIK 23. Hj. Haina, S.Pd Matematika24. Nurlina, S.Pd Matematika 25. Minarni, S.Pd SBUD26. Munziarti, S.Pd B.Indonesia27. Yulirwan, S.Pd B.Indonesia28. Rimanita, S.Pd BK29. Dra. Elly Sazdiana BK30. Nuraini, S.Pd TIK31. Nasmiaty, S.Pd B.Inggris32. Herniwati, S.Pd IPS33. Rosmelina Samosir, S.Pd B. Inggris34. Dra. Sondang Simanjuntak IPS35. Erni Sukaseh, S.Pd Matematika36. Wiedyawati, S.Pd IPA37. Betti Deswita, S.Pd IPA38. Asni, S.Pd BMR39. Rialdi, S.Pd B.Indonesia40. Reni Whyuni, S.Kom Komputer41. Dewi Vivi Yanti, SE, MH BMR

Page 5: BAB IV

54

c. Tenaga administrasi

Tenaga administrasi di sekolah ini dilakukan oleh Bapak

Asrul yang melakukan pekerjaan administrasi kepegawaian dan

mengantar surat. Beliau dibantu oleh ibu Siti Zulbaidah, S.P yang

bekerja sebagai pembantu administrasi.

d. Pustakawan

Perpustakaan merupakan tempat yang penting dan harus

ada disetiap lembaga pendidikan. Majunya lembaga pendidikan

juga sangat tergantung dengan keadaan perpustakanya sebagai

penunjang pendidikan.

Sekolah ini telah memiliki ruang pustaka yang memadai. Di

sekolah ini perpustakaan menyediakan buku-buku mata pelajaran

yang dapat dipakai oleh siswa dalam belajar. Setiap tahunnya para

siswa meminjam buku-buku pelajaran, yang dikembalikan pada

tahun berikutnya dengan syarat siswa dapat menjaga kerapihan dan

tidak merusak buku yang dipinjan. Hal ini sangat meringankan

siswa, karena siswa tidak harus mengeluarkan uang untuk membeli

buku-buku teks pelajaran. Saat ini perpustakaan dikelola oleh ibu

Elie Yutriati yang bekerja dibagian perlengkapan dan ibu Ernawati

di bagian pengagendaan.

e. Laboran

Page 6: BAB IV

55

Sekolah ini belum mempunyai laboran khusus. Sehingga

labor dipercayakan dan dikelola oleh guru bidang study yang

bersangkutan. Hal ini terkait dengan tanggung jawab terhadap

pemakaian media seperti mikroskop dan lain sebagainya. Alat-alat

labor disimpan rapi diruangan kantor guru biologi sebagai ruangan

khusus yang terpisah dengan ruangan guru-guru mata pelajaran

lainnya. Guru-guru bidang studi yang bertindak sebagai laboran

adalah:

1) Asniwati, S. Pd.

2) Hj. Enni Nilawati, S. Pd

3) Aidil Zamri

4) Wiedyawati, S. Pd

3. Sarana dan Prasarana

a. Tanah dan halaman

Tanah sekolah sepenuhnya milik negara. Luas areal

seluruhnya adalah 3102 m2. Sekitar sekolah dikelilingi oleh pagar

sepanjang 360 m. Keadaan tanah sekolah SMP Negeri 16

Pekanbaru:

Status : Milik negara

Luas tanah : 3102 m2

Luas banguanan : 2449 m2

Pagar : 477 m2

Page 7: BAB IV

56

b. Gedung sekolah

Bangunan sekolah pada umumnya dalam kondisi baik.

Jumlah ruang kelas untuk menunjang kegiatan belajar mengajar

memadai. Keadaan bangunan sekolah SMP Negeri 16 Pekanbaru:

Luas bangunan : 2449 m2

Ruang kepala sekolah : 1 baik

Ruang TU : 1 baik

Ruang guru : 1 baik

Ruang kelas : 18 baik

Ruang lab. IPA : 1 baik

Ruang perpustakaan : 1 baik

Ruang koperasi : 1 baik

Ruang BK : 1 baik

Ruang Komputer : 1 baik

Ruang keterampilan : 1 baik

Musholla : 1 baik

Ruang OSIS : 1 baik

Halaman olahraga : 1 baik

c. Lingkungan Sekolah

SMP Negeri 16 terletak di tengah kota Pekanbaru, tepatnya

di Jalan Cempaka Kelurahan Pulau Karam Kecamatan Sukajadi

Pekanbaru. SMP Negeri 16 letaknya dekat dengan pasar dan

Page 8: BAB IV

57

didukubg oleh mudahnya transportasi menuju sekolah. Disamping

itu, SMP Negeri 16 berdekatan dengan tempat pembuangan

sampah, sehingga baunya mempengaruhi KBM (Kegiatan Belajar

Mengajar) di sekolah. SMP Negeri 16 berdampingan dengan 2 SD

dan kantor dinas pendidikan dan kecamatan Sukajadi.

d. Keadaan Peserta Didik

Jumlah peserta didik pada tahun ajaran 2013-2014

seluruhnya berjumlah 746 orang. Penyebaran jumlah peserta didik

antar kelas merata. Peserta didik kelas VII sebanyak 6 rombongan

belajar, peserta didk pada kelas VIII ada 6 rombongan belajar, dan

kelas IX terdiri dari 6 rombongan balejar.

TABEL IV.3JUMLAH PESERTA DIDIK TAHUN AJARAN 2013-2014

KelasJumlah

Jumlah Laki-laki Perempuan

VII 135 118 253VIII 107 134 241IX 113 138 251

Jumlah 355 390 745

4. Kurikulum

Kurikulum dikenal sebagai suatu istiah dalam dunia

pendidikan sejak kurang lebih satu abad yang lampau. Kata kurikulum

bukan berasal dari bahasa Indonesia, tetapi berasal dari bahasa latin

yang kata dasarnya adalah “currere” yang berarti lapangan

perlombaan lari. Lapangan tersebut ada garis start dan batas finish.

