Post on 02-Dec-2020
BAB III
LAPORAN PRODUKSI
3.1. Proses Kerja Produser
Penulis sebagai produser adalah kepala produksi yang bertanggung jawab
atas program dokumenter yang akan dibuat dengan bantuan seluruh kru yang
memiliki tanggung jawab masing-masing sesuai jodesk.
Irwanto dkk (2019:49) menjelaskan bahwa “Produser adalah orang yang
bertanggung jawab atas detail produksi dari awal hingga akhir produksi dalam me-
manage produksi”.
Penulis sebagai produser terlibat aktif dalam semua tahapan proses
pembuatan dokumenter televisi, mulai dari tahap pra produksi; mengkoordinir sejak
awal, dari penemuan ide sampai skrip jadi, tahap produksi; pengambilan gambar atau
shooting dan tahap pasca produksi; penyuntingan gambar dan suara atau editing.
Rusman Latief dan Yusiatie Utud dalam Freddy Yusanto (2017:32)
menjelaskan bahwa “Tim produksi adalah personal yang terlibat sejak pra produksi
hingga pasca produksi dalam sebuah proses produksi program TV. Produser adalah
orang yang bertanggung jawab terhadap program secara keseluruhan. Sejak pra
produksi hingga pasca produksi, seorang produser harus terus ikut terjun langsung
dalam proses tersebut. Jika dalam sebuah produksi film, seorang sutradara adalah
pimpinan produksi tertinggi, maka di televisi, produser lah pimpinan tertinggi.
Seorang produser harus mampu mengatur jalannya proses produksi dengan baik,
mulai dengan penjadwalan produksi hingga melakukan pendekatan dengan
narasumber”.
Penulis tak hanya terlibat aktif dalam tahap pra produksi tetapi juga ikut
terjun langsung ke lapangan saat produksi dan ikut memantau jalannya proses editing
pada tahap pasca produksi. Meski pada tahap produksi sutradara lah yang memimpin
18
jalannya pengambilan gambar, namun penulis sebagai produser tetap membantu jika
ada kendala yang tak terduga.
3.1.1. Pra Produksi
Tahap pra produksi merupakan tahap awal dimana pembuatan proses kreatif
diperlukan. Produser bekerja sama dengan penulis dan sutadara yang merupakan
triangle system mencari ide kreatif yang kemudian dikembangkan menjadi konsep
dan disepakati bersama.
Menurut Rusman Latief dan Yusiatie Utud (2017:16) “Tugas produser dari
pra produksi; pencarian ide, pengembangan ide, perumusan konsep. Pada tahap
produksi; terlibat dalam pelaksanaannya sebagai tim leader, dan pasca produksi
terlibat dalam proses evaluasi dan penilaian akhir hasil editing”.
Tahap pra produksi merupakan tahap awal pembuatan sebuah program,
karena hasil dari pra produksi adalah langkah awal yang menentukan kelancaran
suatu proses produksi dan pasca produksi. Tahap pra produksi menjadi tahap utama
sebelum proses penciptaan program.
Pada tahap ini merupakan proses awal dari seluruh kegiatan produksi
program siaran. Bermula dari timbulnya ide atau gagasan ini, penulis sebagai
produser mulai mengadakan briefing dengan seluruh tim untuk membahas mengenai
ide/tema yang akan diangkat. Bekerja sama dengan penulis naskah dan sutradara, dan
juga menampung usulan ide dari anggota lainnya. Tak hanya membahas ide/tema,
penulis bersama tim juga membahas akan menentukan kategori dan format program
dokumenter televisi apa yang akan diangkat.
19
Pada tahap ini, penulis sebagai produser bekerja bersama penulis naskah dan
sutradara menemukan ide gagasan yang sesuai dengan format dan kategori program
yang telah disepakati, kemudian dikembangkan menjadi tema acara. Setelah
menentukan tema acara, sutradara dan penulis naskah mencari informasi sebanyak-
banyaknya dari berbagai sumber untuk dapat masuk ke tahap perencanaan.
Pada tahapan perencanaan, produser menentukan siapa narasumber yang
akan dimintai keterangan, berdasarkan data yang telah dikumpulkan dan profesi yang
terkait dengan tema acara. Kemudian dapat melakukan pendekatan untuk wawancara
dengan narasumber pada saat riset.
Saat pra produksi, tugas produser memimpin rapat untuk menentukan ide
kreatif, dan mulai membagikan tugas (job desk) sesuai kemampuan masing-masing.
Produser bertugas menyusun anggaran biaya, menyetujui alat produksi yang akan
digunakan sutradara dan camera person pada saat proses produksi, menyusun jadwal
produksi, mengusulkan siapa narasumber yang akan diwawancarai, dan membuat
perizinan.
3.1.2. Produksi
Penulis sebagai produser pada tahap produksi tidak terlibat secara aktif
namum tetap membantu jalannya produksi. Diantaranya membantu menghubungi
dan mengonfirmasi narasumber yang sebelumya telah membuat janji wawancara.
Menurut Rusman Latief dan Yusiatie Utud (2017:17) “Pada tahap produksi,
produser non drama terlibat sebagai leader. Meskipun ada pengarah acara –Program
director (PD) yang bertugas menerjemahkan naskah dalam perspektif pemikirannya,
namun lebih bertanggung jawab ada penyajian visual saja dengan sentuhan artistik.”
20
Pada proses produksi, produser secara keseluruhan membantu sutradara
mengawasi jalannya proses pengambilan gambar yang sedang berlangsung, terlebih
jika ada masalah dan atau kendala yang datang secara tiba-tiba dan tak terduga, karna
tidak dapat dipungkiri, saat proses produksi sedang berlangsung pasti ada kendala
yang datang secara tidak terduga, seperti keperluan teknis dari kamera sampai editing
harus benar-benar diperhatikan oleh produser, apabila timbul masalah maka produser
dituntut untuk dapat menyelesaikanya.
3.1.3. Pasca Produksi
Penulis bersama sutradara menemani editor saat melakukan penyuntingan
gambar dan membantu editor jika ada hal yang kurang dimengerti. Jika ada kendala
tak terduga yang mengharuskan keluar dari konsep awal dapat segera didiskusikan
dan mencari jalan keluar.
Menurut Rusman Latief dan Yusiatie Utud (2017:263) “Pasca Produksi
(post production) adalah tahapan terakhir dari produksi program siaran. Pada tahap
ini rekaman materi shooting (master shooting) yang didapatkan dari lokasi (venue)
akan dilakukan proses editing. Tujuan dari editing untuk menyempurnakan materi
program agar dapat memiliki makna dan menyesuaikan dengan durasi untuk slot time
on air yang tersedia”.
Proses pasca produksi adalah tahapan terakhir dari seluruh rangkaian
jalannya pembuatan program acara televisi. Yang penulis sebagai produser lakukan
pada proses pasca produksi adalah me-review hasil pengambilan gambar,
mendiskusikan adegan-adegan yang akan dipakai dan tidak dipakai, mana yang harus
dipotong dan juga mendiskusikan tentang audio mulai dari instrument, backsound
21
atau ilustrasi musik yang ingin digunakan untuk program dokumenter televisi yang
sesuai dengan konsep yang sudah disepakati seluruh tim. Penulis juga memberi
target waktu penyelesaian proses editing kepada editor. Dan juga melakukan evaluasi
tahap akhir bersama seluruh tim.
3.1.4. Peran dan Tanggung Jawab Produser
Peran dan tanggung jawab penulis sebagai produser pada progam
dokumenter “Bandung Raya Menunggu (Sesar Lembang)” adalah bertanggung
jawab atas keseluruhan produksi baik dari segi dana maupun hasil akhir produksi,
bekerja sama dengan penulis dan sutradara dalam mencari ide kreatif sebelum
akhirnya membuat konsep.
Menurut Anton Mabruri KN (2018:55), tugas dan tanggung jawab produser
antaa lain mencari dan mendapatkan ide untuk diproduksi, membuat proposal
produksi berdasarkan ide, menyusun rancangan dan mengupayakan anggaran dana
untuk produksi”.
Produser bertanggung jawab menyusun rancangan produksi, mengupayakan
anggaran dana untuk produksi agar dapat meng-cover semua pengeluaran selama pra
produksi, produksi hingga pasca produksi. Tak hanya itu, penulis sebagai produser
juga bertanggung jawab membuat jadwal produksi, mengawasi pelaksanaan
produksi, bertanggung jawab atas kontrak secara hukum dengan berbagai pihak
dalam produksi yang dikelola. Produser mulai bekerja secara penuh jauh sebelum
tahapan produksi sebuah pembuatan progam dokumenter ini berlangsung.
22
3.1.5. Proses Penciptaan Karya
Penulis sebagai produser memiliki tiga panduan dalam proses penciptaan
karya yaitu:
1. Konsep Kreatif
Penulis sebagai produser ingin membuat program dokumenter yang tema dan
konsepnya mengangkat tentang isu sosial Sesar Lembang yang masih banyak warga
Bandung Raya tidak ketahui. Penulis sebagai produser bersama tim mengumpulkan
informasi sebanyak-banyaknya dari berbagai sumber dan merangkumnya menjadi
satu untuk dapat memberikan informasi dengan lengkap. Membahas tentang Sesar
Lembang dan dampaknya, edukasi mitigasi bencana, simulasi bencana oleh BNPB
dan solusi proyek RISHA oleh Kepala Puslitbang Perumahan dan Permukiman,
Kementerian PUPR.
2. Konsep Produksi
Penulis lebih memfokuskan diri pada perizinan dengan narasumber. Pada saat
riset, penulis sudah membuat surat keterangan PKL/riset dari kampus untuk
diberikan kepada narasumber. Sehingga sehari sebelum produksi, penulis hanya
perlu mengingatkan narasumber untuk proses wawancara.
Sebelum produksi, penulis membantu mengingatkan untuk memeriksa peralatan
yang akan digunakan, ikut mengawasi jalannya proses pengambilan gambar terlebih
jika ada kendala yang tak terduga dan tidak terjadi kelebihan durasi (over time) dari
waktu yang sudah dibuat dalam jadwal pengambilan gambar (shooting schedule).
Karena jika kelebihan durasi dari waktu yang sudah ditentukan, bisa menghambat
produksi di hari selanjutnya terutama jika sudah memiliki janji temu dengan
narasumber lain.
23
3. Konsep Teknis
Dalam konsep teknis, penulis menyetujui alat yang akan dipakai oleh sutradara,
camera person dan editor. Terlebih dahulu mengecek ketersediaan dan fungsi alat
yang akan disewa sebelum akhirnya disewa dan dibawa ke lokasi untuk proses
pengambilan gambar. Penulis juga menyetujui untuk mengganti peralatan yang
digunakan ketika ada alat yang bermasalah dan tidak bisa digunakan untuk
pengambilan gambar.
3.1.6. Kendala Produksi dan Solusi
Dalam proses penciptaan sebuah produksi program televisi pasti tidak lepas
dari kendala yang menghambat kelancaran produksi. Berikut kendala dan solusi yang
penulis sebagai produser alami saat pra produksi hingga pasca produksi, diantaranya:
1. Kendala : Pada saat menyewa alat, kamera Sony Nx-1 yang ingin digunakan
ternyata berjamur dan terdapat bayangan hitam di kedua sisi
gambar (vignate).
Solusi : Terpaksa mengganti kamera dengan Kamera Sony HXR MC2500
HD Camcorder karena hanya kamera tersebut yang sedang
tersedia dan dalam kondisi bagus.
2. Kendala : Saat menyewa peralatan lainnya seperti Zoom H4, ternyata saat
data audio akan dipindahkan ke laptop, alat tersebut tidak
menyimpan audio saat wawancara, sehingga audio tidak terrekam.
Solusi : Tidak menyewa Zoom H4 lagi untuk wawancara dan hanya
menggunakan audio dari kamera karena tidak ada alat perekam
audio lainnya yang tersedia.
24
3. Kendala : Sulitnya mengatur jadwal temu dengan Ketua Puslitbang
Perumahan dan Permukiman Kementerian PU, Bapak Arief
Sabaruddin di Jakarta.
Solusi : Mengikuti jadwal Bapak Arief untuk wawancara di kantor beliau,
di Bandung.
25
Lembar Kerja Produser
A. Konsep Produser
B. Working Schedule
C. Breakdown Budgeting
D. Shooting Schedule
E. Equipment List
26
3.1.7. Lembar Kerja Produser
KONSEP PRODUSER
Produksi : Daun Kering Studio Produser : Andriez Pandu
Judul : Bandung Raya Menunggu Sutradara : Febrianto D.
(Sesar Lembang)
Durasi : 20 menit 13 detik Penulis Naskah : Dian Retno A.
Dalam membuat suatu konsep suatu program tidaklah mudah, dibutuhkan ide
menarik agar konsep yang dibuat juga menarik dan tidak membosankan bagi audien
atau penonton. Pada proses pembuatan progam dokumenter “Bandung Raya
Menunggu (Sesar Lembang)”, penulis sebagai produser menggunakan konsep yang
mengedukasi dengan memberikan informasi-informasi penting yang disampaikan
langsung oleh narasumber dan memperliatkan gambar yang sesuai dengan informasi
yang diberikan.
Dokumenter ini bercerita tentang tentang isu sosial Sesar Lembang yang
masih banyak warga Bandung Raya tidak ketahui. Penulis dan tim berusaha
membantu pemeritah kota Bandung dalam mengedukasi warga khususnya Bandung
Rayadan sekitarnya terkait bencana Sesar Lembang dan dampaknya, edukasi mitigasi
bencana yang harus dilakukan oleh warga saat bencana terjadi, simulasi bencana dan
solusi proyek RISHA (Rumah Instan Sederhana Sehat) untuk menjawab keresahan
masyarakat.
Dengan dibuatnya film dokumenter “Bandung Raya Menunggu (Sesar
Lembang)” diharapkan warga Bandung Raya dan sekitarya dapat lebih paham dan
peduli serta membantu memberitahu keluarga, tetangga, maupun teman yang tinggal
di Bandung untuk lebih paham dan peduli tentang bencana Sesar Lembang.
27
TABEL III.2 WORKING SCHEDULE
UNIVERSITAS BINA SARANA
INFORMATIKA
Produksi : Daun Kering Studio Produser : Andriez Pandu
Judul : Bandung Raya Menunggu Sutradara : Febrianto D.
(Sesar Lembang)
Durasi : 20 menit 13 detik Penulis Naskah : Dian Retno A.
No Tahap Aktivitas Mar
et
April Mei Juni Juli
3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3
1. Pra Pro
duksi
Pembagian
jobdesk dan
memikirkan
ide
2. Pembuatan
TOR
3. Bimbingan ide,
konsep, tema
dan
Pembahasan
TOR
4. Revisi TOR
dan
draft
pertanyaan
5. Bimbingan
Revisi TOR,
draft
28
pertanyaan
dan
kuesioner
6. Riset ke
Bandung
7. Bimbingan
hasil
riset
8. Revisi TOR
dan
9. Bimbingan
Revisi TOR
dan draf
pertanyaan
narasumber
sebelum
produksi
10. Produk
si
Produksi 1
(momen
acara BNPB)
11. Evaluasi
produksi
12. Bimbingan
hasil
shooting 1
13. Bimbingan
sebelum
produksi
kedua
14. Produksi ke-2
15. Evaluasi
produksi
29
16.
Pasca
Produk
si
Editing offline
17. Editing online
18. Merapikan
laporan
produksi
19. Bimbingan
karya
20. Bimbingan
revisi laporan
(desain
produksi)
21. Bimbingan
revisi
laporan
(desain
produksi)
22. Bimbingan
revisi
laporan dan
karya
23. Acc karya dan
Tabel 2. Working Schedule
30
TABEL III.3 BREAKDOWN BUDGETING
UNIVERSITAS BINA SARANA
INFORMATIKA
Produksi : Daun Kering Studio Produser : Andriez Pandu
Judul : Bandung Raya Menunggu Sutradara : Febrianto D.
(Sesar Lembang)
Durasi : 20 menit 13 detik Penulis Naskah : Dian Retno A.
No. Item Unit Amount/hari Rate Notes
Pra Produksi
1. Konsumsi - -
Rp 25.000,- Konsumsi
Bimbingan
2. Print - -
Rp 25.000,- Surat dan
kuesioner
3. Riset
a. Bensin 2
motor
(PP)
2 x Rp
50.000,- x 2
hari
Rp 100.000,- 2 motor 2
hari
b. Konsumsi
Riset
4
orang
4 x Rp
60.000,- x 2
hari
Rp 480.000,- 4 orang 2
hari
c. Penginapan
Riset
4
orang
Rp
265.000,-
Rp 265.000,- Sehari
Total Pra Produksi Rp 895.000,-
Produksi
4. Sewa alat
a. Kamera Sony
HXR MC2500
1 pcs Rp 1.600.000,- Sewa 4 hari
31
HD Camcorder
b. Tripod video
E-Image
EG04AS
1 pcs Rp 40.000,- Sewa 4 hari
c. Microphone
Condenser
Shotgun Rode
NTG2
1 pcs Rp 150.000,- Sewa 2 hari
d. Handy
Recorder Audio
Zoom H4N
PRO-4 Channel
1 pcs Rp 220.000,- Sewa 2 hari
e. SD Card
Samsung SDHC
16GB UHS-I
CARD
1 pcs - Termasuk
dalam
kamera
f. SD Card Sony
32GB
Professional
SDHC 1 UHS-I
1 pcs - Termasuk
dalam
kamera
g. Drone Dji
Spark 4
1 pcs Rp 500.000,- Sewa 7 hari
5. Transportasi 3
motor
Rp
265.000,-
Rp 500.000,- 3 motor 7
hari
6. Konsumsi 5
orang
Rp
2.475.000,-
Rp 2.475.000,- 5 orang 7
hari
7. Penginapan Rp
265.000,-
Rp 265.000,- Sehari
8. Biaya tak
terduga
Rp
2.200.000,-
Servis drone
Total Produksi Rp 8.250.000,-
Pasca Produksi
32
9. Konsumsi
editing
3
orang
Rp
200.000,-
Rp 200.000,- Editor,
sutradara,
produser
10. Print 200
lembar
Rp
100.000,-
Rp 100.000,- Desain
Produksi
Total Pasca Produksi Rp 300.000,-
Total Keseluruhan Pra - Pasca Produksi Rp 9.445.000,-
Tabel 3. Breakdown Budgeting
33
Produksi : Daun Kering Studio Produser : Andriez Pandu P.
Judul : Bandung Raya Menunggu Sutradara : Febrianto D.
(Sesar Lembang)
Durasi : 20 menit 13 detik Juru Kamera : Lutfi Ikhsan M.
No Hari, Tanggal Waktu Pelaksanaan Kegiatan
1. Selasa, 23 April
2019
04.00-05.00 WIB Tiba di Bandung
2. 05.00-08.00 WIB Istirahat di masjid
3. 08.00-19.00 WIB Tiba di Sekretariat Wanadri
Bandung
4. 19.00-21.30 WIB Brifing Untuk Mengikuti
Kegiatan HKBN (Hari
Kesiapsiagaan Bencana
Nasional) dan Shoting di
keesokan harinya.
5. 21.30 WIB Istirahat.
6. Rabu, 24 April
2019
05.00-06.00 WIB Solat, Sarapan dan Prepare
untuk mengikuti Acara HKBN
(Hari Kesiapsiagaan Bencana
Nasional)
7. 06.00-07.00 WIB Pengambilan alat di pondok
lensa
8. 07.00-10.00 WIB Tiba di tempat berlangsungnya
acara HKBN (Hari
Kesiapsiagaan Bencana
Tabel III.4 SHOOTING SCHEDULE
UNIVERSITAS BINA SARANA
INFORMATIKA
34
Nasional)
9. 10.00-11.00 WIB Survey lokasi untuk bloking
kamera
10 11.00-13.00 WIB ISHOMA
13.00-15.00 WIB Mengambil Gambar Kegiatan
15.15-17.00 WIB Mengambil Gambar Kegiatan
Materi dalam kelas
17.00-17.30 WIB Kegiatan Selesai
05.00-07.00 Solat, Sarapan dan Prepare
untuk mengikuti Acara HKBN
(Hari Kesiapsiagaan Bencana
Nasional)
11. Kamis, 25 April
2019
07.00-08.30 Tiba di SeskoAU
12. 08.30-11.00 Mengambil gambar kegiatan
dan statement dari bapak ridwan
kamil
13. 11.00-12.00 ISHOMA
14. 12.00-14.00 Penutupan Statement Dari Ketua
BNPB
15. 14.00-15.00 Kegiatan Selesai
16. Jumat, 26 April
2019
05.00-07.00 Solat, Sarapan dan Prepare
untuk mengikuti Acara HKBN
(Hari Kesiapsiagaan Bencana
Nasional)
17. 07.00-08.00 Tiba di sekolah SMA Al-
Musyawaroh
18. 08.00-09.00 Mengambil gambar kegiatan
simulasi yg diadakan BNPB di
sekolah tersebut
19. 09.00-11.00 Mengambil gambar kegiatan
simulasi dilapangan bentang
dengan peserta warga sekitar
35
20. 11.30 Kegiatan selesai
21. Sabtu, 27 April
2019
05.00-07.00 Solat, Sarapan dan Prepare
untuk mengikuti Acara HKBN
(Hari Kesiapsiagaan Bencana
Nasional)
22. 07.00-09.00 Wawancara dengan Pak Mudrik
di kantor LIPI
23. 09.00-10.00 Menuju kampus ITB
24. 10.00-12.00 Wawancara dengan Bu Rahma
25. 12.00 Kegiatan Sselesai
26. Minggu, 28 April
2019
05.00-07.00 Solat, Sarapan dan Prepare
untuk mengikuti Acara HKBN
(Hari Kesiapsiagaan Bencana
Nasional)
27. 07.00-08.30 Tiba di tebing keratin
28. 08.30-11.00 Mengambil gambar ditebing
keraton
29. 11.00-13.00 Tiba di Desa Gunung Batu
30. 13.00-17.00 Mengambil gambar Desa
Gunung Batu
17.00 Kegiatan Selesai
31. Senin, 29 April
2019
05.00-07.00 Solat, Sarapan dan Prepare
untuk mengikuti Acara HKBN
(Hari Kesiapsiagaan Bencana
Nasional)
32. 07.00.08.00 Pamit dengan anggota Wanadri
33. 08.00.08.30 Mengambil gambar gedung sate
34. 08.30-09.00 Menuju Masjid Raya Bandung
35. 09.00-11.30 Mengambil gambar Masjid
Raya Bandung dan Jl.asia afrika
12.00 Kegiatan selesai dan kembali ke
Depok
36
36. Rabu, 19 Juni
2019
09.00 Tiba dibandung untuk
mengambil wawancara Pak Arif
Sabarudin
37. 09.00-11.00 Tiba di kantor PUPR
38. 12.00-13.00 ISHOMA
39. 13.00-14.00 Wawancara Pak Arief
Sabaruddin
40. 15.00 Kegiatan selesai
41. Kamis, 20 Juni
2019
07.00-08.00 Prepare pengambilan gambar di
alun-alun Bandung
42. 08.00-09.00 Tiba di alun-alun Bandung
43. 09.00-12.00 Pengambilan gambar di alun-
alun Bandung
44. 12.00-13.00 Istirahat dan bergegas menuju
Lembang
45. 13.00-14.00 Tiba di desa dagogiri Lembang
46. 14.00-16.00 Mengambil kegiatan warga
47. 16.00-17.00 Bergegas menuju sekretariat
wanadri
48. 17.00-18.00 Tiba di wanadri dan istirahat
sambil menunggu ketua wanadri
siap untuk diwawancara
49. 19.00-20.00 Wawancara dengan kang rafi
ketua umum wanadri
50. 21.00 Kegiatan selesai dan bergegas
pulang ke Depok
Tabel 4. Shooting Schedule
37
Produksi : Daun Kering Studio Produser : Andriez Pandu
Judul : Bandung Raya Menunggu Sutradara : Febrianto D.
