Post on 04-Jun-2018
Geologi Daerah Perbukitan Rumu, Buton Selatan 19Tugas Akhir A - Yashinto Sindhu P / 120 05 015
BAB III
GEOLOGI DAERAH PERBUKITAN RUMU
3.1 Geomorfologi Perbukitan Rumu
Bentang alam yang terbentuk pada saat ini merupakan hasil dari pengaruh
struktur, proses dan tahapan yang terjadi pada suatu daerah (Lobeck, 1939).
Bentuk bentang alam yang terjadi merupakan pengaruh dari struktur geologi dan
litologi yang kemudian mengalami perkembangan yang dipengaruhi oleh proses
erosi, pelapukan, dan sedimentasi sehingga akan memodifikasi kondisi awal dari
bentang alam.
Analisis geomorfologi yang dilakukan meliputi interpretasi citra satelit dan
peta topografi, yang kemudian menghasilkan data kelurusan, pola kontur
topografi, pola sungai, sudut lereng, kemiringan lapisan (dipslope), bentukan
lembah sungai dan tingkat erosi, pelapukan, pelarutan dan sedimentasi yang
terjadi. Analisis tersebut kemudian dapat dijadikan gambaran awal kondisi daerah
pemetaan yang selanjutnya akan di analisis lebih lanjut dengan observasi pada
saat di lapangan.
3.1.1 Analisis Morfologi
Bentang Alam daerah penelitian, berupa sebuah perbukitan yang
memanjang pada arah timur timurlaut dan barat barat daya dan berbatasan dengan
pantai disebelah selatan-tenggara. Titik tertinggi ± 564 mdpl dibagian puncak
Perbukitan Rumu, dan titik terendahnya ± 0 mdpl di daerah pantai.
Pada lereng dibagian utara litologi yang dominan berupa perselingan
batulanau-batupasir, sedangkan pada lereng dibagian selatan tersusun atas litologi
berupa batugamping berlapis. Perbedaan litologi ini menyebabkan lereng yang
ada pada perbukitan ini menjadi asimetri (Gambar 3.1) karena adanya perbedaan
resistensi terhadap pelapukan. Bentuk lereng yang asimetri ini dicerminkan oleh
pola kontur yang berbeda kerapatannya pada sisi utara dan sisi selatan.
Berdasarkan perhitungan kemiringan lereng diperoleh besar kemiringan lereng di
sisi utara sebesar 4,230 (9%) sedangkan besar kemiringan lereng sebesar sisi
selatan sebesar 16,70 (37%). Menurut klasifikasi kemiringan lereng van Zuidam
Geologi Daerah Perbukitan Rumu, Buton Selatan 20Tugas Akhir A - Yashinto Sindhu P / 120 05 015
(1983) lereng sisi utara termasuk lereng yang landai sedangkan lereng di sisi
selatan termasuk lereng yang curam.
Gambar 3.1 Gambaran SRTM daerah penelitian
Gambar 3.1 Citra SRTM Perbukitan Rumu
Pada citra Sattelite Radar Topographic Mission (SRTM) terlihat bentuk
undakan (daerah berwarna merah) pada daerah penelitian, hal ini diinterpretasikan
sebagai cerminan dari sedimentasi yang berlapis relatif horizontal dan dipengaruhi
juga oleh adanya pengangkatan di Pulau Buton, khususnya didaerah Buton
Selatan yang mencapai 0,7-0,8 mm/tahun (Prijantono, 2005)
Geologi Daerah Perbukitan Rumu, Buton Selatan 21Tugas Akhir A - Yashinto Sindhu P / 120 05 015
Gambar 3.2 Analisis pola topografi
Pada peta topografi terlihat (Gambar 3.2) pola punggungan dan lembah
yang melingkar pola ini kemudian diinterpretasikan sebagai arah dari jurus
lapisan. Selain pola dari punggungan, terlihat juga pola kontur yang menutup
yang diinterpretasikan sebagai bentukan bukit. Pola kontur yang menutup tersebut
setelah diamati dilapangan berupa bukit dengan litologi batugamping berlapis.
Bukit tersebut merupakan sisa dari pelarutan batugamping yang ada pada puncak
Perbukitan Rumu.
Proses yang dapat teramati didaerah penelitian berupa proses eksogen
yang meliputi proses erosi, pelapukan, pelarutan dan sedimentasi. Proses erosi
yang ada diindikasikan dengan munculnya anak sungai pada sungai-sungai utama.
