BAB III LANDASAN TEORI - Universitas Islam Indonesia

16
10 BAB III LANDASAN TEORI 3.1. JEMBATAN Menurut Ilmutekniksipilindonesia.com, secara umum Jembatan adalah suatu konstruksi yang berfungsi untuk menghubungkan dua bagian jalan yang terputus oleh adanya rintangan-rintngan seperti lembah yang dalam, jalan raya yang melintang tidak sebidang, dll. Jembatan terdiri atas bagian-bagian atau elemen yang masing-masing memiliki fungsi yang berbeda, sesuai lokasi dan kebutuhannya. Secara garis besar bagian jembatan dibagi sebagai berikut: 1. Bangunan atas 2. Bangunan bawah 3. Jalan pendekat 4. Bangunan pelengkap 3.1.1 Fungsi Jembatan Menurut Ilmutekniksipilindonesia.com, terdapat fungsi yang terkandung dari jembatan: 1. Jembatan merupakan sebuah struktur yang dibangun untuk menyebrangi jurang atau rintangan seperti sungai, lembah, rel kereta api, maupun jalan raya. Jembatan dibangun agar para pejalan kaki, pengemudi kendaraan, atau kereta api dapat melintasi halangan-halangan tersebut, 2. Jembatan yang dibangun untuk pipa-pipa besar dan saluran air yang bisa dibawa untuk membawa barang. 3.1.2 Jenis-Jenis Jembatan Jenis jembatan dibedakan menjadi 2 secara umum yaitu berdasakan dari fungsi jembatan itu sendiri dan berdasarkan material yang digunakan untuk membangun jembatan tersebut. Didalam 2 jenis jembatan tersebut terdapat jenis- jenis jembatan secara khusus seperti dibawah ini: 1. Berdasarkan Fungsi

Transcript of BAB III LANDASAN TEORI - Universitas Islam Indonesia

Page 1: BAB III LANDASAN TEORI - Universitas Islam Indonesia

10

BAB III

LANDASAN TEORI

3.1. JEMBATAN

Menurut Ilmutekniksipilindonesia.com, secara umum Jembatan adalah suatu

konstruksi yang berfungsi untuk menghubungkan dua bagian jalan yang terputus

oleh adanya rintangan-rintngan seperti lembah yang dalam, jalan raya yang

melintang tidak sebidang, dll.

Jembatan terdiri atas bagian-bagian atau elemen yang masing-masing memiliki

fungsi yang berbeda, sesuai lokasi dan kebutuhannya. Secara garis besar bagian

jembatan dibagi sebagai berikut:

1. Bangunan atas

2. Bangunan bawah

3. Jalan pendekat

4. Bangunan pelengkap

3.1.1 Fungsi Jembatan

Menurut Ilmutekniksipilindonesia.com, terdapat fungsi yang terkandung dari

jembatan:

1. Jembatan merupakan sebuah struktur yang dibangun untuk menyebrangi

jurang atau rintangan seperti sungai, lembah, rel kereta api, maupun jalan

raya. Jembatan dibangun agar para pejalan kaki, pengemudi kendaraan, atau

kereta api dapat melintasi halangan-halangan tersebut,

2. Jembatan yang dibangun untuk pipa-pipa besar dan saluran air yang bisa

dibawa untuk membawa barang.

3.1.2 Jenis-Jenis Jembatan

Jenis jembatan dibedakan menjadi 2 secara umum yaitu berdasakan dari

fungsi jembatan itu sendiri dan berdasarkan material yang digunakan untuk

membangun jembatan tersebut. Didalam 2 jenis jembatan tersebut terdapat jenis-

jenis jembatan secara khusus seperti dibawah ini:

1. Berdasarkan Fungsi

Page 2: BAB III LANDASAN TEORI - Universitas Islam Indonesia

11

a. Jembatan Jalan Raya

b. Jembatan Saluran Air

c. Jembatan Kereta Api

2. Berdasarkan Lokasinya

a. Jembatan di atas sungai atau danau

b. Jembatan di atas lembah

c. Jembatan di atas jalan yang ada

d. Jembatan di atas saluran irigasi/drainase

e. Jembatan di dermaga

3. Berdasarkan Pembentuknya

a. Jembatan Baja

Jembatan rangka baja merupakan bangunan atas jembatan yang

disusun dari beberapa panel segitiga dan dirangkai satu persatu dengan

hubungan baut untuk menahan beban rencana jembatan yang sesuai

dengan peraturan beban yang berlaku pada saat itu.