(Sesar Lembang)
Durasi : 20 menit 13 detik Juru Kamera : Lutfi Ikhsan M.
No Alat Jumlah Ket.
1. Kamera Sony HXR MC2500 HD Camcorder 1 Sewa
2. Tripod video E-Image EG04AS 1 Sewa
3. Microphone Condenser Shotgun Rode NTG2 1 Sewa
4. Handy Recorder Audio Zoom H4N PRO-4
Channel
1 Sewa
5. Drone Dji Spark 4 1 Sewa
6. SD Card Samsung SDHC 16GB UHS-I CARD 1 Sewa
7. SD Card Sony 32GB Professional SDHC 1
UHS-I
1 Sewa
8. Laptop Asus VivoBookMax 1 Milik Sendiri
9. Mouse Logitech dan Miniso 2 pcs Milik Sendiri
Tabel 5. Equipment List
Tabel III.5 EQUIPMENT LIST
UNIVERSITAS BINA SARANA
INFORMATIKA
38
3.2. Proses Kerja Sutradara
Penulis sebagai sutradara terlibat aktif dalam proses pembuatan program
dokumenter mulai dari pra produksi, produksi higga pasca produksi. Dan merupakan
seseorang yang bertanggung jawab atas terlaksananya sebuah produksi.
Menurut Irwanto dkk (2019:48) “Sutradara adalah orang yang bertanggung
jawab pada semua aspek produksi, baik sinematik, artistik maupun secara teknis”.
Penulis sebagai sutradara menyimpulkan bahwa sutradara adalah seorang
pemimpin produksi yang memiliki ide dan konsep jelas mengenai apa yang akan
disampaikan, bagaimana cara menerjemahkan naskah menjadi gambar, bagaimana
cara menyampaikannya dan mampu mengarahkan narasumber untuk bercerita sesuai
dengan data dan fakta yang ada. Sutradara juga terlibat aktif sejak tahap pra produksi
hingga pasca produksi.
Secara teknik, penulis bertanggung jawab atas keseluruhan program, sejak
tahap pra produksi hingga pasca produksi. Penulis dalam membuat program
dokumenter berpedoman pada realitas serta fakta dan data yang telah dikumpulkan
saat observasi dan riset di lapangan.
Penulis membuat dokumenter televisi berjudul “Bandung Raya Menunggu
(Sesar Lembang)” dengan harapan dapat memberikan informasi yang bermanfaat
untuk masyarakat Bandung Raya khususnya dan masyarakat Lembang pada
umumnya. Dokumenter televisi yang penulis buat membahas Sesar Lembang yang
berpusat di Lembang namun berdampak hingga ke Bandung Raya dan sekitarnya
seperti Purwakarta, Sumedang. Untuk masalah teknis, penulis mengarahkan
pengambilan gambar yang menarik untuk ditonton, seperti keindahan Bandung dan
Lembang, aktifitas masyarakatnya serta keramaian di Bandung lalu masuk ke inti
39
permasalahan. Pada saat riset, penulis sebelumnya sudah melakukan pendekatan
dengan narasumber agar narasumber mau melakukan wawancara bersama tim.
3.2.1. Pra Produksi
Pada tahap pra produksi, sutradaramerupakan leeadeer yang memimpin
seluruh kru, terlibat aktif dalam seluruh tahapan produksi program dokumenter dan
besama-sama penulis naskah dan produser mempersiapkan pembuatan proses kreatif
sebelum masuk tahap produksi.
Menurut Irwanto dkk (2019:44), “Daya tarik dokumenter yang layak dijual
adalah ide atau gagasan. Ide bisa saja, sejauh menarik minat si pembuat dan
penontonnya. Ide bisa didapat dari berbagai cara dan ide bisa dari mana saja. Ide
yang menarik biasanya harus ada pesan yang disampaikan”.
Proses pra produksi program televisi dimulai dengan penemuan ide,
perencanaan dan persiapan. Penemuan ide merupakan hal tersulit, karena selain
dituntut untuk lebih peka terhadap kejadian-kejadian yang ada di masyarakat, juga
ditantang untuk membuat ide menarik untuk diangkat.
Penulis sebagai sutradara melakukan briefing yang dipimpin oleh produser
untuk menentukan ide. Briefing dilakukan berkali-kali untuk menemukan ide kreatif
yang menarik untuk kemudian dikembangkan menjadi konsep program. Ide bisa
datang dari siapa saja, bukan hanya dari produser, sutradara dan penulis naskah saja,
tetapi camera person dan editor juga berhak memberi usulan ide.
‘Sesar Lembang’ adalah ide menjadi pilihan seluruh anggota tim untuk
diangkat dalam pembuatan dokumenter televisi. Ide didapat dari berbagai sumber
yang menjadi referensi seperti dari internet dan sosial media. Pesan yang ingin
40
penulis sampaikan pada dokumneter televisi “Bandung Raya Menunggu (Sesar
Lembang)” adalah masyarakat Bandung diminta untuk tidak panik mengetahui
adanya Sesar Lembang yang sewaktu-waktu dapat terjadi. Masyarakat juga dihimbau
untuk lebih mencari tahu sendiri mengenai Sesar Lembang dan memberi tahu
anggota keluarga sebagai informasi dini dan bagaimana mitigasi bencana yang dapat
dilakukan jika terjadi gempa. Karena pada dasarnya, bukan gempa yang membunuh,
tetapi bangunan yang runtuh akibat gempa lah yang membunuh. Masyarakat juga
dihimbau untuk mengecek kembanli banguan rumah masing-masing, dan jika ingin
membangun rumah, diharapkan membangun sesuai SNI dari pualitbang perumahan
dan permukiman.
1. Pengumpulan Ide
Menurut Andi Fachrudin (2016:338) “Untuk mempermudah penentuan fokus
cerita, agar lebih spesifik dan mengerucut ke suatu masalah, tetapkan premis awal.
Disebut premis awal karena bakal ada perubahan dalam prosesnya dan
menjadikannya sebagai premis akhir. Penyebabnya berkait dengan perkembangan
hasil riset dan situasi di lapangan”.
Setelah menemukan ide yang disepakati oleh seluruh anggota tim. Penulis
bersama penulis naskah dan produser menetapkan premis. Premis yang penulis
angkat yaitu ‘Sesar Lembang adalah sebuah ancaman nyata bagi Lembang dan
Bandung dan bagaimana mitigasi bencana yang harus dilakukan’.
Dalam dokumenter yang berjudul “Bandung Raya Menunggu (Sesar
Lembang)” penulis bermaksud ingin menyampaikan informasi sekaligus
mengedukasi khalayak khususnya masyarakat Bandung Raya dan masyarakat
Lembang pada umumnya, tentang bencana yang ditimbulkan dari Sesar Lembang,
41
edukasi mitigasi bencana, simulasi bencana oleh BNPB dan solusi rumah RISHA
yang ditawarkan Puslitbang Perumahan dan Permukiman, Kementerian PUPR.
2. Persiapan/Riset
Menurut Irwanto dkk (2019:46) “Hampir semua dokumentarian/documentary
maker atau dokumentaris sepakat bahwa riset merupakan hal yang teramat penting
dalam sebuah dokumenter”.
Riset yang dimaksud adalah untuk menggali dan mendapatkan informasi lebih
dalam mengenai topik yang akan diangkat, semua bukti atau keperluan untuk
menguatkan ide tersebut dikumpulkan serta pembuktian kebenaran ide yang ada di
lapangan dan yang terjadi sebenenarnya.
Menurut Rabiger (2004) dalam Irwanto dkk (2019:46) menjelaskan “Define
hypothetical approach to subject, List the action sequences, Check reality, Check
written resources, Do the legwork, Develop trust, Develop a working hypothesis,
Preinterview, Make final draft revision, Write a treatment, Obtain a permission,
Secure crew, Make a shooting schedule, Make a budget, Plan shooting style, Do trial
shooting” yang dalam artian bebas “Tetapkan pendekatan hipotetis terhadap subjek,
Buat daftar urutan tindakan, Periksa kenyataan, Periksa sumber daya tertulis,
Lakukan kerja keras, Kembangkan kepercayaan, Kembangkan hipotesis kerja,
Wawancara, Buat draf revisi akhir, Tulis perawatan, Dapatkan izin, Awak kru, Buat
jadwal pengambilan gambar, Buat anggaran, rencanakan gaya pengambilan gambar,
Lakukan pengambilan gambar”.
Setelah menemukan ide, membuat konsep, proses selanjutnya adalah melakukan
riset. Riset dilakukan oleh seluruh Tim pada minggu kedua bulan April. Penulis
bersama tim berada di Bandung selama 4 hari. Lokasi yang penulis tuju adalah ke
42
Sekretariat Wanadri, Gedung Pusat Penelitian Geoteknologi LPI, Gunung Batu,
Tebing Keraton, Masjid Bandung Raya dan ke Jl. Asia Afrika. Yang penulis dan tim
lakukan pada saat riset adalah mendatangi para narasumber untuk meminta izin
wawancara dan melakukan pendekatan dengan mengobrol seputar ‘Sesar Lembang’
dan mendatangi lokasi-lokasi bukti Sesar Lembang, diantaranya di Gunung Batu dan
Tebing Keraton Lembang.
Untuk mengetahui reaksi masyarakat, penulis melakukan observasi dan
wawancara secara langsung dengan pihak-pihak bersangkutan. Mengumpulkan data
dan mencari kebenaran fakta-fakta yang ada mengenai Sesar Lembang.
3. Pencarian Narasumber
Saat melakukan riset pada minggu kedua bulan April lalu, tim mendapatkan
beberapa narasumber yang tepat untuk diwawancarai. Faktor penting yang menjadi
pertimbangan dalam memilih narasumber antara lain pekerjaan dan jabatan yang
mereka lakukan. Serta ketersediaan narasumber untuk menjawab pertanyaan-
pertanyaan dari tim. Adapun narasumber-narasumber yang tim sepakati untuk
dijadikan narasumber antara lain Peneliti Geoteknologi LIPI; Sekretaris PPMB
(Pusat Penelitian Mitigasi Bencana) ITB; Kepala Puslitbang Perumahan dan
Permukiman, Kementerian PUPR; Ketua Wanadri dan masyarakat di Gunung Batu,
Lembang.
43
3.2.2. Produksi
Pada tahap produksi, sutradara memimpin jalannya produksi dengan
mengarahkan camera person dan penulis naskah sebagai reporter untuk menjalankan
tugas sesuai konsep yang telah disepakati.
Menurut Supriyadi dkk (20119: 92) “Pada tahap produksi sutradara mulai
memimpin dan mengontrol jalannya produksi”.
Setelah pra produksi terpenuhi, proses selanjutnya adalah produksi. Pada
proses produksi, penulis selaku sutradara bertugas memimpin jalannya produksi
sesuai dengan director treatment yang penulis buat dari ide cerita yang telah
dibentuk dalam TOR (Term Of Reference) oleh penulis naskah.
Beberapa jam sebelum memulai produksi, penulis mengingatkan camera
person untuk memeriksa kembali peralatan yang akan digunakan seperti kondisi
kamera, baterai, lensa, tripod. Pada saat akan melakukan produksi, penulis
memimpin doa agar diberi kemudahan dan kelancaran.
Begitu pula saat wawancara, apa yang akan ditanyakan harus sesuai dengan
TOR yang sudah penulis naskah buat, boleh juga pertanyaan spontan dari penjelasan
narasumber, tetapi jangan sampai keluar dari alur yang sudah disepakati oleh tim.
Pada saat wawancara, reporter menggunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh
narasumber, yaitu bahasa Indonesia. Dimaksudkan agar narasumber menjawab
dengan bergaya narasi, bukan sekedar jawaban ‘ya atau tidak’. Dan pada
pengambilan footage atau stock shoot, penulis berpedoman pada director treatment,
mengambil banyak angle agar saat editing tidak ada pengulangan gambar maupun
kekurangan stock shoot.
44
3.2.3. Pasca Produksi
Setalah proses produksi selesai, peran sutarada masih dibutuhkan. Sutradara
bertanggung jawab dalam proses penyusunan gambar bersama editor, agar hasil akhir
dari karya tersebut tetap sesuai dengan konsep yang telah direncanakan.
Pada proses pasca produksi, Supriyadi dkk, (2014:94) menjelaskan
“Sutradara melakukan control terhadap proses edit gambar dan VO (voice over)”.
Peranan penulis sebagai sutradara masih sangat penting hingga pasca
produksi. Sutradara bertanggung jawab dalam proses penyusunan gambar bersama
editor, agar hasil akhir dari karya tersebut tetap sesuai dengan konsep yang telah
disepakati. Yang perlu diperhatikan pada proses pasca produksi adalah hasil
wawancara dan stock shoot yang akan disatukan pada proses editing. Tak hanya itu,
kendala-kendala tak terduga juga perlu diperhatikan, seperti shaking pada saat
pengambilan gambar, cahaya yang over atau terlalu terang atau sebaliknya, noise,
bahkan tangan yang tidak sengaja inframe. Dalam proses editing juga melakukan
penyuntingan gambar, color corection, penyesuaian audio dari narasumber, terutama
bagian isi wawancara yang akan dipakai dan mencari instrumen musik yang sesuai
dengan konsep.
3.2.4. Peran dan Tanggung Jawab Sutradara
Penulis sebagai sutradara bekerja sama dengan produser dan penulis naskah
dalam mencari ide kreatif yang kemudian dikembangkan menjadi konsep dan
treatment.
Menurut Supriyadi (2014: 50) “Sutradara adalah orang yang bertanggung
jawab atas semua hasil karya yang baik secara artistik maupun teknik sinematik. Dia
45
juga harus mampu menjadi leader untuk kru yang lainnya. Sutradara harus mampu
mentransformasikan gagasannya, agar tujuan atau pesan yang ingin disampaikan bisa
dipahami oleh penontonya”.
Bertanggung jawab penuh dalam merencanakan dan melakukan
pengambilan gambar bersama camera person sesuai dengan director treatment yang
telah dibuat. Sutradara juga bertanggung jawab sebagai pemimpin produksi pada saat
proses pengambilan gambar. Dan bersama produser menemani editor saat melakukan
penyuntingan gambar (editing) dengan berpedoman pada director tratment agar tetap
sesuai dengan konsep yang telah dibuat dan disepakati.
3.2.5. Proses Penciptaan Karya
Penulis sebagai sutradara memiliki tiga panduan dalam proses penciptaan
karya yaitu:
1. Konsep Kreatif
Penulis sebagai sutradara ingin memberikan informasi lengkap yang telah
dirangkum dari berbagai sumber mengenai Sesar Lembang. Penulis akan membuat
suatu dokumenter menggunakan pendekatan Expository (paparan).
Pendekatan Expository adalah film dokumenter yang disertai dengan penjelasan.
Seiring perkembangan teknologi kamera dan perekam suara, bentuk Expository
mulai menggunakan wawancara baik langsung maupun menggunakan voice over
(vo), foto, footage dan teks.
Nicholas (1991) dalam Irwanto (2019:38) memaparkan bahwa “Pendekatan
Expository memakai narasi yang dikombinasikan dengan gambar yang bertujuan
agar lebih deskriptif dan informatif. Narasi sendiri diarahkan langsung kepada
46
penonton yang penonton dengan menawarkan serangkaian fakta dan argumentasi yan
ilustrasinya bisa didapatkan dari shot-shot yang menjadi insert-nya”.
Ada beberapa hal yang bisa menjadi kekuatan narasi yaitu:
a. Dengan narasi dimungkinkan dapat menyampaikan informasi abstrak yang
tidak bisa digambarkan oleh shot-shot yang disuguhkan.
b. Dengan narasi dapat memperjalas peristiwa atau action tokoh yang terekam
dan kurang dipahami oleh penonton.
2. Konsep Produksi
Pada bagian ini, peran penulis sebagai sutradara adalah sebagai pimpinan yang
bertanggung jawab pada proses produksi. Penulis berpedoman pada director
treatment yang telah dibuat untuk mengarahkan camera person saat proses produksi.
Penulis harus menjalin kerja sama yang baik dengan seluruh kru agar proses
produksi berjalan dengan baik.
3. Konsep Teknis
Melakukan riset pada proses pra produksi untuk melihat lokasi terlebih dahulu
agar dapat membuat director teratment, menggambarkan dari mana saja sudut
pandang pengambilan gambar akan berlangsung nanti. Penulis bersama camera
person dan persetujuan dari produser memilih peralatan yang dibutuhkan untuk
produksi. Peralatan yang akan digunakan untuk shooting harus dicek kelengkapan
dan fungsinya, terlebih sebelum melakukan pengambilan gambar, agar tahu alat yang
akan dipakai masih berfungsi baik atau tidak.
47
3.2.6. Kendala dan Solusi
Dalam proses penciptaan sebuah produksi program televisi pasti tidak lepas
dari kendala yang menghambat kelancaran produksi. Berikut kendala dan solusi yang
penulis sebagai sutradara alami saat pra produksi hingga pasca produksi, diantaranya:
1. Kendala : Sulitnya mengambil footage di Gunung Batu menggunakan drone
karena lokasi yang terjal dan angin kencang.
Solusi : Mencari posisi yang pas untuk menerbangkan drone hingga batas
maksimal.
2. Kendala : Tidak dapat mengambil footage di Gedung Sate menggunakan
drone.
Solusi : Mengambil footage Gedung Sate di lapangan Gasibu, sebrang
Gedung Sate.
3. Kendala : Terpaksa membatalkan janji wawancara dengan Ketua Wanadri di
kantor sekretariat Wanadri karena tim harus kembali ke Depok
untuk mengikuti ujian sertifikasi kompetensi.
Solusi : Mengganti jadwal wawancara menjadi setelah libur lebaran.
4. Kendala : Perubahan konsep hingga dua kali dikarenakan adanya data dan
fakta baru yang ditemukan saat riset .
Solusi : Mengganti konsep sesuai dengan data dan fakta yang ditemukan
langsung saat riset.
48
Lembar Kerja Sutradara
A. Konsep Sutradara
B. Konsep Penyutradaraan
C. Director Treatment
49
3.2.7. Lembar Kerja Sutradara
KONSEP SUTRADARA
Produksi : Daun Kering Studio Sutradara : Febrianto D.
Judul : Bandung Raya Menunggu Penulis Naskah : Dian Retno A.
(Sesar Lembang)
Durasi : 20 menit 13 detik Juru Kamera : Lutfi Ikhsan M.
Proses pra produksi program dokumenter televisi “Bandung Raya
Menunggu (Sesar Lembang)”, penulis sebagai sutradara bekerja sama dengan
penulis naskah dan produser dan terlibat aktif dalam proses kreatif mulai dari
pencarian ide kreatif bersama penulis naskah dan produser, pengembangan konsep,
riset, pencarian narasumber dan pembuatan director treatment.
Pada proses produksi, sutradara bekerja sama dengan camera person.
Sutradara memimpin jalannya pengambilan gambar dan wawancara bersama para
narasumber dengan mengarahkan camera person sesuai dengan director treatment.
Sutradara dan camera person harus memiliki satu pemikiran agar mencapai tujuan
yang sama sesuai dengan konsep yang telah dibuat dan disepakati.
Pada proses pasca produksi, sutradara bekerja sama dengan penyunting
gambar (editor). Sutradara menemani editor dalam penyuntingan gambar, pemilihan
ilustrasi musik yang sesuai konsep, pembuatan narasi vo yang sudah ditulis oleh
penulis naskah dan memastikan alur yang sudah dirancang dapat terealisasikan. Jika
terjadi kendala tak terduga, sutradara memperbolehkan editor melakukan perubahan
konsep sesuai dengan yang dibutuhkan, namun terlebih dulu berdiskusi untuk
mencari jalan keluar yang terbaik.
50
KONSEP PENYUTRADARAAN
Produksi : Daun Kering Studio Sutradara : Febrianto D.
Judul : Bandung Raya Menunggu Penulis Naskah : Dian Retno A.
(Sesar Lembang)
Durasi : 20 menit 13 detik Juru Kamera : Lutfi Ikhsan M.
Program dokumenter televisi “Bandung Raya Menunggu (Sesar
Lembang)” merupakan dokumenter bergenre ilmu pengetahuan yang mengangkat
isu sosial Sesar Lembang yang masih banyak warga Bandung Raya tidak ketahui.
Sesar Lembang adalah sebuah bencana alam gempa bumi yang berpusat di Lembang,
Jawa Barat. Tak hanya memberikan informasi seputar pengetahuan Sesar Lembang,
penulis sebagai sutradara bermaksud membantu pemerintah Bandung dalam
mengedukasi warga khususnya Bandung Raya dan sekitarnya terkait bencana Sesar
Lembang dan dampaknya, edukasi mitigasi bencana yang harus dilakukan oleh
warga saat bencana terjadi, simulasi bencana dan solusi proyek RISHA (Rumah
Instan Sederhana Sehat) untuk menjawab keresahan masyarakat yang kemudian akan
dipublikasikan kepada audien atau khalayak dalam bentuk audio visual. penulis
melakukan pengambilan gambar dan wawancara dengan para narasumber sesuai
dengan director treatment yang telah penulis buat.
Program dokumenter ini menggunakan teknik satu kamera (single camera).
Alasannya untuk memaksimalkan alat yang ada dan meminimalisir budget produksi.
Selain itu, pada program dokumenter ini menampilkan angle-angle menarik mulai
dari keindahan, kepadatan rumah penduduk, keramaian lalu lintas, aktivitas warga
juga menampilkan bukti nyata yang telah ditemukan oleh peneliti tentang adanya
Sesar Lembang.
51
TABEL III.6 DIRECTOR TREATMENT
UNIVERSITAS BINA SARANA
INFORMATIKA
Produksi : Daun Kering Studio Sutradara : Febrianto D.
