Post on 31-Oct-2020
13
BAB II
TINJAUAN UMUM FUNGSI UNIT INAFIS DAN KEDOKTERAN
FORENSIK DALAM PROSES PENYIDIKAN TINDAK PIDANA
PEMBUNUHAN
A. Tugas POLRI dalam penanggulangan kejahatan.
Peran kepolisian dalam penegakan hukum di temukan dalam perundang-
undangan yang mengatur tentang hak dan kewajiban polisi yaitu Undang-
Undang Nomor 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Negara Republik
Indonesia. Tugas kepolisian yang bersifat prefentif atau mencegah, mengatur
atau melakukan tindakan-tindakan yang berupa usaha atau kegiatan demi
terciptanya keamanan, ketertiban, kedamaian dan ketenangan di dalam
masyarakat. Upaya yang dilakukan Polisi itu berupa kegiatan patroli.
Penyuluhan, pantauan dan pertolongan pada masyarakat dimana bila di
kaitkan dengan perundang-undangan diartikan sebagai pengayom, pelindung
dan pengayom masyarakat.4
B. Fungsi POLRI Sebagai Penyidik dan Penyelidikan
1. Penyelidikan
Penyelidikan adalah awal proses pencarian barang bukti, saksi dan
juga terduga pelaku yang timbul dari adanya suatu akibat dari tindak
pidana atau dampak dari kejahatan dengan mendatangi tempat kejadian
perkara yang mana, yang mana cara-cara untuk melakukan penyelidikan
4Polri, tugas dan fungsi Polri, http://www.polri.go.id, diakses tanggal 8 November 2018.
14
telah di atur ke dalam KUHAP sendiri, dan siapa saja yang berhak untuk
menjadi penyidik juga telah di atur ke dalam KUHAP.
Pengertian penyidikan terdapat pada Pasal 1 butir 2 KUHAP yaitu
dalam Bab I tentang Penjelasan Umum, yaitu:
Penyidikan ialah serangkaian tindakan penyidik dalam hal
dan menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini untuk
mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat
terang tentang pidana yang terjadi dan guna menemukan
tersangkanya.
Berdasarkan rumusan Pasal 1 butir 2 KUHAP, unsur yang
terkandung dalam pengertian penyidikan adalah:
a. Penyidikan adalah serangkaian tindakan yang mengandung
tindakan antara satu dengan yang lain saling keterkaitan.
b. Penyidikan dilakukan oleh pejabat publik yang disebut penyidik;
c. Penyidikan dilakukan dengan dasar peraturan perundang-
undangan.
d. Tujuan penyidikan adalah mencari serta mengumpulkan bukti,
yang karena bukti itu membuat terang tindak pidana yang
terjadi, dan dapat menemukan tersangkanya.
Berdasarkan keempat unsur tersebut sebelum dilakukan
penyidikan, telah diketahui adanya tindak pidana tapi tindak pidana itu
belum jelas serta belum diketahui siapa yang melakukannya. Adanya
15
tindak pidana yang belum jelas atau terang itu dapat diketahui dari adanya
penyelidikannya.5
2. Penyidik
a. Pengertian Penyidik
Pasal 1 butir 1 KUHAP menyatakan tentang batasan wewenang
penyidik. “Penyidik adalah pejabat Polisi Negara Republik Indonesia
atau Pegawai Negeri Sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh
undang-undang untuk melakukan penyidikan”.6
Menurut pasal 6 Ayat 1 KUHAP:
Penyidik adalah :
a. Pejabat polisi negara Republik Indonesia.
b. Pejabat pegawai negeri sipil tertentu yang di beri wewenang
khusus oleh undang-undang.7
Penyidik pembantu selain diatur dalam Pasal 1 butir ke 1 KUHAP
dan Pasal 6 KUHAP, terdapat lagi Pasal 10 yang mengatur tentang
adanya penyidik pembantu disamping penyidik.8
Dalam pasal 6 ini di jelaskan siapa yang berhak untuk menjadi
penyidik, yang berhak diangkat sebagai pejabat penyidik antara lain
adalah:
5Adami Chazawi. 2005. Hukum Pidana Materiil dan Formil Korupsi di Indonesia. Malang.
Bayumedia Publishing. hlm.380-381 6 Kitab Hukum Acara Pidana. 7 Ibid. 8 Adami Chazawi Op.cit.
