Post on 31-Mar-2019
25 Wiwin Kurniasih, 2013 Pengaruh Pembelajaran Inquiry Lab Terhadap Peningkatan Kemampuan Literasi Sains Dan Sikap Ilmiah Siswa Pada Materi Ekosistem Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Definisi Operasional
1. Kemampuan literasi sains yang dimaksud adalah hasil tes kemampuan literasi
sains dengan indikator pencapaian sesuai dengan yang telah dirumuskan oleh
PISA 2006, dengan indikator yaitu: mengidentifikasi pertanyaan ilmiah,
menjelaskan fenomena secara ilmiah dan menggunakan bukti-bukti ilmiah,
dengan instrument yang dikembangkan oleh peneliti, dijudgmen oleh ahli dan
melalui proses uji coba serta validasi dengan reliabilitas 0.92 (Sangat Tinggi).
2. Sikap ilmiah yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hasil tes sikap ilmiah
dengan indikator yang terpadu (gabungan) yang diukur melalui suatu
instrumen sikap ilmiah dengan menggunakan skala likert, yakni dari PISA dan
SAI II yang sesuai dengan definisi sikap ilmiah dari Bennet (2003) dalam
Anwer et al. (2012) yaitu yang berkaitan dengan practical work.
3. Pembelajaran Inquiry lab yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah salah
satu tahapan inquiry yaitu Guided inquiry, pembelajaran yang didalam
pelaksanaannya yaitu dimulai dengan siswa diberikan masalah oleh guru
mengenai pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh limbah Styrofoam,
kemudian siswa memecahkan masalah tersebut dengan merancang percobaan
sendiri, melaksanakan percobaan dan mengkomunikasikan hasil percobaan,
Inquiry lab ini diterapkan dengan eksperimen pada materi ekosistem yaitu
pendaurulangan Styrofoam menjadi lem kertas, pelaksanaan pembelajaran
dilakukan dengan bimbingan dari guru sehingga dapat menemukan konsep
sendiri dalam proses pembelajarannya.
26
Wiwin Kurniasih, 2013 Pengaruh Pembelajaran Inquiry Lab Terhadap Peningkatan Kemampuan Literasi Sains Dan Sikap Ilmiah Siswa Pada Materi Ekosistem Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
B. Metode Penelitian
Metode penelitian yang dilakukan untuk penelitian ini adalah metode eksperimen
semu (Quasi-Experimental), karena sampel tidak dicuplik secara acak (Arikunto,
2010). Terdapat dua kelas, kelas pertama merupakan kelas eksperimental yakni kelas
yang diterapkan pembelajaran inquiry lab sedangkan kelas kedua merupakan kelas
kontrol dengan pembelajaran konvensional (ceramah).
C. Desain Penelitian
Desain penelitian yang dipilih adalah Nonrandomized Control Group, Pretest-
Posttest Design. Dalam rancangan ini digunakan kedua kelas, yaitu kelas kontrol dan
yang dipilih tidak secara random, keduanya diberikan pretest dan posttest. (Ary et al.,
2010).
Tabel 3.1 Desain penelitian yang digunakan
Sumber : (Ary et al., 2010)
Keterangan
X : Penerapan pembelajaran inquiry lab pada kelas eksperimen (E)
- : Penerapan treatment alternative (Pembelajaran konvensional/ceramah)pada
kelas kontrol ( C )
Y1: Pretest yang dilakukan pada kelas eksperimen dan kontrol
Y2: Posttest yang dilakukan pada kelas eksperimen dan kontrol
Group Pretest Independent variabel Posttest
E Y1 X Y2
C Y1 - Y2
27
Wiwin Kurniasih, 2013 Pengaruh Pembelajaran Inquiry Lab Terhadap Peningkatan Kemampuan Literasi Sains Dan Sikap Ilmiah Siswa Pada Materi Ekosistem Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
D. Asumsi
Asumsi-asumsi yang menjadi landasan dalam penelitian ini :
1. Penerapan pembelajaran inquiry secara sistematis menurut tingkatan inquiry
yaitu discovery learning, interactive demonstration, inquiry lesson, inquiry lab,
dan hypothetical inquiry, dapat mengembangkan kemampuan intelektual dan
membimbing literasi sains siswa (Wenning, 2011)
2. American Association for the Advancement of Science (AAAS) mengemukakan
bahwa metode pembelajaraninquiry merupakan jalan untuk meningkatkan
literasi sains siswa mendapatkan kesempatan untuk berdiskusi membahas ide-ide
ilmiah (scientific ideas) (Brickman et al, 2009).