Judul : Bandung Raya Menunggu Penulis Naskah : Dian Retno A
(Sesar Lembang)
Durasi : 20 menit 13 detik .Editor : Andriez Pandu
No. Shot D/N Location Visual Description
Shot Move Angle
1. 1 D Lab. LIPI FS Still Eye
Level
Wawancara
Peneliti
Geoteknologi LIPI
2. 2 D Ruang
Sekertaris
PPMB ITB
MS Still Eye
Level
Wawancara
Sekertaris Pusat
Penelitian Mitigasi
Bencana (PPMB)
ITB
3. 3 D Ruang
Kepala
Puslitbang
Perumahan
dan
Permukiman,
Kementerian
PUPR
FS Still Eye
Level
Wawancara
Kepala Puslitbang
Perumahan dan
Permukiman,
Kementerian
PUPR
52
4. 4 N Ruang Ketua
Wanadri
FS Still Eye
Level
Wawancara Ketua
Umum
WANADRI
5. 5 D Lapangan
Gasibu
Bandung
ELS Track
Out
Bird
Eye
Level
Pemandangan
Gedung Sate
(Drone)
6. 6 D Jalan depan
Gedung Sate
FS Pan
Right
Eye
Level
Est. jalan depan
Gedung Sate
7. 7 D Terowongan
di jalan Asia
Afrika
FS Still Eye
Level
Est. terowongan di
jalan Asia Afrika
8. 8 D Jalan Asia
Afrika
FS Still Eye
Level
Transportasi
Bandros
9. 9 D Masjid Raya
Bandung
ELS Still Bird
Eye
Level
Keramaian Masjd
Raya Bandung
(Drone)
10. 10. D Masjd Raya
Bandung
FS Still Eye
Level
Keramaian Masjd
Raya Bandung
11. 11. D Masjd Raya
Bandung
FS Pan
Left
Eye
Level
Keramaian Masjd
Raya Bandung
12. 12. D Masjd Raya
Bandung
FS Still Eye
Level
Bersua foto di
Masjd Raya
Bandung
13. 13. D Lab. LIPI FS Still Eye
Level
Wawancara
Peneliti
Geoteknologi LIPI
53
14. 14. - - - - - Insert Google
Earth
15. 15. D Jalan menuju
Lembang
FS Pan
Left
Eye
Level
Tugu Selamat
Datang di
Lembang
16. 16. D Batu
Lonceng
CU Still Eye
Level
Patahan Lembang
Bandung ±1.515
mdpl
17. 17. D Tebing
Keraton
ELS Still Eye
Level
Menunjukkan jalur
sesar Lembang
dari puncak
Tebing Keraton
(km 21)
18. 18. D Lab. LIPI FS Still Eye
Level
Wawancara
Peneliti
Geoteknologi LIPI
19. 19. D Gunung
Batu,
Lembang
FS Still Eye
Level
Plang Zona Sesar
Lembang
20. 20. D Tebing
Keraton,
Lembang
ELS Pan
Right
Eye
Level
Est. perkebunan
dan pemukiman
warga
21. 21. D Gunung
Batu,
Lembang
ELS Still Eye
Level
Est. pemandangan
dari Gunung Batu
22. 22. D Gunung
Batu,
CU Still Eye
Level
Tebing Batuan
bukti adanya Sesar
54
Lembang Lembang
23. 23. D Gunung
Batu,
Lembang
LS Still Eye
Level
Pemukiman warga
yang dekat dengan
jalur sesar (tebing
batuan di Gunung
Batu)
24. 24. D Tebing
Keraton
FS Pan
Right
Eye
Level
Plang menuju
Sesar Lembang
25. 25. D Lab. LIPI FS Still Eye
Level
Wawancara
Peneliti
Geoteknologi LIPI
26. 26. D Lab. LIPI CU Pan
Right
Eye
Level
Detail peta Sesar
Lembang
27. 27. D Tebing
Keraton
LS Pan
Right
Eye
Level
Est. perkebunan
dan pemukiman
warga di Tebing
Keraton
28. 28. - - - - - Animasi slip rate
29. 29. D Lab. LIPI FS Still Eye
Level
Wawancara
Peneliti
Geoteknologi LIPI
30. 30. D Gunung
Batu,
Lembang
CU Still Eye
Level
Tebing Batuan
bukti adanya Sesar
Lembang
31. 31. D Batu
Lonceng
CU Still Eye
Level
Tebing Batuan
bukti adanya Sesar
Lembang
55
32. 32. D Gunung
Batu,
Lembang
ELS Pan
Left
Eye
Level
Est. Pemukiman
33. 33. D Tebing
Keraton
MS Still High
Angle
Plang Zona Sesar
Lembang
34. 34. D SescoAU FS Still Eye
Level
Konferensi Pers
terkait acara HKB
(Hari
Kesiapsiagaan
Bencana)
35. 35. D SescoAU FS Pan
Right
Eye
Level
Relawan yang
turut membantu
dlaam kegiatan
HKB
36. 36. D SescoAU FS Still Eye
Level
Relawan
melaksanakan
arahan BNPB
37. 37. D SescoAU MS Still Eye
Level
Sejumlah orang
penting yang hadir
dalam acara HKB
38. 38. D SescoAU FS Still Eye
Level
Melakukan pose
untuk foto setelah
melakukan
penanaman pohon
di SescoAU
39. 39. D Kampus
ITB
FS Pan
Right
Eye
Level
Est. Kampus ITB
56
40. 40. D Kampus
ITB
FS Still High
Angle
Gedung Riset dan
Inovasi
41. 41. D Ruang
sekretarian
PPMB
(Pusat
Penelitian
Mitigasi
Bencana)
ITB
FS Still Eye
Level
Wawancara
Sekertaris PPMB
(Pusat Penelitian
Mitigasi Bencana)
ITB
42. 42. D Stadion
Bentang,
Lembang
FS Pan
Right
Eye
Level
Siswa SMA AL
Musyawarah
menjadi relawan
simulasi bencana
dalam acara HKB
43. 43. D Stadion
Bentang,
Lembang
FS Pan
Left
Eye
Level
Siswa SMA AL
Musyawarah
mendapat arahan
dari BNPB dan
WANADRI saat
akan melakukan
simulasi bencana
dalam acara HKB
44. 44. D Stadion
Bentang,
Lembang
FS Still Eye
Level
Salah satu anggota
BNPB
mempraktekkan
simulasi bencana
pada para siswa
45. 45. D Ruang FS Still Eye Wawancara
57
sekretarian
PPMB
(Pusat
Penelitian
Mitigasi
Bencana)
ITB
Level Sekertaris PPMB
(Pusat Penelitian
Mitigasi Bencana)
ITB
46. 46. D Gunung
Batu,
Lembang
LS Still Eye
Level
Timelapse senja di
puncak Gunung
batu
47. 47. D Sekretariat
Wanadri
LS Pan
Left
Eye
Level
Est. Sekretariat
Wanadri
48. 48. D Kantor
Ketua
Wanadri
FS Still Eye
Level
Wawancara Ketua
Dewan Pengurus
Wanadri
49. 49. D Sekretariat
Wanadri
FS Pan
Right
Eye
Level
Foto kegiatan yang
sudah dilakukan
Wanadri
50. 50. D Ruang rapat
Wanadri
FS Pan
Right
Eye
Level
Wanadri sedang
melakukan rapat
mingguan bersama
anggota tua
(angkatan awal)
51. 51. D SescoAU FS Still Eye
Level
BNPB, Basarnas,
Polisi, Inafis, TNI,
Babinsa sedang
melakukan
simulasi bencana
gempa
58
52. 52. D SescoAU FS Follow Eye
Level
BNPB, Basarnas,
Polisi, Inafis, TNI,
Babinsa sedang
melakukan
simulasi bencana
gempa
53. 53. D Kantor
Ketua
Wanadri
FS Still Eye
Level
Wawancara Ketua
Dewan Pengurus
Wanadri
54. 54. D Sekretariat
Wanadri
CU Tilt
Down
Eye
Level
Tulisan papan
WANADRI
55. 55. D Ruang rapat
Wanadri
FS Pan
Left
Eye
Level
Wanadri sedang
melakukan rapat
56. 56. D Gunung
Batu,
Lembang
ELS Still Bird
Eye
Level
Est. pemukiman
warga (drone)
57. 57. D Tebing
Keraton
FS Still Eye
Level
Jalur Sesar
Lembang dari
puncak Tebing
Keraton
58. 58. D Batu
Lonceng
LS Pan
Left
Eye
Level
Perkebunan dekat
jalur Sesar
Lembang
59. 59. D Lab. LIPI FS Still Eye
Level
Wawancara
Peneliti
Geoteknologi LIPI
60. 60. D Bandung FS Pan Eye Tugu Selamat
59
Barat Right Level Datang di
Kabupaten
Bandung Barat
61. 61. D Bandung
Barat
FS Still Eye
Level
Plang menuju
Sesar Lembang
62. 62. D Gunung
Batu,
Lembang
FS Follow Eye
Level
Pemukiman warga
Gunung Batu,
Lembang dan
kegiatan yang
dilakukan
63. 63. D Tebing
Keraton
LS Pan
Left
Eye
Level
Pemukiman warga
Tebing Keraton
64. 64. D Ruang
Kepala
Puslitbang
Perumahan
dan
Permukiman,
Kementerian
PUPR
FS Still Eye
Level
Wawancara
Kepala Puslitbang
Perumahan dan
Permukiman,
Kementerian
PUPR
65. 65. D Batu
Lonceng
ELS Still Eye
Level
Perkebunan dan
pemukiman warga
dekat jalur Sesar
Lembang
66. 66. D Gunung
Batu,
Lembang
FS Still Eye
Level
Salah satu warga
Gunung Batu,
Lembang sedang
membangun
rumah dekat jalur
60
sesar
67. 67. D Gunung
Batu,
Lembang
LS Still Eye
Level
Rumah sedang
dibangun
68. 68. D Bandung
Raya
FS Still Eye
Level
Gedung-gedung di
Bandung Raya
69. 69. D Batu
Lonceng
FS Follow Eye
Level
Pemukiman warga
di Batu Lonceng
70. 70. D Puslitbang
Perumahan
dan
Permukiman,
Kementerian
PUPR
FS Still High
Angle
Salah satu contoh
RISHA (Rumah
Instan Sederhana
Sehat) di halaman
belakang kantor
Puslitbang
Perumahan dan
Permukiman,
Kementerian
PUPR
71. 71. D Puslitbang
Perumahan
dan
Permukiman,
Kementerian
PUPR
FS Tilt
Down
Eye
Level
Plang RISHA
(Rumah Instan
Sederhana Sehat)
72. 72. D Puslitbang
Perumahan
dan
Permukiman,
Kementerian
FS Pan
Left
Eye
Level
Beberapa RISHA
di halaman
belakang kantor
Puslitbang
Perumahan dan
61
PUPR Permukiman,
Kementerian
PUPR
73. 73. D Ruang
Kepala
Puslitbang
Perumahan
dan
Permukiman,
Kementerian
PUPR
FS Still Eye
Level
Wawancara
Kepala Puslitbang
Perumahan dan
Permukiman,
Kementerian
PUPR
74. 74. D Jembatan
Pasupati
ELS Still High
Angle
Lalu lalang
kendaraan di
Jembatan Pasupati
75. 75. D Jalan Pateur FS Still Eye
Level
Keramaian di jalan
Pasteur
76. 76. D Kantor
Ketua
Wanadri
FS Still Eye
Level
Wawancara Ketua
Dewan Pengurus
Wanadri
77. 77. D Ruang
Kepala
Puslitbang
Perumahan
dan
Permukiman,
Kementerian
PUPR
FS Still Eye
Level
Wawancara
Kepala Puslitbang
Perumahan dan
Permukiman,
Kementerian
PUPR
78. 78. D Lab. LIPI FS Still Eye
Level
Wawancara
Peneliti
62
Geoteknologi LIPI
79. 79. D Lapangan
Gasibu
Bandung
FS Still Eye
Level
Masyarakat
Bandung Raya
sedang melakukan
olahraga sore
80. 80. D Gunung
Batu,
Lembang
FS Tilt
Down
High
Angle
Kegiatan sore
masyarakat
Gunung Batu
81. 81. D Gunung
Batu,
Lembang
FS Still Eye
Level
Kegiatan sore
masyarakat
Gunung Batu
82. 82. D Masjid Raya
Bandung
FS Track
Out
Low
Angle
Aktivitas
masyarakat
Bandung Raya dan
wisatawan di
Masjid Raya
Bandung (drone)
Tabel 6. Director Treatment
63
3.3. Proses Kerja Penulis Naskah
Penulis naskah merupakan salah satu kru penting terutama saat pra produksi
karena terlibat aktif dalam pembuatan proses kreatif bersama sutradara dan produser
yang merupakan triangle system yang tidak dapat dipisahkan. Kualitas sebuah
tontonan tergantung bagaimana seorang penulis naskah bisa mengatur alur yang
ingin dibuat.
Menurut Anton Mabruri KN (2018:72), “Penulis skenario adalah kru
profesional yang menciptakan dan meletakkan dasar acuan bagi pembuat film dalam
bentuk (format) naskah (skenario-screenplay)”.
Penulis sebagai penulis naskah dalam dokumenter televisi “Bandung Raya
Menunggu (Sesar Lembang)” adalah seorang anggota kru yang bertugas membuat
naskah.
Menurut Anton Mabruri KN (2018:47) “Mekanisme penggarapan sebuah
film tak lepas dari kerja sama 3 pihak, yakni Penulis Naskah, Sutradara dan
Produser. Penulis naskah atau skenario adalah orang yang bertanggung jawab
menuangkan ide/gagasan ke dalam bentuk tulisan sesuai dengan pakem-pakem
(kaidah-kaidah) penulisan naskah. Sutradara adalah orang yang akan mewujudkan
gagasan yang tertuang dalam sebuah skenario menjadi rekaman audio-visual
sehingga dapat dinikmati para penonton. Produser adalah orang yang membantu
Sutradara dalam mengelola proses pembuatan film. Istilah kerja sama tiga pihak
tersebut sering disebut triangle system atau three corporation”.
Dalam tahap pra produksi, penulis tidak bekerja sendirian, melainkan
bersama produser dan sutradara. Mulai dari penemuan ide, pembuatan konsep hingga
naskah, penulis bertukar pikiran dengan produser dan sutradara.
64
3.3.1. Pra Produksi
Proses pra produksi adalah awal dalam menentukan kemana arah atau
bagaimana konsep akan dibuat. Pembuatan proses kreatif tidak hanya memakan
waktu satu atau dua hari tetapi bisa berminggu-minggu atau bahkan berbulan-bulan.
Mencari ide kreatif atau tema yang akan diangkat menjadi kunci utama program
yang akan menjadi tontonan audien dan harus diperkuat dengan melakukan riset.
Irwanto dkk (2019:51) dalam bukunya menjelaskan, “Untuk membuat
naskah dokumenter, seorang penulis naskah memiliki tahapan-tahapan yakni:
penyusunan data/riset/observasi pada subjek, penulisan TOR (Term of Reference),
penulisan sinopsis, treatment dan penulisan naskah itu sendiri”.
Dalam penulisan skenario, penulis sebagai penulis naskah dapat
memberikan ide dan gagasannya kedalam skenario tersebut. Akan tetapi dalam
pengerjaan skenario, penulis naskah juga harus dapat menampung ide-ide yang
datang dari produser dan sutradara untuk ditambahkan kedalam skenario. Yang
penulis lakukan pada tahap pra produksi antara lain:
1. Pencarian Ide
Dalam membuat suatu karya visual berbentuk film dokumenter maupun
dokumenter televisi, dibutuhkan kepekaan seorang script writer (team creative)
terhadap dunia sekitar terutama lingkungan sosial, budaya politik dan alam semesta.
Ide bisa datang dari mana saja, antara lain: lingkungan sekitar, buku, koran, majalah,
internet dan lain-lain. Program dokumenter merupakan karya film berdasarkan realita
atau fakta. Artinya bahwa ide cerita untuk film dokumenter maupun dokumenter
televisi bisa didapat dari hal-hal yang setiap hari dilihat dan didengar, bukan
65
berdasarkan suatau khayalan imajinatif. Namun bisa juga ide datang dari imajinasi
pikiran terhadap suatu kejadian.
Penulis selaku penulis naskah bersama tim, langkah pertama pada tahap pra
produksi yang dilakukan adalah penemuan ide cerita. Tim melakukan briefing
beberapa kali untuk membahas penemuan ide. Saling mengusulkan ide dan konsep
yang akan diangkat.
Ide dokumenter televisi “Bandung Raya Menunggu (Sesar Lembang)” adalah
‘Sesar Lembang’ dan merupakan usulan dari produser. Setelah menemukan ide yang
disepakati bersama, penulis dan tim, masing-masing mengumpulkan informasi untuk
memperkuat data dan menemukan fakta baru yang mungkin saja belum diketahui
sebelumnya. Penyusunan data dilakukan dengan menghimpun data tulis dari
berbagai sumber, seperti internet, berita online dan jurnal terkait sesar lembang.
Setelah menemukan ide selanjutnya penulis membuat konsep atau TOR (Term Of
Reference), dilanjut membuat sinopsis, treatment atau storyline dan melakukan riset.
2. Penulisan TOR (Term Of Reference)
Penulis membuat TOR untuk kemudian diajukan dalam bimbingan kedua.
Dalam pembuatan TOR, terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan:
a. Masalah yang akan diangkat
Berisi latar belakang masalah yang menjiwai isi dari keseluruhan program.
b. Fokus
Penyudutan masalah pada satu item.
c. Angle
Dari sudut mana akan mengetengahkan/membahas tema yang diangkat.
d. Narasumber dan Pertanyaan
Berisi narasumber yang diwawancarai serta garis besar pertanyaan.
66
3. Sinopsis
Menurut Supriyadi M.Kom, dkk (2014:51) mengatakan bahwa “Sinopsis
merupakan ringkasan cerita, menjelaskan tentang tema serta subyek apa yang akan
dalam sebuah dokumenter.
Sinopsis “Bandung Raya Menunggu (Sesar Lembang)” menceritakan
keindahan kota Lembang dan Bandung dari sisi keindahan alam. Namun dibalik
keindahan tersebut terdapat ancaman nyata yang sewaktu-waktu dapat terjadi tanpa
dapat diprediksi.
4. Treatment atau Storyline
Treatment atau storyline merupakan sketsa yang dapat memberikan gambaran
pendekatan dan keseluruhan isi cerita. Treatment dapat pula menjadi materi
presentasi untuk ditawarkan pada produser dan sponsor. Treatment mutlak
diperlukan bagi sang pembuat feature dan dokumenter, meskipun tak ada yang baku
dalam penulisan bentuk atau gaya treatment.
Sebelum masuk tahap produksi, penulis sebagai penulis naskah membuat
treatment atau storyline dua kolom berdasarkan apa yang didapat dari pengumpulan
data maupun fakta dan data dari hasil riset. Tujuannya membantu proses
pengambilan gambar saat produksi, seperti establish yang menjelaskan letak daerah
yang akan digunakan untuk pengambilan gambar, stock shoot wawancara
narasumber dll.
5. Riset
Menurut Syaiful Halim (2017:30) “Riset adalah acuan kreatif atau semacam
pemetaan ide sebelum sebuah gagasan ditemukan hingga di desain menjadi sebuah
film dokumenter”.
67
Penulis dan tim melakukan riset ke Lembang dan Bandung Raya karena di
lokasi tersebut tim akan melakukan pengambilan gambar. Hasil dari riset yang tim
dapatkan, BNPB akan mengadakan acara yaitu Hari Kesiapsiagaan Bencana dibantu
1.000 relawan pada tanggal 25-26 April 2019 dalam rangka edukasi mitigasi bencana
kepada masyarakat dan sekolah-sekolah yang berada di jalur Sesar Lembang. Tim
mendapatkan kontak narasumber, diantaranya Peneliti Geoteknologi LIPI (Dr.
Mudrik Rahmawan Daryono, ST., MT); Sekertaris PPMB ITB (Dr. Nuraini Rahma
Hanifa, ST., MT), Wanadri (Kang Soma dan M. Rafi Respati, S.T); Ketua Puslitbang
Perumahan dan Permukiman Kementerian PU (Prof. Dr. Ir. Arief Sabaruddin, CES).
Kemudian tim menuju lokasi narasumber untuk membuat janji wawancara pada saat
proses produksi nantinya. Setelah itu, tim pergi ke Bukit Lonceng dan Gunung Batu
di Lembang, untuk melihat secara langsung track dan bukti otentik adanya sesar aktif
Lembang yang ditemukan para peneliti. Tak lupa tim juga bertanya ke beberapa
masyarakat Lembang dan Bandung Raya perihal Sesar Lembang, bagaimana
tanggapan dan reaksi mereka tinggal di jalur Sesar Lembang. Penulis dan tim
kembali ke Depok pada tanggal 12 april 2019 dan melaporkan hasil riset kepada
dosen pembimbing pada tanggal 15 April 2019.
3.3.2. Produksi
Proses produksi akan berjalan jika semua persiapan yang dilakukan pada
tahap pra produksi telah selesai. pada tahap produksi, penulis sebagai penulis naskah
bertugas membantu sutradara mewawancarai narasumber berdasarkan dari TOR
yang telah penulis buat.
68
Menurut Irwanto dkk (2019:49), “Penulis naskah adalah orang yang
bertanggung jawab pada pembuatan naskah, riset dan sekaligus berperan sebagai
reporter saat produksi”.
Pada proses produksi, penulis selaku penulis naskah berperan menjadi
reporter untuk membantu sutradara melakukan proses wawancara dengan
narasumber. Dalam melakukan wawancara, penulis berpedoman pada TOR yang
berisi daftar pertanyaan yang telah penulis buat. Hal ini penulis lakukan agar apa
yang sudah disepakati bersama menjadi prioritas. Penulis bisa juga mengajukan
pertanyaan spontan dari jawaban narasumber, namun tetap harus kembali ke dalam
konsep yang sudah disepakati.
Dalam memproduksi dokumenter setidaknya tim melakukan dua kali
wawancara. Wawancara pertama dilakukan saat melakukan riset, yang merupakan
proses pendekatan pada subjek. Wawancara ke-dua dilakukan ketika merekam
gambar.
Pada saat riset, penulis dan tim melakukan wawancara kepada warga
Gunung Batu dan Bandung Raya terkait Sesar Lembang, selain untuk menggali
informasi lebih dalam lagi.
3.3.3. Pasca Produksi
Pasca produksi merupakan tahap akhir dalam suatu produksi film. Pada
tahap ini penulis sebagai penulis naskah membuat transkip wawancara dan narasi VO
yang dibantu sutradara dan produser. Transkip wawancara diperlukan karena film
akan lebih hidup jika mampu menempatkan statement (pernyataan) secara baik.
69
Menurut Supriyadi dkk (2019:63) “Ketika proses shooting selesai, maka
tahap selanjutnya yakni editing sebagai bagian dari proses pasca produksi,
merupakan tahapan yang sangat menarik dalam pembuatan dokumenter”.
Jadi pada pasca produksi, penulis bertugas membantu sutradara dan editor
dalam melakukan review hasil wawancara dan pengambilan gambar, apa terdapat
kekurangan data yang diperlukan atau tidak. Kemudian setelah itu penulis naskah
membuat transkrip wawancara dari setiap narasumber yang diwawancara dan naskah
voice over (vo). Dalam pembuatan narasi vo, penulis berkonsultasi dengan sutradara
dengan tujuan sutradara dapat memberikan koreksi atau usulan kata-kata hingga
menjadi rangkaian kata yang dramatis namun tetap sesuai dengan fakta dan data.
3.3.4. Peran dan Tanggung Jawab Penulis Naskah
Peran dan tanggung jawab penulis naskah terdiri dari tiga tahap. Pertama,
tahap pra produksi, penulis berperan besar dalam pembuatan proses kreatif, mulai
dari proses pencarian ide bersama sutradara dan produser, bertanggung jawab dalam
pengembangan konsep, sinopsis, hingga terbentuknya treatment.
Kedua, tahap produksi penulis bertanggung jawab menjadi menjadi reporter
dan mewawancarai para narasumber. Penulis juga membantu sutradara
mengingatkan jika ada shot yang dirasa kurang.
Ketiga, tahap pasca produksi, penulis bertanggung jawan dalam pembuatan
naskah VO, transkrip wawancara dan mencari narator untuk membacakan naskah vo.