16
a. Pejabat Penyidik POLRI
Menurut penjelasan Pasal 6 ayat (2) KUHAP. Peraturan
Pemerintah yang mengatur kepangkatan penyidik berupa
Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983. Syarat-syarat
kepangkatan dan pengangkatan pejabat penyidikan antara lain :
1. Pejabat polisi yang dapat diangkat sebagai pejabat
“penyidik penuh”, harus memenuhi syarat-syarat
kepangkatan dan pengangkatan,yaitu :
a. Sekurang-kurangnya berpangkat Pembantu Letnan
Dua Polisi.
b. Atau yang berpangkat bintara dibawah Pembantu
Letnan Dua apabila dalam suatu sektor kepolisian
tidak ada pejabat penyidik yang berpangkat
Pembantu Letnan Dua.
c. Ditunjuk dan diangkat oleh Kepala Kepolisian
Republik Indonesia.9
2. Penyidik Pembantu
Pasal 10 KUHAP menjelaskan bahwa Penyidik
Pembantu adalah Pejabat Kepolisan Negara Republik
Indonesia yang diangkat oleh Kepala Kepolisian
9 Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan KUHAP
17
Negara sesuai syarat yang diatur dengan peraturan
pemerintah.10
Pejabat polisi yang bisa diangkat sebagai “penyidik
pembantu” diatur didalam Pasal 3 Peraturan Pemerintah
Nomor 27 Tahun 1983 jo. Peraturan Pemerintah Nomor
58 Tahun 2010. Menurut aturan, syarat kepangkatan
untuk dapat diangkat sebagai pejabat penyidik
pembantu:11
a. Sekurang-kurangnya berpangkat Sersan Dua
Polisi.
b. Dan atau pegawai negeri sipil di lingkungan
Kepolisian Negara dengan kriteria sekurang-
kurangnya berpangkat Pengatur Muda
(Golongan II/a).
c. Diangkat oleh Kepala Kepolisian Republik
Indonesia atas usul komandan atau pimpinan
kesatuan masing-masing.12
3. Penyidik Pegawai Negeri Sipil
Penyidik Pegawai Negeri Sipil dijelaskan dalam
Pasal 6 ayat (1) huruf b KUHAP, yaitu pegawai negeri
10 Nico Ngani,. Mengenal Hukum Acara Pidana, Bagian Umum Dan Penyidikan.
Yogyakarta . Liberty. hlm. 19 11 M. Yahya Harahap. Pembahasan Permasalahan Dan Penerapan KUHAP, Penyidikan
dan Penuntutan. Jakarta. Sinar Grafika. hlm. 110. 12 Kitab Hukum Acara Pidana.
18
sipil yang memiliki fungsi dan kewenangan sebagai
penyidik. Pada dasarnya, kewenangan mereka miliki
berdasarkan pada undang-undang pidana khusus, yang
telah ditetapkan sendiri pemberian wewenang
penyidikan terdapat di salah satu pasal.13
Dalam hal kewenangan penyidikan yang dilakukan
oleh Pegawai Negeri Sipil ini hanyalah sebatas
Undang-Undang khusus saja yang mana dalam
kewenangan Penyidikan oleh Pegawai Negeri Sipil Ini
di atur batasanya dalam KUHAP Pasal 7 Ayat 2 :
Penyidik pegawai negeri sipil sebagaimana
di jelaskan pada Pasal 6 ayat (1) huruf b memiliki
kewenangan sesuai dengan undang-undang yang
menjadi dasar hukumnya masing-masing dan pada
pelaksanaan tugasnya berada dibawah koordinasi
dan pengawasan penyidik Polri.
b. Wewenang Penyidik
Penyidik ialah pejabat Polisi Negara Republik Indonesia dan atau
Pegawai Negeri Sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh
undang-undang guna melakukan penyidikan. Penyidik saat bertugas
wajib memenuhi syarat kepangkatan yang diatur. Kriteria kepangkatan
seorang penyidik dalam penyidikan diatur pada Peraturan Pemerintah
13 M. Yahya Harahap Op.Cit.
19
Nomor 27 Tahun 1983 Tentang Pelaksanaan KUHAP. syarat tersebut
dijelaskan pada Pasal 2 menyatakan bahwa:
(1) Penyidik adalah :
c. Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia yang sekurang-
kurang berpangkat pembantu Letnan Dua Polisi.
d. Pejabat pegawai negeri tertentu yang sekurang-kurangnya
berpangkat pengatur muda Tk. I (golongan II/b) atau yang
disamakan dengan itu.