3. Sikap-sikap ilmiah akan muncul dari seringnya siswa melakukan eksperimen-
eksperimen terbimbing (Widiarti, 2008).
4. Semua skala sikap ditujukan untuk menemukan sikap dari sesorang berdasarakan
jawaban atau tanggapan dari siswa tersebut terhadap suatu pernyataan ( Fraenkel
et al, 2012)
E. Hipotesis
Hipotesis yang akan diuji kebenarannya dalam penelitian ini adalah :
(H0) : Tidak terdapat perbedaan peningkatan kemampuan literasi sains antara kelas
kontrol dan kelas eksperimen pada materi ekositem
(H1) : Terdapat perbedaan peningkatan kemampuan literasi sains antara kelas kontrol
dan kelas eksperimen pada materi ekositem
F. Lokasi, dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di kelas VII SMP Kartika XIX-2 Bandung pada
semester genap tahun ajaran 2012/2013. Pemilihan tingkat kelas, yakni kelas VII
28
Wiwin Kurniasih, 2013 Pengaruh Pembelajaran Inquiry Lab Terhadap Peningkatan Kemampuan Literasi Sains Dan Sikap Ilmiah Siswa Pada Materi Ekosistem Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
dipilih terkait materi ekosistem (daur ulang limbah) yang ada pada tingkat kelas
tersebut.
G. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi peneiltian adalah seluruh siswa kelas VII pada sekolah swasta yaitu
SMP Kartika XIX-2 Bandung. Sampel yang diambil yaitu kelas VII E (kelas
eksperimen dengan pembelajaran inquiry lab) dan VII A (Kelas kontrol dengan
pembelajaran konvensional, masing-masing terdiri dari 37 siswa.
Sampel penelitian diambil secara purposive sampling dengan pertimbangan
bahwa siswa tersebut belum pernah memperoleh materi ekosistem (pendaurulangan
(Recycle) styrofoam menjadi lem kertas yang merupakan suatu cara penanggulangan
masalah pencemaran lingkungan), memiliki kemampuan yang lebih dibandingkan
kelas lainnya dan dapat memberikan informasi yang representatif dalam membantu
hasil penelitian (Fraenkel et al., 2012).
H. Instrumen Peneltian dan Pengembangannya
1. Butir Soal Literasi Sains
Butir soal literasi sains dibuat berdasarkan indikator yang telah dirumuskan oleh
PISA 2006 tentang kompetensi literasi sains (tabel 2.6). Profil soal yang akan
diberikan dibatasi hanya topik yang berkaitan dengan Ekosistem saja. Hal tersebut
dikarenakan pada praktek pembelajaran yang dilakukan berkaitan dengan topik
pembelajaran tersebut, meskipun pada dasarnya evaluasi literasi sains tidak harus
terikat dengan konten atau konteks sains tertentu (OECD, 2006). Butir soal kemudian
diuji daya pembeda, tingkat kesulitan, validitas dan reabilitas di SMP Negeri 12
Bandung. Revisi akan dibuat berdasarkan hasil analisis pokok uji tersebut. Detail
instrumen soal dapat dilihat pada bagian lampiran. Sedangkan kisi-kisi soal literasi
sains bisa dilihat pada tabel 3.2
29
Wiwin Kurniasih, 2013 Pengaruh Pembelajaran Inquiry Lab Terhadap Peningkatan Kemampuan Literasi Sains Dan Sikap Ilmiah Siswa Pada Materi Ekosistem Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Tabel. 3.2. Kisi-kisi Butir Soal Literasi Sains
No Indikator soal Literasi Sains No
Soal Jml
Mengidentifikasi Permasalahan Ilmiah
1 Mengenali permasalahan yang dapat diselidiki secara ilmiah 1, 4 2
2 Mengidentifikasi kata-kata kunci untuk memperoleh informasi ilmiah 2,5 2
3 Mengenali fitur penyelidikan ilmiah 9,13 2
Menjelaskan Fenomena secara ilmiah
4 Mengaplikasikan pengetahuan sains dalam situasi yang diberikan 10,14 2
5 Mendeskripsikan atau menafsirkan fenomena ilmiah dan prediksi
perubahan
3,11 2
6 Mengidentifikasi deskripsi, eksplanasi dan prediksi yang tepat 12,6 2
Menggunakan Bukti Ilmiah
7 Menafsirkan bukti ilmiah dan membuat serta mengkomunikasikan
kesimpulan
7,15 2
8 Mengidentifikasi asumsi, bukti dan alasan dibalik kesimpulan 8,16 2
9 Merefleksikan implikasi sosial dan perkembangan sains dan
teknologi
17,18 2
Jumlah
Berikut adalah rincian analisis pokok uji pada tiap butir soal multiple choice untuk
pencapaian literasi sains siswa :
a. Uji Validitas
Suatu butir soal atau item dikatakan valid apabila memberikan dukungan besar
terhadap skor total, artinya tes dapat tepat mengukur apa yang hendak diukur
(Arikunto,2010).