70
3.3.5. Proses Penciptaan Karya
Penulis sebagai penulis naskah memiliki tiga panduan dalam proses
penciptaan karya yaitu:
1. Konsep Kreatif
Penulis mencari informasi dari berbagai sumber dan referensi untuk membuat
program yang menarik serta berbeda dengan program-program dokumenter yang
sudah ada sebelumnya. Kemudian, penulis dan tim sepakat membuat dokumenter
bertema sesar Lemban Sesar Lembang, sesuai saran dari dosen pembimbing. Setelah
mendapatkan ide konsep yang akan diangkat, penulis dan tim melakukan bimbingan
dengan dosen pembimbing terkait ide konsep. Kemudian, diperintahkan untuk
mencari fakta lebih dalam terkait Sesar Lembang diberbagai sumber, seperti media
sosial, internet, buku, dan lainnya. Kemudian penulis diperintahkan membuat TOR.
2. Konsep Produksi
Sebelum melakukan produksi, riset sangat diperlukan. Riset dilakukan oleh
seluruh kru untuk membuktikan adanya bukti otentik yang telah ditemukan oleh
peneliti Sesar Lembang. Mencari narasumber seperti pejabat dan peneliti yang terkait
dengan Sesar Lembang dan meminta izin untuk melakukan wawancara. Serta
melakukan pendekatan dengan masyarakat untuk mencari tahu sudut pandang dari
masyarakat. Sehingga saat proses produksi, penulis sudah menyiapkan bahan materi
yang akan dipertanyakan kepada narasumber.
3. Konsep Teknis
Salah satu upaya agar penonton tidak merasa jenuh dengan dokumenter bertema
Sesar Lembang yang sudah ada sebelumnya, yaitu penulis dan tim sepakat membuat
71
program dokumenter genre Ilmu Pengetahuan. Dokumenter ini juga memaparkan
informasi lengkap mengenai Sesar Lembang, dampak bencana yang ditimbulkan,
edukasi mitigasi bencana dan solusi yang ditawarkan pemerintah.
3.3.6. Kendala dan Solusi
Dalam proses penciptaan sebuah produksi program televisi pasti tidak lepas
dari kendala yang menghambat kelancaran produksi. Berikut kendala dan solusi yang
penulis sebagai penulis naskah alami saat pra produksi hingga pasca produksi,
diantaranya:
1. Kendala : Berkali-kali refisi ide kreatif.
Solusi : Lebih peka pada isu sosial di lingkungan sekitar dan perbanyak
referensi film dokumenter.
2. Kendala : Berulang kali refisi TOR karena data yang diperoleh dari jurnal,
berita online maupun media sosial berbeda dengan apa yang
didapat daat riset.
Solusi : Menggunakan data dan fakta yang ditemukan saat riset serta lebih
banyak berdiskusi bersama sutradara dan produser.
72
Lembar Kerja Penulis Naskah
A. Konsep Penulis Naskah
B. TOR (Term Of Refrence)
C. Sinopsis
D. Treatment (Storyline)
E. Transkip Wawancara
F. Naskah VO (Voice Over)
73
3.3.7. Lembar Kerja Penulis Naskah
KONSEP PENULIS NASKAH
Produksi : Daun Kering Studio Penulis Naskah : Dian Retno A.
Judul : Bandung Raya Menunggu Sutradara : Febrianto D.
(Sesar Lembang)
Durasi : 20 menit 13 detik Produser : Andriez Pandu
Penulisan program dokumenter televisi “Bandung Raya Menunggu (Sesar
Lembang)”, penulis sebagai penulis naskah memilih ide yang diusulkan produser
kemudian diajukan ke dosen pembimbing. Ide yang diangkat adalah “Sesar
Lembang”. Sebuah sesar yang pada awalnya ditemukan oleh Van Bemmelen dan
dalam penelitiannya ia menyatakan bahwa Sesar Lembang bukanlah sesar aktif.
Namun bebrapa tahun belakangan, Peneliti Geoteknologi LIPI, Mudrik R. Daryono
menemukan fakta lain yang mengatakan bahwa Sesar Lembang adalah sesar aktif.
Dikatakan Sesar Aktif Lembang karena pernah terjadi gempa bumi pada abad ke-15
Masehi dan 60 sebelum masehi yang berpusat di Lembang.
Kemudian penulis bersama tim kembangkan dengan melakukan riset.
Sebelum riset, terlebih dahulu mengumpulkan fakta dan data untuk proses
pembuatan konsep atau TOR (Term Of Reference). Juga penulis mempersiapkan
bahan materi dan pertanyaan terkait fakta dan data yang akan digali dan
dipertanyakan kepada narasumber. Penulis naskah melakukan pendekatan naratif
yaitu isi penjelasan yang tidak bernilai subjektif tetapi murni langsung dari
narasumber yang bersakutan yang memiliki pemahaman dan ilmu mengenai Sesar
Lembang itu sendiri.
74
Pada tahap produksi, penulis menjadi reporter untuk mewawancarai para
narasumber. Pada saat riset, penulis naskah, sutradara dibantu produser terlebih
dahulu melakukan pendekatan kepada narasumber agar terjalin hubungan yang baik
dan saat akan dilakukan wawancara, narasumber dapat menceritakan informasi, data
dan fakta yang sebenarnya dengan lebih santai namun tetap serius. Setelah proses
shooting berakhir penulis membuat transkip wawancara dari garis besar rekaman
video yang sudah melalui proses editing dan membuat narasi voice over (vo).
75
TOR (TERM OF REFRENCE)
Produksi : Daun Kering Studio Penulis Naskah : Dian Retno A.
Judul : Bandung Raya Menunggu Sutradara : Febrianto D.
(Sesar Lembang)
Durasi : 20 menit 13 detik Produser : Andriez Pandu
Masalah
Yakni berisi latar belakang masalah yang menjiwai isi dari keseluruhan program.
Masalah yang penulis angkat adalah tentang Sesar Lembang yang menimbulkan
ancaman nyata yakni bencana gempa bumi dengan kekuatan 6,5 – 7 magnitudo,
berpusat di Lembang dan dampak gempa bumi dapat dirasakan hingga ke Bandung
Raya dan sekitarnya. Para peneliti masih mencari tahu kapan Sesar Lembang terjadi,
karena hingga kini belum dapat diprediksi kapan bencana tersebut terjadi, bisa
sekarang, besok, lusa, puluhan atau bahkan ratusan tahun lagi.
Fokus
Yakni penyudutan masalah pada satu item. Fokus penulis adalah memberi
pengetahuan atau mengedukasi masyarakat Jawa Barat khususnya Bandung untuk
lebih paham tentang Sesar Lembang, dampak yang ditimbulkan dan bagaimana
mitigasi bencana yang harus dilakukan saat bencana tersebut terjadi.
Angle
Yakni dari sudut mana akan mengetengahkan/membahas tema yang diangkat. Angle
pada program dokumenter ini adalah penemu dan peneliti Sesar Lembang yang
76
menjelaskan secara rinci sebab-akibat dari masalah yang akan ditimbulkan, edukasi
mitigasi bencana dan solusi oleh pemerintah.
Sumber dan Pertanyaan
(Berisi narasumber yang akan ditanyai serta garis besar pertanyaan)
1. Peneliti Geoteknologi LIPI - Dr. Mudrik Rahmawan Daryono, ST., MT.
- Apa itu Sesar Lembang jika dilihat dari ilmu geoteknologi?
- Apa dampak dari Sesar Lembang bagi kehidupan masyarakat atau bahkan
bagi Bandung Raya?
- Kapan pernah terjadi gempa? Apakah gempa tersebut yang menyebabkan
Sesar Lembang?
- Dimana saja lokasi penelitian LIPI dilakukan sehingga menemukan bukti
nyata yang menunjukkan Sesar Lembang?
- Setelah dilakukan penelitian, bukti baru apa yang ditemukan di lapangan?
- Berapa range atau periodik ulang Sesar Lembang?
- Bagaimana proses terbentuknya Sesar Lembang hingga kini diketahui?
- Mengenai penelitian dan temuan-temuan dari LIPI, apakah pemerintah sudah
tahu dan melakukan tindakan antisipasi atau pencegahan? Tindakan seperti
apa?
- Bagaimana tanggapan masyarakat dan pemerintah atas bukti temuan?
- Apa saran dari LIPI untuk pemerintah dan masyarakat?
2. Sekertaris Pusat Penelitian Mitigasi Bencana (PPMB) ITB - Dr. Nuraini
Rahma Hanifa, ST., MT.
- Apa arti mitigasi itu sendiri, bu?
77
- Program mitigasi bencana di Sesar Lembang yang sudah nyata dilakukan apa
saja? Dari pihak ITB maupun pemerintah?
- Kepada siapa saja mitigasi bencana ditujukan? Apakah hanya kepada
masyarakat di jalur Sesar Lembang?
- Apa menurut ibu program pendidikan mitigasi bencana di sekolah-sekolah
sudah cukup mengedukasi masyarakat khususnya pelajar?
- Seberapa perlu program pendidikan mitigasi bencana di sekolah-sekolah
maupun di masyarakat?
- Materi apa saja yang diajarkan?
- Bagaimana respon para siswa?
- Apa harapan ibu dengan diadakannya program pendidikan mitigasi bencana
di sekolah maupun di masyarakat?
3. Ketua Dewan Pengurus Wanadri - M. Rafi Respati, S.T
- Untuk masyarakat yang belum mengetahui, bisa dijelaskan sebenarnya
Wanadri ini apa/siapa?
- Apa tanggapan Wanadri tentang Sesar Lembang? Terutama sekretariat
Wanadri berada di sekitar jalur Sesar Lembang
- Seberapa tanggap/siap kah Wanadri terhadap bencana?
- Apa persiapan yang dilakukan?
- Apa langkah kongkret Wanadri terkait Sesar Lembang?
- Apa saran Wanadri untuk masyarakat?
78
4. Kepala Puslitbang Perumahan dan Permukiman, Kementerian PUPR - Prof.
Dr. Ir. Arief Sabaruddin, CES
- Banyaknya gedung-gedung bertingkat di daerah tanah resapan bahkan di jalur
Sesar Lembang, apakah ada sosialisasi terhadap pemilik gedung-gedung
bertingkat?
- Apa yang dimaksud Rumah Instan Sederhana Sehat (RISHA) itu sendiri?
- Mengapa msyarakat harus membangun RISHA?
- Apakah biaya untuk membangun RISHA lebih mahal dan menggunakan
bahan meterial yang susah didapat?
- Siapa saja yang harus membangun RISHA? Atau hanya ditujukan kepada
masyarakat yang tinggal di sekitar jalur Sesar Lembang saja?
- Apa sudah dilakukan publikasi, terutama kepada masyarakat tentang solusi
RISHA terkait Sesar Lembang?
- Bagaimana tanggapan masyarakat? Setujukah dengan membangun RISHA?
- Apakah dapat diprediksi seberapa besar persentase jumlah korban yang
tinggal di RSHA dengan yang tidak?
- Bagaimana cara membangun RISHA sesuai dengan standart yang telah
ditetapkan?
5. Gubernur Jawa Barat – H. M. Ridwan Kamil, S.T., M.U.D
- Apa yang akan dilakukan ke depannya untuk masyarakat Bandung terkait
Sesar Lembang?
- Bagaimana tanggapan tentang Hari Kesiapsiagaan Becana (HKB) yang
diselenggarakan BNPB?
79
SINOPSIS
Produksi : Daun Kering Studio Penulis Naskah : Dian Retno A.
Judul : Bandung Raya Menunggu Sutradara : Febrianto D.
(Sesar Lembang)
Durasi : 20 menit 13 detik Produser : Andriez Pandu
Bandung adalah sebuah kota di Jawa Barat yang masih menjadi primadona
bagi sebagian wisatawan karena keindahannya. Suasana yang sejuk dan keindahan
kota Bandung hingga Lembang menjadi destinasi favorit wisatawan. Namun dibalik
keindahan tersebut terdapat ancaman nyata yang sewaktu-waktu dapat terjadi tanpa
dapat diprediksi. Ancaman tersebut adalah Sesar Lembang yang merupakan sesar
aktif dan berpusat di Lembang. Adalah patahan dari bagian bumi yang retak dan
membentuk bidang memanjang secara horizontal sepanjang 29 km. Dikatakan sesar
aktif Lembang karena pernah terjadi gempa bumi pada abad ke-15 Masehi dan 60
Sebelum Masehi di Lembang.
Meski sebagian besar masyarakat Lembang sudah mengetahui apa itu Sesar
Lembang dan dampak yang ditimbulkan, namun sebagian besar masyarakat Bandung
hanya sekedar mengetahui dan tidak didukung oleh informasi yang jelas, terlebih
karena belum ada sosialisasi langsung dari pemerintah yang menyadarkan
masyarakat untuk lebih mencari tahu informasi, mengedukasi keluarga dan teman
tentang migitasi bencana dari dampak yang ditimbulkan Sesar Lembang.
Untuk membantu pemerintah Jawa Barat dalam membentuk SDM yang
melek informasi terutama tentang bencana Sesar Lembang, dalam dokumenter
televisi yang berjudul “Bandung Raya Menunggu (Sesar Lembang)” berisi
informasi mengenai Sesar Lembang dan dampak nyata yang ditimbulkan akan
80
dipaparkan langsung oleh Peneliti Geoteknologi LIPI, langkah nyata pemerintah
dalam melakukan edukasi mitigasi bencana seperti sosialisasi, pemasangan plang
pemberitahuan ‘Zona Sesar Lembang’ di tiga titik dan kegiatan simusi kebencanaan
oleh BNPB serta solusi untuk menjawab keresahan masyarakat dari Kepala
Puslitbang Perumahan dan Permukiman, Kementerian PUPR.
81
Produksi : Daun Kering Studio Penulis Naskah : Dian Retno A.
Judul : Bandung Raya Menunggu Sutradara : Febrianto D.
(Sesar Lembang)
Durasi : 20 menit 13 detik Produser : Andriez Pandu
No. Deskripsi Keterangan
1. Masjid Raya Bandung (drone) Memberikan gambaran keramaian
dan aktivitas masyarakat Bandung
maupun wisatawan di Masjid Raya
Bandung
2. Gedung-gedung tua di Bandung
Raya
Menampilkan icon Bandung
3. Keramaian masyarakat Bandung
Raya
Keramaian masyarakat dan
wisatawan di Bandung Raya
4. Aktivitas masyarakat Bandung
Raya di masjid
Masyarakat dan wisatawan bersua
foto dan bermain di halaman rumput
masjid
5. Tugu Selamat Datang di Kabupaten
Bandung Barat
Memberitahu bahwa sudah
memasuki kawasan Kabupaten
Bandung barat
6. Keramaian lalu lintas kendaraan Keramaian kendaraan di Bandung
meningkat hingga sering
menimbulkan kemacetan
7. Jembatan Pasupati, Bandung Memperlihatkan jembatan yang
terkenal di Bandung
Tabel III.7 TREATMENT (STORYLINE)
UNIVERSITAS BINA SARANA
INFORMATIKA
82
8. Tugu Selamat Datang di Lembang Memberitahu bahwa sudah
memasuki kawasan Lembang
9. Keindahan alam di Lembang Menampilkan keindahan alam di
Lembang dengan hamparan sayuran
di perkebunan warga
10. Pemandangan perkebunan dan
gunung di Gunung Batu
Menampilkan perkebunan warga
yang tak jauh dari pemukiman warga
11. Pemandangan perkebunan dan
pemukiman warga dari puncak
Gunung Batu (drone)
Menampilkan perkebunan dan
kepadatan rumah warga di Lembang
yang diambil dari drone
12. Garis Sesar Lembang dari puncak
Tebing Keraton (km 21)
Memperlihatkan keindahan alam di
Tebing Keraton yang juga menjadi
garis Sesar Lembang
13. Perjalanan menuju rumah warga
Lembang
Memperlihatkan aktivitas warga
Lembang yang diambil dari motor
14. Aktivitas warga Lembang Memperlihatkan aktivitas warga
Lembang
15. Plang ‘Zona Sesar Lembang’ di
Gunung Batu
Plang zona Sesar Lembang di
Gunung Batu salah satu langkah
BNPB memberitahu masyarakat
bahwa zona tersebut berada di jalur
Sesar Lembang
16. Tebing Batuan di Gunung Batu Memperlihatkan tebing batuan yang
menjadi bukti otentik adanya Sesar
Lembang
17. Detail gambar tebing batuan di
Gunung Batu
Memperlihatkan dari dekat dan lebih
jelas bukti otentik Sesar Lembang
18. Rumah yang sedang dibangun di
Gunung Batu
Di sekitar Gunung Batu yang
menjadi jalur Sesar Lembang
terdapat rumah warga yang sedang
dibangun oleh tukang
19. Plang ‘Zona Sesar Lembang’ di Tak hanya memasang plang di
83
Tebing Keraton Gunung Batu, namum BNPB juga
memasang plang ‘Zona Sesar
Lembang’ di Tebing Keraton
20. Perkebunan dan pemukiman warga
di Tebing Keraton
Memperlihatkan perkebunan dan
kepadatan rumah warga di Tebing
Keraton
21. Gambar peta Sesar Lembang di
Tebing Keraton
BNPB juga memasang peta sesar
lembang di Tebing Keraton sebagai
salah satu upaya pemberitahuan
kepada masyarakat yang ingin
mengunjungi dan bersua foto di
Tebing Keraton
22. Km 0 Sesar Lembang berada di
Batu Lonceng
Memperlihatkan batuan yang
terbelah di km 0 Batu Lonceng
23. Detail gambar tebing batuan di
Batu Lonceng
Memperlihatkan lebih dekat / secara
detail batuan yang terbelah
24. Tulisan ‘Patahan Lembang
Bandung ±1.515 mdpl’ di Batu
Lonceng
Salah satu upaya mengedukasi
masyarakat adalah dengan
memasang Tulisan ‘Patahan
Lembang Bandung ±1.515 mdpl’ di
Batu Lonceng
25. Gedung LIPI Memperlihtakan gedung LIPI dari
atas ke bawah
26. Tulisan ‘Penelitian Geoteknologi
LIPI’
Memperlihatkan tulisan ‘Penelitian
Geoteknologi LIPI’ dari kirim ke
kanan
27. Wawancara dengan penemu dan
peneliti Sesar Lembang
Melakukan wawancara dengan
Bapak Mudrik R. Daryono di lab
LIPI
28. Gambar detail peta Sesar Lembang
di lab. LIPI
Memperlihatkan peta sesar lembang
yang ada di lab LIPI
29. Jalur Sesar Lembang 29 km dari Memperlihatkan grafik 29 km jalur
84
Google Earth sesar lembang dari Google Earth
30. Kampus ITB Memperlihatkan tulisan ITB
31. Gedung Riset dan Inovasi ITB Memperlihatkan tulisan gedung riset
dan inovasi dari atas ke bawah
32. Gambar cara menyelamatkan diri di
gedung Riset dan Inovasi ITB
Memperlihatkan brosur cara
menyelamatkan diri yang tertempel
di dinding gedung riset dan inovasi
33. Tulisan ‘Ruangan PPMB (Pusat
Penelitian Mitigasi Bencana)’ ITB
Memperlihatkan tulisan ‘Ruangan
PPMB (Pusat Penelitian Mitigasi
Bencana)’ ITB
34. Wawancara Sekretaris PPMB ITB Melakukan wawancara terkait
mitigasi bencana oleh PPMB ITB
35. Gedung Puslitbang Perumahan dan
Permukiman
Memperlihatkan gedung Puslitbang
Perumahan dan Permukiman
36. Wawancara Kepala Puslitbang
Perumahan dan Permukiman,
Kementerian PUPR
Melakukan wawancara dengan
Kepala Puslitbang Perumahan dan
Permukiman terkait RISHA (Rumah
Instan Sederhana Sehat)
37. Plang ‘RISHA (Rumah Instan
Sederhana Sehat)’
Memperlihatkan visi misi projek
RISHA
38. Beberapa contoh RISHA di gedung
Puslitbang Perumahan dan
Permukiman
Memperlihatkan beberapa contoh
rumah RISHA yang sudah dibangun
di gedung Puslitbang Perumahan dan
Permukiman
39. Material membuat RISHA Memperlihatkan bahan material
pembuatan RISHA
40. Plang WANADRI Memperlihatkan tulisan Wanadri
41. Establish Sekretariat Wanadri Suasana Sekretariat Wanadri
42. Wawancara Ketua Dewan Pengurus
Wanadri
Melakukan wawancara dengan Ketua
Dewan Pengurus Wanadri
43. Foto-foto kegiatan Wanadri Memperlihatkan foto-foto kegiatan
di dinding Sekretariat Wanadri
85
44. Acara simulasi bencana dalam
kegiatan HKB (Hari Kesiapsiagaan
Bencana) di SescoAU
Para relawan dan media mulai
berdatangan ke SescoAU
45. Sejumlah tokoh penting mulai
berdatangan
Gubernur Jabar, BNPB, Basarnas,
Babinsa, TNI, Polisi, Inafis, damkar
dan sejumlah mitra lainnya turut
hadir dalam kegiatan simulasi
bencana
46. Gambar 1.000 relawan dalam
simulasi bencana HKB
Para relawan duduk dan membentuk
barisan menghadap pemimpin arahan
47. 1.000 relawan HKB diberi arahan
oleh BNPB dan Knag Soma dari
Wanadri
Kang Soma Wanadri dan anggota
BNPB membakar semangat relawan
sebelum mulai kegiatan
48. BNPB, Basarnas, Babinsa, TNI,
Polisi, Inafis melakukan simulasi
Simulasi dimulai
49. Sejumlah mobil dari BNPB,
Basarnas, TNI, Babinsa, Polisi,
Inafis, ambulance, damkar
memasuki lokasi simulasi bencana
Mobil dari BNPB, Basarnas, TNI,
Babinsa, Polisi, Inafis, ambulance,
damkar memasuki lokasi simulasi
bencana
50. Simulasi bencana gempa 7
magnitudo dimulai
Melakukan simulasi sesuai dengan
latihan
51. Para relawan berlarian keluar
rumah
Para relawan berhamburan keluar
rumah saat gempa terjadi
52. Rumah warga roboh Rumah-rumah warga yang tidak
dibangun standar tahan gempa roboh
53. Rumah RISHA atau tahan gempa
tidak roboh, hanya retak
Rumah risha retak namun tidak
roboh
54. BNPB, Basarnas dan tim
penyelamat lain mulai mendatangi
lokasi gempa
Para anggota tim penyelamat
mendatangi lokasi gempa dan
membawa alat yang diperlukan
55. BNPB, Basarnas memberikan
warna bendera berbeda ke lengan
BNPB dan Basarnas memasangkan
bendera ke lengan korban dengan
86
para korban warna berbeda-beda. Kuning berarti
hidup, hitam berarti meninggal dan
lainnya.