(2) Dalam sektor kepolisian tidak ada pejabat penyidik sebagai
dimaksud pada ayat (1) huruf a, maka komandan sektor
kepolisian bintara dibawah pembantu letnan dua polisi karena
jabatannya adalah penyidik.
(3) Penyidik Sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a,
ditunjukan oleh kepala kepolisian negara republik indonesia
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
(4) Wewenang penunjukkan sebagaimana dimaksud dalam ayat
(3) dapat dilimpahkan kepada pejabat Kepolisian Negara
Republik Indonesia sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
(5) Penyidik sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf b,
diangkat oleh Menteri atas usul dari Departemen yang
membawahi pegawai negeri tersebut.
20
(6) Wewenang pengangkatan sebagaimana dimaksud dalam ayat
(5) dapat dilimpahkan kepada pejabat yang ditunjuk oleh
menteri.14
Berdasarkan ketentuan yang ada maka penyidik ialah pejabat
kepolisian. Dengan ini syarat kepangkatan yang disyaratkan dalam
Pasal 2 ayat (1) butir a PP. Nomor 27 Tahun 1983 tidak sepenuhnya
diterapkan dalam kenyataannya, karena pelaksanaan penyidik dan
penyelidikan membutuhkan jumlah polisi yang memadai.
KUHAP membedakan penyelidikan dan penyidikan. Pasal 4 serta
Pasal 5 KUHAP menjelaskan tentang pejabat yang melakukan
kewajiban dalam penyelidikan. Sedangkan Pasal 6, 7, dan 8 KUHAP
menyatakan tentang pejabat yang melakukan atau menerapkan
kewajiban sebagai penyidik. Hal ini di karenakan supaya tidak terjadi
lagi terjadi tumpang tindih, serta merupakan efisiensi upaya
penyelidikan. Mengenai tugas dan wewenang penyelidik dapat
ditemukan dalam Pasal 5 KUHAP :
Penyidik yang dimaksud Pasal 4:
a. Karena kewajibannya mempunyai wewenang :
(1) Menerima laporan atau pengaduan dari seseorang.
(2) Mencari keterangan dan barang bukti.
14 Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan KUHAP
21
(3) Menyuruh berhenti seorang yang dicurigai dan menanyakan
serta memeriksa tanda pengenal diri.
(4) Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang
bertanggungjawab.
b. Atas perintah penyidik dapat melakukan tindakan berupa :
(1) Penangkapan, larangan meninggalkan tempat, penggeledah
an dan penyitaan.
(2) Pemeriksaan dan penyitaan surat.
(3) Mengambil sidik jari dan memotret seseorang.
(4) Membawa dan menghadapkan seseorang pada penyidik.
3. Alur penyelidikan
Dalam proses penyelidikan dalam Pasal 12 Peraturan Kapolri
Nomor 14 Tahun 2012 Tentang Manajemen Penyelidikan Tindak Pidana :
1. Kegiatan penyelidikan sebagaimana dimaksud dalam pasal 11
meliputi :
- Pengolahan TKP
- Pengamatan
- Wawancara
- Pembuntutan
- Penyamaran
- Pelacakan
- Penelitian dan analisis dokumen
b. sasaran peyelidikan meliputi :
22
- orang
- benda atau barang
- tempat
- peristiwa kejadian
- kegiatan.15
a. Proses Penyidikan tindak pidana16
Bagan 1 Alur proses penyidikan tindak pidana
15 Ahmad iksan, amin purnawan, latthifah hanim. 2017. proses pelaksanaan penyelidikan
dan penyidikan tindak pidana fidusia di polres demak. Semarang. Jurnal hukum khaira ummah.
Vol. 12. No 4. Fakultas Hukum. UNISSULA. Hal. 847. 16 Bagan alur proses penyidikan SATRESKRIM Polres Malang Kota.
