Post on 02-Oct-2021
10
BAB III
LANDASAN TEORI
3.1. JEMBATAN
Menurut Ilmutekniksipilindonesia.com, secara umum Jembatan adalah suatu
konstruksi yang berfungsi untuk menghubungkan dua bagian jalan yang terputus
oleh adanya rintangan-rintngan seperti lembah yang dalam, jalan raya yang
melintang tidak sebidang, dll.
Jembatan terdiri atas bagian-bagian atau elemen yang masing-masing memiliki
fungsi yang berbeda, sesuai lokasi dan kebutuhannya. Secara garis besar bagian
jembatan dibagi sebagai berikut:
1. Bangunan atas
2. Bangunan bawah
3. Jalan pendekat
4. Bangunan pelengkap
3.1.1 Fungsi Jembatan
Menurut Ilmutekniksipilindonesia.com, terdapat fungsi yang terkandung dari
jembatan:
1. Jembatan merupakan sebuah struktur yang dibangun untuk menyebrangi
jurang atau rintangan seperti sungai, lembah, rel kereta api, maupun jalan
raya. Jembatan dibangun agar para pejalan kaki, pengemudi kendaraan, atau
kereta api dapat melintasi halangan-halangan tersebut,
2. Jembatan yang dibangun untuk pipa-pipa besar dan saluran air yang bisa
dibawa untuk membawa barang.
3.1.2 Jenis-Jenis Jembatan
Jenis jembatan dibedakan menjadi 2 secara umum yaitu berdasakan dari
fungsi jembatan itu sendiri dan berdasarkan material yang digunakan untuk
membangun jembatan tersebut. Didalam 2 jenis jembatan tersebut terdapat jenis-
jenis jembatan secara khusus seperti dibawah ini:
1. Berdasarkan Fungsi
11
a. Jembatan Jalan Raya
b. Jembatan Saluran Air
c. Jembatan Kereta Api
2. Berdasarkan Lokasinya
a. Jembatan di atas sungai atau danau
b. Jembatan di atas lembah
c. Jembatan di atas jalan yang ada
d. Jembatan di atas saluran irigasi/drainase
e. Jembatan di dermaga
3. Berdasarkan Pembentuknya
a. Jembatan Baja
Jembatan rangka baja merupakan bangunan atas jembatan yang
disusun dari beberapa panel segitiga dan dirangkai satu persatu dengan
hubungan baut untuk menahan beban rencana jembatan yang sesuai
dengan peraturan beban yang berlaku pada saat itu.
Dengan bertambahnya umur jembatan dapat diduga terjadi
peningkatan beban, volume lalu lintas, peningkatan beban akibat
overlay, dan penurunan ketahanan konstruksi. Hal tersebut berpengaruh
pada peningkatan tegangan elemen jembatan dan bertambahnya
lendutan.
Guna memantapkan kestabilan sarana perhubungan lalu-lintas
angkutan darat yang sangat penting artinya bagi pembangunan nasional
sebagai perwujudan nyata terhadap pelayanan jasa distribusi yang
meliputi jasa angkutan dan jasa perdagangan, oleh karena itu jaringan
jalan dan jembatan merupakan hal utama untuk dijaga kemapuan daya
layannya.
Jembatan rangka baja memiliki keuntungan karena memiliki kuat
tarik dan kuat tekan yang tinggi serta proses maintenance yang lebih
mudah dan pemasangannya lebih cepat jika dibandingkan dengan
jembatan beton. Namun jembatan rangka memiliki kekurangan karna
lebih mudah berkarat dan akan lebih berisik jika digunakan sebagai
12
jembatan untuk perlintasan kereta api. Beberapa jenis jembatan rangka
baja yang biasa digunakan di Indonesia adalah CH dan Transfield.