Proses uji validitas menggunakan program ANATES versi 4.0.5. Hasil uji
validitas butir soal dapat dilihat pada kolom korelasi dalam bentuk indeks.
30
Wiwin Kurniasih, 2013 Pengaruh Pembelajaran Inquiry Lab Terhadap Peningkatan Kemampuan Literasi Sains Dan Sikap Ilmiah Siswa Pada Materi Ekosistem Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Selanjutnya indeks tersebut diinterpretasikan dengan menggunakan kriteria validitas
pada Tabel. 3.3.
Tabel. 3.3. Kriteria Indeks Validitas Butir Soal
Indeks Validitas Keterangan
0.80-1.00 Sangat Tinggi
0.60-0.80 Tinggi
0.40-0.60 Cukup
0.20-0.40 Rendah
0.00-0.20 Sangat Rendah
(Arikunto, 2010).
Indeks validitas yang diterima adalah mulai dari kategori cukup hingga kategori
sangat tinggi. Detail hasil uji validitas dapat dilihat pada (lampiran C.1)
b. Uji Reliabilitas
Uji reabilitas dilakukan untuk mengetahui tingkat keajegan atau ketetapan hasil
pengukuran soal, artinya jika kepada siswa-siswa diberikan tes yang serupa pada
waktu yang berbeda maka setiap siswa akan tetap berada dalam urutan yang sama
dalam kelompok (Arikunto,2010). Proses uji reliabilitas ini dibantu dengan
menggunakan software ANATES versi 4.0.5. Hasil pengolahan data reabilitas dengan
anates langsung bisa terlihat pada bagian awal output dari Anates. Selanjutnya
diinterpretasikan dengan menggunakan kriteria pada Tabel 3.4.
Tabel 3.4 Klasifikasi Nilai Reliabilitas
Nilai Arti
0,80-1,00 Sangat tinggi
0,60-0,80 Tinggi
0,40-0,60 Cukup
0,20-0,40 Rendah
0,0-0,20 Sangat tinggi
(Arikunto, 2010)
31
Wiwin Kurniasih, 2013 Pengaruh Pembelajaran Inquiry Lab Terhadap Peningkatan Kemampuan Literasi Sains Dan Sikap Ilmiah Siswa Pada Materi Ekosistem Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
c. Daya Pembeda
Daya Pembeda Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk
membedakan antar siswa yang padai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang
bodoh (berkemampuan rendah) (Arikunto, 2010). Proses daya pembeda dibantu
dengan menggunakan software ANATES 4.0.5. Hasil pengolahan dari Anates akan
muncul indeks daya pembeda dalam bentuk persentase (%). Selanjutnya interpretasi
nilai indeks daya pembeda tersebut dikonversi dalam bentuk desimal dan mengacu
pada kriteria perolehan nilai klasifikasi daya pembeda yang disajikan dalam bentuk
Tabel 3.7.