Dengan bertambahnya umur jembatan dapat diduga terjadi

peningkatan beban, volume lalu lintas, peningkatan beban akibat

overlay, dan penurunan ketahanan konstruksi. Hal tersebut berpengaruh

pada peningkatan tegangan elemen jembatan dan bertambahnya

lendutan.

Guna memantapkan kestabilan sarana perhubungan lalu-lintas

angkutan darat yang sangat penting artinya bagi pembangunan nasional

sebagai perwujudan nyata terhadap pelayanan jasa distribusi yang

meliputi jasa angkutan dan jasa perdagangan, oleh karena itu jaringan

jalan dan jembatan merupakan hal utama untuk dijaga kemapuan daya

layannya.

Jembatan rangka baja memiliki keuntungan karena memiliki kuat

tarik dan kuat tekan yang tinggi serta proses maintenance yang lebih

mudah dan pemasangannya lebih cepat jika dibandingkan dengan

jembatan beton. Namun jembatan rangka memiliki kekurangan karna

lebih mudah berkarat dan akan lebih berisik jika digunakan sebagai

Page 3: BAB III LANDASAN TEORI - Universitas Islam Indonesia

12

jembatan untuk perlintasan kereta api. Beberapa jenis jembatan rangka

baja yang biasa digunakan di Indonesia adalah CH dan Transfield.

Contoh jembatan Rangka tersebut dapat dilihat pada Gambar 3.1 dan

Gambar 3.2 berikut ini :

Gambar 3.1 Jembatan Callender Hamilton Transfield

Gambar 3.2 Jembatan Transfield

Page 4: BAB III LANDASAN TEORI - Universitas Islam Indonesia

13

b. Jembatan Komposit

Jembatan komposit merupakan batang-batang struktural yang

merupakan gabungan dari 2 material yaitu baja struktural dan beton

bertulang. Dengan kata lain, batang struktural yang dibentuk dari 2 atau

lebih material disebut komposit. Pada bangunan gedung dan jembatan

umumnya berupa komposit dari baja struktural dan beton bertulang.

c. Jembatan Kayu

Jembatan kayu sederhana adalah jembatan yang memiliki panjang

yang relative pendek dengan beban yang diterima ringan.

d. Jembatan Beton

Jembatan beton merupakan jembatan yang konstruksinya terbuat

dari material utama beton. Jembatan beton dapat dilakukan dengan

pengecoran di tempat maupun di plant.

Elemen struktur horizontal pada jembatan struktur beton biasanya

dapat berupa gelagar beton I girder, T girder, box girder, concrete slab (

pelat beton, voided slab ( pelat berongga).

Jembatan I girder dan T girder dibuat terpisah baru kemudian di

satukan dengan pelat kendaraan agar menjadi komposit. Sedangkan

untuk box girder pembuatannya disatukan dengan pelat kendaraan.

Untuk detail jenis bangunan atas beton dapat dilihat pada Tabel 3.1

berikut:

Page 5: BAB III LANDASAN TEORI - Universitas Islam Indonesia

14

Tabel 3.1. Jenis Bangunan Atas Jembatan Beton

Page 6: BAB III LANDASAN TEORI - Universitas Islam Indonesia

15

Lanjutan Tabel 3.1 Jenis Bangunan Atas Jembatan Beton

(sumber : Perencanaan Struktur Beton Bertulang Untuk Jembatan)

Page 7: BAB III LANDASAN TEORI - Universitas Islam Indonesia

16

Setiap material jembatan tersebut memiliki bentang maksimum dan

diklasifikasikan seperti pada Tabel 3.2 berikut:

Tabel 3.2. Jenis Bahan Dan Bentang Maksimum

Jenis Bahan Bentang Maksimum

Beton bertulang Gorong-gorong 4-6

Baja Gorong-gorong 6-8

Beton bertulang Pelat datar 6-8

Beton bertulang Pelat U 10

Beton pratekan Papan, unit 12

Beton bertulang Balok I dan Pelat 13

Kayu Rangka Kayu 20-30

Baja Balok giling 20

Beton pratekan Balok I dan pelat 35

Beton pratekan Balok T dan pelat 40

Baja Gelagar dan pelat 40

Baja Gelagar kotak 40

Beton pratekan Gelagar kotak 60

Baja Rangka baja 60

(sumber: Standar Jembatan dan SNI)

3.2. BANGUNAN ATAS

Bangunan atas jembatan merupakan bangunan yang berfungsi menampung

beban-beban yang di timbulkan oleh lalu lintas orang,kendaraan dan kemudian

menyalurkan kepada bangunan bawah. Berikut ini adalah komponen-

komponen bangunan atas jembatan :

1. Plat Lantai

Plat lantai merupakan komponen jembatan yang memiliki fingsi utama

untuk mendistribusikan beban sepanjang potongan melintang jembatan dan

beban-beban sepanjang bentang jembatan.