Dalam pendidikan pengertian tersebut berarti bahwa bahan belajar

Page 9: BAB IV

58

sudah ditentukan secara pasti, dari mulai diajarkan dan kapan diakhiri,

dan bagaimana cara untuk menguasai bahan agar dapat mencapai

kelulusan. Kurikulum SMP Negeri 16 berawal dari kurikulum

1994,2004, KBK, dan sampai sekarang KTSP. Penyusunan kurikulum

berdasarkan atas kurikulum yang berlaku.

5. Visi dan Misi Sekolah

Visi Sekolah

Menjadikan SPM Negeri 16 Pekanbaru bermutu dalam proses

belajar aktif dalam keagamaan, terampil dalam berkreasi dan

bertindak serta mampu bersaing memasuki SMA/SMK Binaan/Plus.

Visi tersebut mencerminkan cita-cita sekolah yang berorientasi ke

depan dengan memperhatikan potensi kekinian, sesuai dengan norma

dan harapan masyarakat.

Untuk mewujudkannya, sekolah menentukan angkah-langkah

strategis yang dinyatakan dalam misi berikut :

Misi Sekolah

a. Melaksanakan proses belajar aktif yang efektif dan efisien.

b. Meningkatkan disiplin sekolah.

c. Meningkatkan aktifitas keagamaan keagamaan dilingkungan

sekolah.

d. Meningkatkan jumlah lulusan yang diterima di SMA/SMK

Binaan/Plus.

Page 10: BAB IV

59

e. Meningkatkan pembinaan ekstrakulikuler yang lebih efektif dan

efisien.

f. Menciptakan suasana sekolah yang kondusif.

g. Meningkatkan minat baca siswa.

B. Penyajian Data

Data yang akan dianalisis dalam penelitian ini adalah kemampuan

komunikasi matematika siswa setelah dilaksanakannya proses

pembelajaran selama 6 kali pertemuan dengan menerapkan pembelajaran

kooperatif dengan model Think-Pair-Share pada kelas eksperimen dan

membandingkan kemampuan komunikasi matematika tersebut dengan

kelas kontrol yang menerapkan pembelajaran konvensional. Berikut

penjelasan pelaksanaan perlakuan.

1. Pelaksanaan

a. Tahap Persiapan

Pada tahap ini peneliti mempersiapkan semua keperluan dalam

penelitian, yaitu merencanakan waktu penelitian dengan pihak

sekolah dan guru matematika di sekolah tersebut. Peneliti

mempersiapkan silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran

(RPP) kemudian membuat lembar kerja siswa (LKS) untuk setiap

pertemuan.

b. Tahap Pelaksanaan Pembelajaran di kelas

Page 11: BAB IV

60

Adapun kegiatan yang akan dilakukan peneliti adalah

dengan menggunakan pembelajaran kooperatif dengan model

Think-Pair-Share pada kelas VIII. Dalam penelitian ini, peneliti

menggunkan dua kelas yaitu kelas VIII6 sebagai kelas kontrol dan

kelas VIII5 sebagai kelas eksperimen. Pada kelas eksperimen

dilakukan pembelajaran dengan model Think-Pair-Share,

sedangkan pada kelas kontrol dilakukan pembelajaran

konvensional, yang keduanya dilakukan oleh peneliti yang dibantu

oleh guru bidang studi matematika sebagai observer.

Pertemuan ini dilakukan sebanyak 6 kali pertemuan pada

kelas eksperimen (12 x 40 menit) yang terdiri dari 5 pertemuan

menyajikan materi (10 x 40 menit) dan 1 pertemuan untuk

melakukan tes akhir (2 x 40 menit). Pada kelas kontrol pertemuan

dilakukan 5 kali (12 x 40 menit) yang terdiri dari 5 pertemuan

menyajikan materi (10 x 40 menit), dan 1 pertemuan untuk

melakukan tes akhir (2 x 40 menit).

1) Pertemuan Pertama

Pada pertemuan ini kegiatan pembelajaran berlangsung

selama 2 x 40 menit yang membahas tentang pengertian relasi

dan pengertiang fungsi.

Kegiatan pembelajaran dilaksanakan berdasarkan

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah disusun

sebelumnya oleh peneliti, termasuk menggunakan LKS

Page 12: BAB IV

61

sebagaimana yang telah peneliti siapkan sebelumnya. Sebelum

pembelajaran dimulai, peneliti menyiapkan instrumen penelitian

yang terdiri dari rencana pelaksanaan pembejaran (RPP), lembar

kerja siswa (LKS).

Peneliti masuk ke kelas dengan mengucapkan salam dan

dilanjutkan dengan memimpin doa di depan kelas sebelum

memulai aktivitas belajar. Kemudian dilanjutkan dengan

mengabsen siswa. Setelah peneliti mengetahui ada berapa orang

siswa yang tidak hadir, peneliti melanjutkan kegiatan dengan

mulai memberikan motivasi kepada siswa dan mengaitkan

dengan kehidupan sehari-hari maupun dengan materi yang akan

dipelajari. Setelah seluruh siswa mulai memperlihatkan

semangat belajar, peneliti melanjutkan kegiatan dengan

menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai pada hari

itu serta memberikan penjelasan mengenai strategi pembelajaran

baru yang akan digunakan selama proses belajar mengajar

dilaksanakan, yaitu strategi pembelajaran kooperatif dengan

model Think-Pair-Share.