Contoh jembatan Rangka tersebut dapat dilihat pada Gambar 3.1 dan
Gambar 3.2 berikut ini :
Gambar 3.1 Jembatan Callender Hamilton Transfield
Gambar 3.2 Jembatan Transfield
13
b. Jembatan Komposit
Jembatan komposit merupakan batang-batang struktural yang
merupakan gabungan dari 2 material yaitu baja struktural dan beton
bertulang. Dengan kata lain, batang struktural yang dibentuk dari 2 atau
lebih material disebut komposit. Pada bangunan gedung dan jembatan
umumnya berupa komposit dari baja struktural dan beton bertulang.
c. Jembatan Kayu
Jembatan kayu sederhana adalah jembatan yang memiliki panjang
yang relative pendek dengan beban yang diterima ringan.
d. Jembatan Beton
Jembatan beton merupakan jembatan yang konstruksinya terbuat
dari material utama beton. Jembatan beton dapat dilakukan dengan
pengecoran di tempat maupun di plant.
Elemen struktur horizontal pada jembatan struktur beton biasanya
dapat berupa gelagar beton I girder, T girder, box girder, concrete slab (
pelat beton, voided slab ( pelat berongga).
Jembatan I girder dan T girder dibuat terpisah baru kemudian di
satukan dengan pelat kendaraan agar menjadi komposit. Sedangkan
untuk box girder pembuatannya disatukan dengan pelat kendaraan.
Untuk detail jenis bangunan atas beton dapat dilihat pada Tabel 3.1
berikut:
14
Tabel 3.1. Jenis Bangunan Atas Jembatan Beton
15
Lanjutan Tabel 3.1 Jenis Bangunan Atas Jembatan Beton
(sumber : Perencanaan Struktur Beton Bertulang Untuk Jembatan)
16
Setiap material jembatan tersebut memiliki bentang maksimum dan
diklasifikasikan seperti pada Tabel 3.2 berikut:
Tabel 3.2. Jenis Bahan Dan Bentang Maksimum
Jenis Bahan Bentang Maksimum
Beton bertulang Gorong-gorong 4-6
Baja Gorong-gorong 6-8
Beton bertulang Pelat datar 6-8
Beton bertulang Pelat U 10
Beton pratekan Papan, unit 12
Beton bertulang Balok I dan Pelat 13
Kayu Rangka Kayu 20-30
Baja Balok giling 20
Beton pratekan Balok I dan pelat 35
Beton pratekan Balok T dan pelat 40
Baja Gelagar dan pelat 40
Baja Gelagar kotak 40
Beton pratekan Gelagar kotak 60
Baja Rangka baja 60
(sumber: Standar Jembatan dan SNI)
3.2. BANGUNAN ATAS
Bangunan atas jembatan merupakan bangunan yang berfungsi menampung
beban-beban yang di timbulkan oleh lalu lintas orang,kendaraan dan kemudian
menyalurkan kepada bangunan bawah. Berikut ini adalah komponen-
komponen bangunan atas jembatan :
1. Plat Lantai
Plat lantai merupakan komponen jembatan yang memiliki fingsi utama
untuk mendistribusikan beban sepanjang potongan melintang jembatan dan
beban-beban sepanjang bentang jembatan.
2. Gelagar induk
17
Gelagar induk merupakan komponen utama yang berfungsi untuk
mendistribusikan beban-beban secara longitudinal dan biasanya di desain
untuk menahan lendutan.
3. Gelagar sekunder
Gelagar sekunder terdiri dari gelagar melintang dan memanjang.gelagar
melintang merupakan pingikat antar gelagar induk yang di desain untuk
menahan deformasi melintang dari rangka struktur atas dan membatu
pendistribusian bagaian dari beban vertical antara gelagar induk
3.3. REKAYASA NILAI
Menurut Wikipedia Rekayasa Nilai merupakan suatu metode sistematis untuk
meningkatkan nilai dari jasa dan produk atau barang-barang dengan menggunakan
suatu pengujian dari fungsi.
