Post on 26-Jul-2015
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menguji tiga buah hipotesis yaitu hubungan
antara environmental performance dengan financial performance;
environmental performance dengan CSR disclosure sehingga penelitian ini
termasuk penelitian kausal yaitu penelitian yang dimaksudkan untuk
mengungkapkan permasalahan berupa hubungan pengaruh antar variable
(Sularso, 2003:30). Penelitian ini bersifat cross sectional, karena penelitian
ini hanya mengambil sampel waktu dan kejadian pada suatu saat tertentu,
yaitu pada tahun 2006– 2009.
B. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel
Populasi adalah keseluruhan kelompok, peristiwa atau suatu ketertarikan
yang ingin diselidiki oleh peneliti. Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh perusahaan industri manufaktur dan non manufaktur yang tercatat di
Bursa Efek Indonesia (BEI). Penggunaan perusahaan yang tercatat di BEI
sebagai populasi karena perusahaan tersebut mempunyai kewajiban untuk
menyampaikan laporan tahunan kepada pihak luar perusahaan, sehingga
memungkinkan data laporan tahunan tersebut diperoleh dalam penelitian ini.
Sedangkan sampel adalah subkelompok atau sebagian dari populasi. Dengan
mempelajari sampel, peneliti akan mampu menarik kesimpulan yang dapat
digeneralisasikan terhadap populasi penelitian (Sekaran, 2000). Sampel
20
21
dalam penelitian ini adalah industri manufaktur, pertambangan umum, migas
dan kehutanan go-pubic yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang
mengikuti Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan dalam
Pengelolaan Lingkungan Hidup (PROPER) pada tahun 2006-2010.
Penentuan sampel dalam penelitian ini menggunakan purposive sampling,
yang berarti sampel ditarik sejumlah tertentu dari populasi dengan
menggunakan pertimbangan tertentu. Dalam hal ini sampel yang diambil
harus memenuhi karakteristik yang disyaratkan. Secara umum, karakteristik
tersebut adalah sebagai berikut :
1. Industri sampel adalah industri yang bergerak dibidang manufaktur,
pertambangan umum, migas dan kehutanan yang go public dan terdaftar di
Bursa Efek Indonesia serta menerbitkan laporan keuangan (annual report)
pada tahun 2006-2009
2. Perusahaan yang dipilih sebagai sampel adalah industri yang bergerak
dibidang manufaktur, pertambangan umum, migas dan kehutanan yang
telah mengikuti Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan dalam
Pengelolaan Lingkungan Hidup tahun 2006-2010.
Alasan diambilnya keempat jenis industri tersebut sebagai sampel adalah
industri tersebut juga memiliki tingkat resiko lingkungan yang tinggi karena
bahan baku untuk proses produksi diambil langsung dari alam.
C. Data dan Metode Pengumpulan Data
Secara umum data penelitian dikelompokkan menjadi dua, yaitu data
primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh secara
22
langsung dari responden. Data sekunder adalah data yang diperoleh secara
tidak langsung dari responden (Sekaran, 2006). Data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah data sekunder yaitu data yang dibuat atau dikumpulkan
oleh pihak luar (Sekaran, 2000:211). Penelitian ini menggunakan data
sekunder berupa laporan tahunan (yang diterbitkan perusahaan go public)
perusahaan yang bergerak dibidang industri manufaktur, pertambangan
umum, migas dan kehutanan pada tahun 2006, 2007, 2008, 2009 yang
diperoleh dari Indonesia Stock Exchange.
Metode pengumpulan data yang akan digunakan untuk dianalisis dalam
penelitian ini adalah metode dokumenter, karena data yang dikumpulkan
adalah data sekunder dalam bentuk laporan keuangan perusahaan yang
dijadikan subjek penelitian.
D. Variabel Penelitian
1. Variabel dependen: Economic Performance dan CSR Disclosure
a. Economic performance.