Memasuki kegiatan inti, peneliti memberikan uraian

singkat mengenai materi pengertian relasi dan menyatakan relasi

dalam diagram panah, diagram cartesius dan pasangan berurut

dengan menuntun siswa untuk membuka pikiran dan

menemukan pengertian menurut ide sendiri. Peneliti meminta

Page 13: BAB IV

62

siswa untuk berpikir (Think) mengenai materi yang telah

dijelaskan dan meminta siswa membuat kesimpulan dari

penjelasan peneliti. Namun, karena merupakan pertemuan

pertama dalam menggunakan strategi, suasana kelas masih

sedikit canggung dan malu-malu. Setelah seluruh siswa

dianggap sudah memahami materi yang dijelaskan, peneliti

mengorganisir siswa ke dalam kelompok belajar dengan

beranggotakan hanya dua orang saja, masing-masinh kelompok

adalah siswa yang duduk berdekatan. Lalu peneliti membagikan

LKS sebagai penunjang belajar siswa yang di lengkapi dengan

soal dan contoh penyelesaiannya. Setelah semua pasangan siswa

dipastikan mendapatkan LKS, peneliti meminta pasangan siswa

untuk mengerjakan soal latihan melalui diskusi berpasangan

(Pair). Pada kegiatan berpasangan ini, terlihat beberapa

pasangan siswa yang masih belum bisa bekerja sama dengan

pasangannya, ada yang cenderung sibuk sendiri mengerjakan

soal tanpa memperdulikan pasangannya yang sibuk dengan

kegiatan dengan teman lainnya yang tidak bermanfaat karena

mereka tidak terbiasa untuk saling bekerja sama.

Dalam proses diskusi yang sedikit tidak kondusif

dikarenakan keadaan kelas yang ribut. Namun, peneliti tetap

mengontrol kegiatan siswa dan membantu pasangan siswa yang

mengalami kesulitan dalam mencari jawaban dari permasalahan

Page 14: BAB IV

63

yang diberikan. Setelah setiap kelompok menyelesaikan

tugasnya, serta saling mengajarkan kepada teman pasangan nya,

peneliti menyuruh satu kelompok untuk mempresentasikan hasil

diskusinya di depan Kelas (Share). Pada kali pertama presentasi

ini, tidak ada siswa yang bersedia maju walaupun namanya

anggota kelompoknya dipanggil, kebanyakan dari mereka malu

untuk berdiri didepan kelas, bahkan ada yang sampai

mengeraskan badannya ketika disuruh maju ke depan. Akhirnya

peneliti membuat kesepakatan dengan siswa yang

mengharuskan mereka untuk siap maju ke depan yaitu dengan

menentukan kelompok presentasi peneliti melalui pengundian

secara acak melalui nomor absen yang di sesuaikan dengan

waktu atau jam pada saat itu. Pemilihan kelompok presentasi

secara acak ini dilakukan supaya tidak ada kesan yang buruk

dari siswa apabila peneliti hanya menunjuk salah seorang siswa

saja, dan agar seluruh siswa memiliki kesiapan serta pemahaman

yang sama untuk maju ke depan kelas.

Dalam proses presentasi (Share), kelompok yang tampil

diserahkan sepenuhnya untuk menentukan siapa dari salah satu

pasangan yang menjelaskan di depan. Bagi kelompok yang

kurang paham dengan penjelasan kelompok yang

mempresentasikan, diperbolehkan untuk bertanya kepada

Page 15: BAB IV

64

kelompok yang mempresentasikan apabila ada hal-hal yang

tidak dipahami.

Pada akhir pertemuan peneliti bersama dengan siswa

peneliti menyimpulkan materi yang telah dipelajari. Selanjutnya,

peneliti memberikan tugas rumah (PR) beberapa soal dari buku

pegangan dan meminta siswa untuk membaca materi yang akan

dipelajari dipertemuan yang akan datang.

2) Pertemuan Kedua

Pada pertemuan kedua pembelajaran dilaksanakan

selama 2 x 40 menit. Pembelajaran tetap dilaksanakan

berdasarkan RPP yang berorientasi pembelajaran kooperatif

dengan model Think-Pair-Share.

Peneliti masuk dengan mengucapkan salam dan

dilanjutkan mengabsen kehadiran siswa dan menanyakan kabar

setiap siswa yang tidak hadir pada pertemuan kemarin. Pada

pertemuan ini seluruh siswa hadir mengikuti proses

pembelajaran. Peneliti memberikan motivasi untuk

meningkatkan semangat belajar siswa dan mengingatkan

kembali materi pelajaran pada pertemuan sebelumnya sekaligus

bertanya kepada siswa mengenai kesulitan dalam mengerjakan

tugas yang diberikan pada pertemuan sebelumnya dan meminta

siswa memilih beberapa soal yang dianggap sulit untuk dibahas

bersama lalu mengumpulkan tugas ke depan kelas.

Page 16: BAB IV

65

Selanjutnya peneliti memulai menjelaskan tujuan

pembelajaran pada hari ini dan menekankan strategi yang akan

digunakan kembali yaitu pembelajaran kooperatif dengan model

Think-Pair-Share. Peneliti menyampaikan materi secara singkat

mengenai pengertian fungsi, menyatakan fungsi dalam diagram

panah, diagrang cartesius, pasangan berurut dan menentukan

banyak fungsi dari dua himpunan serta korespondensi satu-satu

dan meminta siswa untuk memikirkan materi yang akan

dipelajari dan membuat kesimpulan sendiri menurut pemahaman

siswa (Think). Siswa kembali diorganisir dalam kelompok-

kelompok berpasangan (Pair) untuk mendiskusikan tugas LKS

yang akan peneliti bagikan. Pada kegiatan berpasangan kali ini,

ada beberapa siswa yang lebih memilih menyalin tugas teman

dari kelompok lain dikarenakan mereka kurang nyaman dengan

teman pasangan satu kelompoknya. Namun, peneliti tetap

keliling kelas untuk mengontrol kegiatan diskusi mereka yang

harus mereka lakukan dengan pasangan satu kelompoknya,

karena itu peneliti meminta siswa untuk duduk kembali dalam

kelompok masing-masing.