Peraturan Kapolri nomor
14 Tahun 2012, lidik
sebelum ada laporan
setelah ada LP adalah
sidik
Di duga ada unsur
pidana Tidak di tingkatkan ke
tahap sidik ( SP2HP)
Alat bukti yang sesuai Barang bukti ( pasal
39 KUHP )
Laporan/ pengaduan
Laporan polisi
Lidik
Sidik
k
CARI & KUMPULKAN BUKTI BUAT TERANG TP TEMUKAN TERSANGKA
KUHAP
BUKTI (Perkap 14 2012- alat bukti )
BUKTI YANG
SAH
- LP
- MAX 2 ALAT
BUKTI YG SAH
SP3
1. BKN TP
2. TDK CUKUP
BUKTI
3.DEMI HUKUM
- TSK MD
- NEBIS IN IDEM
- KADALUARSA
- DELIK ADUAN
DI CABUT
23
b. Pembuatan resume dalam Berita acara pemeriksaan
a. Dasar
- laporan polisi
- surat perintah penyidikan
- surat pemberitahuan di mulainya penyidikan
b. perkara
- kronologi secara singkat
c. fakta-fakta
- pemanggilan
- perintah membawa
- penangkapan
- penahanan
- penggeledahan
- penyitaan
TERBUKTI BERSALAH
1. KET SAKSI
2. KET AHLI
3. SURAT
4. PETUNJUK
5. KET TERDAKWA
BENDA YANG
DAPAT DISITA
UNTUK
MENAMBAH
KEYAKINAN HAKIM
PASAL 183 KUHP” PEMBUKTIAN NEGATIF” SEKURANG
KURANGNYA 2 ALAT BUKTI YANG SAH
ADANYA KEYAKINAN HAKIM
24
- keterangan saksi-saksi
- keterangan tersangka
d. pembahasan
- analisa kasus ( kronologi )
- analisa yuridis
e. kesimpulan
f. penutup17
4. Alat-Alat Bantu POLRI Dalam Penyelidikan
a. Laboratorium Forensik
Laboraturium Forensik Polri merupakan bagian dari struktur
organisasi Polri yang mempunyai tugas ataupun fungsi selaku pembina,
pelaksana kriminalistik/ Forensik, sebagai ilmu yang penerapannya
untuk memberikan dukungan teknis dalam penyelidikan/ penyidikan
tindak pidana. Hal tersebut dilakukan melalui pemeriksaan barang bukti
secara laboratoris kriminalistik maupun pemeriksaan secara teknis
kriminalistik di tempat kejadian perkara, sejalan dengan perkembangan
arus reformasi dan kemajuan ilmu pengetahuan dan tehnologi.
Peran Laboratorium Forensik Polri sebagai ahli dibidangnya sesuai
pasal 7 ayat (1) huruf h dan pasal 120 ayat (1) KUHAP dalam
pengolahan Tempat Kejadian Perkara (TKP) dengan penerapan metode
scientific crime investigation (SCI). Oleh karena itu merupakan
17 Wawancara dengan Brigadir Santi Aman. Penyidik RESMOB Polres Malang Kota. 14
Februari 2018.
25
momentum yang tepat bagi Polri untuk senantiasa memberdayakan
penyidikan secara ilmiah (Scientific Crime Investigation/SCI).
Implementasi SCI/Kriminalistik/Forensik dalam olah TKP
merupakan jaminan mutu (Quality Assurance) dan kendali mutu
(Quality control). Dalam pelaksanaan olah TKP Implementasi tersebut
berperan penting terhadap proses menciptakan keyakinan hakim guna
penetapan putusan peradilan dan merupakan alat bukti yang sah tidak
terbantahkan karena berdasarkan kaidah-kaidah ilmiah.18
b. Anjing pelacak
Fungsi anjing pelacak :
1. sebagai alat untuk menyelidiki tempat, kedudukan diamana para
pelaku peristiwa atau kejadian, korban dan barang bukti berada
setelah peristiwa terjadi.
2. Sebagai alat bantu untuk menangkap para pelaku jika pelaku
melarikan diri.
Anjing pelacak membantu proses penyelidikan dan penyidikan
sebagai alat bantu mencari bekas dan jejak, barang bukti, dan terduga
pelaku tindak pidana. Penyelidikan dan penyidikan dengan
menggunakan anjing pelacak dapat dikatakan berhasil dan sah jika :
a. Bekas dan jejak yang dilacak benar bekas jejak pelaku peristiwa
atau kejadian
18 Teguh Prihmono, Umar Ma’ruf, Sri Endah Wahyuningsih. 2018. Peran Laboratorium
Forensik Polri Sebagai Pendukung Penyidikan Secara Ilmiah Dalam Sistem Peradilan Pidana Di
Indonesia. Vol. 13. No. 1 Fakultas Hukum
UNISSULA Semarang
26
b. Barang bukti yang dicari dapat ditemukan dalam pelacakan dan
benar berhubungan dengan peristiwa atau kejadian
c. Dapat dikatakan tersangka jika pada badan atau tempat orang yang
dicurigai terdapat barang bukti yang berhubungan dengan
peristiwa atau kejadian serta ada pengakuan tanpa paksaan dan
dikuatkan berdasarkan bukti-bukti.