Menurut Al-Tuwaijri, et al. (2004) dalam Ignatius Bondan Suratno,
Darsono, Siti Mutmainah (2006) economic performance dinyatakan dalam
skala hitung:
(P1 – P0 ) + Div - MeRI
P0
Keterangan :
P1 = harga saham akhir tahun
23
P0 = harga saham awal tahun
Div = pembagian dividen
MeRI = median return industry
b. CSR Disclosure
Pendekatan untuk menghitung CSRI pada dasarnya menggunakan
pendekatan dikotomi yaitu setiap item CSR dalam instrumen penelitian
diberi nilai 1 jika diungkapkan, dan nilai 0 jika tidak diungkapkan
(Haniffa dan Cooke dalam Bramer S Pavelin, 2006). Selanjutnya, skor
dari setiap item dijumlahkan untuk memperoleh keseluruhan skor
untuk setiap perusahaan. Rumus perhitungan CSRI adalah sebagai
berikut: (Haniffa dan Cooke dalam Bramer S Pavelin, 2006)
Keterangan:
CSRIj : Corporate Social Responsibility Disclosure Index
perusahaan j
nj : jumlah item untuk perusahaan j, nj ≤ 78
Xij : dummy variable, 1 = jika item i diungkapkan; 0 = jika item
i tidak diungkapkan
Dengan demikian, 0 ≤ CSRIj ≤ 1.
2. Variabel Independen: Environmental Performance
24
Environmental Performance menurut Ignatius Bondan Suratno, Darsono,
Siti Muthmainah (2006) adalah kinerja perusahaan dalam menciptakan
lingkungan yang baik (green). Environmental performance perusahaan
diukur dari prestasi perusahaan mengikuti program PROPER yang
merupakan salah satu upaya yang dilakukan oleh Kementrian Lingkungan
Hidup (KLH) untuk mendorong penataan perusahaan dalam pengelolaan
lingkungan hidup melalui instrument informasi. Environmental
Performance yang diproksi dengan rating kinerja PROPER dalam lima
kode warna rating dari mulai yang terbaik sampai industry dengan kinerja
lingkungan terburuk yaitu: emas, hijau, biru, merah, dan hitam.
3. Variabel Kontrol
Variabel kontrol yang ditetapkan dalam penelitian ini diukur seperti pada
uraian di bawah:
a. Growth Opportunities, diukur dengan rasio pasar saham terhadap nilai
buku modal saham sebagai proksi untuk peluang pertumbuhan masa
depan.
Growth Opportunities = Nilai Pasar Ekuitas x 100%
Nilai Buku Ekuitas
b. Environmental Concern, diukur dari partisipasi perusahaan mengikuti
program sertifikasi ISO seri 14000. Informasi mengenai keikutsertaan
perusahaan di Indonesia yang mengikuti PROPER dapat diperoleh dari
database Kementrian Lingkungan Hidup dan sumber lainnya.
Environmental Concern diukur dengan menggunakan Environmental
25
Concern scoring, apabila perusahaan berpartisipasi dalam mengikuti
serifikasi ISO seri 14000 maka diberi skor 1, jika tidak maka akan
diberi skor 0.
c. Ukuran perusahaan (size)
Berdasarkan penelitian yang dilakukan sebelumnya Haniffa dan Cooke
dalam Bramer S Pavelin, 2006 maka penelitian ini menggunakan
proxy natural logaritma dari total aset untuk mengukur size
perusahaan.
d. Leverage
Diukur dengan menggunakan total kewajiban dibagi dengan total aset.
Leverage=Total UtangTotal Aset
e.Komposisi Dewan
Tata kelola perusahaan harus dianggap memiliki pengaruh terhadap
pengungkapan, dikarenakan dewan direksi yang mengatur
pengungkapan informasi dalam laporan tahunan dan karena itu
26
pengungkapan merupakan fungsi dari konstitusi dewan (Haniffa dan
Cooke dalam Bramer S pavelin, 2006).
Komposisi Dewan Komisaris=Σ jumlahdewan komisaris independenΣ jumlah dewan komisaris
f.Sensitivitas Industri
Dalam studi ini, sensitivitas industri diukur melalui apakah suatu
perusahaan memiliki risiko lebih untuk dikritik dalam masalah-masalah
lingkungan karena kegiatan mereka yang melibatkan risiko yang lebih tinggi
mengenai dampak lingkungan (seperti memiliki sumber daya alam, deplesi atau
polusi) (Bramer S Pavelin, 2006). Dengan demikian, berdasarkan literatur
sebelumnya, berikut ini sektor industri yang memiliki sensitivitas atas dampak
lingkungan diidentifikasi sebagai berikut: pertambangan, minyak dan gas, bahan
kimia, construction dan bahan bangunan, kehutanan dan kertas, baja dan logam
lainnya, listrik, distribusi gas dan air.
4. Teknik Analisis Data
Data sekunder yang diperoleh dalam penelitian ini dianalisis dengan
berbagai pengujian statistik. Analisis data tidak hanya digunakan untuk
menguji hipotesis tetapi juga untuk pengujian statistik lainnya.