Tabel. 3.5. Klasifikasi daya Pembeda
Daya Pembeda Arti
0,00-0,20 Jelek
0,21-0,40 Cukup
0,41-0,70 Baik
0,71-1,00 Baik sekali
Negatif Tidak baik (sebaiknya dibuang)
(Arikunto, 2010)
Hasil pengolahan data dari Anates menunjukan bahwa daya pembeda soal
termasuk dari berbagai kriteria mulai dari sangat baik, baik, buruk, dan sangat buruk,
oleh karena itu dilakukan beberapa revisi terhadap pilihan jawaban yang ada sehingga
menjadi lebih baik.
d. Uji Tingkat Kesukaran
32
Wiwin Kurniasih, 2013 Pengaruh Pembelajaran Inquiry Lab Terhadap Peningkatan Kemampuan Literasi Sains Dan Sikap Ilmiah Siswa Pada Materi Ekosistem Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Sukar atau mudahnya suatu butir soal maka digunakan perhitungan tingkat
kesukaran. Soal yang tidak baik terlalu mudah dan tidak terlalu sukar. Soal yang
terlalu mudah tidak merangsang siswa untuk mempertinggi usaha memecahkannya.
Sebaliknya soal yang terlalu sukar akan menyebabkan siswa menjadi putus asa dan
tidak mempunyai semangat untuk mencoba lagi karena diluar jangkauannya
(Arikunto, 2010).
Proses uji tingkat kesukaran dibantu dengan menggunakan software ANATES
versi 4.0.5. Selanjutnya diinterpretasi tingkat kesukaran tersebut dikonversi dalam
bentuk desimal dan mengacu pada kriteria tingkat kesukaran pada tabel 3.6
Tabel 3.6 Indeks tingkat kesukaran
Nilai Arti
1,00-0,30 Sukar
0,30-0,70 Sedang
0,70-1,00 Rendah
(Arikunto, 2010).
Hasil data dari Anates menunjukan bahwa hampir semua soal mencakup kriteria
sedang, tetapi ada juga yang mudah dan satu soal termasuk kriteria sukar. Untuk hasil
rekapitulasi data pengolahan tingkat kesukaran selengkapnya disajikan dalam Tabel.
3.7.
e. Uji kualitas Pengecoh
Pengolahan kualitas pengecoh tiap butir soal dilakukan dengan menggunakan
program ANATES versi 4.0.5. Data kualitas pengecoh yang muncul dalam output
Anates diinterpretasikan pada kriteria yang terdapat dalam program Anates.
33
Wiwin Kurniasih, 2013 Pengaruh Pembelajaran Inquiry Lab Terhadap Peningkatan Kemampuan Literasi Sains Dan Sikap Ilmiah Siswa Pada Materi Ekosistem Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Tabel.3.7. Rekapitulasi Hasil Analisis Butir Soal Kemampuan Literasi Sains Siswa
No.
Soal
Tingkat Kesukaran Daya Pembeda Kualitas Pengecoh Validitas
Keputusan
Reliabilitas
Indeks Ket Indeks Ket Kunci Berfungsi Tidak
Berfungsi Indeks Ket Indeks Ket
1 0,9 Baik sekali 0,50 Sedang b a, c & d - 0,64 Tinggi Terima
0,92 Sangat
Tinggi
2 0,7 Baik 0,42 Sedang a b, d & c - 0,47 Cukup Terima*
3 0,7 Baik 0,68 Sedang a b, c & d - 0,58 Cukup Terima*
4 0,5 Baik 0,78 Mudah b a, c & d - 0,50 Cukup Terima
5 0,6 Baik 0,47 Sedang d a, b & c - 0,49 Cukup Terima
6 0,8 Baik sekali 0,55 Sedang d a, b & c - 0,64 Tinggi Terima
7 0,5 Baik 0,63 Sedang d a, b & c - 0,55 Cukup Terima
8 0,8 Baik sekali 0,55 Sedang a b, c & d - 0,73 Tinggi Terima
9 0,9 Baik sekali 0,65 Sedang c a, b & d - 0,75 Tinggi Terima
10 0,4 Cukup 0,76 Mudah c a, b & d - 0,44 Cukup Terima*
11 0,6 Baik 0,47 Sedang b a, c & d - 0,46 Cukup Terima*
12 0,5 Baik 0,15 Sukar c a, b & d - 0,46 Cukup Terima
13 0,9 Baik sekali 0,65 Sedang d a, b & c - 0,78 Tinggi Terima*
14 1,0 Baik sekali 0,65 Sedang a b, c & d - 0,89 Sangat Tinggi Terima
15 0,9 Baik sekali 0,52 Sedang b a, c & d - 0,65 Tinggi Terima
16 0,5 Baik 0,34 Sedang c a, b & d - 0,44 Cukup Terima*
17 0,5 Baik 0,52 Sedang b a, c & d - 0,48 Cukup Terima
18 0,7 Baik 0,55 Sedang c a, b & d - 0,55 Cukup Terima
Keterangan
Terima *=Ada perbaikan option pilihan jawaban.
