Post on 14-Apr-2019
68
Dian Diana, 2015 Pelestarian Dan Peran Masyarakat Di Kawasan Sekitar Situ Cisanti Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu | Perpustakaan.Upi.Edu
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research) dengan
menggunakan metode kualitatif. Metode penelitian kualitatif adalah metode
penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah.
Sugiyono (2005) mengemukakan bahwa penelitian kualitatif bertitik tolak dari
paradigma fenomenologis yang objektivisnya dibangun atas situasi tertentu
sebagaimana yang dihayati oleh individu atau kelompok sosial tertentu dan
relevan dengan tujuan dari penelitian itu. Secara spesifik penelitian kualitatif
didefinisikan oleh Creswell (2002, hlm. 5) sebagai berikut :
Qulaitative research is an inquiry process of understanding based on
distinct methodological tradistions of inquiry that explore a social or
human problem, the researcher builds a complex, holistic picture, analyzes
words, report detailed views of informants, and conducts, the study in a
natural setting.
Penelitian kualitatif adalah proses penyelidikan berdasarkan tradisi tertentu yang
secara fundamental berbeda dari penyelidikan yang mengeksplorasi masalah
sosial atau manusia, peneliti membangun sebuah kompleks, gambaran holistik,
analisis kata-kata, melaporkan pandangan rinci informan, dan perilaku, penelitian
di alam.
Peneliti menguraikan langkah-langkah penelitian kualitatif yang
digunakan untuk memperoleh temuan penelitian yang dianalisis dan kemudian
disusun dalam tesis sebagai sebuah laporan penelitian. Lincoln, dkk (1985, hlm.
70-91) menjelaskan lebih mendetail tentang pendekatan penelitian kualitatif.
Pertama, secara ontologis penelitian kualitatif ditandai oleh fakta bahwa peneliti
mengkonstruk/membangun realitas yang dia lihat. Dalam gagasan penelitian
kualitatif masing-masing orang dilibatkan dalam penelitian, sebagai partisipan
atau subyek bersama-sama mengkonstruk realitas. Kedua, secara epitemologis,
penelitian kualitatif didasarkan pada nilai dan judgment nilai, bukan fakta. Dalam
pandangan umum di lapangan mereka mengklaim bahwa nilai peneliti memandu
69
Dian Diana, 2015 Pelestarian Dan Peran Masyarakat Di Kawasan Sekitar Situ Cisanti Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu | Perpustakaan.Upi.Edu
dan membentuk simpulan penelitian sebab peneliti membangun realitas dari
penelitian. Dalam waktu yang sama peneliti memiliki sensitifitas pada realitas
yang diciptakan oleh orang lain yang terlibat, dan konsekuensi perubahannya dan
perbedaan-perbedaan nilai. Semua temuan dalam penelitian kualitatif yang
dinegosiasikan secara sosial diakui benar. Ketiga, penelitian kualitatif bersifat
empiris dan ilmiah sebagaimana penelitian kuantitatif, meskipun dasar-dasar
filosofis penelitian kualitatif baik secara ontologis maupun epistemologis dipandu
oleh judgment nilai yang subyektif.
Bresler (1995, hlm. 11) mengemukakan “...The beginning and end point
of phenomenological research is lived experience. Lived experience has a
temporal structure: it can never be grasped in its immediate manifestation but
only reflectively as past presence...”. Inti dari penelitian fenomenologis adalah
pengalaman hidup. Pengalaman hidup tidak pernah dapat ditangkap dalam
manifestasi langsung, tetapi hanya merenung sebagai kehadiran masa lalu.
Pengalaman ini dipahami dari sudut pandang informan. Jelaslah dalam
operasional pelaksanaan metode ini, peneliti harus menganggap pengalaman
informan sebagai sesuatu yang sangat berharga, sehingga proses penempatan
pikiran dan persepsi terhadap objek harus disisihkan terlebih dahulu sampai
informan selesai mengungkapkan pengalamannya. Langkah kajian tersebut
diharapkan akan memperoleh gambaran utuh berupa kearifan lokal yag masih
dilaksanakan oleh masyarakat, usaha inovasi yang dilakukan agent of change
(agen pembaru) dengan mengajak masyarakat dalam pelestarian kawasan lindung
dengan memanfaatkan zonasi penggunaan lahan yang akan menjaga fungsi hutan
sebagai daerah resapan air, sebagai hutan wisata, dan sebagai agroforestri.