Macam-macam jenis peristiwa kejadian yang dapat dilacak dengan
anjing pelacak :
- Pencurian
- Perampokan
- Penodongan
- Pemerkosaan
- Pembunuhan
- Pengerusakan
anjing pelacak berfungsi sebagai mitra polisi dalam satuan
kepolisan K-9 salah satunya yang bertugas melacak jejak. Jejak atau
bekas berkaitan dengan pelacakan oleh anjing pelacak karena bekas
atau jejak yang akan digunakan sumber untuk tugas pelacakan oleh
anjing pelacak serta pawangnya dalam hal ini adalah polisi khusus
yang diberi pendidikan untuk bisa melatih anjing. Jejak merupakan
bekas yang ditinggalkan makhluk hidup di karenakan kepindahan
dari suatu tempat ke tempat yang lain.
Macam-macam bekas :
27
a. Bekas-bekas yang dapat dilihat :
- Telapak kaki, telapak tangan, sepatu dll.
- Tetesan darah, minyak.
- Bekas terinjaknya rumput dan tumbuhan-tumbuhan lain.
- Barang-barang yang ditinggalkan oleh pelaku.
b. Bekas sepintas lalu dapat dilihat
Untuk dapat menimbulkan bekas harus menggunkan
peralatan modern atau zat kimia supaya dapat menjadi nyata dan
jelas dapat di lihat seperti bekas sidik jari.
c. Bekas yang tidak bisa dilihat
Bekas merupakan rahasia bagi kita karena bekas tidak dapat
dilihat dengan mata dari bentuk atau warna, meski menggunakan
peralatan canggih, manusia tetap mengalami kesulitan untuk
mengetahuinya. Tetap bagaimanapun kecilnya ssuat bekas atau
jejak pasti memiliki bau pada batasan tertentu. Untuk dapat
menimbulkan bekas atau jejak satunya cara dengan hidung anjing,
dengan cara berjalan mengikuti atau membaui. Polri
menggunakan anjing pelacak untuk membantu tugasnya dalam
mendeteksi jejak atau bekas penjahat yang petugas tidak bisa
dideteksi.19
19Oldy Andrelin Newaherman , Diah Gusitiniati, Firganefi. Fungsi Anjing Pelacak Sebagai
Alat Bantu Penyidikan Dalam Mendapatkan Barang Bukti Tindak Pidana.
28
c. Unit INAFIS
Dalam proses penyidikan ada satu unit khusus yang kepolisian
untuk mengumpulkan bukti bukti guna membantu proses penyidikan
suatu perkara, unit khusus ini di sebut dengan INAFIS ( Indonesia
Automatic Fingerprint System). Unit ini merupakan unsur pelaksana
teknis pada di Reskrim, yang berada di bawah naungan payung
Direktorat Reserse dan Kriminal unit identifikasi bertugas membina dan
menyelenggarakan fungsi identifikasi meliputi kegiatan Daktiloskopi
kriminal, dastilokopi umum, dan fotografi kepolisian. Unit ini di pimpin
oleh kepala bidang/sie ident yang bertanggung jawab kepada Direktorat
reskrim dan pelaksanaan tugas sehari-hari di bawah Wakil Direktorat
Reskrim.20
Adapun alat-alat yang di gunakan unit INAFIS dalam melakukan
penyelidikan :
- Kuas khusus sidik jari
Untuk mencari sidik jari yang tertinggal di Tempat kejadian
Perkara dengan menggunakan serbuk khusus sidik jari ( Black
powder fingerprint ).
- Serbuk khusus sidik jari ( Black powder fingerprint )
Untuk mencari sidik jari yang tertinggal di Tempat kejadian
Perkara dengan menggunakan kuas khusus.
- Kaca pembesar
20 Jogja polri, inafis, http://www.jogja.polri.go.id. tanggal akses 8 november 2018.
29
Untuk melihat kwalitas sidik jari yang ada secara kasat mata.
- Tinta sidik jari
Di gunakan untuk pengambilan sampel sidik jari korban
maupun saksi-saksi yang di perlukan.
- Kamera
- Kompor listrik
Bilamana memerlukan pembakaran Search iodine crystal
ampol.
- Plastik penutup
Untuk proses pembakaran Search iodine crystal ampol.
- Search iodine crystal ampol
Di gunakan pada saat pencarian sidik jari di kertas.