2. Gelagar induk

Page 8: BAB III LANDASAN TEORI - Universitas Islam Indonesia

17

Gelagar induk merupakan komponen utama yang berfungsi untuk

mendistribusikan beban-beban secara longitudinal dan biasanya di desain

untuk menahan lendutan.

3. Gelagar sekunder

Gelagar sekunder terdiri dari gelagar melintang dan memanjang.gelagar

melintang merupakan pingikat antar gelagar induk yang di desain untuk

menahan deformasi melintang dari rangka struktur atas dan membatu

pendistribusian bagaian dari beban vertical antara gelagar induk

3.3. REKAYASA NILAI

Menurut Wikipedia Rekayasa Nilai merupakan suatu metode sistematis untuk

meningkatkan nilai dari jasa dan produk atau barang-barang dengan menggunakan

suatu pengujian dari fungsi.

3.3.1. Definisi Rekayasa Nilai Menurut Para Ahli

1. Rekayasa nilai adalah evaluasi sistematis atas design engineering suatu

proyek untuk mendapatkan nilai yang paling tinggi bagi setiap dolar

yang dikeluarkan. Selanjutnya Rekayasa Nilai mengkaji dan

memikirkan berbagai komponen kegiatan seperti pengadaan, pabrikasi,

dan konstruksi serta kegiatan-kegiatan lain dalam kaitannya antara biaya

terhadap fungsinya, dengan tujuan mendapatkan penurunan biaya

proyek secara keseluruhan (E.R. Fisk, 1982)

2. Rekayasa nilai adalah sebuah teknik dalam manajemen menggunakan

pendekatan sistematis untuk mencari keseimbangan fungsi terbaik

antara biaya, keandalan dan kinerja sebuah proyek (Dell’Isola)

3. Rekayasa nilai adalah suatu metode evaluasi yang menganalisa teknik

dan nilai dari suatu proyek atau produk yang melibatkan pemilik,

perencana dan para ahli yang berpengalaman dibidangnya masing-

masing dengan pendekatan sistematis dan kreatif yang bertujuan untuk

menghasilkan mutu dan biaya serendah-rendahnya, yaitu dengan

batasan fungsional dan tahapan rencana tugas yang dapat

Page 9: BAB III LANDASAN TEORI - Universitas Islam Indonesia

18

mengidentifikasi dan menghilangkan biaya-biaya dan usaha-usaha yang

tidak diperlukan atau tidak mendukung

Beberapa hal yang mendasari Rekayasa Nilai sangat penting dipahami oleh

setiap perencana ataupun pelaksana proyek agar proyek bisa berjalan sesuai dengan

semestinya, hal-hal tersebut antara lain :

1. Kekurangan waktu (lack of time)

2. Politik (politic)

3. Kekurangan informasi (lack of information)

4. Kesalahan konsep (misconceptions)

5. Kekurangan ide/gagasan (lack of idea)

6. Keadaan sementara yang tidak disengaja namun menjadi ketetapan

(temporary circumtances that inadvertently become permanent)

7. Kebiasaan (habits)

8. Sikap (attitude)

3.4. TUJUAN REKAYASA NILAI

Tujuan Rekayasa Nilai adalah untuk membedakan mana yang penting dan

yang tidak penting pada proyek sehingga dapat menyelesaikan sesuai semana

mestinya dengan biaya yang lebih murah tetapi dengan kinerja yang sama.

Diharapkan dari penerapan teknik nilai tersebut diperoleh penghematan yang

diantaranya :

1. Penghematan biaya

2. Penghematan waktu

3. Penghematan bahan dengan memperhatikan aspek kualitas dari produk

jadi.

3.4.1. Nilai

Kelly dan Male (2004) berpendapat nilai didefinisikan sebagai sebuah

hubungan antara biaya, waktu dan mutu dimana mutu terdiri dari sejumlah variabel

yang dientukan dari pengetahuan dan pengalaman seorang individu atau beberapa

individu didalam sebuah kelompok, yang dibuat eksplisit dengan maksud membuat

Page 10: BAB III LANDASAN TEORI - Universitas Islam Indonesia

19

pilihan diantara berbagai pilihan yang cocok secara fungsi. Oleh karena itu, sistem

nilai yang dibuat eksplisit merupakan gambaran, pada waktu tertentu, dari berbagai

variabel terhadap semua keputusan yang mempengaruhi bisnis inti atau sebuah

proyek, sehingga dapat diaudit.