Dilanjutkan dengan kegiatan Presentasi, peneliti kembali

memilih satu kelompok presentasi melalui cara permainan.

mulai terlihat antusias siswa karena merasa termotivasi dengan

permainan yang diberikan dan siswa yang mendapatkan giliran

Page 17: BAB IV

66

presentasi ke depan maju dengan senang hati. Setelah kelompok

penyaji selesai membahas tugas didepan kelas, peneliti

menanyakan kembali pemahaman siswa mengenai masalah yang

dibahas, peneliti mencoba mengulangi lagi penjelasan secara

singkat dan bertanya kepada siswa apakah ada bagian yang

belum di mengerti. setelah siswa dianggap memahami

penjelasan penyaji, peneliti mempersilahkan kelompok penyaji

untuk kembali ke tempat.

Pada akhir pertemuan dikarenakan keadaan kelas yang

agak ribut karena ada beberapa siswa dari kelas lain yang sudah

keluar dan memancing siswa yang ada di dalam kelas untuk

keluar istirahat juga, sehingga sulit bagi peneliti untuk mengajak

siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari, peneliti hanya

dapat bertanya mengenai pemahaman siswa lalu peneliti

meminta siswa untuk membaca materi yang akan dipelajari

dipertemuan yang akan datang dan menutup pelajaran dengan

mengucapkan salam.

3) Pertemuan Ketiga

Peada pertemuan ketiga pembelajaran dilaksanakan

selama 2 x 40 menit. Pembelajaran tetap dilaksanakan

berdasarkan RPP yang berorientasi pembelajaran kooperatif

dengan model Think-Pair-Share.

Page 18: BAB IV

67

Peneliti masuk dengan mengucapkan salam dan

dilanjutkan mengabsen kehadiran siswa. Terdapat beberapa

siswa yang tidak hadir karena sakit. Peneliti memberikan

motivasi untuk meningkatkan semangat belajar siswa dan

mengingatkan kembali materi pelajaran pada pertemuan

sebelumnya sekaligus bertanya kepada siswa apakah ada siswa

yang sudah membaca materi yang akan dipelajari.

Selanjutnya, peneliti memulai menjelaskan tujuan

pembelajaran dan menekankan kembali strategi yang akan

digunakan yaitu pembelajaran kooperatif dengan model Think-

Pair-Share. Peneliti menyampaikan materi merumuskan fungsi,

varabel bebas dan bergantung serta grafik fungsi secara singkat

dan meminta siswa untuk memikirkan materi yang akan

dipelajari dan membuat kesimpulan sendiri menurut pemahaman

siswa (Think). Siswa kembali diorganisir dalam kelompok-

kelompok berpasangan (Pair) untuk mendiskusikan tugas LKS

yang akan peneliti bagikan. Pada kegiatan berpasangan kali ini

peneliti sedikit memberikan penekanan bahwa semua siswa

adalah teman baik, semuanya adalah saudara, jadi tidak ada

siswa yang tidak mau bekerja sama dengan pasangan satu

kelompoknya, semua harus menerima pasangan kelompok yang

telak ditetapkan oleh peneliti yang sesuai dengan posisi duduk

mereka. Mulai terlihat kekompakan dalam membahas LKS

Page 19: BAB IV

68

walaupun suasana masih sedikit ramai karena suara siswa yang

berdiskusi.

Peneliti berkeliling kelas untuk mengontrol kegiatan

diskusi dengan pasangan satu kelompoknya, dan membimbing

siswa apabila terdapat pasangan siswa yang kurang mengerti.

Dilanjutkan dengan kegiatan presentasi di depan kelas (Share),

peneliti satu kelompok presentasi melalui cara permainan. Pada

pertemuan ini terlihat antusias siswa karena merasa bersaing

untuk mendapatkan giliran presentasi kedepan karena peneliti

mengatakan diawal bahwa siswa yang presentasi di depan

adalah siswa yang berani dan menjadi jagoan. Setelah kelompok

penyaji selesai membahas tugas didepan kelas, peneliti

menanyakan kembali pemahaman siswa mengenai masalah yang

dibahas, peneliti mencoba mengulangi lagi penjelasan secara

singkat dan bertanya kepada siswa apakah ada bagian yang

belum di mengerti. setelah siswa dianggap memahami

penjelasan penyaji, peneliti mempersilahkan kelompok penyaji

untuk kembali ke tempat.

Pada akhir pertemuan guru tidak memiliki waktu untuk

menyimpulkan bersama siswa dikarenakan waktu yang tidak

cukup karena terpakai untuk pengumpulan sumbangan duka cita

10 menit diawal pembelajaran dan guru pelajaran selanjutnya

sudah menunggu di depan kelas. Sebelum menutup pelajaran

Page 20: BAB IV

69

peneliti mananyakan kembali pemahaman anak dan memberikan

mereka beberapa soal untuk dijadikan PR agar lebih

memantapkan pemahaman mereka mengenai materi yang telah

dibahas. Peneliti menutup pertemuan dengan mengucapkan

salam.

4) Pertemuan Keempat

Pada pertemuan keempat pembelajaran tetap

dilaksanakan selama 2 x 40 menit. Pembelajaran dilaksanakan

berdasarkan RPP yang berorientasi pembelajaran kooperatif

dengan model Think-Pair-Share.

