Post on 02-Mar-2019
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Tinjauan Teori Medis
1. Keluarga Berencana ( KB )
a. Pengertian Keluarga Berencana
Menurut WHO Keluarga Berencana adalah tindakan yang
membantu individu atau pasangan suami istri untuk :
1) Mendapatkan objektif–objektif tertentu
2) Menghindari kelahiran yang tidak diinginkan
3) Mendapatkan kelahiran yang memang diinginkan
4) Mengantur interval diantara kehamilan.
5) Mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan
umur suami istri.
6) Menentukan jumlah anak dalam keluarga.
(Hanafi.2004.h;27)
b. Tujuan Keluarga Berencana
Tujuan umumnya adalah membentuk keluarga kecil sesuai
dengan kekuatan sosial ekonomi suatu keluarga, dengan cara
pengaturan kelahiran anak agar diperoleh suatu keluarga bahagia
dan sejahtera yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya.
(Sulistiawati.2012.h;13)
Tujuan umum lainnya yaitu untuk lima tahun kedepan
mewujudkan visi dan misi program KB yaitu membangun kembali
11
Asuhan Kebidanan pada..., Izzatun Nafsiyah, Kebidanan DIII UMP, 2013
dan melestarikan pondasi yang kokoh bagi pelaksana program KB
di masa mendatang untuk mencapai keluarga berkualitas tahun
2015.(Handayani.2010.h;29)
2. Kontrasepsi
Kontrasepsi adalah usaha–usaha untuk mencegah terjadinya
kehamilan. Usaha–usaha ini ada yang bersifat sementara dan ada
yang bersifat permanen.(Sarwono.2007.h;534)
Kontrasepsi merupakan bagian dari pelayanan kesehatan
reproduksi untuk pengaturan kehamilan. (Saefuddin.2006.h;U-46).
Adapun kontrasepsi yang ideal harus memenuhi syarat–syarat
sebagai berikut :
a. Dapat dipercaya
b. Tidak menimbulkan efek yang mengganggu kesehatan.
c. Daya kerjanya dapat diatur menurut kebutuhan.
d. Dapat diterima penggunaannya oleh pasangan yang
bersangkutan.
e. Harganya terjangkau oleh semua masyarakat.
f. Mudah pelaksanaannya.
(Sarwono.2007.h;534)
3. Pelayanan Kontrasepsi
Ada 2 tujuan pelayanan kontrasepsi antara lain :
a. Tujuan umum :
Pemberian dukungan dan pemantapan penerimaan gagasan
KB yaitu dihayatinya NKKBS.
Asuhan Kebidanan pada..., Izzatun Nafsiyah, Kebidanan DIII UMP, 2013
b. Tujuan pokok :
Penurunan angka kelahiran yang bermakna.
Guna mencapai tujuan tersebut maka ditempuh
kebijaksanaan mengkatagorikan tiga fase untuk mencapai
sasaran yaitu :
1) Fase menunda perkawinan atau keseburan.
2) Fase menjarangkan kehamilan.
3) Fase menghentikan atau mengakhiri kehamilan atau
kesuburan.
Maksud kebijaksanaan tersebut yaitu untuk
menyelamatkan ibu dan anak akibat melahirkan pada usia
muda, jarak kelahiran yang terlalu dekat dan melahirkan
pada usia tua.
1) Fase menunda atau mencegah kehamilan
Fase menunda kehamilan bagi PUS dengan usia
istri kurang dari 20 tahun dianjurkan untuk menunda
kehamilannya.
Alasan menunda kehamilan :
a) Umur di bawah 20 tahun adalah usia yang sebaiknya
tidak mempunyai anak dulu karena berbagai alasan.
b) Prioritas penggunaan kontrasepsi pil oral, karena
peserta masih muda.
c) Penggunaan kondom kurang menguntungkan,
karena pasangan muda masih tinggi frekuensi
Asuhan Kebidanan pada..., Izzatun Nafsiyah, Kebidanan DIII UMP, 2013
bersenggamanya, sehingga akan mempunyai
kegagalan tinggi.
d) Penggunaan IUD-mini bagi yang belum mempunyai
anak pada masa ini dapat dianjurkan, terlebih bagi
calon peserta dengan kontra-indikasi terhadap pil
oral.
Ciri-ciri kontrasepsi yang diperlukan :
a) Reversibilitas yang tinggi, artinya kembalinya
kesuburan dapat terjamin hampir 100%, karena pada
masa ini peserta belum mempunyai anak.
b) Efektifitasnya yang tinggi, karena kegagalan akan
menyebabkan terjadinya kehamilan dengan resiko
tinggi dan kegagalan ini merupakan kegagalan
program.