56. Tim penyelamat dibagi ke beberapa
tugas
Ada tim penyelamat untuk mencari
korban selamat dan ada tim
penyelamat yang bertugas memandu
korban yang telah ditemukan
57. Tim penyelamat lain memandu
korban yang selamat
Tim penyelamat melakukan
penyelamatan dengan bendera
kuning terlebih dahulu
58. Ada relawan yang terjebak di
bangunan rumah yang roboh
Relawan berperan sebagai korban
tertindih bangunan rumah
59. Basarnas berdiskusi memikirkan
cara mengeluarkan korban dari
reruntuhan rumah
Tim basarnas memperlihatkan hasil
diskusi cara mengeluarkan korban
60. Tim Basarnas mengebor bangunan
rumah yg roboh untuk
mengeluarkan korban
Terdengar suara sirine yang
menandakan gempa berkekuatan 7
magnitudo teradi
61. Basarnas mengeluarkan korban dari
runtuhan rumah dalam simulasi
bencana
Para relawan melakukan simulasi
bencana sesuai instruksi
62. Basarnas dan Banbinsa
menggotong warga yang berhasil
dikeluarkan dari reruntuhan rumah
ke ambulan
Setelah korban dapat dikeluarkan
dari runtuhan bangunan, korban
segera dipandu menuju ambulance
63. BNPB dna tim lainnya
menggunakan anjing pelacak untuk
mencari korban lainnya
BNPB melakukan penyisiran korban
lainnya menggunakan penciuman 3
anjing pelacak
64. Anjing pelacak mengendus tanah
dan mulai mencari korban
Anjing pelacak melakukan
penyisiran lokasi dengan mengandus
tanah
65. Tim penyelamat menyelamatkan Tim menemukan korban dan segera
87
korban lainnya melakukan penyelamatan
66. Gubernur Jabar, Ridwan Kamil
melakukan tanam pohon
Setelah simulasi, gubernur Jabar
Gubernur Jabar, Ridwan Kamil
melakukan kegiatan tanam pohon
67. Gubernur Jabar, Ridwan Kamil,
Ketua BNPB, TNI dan Kapolda
Jabar melakukan pose foto di depan
para wartawan
Setalh tanam pohon, Gubernur Jabar,
Ridwan Kamil bersama Ketua
BNPB, TNI dan Kapolda Jabar
melakukan sesi foto di depan para
wartawan
68. Gubernur Jabar, Ridwan Kamil
melakukan konferens pers
mengenai HKB dan edukasi
mitigasi kepada masyarakat dan
pelajar
Gubernur Jabar, Ridwan Kamil
melakukan konferens pers mengenai
HKB dan blue print
69. Simulasi bencana di Stadion
Bentang, Lembang
Simulasi bencana jga dilakukan di
Stadion Bentang, Lembang
70. Para pelajar dari SMA Al
Musyawarah berkumpul di Stadion
Bentang, Lembang
Pelajar SMA Al Musyawarah
menjadi relawan simulasi gempa
71. Para pelajar duduk di rumput
stadion
Para pelajar memerhatikan arahan
dari anggota Wanadri dan BNPB
72. Anggota Wanadri dan BNPB
memberi arahan untuk para siswa
dan guru
Anggota Wanadri dan BNPB
memberi arahan mengenai simulasi
gempa dan apa yang harus dilakukan
73. Anggota BNPB dan Wanadri
melakukan simulasi bencana
Simulasi gempa mulai dilakukan
74. Para siswa dan guru memerhatikan
kegiatan simulasi bencana
Tak hanya para pelajar, guru-guru
juga diberi pengetahuan tentang apa
yang harus dilakukan saat gempa
75. Para siswa berpartisipasi dalam
simulasi gempa
Para siswa mempraktekkan arahan
dari anggota Wanadri
Tabel 7. Treatment (Storyline)
88
Produksi : Daun Kering Studio Penulis Naskah : Dian Retno A.
Judul : Bandung Raya Menunggu Sutradara : Febrianto D.
(Sesar Lembang)
Durasi : 20 menit 13 detik Produser : Andriez Pandu
Narasumber : Peneliti Geoteknologi LIPI - Dr. Mudrik Rahmawan Daryono,
S.T., M.T
No Time Logging Statement Ket.
1.
00:00:20 -
00:00:31
Definisi sesar aktif adalah sesar yang dalam
kurun waktu 11.500 tahun lalu, terbukti
pernah menghasilkan gempa bumi.
OK
2. 00:02:04 -
00:03:00
Jadi, sesar adalah suatu bagian di kerak bumi
yang retak, bergerak dan kemudian
menghasilkan gempa bumi. Merupakan suatu
proses alam yang biasa terjadi di bumi dan
akan terjadi terus-menerus. Kemudian sesar
dikatakan karena akan terjadi lagi gempa
bumi di lokasi yang sama dengan periode
ulang yang berbeda-beda. Menapa dikatakan
sebagai Sesar Lembang, karena sesar itu
berada di daerah Lembang, Jawa Barat,
memotong secara jelas, dengan arah barat
timur sepanjang 29 km.
OK
Tabel III.8 TRANSKIP WAWANCARA
UNIVERSITAS BINA SARANA
INFORMATIKA
89
3. 00:03:04 -
00:05:15
Penelitian Sesar Lembang sudah berlangsung
lama sekali, yaitu dimulai dari publikasi yang
paling terkenal adalah Van Bemmelen. Van
Bemmelen sudah menyebut itu sebagai Sesar
Lembang kemudian dia sudah meneliti sesar
itu dengan definisi yang berbeda karena
resolusi data dan yang lain berbeda.
Kemudian penelitian berlanjut, ada publikasi-
publikasi terbaru dari Marjiono yang
mendefinisikan dengan data satelit. Lalu Edi
Hidayat juga melakukan penelitian disana
menggunakan Sekphone dari data-data
stratifigasi di sepanjang Sesar Lembang.
Kemudian dari kawan-kawan geodesi secara
tektonik, Pak Abidin dia mempelajari
kecepatan geser Sesar Lembang. Dan Pak
Afnimar, meneliti seismisitas di sepanjang
Sesar Lembang, merelokasi sumber-sumber
ada dimana saja. Dari data-data penelitian
terdahulu, saya pelajari dengan detail lagi,
dikombinasikan dengan data yang terbaru
menggunakan citra lidar dengan resolusi
tinggi. Memperlihatkan morfologi yang lebih
rinci kemudian dari seluruh penelitian itu,
saya pelajari lagi dan dikuatkan penelitiannya.
Salah upaya yang saya lakukan,
mendefinisikan jalur sesar aktif sepanjang 29
km, km 0 di arah barat, menerus ke km 0, 1,
2, 3 sampai hilangnya bentuk dari morfologi
Sesar Lembang itu. Total 29 km. Kemudian
salah satu upaya lain, kita mencoba mencari
tahu apakah sesar lembang aktif atau tidak?
upaya yang kita lakukan yaitu melakukan uji
OK
90
paritan di dua tempat dan menemukan bukti
kejadian gempa bumi pada abad ke-15 dan 60
sebelum masehi.
4. 00:05:16 -
00:06:21
Gempa akan berulang dan memiliki periode
ulang atau disebut ulang tahun gempa bumi.
Ini adalah sesuatu yang kita kejar dalam
penelitian ini. Jadi kita mencoba mencari tahu
kecepatan geser atau slip rate. Slip rate dicari
menggunakan dua alat: satu, menggunakan
alat geodesi yaitu GPS. itu hanya peneliti
geodesi yang sangat paham. Yang kedua,
adalah slip rate dari geologi. Fungsinya untuk
mengetahui umur batuan. Saya sendiri
menghitung slip rate geologi dan menghasil
satu pergeseran sungai yang terlihat jelas. Ada
dua objek besar yang memotong batuan, satu
adalah pergeseran 120 meter dan yang lain
adalah 460 meter. Dari dua umur batuannya
kita coba bandingkan kemudian dihitung dan
angka irisan batuan tersebut antara 295
sampai 345 milimeter pertahun.
OK
5. 00:06:24 -
00:07:18
Ini termasuk penelitian yang baru.
Sebenarnya masyarakat Indonesia juga baru
paham dengan kinematik dari ancaman gempa
bumi sesar aktif ini. Jadi semuanya berjalan
bersama-sama. Kita tidak bisa merubah itu
dengan serta-mereta tapi bertahap. Kita sudah
memberikan informasi kepada pemerintah
daerah, KBB, Kabupaten Bandung, Kota
Madya hingga Gubernur. Jadi Pemerintah
Daerah termasuk BNPB, BPBD semuanya
sudah sangat bagus menanggapi, termasuk
Kemendikbud (Kementerian Pendidikan dan
OK
91
Kebudayaan) juga menggapi dengan baik.
Kita pelan pelan menuju ke penataan jauh
lebih baik tetapi kita bertahap. Pertama,
edukasi masyarakat, kemudian pemerintah
daerah sudah memahami semuanya, tidak
resisten terhadap informasi penelitian ini, kita
bertahap, perlahan-lahan untuk menata
semuanya.
6. 00:12:46 -
00:13:41
Jadi yang paling dahsyat merusak itu, satu,
jalur permukaan retakan sesar lembang, di
dalam jalur ini seluruh bangunan yang sudah
terlanjur dibangun terancam besar, jadi harus
difikirkan bersama. Pemerintah Daerah,
Pemerintah Pusat semuanya harus tegas.
Wajib. Jalur ini adalah sesuatu bahaya besar,
jadi dia harus menghindar dari satu itu. Yang
kedua adalah goncangannya itu tidak hanya
mengancam Lembang saja tapi dia
mengancam seluruh kawasan Bandung Raya,
termasuk Kota Cimahi, Kodya Bandung
termasuk Kabupaten Bandung dan Kabupaten
Bandung Barat semuanya terancam. Jadi dia
akan menyebar ke segala arah dan otomatis
seluruh wilayah ini harus membangun
bangunan yang tahan gempa. Itu jelas.
OK
7. 00:18:39 -
00:18:38
Harapan saya semua (masyarakat Bandung)
bisa selamat dengan baik dan semoga saja
bencana ini sudah kita persiapkan dengan
baik pula.
OK
Tabel 8. Transkrip Wawancara
92
Produksi : Daun Kering Studio Penulis Naskah : Dian Retno A.
Judul : Bandung Raya Menunggu Sutradara : Febrianto D.
(Sesar Lembang)
Durasi : 20 menit 13 detik Produser : Andriez Pandu
Narasumber : Sekertaris Pusat Penelitian Mitigasi Bencana (PPMB) ITB - Dr.
Nuraini Rahma Hanifa, S.T., M.T
No Time Logging Statement Ket.
1. 00:00:32 -
00:00:44
Untuk mengetahui kerentanan bangunan.
Kerentanan suatu bangunan kualitas beda-
beda. Nah kualitas suatu bangunan terhadap
goncangan tertentu itu seperti apa daya
tahannya.
OK
2. 00:08:12 -
00:09:10
Satuan pendidikan rawan bencana kan ada
tiga pilar, pilar pertama adalah bangunan atau
fasilitas yang aman, yang kedua adalah
kebijakan, yang ketiga adalah pendidikan.
Kalau kebijakan sekolah yaitu SOP (Standar
Operasional Prosedur) sekolah dan juga
edukasi baik secara formal maupun non
formal, terutama yang non formal, semisal
melakukan kegiatan pramuka dan
ekstrakurikuler sudah berjalan dengan lebih
OK
Tabel III.8 TRANSKIP WAWANCARA
UNIVERSITAS BINA SARANA
INFORMATIKA
93
baik termasuk di Jawa Barat. Tetapi yang
masih kurang mungkin kekuatan bangunan
yang aman. Karena mungkin itu lebih sulit
mengimplementasikan karena diperlukan
dana yang besar dan sebagainya. Tetapi jika
tidak dilakukan maka akan sangat sulit
menjamin keselamatan bagi sekolah itu
sendiri. Seberapa kencangnya kita
melaksanakan edukasi jika tidak didukung
dengan diperkuat fasilitas yang aman maka
akan tetap sangat beresiko.
3. 00: 09:13 -
00:09:30
Program edukasi sosial di Jawa Barat sudah
cukup banyak dilakukan. Alhamdulilah, kita
dua minggu lalu kalau tidak salah
mengadakan workshop bersama dengan
BPBD Jawa Barat, Seknas (Sekretariat
Nasional) SPAB (Satuan Pendidikan Aman
Bencana Sekretariat Nasional) Kemendikbud
dan juga dengan Asean Safe School Initiative.
OK
Tabel 8. Transkrip Wawancara
94
Produksi : Daun Kering Studio Penulis Naskah : Dian Retno A.
Judul : Bandung Raya Menunggu Sutradara : Febrianto D.
(Sesar Lembang)
Durasi : 20 menit 13 detik Produser : Andriez Pandu
Narasumber : Kepala Puslitbang Perumahan dan Permukiman, Kementerian
PUPR - Prof. Dr. Ir. Arief Sabaruddin, CES
No Time Logging Statement Ket.
1.
00:00:50 -
00:01:02
Kita sudah tahu itu daerah rawan gempa, jadi
kita tidak boleh lalai dengan aspek itu.
OK
2. 00:13:48 -
00:15:08
Sebenarnya kalau bangunan yang persis
berada di garis sesar, sampai hari ini kita
belum menemukan satu teknologi yang bisa
membuat bangunan itu lebih aman. Belum
ada. Kecuali kalau memang dipaksakan,
sangat bisa, tapi itu rasanya sudah tidak
rasional sehingga memang diharapkan
bangunan-bangunan itu ada jarak terhadap
sesar. Harapan dari saya hanya itu saja
sebenarnya. Dengan bangunan yang dekat
sesar sekalipun juga perlu ada satu
perencanaan, mengikuti kaidah-kaidah SNI
(Standar Nasional Indonesia). Kita
OK
Tabel III.8 TRANSKIP WAWANCARA
UNIVERSITAS BINA SARANA
INFORMATIKA
95
(Puslitbang Perumahan dan Permukiman)
punya SNI nomor 1726 tahun 2012 yang
sedang kita revisi. Artinya kalau sudah
memenuhi itu, ketika terjadi gempa besar
bukan berarti bangunan itu tidak rusak, pasti
akan mengalami kerusakan tapi tidak roboh.
Sehingga penghuni bangunan masih bisa lari
untuk selamat dari gempa tadi, akibat
robohnya bangunan. Jadi bangunan tidak ada
roboh tapi rusak.
3. 00: 15:09 -
00:16:42
Jika terjadi gempa, bangunan yang
mengalami kerusakan paling banyak adalah
bangunan non engineering status, yaitu
rumah-rumah masyarakat. Kalau gedung-
gedung umum, seperti gedung hotel,
perkantoran, relatif menggunakan tenaga ahli
struktur, sehingga sudah melakukan
antisipasi. Tetapi bangunan-bangunan yang
dibangun oleh masyarakat secara swadaya,
masyarakat banyak yang membangun sejauh
kemampuan kuli bangunan, sehingga disitu
banyak terjadi kesalahan teknis, baik
spesifikasi material (bahan baku) maupun
detail lain. Karena rumah sederhana jika kita
bicara tentang ketahanan gempa, maka rumah
sederhana tidak seperti rumah sederhana,
karena ada kaidah-kaidah teknis yang harus
dipenuhi. Nah ini yang banyak tidak diketahui
oleh masyarakat maupun tukang, karena
masyarakat tidak menggunakan jasa arsitek
pada saat membangun rumah kebanyakan.
Jadi itulah mengapa Puslitbang (Pusat
Penelitian Bangunan Perumahan dan
OK
96
Pemukiman) menyiapkan sebuah metode baru
membangun rumah tanpa harus menggunakan
keahlian seorang arsitek.
4. 00:18:02 -
00:18:27
Saran saya, masyarakat kembali memeriksa
(bangunan mereka), khususnya daerah Sesar
Lembang terhadap pemenuhan Standar
Nasional Indonesia (SNI). Itu penting sekali.
Bisa saja rumah kita aman, tetapi rumah
tetangga tidak aman. Rumah kita bisa saja
tertimpa rumah tetangga, roboh juga.
OK
Tabel 8. Transkrip Wawancara
97
Produksi : Daun Kering Studio Penulis Naskah : Dian Retno A.
Judul : Bandung Raya Menunggu Sutradara : Febrianto D.
(Sesar Lembang)
Durasi : 20 menit 13 detik Produser : Andriez Pandu
Narasumber : Ketua Dewan Pengurus XXVI Perhimpunan Penempuh Rimba
dan Pendaki Gunung Wanadri periode 2019-2021 - M. Rafi
Respati, S.T
No Time Logging Statement Ket.
1.
00:00:45 -
00:00:49
Sekedar dari informasi yang saya dapat juga,
ada pro dan kontra dengan isu Sesar
Lembang. Kita ambil positif saja, kita ambil
resiko terburuknya, lebih baik kita siapkan
dari pada tidak sama sekali.
OK
2. 00:09:35 -
00:10:14
Jadi Wanadri itu perhimpunan penempuh
rimba dan pendaki gunung. Pada dasarnya
sebenarnya Wanandri adalah organisasi
pendidikan yang menggunakan alam bebas
sebagai media pendidikan. Jadi kegiatan kita
sebenarnya ada di empat pilar kegiatan: ada di
penjelajahan, kemanusiaan, pendidikan dan
juga lingkungan. Nah kegiatan kita banyak
melakukan penjelajahan-penjelajahan ke
OK
Tabel III.8 TRANSKIP WAWANCARA
UNIVERSITAS BINA SARANA
INFORMATIKA
98
daerah-daerah yang belum di jelajahi
sebelumnya. Kemudian juga kita banyak
melakukan kegiatan Pendidikan, baik
pendidikan kepada anggota maupun eksternal
anggota.
3. 00:10:15 -
00:11:20
Sampai dengan saat ini, yang bisa kita
persiapkan sekarang adalah mencoba, yang
pertama adalah menyiapkan secara SDM
(Sumber Daya Masyarakat), utamanya ada di
sekitar Bandung untuk siap menghadapi
bencana. Salah satunya dengan kegiatan
edukasi perihal kebencanaan dan juga
bagaimana untuk melaksanakan tanggap
darurat. Sampai dengan saat ini, kita juga
sudah bermitra dengan beberapa instansi lain
untuk bersama melakukan penanggulangan
bencana dan persiapannya apabila terjadi
Sesar Lembang. Salah dengan pengajaran
untuk diterapkan “Bagaimana ketika kita
terjadi bencana, Apa yang kita lakukan,
kemudian prosedur evakuasinya seperti apa”
dan juga mengedukasi wawasan mengenai
bencana Sesar Lembang. Sampai dengan
tahap ini mungkin itu yang bisa kita lakukan,
bersama kita belajar dan mengedukasi
bagaimana bila bencana itu terjadi.
OK
4. 00:11:21 -
00:12:44
Kita selaku organanisasi yang memang punya
tempat di Bandung, kita menyadari bahwa
Sesar Lembang merupakan resiko yang sangat
mungkin sangat terjadi. Bisa terjadi besok,
bisa terjadi lusa atau beberapa tahun ke
depan, bahkan puluhan atau ratusan tahun
lagi. Dari sana kita bersama mencoba
OK
99
memahami dulu sebenarnya masalah yang
mungkin terjadi dengan adanya Sesar aktif
lembang. Kita mencoba menghadirkan pakar-
pakar yang memang meneliti Sesar Lembang.
Kita mencoba mengisi dulu wawasan kita
mengenai Sesar Lembang itu seperti apa. Dan
ke depannya kita juga mungkin akan mencoba
membantu dalam hal mitigasi yang sekarang
mungkin bisa kita lakukan. Karena sebelum
terjadi bencana tersebut, sekarang yang bisa
kita lakukan adalah bagaimana
mempersiapkan ketika bencana itu terjadi.
Disini Wanadri sebagai organisasi sampai
dengan sekarang, kita masih dalam tahap
mengkaji dan juga merencanakan mitigasi
seperti apa yang seharusnya kita lakukan,
yang memang sesuai dengan kemampuan
kita, yang memang sesuai juga dengan
kebutuhan masyarakat wilayah Bandung
khususnya.
00:16:49 -
00:18:02
Saran dari kami mungkin menghimbau ke
masyarakat yang ada di jawa barat, khususnya
Bandung. Sesar lembang meskipun kita
belum tau pasti kapan terjadi, bisa besok, lusa
ataupun beberapa tahun lagi, tetapi tetap yang
pertama adalah pengetahuan mengenai resiko
tersebut yang perlu kita ketahui bersama dulu.
Sebesar apa kemungkinan resiko yang terjadi,
baik itu gempa, tanah longsor atau mungkin
bisa terjadi likuifaksi seperti Palu. Kemudian
mempersiapkan diri kita dan keluarga kita
sebenarnya, bisa dimulai dengan kita
menyiapkan emergency kit, apabila sewaktu-
OK
100
waktu bencana tersebut terjadi. Mulai dari
cadangan makanan untuk beberapa hari,
beberapa cadangan pakaian untuk beberapa
hari, serta mulai meminimalisir resiko yang
bisa terjadi di rumah kita sendiri, seperti
lemari. Hal-hal yang jika gempa terjadi bisa
menimublkan resiko yang lebih parah untuk
terjadi di rmah kita sendiri.
Tabel 8. Transkrip Wawancara
101
Produksi : Daun Kering Studio Penulis Naskah : Dian Retno A.
Judul : Bandung Raya Menunggu Sutradara : Febrianto D.
(Sesar Lembang)
Durasi : 20 menit 13 detik Produser : Andriez Pandu
Narasumber : Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil
No Time Logging Statement Ket.
1.
00:07:19 –
00:00:40
Hari ini Jawa Barat menyelenggarakan Hari
Ketangguhan Korban Bencana, sebagian
arahan dari BNPB, kita laksanakan dengan
sangat serius. Berlatih dari hari selasa (22
April 2019), dari seluruh wilayah Jawa Barat,
karena kita melihat bahwa stakeholder dalam
Ketangguhan Bencana ini tidak bisa hanya
mengandalkan pemerintah. Dalam hal ini
BNPB, BPBD dan provinsi daerah tapi juga
harus melibatkan dokumen kemasyarakatan.
Karena itu, tahun ini dibawah pimpinan
BNPB kita menyiapkan cetak biru, panduan
bencana Jawa Barat, termasuk di dalamnya
memuat prefentif, kurikulum di sekolah-
sekolah yang kita siapkan untuk kebencanaan.
OK
Tabel 8. Transkrip Wawancara
Tabel III.8 TRANSKIP WAWANCARA
UNIVERSITAS BINA SARANA
INFORMATIKA
102
NASKAH VO
Produksi : Daun Kering Studio Penulis Naskah : Dian Retno A.
Judul : Bandung Raya Menunggu Sutradara : Febrianto D.
(Sesar Lembang)
Durasi : 20 menit 13 detik Produser : Andriez Pandu
Merupakan ibukota dari Provinsi Jawa Barat, menjadikan Bandung sebagai kota
padat penduduk ke lima dengan jumlah penduduk 2.394.873 menurut data sensus
BPS Bandung.
Berada pada dataran ketinggian membuat bandung memiliki keindahan alam yang
banyak dikagumi oleh siapapun yang datang.
Namun siapa sangka, dibalik keindahan bandung terdapat ancaman nyata, yaitu Sesar
Aktif Lembang. Meski sudah banyak masyarakat tahu tenang fenomena ini, namun
tetap saja ini bukanlah hal yang dapat disepelekan.
Karena pada dasarnya bukan gempa yang membunuh, tetapi bangnan yang runtuh
akibat gempalah yang membunuh.
103
3.4. Proses Kerja Camera Person
Penulis sebagai camera person bekerja sama dengan sutradara terlebih
dalam urusan alat dan pengambilan gambar. Berdiskusi dengan sutradara tentang
pengambilan gambar yang diinginkan oleh sutradara.