Peneliti masuk dengan mengucapkan salam dan

dilanjutkan mengabsen kehadiran siswa. Terdapat beberapa

siswa yang tidak hadir tanpa keterangan. Peneliti kembali

memberikan motivasi untuk meningkatkan semangat belajar

siswa dan mengingatkan kembali materi pelajaran pada

pertemuan sebelumnya sekaligus bertanya kepada siswa

mengenai soal yang diberikan sebagai PR dan bertanya apakan

ada soal yang perlu dibahas bersama, ternyata siswa mengatakan

sudah paham dengan semua PR yang diberikan, sehingga

peneliti meminta siswa langsung mengumpulkan PR di depan

kelas.

Selanjutnya peneliti memulai menjelaskan tujuan

pembelajaran pada hari ini dan menekankan kembali strategi

Page 21: BAB IV

70

yang akan digunakan masih sama yaitu pembelajaran kooperatif

dengan model Think-Pair-Share. Peneliti menyampaikan materi

menghitung nilai suatu fungsi dan tabel fungsi serta perubahan

nilai suatu fungsi secara singkat dan meminta siswa untuk

memikirkan materi yang akan dipelajari dan membuat

kesimpulan sendiri menurut pemahaman siswa (Think). Siswa

kembali diorganisir dalam kelompok-kelompok berpasangan

(Pair) untuk mendiskusikan tugas LKS yang akan peneliti

bagikan. Pada kegiatan berpasangan kali ini sudah terlihat

kekompakan siswa untuk bekerjasama dengan pasangannya dan

saling membantu apabila masih ada yang belum dipahami.

semua siswa sudah terlihat antusias dan bersemangat menjalani

proses belajar. Bahkan terdapat siswa yang sengaja mengejar

peneliti karena merasa kurang paham dengan materi dalam LKS

dan kembali pada pasangannya lalu mendiskusikan lagi LKS

bersama pasangannya.

Peneliti kembali berjalan keliling kelas untuk

mengontrol kegiatan diskusi siswa dengan pasangan satu

kelompoknya, dan membimbing siswa apabila terdapat

pasangan siswa yang kurang mengerti. Kemudian kegiatan

presentasi di depan kelas (Share), peneliti satu kelompok

presentasi melalui cara yang berbeda dengan sebelumnya, yaitu

dengan memanggil nama siswa berdasarkan absen, lalu meminta

Page 22: BAB IV

71

pasangannya yang maju untuk presentasi. Sudah terlihat antusias

siswa untuk mendapatkan giliran presentasi kedepan.

Setelah kelompok penyaji selesai membahas tugas

didepan kelas, peneliti menanyakan kembali pemahaman siswa

mengenai masalah yang dibahas, peneliti mencoba mengulangi

lagi penjelasan secara singkat dan bertanya kepada siswa apakah

ada bagian yang belum di mengerti. Setelah siswa dianggap

memahami penjelasan penyaji, peneliti mempersilahkan

kelompok penyaji untuk kembali ke tempat. Pada pertemuan

kali ini siswa sudah memperlihatkan kemajuan dalam hal

antusias menerima materi, semangat bekerja sama, dan

keberanian untuk berbicara maju didepan kelas untuk

menjelaskan hasil diskusi bersama pasangannya.

Pada akhir pertemuan, peneliti menyimpulkan materi

yang telah dibahas bersama siswa, dan meminta siswa untuk

membuat kesimpulan sendiri sesuai dengan pemahaman siswa.

Sebelum menutup pelajaran peneliti mananyakan kembali

pemahaman anak dan memberikan mereka beberapa soal untuk

dijadikan PR agar lebih memantapkan pemahaman mereka

mengenai materi yang telah dibahas. Peneliti menutup

pertemuan dengan mengucapkan salam.

5) Pertemuan Kelima

Page 23: BAB IV

72

Pada pertemuan kelima pembelajaran dilaksanakan

selama 2 x 40 menit. Pembelajaran dilaksanakan berdasarkan

RPP yang berorientasi pembelajaran kooperatif dengan model

Think-Pair-Share.

Peneliti masuk dengan mengucapkan salam dan

dilanjutkan mengabsen kehadiran siswa. Seluruh siswa hadir

mengikuti pelajaran. Peneliti kembali memberikan motivasi

untuk meningkatkan semangat belajar siswa dan mengingatkan

kembali materi pelajaran pada pertemuan sebelumnya sekaligus

bertanya kepada siswa mengenai soal yang diberikan sebagai PR

dan bertanya apakah ada soal yang perlu dibahas bersama,

setelah membahas soal yang dianggap sulit peneliti meminta

siswa untuk mengumpulkan PR di depan kelas.

Selanjutnya peneliti memulai menjelaskan tujuan

pembelajaran pada hari ini dan menekankan kembali strategi

yang akan digunakan masih sama yaitu pembelajaran kooperatif

dengan model Think-Pair-Share. Peneliti menyampaikan materi

menentukan nilai dan menentukan bentuk suatu fungsi secara

singkat dan meminta siswa untuk memikirkan materi yang akan

dipelajari dan membuat kesimpulan sendiri menurut pemahaman

siswa (Think). Siswa kembali diorganisir dalam kelompok-

kelompok berpasangan (Pair) untuk mendiskusikan tugas LKS

yang akan peneliti bagikan. Pada kegiatan berpasangan kali ini

Page 24: BAB IV

73

sudah terlihat kekompakan siswa untuk bekerjasama dengan

pasangannya dan saling membantu apabila masih ada yang

belum dipahami. Semua siswa sudah terlihat antusias dan

bersemangat menjalani proses belajar. Terlihat beberapa siswa

yang memberikan penjelasan kepada pasangannya yang belum

sepenuhnya paham mengenai materi yang diberikan.