3.3.1. Definisi Rekayasa Nilai Menurut Para Ahli
1. Rekayasa nilai adalah evaluasi sistematis atas design engineering suatu
proyek untuk mendapatkan nilai yang paling tinggi bagi setiap dolar
yang dikeluarkan. Selanjutnya Rekayasa Nilai mengkaji dan
memikirkan berbagai komponen kegiatan seperti pengadaan, pabrikasi,
dan konstruksi serta kegiatan-kegiatan lain dalam kaitannya antara biaya
terhadap fungsinya, dengan tujuan mendapatkan penurunan biaya
proyek secara keseluruhan (E.R. Fisk, 1982)
2. Rekayasa nilai adalah sebuah teknik dalam manajemen menggunakan
pendekatan sistematis untuk mencari keseimbangan fungsi terbaik
antara biaya, keandalan dan kinerja sebuah proyek (Dell’Isola)
3. Rekayasa nilai adalah suatu metode evaluasi yang menganalisa teknik
dan nilai dari suatu proyek atau produk yang melibatkan pemilik,
perencana dan para ahli yang berpengalaman dibidangnya masing-
masing dengan pendekatan sistematis dan kreatif yang bertujuan untuk
menghasilkan mutu dan biaya serendah-rendahnya, yaitu dengan
batasan fungsional dan tahapan rencana tugas yang dapat
18
mengidentifikasi dan menghilangkan biaya-biaya dan usaha-usaha yang
tidak diperlukan atau tidak mendukung
Beberapa hal yang mendasari Rekayasa Nilai sangat penting dipahami oleh
setiap perencana ataupun pelaksana proyek agar proyek bisa berjalan sesuai dengan
semestinya, hal-hal tersebut antara lain :
1. Kekurangan waktu (lack of time)
2. Politik (politic)
3. Kekurangan informasi (lack of information)
4. Kesalahan konsep (misconceptions)
5. Kekurangan ide/gagasan (lack of idea)
6. Keadaan sementara yang tidak disengaja namun menjadi ketetapan
(temporary circumtances that inadvertently become permanent)
7. Kebiasaan (habits)
8. Sikap (attitude)
3.4. TUJUAN REKAYASA NILAI
Tujuan Rekayasa Nilai adalah untuk membedakan mana yang penting dan
yang tidak penting pada proyek sehingga dapat menyelesaikan sesuai semana
mestinya dengan biaya yang lebih murah tetapi dengan kinerja yang sama.
Diharapkan dari penerapan teknik nilai tersebut diperoleh penghematan yang
diantaranya :
1. Penghematan biaya
2. Penghematan waktu
3. Penghematan bahan dengan memperhatikan aspek kualitas dari produk
jadi.
3.4.1. Nilai
Kelly dan Male (2004) berpendapat nilai didefinisikan sebagai sebuah
hubungan antara biaya, waktu dan mutu dimana mutu terdiri dari sejumlah variabel
yang dientukan dari pengetahuan dan pengalaman seorang individu atau beberapa
individu didalam sebuah kelompok, yang dibuat eksplisit dengan maksud membuat
19
pilihan diantara berbagai pilihan yang cocok secara fungsi. Oleh karena itu, sistem
nilai yang dibuat eksplisit merupakan gambaran, pada waktu tertentu, dari berbagai
variabel terhadap semua keputusan yang mempengaruhi bisnis inti atau sebuah
proyek, sehingga dapat diaudit.
3.4.2. Biaya
Biaya (cost) adalah jumlah semua usaha dan pengeluaran yang dilakukan
dalam mengembangkan dan mengaplikasi produk. Produsen selalu memikirkan
hasil produk tanpa mengetahui akibat pembiayaan tersebut
Biaya terbesar yang sering mengandung biaya tidak perlu antara lain :
1. Material,
2. Tenaga kerja,
3. Overhead.
3.4.3. Fungsi
Fungsi adalah apa saja yang dapat diberikan oleh suatu produk yang dapat
digunakan untuk bekerja. Fungsi adalah apa saja yang diberikan dan tidak
mempunyai nilai kegunaan, nilai tambah, dan nilai tukar.