Nina Kusumawati dkk (2015:68) menjelaskan “Penata kamera adalah
seorang yang bertugas merekam gambar dengan menggunakan perangkat keras
kamera video yang direkam melalui pita video, memory, hard disk atau media
penyimpanan lainnya sesuai dengan arahan sutradara atau pengarah acara”.
Meskipun penulis sebagai camera person tidak terlibat secara aktif dalam
tahap pra produksi dan pasca produksi, akan tetapi penulis mempunyai peran besar
pada tahap produksi, yaitu bertugas melakukan pengambilan gambar. Penulis juga
bertanggung jawab secara teknis pada alat-alat yang digunakan baik peralatan untuk
pengambilan gambar maupun untuk menyimpan hasil gambar, karena penggunaan
alat sangat berpengaruh pada hasil.
Dalam pembuatan Dokumenter Televisi “Bandung Raya Menunggu
(Sesar Lembang)” camera person bekerja mengambil gambar sesuai arahan
sutradara dan director treatment. Camera person harus cepat dan tanggap dalam
menangkap moment-moment apa saja yang memang sedang terjadi saat produksi,
terutama saat acara Hari Kesiapsiagaan Bencana di Stadion Bentang dan SescoAU.
Terkadang camera person harus jeli terhadap lingkungan di sekitar lokasi, dengan
begitu camera person harus cekatan, seperti mengambil gambar seorang diri untuk
mendapatkan stock shoot yang dirasa kurang tanpa disuruh oleh sutradara. Camera
person dokumenter merekam sesuai yang berada dilokasi kejadian seperti apa
kejadian tersebut tanpa paksaan, camera person dokumenter televisi akan
104
menampilkan suatu gambar yang nyata dan tidak dibuat-buat. Karena dokumenter itu
harus menciptakan suatu permasalahan yang real.
Sebelum membuat program Dokumenter Televisi biasanya terdapat
beberapa tahapan, tahapan tersebut terdiri atas pra produksi, produksi dan pasca
produksi. Dengan tahapan yang sudah ditentukan ini memungkinkan karya yang
akan dibuat menjadi karya yang baik.
3.4.1. Pra Produksi
Sebelum masuk pada tahap pengambilan gambar, penulis sebagai camera
person terlebih dulu merencanakan gambar-gambar yang perlu direkam dan bersama
sutradara membuat director treatment.
Menurut Fachruddin (2017:362) “Merencanakan sequence dan scene yang
telah memiliki alur cerita yang hidup (sesuai keinginan) selanjutnya dipindahkan
dalam shooting list (sasaran tembak kamera) dengan lebih jelas dan mudah agar
dimengerti oleh juru kamera”.
Penulis ikut terjun saat riset guna mengetahui medan atau lokasi yang akan
digunakan untuk proses pengambilan gambar. Setelah mengetahui lokasi, penulis
berdiskusi dengan sutradara untuk mencari blocking kamera yang pas untuk
mengambil gambar, terlebih karena ada beberapa lokasi berada di tebing batuan.
Sebelum melakukan produksi program dokumenter, hal yang terpenting
adalah melakukan riset agar camera person mengetahui hal yang menarik dan yang
perlu direkam saat produksi di mulai.
Menurut Fachruddin (2017:368) “Adapun perlengkapan shooting, yang
paling penting adalah dimulai dari kamera. Jenis kamera apakah yang akan
105
digunakan, lalu dicek apakah seluruhnya berfungsi dengan baik untuk merekam
gambar”.
Tahap pra produksi merupakan tahap yang paling menentukan hasil gambar
yang baik. Pada tahap ini, camera person akan melakukan beberapa pekerjaan yang
bersifat teknis maupun non teknis, meliputi:
1. Mempersiapkan fasilitas yang akan mendukung jalannya proses produksi seperti
pemilihan kamera yang akan digunakan proses pengambilan gambar, memilih
lensa maupun peralatan penunjang lainnya.
2. Mempelajari teknis produksi terutama teknis kamera,
3. Berdiskusi dengan sutradara agar mencapai visi dan misi produksi yang sama.
3.4.2. Produksi
Sebelum memulai proses produksi, penulis sebagai camera person
melakukan pengecekan alat-alat yang akan dipakai agar dapat berjalan engan baik
tanpa kendala. Seperti kamera yang berfungsi dengan baik, kebersihan lensa, baterai
cadangan, memori yang sudah dikosongkan, tripod, dan lainnya.
Karya dokumenter jangan selalu menyajikan wawancara tetapi
dikombinasikan perkenalan lokasi yang popular, aktivitas karakter utama dan lain
sebagainya (Fachruddin, 2017:364).
Segala perencanaan yang telah disiapkan dalam tahap pra produksi, akan
direalisasikan pada tahap produksi. Penulis sebagai camera person membantu
sutradara untuk menerjemahkan bahasa tulisan kepada bahasa visual dengan cara
melakukan pengambilan gambar sesuai dengan director treatment maupun arahan
langsung dari sutradara. Setiap gambar yang dihasilkan sangat penting terhadap
106
pesan dan informasi apa yang akan disampaikan kepada penonton. Penentuan jenis
shot size (ukuran gambar), angle (sudut pengambilan gambar) dan movement
(pergerakan kamera) tentunya juga akan memengaruhi pesan dan informasi tersebut.
Gambar yang dihasilkan juga harus tajam (focus) serta ditunjang komposisi
(framing) yang tepat.
Pada proses produksi, penulis harus menjaga kondisi kamera agar tetap pada
kondisi normal dan siap digunakan selama jalannya proses produksi. Bekerja sama
dengan sutradara pada saat shooting agar sesuai konsep, memberi masukan kepada
sutaradara untuk memberikan hasil gambar terbaik, serta mengambil gambar sesuai
dengan memperhatikan teknik pengambilan gambar.
Seorang camera person juga harus memperhatikan dan mengatur white
balance. White balance adalah prosedur sensor warna pada kamera untuk mengenali
warna yang sesuai dengan kondisi cahaya pada saat gambar tersebut direkam. Pada
umumnya, procedure white balance menggunakan media berwarna putih yang
diletakkan di depan lensa. Pada dasarnya, white balance melakukan proses
mengenali warna putih dalam gambar. Dikatakan bahwa semua warna berasal dari
warna putih. Misalnya: sinar matahari berwarna putih tapi ketika menentuh prisma,
warna tersebut akan pecah menjadi pelangi.
Teknik Dasar Pengambilan Gambar
Bagi camera person, harus memperhatikan 6 teknik dasar pengambilan gambar,
antara lain:
1. Shot Size (Ukuran Gambar)
107
Shot size adalah ukuran besar kecilnya subjek dalam sebuah frame yang memiliki
informasi dan makna berbeda sesuai dengan ukuran masing-masing shot size. Contoh
shot size yang biasa digunakan di dunia audio visual adalah:
a. Extreme Close Up (ECU)
Digunakan untuk detail suatu objek. Fungsinya untuk memberikan informasi
ekspresi.
b. Big Close Up (BCU)
Wajah objek memenuhi layar. Fungsinya untuk memunculkan ekspresi objek.
c. Close Up (CU)
Hanya menampilkan kepala objek. Fungsinya untuk menekankan ekspresi
objek dan membantu penonton untuk merasakan apa yang dirasakan objek.
d. Medium Close Up (MCU)
Pengambilan gambar dari kepala, pundak dan sebagian dada. Fungsinya
untuk memperjelas profil objek kepada penonton.
e. Medium Shot (MS)
Pengambilan gambar dari ujung kepala hingga pinggul. Fungsinya untuk
memperlihatkan objek lebih jelas kepada penonton. Penonton dapat lebih
mengenali objek dan mengetahui apa yang sedang dilakukan objek.
f. Knee Shot (KS)
Pengambilan gambar dari ujung kepala hingga lutut. Shot ini lebih netral,
tidak ada penekanan yang terlalu mendalam, namun penonton dapat melihat
dimana objek berada.
g. Full Shot (FS)
Pengambilan gambar penuh dari ujung kepala hingga kaki. Fungsinya untuk
memberikan informasi disekeliling objek.
108
h. Long Shot (LS)
Pengambilan gambar yang luas. Fungsinya untukmenentukan objek dan latar
belakangnya. Memperlihatkan kondisi yang terjadi di sekitar objek.
Menunjukkan tempat.
i. Very Long Shot (VLS)
Pengambilan gambar yang sangat luas, menampilkan pemandangan
lingkungan objek secara utuh. Fungsinya untuk memberikan informasi bahwa
objek merupakan bagian dari lingkungan.
2. Komposisi Gambar
Komposisi gambar adalah penataan elemen-elemen gambar dalam sebuah frame.
elemen-elemen ini mencakup bentuk, garis, warga, terang dan gelap. Komposisi
yang baik akan menghasilkan gambar lebih tampak menarik, pesan yang ingin
disampaikan juga akan semakin jelas. Membangun komposisi dalam frame selalu ada
satu titik yang menjadi perhatian penonton, untuk itu perlu penataan yang dirancang
sedemikian rupa.
Menurut Januariun Andi Purba, dalam proses melakukan komposisi, seorang
camera person bisa mengacu pada metode tertentu, yaitu:
a. Golden Mean
Apabila layar televisi dibagi menjadi tiga bagian baik secara horizontal dan
vertikal, maka di keempat titik pertemuan dari garis-garis tersebut menjadi
area yang cocok untuk menempatkan elemen yang menjadi pusat perhatian.
Metode inilah yang disebut Golden Mean. Metode ini dapat digunakan untuk
pengomposisian dua buat objek.
109
b. Triangulation
Metode penenpatan objek ke dalam suatu bentuk segitiga. Point atau objek
penting diletakkan di puncak segitigaagar bisa menarik perhatian. Point atau
objek penting yang menjadi perhatian harus didukung dengan elemen lainnya
dalam frame. Metode triangulation memberikan kesan kuat dan seimbang.
c. Head Room
Teknik pengambilan gambar dengan memberikan ruang diatas kepala sampai
batas atas frame. Hal ini dilakukan untuk menjaga keseimbangan gambar, jika
ruang kosong terlalu lebar antara ujung kepala sampai batas atas frame, maka
yang terjadi objek akan terkesan tenggelam dan gambar kurang nyaman untuk
dilihat.
d. Looking Room
Teknik pengambilan gambar dengan memberikan ruang kosong pada objek
yang melihat ke satu arah. Letak objek dapat ditempatkan di kanan frame atau
kiri frame sesuai dengan arah pandang objek.
e. Walking Room
Teknik pengambilan gambar ini dengan cara memberikan ruang gerak kosong
di depan objek yang disesuaikan dengan arah objek bergerak. Hal ini
dilakukan untuk memberikan keseimbangan dan kewajaran gambar, sehingga
objek tidak terkesan akan menabrak frame atau terhenti di batas kanan atau
kiri frame.
Tujuan mengaur komposisi dalam frame adalah :
a. Menciptakan keseimbangan dalam gambar,
b. Memperjelas informasi dan pesan yang ingin disampaikan ,
c. Menimbulkan rasa estetik bagi camera person dan penonton,
110
d. Menciptakan kesatuan antara ide dan gambar yang dihasilkan.
Jenis-jenis komposisi gambar:
a. Bentuk
Komposisi ini biasanya dipakai camera person untuk memberikan penekanan
secara visual kualitas bentuk objek benda. Visual akan memberikan gambar
yang didalamnya berupa bentuk persegi seperti bangunan gedung atau
lingkaran seperti bola.
b. Garis
Komposisi ini terbentuk dari pengemasan garis secara dinamis. Garis tersebut
berupa garis lurus, melingkar atau melengkung. Komposisi ini bisa
menimbulkan kesan kedalaman dan gerak pada suatu objek. Garis-garis yang
terbentuk akan menjadi dinamis dan biasanya menimbulkan kesan tiga dimensi
(3D).
c. Warna
Komposisi warna akan memberikan sebuah kesan yang elegan dan dinamis
pada sebuah gambar. Gambar yang berupa keindahan akan semakin menjadi
menarik perhatian penonton jika didukung dengan komposisi warna yang baik.
d. Terang dan Gelap
Pengomposisian terang dan gelap digunakan sebagai penekanan visualitas
sebuah objek. Komposisi ini dapat digunakan dengan baik apabila camera
person mampu memperhatikan kontras sebuah objek dan harus memperhatikan
lingkungan sekitar objek. Kedalaman gambar juga akan terbentuk jika
komposisi ini diambil dengan memperhatikan sumber cahaya serta bayangan
yang dihasilkan.
111
3. Camera Angle
Camera Angle dalam pengertian audio visual berarti sudut pengambilan gambar
yang menekankan tentang posisi kamera berada pada sudut tertentu dalam merekam
gambar. Camera Angle ini diharapkan dapat menghasilkan suatu peristiwa atau
adegan objek dalam bidikan kamera agar lebih tertarik menarik dan mampu
mengilustrasikan kedinamisan suatu gambar. Setiap hasil rekaman dalam pandangan
kamera mempunyai kandungan makna dan nilai tertentu dari jenis angle yang
digunakan. Jenis-jenis camera angle dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Bird Angle
Pengambilan gambar dengan sudut yang sangat jauh, angle ini diibaratkan
seperti sudut pandang burung yang melihat ke bawah dari ketinggian.
Motivasinya biasanya untuk menunjukkan lokasi dalam adegan.
b. Top Angle
Sudut pengambilan gambar tepat di atas objek atau setara dengan arah jarum
jam menunjuk angka pukul 12.00.
c. High Angle
Teknik pengambilan gambar yang memposisikan kamera dalam posisi di atas
objek, atau searah dengan arah jarum jam menunjuk angka pukul 12.05
samppai 15.00, atau sudut 5o - 90o. Teknik ini akan memberikan gambar pada
objek yang tertekan. Untuk gambar pemandangan teknik ini juga biasanya
digunakan.
d. Eye Level
Sudut pengambilan gambar yang normal, sejajar dengan sudut pandang
manusia. Objek akan terlihat dalam pandangan normal seperti kegiatan
sehari-hari.
112
e. Low Angle
Teknik pengambilan gambar yang memposisikan kamera berada dalam posisi
di bawah objek, atau setara dengan arah jarum jam menunjuk angka pukul
15.00 - 17.50, atau sudut 95o -170o. Gambar yang dihasilkan objek akan
terlihat elegan, megah dan berwibawa.
f. Frog Eye
Teknik pengambilan gambar yang memposisikan kamera berada dalam posisi
sejajar dengan alas dimana posisi kamera berdiri. Posisi kamera berada sejajar
alas kamera, misalnya tanah, lantai ataupun meja dimana objek yang direkam
berada. Teknik ini biasanya hanya sebagai pelengkap dari rangkaian gambar
sebelumnya.
g. Dutch Angle
Teknik pengambilan gambar yang yang dilakukan dengan cara memiringkan
kamera. Gambar yang dihasilkan lebih dinamis, mengambarkan fantasi
kepada penonton.
h. Over Shoulder Shot / Point of View
Sudut pengambilan gambar yang seolah-olah berasal dari pandangan pemain
tertentu. Sudut ini juga dapat dilakukan dengan cara memposisikan kamera di
belakang salah satu bahu pemain yang berhadapan untuk menghasilkan
hubungan antarpemain yang sedang melakukan dialog.
4. Movement (Pergerakan Kamera)
Pergerakan kamera (camera movement) sangat penting untuk dilakukan oleh
camera person. Suasana kedinamisan gambar dan dimensi yang dapat terkesan 3
dimensi dapat tercipta dengan menggunakan teknik ini. Beberapa jenis camera
movement dapat dijelaskan sebagi berikut:
113
a. Panning
Teknik pengambilan gambar dengan cara membelokkan badan kamera secara
horizontal (kanan-kiri) tanpa merubah posisi kamera. Teknik ini dapat
digunakan untuk melakukan pengambilan gambar dengan mengikuti objek
yang bergerak ke kanan atau kiri.
b. Tilting
Teknik pengambilan gambar dengan cara menggerakkan badan kamera secara
vertikal (atas-bawah). Tujuan teknik ini dapat digunakan untuk menunjukkan
ketinggian atau profil objek dari bawah ke atas atau sebaliknya.
c. Tracking
Teknik yang dilakukan dengan cara mendekatkan kamera mendekatkan objek
dengan kamera atau menjauhkan objek dengan kamera. Teknik ini biasanya
dilakukan dengan menggunakan peralatan tambahan yang disebut dolly track
atau slider agar gambar terlihat lebih halus dalam pergerakannya. Namun
teknik ini juga dapat dilakukan dengan handheld (pengambilan gambar tanpa
tripod) tergantung kebutuhan konsep dan gambar.
d. Zooming
Teknik pergerakan lensa kamera yang dilakukan dengan menggunkan tombol
Wide angle (W) dan tombol Tele (T). Zooming akan merubah ukuran sudut
pandang kamera. Pergerakan zooming ada 2, yaitu zoom in (akan membuat
objek terlihat semakin dekat) dan zoom out (akan membuat objek terlihat
semakin jauh) dna memperlihatkan latar belakang objek.
e. Arching
Teknik pengambilan gambar dengan cara bergerak mengelilingi objek.
Gerakan ini dapat dilakukan dengan setengah lingkaran atau satu lingkaran
114
penuh. Untuk menghasilkan gambar yang lebih halus, camera person
biasanya menggunakan alat bantu seperti steady cam atau glade cam.
f. Crane
Teknik pengambilan gambar dengan alat penyangga yang disebut crane,
jimmy jib atau porta jib.
g. Crabbing
Pergerakan kamera dengan cara bergerak ke samping kanan atau ke kiri
layaknya kepiting yang sedang berjalan. Teknik ini juga dapat menggunakan
dolly track atau slider untuk gambar yang lebih halus.
5. Type of Shot
Pada saat memproduksi program televisi, tipe pengambilan gambar akan
disesuaikan dengan format program yang telah direncanakan sebelumnya. Hal ini
akan mempermudah proses penyampaian pesan, menghibur dan memberikan makna
yang afektif pada pemirsa televisi, sehingga tipe pengambilan gambar yang menjadi
dasar pembuatan berbagai program acara televisi sebagai berikut:
a. Simple Shot
Proses pengambilan gambar menggunakan static shot atau tanpa ada
pergerakan kamera dengan cara cut to cut. Contoh: pengambilan gambar di
studio pada penyiar berita televisi.
b. Complex Shot
Proses pengambilan gambar yang bervariasi dengan kombinasi statis dengan
pergerakan lensa, sehingga menghasilkan komposisi gambar yang indah dan
enak ditonton. Contoh: program fashion show, kuis, dll.
115
c. Developing Shot
Proses pengambilan gambar dengan menggunakan seluruh pergerakan
kamera dengan berbagai angle, sehingga terbentuk pengambilan gambar yang
dramatis. Contoh: program olahraga, reality show, konser musik, sinetron,
dll.
6. Imaginer Line (Garis Imajinasi)
Adalah garis maya yang sebagai batasan yang tidak boleh dilewati oleh seorang
camera person dalam melakukan perekaman gambar. Garis yang dimaksud bukanlah
garis yang sesungguhnya, tetapi hanya imajinasi dari camera person dalam
meletakkan kamera. Garis imajiner hanya dapat dilewati jika camera person
melakukan pergerakan tanpa cut (dipotong), sehingga penonton dapat mengetahui
perpindahan posisi objek dan latar belakang.
3.4.3. Pasca Produksi
Tidak banyak yang penulis sebagai camera person lakukan pada tahap
pasca produksi. Memeriksa file hasil pengambilan gambar yang disimpan dlam
harddisk kemudia menyerahkan editor.
Menurut Fachruddin (2017:370), “Stock gambar yang terekam dalam kaset
belum menjadi film dokumenter, masih mentah”.
Pada tahap pasca produksi, penulis telah menyelesaikan tugasnya sebagai
camera person dalam tahap pra produksi dan produksi. Namun tetap membantu
sutradara dan editor menjelaskan hal-hal yang kurang dimengerti (jika memang ada
ynag kurang dimengerti). Namun biasanya sutradara dan produser dapat menjelaskan
langsung kepada editor.
116
3.4.4. Peran dan Tanggung Jawab Camera Person
Dalam program dokumenter “Bandung Raya Menunggu (Sesar Lembang)”,
penulis sebagai camera person pada tahap pra produksi mempunyai bertanggung
jawab merencanakan shot-shot yang akan diambil sesuai konsep program acara yang
akan diproduksi. Dan diminta produser untuk membuat daftar peralatan yang akan
digunakan pada saat proses produksi untuk dimasukkan kedalam anggaran produksi.
Pada tahap produksi, penuis bertanggung jawab mengambil gambar secara
professional, sesuai dengan director treatment dan arahan dari sutradara. Serta
memeriksa file hasil produksi dan menjaga keamanan file.
Pada tahap pasca produksi, penulis bertanggung jawab memberikan file
hasil produksi kepada editor dan membantu editor jika ada hal yang kurang
dimengerti.
3.4.5. Proses Penciptaan Karya
Penulis sebagai camera person memiliki tiga panduan dalam proses
penciptaan karya yaitu:
1. Konsep Kreatif
Penulis sebagai camera person membuat desain untuk menemukan suatu bentuk
yang optimal dalam bentuk shot list. Berusaha mempelajari shot-shot yang harus
diambil setelah riset dari arahan yang dijelaskan sutradara. Penulis ingin
mengeluarkan kemampuan penulis yang sudah dipelajari selama ini dikampus.
Penulis juga berusaha mempertahankan atmosfer saat di lokasi maupun saat
wawancara dengan narasumber.
117
2. Konsep Produksi
Penulis sebagai camera person memperisapkan apa saja yang dibutuhkan dan
memeriksa alat yang akan digunakan sebelum pengambilan gambar. Penulis
mengambil gambar sesuai arahan dari sutradara. Dan berinisiatif mengambil gambar
sendiri untuk berjaga-jaga jika dibutuhkan.
3. Konsep Teknis
Dalam dokumenter ini penulis menggunakan kamera Sony HRX MC-2500
karena bagi penulis kamera tersebut sudah cukup memenuhi kriteria yang akan
digunakan. Dan pengaturan yang terbilang cukup mudah untuk mengatur sesuai
dengan kebutuhan dan keinginan penulis.
3.4.6. Kendala dan Solusi
Dalam proses penciptaan sebuah produksi program televisi pasti tidak lepas
dari kendala yang menghambat kelancaran produksi. Berikut kendala dan solusi yang
penulis sebagai camera person alami saat pra produksi hingga pasca produksi,
diantaranya:
1. Kendala : Cuaca yang tidak mendukung (hujan)
Solusi : Menunggu hingga hujan reda
2. Kendala : Susahnya mendaki tebing batuan di Gunung Batu
Solusi : Mendaki pelan-pelan karena membawa alat
118
Lembar Kerja Camera Person
A. Konsep Kerja Camera Person
B. Camera Report
C. Spesifikasi Kamera
119
3.4.7. Lembar Kerja Camera Person
KONSEP KERJA PENATA KAMERA
Produksi : Daun Kering Studio Juru Kamera : Lutfi Ikhsan M.
Judul : Bandung Raya Menunggu Sutradara : Febrianto D.
(Sesar Lembang)
Durasi : 20 menit 13 detik Produser : Andriez Pandu
Konsep penulis sebagai camera person dalam dokumenter televisi
“Bandung Raya Menunggu (Sesar Lembang)” ini adalah semaksimal mungkin
penulis memberikan gambar dengan hasil yang terbaik. Adapun dalam setiap
pengambilan gambar penulis juga terus berkordinasi dengan sutradara meliputi
angle, movement, warna, pencahayaan, blocking dan pergerakan kamera.