34
Wiwin Kurniasih, 2013 Pengaruh Pembelajaran Inquiry Lab Terhadap Peningkatan Kemampuan Literasi Sains Dan Sikap Ilmiah Siswa Pada Materi Ekosistem Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
2. Kuesioner Sikap Ilmiah
Kuesioner sikap yag digunakan adalah kuesioner dengan indikator terpadu yakni
yang berasal dari PISA 2006 dan kuesioner yang telah disusun oleh Dr. Richard Moore
yakni Scientific Attitude Inventory II (1997). Izin penggunaan SAI II telah diberikan
oleh Dr. Moore pada tanggal 14 Desember 2012 melalui e-mail (Lampiran D.2).
Kuesioner disusun dalam bentuk skala Likert-5 (sangat setuju, setuju, ragu-ragu, tidak
setuju dan sangat tidak setuju).
Tabel. 3.8. Kisi-kisi Kuesioner Sikap Ilmiah
No Indikator Orientasi Jawaban
Positif Negatif
Dukungan terhadap inkuiri ilmiah
1 Menghargai perbedaan pandangan dan pendapat ilmiah (berfikiran
terbuka) untuk melakukan penilaian lebih lanjut3)
1 2
2 Mendukung penggunaan informasi faktual dan eksplanasi rasional agar
tidak bias3)
3 4
3 Menunjukkan pemahaman bahwa proses yang logis, kritis dan cermat
diperlukan dalam mengambil kesimpulan 3)
5 6
Dukungan terhadap Sifat Sains
4
Menunjukkan pemahaman bahwa sains memiliki keterbatasan : teori dan
prinsip sains adalah tentatif dan mendekati kebenaran serta tidak semua
permasalah dapat dapat dijawab oleh sains 1)
7 8
5
Meyakini bahwa saintis harus memiliki kejujuran intelektual, objektivitas
dalam observasi. Observasi dan eksperimen adalah dasar dari penerapan
sains1)
9 10
Keyakinan diri sebagai pembelajar sains
Keyakinan diri sebagai pembelajar sains
6 Keyakinan dalam menangani persoalan ilmiah secara efektif 2)
11 12
7 Keyakinan dalam menangani kesulitan dalam menyelesaikan masalah2)
13 14
8 Keyakinan dalam menunjukkan kemampuan ilmiah yang tinggi2)
15 16
Ketertarikan terhadap sains
9 Mengindikasikan keingintahuan tentang sains, isu-isu sains dan
mempraktikan sains3)
17 18
10 Menunjukkan keinginan untuk memperoleh tambahan pengetahuan dan
keahlian ilmiah, menggunakan beragam sumber dan metode ilmiah3)
19 20
11 Menunjukkan pemahaman bahwa sains memerlukan dukungan penuh
dari masyarakat2)
21 22
Jumlah 11 11 Keterangan :
1). Indikator hanya terdapat dari PISA
2). Indikator hanya terdapat dari SAI II
3). Indikator ada pada PISA dan SAI II
35
Wiwin Kurniasih, 2013 Pengaruh Pembelajaran Inquiry Lab Terhadap Peningkatan Kemampuan Literasi Sains Dan Sikap Ilmiah Siswa Pada Materi Ekosistem Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Tabel.3.9. Rekapitulasi Hasil Analisis Butir Kuisioner Sikap Ilmiah
No Taraf Kesukaran Validitas item Kesimpulan
Validitas
Realibilitas
P Interpretasi Korelasi Interpretasi r Interpretasi
1 0,66 Sedang 0,54 Cukup Terima
0.91 Sangat Tinggi
2 0,56 Sedang 0,49 Cukup Terima
3 0,71 Sangat Mudah 0,51 Cukup Terima*
4 0,76 Mudah 0,37 Rendah Terima*
5 0,68 Sedang 0,47 Cukup Terima
6 0,66 Sedang 0,72 Tinggi Terima
7 0,69 Sedang 0,43 Cukup Terima
8 0,65 Sedang 0,49 Cukup Terima
9 0,62 Sedang 0,54 Cukup Terima