- MAMBIS
Mambis ini adalah alat yang di gunakan untuk mencari
informasi data melalui Fingger Print korban maupun terduga
pelaku yang di dapat di TKP.
- IPS ( Informasi Portable Sistem )
Alat yang di gunakan untuk mencari data base kartu identitas
yang terkoneksi dengan internet.
- AK 47
30
Alat yang di gunakan untuk mencari data base kartu identitas
yang terkoneksi dengan internet di dalam satu koper berisi
printer, laptop, finger scaner, baterai.21
C. Pengertian Identifikasi Dalam Proses Penyelidikan
Identifikasi berasal dari kata identify yang artinya meneliti, menelaah.
Identifikasi adalah kegiatan yang mencari, menemukan, mengumpulkan,
meneliti, mendaftarkan, mencatat data dan informasi dari kebutuhan
lapangan.22
Sesuai dengan Pasal 14 ayat 1 huruf g dan h Undang-undang Nomor 2
Tahun 2002 Tenatng Kepolisian Negara Republik Indonesia Dalam
melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13,
Kepolisian Negara Republik Indonesia bertugas, huruf g, melakukan
penyelidikan dan penyidikan terhadap semua tindak pidana sesuai dengan
hukum acara pidana dan peraturan perundang-undangan lainnya. Huruf h,
menyelenggarakan identifikasi kepolisian, kedokteran kepolisian,
laboratorium forensik dan psikologi kepolisian untuk kepentingan tugas
kepolisian.
D. Kedokteran Forensik
a. Pengertian Forensik
Ilmu forensik ialah ilmu yang dipergunakan guna keperluan hukum
dengan memberikan bukti ilmiah yang bisa digunakan dalam pengadilan
21 Wawancara dengan IPTU Subandi. PAUR IDEN INAFIS Polres Malang Kota. 29
November 2018. 22 Wikipedia, pengertian identifikasi, https://id.m.wikipedia.org, diakses tanggal 17 januari
2019.
31
dalam memecahkan suatu kejahatan. Forensik merupakan bidang ilmu
pengetahuan yang dipergunakan membantu proses penegakan keadilan
melalui proses penerapan ilmu atau sains. Forensik adalah bidang ilmu
pengetahuan yang dipergunakan untuk membantu proses penegakan
keadilan melalui proses penerapan ilmu sains. Pada prinspnya, Ilmu
Kedokteran Forensik dapat dikelompokkan kedalam ilmu forensik; seperti
misalnya Ilmu Kimia Forensik, Ilmu Fisika Forensik, Ilmu Psikiatri
Forensik, Balisik, Dektiloskopi dan sebagainya.23
b. Fungsi Forensik
Fungsi ilmu forensik tersebut, termasuk Ilmu Kedokteran Forensik
ialah :
1. Membantu penegakan hukum untuk menentukan apakah suatu
peristiwa yang sedang diselidiki merupakan peristiwa pidana atau
bukan
2. Membantu penegakan hukum untuk mengetahui bagaimana proses
tindak pidana tersebut, meliputi;
- Kapan dilakukan
- Dimana dilakukan
- Dengan apa dilakukan
- Bagaimana cara dilakukan
- Apa akibatnya
- Membantu penegakan hukum mengetahui identitas korban
23 Ramadinne Nuzunulriyanti, Firganefi, Budi Rizki Husin. 2018. Fungsi Ilmu Kedokteran
Forensik Dalam Mengungkap Kasus Pembunuhan Terhadap Ibu Dan Anak. lampung. jurnal ilmu
hukum. fakultas hukum. universitas lampung.
32
- Membantu penegakan hukum mengetahui identitas pelaku.24
c. Visum Et Repertum
Visum et Repertum (VeR) adalah keterangan tertulis yang dibuat
dokter atas dasar permintaan penyidik yang berwenang mengenai hasil
pemeriksaan medis terhadap manusia, hidup ataupun mati, ataupun bagian/
diduga bagian tubuh manusia, berdasarkan keilmuannya dan di bawah
sumpah, di pergunakan untuk kepentingan peradilan. Visum et repertum
berperan sebagai salah satu alat bukti yang sah di dalam proses
pembuktian perkara pidana terhadap kesehatan dan jiwa manusia. Dalam
VeR terdapat uraian hasil pemeriksaan medis yang tertuang dalam bagian
pemberitaan, yang karenanya dapat dianggap sebagai pengganti barang
bukti. VeR juga memuat keterangan atau pendapat dokter mengenai hasil
pemeriksaan medis yang tertuang dalam bagian kesimpulan.25
E. Tindak Pidana Pembunuhan
Tindak pidana menurut simons adalah suatu tindakan melanggar hukum
yang telah dilakukan dengan sengaja ataupun tidak sengaja oleh seseorang
yang dapat di pertanggungjawabkan atas tindakannya dan yang oleh undang-
undang telah dinyatakan sebagai suatu tindakan yang dapat di hukum.