B. Lokasi Objek, Waktu Penelitian dan Informan
Melalui penelitian kualitatif, peneliti berupaya untuk melihat kenyataan
sosial sebagai sesuatu yang utuh dinamis dan penuh makna. Penelitian ini
dilakukan pada setting yang alamiah (natural setting). Oleh karena itu, penelitian
kualitatif sering juga disebut sebagai penelitian naturalistik. Objek alamiah adalah
objek yang berkembang apa adanya, tidak dimanipulasi oleh peneliti dan
70
Dian Diana, 2015 Pelestarian Dan Peran Masyarakat Di Kawasan Sekitar Situ Cisanti Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu | Perpustakaan.Upi.Edu
kehadiran peneliti tidak begitu mempengaruhi dinamika pada objek tersebut. Pada
prakteknya, peneliti berbaur dengan masyarakat (subjek penelitian) untuk
mendapatkan data yang dibutuhkan.
Lokasi dalam penelitian fenomenologi ini dilaksanakan di Kawasan
Sekitar Situ Cisanti yang melindungi Situ Cisanti termasuk kawasan lindung
Gunung Wayang. Kawasan Sekitar Situ Cisanti berada di Petak/Arboretum 73
wilayah Perum Perhutani. Wilayah ini secara administratif berada di Desa
Tarumajaya Kecamatan Kertasari Kabupaten Bandung. Fenomena di lapangan
berupa kearifan lokal yang masih dipertahankan, zonasi kawasan, usaha agen
pembaru untuk melestarikan kawasan lindung Gunung wayang yang di dalamnya
terdapat Situ Cisanti dengan berusaha menata kawasan sekitar situ agar selalu
terjaga dari tekanan penduduk yang bertujuan untuk menggunakan lahan hutan
sekitar Situ.
Subjek penelitian adalah masyarakat yang tinggal di sekitar Situ Cisanti
yaitu masyarakat Desa Tarumajaya Kecamatan Kertasari Kabupaten Bandung.
Subjek penelitian atau sumber data penelitian dipilih secara purposive (teknik
pengambilan sumber data dengan pertimbangan tertentu).
Salah satu strategi yang paling umum di dalam penelitian kualitatif, yaitu
menentukan kelompok peserta yang menjadi informan sesuai dengan kriteria
terpilih yang relevan dengan masalah penelitian tertentu. Informan yang terpilih
untuk mencari sumber data tersebut refresentatif mewakili masyarakat yang
bersifat homogen. Jadi, kriteria yang menjadi pedoman dalam pemilihan informan
adalah bahwa yang akan dipilih benar-benar orang-orang yang terlibat langsung
dengan persoalan yang diteliti. Atau setidaknya mengetahui betul mengenai
persoalan tersebut. Konsekuensinya jumlah informan relatif terbatas dan berapa
besarnya tidak dapat ditentukan secara baku. Adapun pemilihan dilakukan dengan
menggunakan teknik purposive dan prosesnya secara snowball sampling.
Persyaratan dalam penentuan informan tersebut didasarkan atas keluasan
informasi yang dimiliki oleh informan tersebut dan memiliki aktivitas yang
berhubungan dengan situasi sosial yang dijadikan sebagai fokus penelitian.
71
Dian Diana, 2015 Pelestarian Dan Peran Masyarakat Di Kawasan Sekitar Situ Cisanti Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu | Perpustakaan.Upi.Edu
Sebagaimana menurut Raco (2010, hlm. 109) bahwa ada kriteria dalam pemilihan
informan atau partisipan yaitu :
Pertama, partisipan adalah mereka yang tentunya memiliki informasi yang
dibutuhkan. Kedua, mereka yang memiliki kemampuan untuk
menceritakan pengalamannya atau memberikan informasi yang
dibutuhkan. Ketiga, yang benar-benar terlibat dengan gejala, peristiwa,
masalah itu, dalam arti mereka mengalaminya secara langsung. Keempat,
bersedia untuk ikut serta diwawancarai. Kelima, mereka harus berada tidak
dibawah tekanan, tetapi penuh kerelaan dan kesadaran akan
keterlibatannya.