Dalam hal teknis, penulis menggunakan kamera Sony MC-2500. Bagi
penulis kamera Sony MC-2500 sudah cukup memenuhi kriteria penulis sebagai
seorang camera person. Kamera Sony MC-2500 mempunyai pengaturan yang
terbilang cukup mudah, yang bisa memudahkan penulis untuk mengatur sesuai
dengan keinginan dan kebutuhan dalam karya penulis.
Untuk shot dan angle sendiri penulis menggunakan shot adalah long shot,
medium shot dan shot menggunakan drone dan lain-lain sesuai momen yang ada di
lapangan. Sebuah shot tidak akan sempurna jika tidak di dukung dengan angle dan
moving. Maka semua itu penulis gabungkan dalam setiap pengambilan gambar
gunanya untuk lebih menegaskan momen yang terjadi maupun memperkuat karakter
serta informasi dalam karya penulis.
120
Produksi : Daun Kering Studio Juru Kamera : Lutfi Ikhsan M.
Judul : Bandung Raya Menunggu Sutradara : Febrianto D.
(Sesar Lembang)
Durasi : 20 menit 13 detik Produser : Andriez Pandu
No. Shot
Visual
Video Tanggal Shot
Size
Angle Move
1. 1 MS Eye
Level
Pan Right Gedung Sate 29 April
2019
2. 2 MS Eye
Level
Pan Right Terowongan Jl.Asia
Afrika
29 April
2019
3. 3 MS Eye
Level
Pan Left Bus Bandros 29 April
2019
4. 4 LS Eye
Level
Still Kendaraan Depan
Gedung Sate
29 April
2019
5. 5 MS Eye
Level
Tildown Gedung Merdeka 29 April
2019
6. 6 LS Eye
Level
Still Jl.Asia Afrika 29 April
2019
7. 7 ELS Bird Eye
Level
Track In Masjid Raya Bandung 29 April
2019
8. 8 ELS Bird Eye
Level
Track Out Masjid Raya 29 April
2019
9. 9 ELS Bird Eye
Level
Track In Gedung Sate 29 April
2019
10. 10 ELS Bird Eye
Level
Track Out Gedung Sate 29 April
2019
11. 11 LS Eye
Level
Still Kegiatan manusia di
depan Masjid Raya
Bandung
29 April
2019
TABEL III.9 CAMERA REPORT
UNIVERSITAS BINA SARANA
INFORMATIKA
121
12. 12 MS Eye
Level
Pan Right Font Bandung Juara 29 April
2019
13. 13 LS Eye
Level
Still Gedung Merdeka 29 April
2019
14. 14 MS Eye
Level
Still Depan Masjid Raya
Bandung
29 April
2019
15. 15 MS Eye
Level
Still Didalam Bandros 29 April
2019
16. 16 MS Low
Angle
Follow Mau masuk ke dalam
Bandros
29 April
2019
17. 17 LS Eye
Level
Still Kedatangan Bandros 29 April
2019
18. 18 MS Eye
Level
Still Wawancara Pak
Mudrik Daryono
27 April
2019
19. 19 MS Eye
Level
Follow Pak Mudrik
menjelaskan Sesar
Lembang
27 April
2019
20. 20 MS Eye
Level
Still Bapak Ridwan Kamil
Menjelaskan Tentang
Blue Print
25 April
2019
21. 21 LS Eye
Level
Still SeskoAU Bandung 25 April
2019
22. 22 LS Eye
Level
Still Simulasi HKB 25 April
2019
23. 23 MS Eye
Level
Still Lembang Fault 28 April
2019
24. 24 LS Eye
Level
Still Tugu Selamat Datang
Lembang
28 April
2019
25. 25 LS Eye
Level
Pan Left Jalan dekat tugu
selamat datang di
Lembang
28 April
2019
26. 26 MS Eye
Level
Still Wawancara dengan
Bu Rahma
27 April
2019
27. 27 MS Eye
Level
Tilt Down Depan Gedung
Mitigasi ITB
27 April
2019
28. 28 LS Eye
Level
Pan Right Depan Kampus ITB 27 April
2019
29. 29 MS Eye
Level
Tilt Down Tulisan Mitigasi ITB 27 April
2019
30. 30 LS Eye
Level
Pan Right Suasana Kampus ITB 27 April
2019
31. 31 CU Eye
Level
Still Tulisan Jalan Gunung
Batu Bandung
28 April
2019
32. 32 ELS Bird Eye
Level
Track Out Pemukiman warga
Gunug Batu Lembang
28 April
2019
33. 33 LS Eye
Level
Pan Left View desa sekitar
Gunung Batu
Lembang
28 April
2019
122
34. 34 LS Eye
Level
Still Senja 28 April
2019
35. 35 LS Eye
Level
Pan Right View Tebing Keraton 28 April
2019
36. 36 LS Eye
Level
Pan Right View desa dekat
tebing keratin
28 April
2019
37. 37 MS Eye
Level
Follow Keseharian Warga 28 April
2019
38, 38 LS Eye
Level
Still Jembatan Penyebrang
Dekat Masjid Raya
29 April
2019
39. 39 LS Eye
Level
Still Terowongan Jl. Asia
Afrika
29 April
2019
40. 40 MS Eye
Level
Still Wawancara Arief
Sabarudin
20 Juni
2019
41. 41 MS Eye
Level
Tilt Down Depan Gedung
Puslitbang
20 Juni
2019
42. 42 MS Eye
Level
Tilt Down Rumah Risha 20 Juni
2019
43. 43 MS Eye
Level
Still Wawancara Kang Rafi 19 Juni
2019
44. 44 LS Eye
Level
Pan Left Suasana Sekretariat
Wanadri Bandung
19 Juni
2019
45. 45 LS Eye
Level
Pan Right Anggota Wanadri
sedang rapat
19 Juni
2019
46. 46 MS Eye
Level
Pan Right Foto-foto kegiatan
Wanadri
19 Juni
2019
47. 47 LS Eye
Level
Still Ibu-ibu di desa
Gunung Batu
19 Juni
2019
48. 48 LS Eye
Level
Still Anak-anak desa
Gunung Batu
19 Juni
2019
49. 49 LS Eye
Level
Still Pembangunan di desa
Gunung Batu
19 Juni
2019
50. 50 ELS Bird Eye
Level
Track Out Masjid raya Bandung 29 April
2019
Tabel 9. Camera Report
123
Produksi : Daun Kering Studio Juru Kamera : Lutfi Ikhsan M.
Judul : Bandung Raya Menunggu Sutradara : Febrianto D.
(Sesar Lembang)
Durasi : 20 menit 13 detik Produser : Andriez Pandu
a. Jenis Kamera
Kamera SONY HXR MC2500 HD Camcorder
Gambar 6. Kamera Sony HXR MC2500
Tabel III.10 SPESIFIKASI KAMERA
UNIVERSITAS BINA SARANA
INFORMATIKA
124
b. Spesifikasi Kamera
Spesifikasi Kamera Sony HXR MC2500 HD Camcorder
Camera Type: Camcorder
Colour: Black
Connectivity: HDMI, USB, WIFI
Weight: 3100
Focal Length: 2.9-34.8mm
Shutter Speed: 000, 1/6 - 1/10
Storage Media: Memory Stick Pro Duo™ and SD, SDHC,
SDXC compatible
Movies Format: AVCHD, MP4, XAVC S 4K
Power Source: 285 min with NP-F570 battery
Dimension: 265x455x235
Autofocus: TTL Contrast Detection
Battery Type: Lithium ion Battery
Digital Zoom: 200x
Effective MegaPixels: 6.1
Image Format: JPEG
Screen Inches: 3
Sensor Type: Exmor R CMOS
Video Resolution: 1920x1080
Viewfinder: 1.0cm (0.39 inch) OLED Approx. 1.44M dots
Aspect Ratio: 4:3
Optical Zoom: 12x
Tabel 10. Spesifikasi Kamera
125
3.5. Proses Kerja Editor
Editor adalah seseorang yang bertugas dan bertanggung jawab melakukan
penyuntingan gambar, color corection dan mencari instrumen musik yang sesuai
dengan konsep. Editor juga bertugas merangkai gambar maupun video menjadi
sebuah program dokumenter yang mampu bercerita dan menyampaikan pesan
kepada audien.
Menurut Rusman Latief dan Yusiatie Utud (2017:131) “Kru pasca produksi
adalah orang yang bertugas menghimpun dan mengatur ulang rencana dan hasil kerja
agar menjadi program siaran televisi yang siap tayang atau ditonton”.
Editor adalah orang yang bekerja pada saat proses pasca produksi. Ditemani
oleh sutradara dan produser yang akan membantu editor saat penyuntingan gambar
jika ada hal yang kurang dimengerti. Sutradara akan mengarahkan dan mengingatkan
editor agar tetap berada pada konsep awal yang sudah disepakati.
Menurut Irwanto dkk (2019:148) “Editing merupakan proses terakhir dalam
penyelesaian produksi program tv maupun film. Tahap ini merupakan tahap akhir
dimana editing dapat dikatakan sebagai proses menyeleksi dan menyatukan gambar
serta suara selama proses produksi berlangsung.”
Dari penjelasan di atas, penulis sebagai editor dapat menyimpulkan, editing
itu sendiri adalah proses penyuntingan, pemotongan, penyambungan dan merangkai
gambar serta suara agar menjadi sebuah cerita yang menarik untuk ditonton, dan
merupakan tahap akhir dari proses suatu produksi program televisi.
Seorang editor harus mempunyai ‘sense of art’ karena di dalam bekerja ada
unsur kreatif, ketelitian, kecermatan, dan kesabaran. Pentingnya ‘sense of art’ bagi
editor karena bisa saja terjadi konsep program dan eksekusi di lapangan dengan baik,
126
tetapi dalam editing tidak dilakukan dengan baik, jadi hasil mungkin saja kurang
baik. Sebaliknya, walau konsep dan pengambilan gambarnya biasa-biasa saja, namun
dalam proses editing diberi sentuhan artistik, unsur seni dan informasi, program
tersebut bisa menjadi baik dan enak ditonton. Kreativitas menjadi modal utama
editor karena seorang editor haruslah kreatif dalam menuanngkan ide-idenya dalam
memvisualisasikan gambar yang diambil oleh seorang camera person dari arahan
sutradara.
3.5.1. Pra Produksi
Pada tahap pra produksi, penulis sebagai editor tidak terlalu berperan aktif
dalam pembuatan proses kreatif. Namun pada tahap ini, sutradara meminta editor
untuk membuat konsep editing guna mengetahui teknik atau efek apa yang akan
digunakan.
Irwanto dkk (2019:165-166) dalam bukunya yang berjudul Broadcasting
Televisi Teori dan Praktik 2 menjelaskan, “Pra produksi merupakan tahapan yang
penting dalam sebuah produksi program acara. Dalam tahap ini semua persiapan
sebelum pelaksanaan produksi dilakukan. Semakin baik persiapan yang dilakukan
maka semakin baik pula program yang ditayangkan”.
Pada tahap pra produksi, editor bersama anggota tim yang lain melakukan
briefing untuk membahas ide atau tema apa yang akan dipakai untuk sebuah karya
dokumenter televisi. Setelah beberapa kali briefing akhirnya tim sepakat untuk
mengangkat tema ‘Sesar Lembang’ untuk diproduksi menjadi program dokumenter
televisi. Pada tahap ini dan di briefing selanjutnya, produser meminta konsep editing
dan peralatan apa saja yang diperlukan saat penyuntingan gambar nanti. Penulis
127
sebagai editor segera memberikan list peralatan yang dibutuhkan, seperti seperangkat
PC dan juga software editing yang akan digunakan, yaitu adalah Adobe Premiere Pro
CC 2015.
3.5.2. Produksi
Pada proses produksi, penulis sebagai editor membantu mengingatkan
sutradara gar tidak ada shot yang terlewat. Juga membantu mengawasi jalannya
produksi.
Irwanto dkk (2019:165) menjelaskan “Tahap produksi adalah proses
mengubah naskah ke dalam bentuk gambar. Perubahan visual ini bertujuan program
yang dibuat dapat dinikmati oleh penonton dan pesan yang ingin disampaikan
tercapai. Pada tahap ini telah melibatkan crew bagian lain yang bersifat teknis.
Dalam tahap produksi, editor dapat membantu atau mengawal sutradara dalam hal
shot yang akan diambil agar jangan sampai terlewat. Editor juga bertanggungjawab
untuk membantu mengawasi produksi sampai ke meja editing.”
Pada proses produksi, editor ikut terjun saat proses pengambilan gambar,
editor juga berperan membantu sutradara beserta camera person dalam pengambilan
gambar atau shot agar memperoleh hasil yang baik pada saat merekam gambar, dan
mencegah terjadinya kekurangan stock shot. Editor juga membantu camera person
untuk men-transfer hasil dari pengambilan gambar ke laptop dan harddisk untuk
mencegah hilangnya data.
3.5.3. Pasca Produksi
Pasca produksi adalah saatnya editor bertanggung jawab menggabungkan
gambar dan video hasil dari produksi menjadi sebuah program yang mampu
bercerita. Editor berpegang pada director treatment dan konsep editing yang sudah
dibuat agar alur tidak melenceng dari konsep.
128
Irwanto dkk (2019:165) menjelaskan “Pasca produksi adalah proses atau
tahap yang dilalui setelah semua materi dasar program berupa shot-shot dan unsur
pendukungnya sudah selesai. Dalam hal ini peranan seorang editor dibutuhkan untuk
menggabungkan shot hingga menjadi sebuah scene atau adegan. Peranan editor disini
juga merupakan proses paling akhir dalam pembuatan suatu karya audio visual.
Dalam proses ini editor memegang peranan penting dalam penyusun gambar hingga
menjadi satu kesatuan cerita yang utuh dan sesuai dengan cerita yang diinginkan.
Bisa dibilang tahap ini penting dalam produksi program. Proses editing ini bisa
menjadi proses yang sangat kompleks yang melibatkan peralatan digital, tahap ini
meliputi banyak hal seperti offline editing, online editing, dubbing, mixing, dan
subtitling”.
Pada tahap pasca produksi, editor bertugas serta menyusun potongan-
potongan gambar yang telah diambil oleh camera person dari arahan sutradara
menjadi sebuah karya yang bercerita berdasarkan dari sebuah alur.
Menurut Irwanto dkk (2019:149), fungsi editing, antara lain:
1. Untuk menggabungkan atau menyatukan gambar,
2. Untuk memotong gambar sesuai dengan durasi yang dibutuhkan,
3. Untuk memperbaiki shot sesuai yang diinginkan,
4. Untuk membangun serangkaian shot dan sequence yang utuh.
Sedangkan proses kerja editing sebagai berikut:
1. Offline Editing
Proses merupakan tahap awal untuk seorang editor yaitu menyusun gambar yang
masih bersifat kasar dan sampai proses fine cut (menyusun dan merapikan gambar).
a. Preview Screening
Dalam preview screening, editor sudah menerima keseluruhan materi
shooting berupa memori card kemudian diputar di komputer dan ditonton
oleh editor beserta tim. Ini dilakukan agar mencegah kekurangan shot
gambar.
129
b. Capture
Melakukan perpindahan atau men-transfer data video hasil rekaman ke
komputer yang diambil oleh camera person dari arahan sutradara. Yaitu
dengan menggunankan software editing.
c. Logging
Dalam proses ini editor membuat catatan kode sebelum memasuki ruang
editing, dan untuk mempermudah editor untuk memilih dan memilah
gambar sesuai yang diinginkan oleh sutradara.
d. Assembling
Dalam proses ini editor mulai menyusun gambar dan menyambung stock
shot dengan data-data mulai dari ide hingga outline atau meyusun gambar
sesuai alur.
e. Rough Cut
Editor memotong gambar lalu menyambung dan menyusunnya menjadi
hasil editan sementara. Masing sangat mungkin terjadinya perubahan dan
kurangannya stock shot.
f. Fine Cut
Editor mencapai tahapan paling akhir, susunan gambar yang telah
disambung sudah tidak dapat lagi dikurang maupun ditambahkan.
2. Online Editing
Dalam proses ini editor mulai memperluas susunan gambar dari hasil offline
editing, seperti memberikan efek dan transisi pada gambar yang dinginkan atau
dibutuhkan.
130
a. Titling
Proses pembuatan huruf tulisan yang akan digunakan untuk template, judul
program dan credit title. Credit title berfungsi untuk memberikan informasi
sesuatu kepada penonton. Untuk membuat title, sudah tersedia dalam
software editing Adobe Premiere CC 2015 yang editor digunakan.
b. Audio Mixing
Pada proses ini editor menggabungkan proses editing dengan penggabungan
suara yaitu meliputi dialog, musik, dan efek suara. Setelah proses editing
selesai dan gambar sudah dipastikan layak tayang, kemudian editor me-
render hasil yang sudah diedit ke dalam format MP4 kemudian di-burning
dalam bentuk DVD.
3.5.4. Peran dan Tanggung Jawab
Setiap jobdesk memiliki peran dan tanggung jawab masing-masing. Penulis
sebagai editor juga memiliki peran dan tanggung jawab, tidak hanya pada saat pasca
produksi, melainkan juga pada saat pra produksi dan pada saat produksi.
Irwanto dkk (2019:148) menjelaskan “Dalam proses editing seorang editor
bertanggung jawab untuk menghubungkan shot-shot yang telah diambil kemudian
menjadi satu peristiwa yang utuh dalam rangkaian scene atau sequence agar
mempunyai makna dan pesan yang dapat ditangkap oleh audience-nya. Editor adalah
yang paling berperan pada saat pelaksanaan editing, karena seorang editor tidak
hanya mengerti tentang permasalahan teknis tetapi juga harus mempunyai sisi
kreatifitas yang tinggi”.
Penulis sebagai editor bertanggung jawab menyelesaikan proses akhir dalam
pembuatan karya yang membentuk dan menyusun setiap shot-shot sehingga menjadi
131
sebuah cerita yang dapat dimengerti audien. Juga bertugas memahami dan atau
menganalisa naskah, memberikan saran kepada sutradara untuk menambah atau
mengurangi gambar dan suara yang tidak sempurna secara teknis.
Peran dan tanggung jawab seorang editor yaitu menyunting gambar yang
terdiri dari memilah, menyusun, memotong stock shot dan mengaturnya menjadi
suatu rangkaian gambar atau scene (adegan) yang dipadukan dengan instrumen
musik yang sesuai. Stock shot diperoleh dari hasil pengambilan gambar yang
dilakukan camera person dari arahan sutradara.
3.5.5. Proses Penciptaan Karya
Penulis sebagai editor memiliki tiga panduan dalam proses penciptaan karya
yaitu:
1. Konsep Kreatif
Penulis sebagai editor memiliki konsep kreatif yaitu melakukan penyusunan
video dengan menampilkan premis di awal video untuk memberi kesan menarik agar
audien tertarik dan penasaran dengan program dokumenter yang tim buat. Dilanjut
dengan menampilkan footage keindaan Lembang. Pernyataan langsung dari para
narasumber yang akan memperkuat narasi. Dan ditutup dengan footage keramaian
masyarakat maupun wisatawan di Masjid Raya Bandung dari drone. Penulis juga
menggunakan beberapa transisi diantaranya dissolve dan wipe.
2. Konsep Produksi
Selama proses editing berlangsung, penulis selalu berdiskusi dengan sutradara
untuk mendapatkan alur cerita yang diinginkan. Dan mengikuti treatment yang telah
dibuat agar program dokumenter televisi yang diinginkan sesuai dengan apa yang di
132
rancang sejak awal dan juga agar tidak melenceng dari konsep editing yang telah
dibuat.
3. Konsep Teknis
Dalam program dokumenter televisi “Bandung Raya Menunggu (Sesar
Lembang)”, penulis mengunakan seperangkat komputer dan beberapa software
Adobe Premiere Pro Cc 2015.
3.5.6. Kendala dan Solusi
Dalam proses penciptaan sebuah produksi program televisi pasti tidak lepas
dari kendala yang menghambat kelancaran produksi. Berikut kendala dan solusi yang
penulis sebagai editor alami saat pra produksi hingga pasca produksi, diantaranya:
1. Kendala : Equipment yang tidak memadai untuk proses editing.
Solusi : Pinjam PC yang spesifikasinya bisa untuk mengedit.
133
Lembar Kerja Editor
A. Konsep Kerja Editor
B. Logging Picture
C. Laporan Editing
D. Spesifikasi Editing
E. Proses Pembuatan Id Program
134
3.5.7. Lembar Kerja Editor
KONSEP KERJA EDITING
Produksi : Daun Kering Studio Editor : Andriez Pandu
Judul : Bandung Raya Menunggu Sutradara : Febrianto D.
(Sesar Lembang)
Durasi : 20 menit 13 detik Juru Kamera : Lutfi Ikhsan M.
Penulis sebagai editor menggunakan konsep editing yang diisi beberapa
instrumen musik dan satu efek suara. Bermaksud untuk memperjelas atau menambah
kekuatan gambar yang terlihat pada film dokumenter televisi tersebut. Agar para
audien dapat merasakan dan mengeerti informasi yang disampaikan di dokumenter
televisi “Bandung Raya Menunggu (Sesar Lembang)”
Pada saat narasumber memberikan statement, penulis mencoba
memasukkan insert dari video maupun grafik yang sesuai dengan apa yang sedang
dibicarakan oleh narasumber. Dengan tujuan untuk memberikan efek agar statement
narasumber nyambung dengan insert gambar yang dimasukkan dan tidak
membosankan dalam menyaksikan film ini.
135
Produksi : Daun Kering Studio Editor : Andriez Pandu
Judul : Bandung Raya Menunggu Sutradara : Febrianto D.
(Sesar Lembang)
Durasi : 20 menit 13 detik Juru Kamera : Lutfi Ikhsan M.
No. Logging Time Video Audio Remark
1. 00:00:00:00-
00:00:05:00
Bars and Tone - 5”
2. 00:00:05:00-
00:00:10:00
Logo UBSI - 5”
3. 00:00:10:00-
00:00:15:00
Universal counting leader - 5”
4. 00:00:15:00-
00:00:20:00
Id program - 5”
5. 00:00:20:00-
00:00:31:00
Wawancara Dr. Mudrik
Rahmawan Daryono, S.T.,
M.T
Natural 11”
6. 00:00:31:00-
00:00:44:00
Wawancara Dr. Nuraini
Rahma Hanifa, S.T., M.T Natural 13”
7. 00:00:44:00-
00:00:50:00
Wawancara Prof. Dr. Ir.