Proses pelarutan diinterpretasikan dari adanya bentukan terisolir pada puncak
bukit yang kemungkinan merupakan sisa dari batuan yang melarut dan adanya
travertin yang melapisi badan sungai (Foto 3.1). Proses pelarutan di lereng selatan
Pola Rekahan
Lembah
Punggungan
Bentukan bukit
Interpretasi kemiringan
U
Geologi Daerah Perbukitan Rumu, Buton Selatan 22Tugas Akhir A - Yashinto Sindhu P / 120 05 015
menyebabkan terbentuknya sungai bawah tanah sehingga membuat sungai
dilereng selatan menjadi sungai yang intermeitten. Proses sedimentasi yang ada
menghasilkan endapan yang kemudian menjadi endapan pantai dibagian selatan,
sedangkan pada sisi lereng sebelah utara aluvial yang ada berada pada badan
sungai pada sungai dengan bentuk lembah yang lebar.
Foto 3.1 Bukti proses pelarutan
Geologi Daerah Perbukitan Rumu, Buton Selatan 23Tugas Akhir A - Yashinto Sindhu P / 120 05 015
3.1.2 Analisis Pola Kelurusan
Kelurusan merupakan manifestasi dari rekahan, arah jurus, punggungan
atau gawir yang terbentuk pada suatu daerah, sehingga pola-pola tersebut dapat
dianalisis untuk memberikan gambaran mengenai gejala struktur suatu daerah.
(a) (b)
Gambar 3.3 Analisis pola kelurusan (a) pola kelurusan kontur, (b) pola
kelurusan SRTM.
UU
Geologi Daerah Perbukitan Rumu, Buton Selatan 24Tugas Akhir A - Yashinto Sindhu P / 120 05 015
Dari penarikan pola kelurusan yang ada pada citra SRTM dan peta
topografi (Gambar 3.3) diperoleh beberapa arah yang dominan.
1. Analisis pola kelurusan kontur didapat 2 buah arah yang dominan, yaitu
arah baratlaut-tenggara, timur timurlaut – barat baratdaya.
2. Analisis pola kelurusan SRTM didapat 2 buah arah yang dominan yaitu
berarah baratlaut-tenggara dan timur timurlaut – barat baratdaya.
Arah dominan baratlaut-tenggara dan timurlaut-baratdaya merupakan pola
arah sungai, yang mana dapat juga diinterpretasikan sebagai pola rekahan yang
terbentuk di daerah penelitian. Sedangkan arah timur-timurlaut-barat-baratdaya
diinterpretasikan sebagai arah dari punggungan, sumbu lipatan, rekahan dan jurus
dari lapisan.
3.1.3 Sungai dan Pola Aliran Sungai
Sungai yang terbentuk di daerah penelitian ini memiliki pola aliran sungai
yang berbentuk pararel dan dendritik (Gambar 3.4). Pola aliran sungai pararel
terbentuk pada daerah dengan kemiringan yang terjal sampai sedang dan memiliki
litologi dengan tingkat resistensi yang sama terhadap erosi air, pola ini berada
pada sisi selatan lereng Perbukitan Rumu. Pola dendritik berada pada sisi utara
lereng Perbukitan Rumu yang dicirikan dengan kemiringan lereng yang relatif
landai.
Sungai di daerah utara dicirikan dengan lembah sungai yang lebar, ), mulai
munculnya belokan sungai dengan sudut besar, dan terdapat travertin pada badan
sungai. Tebing yang cukup terjal ditemukan pada daerah yang dekat dengan hulu
sungai. Pada sebelah timur dari Sungai Mandalimu, sungai yang ada memiliki
dataran limpah banjir di kedua sisinya sedangkan pada Sungai Mandalimu dan
Sungai Tondo Bawah di apit oleh tebing yang cukup terjal.
Geologi Daerah Perbukitan Rumu, Buton Selatan 25Tugas Akhir A - Yashinto Sindhu P / 120 05 015
Pada sisi sebelah utara, tahapan gemorfik remaja-dewasa dapat dilihat
dari lembah sungai yang cukup lebar dan berbentuk U (Foto 3.2)
Foto 3.2 Sungai berbentuk lembah U pada daerah Rumu Utara
Sungai di selatan berupa sungai intermitten, aliran sungai yang ada pada
bagian hulu mengalir pada sungai bawah tanah yang terbentuk akibat pelarutan
sehingga terlihat kering dibagian hilir (Foto 3.3). Sungai yang ada memiliki
lembah yang sempit, tebing yang terjal, travertin yang berada di sepanjang badan
sungai dan tidak memiliki dataran limpah banjir di kedua sisinya.