27
1. Uji Asumsi Klasik
Berdasarkan perumusan masalah yang dibahas sebelumnya, maka
untuk mencapai tujuan penelitian, analisa data dilakukan melalui
model regresi linier berganda. Hal ini dilakukan untuk membuktikan
apakah ada hubungan antara variabel independen terhadap variabel-
vareabel dependen. Analisis regresi dapat digunakan terutama untuk
tujuan peramalan, dimana dalam model tersebut terdapat dua buah
variabel dependen dan satu variabel independen. Dalam regresi linier
berganda terdapat beberapa uji yang perlu diperhatikan sehingga
diperoleh hasil analisis yang valid. Berikut uji-uji yang dapat
dilakukan:
a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah penelitian
berasal dari populasi yang didistribusikan secara normal atau tidak.
Distribusi normal merupakan distribusi teoritis dari variabel
random yang kontinyu. Kurva yang menggambarkan distribusi
normal adalah kurva normal yang berbentuk simetris/berbentuk bel
(lonceng). Bentuk ini menunjukkan bahwa frkuensi dalam suatu
distribusi normal terpusat pada bagian pusat dari distribusi normal
dan nilai-nilai diatas dan dibawah rata-rata adalah sama dengan
distribusinya. Untuk menguji normalitas data, peneliti
menggunakan Kolmogorov-Smirnov. Pengujian ini dilakukan untuk
mengetahui apakah nilai dua sampel yang diamati terdistribusi
28
secara normal. Kriteria pengujian dengan pengujian dua arah (two-
tailed test) yaitu dengan membandingkan probabilitas yang
diperoleh dengan taraf signifikansi 5%. Data dikatakan
berdistribusi normal jika nilai signifikansi (Sig hitung) > 0,05
(Ghozali, 2001).
b. Uji Heterokedastisitas
Menurut Ernawati, dkk, (2005) dalam Anggraini (2006),
kebanyakan cross-sectional study mengandung situasi
heterokedastisitas karena data yang diperoleh merupakan
himpunan data yang memiliki berbagai ukuran (kecil, sedang, dan
besar). Situasi heterokedastisitas akan menyebabkan penaksiran
koefisien-koefisien regresi menjadi tidak efisien karena hasil
taksiran dapat menjadi kurang dari yang semestinya.
Uji heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual suatu
pengamatan ke pengamatan lainnya. Jika variance dari pengamatan
satu ke pengamatan lainnya tetap, maka tidak terjadi
heterokedastisitas, atau terjadi homokedastisitas (Ghozali, 2001).
Metode yang digunakan untuk menguji heterokedastisitas adalah
dengan membuat grafik plot. Deteksi ada tidaknya
heterokedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya
pola tertentu pada grafik scatterplot, jika ada pola tertentu seperti
titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur
29
(bergelombang, melebar kemudian menyempit) maka
mengindikasikan telah terjadi heterokedastisitas. Jika tidak ada
pola yang jelas dan titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka
0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heterokedastisitas (Ghozali,
2001). Metode yang digunakan untuk menguji heteroskedastisitas
dalam penelitian ini adalah metode Glejser. Ada tidaknya
heteroskedastisitas dilihat dari signifikabsiβ >0,05 maka tidak
terjadi heteroskedastisitas.
c. Uji Multikolinearitas
Ghozali (2001) mendefinisikan multikolinearitas sebagai suatu
situasi adanya korelasi variabel-variabel independen diantara satu
dan yang lainnya. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi
korelasi di antara variabel independen. Jika variabel independen
saling berkolerasi, maka variabel ini tidak ortogonal. Variabel
independen yang bersifat ortogonal adalah variabel independen
yang nilai korelasi di antara semuanya sama dengan nol. Jika
terdapat korelasi yang sempurna di antara sesama variabel
independen sehingga nilai koefisien korelasi diantara sesama
variabel independen sama dengan satu, maka konsekuensinya
adalah sebagai berikut :
a) Koefisien-koefisien regresi menjadi tidak dapat diperkirakan.
b) Nilai standar eror setiap koefisien regresi menjadi tidak
terhingga.
30
Ada tidaknya multikolinearitas antarvariabel independen dilihat
dari nilai tolerance dan lawannya variance inflation factor (VIF).