Dengan batasan seperti ini, maka menurut simons, adanya suatu tindak pidana
harus di penuhi unsur-unsur sebagai berikut :
24 Ibid. 25 Yulia Monita dan Dheny Wahyudhi. 2013. Peranan Dokter Forensik Dalam Pembuktian
Perkara Pidana. jambi. jurnal ilmu hukum. vol. 6 no. 7. fakultas hukum. universitas jambi. hal.
132.
33
a) Perbuatan manusia, baik dalam arti perbuatan positif ( berbuat )
maupun perbuatan negatif ( tidak berbuat )
b) Di ancam dengan pidana
c) Melawan hukum
d) Dilakukan dengan kesalahan
e) Oleh orang yang mampu bertanggungjawab.26
Tindak pidana menurut simons di jelaskan bahwa harus adanya perbuatan
yang dilakukan yang mana telah melanggar ketentuan norma yang mengatur
atau perbuatan melawan hukum yang mana di ancam dengan pidana serta
dalam hal penghukuman sendiri haruslah orang yang mampu bertanggung
jawab, yang mana kemampuan bertanggung jawab sendiri ada dalam Pasal 44
ayat 1 yang menyatakan “ barang siapa melakukan perbuatan yang tidak
dapat di pertanggungkan kepadanya karena jiwanya cacat dalam pertumbuhan
atau tergganggu karena penyakit.
Suatu tindak pidana dapat terdiri dari suatu pelanggaran terhadap suatu
larangan atau dapat juga terdiri dari suatu pelanggaran terhadap suatu
keharusan.27
Tindak pidana atau Pembunuhan secara terminologi berarti perkara
membunuh, atau perbuatan membunuh. Sedangkan dalam istilah KUHP
pembunuhan adalah kesengajaan menghilangkan nyawa orang lain, Tindak
pidana pembunuhan dianggap sebagai delik material bila delik tersebut
selesai dilakukan oleh pelakunya dengan timbulnya akibat yang dilarang atau
26 Tongat.2012. dasar-dasar hukum pidana indonesia. Malang. UMM Press. Hlm 95. 27 P.A.F. Lamintang. 2013. Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia. Bandung. .hlm.213
34
yang tidak dikehendaki oleh Undang-undang. Bentuk kesalahan tindak pidana
menghilangkan nyawa orang lain ini dapat berupa sengaja (dolus) dan tidak
sengaja (alpa). Kesengajaan adalah suatu perbuatan yang dapat terjadi dengan
direncanakan terlebih dahulu atau tidak direncanakan. Tetapi yang penting
dari suatu peristiwa itu adalah adanya niat yang diwujudkan melalui
perbuatan yang dilakukan sampai selesai.28
1. Pengertian Tindak Pidana Pembunuhan
Dalam Pasal 338 KUHP telah di atur mengenai klasifikasi tindak
pidana pembunuhan, dalam Pasal 338 KUHP menyatakan :
Barangsiapa dengan sengaja merampas nyawa orang lain, di ancam
karena pembunuhan dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun.
Adapun penjelas dari Pasal 338 KUHP menurut R soesilo adalah :
1. Kejahatan ini dinamakan, “makar mati” atau “ pembunuhan”
(doodslag). Disini di perlukan perbuatan yang mengakibatkan
lematian orang lain, sedangkan kematian itu di sengaja, artinya
dimaksud, termasuk dalam niatnya.
2. Sebaliknya pembunuhan itu harus dilakukan segera sesudah timbul
maksud untuk membunuh itu tidak dengan pikir-pikir lebih
panjang.
28 Willa Maysela F. 2015. Peranan Unit Identifikasi Direktorat Reserse Kriminal Umum
Polisi Daerah Riau Dalam Mengungkap Pelaku Tindak Pidana Pembunuhan Berencana
Menggunakan Metode Dactiloscopy. Vol I. JOM Fakultas Hukum.