Foto 3.3 Sungai yang kering dibagian hilir pada daerah Rumu Selatan
Geologi Daerah Perbukitan Rumu, Buton Selatan 26Tugas Akhir A - Yashinto Sindhu P / 120 05 015
Foto 3.4 Sungai berbentuk V pada daerah Rumu Selatan
Tipe genetik sungai terdiri dari sungai konsekuen dan subsekuen yang
tersebar pada daerah penelitian. Sungai subsekuen mengalir searah dengan jurus
lapisan, sungai dengan tipe seperti ini berada pada puncak bukit Rumu. Sungai
konsekuen mengalir searah dengan kemiringan lapisan, tipe sungai ini didapatkan
di semua sungai yang berada pada sisi-sisi bukit (Gambar 3.4).
U
Geologi Daerah Perbukitan Rumu, Buton Selatan 27Tugas Akhir A - Yashinto Sindhu P / 120 05 015
Gambar 3.4 Pola aliran sungai pada daerah penelitian
3.1.4 Satuan Geomorfologi
Dari analisis yang dilakukan disimpulkan bahwa daerah Perbukitan Rumu
dapat dibedakan menjadi empat satuan geomorfologi, yaitu satuan punggungan
homoklin, satuan punggungan antiklin, satuan dataran pantai, satuan dataran
fluvial (Gambar 3.5). Dilihat dari dimensi kubah yang terbentuk cukup besar,
kemungkinan satuan geomorfologi ini sudah memasuki tahap dewasa, karena
untuk mengangkat dan membentuk kubah dengan ukuran yang cukup besar
diperlukan waktu yang cukup lama, sehingga seiring dengan pengangkatan yang
terjadi proses-proses pelapukan dan erosi telah berlangsung cukup lama
(Lobeck,1939).
Hal ini diperkuat dari bentuk puncak bukit yang relatif datar, sungai yang
mulai bercabang munculnya sungai deengan pola aliran subsekuen pada puncak
bukit.
.
.
Gambar 3.5 Peta geomorfologi
Satuan Punggungan Homoklin
Satuan Dataran Pantai
Satuan Dataran Aluvial
Satuan Perbukitan Karst
Pola Rekahan
Lembah
Punggungan
Bentukan terisolir
Interpretasi kemiringan
U
Geologi Daerah Perbukitan Rumu, Buton Selatan 28Tugas Akhir A - Yashinto Sindhu P / 120 05 015
Satuan Punggungan Homoklin
Satuan ini terletak dibagian utara daerah Perbukitan Rumu ditandai
dengan warna merah muda pada peta geomorfologi (Gambar 3.5). Satuan ini
dicirikan oleh lereng dengan kemiringan 100-150 (Gambar 3.6), lembah sungai
yang lebar dan memiliki dataran limpah banjir. Satuan ini didominasi oleh litologi
perselingan batulanau-batupasir. Proses yang ada berupa proses erosi dan
sedimentasi pada dataran banjir.
Satuan Punggungan Antiklin
Satuan ini terletak disisi lereng utara bagian puncak sampai sisi lereng
selatan, ditandai dengan warna hijau pada peta geomorfologi (Gambar 3.5).
Satuan ini dicirikan dengan kemiringan lereng 16% - 40% (Gambar 3.6), lembah
sungai yang masih curam, dan tidak memiliki dataran limpah banjir. Dibagian
puncak perbukitan (antiklin) memiliki kemiringan lereng yang relatif datar dengan
bentukan bukit yang tersebar di sepanjang puncak. Satuan ini didominasi oleh
batupasir, perselingan batulanau-batupasir dibagian utara dan batugamping
dibagian selatan. Proses yang dominan terjadi di daerah ini berupa proses
pelarutan yang dicerminkan oleh bentukan bukit di sepanjang puncak dan sungai
yang mengalir dibawah permukaan pada lereng sebelah selatan
Gambar 3.6 Morfologi Satuan Geomorfologi
Satuan Perbukitan Homoklin
Satuan PerbukitanAntiklin
Satuan Dataran Fluvial
Satuan Dataran Pantai
U
Geologi Daerah Perbukitan Rumu, Buton Selatan 29Tugas Akhir A - Yashinto Sindhu P / 120 05 015
Satuan Dataran Fluvial.
Satuan ini meliputi 5% daerah penelitian, terletak pada timur laut daerah
penelitian (Gambar 3.5), terletak sepanjang daerah pemukiman SP3. Satuan ini
merupakan hasil dari dataran limpah banjir Sungai SP3 dicirikan oleh morfologi
yang datar (Gambar 3.6).
Satuan Dataran Pantai.
Satuan ini terletak di bagian selatan daerah penelitian (Foto 3.5),
merupakan hasil dari dataran limpah banjir sungai-sungai pada lereng selatan.
Litologi yang terdapat pada satuan ini berupa material lepas hasil erosi dari
sungai-sungai pada lereng selatan seperti batugamping kalsilutit dan batugamping
dolomitan.