3.4.2. Biaya

Biaya (cost) adalah jumlah semua usaha dan pengeluaran yang dilakukan

dalam mengembangkan dan mengaplikasi produk. Produsen selalu memikirkan

hasil produk tanpa mengetahui akibat pembiayaan tersebut

Biaya terbesar yang sering mengandung biaya tidak perlu antara lain :

1. Material,

2. Tenaga kerja,

3. Overhead.

3.4.3. Fungsi

Fungsi adalah apa saja yang dapat diberikan oleh suatu produk yang dapat

digunakan untuk bekerja. Fungsi adalah apa saja yang diberikan dan tidak

mempunyai nilai kegunaan, nilai tambah, dan nilai tukar.

Menurut Soeharto (2001) kategori fungsi sebagai berikut :

1. Fungsi dasar, yaitu alasan pokok sistem itu terwujud. Contohnya

kontruksi pondasi, fungsi pokoknya menyalurkan beban bangunan

kepada tanah dasar, hal tersebut yang mendorong pembuatan kontruksi

pondasi. Sifat-sifat fungsi dasar adalah sekali ditentukan tidak dapat

diubah lagi. Bila fungsi dasarnya telah hilang maka hilang pula nilai jual

yang melekat pada fungsi tersebut.

2. Fungsi sekunder, adalah kegunaan tidak langsung untuk memenuhi dan

melengkapi fungsi dasar, tetapi diperlukan untuk menunjangnya. Fungsi

sekunder seringkali dapat menimbulkan hal-hal yang kurang

menguntungkan. Misalnya struktur pondasi Basement dapat digunakan

sebagai ruang parkir atau penggunaan lainnya, tetapi dapat

Page 11: BAB III LANDASAN TEORI - Universitas Islam Indonesia

20

mengakibatkan terjadinya perubahan muka air tanah. Jika fungsi sekunder

dihilangkan, tidak akan mengganggu kemampuan dari fungsi utama.

3. Fungsi tidak perlu adalah apa saja yang diberikan dan tidak mempunyai

nilai kegunaan, nilai tambah, atau nilai tukar. Fungsi suatu benda dapat

juga diidentifikasikan dengan menggunakan kata kerja dan kata benda,

seperti pada tabel berikut.

Dalam buku manajemen proyek Soeharto (2001) identifikasi fungsi adalah

sebagai berikut :

Tabel 3.3. Identifikasi fungsi dengan menggunakan kata kerja dan kata benda

Nama Benda Fungsi

Kata Kerja Kata Benda

Truk Mengangkat Barang

Pompa Mendorong Air

Cangkul Menggali Tanah

Menurut Soeharto (2001) hubungan antara nilai, biaya dan fungsi dapat

dijabarkan dengan rumus berikut :

Hubungan antara nilai, kualitas dan kehandalan. Pengurangan biaya asli tidak

boleh mengakibatkan terjadinya penurunan tingkat mutu dan kehandalan produk.

Mutu dan kehandalan yang terlalu tinggi di luar kebutuhan konsumen sama dengan

pemborosan biaya produksi dan penggunaan material yang berlebihan. Tetapi biaya

terendah bukan berarti nilai terbaik, karena pada suatu keadaan, biaya terendah akan

menunjukkan nilai yang terburuk.

3.5. TAHAPAN DALAM REKAYASA NILAI

Menurut hutabarat (1995) tahapan dalam melakukan aplikasi Rekayasa Nilai

dibagi mejadi lima yaitu :

1. Tahap informasi

2. Tahap pengembangan ide spekulatif

3. Tahap analisa

4. Tahap pengembangan

Page 12: BAB III LANDASAN TEORI - Universitas Islam Indonesia

21

5. Tahap rekomendasi

3.5.1. Tahap Informasi

Tahap informasi dalam Rekayasa Nilai merupakan pondasi dasar bagi setiap

penyelidikan nilai. Dalam tahap ini, semua informasi yang penting dikumpulkan

untuk memahami dengan seksama obyek yang diteliti. Informasi tersebut kemudian

akan dianalisa untuk menemukan fungsi-fungsi obyek, sehingga dapat

diklasifikasikan sebagai fungsi utama atau sekunder.