Informan dalam penelitian ini terbagi menjadi dua bagian yaitu informan pokok
dan informan pangkal. Informan pokok dalam penelitian ini adalah informan yang
memahami betul keberadaan Situ Cisanti, sementara informan pangkal adalah
informan yang memberikan perluasan dan pelengkap sehingga informasi
diperoleh lebih komprehensif. Penentuan informan secara purposif dianggap
bahwa informan yang dipilih dapat mewakili masyarakat yang bersifat homogen.
Berikut gambaran informan pangkal dan informan pokok yang akan di jadikan
sumber data dalam penelitian ini :
Tabel 3.1
Informan Pokok dan Informan Pangkal
Informan Pokok Informan Pangkal
Ketua LMDH (Lembaga Masyarakat
Desa dan Hutan) Kepala TPKSDA WS Citarum
Penjaga harian Situ Cisanti PJT
Petani petak 73
Tokoh Masyarakat
Ketua KRPH Arboretum 73 Pegawai Perhutani
Ketua Petak 73C
Kuncen Situ Cisanti
Budayawan Sumber : Rancangan penulis 2014
Berdasarkan tabel di atas, informan pokok adalah orang dianggap mempunyai
pengetahuan lebih (Information Rich) atau orang yang memiliki pengaruh dan
otoritas pada situasi sosial subjek penelitian, sehingga menjadi sumber informan
utama yang dapat memberikan data atau keterangan tentang penelitian ini,
kemudian informan pangkal adalah terdiri dari orang yang sering berinteraksi
72
Dian Diana, 2015 Pelestarian Dan Peran Masyarakat Di Kawasan Sekitar Situ Cisanti Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu | Perpustakaan.Upi.Edu
dengan informan pokok sehingga dipercaya menerima pengetahuan dari informan
pokok dan diharapkan mampu memberikan keterangan utuh dalam penelitian ini.
Subjek dipilih berdasarkan pertimbangan pengetahuannya terhadap masalah yang
akan diteliti sehingga mampu memberikan informasi yang diharapkan dalam
pengumpulan data sampai mencapai data jenuh. Kedua katagori baik informan
pokok ataupun informan pangkal diharapkan dapat memberikan sumber data
yang valid tentang peran masyarakat dan pelestarian fungsi hutan sebagai daerah
resapan air Situ Cisanti sebagai upaya dalam menambah khasanah pengetahuan
bagi sumber belajar geografi.
Keterangan :
Penelitian ini menggabungkan teknik observasi partisipan dengan wawancara
mendalam. Selama melakukan observasi, peneliti juga melakukan interview
kepada orang-orang yang ada di dalamnya. Informan yang diwawancarai dalam
penelitian ini. Penjelasan bagan di atas bahwa peneliti memulai pencarian data
dengan langsung menuju informan/partisipan pangkal, dari kedua informan
pangkal ini selanjutnya menunjuk orang yang dianggap kaya akan informasi
Gambar 3.1
Diagram Alur Penggalian Data dari Informan Pokok dan Informan Pangkal
Sumber : Rancangan survey penulis (2014)
: Kegiatan Pengumpulan data dari Informan Pokok
: Hasil data yang diperoleh dari informan pokok dan pangkal
: Kegiatan Pengumpulan data dari Informan Pangkal
Peneliti
Informan Pokok B Informan Pokok A
Informan pangkal 6
Informan pangkal 5
Informan pangkal 2
Informan pangkal 1
Informan pangkal 8
Informan pangkal 7
Informan pangkal 4
Informan pangkal 3
73
Dian Diana, 2015 Pelestarian Dan Peran Masyarakat Di Kawasan Sekitar Situ Cisanti Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu | Perpustakaan.Upi.Edu
disebut informan pokok adalah seseorang yang dianggap mempunyai kekayaan
informasi yang perlu digali. Selanjutnya proses penggalian data berakhir jika
data/informasi telah “jenuh” artinya setiap pertanyaan yang diajukan dari hasil
berbagai teknik penggalian data/informasi diantaranya dengan triangulasi
(wawancara, dokumentasi, observasi) dari informan atau partisipan menunjukan
makna yang sama dan tidak ada data negatif, semuannya relatif sama. Hasil kedua
informasi baik dari informan pangkal maupun pokok selanjutnya disandingkan,
hal ini bertujuan mempermudah pemahaman terhadap data untuk dianalisis dan
melakukan diskusikan kelompok dengan setiap informan secara langsung saat
member check, pada tahapan setelah analisis telah selesai untuk meyakinkan
bahwa data tersebut valid. Member Check bagian dari uji kridibilitas bagi
keabsahan data.