35
3. Jika pembunhan itu dilakukan atas permintaan yang dinyatakan
dengan sungguh-sungguh dari orang yang di bunuh itu, maka di
ancam dengan pasal ringan.29
Tindak pidana pembunuhan sendiri dalam KUHP telah di atur mulai
dari Pasal 338 sampai dengan Pasal 350 yang mana unsur perbuatanya
yaitu dengan merampas nyawa orang lain. Dalam hal kejahatan terhadap
nyawa ini haruslah dengan kesengajaan untuk menghilangkan nyawa
orang lain.
2. Jenis-Jenis Tindak Pidana Pembunuhan
Ada beberapa jenis tindak pidana pembunuhan yang mana di atur
ke dalam Pasal 338 sampai dengan Pasal 350, adapun jenis perbuatan
tindak pidana adalah sebagai berikut :
- Pasal 338
Barang siapa dengan sengaja merampas nyawa orang lain,
di ancam karena pembunuhan dengan pidana penjara paling
lama lima belas tahun.
- Pasal 339
Pembunuhan yang di ikuti, disertai atau didahuli oleh suatu
delik, yang dilakukan dengan maksud untuk mempersiapkan
atau mempermudah pelaksanaanya, atau untuk melepaskan diri
sendiri maupun peserta lainya dari pidana dalam hal tertangkap
tangan, ataupun untuk memastikan penguasaan barang yang
29 R soesilo. 1995. penjelasan KUHP. Bogor. hlm.240
36
diperolehnya secara melawan hukum, di ancam dengan pidana
penjara seumur hidup atau selama waktu tertentu, paling lama
dua puluh tahun.
- Pasal 340
Barang siapa dengan sengaja dan dengan rencana terlebih
dahulu merampas nyawa orang lain, diancam dengan pidana
mati atau pidana penjara seumur hidup atau selama waktu
tertentu, paling lama dua puluh tahun.
- Pasal 341
Seorang ibu yang karena takut akan ketahuan melahirkan
seorang anak pada saat anak dilahorkan atau tidak lama
kemudian, dengan sengaja merampas nyawa anaknya, di ancam
karena membunuh anak sendiri, dengan pidana penjara paling
lama tujuh tahun.
- Pasal 342
Seorang ibu yang utuk melaksanakan niat yang di tentukan
karena takut akan ketahuan bahwa ia akan melahirkan anak,
pada saat anak dilahirkan atau tidak lama kemudian merampas
nyawa anaknya, di ancam karena melakukan pembunuhan anak
sendiri dengan rencana, dengan pidana penjara paling lama
sembilan tahun.
- Pasal 343
37
Kejahatan yang di terangkan dalam pasal 341 dan 342 di
pandang bagi orang lain yang turut serta melakukan, sebagai
pembunuhan atau pembunuhan anak berencana.
- Pasal 344
Barang siapa sengaja mendorong orang lain untuk bunuh
diri, menolongnya dalam perbuatan itu memberi sarana
kepadanya untuk itu, diancam dengan pidana penjara paling
lama empat tahun kalau orang itu jadi bunuh diri.
- Pasal 346
Seorang wanita yang sengaja menggugurkan atau
mematikan kandungannya atau menyuruh orang lain untuk itu,
di ancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun.
- Pasal 347
(1) Barang siapa dengan sengaja menggugurkan atau,
mematikan kandungan seorang wanita tanpa
persetujuannya, di ancam dengan pidana penjara paling
lama dua belas tahun.
(2) Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut,
di ancam dengan pidana penjara paling lama lima belas
tahun.
- Pasal 348
(1) Barang siapa dengan sengaja menggugurkan atau
mematikan kandungan seorang wanita dengan persetujuan
38
nya, di ancam dengan pidana penjara paling lama lima
tahun enam bulan.
(2) Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut,
di ancam dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun.
- Pasal 349
Jika seorang dokter, bidan atau juru obat membantu
melakukan kejahatan berdasarkan pasal 346, ataupun
melakukan atau membantu melakukan salah satu kejahatan
yang di terangkan dalam pasal 347 dan 348, maka pidana yang
ditentukan dalam pasal itu dapat di tambah dengan sepertiga
dan dapat di cabut hak untuk menjalankan pencaharian dalam
mana kejahatan dilakukan.
- Pasal 350
Dalam hal pemidanaan karena pembunuhan, karena
pembunuhan berencana, atau karena salah satu kejahatan
berdasarkan pasal 344, 347 dan 348, dapat di jatuhkan
pencabutan hak berdasarkan pasal 35 No. 1-5.30
30 Kitab Undang-undang Hukum Pidana