3.5.2. Tahap Spekulatif / Pengembangan Ide

Menurut Hutabarat (1995) Tahap spekulatif adalah mengembangkan

sebanyak mungkin alternatif yang bisa memenuhi fungsi primer atau pokoknya.

Untuk itu diperlukan adanya pemunculan ide-ide guna memperbanyak alternatif-

alternatif yang akan dipilih. Alternatif tersebut dapat dikaji dari segi desain, bahan,

waktu pelaksanaan, metode pelaksanaan dan lain-lain. Sebagai bahan pertimbangan

dalam mengusulkan alternatif dapat disebutkan keuntungan dan kerugiannya.

Sebagai dasar penilaian/pertimbangan untuk dilakukan analisis Rekayasa Nilai

dapat dipilih kriteria-kriteria dari item pekerjaan. Kriteria-kriteria tersebut nantinya

sebagai bahan evaluasi untuk memilih alternatif yang dipilih.

3.5.3. Tahap Analisis

Ide-ide dan pemikiran yang telah muncul sebelumnya akan mengalami

analisa dan kritik, penyaringan dan kombinasi antara kepentingan proses produksi,

pemasaran dan fungsi akan mengalami kristalisasi, artinya yang pada tahap

sebelumnya masih berupa ide dan pemikiran, kini meningkat pada pemecahan

secara konkrit. Proses ini berkaitan dengan pemilihan dan pemberian keputusan

yang akan memberi jalan pengembangan pemecahan yang bisa diimplementasi.

3.5.4. Tahap Pengembangan

Dalam tahap ini, dikembangkan alternatif-alternatif yang telah terpilih

melalui tahap analisa dibuatkan program pengembangannya sampai menjadi usulan

Page 13: BAB III LANDASAN TEORI - Universitas Islam Indonesia

22

yang lengkap. Untuk pengkajian yang lebih menyeluruh dan spesifik, ada baiknya

mendatangkan tenaga ahli spesialis sesuai dengan obyek yang dikaji

3.5.5. Tahap Rekomendasi

Pada tahap ini dilakukan persiapan dan penyajian kesimpulan dari hasil

proses Rekayasa Nilai kepada pihak yang berkepentingan. Laporan hanya

memaparkan secara jelas mengenai fakta dan informasi tentang perbandingan

antara penilaian aspek teknis dan biaya desain awal terhadap hasil kajian Rekayasa

Nilai untuk mendukung argumentasi yang disampaikan. Dalam laporan Rekayasa

Nilai tersebut berisi antara lain sebagai berikut :

1. Identifikasi obyek atau proyek.

2. Penjelasan fungsi masing-masing bagian dan keseluruhan obyek, sebelum

dan sesudah dilakukan kajian Rekayasa Nilai.

3. Perubahan desain berupa pengurangan, peningkatan yang diusulkan.

4. Perubahan biaya.

5. Total penghematan biaya yang akan diperoleh.

3.5.6. Rencana Kerja Rekayasa Nilai

Menurut Hutabarat (1995) Pendekatan pertanyaan dan teknik pemecahan

masalah pada setiap tahap adalah sebagai berikut :

1. Tahap Informasi.

a. Teliti latar belakang.

b. Mengkaji fungsi.

c. Mengkaji biaya.

d. Apakah obyek yang dimaksud?

e. Berapa biayanya?

f. Apa gunanya?

g. Apa fungsinya?

h. Bekerja spesifik.

i. Kumpulkan fakta.

j. Dapatkan sumber informasi terbaik.

Page 14: BAB III LANDASAN TEORI - Universitas Islam Indonesia

23

k. Tentukan fungsi.

2. Tahap Spekulasi.

a. Munculkan alternatif.

b. Dapatkan ide baru.

c. Adakah barang atau peralatan lain yang bisa menggantikan tugasnya?

d. Sikap kreatif.

e. Kerjasama tim.

f. Usaha penyederhanaa.

3. Tahap Analisis.

a. Evaluasi alternatif.

b. Pilih ide terbaik.

c. Manakah ide yang terbaik?

d. Berapa besar biayanya?

e. Pendalaman terhadap ide.

f. Besarnya biaya masing-masing ide.

4. Tahap Pengembangan.

a. Kembangkan alternatif.

b. Pilih alterrnatif terbaik.

c. Mana alterrnatif terbaik?

d. Berapa besar biaya?

e. Atasi rintangan.

f. Bandingkan standar.

g. Bandingkan biaya.