C. Sumber Data
Sumber data yang dipilih dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik
sampling non probabilita, yaitu dengan purposive sampling dan snowball
sampling. Melalui purposive sampling peneliti melakukan pertimbangan terhadap
unit analisis yang akan dijadikan sebagai informan. Penetapan sampel haruslah
sesuai tujuan sebagaimana menurut Raco (2010, hlm. 115) bahwa “... sampel
bagi metode kualitatif sifatnya purposive artinya sesuai dengan maksud dan tujuan
penelitian...”. Sugiyono (2005, hlm. 54) mengemukakan bahwa :
Purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data
dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan tertentu ini, misalnya orang
tersebut dianggap paling tahu tentang apa yang kita harapkan, atau
mungkin dia sebagai penguasa sehingga akan memudahkan peneliti
menjelajahi obyek / situasi yang diteliti. Snowball sampling adalah teknik
pengambilan sampel sumber data, yang pada awalnya jumlahnya sedikit,
lama – lama menjadi besar. Hal ini dilakukan karena dari jumlah sumber
data yang sedikit itu tersebut belum mampu memberikan data yang
memuaskan, maka mencari orang lain yang dapat digunakan sebagai
sumber data. Dengan demikian jumlah sampel sumber data akan semakin
besar, seperti bola salju yang menggelinding, lama – lama menjadi besar.
Sumber data dalam penelitian kualitatif dicari oleh peneliti dalam menentukan
ukuran sampel tidak mendasarkan kepada kuantitas individu atau organisasi yang
74
Dian Diana, 2015 Pelestarian Dan Peran Masyarakat Di Kawasan Sekitar Situ Cisanti Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu | Perpustakaan.Upi.Edu
dijadikan sumber data, akan tetapi ukuran sampel lebih menekankan kepada tingkat
kejenuhan data yang diperoleh. Maka dari itu, setelah peneliti mendapatkan satu
informan yang mampu menjelaskan kebutuhan data dari peneliti, maka peneliti akan
terus mencari informan baru sampai data yang diperoleh mencapai tingkat
“redudancy” (datanya telah jenuh, jika ditambah sampel lagi tidak memberikan
informasi baru).
Seperti telah dijelaskan pada penentuan informan/partisipan, penentuan
sampel dalam tradisi kualitatif didasarkan atas kredibilitas informan yang
menguasai seluk beluk dari permasalahan yang menjadi fokus penelitian.
Sehubungan dengan jumlah sampel yang kecil, hal ini tidak mengurangi kredible
tidaknya informasi yang diperoleh karena dengan jumlah kecil akan mampu
mengumpulkan data yang mendalam.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data pada penelitian kualitatif dilakukan pada
kondisi yang alamiah (natural setting), dengan teknik pengumpulan data yang
dilakukan yaitu observasi ( pengamatan, in-dept interview (wawancara
mendalam) , analisis dokumen, dan triangulasi / gabungan ketiganya. Teknik
pengumpulan data pada penelitian ini ditunjukkan pada gambar 3.2 berikut :
Gambar 3.2 Bagan Teknik pengumpulan data
Sumber : Sugiyono (2010, hlm. 63)
Teknik
Pengumpulan
Data
Observasi
Wawancara
Dokumentasi
Triangulasi/ gabungan
75
Dian Diana, 2015 Pelestarian Dan Peran Masyarakat Di Kawasan Sekitar Situ Cisanti Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu | Perpustakaan.Upi.Edu
Kemudian operasional dalam penentuan teknik pengumpulan data setelah melihat
situasi dan kondisi saat dilapangan menyangkut efektivitas dalam pengumpulan
data sebagai berikut :
1) Peneliti melakukan observasi terus terang atau tersamar; langsung melihat
situasi sosial yang sesuai dengan tujuan penelitian. Peneliti menyatakan terus
terang kepada sumber data, bahwa sedang melakukan penelitian. Informan
yang diteliti mengetahui sejak awal sampai akhir tentang aktivitas peneliti.