Kedua ukuran ini menunjukkan setiap variabel independen
manakah yang dijelaskan variabel independen lainnya. Tolerance
mengukur variabilitas variabel independen yang terpilih yang tidak
dijelaskan variabel independen lainnya. Nilai cutoff untuk
menunjukkan adanya multikolinearitas adalah nilai tolerance <
0.10 atau sama dengan nilai VIF > 10 (Ghozali, 2001).
d. Uji Autokorelasi
Menurut Ghozali (2001), uji autokolerasi bertujuan untuk menguji
apakah dalam model regresi linear ada kolerasi antara kesalahan
pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada
periode t-1 (sebelumnya). Model regresi yang baik adalah regresi
yang bebas dari autokorelasi. Jenis pengujian yang digunakan
untuk mengetahui adanya autokorelasi adalah uji Durbin-Watson.
Langkah-langkah yang dilakukan dalam uji Durbin-Watson adalah
sebagai berikut :
1) regresi untuk mendapatkan nilai d,
2) mencari nilai kritis dL dan dU,
3) ada atau tidaknya autokorelasi dapat dilihat dengan cara :
jika d < dL : terjadi autokorelasi positif.
jika d > 4-dL : terjadi autokorelasi negatif.
jika dU < d < 4-dU : tidak terjadi autokorelasi.
31
jika dL ¿ d ¿ dU atau 1-dU ¿ d ¿ 4-dL : berarti tidak dapat ditarik
kesimpulan.
2. Uji Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini diuji dengan model regresi linear
berganda dengan persamaan berikut ini :
CSR disclosure = (Environmental performance + Variabel Kontrol)
CSRI=α 0+α1 EvP+α2 Size+α3 IS+α 4 BC+ε .. .. . .. .. .(1)
Economic Performance = (Environmental performance + Variabel
Kontrol)
EcP=β0+β1 EvP+β2 GO+β3 Lv+ε . . .. .. . .. .(2)
Keterangan:
EcP = Economic performance (kinerja ekonomi yang
dicapai)
32
EvP = Environmental performance (kinerja lingkungan
yang dicapai perusahaan).
CSRI = CSR disclosure (pengungkapan CSR oleh
perusahaan dalam laporan tahunan)
GO = Growth opportunities (peluang untuk tumbuh
dimasa depan).
SIZE = Ukuran perusahaan
LV = Tingkat leverage perusahaan
IS = Industry Sensitivity (sensitivitas perusahaan
terhadap lingkungan)
BC = Board Composition (komposisi dewan komisaris)
α 0 β0 = intercept (parameter)
α 1. .. . . n β1 . .. . .n
= koefisien regresi
a. Uji koefisien determinasi (R2)
Nilai R2 digunakan untuk mengukur tingkat kemampuan model dalam
menerangkan variabel independen. Tapi, karena R2 mengandung kelemahan
mendasar di mana adanya bias terhadap jumlah variabel independen yang
dimasukkan dalam model. Oleh karena itu, pada penelitian ini yang
digunakan adjusted R2 berkisar antar nol dan satu. Jika nilai adjusted R2
33
makin mendekati satu maka makin baik kemampuan model tersebut dalam
menjelaskan variabel dependen dan sebaliknya.
b. Uji Regresi Simultan (Uji F)
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel independen
secara bersama-sama terhadap variabel dependen dengan melihat nilai
signifikansi F. Jika nilai signifikansi F lebih kecil dari 0,05 maka hipotesis
alternatif tidak dapat ditolak atau dengan = 5% variabel independen secara
statistis mempengaruhi variabel dependen secara bersama-sama
c. Uji Regresi Parsial (Uji t)
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan yang signifikan dari
masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikatnya. Apabila tingkat
signifikansi yang diperoleh (p-value) lebih kecil dari 0,05 maka H0 dapat
ditolak atau dengan
= 5% variabel independen tersebut berhubungan secara statistis terhadap
variabel dependennya. Dasar pengambilan keputusan dalam pengujian ini
adalah jika probabilitas < 0,05 maka dapat diambil kesimpulan bahwa
karakteristik perusahaan berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan
sosial perusahaan (yaitu pengalaman internasional perusahaan, size, industri
afiliasi, pengungkapan media, leverage, profitabilitas dan konsentrasi
kepemilikan). Dan sebaliknya jika probabilitas > 0,05 maka dapat diambil
kesimpulan bahwa karakteristik perusahaan berpengaruh signifikan terhadap
34
pengungkapan sosial (yaitu pengalaman internasional perusahaan, size,
industri afiliasi, pengungkapan media, leverage, profitabilitas dan konsentrasi
kepemilikan).