Menurut Soeharto (2001) kategori fungsi sebagai berikut :
1. Fungsi dasar, yaitu alasan pokok sistem itu terwujud. Contohnya
kontruksi pondasi, fungsi pokoknya menyalurkan beban bangunan
kepada tanah dasar, hal tersebut yang mendorong pembuatan kontruksi
pondasi. Sifat-sifat fungsi dasar adalah sekali ditentukan tidak dapat
diubah lagi. Bila fungsi dasarnya telah hilang maka hilang pula nilai jual
yang melekat pada fungsi tersebut.
2. Fungsi sekunder, adalah kegunaan tidak langsung untuk memenuhi dan
melengkapi fungsi dasar, tetapi diperlukan untuk menunjangnya. Fungsi
sekunder seringkali dapat menimbulkan hal-hal yang kurang
menguntungkan. Misalnya struktur pondasi Basement dapat digunakan
sebagai ruang parkir atau penggunaan lainnya, tetapi dapat
20
mengakibatkan terjadinya perubahan muka air tanah. Jika fungsi sekunder
dihilangkan, tidak akan mengganggu kemampuan dari fungsi utama.
3. Fungsi tidak perlu adalah apa saja yang diberikan dan tidak mempunyai
nilai kegunaan, nilai tambah, atau nilai tukar. Fungsi suatu benda dapat
juga diidentifikasikan dengan menggunakan kata kerja dan kata benda,
seperti pada tabel berikut.
Dalam buku manajemen proyek Soeharto (2001) identifikasi fungsi adalah
sebagai berikut :
Tabel 3.3. Identifikasi fungsi dengan menggunakan kata kerja dan kata benda
Nama Benda Fungsi
Kata Kerja Kata Benda
Truk Mengangkat Barang
Pompa Mendorong Air
Cangkul Menggali Tanah
Menurut Soeharto (2001) hubungan antara nilai, biaya dan fungsi dapat
dijabarkan dengan rumus berikut :
Hubungan antara nilai, kualitas dan kehandalan. Pengurangan biaya asli tidak
boleh mengakibatkan terjadinya penurunan tingkat mutu dan kehandalan produk.
Mutu dan kehandalan yang terlalu tinggi di luar kebutuhan konsumen sama dengan
pemborosan biaya produksi dan penggunaan material yang berlebihan. Tetapi biaya
terendah bukan berarti nilai terbaik, karena pada suatu keadaan, biaya terendah akan
menunjukkan nilai yang terburuk.
3.5. TAHAPAN DALAM REKAYASA NILAI
Menurut hutabarat (1995) tahapan dalam melakukan aplikasi Rekayasa Nilai
dibagi mejadi lima yaitu :
1. Tahap informasi
2. Tahap pengembangan ide spekulatif
3. Tahap analisa
4. Tahap pengembangan
21
5. Tahap rekomendasi
3.5.1. Tahap Informasi
Tahap informasi dalam Rekayasa Nilai merupakan pondasi dasar bagi setiap
penyelidikan nilai. Dalam tahap ini, semua informasi yang penting dikumpulkan
untuk memahami dengan seksama obyek yang diteliti. Informasi tersebut kemudian
akan dianalisa untuk menemukan fungsi-fungsi obyek, sehingga dapat
diklasifikasikan sebagai fungsi utama atau sekunder.
3.5.2. Tahap Spekulatif / Pengembangan Ide
Menurut Hutabarat (1995) Tahap spekulatif adalah mengembangkan
sebanyak mungkin alternatif yang bisa memenuhi fungsi primer atau pokoknya.
Untuk itu diperlukan adanya pemunculan ide-ide guna memperbanyak alternatif-
alternatif yang akan dipilih. Alternatif tersebut dapat dikaji dari segi desain, bahan,
waktu pelaksanaan, metode pelaksanaan dan lain-lain. Sebagai bahan pertimbangan
dalam mengusulkan alternatif dapat disebutkan keuntungan dan kerugiannya.