Peneliti kembali berkeliling kelas untuk mengontrol

kegiatan diskusi siswa dengan pasangan satu kelompoknya, dan

membimbing siswa apabila terdapat pasangan siswa yang

kurang mengerti. Dilanjutkan dengan kegiatan presentasi di

depan kelas (Share), peneliti memilih satu kelompok presentasi

melalui cara yang sama dengan sebelumnya, yaitu dengan

memanggil nama siswa berdasarkan absen, lalu meminta

pasangannya yang maju untuk presentasi. Sudah terlihat antusias

siswa untuk mendapatkan giliran presentasi ke depan.

Setelah kelompok penyaji selesai membahas tugas

didepan kelas, peneliti menanyakan kembali pemahaman siswa

mengenai masalah yang dibahas, peneliti mencoba mengulangi

lagi penjelasan secara singkat dan bertanya kepada siswa apakah

ada bagian yang belum di mengerti. Setelah siswa dianggap

memahami penjelasan penyaji, peneliti mempersilahkan

kelompok penyaji untuk kembali ke tempat. Pada pertemuan

kali ini siswa sudah cukup berani berbicara mengenai apa yang

Page 25: BAB IV

74

belum dipahami, dan memberikan penjelasan yang sesuai

dengan yang dipahami. Siswa sudah memperlihatkan kemajuan

dalam hal antusias menerima materi, semangat bekerja sama,

dan keberanian untuk berbicara maju didepan kelas untuk

menjelaskan hasil diskusi bersama pasangannya.

Pada akhir pertemuan, peneliti tidak memiliki waktu

banyak untuk menyimpulkan materi yang telah dibahas bersama

siswa, namun peneliti memberikan pengumuman bahwa pada

pertemuan selanjutnya akan diadakan ujian tes akhir dari bab

fungsi tersebut untuk mengetahui apakah siswa memiliki

peningkatan dalam komunikasi matematika yaitu dalam hal

menggambar, menuliskan penyelesaian soal serta membuat

permodelan dari apa yang diketahui soal yang sesuai dengan

materi yang telah dipelajari sebelumnya. Dengan antusiasnya

siswa meminta peneliti memberikan beberapa soal latihan untuk

dikerjakan dirumah sebagai bahan belajar menjelang ujian pada

pertemuan selanjutnya. Sebelum menutup pelajaran peneliti

memberikan motivasi kepada siswa bahwa siapa yang ingin

berhasil harus berhasil dengan usahanya sendiri yaitu dengan

belajar dirumah agar dapat menjawab soal ujian nantinya.

Peneliti menutup pertemuan dengan mengucapkan salam.

6) Pertemuan Keenam

Page 26: BAB IV

75

Peneliti masuk dan mengucapakan salam yang

dilanjutkan dengan mengabsen siswa yang hadir untuk

mengikuti ujian. Kemudian peneliti bertanya kepada siswa,

apakah siswa sudah belajar untuk ujian pada hari ini. Setelah

seluruh siswa dipastikan siap mengikuti ujian peneliti meminta

agar siswa menyusun kursi dan menjarakkan kursi-kursi yang

berdekatan, kemudian peneliti membagikan soal-soal ulangan

untuk mengetes kemampuan siswa setelah diterapkan strategi

pembelajaran kooperatif dengan model Think-Pair Share. Ujian

akhir dilaksanakan selama 2 jam x 40 menit. Setelah ujian

selesai, peneliti mengucapkan terima kasih kepada seluruh siswa

karena sudah bekerja sama dan memberikan kenang-kenangan

kepada seluruh siswa.

C. Analisis Data

Data yang akan dianalisis oleh peneliti adalah data kemampuan

komunikasi matematika siswa dengan menerapkan pembelajaran

kooperatif dengan model pembelajaran Think-Pair-Share pada kelas

eksperimen dan membandingkannya dengan hasil yang diperoleh oleh

kelas kontrol. Sebelum dilakukan perlakuan terlebih dahulu peneliti

memberikan tes kemampuan awal (pretes) kepada siswa untuk

mengetahui kemampuan awal siswa. Kemudian dilakukan uji

homogenitas, uji normalitas dan test-t terhadap hasil pretes kelas

Page 27: BAB IV

76

eksperimen dan kelas kontrol yang akan diberikan tindakan. Berikut akan

dijelaskan secara singkat mengenai uji homogenitas, uji normalitas, dan

test-t terhadap kelas eksperimen dan kelas kontrol sebelum diberikan

perlakuan.

1. Kemampuan Awal

a. Uji Homogenitas

Uji homogenitas yang peneliti lakukan terhadap hasil tes

kemampuan awal (pretes) yang peneliti lakukan sebelum

memasuki pertemuan pertama pada materi pelajaran yang akan di

lakukan penelitian yaitu materi Fungsi dan Relasi. Uji

homogenitas melakukan uji varians terbesar dibanding varians

terkecil dengan menggunakan tabel F.

Setelah dilakukan analisis menggunakan uji F, diperoleh

nilai Fhitung yaitu 1,1503, sedangkan untuk nilai F tabel = 1,69. Maka

Fhitung lebih kecil dari Ftabel. Dapat disimpulkan bahwa varians

tersebut adalah homogen. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat

pada lampiran (lampiran F3).

b. Uji Normalitas

Untuk selanjutnya, nilai kemampuan awal (pretes) diolah

dengan menggunakan rumus Liliefors untuk melakukan pengujian

normalitas bagi kelas eksperimen dan kelas kontrol.