5. Tahap Rekomendasi.

a. Kesimpulan tentang alternatif.

b. Persiapan presentasi.

c. Formulasi usulan.

d. Dapatkan keputusan.

e. Rencanakan tindak lanjut.

Page 15: BAB III LANDASAN TEORI - Universitas Islam Indonesia

24

3.6. BIAYA

Biaya adalah dana yang dikeluarkan untuk menjalankan suatu kegiatan atau

proyek. Kebijakan pembiayaaan biasanya dipengaruhi oleh kondisi keuangan

perusahaan yang bersangkutan. Perhitungan biaya proyek sangat penting dilakukan

dalam mengendalikan sumber daya yang ada mengingat sumber daya yang ada

semakin terbatas. Untuk itu, peran seorang cost engineer ada dua yaitu,

memperkirakan biaya proyek dan mengendalikan realisasi biaya sesuai dengan

batasan-batasan yang ada pada estimasi.

3.6.1. Profil Biaya Dan Pendanaan

a. Biaya Langsung (Direct Cost)

Adalah seluruh biaya yang berkaitan langsung dengan fisik proyek, yaitu

meliputi seluruh biaya dari kegiatan yang dilakukan diproyek (dari persiapan

hingga penyelesaian) dan biaya mendatangkan seluruh sumber daya yang

diperlukan oleh proyek tersebut. Biaya langsung dapat dihitung dengan mengalikan

volume pekerjaan dengan harga satuan pekerjaan. Biaya langsugn ini juga biasa

disebut dengan biaya tidak tetap ( variable cost ), karena sifat biaya ini tiap

bulannya jumlahnya tidak tetap, tetapi berubah-ubah sesuai dengan kemajuan

pekerjaan. Secara garis besar, biaya langsung pada proyek dibagi menjadi lima:

1. Biaya bahan/ material

2. Biaya upah tenaga

3. Biaya alat

4. Biaya subkontraktor

5. Biaya lain-lain

b. Biaya Tidak Langsung (Indirect Cost)

Adalah seluruh biaya yang terkait secara tidak langsung, yang dibebankan

kepada proyek . Biaya ini biasanya terjadi diluar proyek namun harus ada dan tidak

dapat dilepaskan dari proyek tersebut. Biaya ini meliputi biaya pemasaran, biaya

overhead di kantor pusat/ cabang, pajak (tax), biaya risiko dan keuntungan

kontraktor.

Biaya tidak langsung setiap bulan besarnya relative tetap disbanding biaya

langsung, oleh karena itu juga sering disebut biaya tetap ( fix cost ).

Page 16: BAB III LANDASAN TEORI - Universitas Islam Indonesia

25

3.6.2. Perencanaan Anggaran Biaya

Perencanaan biaya suatu bangunan atau proyek ialah perhitungan biaya

yang diperlukan untuk bahan dan upah, serta biaya-biaya yang berhubungan dengan

pelaksanaan bangunan dan proyek tersebut. Perencanaan biaya nyata/actual adalah

proses perhitungan volume pekerjaan, harga dari berbagai macam bahan dan

pekerjaan pada suatu bangunan atau proyek berdasarkan data-data yang

sebenarnya.

Kegiatan perencanaan dilakukan dengan terlebih dahulu mempelajari

gambar rencana dan spesifikasi. Berdasarkan gambar rencana, dapat diketahui

kebutuhan material yang nantinya akan digunakan. Perhitungan dapat dilakukan

secara teliti dan kemudia ditentukan harganya. Dalam melakukan kegiatan

perencanaan, seorang perencana harus memahami proses konstruksi secara

menyeluruh, termasuk jenis dan kebutuhan alat karena factor tersebut dapat

mempengaruhi biaya konstruksi. Hal lain yang ikut mengkontribusi biaya adalah:

1. Produktifitas tenaga kerja

2. Kesediaan material

3. Ketersediaan peralatan

4. Cuaca

5. Jenis kontrak

6. Masalah kualitas

7. Etika

8. Sistem pengendalian

9. Kemampuan manajemen

Secara umum dapat disimpulkan sebagai berikut :

Harga Satuan = Harga Satuan + Harga Satuan Upah

RAB = ∑(Volume x Harga Satuan )

Anggaran biaya merupakanharga dari bangunan yang dihitung dengan teliti,

cermat, dan memenuhi syarat. Anggaran biaya pada bangunan yang sama akan

berbeda-beda dimasing-masing daerah, disebabkan karena perbedaan harga bahan

dan upah tenaga kerja.