Sebagai dasar penilaian/pertimbangan untuk dilakukan analisis Rekayasa Nilai
dapat dipilih kriteria-kriteria dari item pekerjaan. Kriteria-kriteria tersebut nantinya
sebagai bahan evaluasi untuk memilih alternatif yang dipilih.
3.5.3. Tahap Analisis
Ide-ide dan pemikiran yang telah muncul sebelumnya akan mengalami
analisa dan kritik, penyaringan dan kombinasi antara kepentingan proses produksi,
pemasaran dan fungsi akan mengalami kristalisasi, artinya yang pada tahap
sebelumnya masih berupa ide dan pemikiran, kini meningkat pada pemecahan
secara konkrit. Proses ini berkaitan dengan pemilihan dan pemberian keputusan
yang akan memberi jalan pengembangan pemecahan yang bisa diimplementasi.
3.5.4. Tahap Pengembangan
Dalam tahap ini, dikembangkan alternatif-alternatif yang telah terpilih
melalui tahap analisa dibuatkan program pengembangannya sampai menjadi usulan
22
yang lengkap. Untuk pengkajian yang lebih menyeluruh dan spesifik, ada baiknya
mendatangkan tenaga ahli spesialis sesuai dengan obyek yang dikaji
3.5.5. Tahap Rekomendasi
Pada tahap ini dilakukan persiapan dan penyajian kesimpulan dari hasil
proses Rekayasa Nilai kepada pihak yang berkepentingan. Laporan hanya
memaparkan secara jelas mengenai fakta dan informasi tentang perbandingan
antara penilaian aspek teknis dan biaya desain awal terhadap hasil kajian Rekayasa
Nilai untuk mendukung argumentasi yang disampaikan. Dalam laporan Rekayasa
Nilai tersebut berisi antara lain sebagai berikut :
1. Identifikasi obyek atau proyek.
2. Penjelasan fungsi masing-masing bagian dan keseluruhan obyek, sebelum
dan sesudah dilakukan kajian Rekayasa Nilai.
3. Perubahan desain berupa pengurangan, peningkatan yang diusulkan.
4. Perubahan biaya.
5. Total penghematan biaya yang akan diperoleh.
3.5.6. Rencana Kerja Rekayasa Nilai
Menurut Hutabarat (1995) Pendekatan pertanyaan dan teknik pemecahan
masalah pada setiap tahap adalah sebagai berikut :
1. Tahap Informasi.
a. Teliti latar belakang.
b. Mengkaji fungsi.
c. Mengkaji biaya.
d. Apakah obyek yang dimaksud?
e. Berapa biayanya?
f. Apa gunanya?
g. Apa fungsinya?
h. Bekerja spesifik.
i. Kumpulkan fakta.
j. Dapatkan sumber informasi terbaik.
23
k. Tentukan fungsi.
2. Tahap Spekulasi.
a. Munculkan alternatif.
b. Dapatkan ide baru.
c. Adakah barang atau peralatan lain yang bisa menggantikan tugasnya?
d. Sikap kreatif.
e. Kerjasama tim.
f. Usaha penyederhanaa.
3. Tahap Analisis.
a. Evaluasi alternatif.
b. Pilih ide terbaik.
c. Manakah ide yang terbaik?
d. Berapa besar biayanya?
e. Pendalaman terhadap ide.
f. Besarnya biaya masing-masing ide.
4. Tahap Pengembangan.
a. Kembangkan alternatif.
b. Pilih alterrnatif terbaik.
c. Mana alterrnatif terbaik?
d. Berapa besar biaya?
e. Atasi rintangan.
f. Bandingkan standar.
g. Bandingkan biaya.
5. Tahap Rekomendasi.
a. Kesimpulan tentang alternatif.
b. Persiapan presentasi.
c. Formulasi usulan.
d. Dapatkan keputusan.
e. Rencanakan tindak lanjut.