Berdasarkan hasil analisis, diperoleh nilai Dhitung

kelas eksperimen sebesar 0,1043 sedangkan untuk

Page 28: BAB IV

77

nilai Dhitung kelas kontrol sebesar 0,1272. Harga Dtabel

dalam taraf signifikansi 5% untuk kelas eksperimen

dan kelas kontrol adalah 0,140. Dengan demikian

kedua kelas memiliki Dhitung < Dtabel, maka dapat

dikatakan bahwa data berasal dari populasi yang

berdistribusi normal. Perhitungan selengkapnya

dapat dilihat pada lampiran (lampiran F3).

c. Analisis Data Dengan Test-t

Setelah data kedua kelas dipastikan homogen dan

berdistribusi normal, maka dilanjutkan dengan melakukan analisis

dengan test-t terhadap nilai hasil tes kemampuan awal (pretes)

untuk mengetahui bahwa data dari kedua kelas tidak memiliki

perbedaan yang signifikan.

Berdasarkan hasil analisis test t diperoleh nilai t0 = 0,467.

Dilanjutkan dengan menentukan df dengan rumus df = Nx + Ny – 2

= 40 + 40 – 2 = 78 dan dikonsultasi pada table nilai ttabel. Dalam

tabel tidak terdapat df = 78, oleh karena itu digunakan df yang

mendekati 78 yaitu df = 80. Dengan df = 80 dan taraf signifikan

5% di peroleh ttabel = 1,99. Jadi dapat disimpulkan bahwa t0 < ttabel,

hal itu berarti benar bahwa tidak ada perbedaan kemampuan

komunikasi matematika siswa antara kedua kelas. Setelah data

hasil tes kemampuan awal (pretes) kedua kelas sudah dibuktikan

homogenitas, berdistribusi normal, dan tidak memiliki perbedaan,

Page 29: BAB IV

78

maka dapat dilanjutkan dengan memberikan perlakuan terhadap

kelas eksperimen dan pembelajaran konvensional pada kelas

kontrol. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran

(lampiran F4).

Pada akhir pertemuan dilakukan tes kemampuan akhir

(postes). Sesuai dengan data yang diperoleh, maka analisis data

dilakukan dengan menggunakan Test-t. Namun sebelum melakukan

analisis hasil postes dengan Test-t, terdapat beberapa syarat yang

harus terpenuhi, yaitu melakukan uji homogenitas dan uji

normalitas terhadap nilai hasil tes kemampuan akhir (postes) yang

dilakukan setelah tindakan. Berikut akan dijelaskan secara singkat

mengenai uji homogenitas dan uji normalitas terhadap nilai postes

kedua kelas.

2. Kemampuan Akhir

1. Uji Homogenitas

Uji Homogenitas yang dilakukan oleh peneliti adalah uji

varians terbesar dibanding varians terkecil dengan menggunakan

tabel F. Pengujian homogenitas yang peneliti lakukan adalah dari

hasil tes kemampuan akhir (postes).

Berdasarkan hasil analisis tersebut, diperoleh nilai Fhitung =

1,0809, sedangkan nilai Ftabel = 1,69. Maka nilai Fhitung < nilai Ftabel.

Dapat disimpulkan bahwa varians tersebut adalah homogen.

Page 30: BAB IV

79

Perhitungan lengkapnya dapat dilihat pada lampiran (lampiran

G3).

2. Uji Normalitas

Selanjutnya dilakukan uji normalitas dengan Liliefors

terhadap nilai kemampuan akhir (postes). Berdasarkan analisis uji

normalitas tersebut, dapat diketahui bahwa nilai hitung D pada

kelas eksperimen sebesar 0,0985, sedangkan nilai hitung D untuk

kelas kontrol adalah sebesar 0,1356. Besar Nilai Tabel D dengan

signifikansi 5% untuk kelas eksperimen adalah sebesar 0,140,

begitu juga untuk kelas kontrol yang memiliki jumlah sampel

yang sama yaitu sebesar 0,140. Maka dapat disimpulkan bahwa

data yang berasal dari populasi kelas eksperimen dan kelas

kontrol adalah berdistribusi normal. Perhitungan selengkapnya

dapat dilihat pada lampiran (lampiran G3).

3. Analisis data dengan “Test-t”

Setelah memenuhi kedua syarat yaitu data harus homogen

dan berdistribusi normal, dapat dilanjutkan dengan melakukan

Test-t terhadap hasil tes kemampuan akhir (postes). Berdasarkan

hasil analisis test t diperoleh nilai t0 = 2,085. Dilanjutkan dengan

menentukan df dengan rumus df = Nx + Ny – 2 = 40 + 40 – 2 = 78

dan dikonsultasi pada table nilai ttabel. Dalam tabel tidak terdapat

df = 78, oleh karena itu digunakan df yang mendekati 78 yaitu df

Page 31: BAB IV

80

= 80. Dengan df = 80 dan taraf signifikan 5% di peroleh t tabel =

1,99.

Dengan demikian, to lebih besar dari ttabel, maka Ha

diterima dan H0 ditolak, yang berarti terdapat perbedaan antara

variabel X dengan variabel Y. Kesimpulannya adalah terdapat

perbedaan kemampuan komunikasi matematika antara siswa yang

menggunakan pembelajaran kooperatif dengan model Think-Pair-

Share dengan kemampuan komunikasi matematika siwa yang

menggunakan pembelajaran Konvensional. Hasil perhitungan

selengkapnya dapat dilihat pada lampiran (lampiran G4).

D. Pembahasan

1. Perbedaan kemampuan komunikasi matematika antara siswa yang menggunakan pembelajaran kooperatif dengan Model Think-Pair-Share dengan siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional

Untuk melihat apakah terdapat perbedaan kemampuan

komunikasi matematika antara siswa yang menggunakan

pembelajaran kooperatif dengan Model Think-Pair-Share dan siswa

yang menggunakan pembelajaran konvensional dilakukan analisis

menggunakan test t. Berdasarkan hasil analisis tersebut diperoleh hasil

nilai t0 = 2,085, lebih besar dibandingkan nilai ttabel untuk taraf

signifikansi 5% yaitu 1,99, maka dapat disimpukan bahwa terdapat

perbedaan kemampuan komunikasi matematika antara siswa yang

Page 32: BAB IV

81

menerapkan pembelajaran kooperatif denga model think-pair-share

dengan siswa yang menerapkan pembelajaran konvensional.