10 0,64 Mudah 0,57 Cukup Terima
11 0,67 Sedang 0,60 Cukup Terima
12 0,65 Sukar 0,52 Cukup Terima
13 0,55 Sedang 0,51 Cukup Terima
14 0,65 Sedang 0,49 Cukup Terima*
15 0,69 Sedang 0,71 Tinggi Terima
16 0,68 Sedang 0,69 Cukup Terima
17 0,71 Sangat Mudah 0,64 Cukup Terima
18 0,68 Sedang 0,47 Cukup Terima
19 0,62 Sedang 0,47 Cukup Terima
20 0,68 Sedang 0,43 Cukup Terima
21 0,59 Sedang 0,49 Cukup Terima
22 0,67 Sedang 0,59 Cukup Terima
Keterangan :
Terima *=Ada perbaikan option jawaban soal.
I. Teknik Pengumpulan Data
Untuk instrumen butir soal dan kuesioner sikap, pengumpulan data dilakukan dua
kali yakni pada saat pretest dan pada saat posttest.
J. Pengolahan dan Analisis Data
1. Lembar Observasi Keterlaksanaan Sintaks Inquiry lab
36
Wiwin Kurniasih, 2013 Pengaruh Pembelajaran Inquiry Lab Terhadap Peningkatan Kemampuan Literasi Sains Dan Sikap Ilmiah Siswa Pada Materi Ekosistem Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Dengan melakukan observasi keterlaksanaan sintaks, peneliti dapat mengaitkan hasil
pencapaian literasi atau sikap ilmiah siswa dengan kegiatan yang dilakukan selama
pembelajaran inquiry lab. Spesifikasi keterlaksanaan dengan deskriptor tiap sintaks
(dapat dilihat pada lampiran B.1).
a. Menghitung persentasi skor yang diperoleh dengan rumus berikut :
Persen keterlaksanaan =
b. Menentukan kategori keterlaksanaan model pembelajaran berdasarkan
Tabel berikut :
Berikut adalah kategori hasil keterlaksanaan sintaks:
Tabel 3.10 Kategori Keterlaksanaan Sintaks
Rentang Indeks Keterangan
85-100 Sangat baik
70-85 Baik
55-70 Cukup
40-55 Kurang
0-40 Sangat Kurang
(Sumber : Rupilu, 2012)
2. Pengolahan Data Tes Kemampuan Literasi Sains (Pretest dan Postest)
a. Menghitung skor yang diperoleh siswa
b. Melakukan perhitungan nilai siswa yang dihitung dengan menggunakan
rumus :
N =
ko m k im l
c. Melakukan uji statistika
1) Uji Prasyarat
Uji prasyarat merupakan uji awal yang akan menentukan apakah
hipotesis akan dilakukan melalui uji statistik parametrik ataukah
nonparametric (Sudjana, 2005). Uji prasayarat ini terdiri atas dua bagian
yakni uji normalitas dan uji homogenitas, dengan kriteria pengambilan
keputusan adalah jika nilai signifikansi > 0,05 maka H0 diterima, jika
37
Wiwin Kurniasih, 2013 Pengaruh Pembelajaran Inquiry Lab Terhadap Peningkatan Kemampuan Literasi Sains Dan Sikap Ilmiah Siswa Pada Materi Ekosistem Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
nilai signifikansi < 0,05 maka H0 ditolak. Kedua uji ini akan dilakukan
melalui software statistik SPSS 16.0 multilanguage.
a) Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data tersebut
berdistribusi normal atau tidak. Kondisi data berdistribusi normal menjadi
syarat untuk menguji hipotesis menggunakan statistik parametrik.
b) Uji Homogenitas
Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui homogen atau tidaknya data
kedua sampel. Apabila kesimpulan menunjukkan kelas data homogen, maka
data berasal dari populasi yang sama dan layak untuk diuji statistik parametrik.