24
3.6. BIAYA
Biaya adalah dana yang dikeluarkan untuk menjalankan suatu kegiatan atau
proyek. Kebijakan pembiayaaan biasanya dipengaruhi oleh kondisi keuangan
perusahaan yang bersangkutan. Perhitungan biaya proyek sangat penting dilakukan
dalam mengendalikan sumber daya yang ada mengingat sumber daya yang ada
semakin terbatas. Untuk itu, peran seorang cost engineer ada dua yaitu,
memperkirakan biaya proyek dan mengendalikan realisasi biaya sesuai dengan
batasan-batasan yang ada pada estimasi.
3.6.1. Profil Biaya Dan Pendanaan
a. Biaya Langsung (Direct Cost)
Adalah seluruh biaya yang berkaitan langsung dengan fisik proyek, yaitu
meliputi seluruh biaya dari kegiatan yang dilakukan diproyek (dari persiapan
hingga penyelesaian) dan biaya mendatangkan seluruh sumber daya yang
diperlukan oleh proyek tersebut. Biaya langsung dapat dihitung dengan mengalikan
volume pekerjaan dengan harga satuan pekerjaan. Biaya langsugn ini juga biasa
disebut dengan biaya tidak tetap ( variable cost ), karena sifat biaya ini tiap
bulannya jumlahnya tidak tetap, tetapi berubah-ubah sesuai dengan kemajuan
pekerjaan. Secara garis besar, biaya langsung pada proyek dibagi menjadi lima:
1. Biaya bahan/ material
2. Biaya upah tenaga
3. Biaya alat
4. Biaya subkontraktor
5. Biaya lain-lain
b. Biaya Tidak Langsung (Indirect Cost)
Adalah seluruh biaya yang terkait secara tidak langsung, yang dibebankan
kepada proyek . Biaya ini biasanya terjadi diluar proyek namun harus ada dan tidak
dapat dilepaskan dari proyek tersebut. Biaya ini meliputi biaya pemasaran, biaya
overhead di kantor pusat/ cabang, pajak (tax), biaya risiko dan keuntungan
kontraktor.
Biaya tidak langsung setiap bulan besarnya relative tetap disbanding biaya
langsung, oleh karena itu juga sering disebut biaya tetap ( fix cost ).
25
3.6.2. Perencanaan Anggaran Biaya
Perencanaan biaya suatu bangunan atau proyek ialah perhitungan biaya
yang diperlukan untuk bahan dan upah, serta biaya-biaya yang berhubungan dengan
pelaksanaan bangunan dan proyek tersebut. Perencanaan biaya nyata/actual adalah
proses perhitungan volume pekerjaan, harga dari berbagai macam bahan dan
pekerjaan pada suatu bangunan atau proyek berdasarkan data-data yang
sebenarnya.
Kegiatan perencanaan dilakukan dengan terlebih dahulu mempelajari
gambar rencana dan spesifikasi. Berdasarkan gambar rencana, dapat diketahui
kebutuhan material yang nantinya akan digunakan. Perhitungan dapat dilakukan
secara teliti dan kemudia ditentukan harganya. Dalam melakukan kegiatan
perencanaan, seorang perencana harus memahami proses konstruksi secara
menyeluruh, termasuk jenis dan kebutuhan alat karena factor tersebut dapat
mempengaruhi biaya konstruksi. Hal lain yang ikut mengkontribusi biaya adalah:
1. Produktifitas tenaga kerja
2. Kesediaan material
3. Ketersediaan peralatan
4. Cuaca
5. Jenis kontrak
6. Masalah kualitas
7. Etika
8. Sistem pengendalian
9. Kemampuan manajemen
Secara umum dapat disimpulkan sebagai berikut :
Harga Satuan = Harga Satuan + Harga Satuan Upah
RAB = ∑(Volume x Harga Satuan )
Anggaran biaya merupakanharga dari bangunan yang dihitung dengan teliti,
cermat, dan memenuhi syarat. Anggaran biaya pada bangunan yang sama akan
berbeda-beda dimasing-masing daerah, disebabkan karena perbedaan harga bahan
dan upah tenaga kerja.