Tapi kadang–kadang peneliti juga tidak terus terang atau tersamar dalam
observasi, hal ini dilakukan untuk menghindari kalau data yang dicari
merupakan data yang masih dirahasiakan. Selajutnya kelebihan observasi
menurut Satori (2013, hlm. 125) menggunakan metode observasi banyak
kelebihannya, diantaranya adalah:
a) Peneliti mengetahui kejadian sebenarnya sehingga informasinya diperoleh
langsung dan hasilnya akurat.
b) Peneliti dapat mencatat kebenaran yang sedang terjadi.
c) Peneliti dapat memahami substansi sehingga ia dapat belajar dari
pengalamanyang sulit dilupakan.
d) Memudahkan peneliti dalam memahami perilaku yang kompleks.
e) Bagi informan yang tidak memiliki waktu masih bisa memberikan
kontribusi dengan mengijinkan untuk diobservasi.
f) Observasi memungkinkan pengumpulan data yang tidak mungkin
dilakukan teknik lain.
Nilai lebih yang dimiliki dengan teknik observasi akan menghasilkan data
yang sulit untuk diungkapkan dengan teknik lain.
2) Wawancara (interview), untuk mendapatkan informasi yang tidak dapat
diperoleh dari observasi, dilakukan dalam bentuk percakapan yang dilakukan
oleh dua pihak yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan
dan yang diwawancara (interviewee). Wawancara mendalam bersifat terbuka,
pelaksanaan wawancara tidak hanya sekali atau dua kali melainkan berulang-
ulang dengan intensitas yang tinggi. Peneliti tidak hanya “percaya begitu
saja” pada apa yang diungkapkan informan, melainkan mengecek dalam
kenyataan melalui pengamatan. Itulah sebabnya cek dan ricek dilakukan
secara silih berganti dari hasil wawancara ke pengamatan di lapangan atau
76
Dian Diana, 2015 Pelestarian Dan Peran Masyarakat Di Kawasan Sekitar Situ Cisanti Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu | Perpustakaan.Upi.Edu
dari informan yang satu ke informan yang lain. Dalam hal ini peneliti dapat
menentukan informan kunci. Penentuan informan kunci yang dipilih oleh
peneliti melalui beberapa pertimbangan diantaranya : (1) orang yang
bersangkutan memiliki pengalaman pribadi sesuai dengan permasalahan yang
diteliti; (2) usia urang yang bersangkutan telah dewasa; (3) orang yang
bersangkutan sehat jasmani dan rohani; (4) orang yang bersangkutan sehat
jasmani dan rohani; (5) orang yang bersangkutan memiliki pengetahuan yang
luas mengenai permasalahan yang diteliti. Menurut Esterberg dalam
Sugiyono (2012, hlm. 72) wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk
bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab sehingga bisa
direkonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu. Dari hasil wawancara
yang mendalam (indepth interview) akan tergali pengalaman hidup informan
sampai menhasilkan kesan yang sama sehingga tercapai ukuran kejenuhan.
3) Melakukan pengumpulan data berupa dokumen-dokumen kualitatif.
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa
berbentuk tulisan, gambar, atau karya–karya monumental dari seseorang.
Dokumen yang berbetuk tulisan misalnya catatan harian sejarah kehidupan
(life histories), cerita, biografi, foto, gambar hidup, sketsa, dan lain–lain.
Dokumen yang berbentuk karya misalnya kartya seni, yang dapat berupa
gambar, patung, film, dan lain–lain. Teknik dokumentasi ini bagi peneliti
akan mendapatkan manfaat yaitu memperoleh data/informasi dari berbagai
macam sumber tertulis atau dari dokumen yang ada pada informan dalam
bentuk catatan-catatan perihal pelestarian dan peran masyarakat di kawasan
penyangga Situ Cisanti.