2) Uji Hipotesis
Uji hipotesis yang dilakukan yakni melalui uji dua rata-rata serta
membandingkan gain yang diperoleh pada kelas kontrol dengan eksperimen.
Jenis uji dua rata-rata yang digunakan bergantung kep d juml h mpel, jik ≥
30 dan data berdistribusi normal maka dilakukan uji parametrik yaitu uji t
independen, namun jika data tidak berdistribusi normal maka dilakkan uji Mann-
Whitney. (Sudjana, 2005). Hipotesis dalam pengujian berikut ini adalah : H0 =
tidak terdapat perbedaan yang signifikan
Tingkat signifikansi (Level of Significant) yang digunakan dalam penelitian
ini adalah α = 0.05, artinya kemungkinan kebenaran hasil penarikan kesimpulan
mempunyai probabilitas 95% atau toleransi kemelesetan 5%, tingkat signifikansi
α = 0.05 sudah lazim digunakan karena dinilai cukup ketat untuk mewakili
perbedaan antara variabel-variabel yang diuji.
Menghitung nilai N-gain dengan rumus : <g> =
Keterangan :
<g> : N-gain T2 : nilai posttest
38
Wiwin Kurniasih, 2013 Pengaruh Pembelajaran Inquiry Lab Terhadap Peningkatan Kemampuan Literasi Sains Dan Sikap Ilmiah Siswa Pada Materi Ekosistem Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
T1 : nilai pretest Is : skor maksimal
Tabel 3.11 Kriteria N-gain
Rentang Kriteria
g ≥ 0,70 Tinggi
0,30 ≥ g ≥ 0,70 Sedang
g < 0,30 Rendah
(Hake, 1999)
1. Pengolahan Data Tes Sikap Ilmiah
Analisis kuesioner sikap ilmiah menggunakan skala Likert-5. Berikut adalah skor
yang akan diberikan pada tiap tipe jawaban, sesuai dengan orientasi jawaban yang
diharapkan :
Tabel. 3.12. Cara Pemberian Skor Kuesioner Sikap Ilmiah
Jawaban Responden Soal Berorientasi Jawaban
Positif1)
Soal Berorientasi Jawaban
Negatif 2)
Sangat Setuju 5 1
Setuju 4 2
Ragu-ragu 3 3
Tidak Setuju 2 4
Sangat Tidak Setuju 1 5
Keterangan:
1) Soal berorientasi jawaban positif : soal yang diharapkan agar responden menjawab dengan jawaban
berorientasi positif
2) Soal berorientasi jawaban negatif : soal yang diharapkan agar responden menjawab dengan jawaban
berorientasi negatif
Tabel 3.13. Kategori Persentase Sikap Ilmiah Siswa
Persentase Predikat
86 – 100 % Sangat Baik
75 – 85 % Baik
60 – 74 % Cukup
55 – 59 % Kurang
≤ 54 % Kurang Sekali
(Purwanto, 2009)
39
Wiwin Kurniasih, 2013 Pengaruh Pembelajaran Inquiry Lab Terhadap Peningkatan Kemampuan Literasi Sains Dan Sikap Ilmiah Siswa Pada Materi Ekosistem Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
K. Alur Penelitian
Alur Penelitian dapat dilihat pada gambar dibawah ini :
Perumusan Masalah
Penyususan Instrumen
Penelitian
Studi Pendahuluan Studi Literatur
Seminar Proposal
Judgment Instrumen
Uji Coba Instrumen
Revisi Instrumen Penelitian
Pretest Pada Kelas Eksperimen Pretest Pada Kelas Kontrol
Pembelajaran Konvensional Pembelajaran Inquiry Lab
Postest Pada Kelas Kontrol Postest Pada Kelas Eksperimen
Analisis Data dan Judgment Hasil
Kesimpulan
Penyusunan Laporan
40
Wiwin Kurniasih, 2013 Pengaruh Pembelajaran Inquiry Lab Terhadap Peningkatan Kemampuan Literasi Sains Dan Sikap Ilmiah Siswa Pada Materi Ekosistem Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Gambar 3.1. Bagan Alur Penelitian