Berdasarkan observasi selama proses pembelajaran

berlangsung, model pembelajaran Think-Pair-Share ini mampu

memunculkan keberanian siswa untuk tampil di depan kelas,

menyelesaikan soal dan menjelaskannya secara sistematis kepada

teman-teman siswa yang lainnya, siswa juga bersemangat untuk

mencari solusi bersama pasangan kelompok dalam diskusi, sehingga

memotivasi siswa untuk bisa lebih aktif dalam proses pembelajaran.

2. Perbedaan kemampuan komunikasi matematika siswa dengan menggunakan pembelajaran kooperatif dengan model think-pair-share di SMP Negeri 16 Pekanbaru

Terdapatnya perbedaan kemampuan komunikasi matematika

siswa dengan menggunakan pembelajaran kooperatif dengan model

think-pair-share, hal itu terbukti melalui hasil uji peningkatan N-Gain

yang dilakukan terhadap nilai pretes dan postes siswa pada kelas

eksperimen yang memperlihatkan peningkatan kemampuan

komunikasi matematika siswa dengan perolehan rata-rata nilai g =

0,607 dengan kategori sedang. Uji peningkatan dengan N-Gain juga

dilakukan terhadap nilai pretes dan postes kelas kontrol yang

memperoleh nilai rata-rata g = 0,432 dengan kategori sedang. Hasil

analisis tersebut memperlihatkan bahwa kelas eksperimen yang

diberikan perlakuan memperoleh peningkatan lebih tinggi

Page 33: BAB IV

82

dibandingkan dengan peningkatan pada kelas kontrol, meskipun kedua

kelas sama-sama mangalami peningkatan kemampuan komunikasi

dalam kategori sedang, namun kelas eksperimen tetap mengalami

peningkatan yang lebih tinggi, terlihat dari nilai rata-rata g lebih tinggi

dari kelas kontrol yaitu 0,607.

Sesuai dengan hasil test- t yang menyimpulkan bahwa terdapat

perbedaan kemampuan komunikasi matematika antara siswa yang

menerapkan pembelajaran kooperatif dengan model Think-Pair-Share

(eksperimen) dan siswa yang menerapakan pembelajaran

konvensional (kontrol). Dengan nilai rata-rata kelas eksperimen yaitu

66,375, lebih tinggi dibandingkan nilai rata-rata kelas kontrol yaitu

53,875. Hal itu membuktikan bahwa pembelajaran kooperatif dengan

model Think-Pair-Share memiliki pengaruh yang signifikan terhadap

kemampuan komunikasi matematika siswa kelas VIII SMP Negeri16

Pekanbaru.

3. Temuan Penelitian

Berdasarkan hasil observasi selama proses pembelajaran di

kelas eksperimen berlangsung, dari tiga indikator komunikasi yang

diteliti oleh peneliti, yaitu kemampuan menggambar, menulis dan

mengekspresikan matematika, terlihat peningkatan yang paling tinggi

pada kemampuan menggambar dan menulis matematika. Hal ini

terlihat dari kemampuan siswa dalam membuat grafik dan melakukan

penyelesaian soal dengan sistematis. Pada awal pembelajaran siswa

Page 34: BAB IV

83

sulit menggambarkan sebuah grafik melalui sebuah fungsi yang

diberikan, siswa masih kebingungan dalam menentukan skala dan

letak titik pada diagram. Namun, setelah proses pembelajaran dengan

diikuti banyak latihan siswa mulai mengerti bagaimana mengatur

skala pada grafik dan menentukan sebuah nilai fungsi. Peningkatan

juga terlihat pada kemampuan anak dalam bekerja sama dan

keberanian anak untuk tampil di depan kelas memberikan penjelasan

secara sistematis kepada teman-temannya. Karena dalam

pembelajaran ini siswa wajib tampil di depan kelas, sehingga masing-

masing siswa lebih bersemangat untuk memahami materi agar dapat

tampil di depan kelas dengan baik. Berbeda dengan kelas eksperimen,

pada kelas kontrol yang melakukan pembelajaran secara

konvensional, tidak ada kegiatan siswa berdiskusi dan siswa juga tidak

dituntut untuk tampil di depan kelas untuk menjelaskan hasil diskusi.

Oleh karena itu, hanya beberapa siswa saja yang terlihat serius

mengerjakan pekerjaan dari guru, sedangkan siswa yang lain hanya

menunggu hasil pekerjaan temannya. Tidak adanya kewajiban siswa

tampil didepan kelas, membuat siswa tidak termotivasi untuk

memahami materi, karena jika dibandingkan dengan kelas

eksperimen, semua siswa memiliki giliran untuk tampil dan

menjelaskan dalam kegiatan share dan dipilih secara acak, maka siswa

termotivasi dan lebih semangat untuk memahami materi agar tidak

mengecewakan ketika tampil di depan kelas.

Page 35: BAB IV

84

Demikianlah pembahasan hasil analisis yang menunjukkan

adanya perbedaan kemampuan komunikasi matematika antara siswa

yang menerapkan pembelajaran kooperatif dengan model Think-Pair-

Share dengan siswa yang menerapkan pembelajaran konvensional.

Dengan demikian penelitian ini mendukung penelitian terdahulu yang

telah dilakukan oleh Depi Fitriani yang menghasilkan kesimpulan

bahwa pembelajaran kooperatif dengan menggunakan pendekatan

struktural Think-Pair-Share dapat meningkatkan hasil belajar siswa.