4) Teknik triangulasi merupakan teknik validasi data yang penulis gunakan
untuk menguji kredibilitas data. Menurut Mathinson dalam Sugiyono (2007,
hlm. 332), dikemukakan bahwa "the value of triangulation lies in providing
evidence-wether convergent, inconsistent of contracdictory”. Nilai dan
teknik analisis data dengan tiangulasi adalah untuk mengetahui data yang
diperoleh convergent (meluas), tidak konsisten atau kontradiksi, oleh karena
itu dengan menggunakan teknik triangulasi dalam analisis data, maka data
77
Dian Diana, 2015 Pelestarian Dan Peran Masyarakat Di Kawasan Sekitar Situ Cisanti Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu | Perpustakaan.Upi.Edu
yang diperoleh akan lebih konsisten, tuntas dan pasti. Dengan melakukan
triangulasi diharapkan dapat memberikan makna yang sesuai dengan kajian
yang dirancang peneliti, yang bersumber pada instrumen yang berkembang di
lapangan. Sugiyono (2007, hlm. 241) menyatakan bila peneliti melakukan
analisis data dengan triangulasi, maka sebenarnya peneliti mengumpulkan
data yang sekaligus menguji kredibilitas data yaitu mengecek kredibilitas data
dengan teknik pengumpulan data sebagai sumber data. Peneliti menggunakan
observasi partisipasif, wawancara mendalam, dan dokumentasi untuk sumber
data. Penggunaan panduan wawancara, panduan observasi dan penggunaan
dokumentasi berfungsi sebagai triangulasi alat pengumpul data agar data
yang diperoleh dari sumber informasi dapat dipertanggungiawabkan. Dalam
pelaksanaannya peneliti menggabungkan teknik observasi partisipatif dengan
wawancara mendalam dan pencatatan dokumen yang terkait dengan fokus
penelitian. Selama melakukan observasi peneliti juga melakukan wawancara
kepada para narasumber dan sekaligus pencatatan dokumen-dokumen yang
terkait. Dengan demikian dapat diketahui tentang credibility dan
confirmability antara data dari hasil wawancara, observasi dan dokumentasi.
Dengan demikian, teknik triangulasi dalam penelitian ini adalah pengecekan
data yang diperoleh dari berbagai teknik pengumpulan data. Data dari
observasi dikonfirmasi melalui wawancara dan dokumentasi, data dari
dokumentasi juga dikonfirmasi dari wawancara dan observasi.
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling penting dalam
penelitian ini, karena tujuan utama melakukan penelitian adalah mendapatkan data
yang akurat. Jika teknik pengumpulannya sesuai dengan proseur, maka data yang
didapatkan akan memenuhi ketetapan standar data.
E. Prosedur Analisis Data
Tahapan analisis data dalam Metode kualitatif-verifikatif merubah data
menjadi temuan dari hal berupa fakta, gejala, masalah yang diperoleh melalui
suatu observasi khusus. Dalam metode kualitatif verifikatif, mengenyampingkan
teori, semata-mata hanya untuk mengumpulkan data sebanyak-banyaknya yang
78
Dian Diana, 2015 Pelestarian Dan Peran Masyarakat Di Kawasan Sekitar Situ Cisanti Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu | Perpustakaan.Upi.Edu
sesuai dengan tujuan dari fokus penelitian, sebagaimana menurut Bungin (2007,
hlm. 147) mengkonstruksi format penelitian dan strategi untuk lebih awal
memperoleh data sebayak-banyaknya di lapangan, dengan mengenyampingkan
peran teori (sebagaimana desain deskriptif-kualitatif). Berikut format strategi
Analisis data kualitatif-verifikatif sebagai berikut :
Bagan modetersebut mendesain analisis data menurut metode kualitatif-
verifikatif berusaha mengumpulkan data sebanyak-banyaknya sehingga terkumpul
informasi yang dan akurat untuk dianalisis dan diklasifikasikan sehingga dapat
mencari temuan dari objek yang diteliti.
Selajutnya Cresswel (2012, hlm. 276) mengungkapkan cara ideal dalam
proses analisis data dari metode kualitatif dengan mencampurkan prosedur umum
dengan langkah-langkah khusus, ungkapan tadi dapat diuraikan secara detail
dalam langkah-langkah analisis sebagai berikut:
1) Mengolah dan mempersiapkan data untuk dianalisis.
Langkah ini melibatkan transkripsi wawancara, menscaning, materi,
mengetik data lapangan, atau memilah-milah dan menyusun data
tersebut ke dalam jenis-jenis yang berbeda tergantung dari sumber
informasi.