Foto 3.5 Pantai di selatan daerah penelitian
Geologi Daerah Perbukitan Rumu, Buton Selatan 30Tugas Akhir A - Yashinto Sindhu P / 120 05 015
3.2 Stratigrafi Perbukitan Rumu
Batuan yang tersingkap di daerah penelitian terdiri dari berbagai macam
batuan sedimen. Berdasarkan observasi di lapangan dan hasil analisis di
laboratorium, dapat dibedakan menjadi 5 satuan . Satuan-satuan batuan tersebut
kemudian disusun dalam sebuah kolom stratigrafi umum (Gambar 3.7). Satuan
batuan trsebut dari tua ke muda adalah sebagai berikut:
1. Satuan Batugamping dolomitan (biru tua)
2. Satuan Batugamping kalsilutit (biru muda)
3. Satuan Batulanau (hijau)
4. Satuan Batugamping kalkarenit (kuning)
5. Satuan Endapan Pantai
(abu-abu)
Geologi Daerah Perbukitan Rumu, Buton Selatan 23Tugas Akhir A - Yashinto Sindhu P / 120 05 015
Gambar 3.7 Kolom stratigrafi Perbukitan Rumu
Geologi Daerah Perbukitan Rumu, Buton Selatan 31Tugas Akhir A - Yashinto Sindhu P / 120 05 015
3.2.1 Satuan Batugamping Dolomitan
Satuan ini meliputi 20% dari luas daerah penelitian, tersingkap dalam
kondisi segar sampai agak lapuk. Penyebarannya terdapat pada puncak Perbukitan
Rumu dengan pola penyebaran berarah timurlaut-baratdaya dengan kemiringan
15-300. Satuan ini ditandai dengan warna biru tua pada peta geologi (Lampiran
G). Ketebalan satuan ini berdasarkan penampang geologi adalah 392,5 m. Satuan
ini terdiri dari litologi batulempung abu-abu, batulempung merah, dan
batugamping abu-abu kalkarenit dengan morfologi yang berlapis dengan relief
tegas dan suksesi vertikal yang terkesan menipis ke atas.
Batulempung abu-abu
Ditemui setempat pada S. Rumu #3 pada lokasi 09ST13.6 (Foto 3.6)
dengan ciri-ciri berwarna abu-abu gelap masif, berukuran lempung, semen
karbonatan, kompak, tetapi ketika dipukul dengan palu mudah lepas-lepas.
Foto 3.6 Batulempung abu-abu masif
09ST 13.5
Geologi Daerah Perbukitan Rumu, Buton Selatan 32Tugas Akhir A - Yashinto Sindhu P / 120 05 015
Batulempung merah
Secara stratigrafi berumur relatif lebih muda dibandingkan dengan
batulempung abu-abu. Litologi ini ditemui di S. Rumu#3 (09ST 13.4) dan S.
Rumu#8 (09ST11.6) pada badan sungai dengan lapisan relatif tegak (Foto 3.7).
Ciri-ciri berwarna merah berlapis, kompak, karbonatan,, terdapat fragmen mineral
prismatik (silika ?) berwarna putih yang sejajar dengan bidang perlapisan tebal 1-
2 mm (Foto 3.11).
Foto 3.7 Batulempung merah, berlapis tegak pada badan sungai.
Foto 3.8 Batulempung merah dengan fragmen mineral psrimatik (silika).
09ST
09ST 13.409ST 11.6
Geologi Daerah Perbukitan Rumu, Buton Selatan 33Tugas Akhir A - Yashinto Sindhu P / 120 05 015
A B
Batugamping dolomitan
Ditemukan tersebar dibagian lereng sebelah selatan dengan kondisi agak
lapuk berupa batugamping berlapis, abu-abu gelap, dengan ketebalan lapisan 20-
30 cm, kurang bereaksi dengan asam mungkin akibat dolomit (?), dijumpai
struktur sedimen perlapisan bersusun.
Batugamping, berwarna abu-abu berlapis, berukuran butir pasir halus-
sedang, kemas terbuka, sorting relatif baik terdapat urat kalsit dengan tebal 1-2
mm dan kristal seperti gula (dolomit ?) setempat terlihat memiliki struktur jigzaw
puzzle yang terdiri dari fragmen batugamping, berukuran 1-3 cm, menyudut-
menyudut tanggung. Rijang hadir setempat sebagai fragmen berukuran 3 cm
ataupun melensa tipis.
Foto 3.9 Batugamping dolomitan berlapis dengan fragmen rijang (A) dan
setempat terlihat struktur puzzle (B)
09ST 13.2