Arief Sabaruddin, CES Natural 6”
8. 00:00:50:00-
00:01:02:00
Wawancara M. Rafi
Respati, S.T Natural 12”
9. 00:01:02:00-
00:01:09:00
Judul program SFX 7”
Tabel III.11 LOGGING PICTURE
UNIVERSITAS BINA SARANA
INFORMATIKA
136
10. 00:01:09:00-
00:01:19:00
Opening drone Natural 10”
11. 00:01:19:00-
00:01:23:00
Jalan depan Gedung Sate Natural 4”
12. 00:01:23:00-
00:01:32:00
Jalan Asia Afrika Natural 9”
13. 00:01:32:00-
00:01:35:00
Transportasi Bandros Natural 3”
14. 00:01:35:00-
00:01:51:00
Masjid Bandung Raya
(drone) Natural 6”
15. 00:01:51:00-
00:02:09:00
Aktifitas di Masjid
Bandung Raya Natural 58”
16. 00:02:05:00-
00:02:26:00
Wawancara Dr. Mudrik
Rahmawan Daryono, S.T.,
M.T
Natural 21”
17. 00:02:27:00-
00:02:49:00
Insert grafik google earth Voice over Pak
Mudrik 22”
18. 00:02:50:00-
00:02:55:00
Insert tugu Selamat Datang
Lembang
Voice over Pak
Mudrik 5”
19. 00:02:55:00-
00:02:57:00
Insert plang ‘Patahan
Lembang’
Voice over Pak
Mudrik 2”
20. 00:02:58:00-
00:03:05:00
Insert Pemandangan dari
atas Batu Lonceng
Voice over Pak
Mudrik 7”
21. 00:03:06:00-
00:03:19:00
Wawancara Dr. Mudrik
Rahmawan Daryono, S.T.,
M.T
Natural 13”
22. 00:03:20:00-
00:03:25:00
Insert plang ‘Zona Sesar
Lembang’
Voice over Pak
Mudrik 5”
23. 00:03:26:00-
00:03:45:00
Insert pemandangan dari
atas Gunung Batu
Voice over Pak
Mudrik 19”
24. 00:03:46:00-
00:03:52:00
Insert Gunung Batu Voice over Pak
Mudrik 6”
137
25. 00:03:53:00-
00:04:02:00
Insert pemandangan di
tengah perjalanan menuju
Gunung Batu
Voice over Pak
Mudrik 8”
26. 00:04:03:00-
00:04:05:00
Plang menuuju Sesar
Lembang
Voice over Pak
Mudrik 2”
27. 00:04:06:00-
00:04:23:00
Wawancara Dr. Mudrik
Rahmawan Daryono, S.T.,
M.T
Natural 17”
28. 00:04:24:00-
00:04:39:00
Insert gambar hasil Lidar Voice over Pak
Mudrik 15”
29. 00:04:40:00-
00:05:08:00
Wawancara Dr. Mudrik
Rahmawan Daryono, S.T.,
M.T
Natural 28”
30. 00:05:09:00-
00:05:18:00
Insert pemandangan dari
Tebing Kraton
Voice over Pak
Mudrik 9”
31. 00:05:19:00-
00:05:33:00
Wawancara Dr. Mudrik
Rahmawan Daryono, S.T.,
M.T
Natural 14”
32. 00:05:33:00-
00:05:39:00
Insert animasi mencari
tahu slip rate
Voice over Pak
Mudrik 6”
33. 00:05:40:00-
00:05:53:00
Wawancara Dr. Mudrik
Rahmawan Daryono, S.T.,
M.T
Natural 7”
34. 00:05:54:00-
00:05:59:00
Insert batuan di Gunung
Batu
Voice over Pak
Mudrik 5”
35. 00:06:00:00-
00:06:05:00
Insert retakan batu di Batu
Lonceng
Voice over Pak
Mudrik 5”
36. 00:06:06:00-
00:06:22:00
Wawancara Dr. Mudrik
Rahmawan Daryono, S.T.,
M.T
Natural 16”
37. 00:06:23:00-
00:06:30:00
Insert pemandangan dari
Gunung Batu
Voice over Pak
Mudrik 7”
138
38. 00:06:31:00-
00:06:33:00
Insert plang ‘Zona Sesar
Lembang’ di Tebing
Kraton
Voice over Pak
Mudrik 2”
39. 00:06:34:00-
00:07:18:00
Wawancara Dr. Mudrik
Rahmawan Daryono, S.T.,
M.T
Natural 44”
40. 00:07:19:00-
00:07:24:00
Wawancara Gubernur
Jawa Barat, Ridwan Kamil Natural 5’
41. 00:07:25:00-
00:07:27:00
Insert acara Hari
Kesiapsiagaan Bencana
(HKB)
Voice over
Gubernur Jawa
Barat
2”
42. 00:07:28:00-
00:07:39:00
Insert para relawan dari
berbagai organisasi
Voice over
Gubernur Jawa
Barat
9”
43. 00:07:40:00-
00:07:49:00
Wawancara Gubernur
Jawa Barat, Ridwan Kamil Natural 11”
44. 00:07:50:00-
00:07:59:00
Insert acara Hari
Kesiapsiagaan Bencana
(HKB)
Voice over
Gubernur Jawa
Barat
9”
45. 00:08:00:00-
00:08:08:00
Wawancara Gubernur
Jawa Barat, Ridwan Kamil Natural 8”
46. 00:08:09:00-
00:08:18:00
Insert gedung ITB Voice over Bu
Rahma 9”
47. 00:08:19:00-
00:09:11:00
Wawancara Dr. Nuraini
Rahma Hanifa, S.T., M.T Natural 52”
48. 00:09:12:00-
00:09:26:00
Insert acara simulasi
bencana di SMA Al
Musyawarah
Voice over Bu
Rahma 14”
49. 00:09:27:00-
00:09:31:00
Wawancara Dr. Nuraini
Rahma Hanifa, S.T., M.T Natural 4”
50. 00:09:32:00-
00:09:38:00
Timelapse di Gunung Batu Voice over Ketua
Wanadri 6”
139
51. 00:09:39:00-
00:09:51:00
Sekretariat Wanadri Voice over Ketua
Wanadri 12”
52. 00:09:52:00-
00:10:07:00
Wawancara M. Rafi
Respati, S.T Natural 15”
53. 00:10:08:00-
00:10:12:00
Insert Sekretariat Wanadri Voice over Ketua
Wanadri 4”
54. 00:10:13:00-
00:10:26:00
Insert kegiatan anggota
Wanadri
Voice over Ketua
Wanadri 13”
55. 00:10:27:00-
00:10:39:00
Wawancara M. Rafi
Respati, S.T Natural 12”
56. 00:10:40:00-
00:11:11:00
Insert kegiatan simulasi
jika terjadi gempa akibat
Sesar Lembang
Voice over Ketua
Wanadri 31”
57. 00:11:12:00-
00:11:20:00
Wawancara M. Rafi
Respati, S.T Natural 8”
58. 00:11:21:00-
00:11:30:00
Papan Wanadri di
Sekretariat Wanadri
Voice over Ketua
Wanadri 9”
59. 00:11:31:00-
00:11:39:00
Kegiatan anggota Wanadri Voice over Ketua
Wanadri 8”
60. 00:11:40:00-
00:12:43:00
Wawancara M. Rafi
Respati, S.T Natural 3”
61. 00:12:44:00-
00:12:49:00
Drone dari atas Gunung
Batu
Voice over Pak
Mudrik 5”
62. 00:12:50:00-
00:12:54:00
Pemandangan dari Batu
Lonceng
Voice over Pak
Mudrik 4”
63. 00:12:55:00-
00:13:00:00
Pemandangan dari jalan
menuju Batu Lonceng
Voice over Pak
Mudrik 5”
64. 00:13:01:00-
00:13:14:00
Wawancara Dr. Mudrik
Rahmawan Daryono, S.T.,
M.T
Natural 13”
65. 00:13:15:00-
00:13:19:00
Insert tugu Selamat Datang
Bandung Barat
Voice over Pak
Mudrik 4”
140
66. 00:13:20:00-
00:13:22:00
Insert plang ‘Menuju Sesar
Lembang’
Voice over Pak
Mudrik 2”
67 00:13:23:00-
00:13:25:00
Insert jalan Lembang Voice over Pak
Mudrik 2”
68 00:13:26:00-
00:13:41:00
Wawancara Dr. Mudrik
Rahmawan Daryono, S.T.,
M.T
Natural 15”
69 00:13:42:00-
00:13:48:00
Permukiman di sekitar
Sesar Lembang Instrumen musik 6”
70 00:13:49:00-
00:13:58:00
Permukiman di sekitar
Sesar Lembang
Voice over Pak
Arief Sabaruddin 9”
71 00:13:59:00-
00:14:26:00
Wawancara Prof. Dr. Ir.
Arief Sabaruddin, CES Natural 27”
72 00:14:27:00-
00:14:37:00
Insert pemandangan dan
rumah rumah di sekitar
jalur Sesar Lembang
Voice over Pak
Arief Sabaruddin 10”
73 00:14:38:00-
00:15:07:00
Wawancara Prof. Dr. Ir.
Arief Sabaruddin, CES Natural 29”
74 00:15:08:00-
00:15:21:00
Pembangunan rumah di
daerah Gunung Batu
Voice over Pak
Arief Sabaruddin 13”
75 00:15:22:00-
00:15:24:00
Wawancara Prof. Dr. Ir.
Arief Sabaruddin, CES Natural 2”
76 00:15:25:00-
00:15:33:00
Insert gedung gedung di
Asia Afrika
Voice over Pak
Arief Sabaruddin 5”
77 00:15:34:00-
00:15:41:00
Insert permukiman di Batu
Lonceng
Voice over Pak
Arief Sabaruddin 7”
78 00:15:42:00-
00:15:44:00
Inser pembngunan rumah
di Batu Lonceng
Voice over Pak
Arief Sabaruddin 2”
79 00:15:45:00-
00:16:18:00
Wawancara Prof. Dr. Ir.
Arief Sabaruddin, CES Natural 33”
80 00:16:19:00-
00:16:32:00
Insert contoh bangunan
rumah tahan gempa
Voice over Pak
Arief Sabaruddin 23”
141
81 00:16:33:00-
00:16:43:00
Wawancara Prof. Dr. Ir.
Arief Sabaruddin, CES Natural 10”
82 00:16:44:00-
00:16:47:00
Footage jembatan Pasupati Instrumen musik 3”
83 00:16:48:00-
00:16:50:00
Footage jalan Cihampelas
Voice over Ketua
Wanadri 2”
84 00:16:51:00-
00:18:02:00
Wawancara M. Rafi
Respati, S.T Natural 13”
85 00:18:03:00-
00:18:28:00
Wawancara Prof. Dr. Ir.
Arief Sabaruddin, CES Natural 15”
86 00:18:29:00-
00:18:40:00
Wawancara Dr. Mudrik
Rahmawan Daryono, S.T.,
M.T
Natural 11”
87 00:18:41:00-
00:18:47:00
Suasana masyarakat di
Lapangan Gasibu Bandung Instrumen musik 6”
88 00:18:48:00-
00:18:51:00
Suasana masyarakat di
Lapangan Gasibu Bandung Instrumen musik 3”
89 00:18:52:00-
00:18:53:00
Blank hitam Instrumen musik 1”
90 00:18:54:00-
00:19:09:00
Masyarakat sekitar
Gunung Batu
Instrumen musik
+ narasi voice
over
15”
91 00:19:10:00-
00:19:21:00
Suasana di Masjid
Bandung Raya (drone) Instrumen musik 11”
92 00:19:22:00-
00:19:47:00
Credit title Instrumen musik 25”
93 00:19:48:00-
00:20:00:00
CV Crew Instrumen musik 12”
94 00:20:01:00-
00:20:13:00
Behind the scene Instrumen musik 12”
Tabel 11. Logging Picture
142
Produksi : Daun Kering Studio Editor : Andriez Pandu
Judul : Bandung Raya Menunggu Sutradara : Febrianto D.
(Sesar Lembang)
Durasi : 20 menit 13 detik Juru Kamera : Lutfi Ikhsan M.
No. Ext/Int
Keterangan
Visual Audio Sfx Transisi Video
Effect
1. - Bars and Tone - - Cut to cut -
2. - Logo UBSI - - Cut to cut -
3. - Universal
counting leader
- - Cut to cut -
4. - Id Program - - Cut to cut -
5. INT Wawancara Dr.
Mudrik
Rahmawan
Daryono, S.T.,
M.T
Natural - Dip to
black
-
6. INT Wawancara Dr.
Nuraini Rahma
Hanifa, S.T.,
M.T
Natural - Cut to cut -
7. INT Wawancara Prof.
Dr. Ir. Arief
Sabaruddin, CES
Natural - Cut to cut -
8. INT Wawancara M.
Rafi Respati, S.T
Natural - Cut to cut -
9. - Judul program - Whosh Dip to -
TABEL III.12 LAPORAN EDITING
UNIVERSITAS BINA SARANA
INFORMATIKA
143
Effect black
10. Opening drone Natural - Cut to cut -
11. EXT Jalan depan
Gedung Sate
Narasi
voice
over
Instrumen Cut to cut -
12. EXT Jalan Asia Afrika Narasi
voice
over
Instrumen Cut to cut -
13. EXT Transportasi
Bandros
Narasi
voice
over
Instrumen Cut to cut -
14. EXT Drone Masjid
Bandung Raya
Narasi
voice
over
Instrumen Cut to cut -
15. EXT Aktifitas di
Masjid Bandung
Raya
Narasi
voice
over
Instrumen Cut to cut -
16. INT Wawancara Dr.
Mudrik
Rahmawan
Daryono, S.T.,
M.T
Natural - Cut to cut -
17. - Insert grafik
Google Earth
Voice
over Pak
Mudrik
- Cut to cut Graphic
By
Earth
18. EXT Insert tugu
Selamat Datang
Lembang
Voice
over Pak
Mudrik
- Cut to cut -
19. EXT Insert plang
patahan
Lembang
Voice
over Pak
Mudrik
- Cut to cut -
20. EXT Insert
pemandangan
dari atas Batu
Lonceng
Voice
over Pak
Mudrik
- Cut to cut -
21. INT Wawancara Dr.
Mudrik
Rahmawan
Daryono, S.T.,
M.T
Natural - Cut to cut -
22. EXT Insert plang zona
Sesar Lembang
Voice
over Pak
- Cut to cut -
144
Mudrik
23. EXT Insert
pemndangan dari
atas Gunung
Batu
Voice
over Pak
Mudrik
- Cut to cut -
24. EXT Insert Gunung
Batu
Voice
over Pak
Mudrik
- Cut to cut -
25. EXT Insert
pemandangan di
tengah
perjalanan
menuju Gunung
Batu
Voice
over Pak
Mudrik
- Cut to cut -
26. EXT Plang menuuju
Sesar Lembang
Voice
over Pak
Mudrik
- Cut to cut -
27. INT Wawancara Dr.
Mudrik
Rahmawan
Daryono, S.T.,
M.T
Natural - Cut to cut -
28. INT Insert gambar
hasil Lidar
Voice
over Pak
Mudrik
- Cut to cut -
29. INT Wawancara Dr.
Mudrik
Rahmawan
Daryono, S.T.,
M.T
Natural - Cut to cut -
30. EXT Insert
pemandangan
dari Tebing
Keraton
Voice
over Pak
Mudrik
- Cut to cut -
31. INT Wawancara Dr.
Mudrik
Rahmawan
Daryono, S.T.,
M.T
Natural - Cut to cut -
32. - Insert table
mencari tahu Slip
Rate
Voice
over Pak
Mudrik
- Cut to cut -
33. INT Wawancara Dr.
Mudrik
Rahmawan
Daryono, S.T.,
M.T
Natural - Cut to cut -
34. EXT Insert batuan di
Gunung Batu
Voice
over Pak
- Cut to cut -
145
Mudrik
35. EXT Insert retakan
batu di Batu
Lonceng
Voice
over Pak
Mudrik
- Cut to cut -
36. INT Wawancara Dr.
Mudrik
Rahmawan
Daryono, S.T.,
M.T
Natural - Cut to cut -
37. EXT Insert
pemandangan
dari Gunung
Batu
Voice
over Pak
Mudrik
- Cut to cut -
38. EXT Insert plang zona
Sesar Lembang
di Tebing Kraton
Voice
over Pak
Mudrik
- Cut to cut -
39. INT Wawancara Dr.
Mudrik
Rahmawan
Daryono, S.T.,
M.T
Natural - Cut to cut -
40. EXT Wawancara
Gubernur Jawa
Barat, Ridwan
Kamil
Natural - Cut to cut -
41. EXT Insert acara Hari
Kesiapsiagaan
Bencana (HKB)
Voice
over
Gubernu
r Jawa
Barat
- Cut to cut -
42. EXT Insert para
relawan dari
berbagai
organisasi
Voice
over
Gubernu
r Jawa
Barat
- Cut to cut -
43. EXT Wawancara
Gubernur Jawa
Barat, Ridwan
Kamil
Natural - Cut to cut -
44. EXT Insert acara Hari
Kesiapsiagaan
Bencana (HKB)
Voice
over
Gubernu
r Jawa
Barat
- Cut to cut -
45. EXT Wawancara
Gubernur Jawa
Barat
Natural - Cut to cut -
46. EXT Insert gedung
ITB
Voice
over Bu
- Dip to -
146
Rahma black
47. INT Wawancara Dr.
Nuraini Rahma
Hanifa, S.T.,
M.T
Natural - Cut to cut -
48. EXT Insert acara
simulasi bencana
di SMA Al
Musyawarah
Voice
over Bu
Rahma
- Cut to cut -
49. INT Wawancara Dr.
Nuraini Rahma
Hanifa, S.T.,
M.T
Natural - Cut to cut -
50. EXT Timelapse di
Gunung Batu
Voice
over
Ketua
Wanadri
- Dip to
black
-
51. EXT Sekretariat
Wanadri
Voice
over
Ketua
Wanadri
- Cut to cut -
52. INT Wawancara M.
Rafi Respati, S.T
Natural - Cut to cut -
53. EXT Insert Sekretariat
Wanadri
Voice
over
Ketua
Wanadri
- Cut to cut -
54. INT Insert kegiatan
anggota Wanadri
Voice
over
Ketua
Wanadri
- Cut to cut -
55. INT Wawancara M.
Rafi Respati, S.T
Natural - Cut to cut -
56. EXT Insert kegiatan
simulasi jika
terjadi gempa
akibat sesar
lembang
Voice
over
Ketua
Wanadri
- Cut to cut -
57. INT Wawancara M.
Rafi Respati, S.T
Natural - Cut to cut -
58. EXT Papan Wanadri
di Sekretariat
Wanadri
Voice
over
Ketua
Wanadri
- Cut to cut -
59. INT Kegiatan anggota
Wanadri
Voice
over
Ketua
Wanadri
- Cut to cut -
147
60. INT Wawancara M.
Rafi Respati, S.T
Natural - Cut to cut -
61. EXT Drone dari atas
Gunung Batu
Voice
over Pak
Mudrik
- Cut to cut -
62. EXT Pemandandangan
dari Batu
Lonceng
Voice
over Pak
Mudrik
- Cut to cut -
63. EXT Pemandangan
dari jalan menuju
Batu Lonceng
Voice
over Pak
Mudrik
- Cut to cut -
64. INT Wawancara Dr.
Mudrik
Rahmawan
Daryono, S.T.,
M.T
Natural - Cut to cut -
65. EXT Insert tugu
Selamat Datang
Bandung Barat
Voice
over Pak
Mudrik
- Cut to cut -
66. EXT Insert plang
menuju Sesar
Lembang
Voice
over Pak
Mudrik
- Cut to cut -
67. EXT Insert jalan
Lembang
Voice
over Pak
Mudrik
- Cut to cut -
68. INT Wawancara Dr.
Mudrik
Rahmawan
Daryono, S.T.,
M.T
Natural - Cut to cut -
69. EXT Permukiman di
sekitar Sesar
Lembang
Instrume
n musik
- Dip to
black
-
70. EXT Permukiman di
sekitar Sesar
Lembang
Voice
over Pak
Arief
Sabarud
din
- Cut to cut -
71. INT Wawancara Prof.
Dr. Ir. Arief
Sabaruddin, CES
Natural - Cut to cut -
72. EXT Insert
pemandangan
dan rumah rumah
di sekitar jalur
Sesar Lembang
Voice
over Pak
Arief
Sabarud
din
- Cut to cut -
73. INT Wawancara Prof.
Dr. Ir. Arief
Natural - Cut to cut -
148
Sabaruddin, CES
74. EXT Pembangunan
rumah di daerah
Gunung Batu
Voice
over Pak
Arief
Sabarud
din
- Cut to cut -
75. INT Wawancara Prof.
Dr. Ir. Arief
Sabaruddin, CES
Natural - Cut to cut -
76. EXT Insert gedung
gedung di Asia
Afrika
Voice
over Pak
Arief
Sabarud
din
- Cut to cut -
77. EXT Insert
permukiman di
Batu Lonceng
Voice
over Pak
Arief
Sabarud
din
- Cut to cut -
78. EXT Inser
pembngunan
rumah di Batu
Lonceng
Voice
over Pak
Arief
Sabarud
din
- Cut to cut -
79. INT Wawancara Prof.
Dr. Ir. Arief
Sabaruddin, CES
Natural - Cut to cut -
80. EXT Insert contoh
bangunan rumah
tahan gempa
Voice
over Pak
Arief
Sabarud
din
- Cut to cut -
81. INT Wawancara Prof.
Dr. Ir. Arief
Sabaruddin, CES
Natural - Cut to cut -
82. EXT Footage
jembatan
Pasupati
Instrume
n musik
- Cut to cut -
83. EXT Footage jalan
Cihampelas
Voice
over
Ketua
Wanadri
- Cut to cut -
84. INT Wawancara M.
Rafi Respati, S.T
Natural - Cut to cut -
85. INT Wawancara Prof.
Dr. Ir. Arief
Sabaruddin, CES
Natural - Cut to cut -
86. INT Wawancara Dr.
Mudrik
Natural - Cut to cut -
149
Rahmawan
Daryono, S.T.,
M.T
87. EXT Suasana
masyarakat di
Lapangan Gasibu
Bandung
Instrume
n musik
- Dip to
black
-
88. EXT Suasana
masyarakat di
Lapangan Gasibu
Instrume
n musik
- Cut to cut -
89. - Blank hitam Instrume
n musik
- Dip to
black
-
90. EXT Masyarakat
sekitar Gunung
Batu
Instrume
n musik
+ narasi
voice
over
- Dip to
black
-
91. EXT Suasana di
Masjid Bandung
Raya (drone)
Instrume
n musik
- Dip to
black
-
Tabel 12. Laporan Editing
150
SPESIFIKASI EDITING
Produksi : Daun Kering Studio Editor : Andriez Pandu
Judul : Bandung Raya Menunggu Sutradara : Febrianto D.
(Sesar Lembang)
Durasi : 20 menit 13 detik Juru Kamera : Lutfi Ikhsan M.
HARDWARE
1. OS : Windows 10 Pro 64-bit
2. Processor : Intel(R) i5
3. RAM : 16 Gb
4. DirectX Version : DirectX 11
5. VGA : Nvidia 1070 4Gb
ACCESSORIES
1. Mouse : Rexus
2. Ear Phone : Jbl
3. Audio : Speaker Logitech
4. Keyboard : Logitech
5. Monitor : LG LCD 21”
SOFTWARE
1. Video : Adobe Premiere CC 2015
2. Grafis : Google Earth
151
PROSES PEMBUATAN ID PROGRAM
1. Bars and tone
Gambar 7. Bars and tone
2. Logo UBSI
Gambar 8. Logo UBSI
152
3. Program Id
Gambar 9. Program Id
4. Counting Leader
Gambar 10. Counting Leader
153
5. Konten
Gambar 11. Konten
6. Kerabat Kerja
Gambar 12. Kerabat Kerja
154
7. Ucapan Terima Kasih
Gambar 13. Ucapan Terima Kasih
8. Copyright
Gambar 14. Copyright
155
9. BTS
Gambar 15. BTS
10. CV Crew
Gambar 16. CV Crew