2) Membaca keseluruhan data
Langkah pertama adalah membangun general sense atau informasi
yang diperoleh dan merefleksikan maknanya secara keseluruhan.
Gagasan umum apa yang terkandung dalam perkataan partisipan ?
bagaimana nada gagasan tersebut ? bagaimana kesan dari kedalaman,
kredibilitas dan penuturan informasi itu ?
DATA
Klasifikasi Data
DATA
DATA
DATA
Kesimpulan
Katagorisasi
Kesimpulan Ciri-
Ciri Umum
Dalil
Hukum
Teori
Gambar 3.3 Bagan Model Strategi Analisis data Kualitatif Verifikatif
Sumber : Bungin (2007, hlm. 148)
79
Dian Diana, 2015 Pelestarian Dan Peran Masyarakat Di Kawasan Sekitar Situ Cisanti Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu | Perpustakaan.Upi.Edu
3) Menganalisis lebih detail dengan meng-coding data. Coding
merupakan proses mengolah materi /informasi menjadi segmen-
segmen tulisan sebelum memaknainya. Langkah ini melibatkan
beberapa tahap :
Mengambil data tulisan atau gambar yang telah dikumpulkan selama proses pengumpulan.
Mensegmentasi kalimat-kalimat (atau paragraph-paragraf) atau
gambar-gambar tersebut ke dalam kategori-kategori, kemudian
melabeli kategori-kategori ini dengan istilah-istilah khusus, yang
sering kali didasarkan pada istilah/bahasa yang benar-benar
berasal dari partisipan (disebut istilah In-vivo).
Penelitian kualitatif secara umum menggunakan prosedur umum dan langkah–
langkah khusus dalam analisis data yang dimulai dengan pengolahan, yang
meliputi transkripsi hasil dari wawancara mendalam, menscaning, materi,
mengetik data lapangan, atau memilah-milah dan menyusun data tersebut ke
dalam jenis-jenis yang berbeda tergantung dari sumber informasi penyiapan dan
membaca data untuk dianalisis, serta mengkoding data. Ketika menganalisis
transkripsi interviu atau catatan lapangan, kita perlu memberi kode secara
konsisten untuk fenomena yang sama. Alwasilah (2008, hlm. 159)
mengemukakan bahwa :
pengkodingan akan membantu kita dalam beberapa hal, yaitu (1)
memudahkan perhitungan frekuensi kemunculan fenomena, (2)
memudahkan perhitungan frekuensi kemunculan, (3) frekuensi
kemunculan kode menunjukkan kecenderungan temuan, dan (4) membantu
kita menyusun kategori (Kategorisasi) dan subkategorisasi. Selanjutnya
arah kecenderungan ini berguna bagi penajaman fokus penelitian.
Hasil proses mengkoding akan membantu kita memilah tulisan atau gambar dan
kategori–kategori lain sehingga data yang didapat dengan mudah dicari dan
disusun dengan detail, serta memudahkan kita untuk menguraikan informasi lebih
luas dan mendalam.
F. Pengecekan Keabsahan Data
Uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif sangat penting, karena
untuk mengghidari keragu-raguan hasil penelitian. Maka langkah untuk
menghilangkan stigma tersebut adalah melakukan uji keabsahan sebagaimana
80
Dian Diana, 2015 Pelestarian Dan Peran Masyarakat Di Kawasan Sekitar Situ Cisanti Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu | Perpustakaan.Upi.Edu
menurut Sugiyono (2005, hlm. 121) meliputi uji, credibility (validitas inverbal),
transferability (validitas Eksternal), dependability (reliabilitas), dan
confirmability(obyektivitas). Rangkaian uji keabsahan data dapat dilihat pada
gambar 3.4 berikut :
Gambar 3.4 Bagan Uji Keabsahan Data dalam Penelitian Kualitatif
Sumber : Sugiyono (2010, hlm. 63)
Berdasarkan gambar tersebut uji credibility data untuk menunjukan tingkat
kepercayaan terhadap data hasil penelitian hal ini bisa dilakukan dengan teknik-
teknik seperti perpanjangan pengamatan si peneliti dilapangan, peningkatan
ketekunan peneliti dilapangan, triangulasi, diskusi dengan teman sejawat, analisis
kasus negatif dan member chek. Uji transferability, merupakan validitas eksternal
yang menunjukan derajat ketepatan atau dapat diterapkannya hasil penelitian pada
situasi yang lain. Supaya hasil penelitian dapat diterima dan diterapkan pada
situasi lain maka dalam penyususnan laporan peneliti harus secara sistematis dan
terperinci supaya mudah dipahami. Uji dependability uji berkaitan dengan seluruh
proses yang dilakukan oleh peneliti, jadi rekam jejak aktivitas peneliti harus
mampu ditunjukan kepada tim auditor. Uji Konfirmability dalam penelitian
kualitatif tahapan uji keabsahan ini disebut dengan uji obyektivitas penelitian. Uji
ini untuk mengetahui proses yang sudah dilakukan. Bila proses terbukti maka
hasil penelitian dikatakan memenuhi konfirmabilitas.
Uji Keabsahan data
Uji Kredibilitas
Uji Transferabilitas
Uji Defenabilitas
Uji Konfirmabilitas
81
Dian Diana, 2015 Pelestarian Dan Peran Masyarakat Di Kawasan Sekitar Situ Cisanti Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu | Perpustakaan.Upi.Edu
G. Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir yang digunakan penulis dalam penelitian ini
digambarkan dalam bagan berikut ini :
Gambar 3.5 Bagan Kerangka Pikir Penelitian
Sumber : Desain Penulis (2014)
Latar Belakang Masalah
(Keunikan Fenomena
Geosfer berupa pelestarian
Situ Cisanti)
Rumusan Masalah
Tujuan Dan
manfaat
Pelestarian dan peran
masyarakat di kawasan
sekitar Situ Cisanti untuk
memperkaya khasanah
keilmuan bagi sumber belajar
dalam pembelajaran geografi
di SMA/Sederajat
Kajian Pustaka
Penggalian data :
Observasi
Wawancara
(Triangulasi)
Studi Dokumentasi Analisis data Uji Keabsahan
Penyusunan
laporan
Teori, Konsep,
dalil
Kesimpulan
82
Dian Diana, 2015 Pelestarian Dan Peran Masyarakat Di Kawasan Sekitar Situ Cisanti Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu | Perpustakaan.Upi.Edu
H. Rancangan Jadwal Penelitian
Jadwal rencana penelitian yang akan dilakukan dapat dilihat sebagai
berikut :
No Tahapan Kegiatan
Rencana Pelaksanaan
Keterangan Juni
- Juli
2014
Agust
2014
Sept
2014
Okto
2014
Nov
2014
Des
2014
1
Persiapan
Kajian Mandiri
Survey Awal
Orientasi lokasi
Proposal
Seminar Proposal
2 Pelaksanaan
Wawancara
Observasi
Studi Dokumentasi
3 Uji Keabsahan data
4 Implikasi Bagi
pembelajaran geogafi
5 Penyusunan Laporan
6 Sidang
I. Laporan Hasil Penelitian
Penyusunan hasil penelitian yang telah diperoleh menjadi satu kesatuan
tulisan yang utuh, selanjutnya dituangkan dalam laporan hasil penelitian disusun
dengan sistematika dan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
Laporan hasil penelitian ini disusun dalam bentuk penulisan yang jelas, gaya
bahasa yang sederhana, ilmiah, dan tata bahasa penulisan yang baik dan benar.
Laporan hasil penelitian ini disusun untuk kebutuhan studi akademis pada Prodi
Pendidikan Geografi Pascasarjana UPI, sehingga sistematika yang digunakan
sesuai dengan buku penulisan karya ilmiah yang dikeluarkan oleh UPI. Agar
terlaksana tujuan dari penelitian ini mohon untuk dikoreksi serta diharapkan
mendapatkan masukan atau saran agar penelitian ini bisa dipertanggungjawabkan
secara akademik. Penulis sadar akan kekurangan dan kekeliruan yang ada dalam
proposal ini, tetapi dengan bimbingan dari Dosen pembimbing Akademik dan
Ketua Program Pendidikan Geografi SPs UPI Bandung diharapakan proposal ini
menjadi tema utama dalam penyusunan tesis.