2) Fase menjarangkan kehamilan
Periode usia istri antara 20-30/35 tahun merupakan
periode usia paling baik untuk melahirkan dengan jumlah
anak 2 orang dan jarak antara kelahiran adalah 2-4
tahun.
Alasan menjarangkan kehamilan :
a) Umur antara 20-30 tahun merupakan usia yang
terbaik untuk mangandung dan melahirkan.
b) Segera setelah anak pertama lahir, maka dianjurkan
untuk memakai IUD sebagai pilihan utama.
Asuhan Kebidanan pada..., Izzatun Nafsiyah, Kebidanan DIII UMP, 2013
c) Kegagalan yang menyebabkan kehamilan cukup
tinggi namun disini tidak atau kurang berbahayanya
karena yang bersangkutan berada pada usia
mengandung dan melahirkan yang baik.
d) Di sini kegagalan kontrasepsi bukanlah kegagalan
program.
Ciri-ciri kontrasepsi yang diperlukan :
a) Efektivitasnya cukup tinggi.
b) Reversibilitas cukup tinggi kerena peserta masih
mengharapkan punya anak lagi.
c) Dapat dipaki 2 sampai 4 tahun yaitu sesuai dengan
jarak kehamilan anak yang direncanakan.
d) Tidak menghambat ASI, karena ASI adalah makanan
terbaik untuk bayi sampai umur 2 tahun dan akan
mempengaruhi angka kesakitan dan kematian anak.
3) Fase menghentikan atau mengakhiri kehamilan atau
kesuburan.
Periode umur istri di atas 30 tahun terutama di atas
35 tahun, sebaiknya mengakhiri kesuburan setelah
mempunyai 2 orang anak.
Alasan mengakhiri kesuburan :
a) Ibu-ibu dengan usia di atas 30 tahun dianjurkan untuk
tidak hamil atau tidak punya anak lagi, karena alasan
medis dan alasan lainnya.
b) Pilihan utama adalah kontrasepsi mantap.
Asuhan Kebidanan pada..., Izzatun Nafsiyah, Kebidanan DIII UMP, 2013
c) Pil oral kurang dianjurkan kerena usia ibu relative tua
dan mempunyai kemungkinan timbulnya akibat
sampingan dan komplikasi.
Ciri-ciri kontrasepsi yang diperlukan :
a) Efektivitas sangat tinggi. Kegagalan menyebabkan
terjadinya kehamilan dengan resiko tinggi bagi ibu
dan anak, di samping itu akseptor tersebut memang
tidak mengharapkan punya anak lagi.
b) Dapat dipakai untuk jangka panjang.
c) Tidak menambah kelainan yang sudah ada. Pada
masa usia tua kelainan seperti penyakit jantung,
darah tinggi, keganasan dan metabolik biasanya
meningkat, oleh karena itu sebaiknya tidak diberikan
cara kontrasepsi yang menambah kelainan tersebut.
(Hanafi.2004.h;30-32)
4. Metode Kontrasepsi
a. Metode Kontrasepsi Sederhana Tanpa Alat
1) Metode Kontrasepsi Alamiah
a) Metode Kalender atau Metode Ritmik
Metode kalender adalah metode yang digunakan
berdasarkan masa subur dimana harus menghindari
hubungan seksual tanpa perlindungan kontrasepsi
pada hari ke 8-19 siklus menstruasinya.
(Handayani.2010.h;57)
Asuhan Kebidanan pada..., Izzatun Nafsiyah, Kebidanan DIII UMP, 2013
b) Metode Suhu Basal Badan (THERMAL)
Suatu metode kontrasepsi yang dilakukan dengan
mengukur suhu tubuh untuk mengetahui suhu tubuh
basal, untuk menentukan masa ovulasi.
(Handayani.2010.h;60-61).
c) Metode lendir serviks
Metode kontrasepsi dengan menghubungkan
pengawasan terhadap perubahan lendir serviks wanita
yang dapat dideteksi di vulva.(Handayani.2010.h;63)
d) Metode Sympto Thermal
Metode kontrasepsi yang dilakukan dengan
mengamati perubahan lendir dan perubahan suhu
badan tubuh. (Handayani.2010.h;66)
2) Metode Amenorea Laktasi (MAL)
Metode Amenorhea Laktasi adalah kontrasepsi yang
mengandalkan pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara
eksklusif, artinya diberikan ASI tanpa tambahan makanan
atau minuman apa pun lainnya. (Saefuddin.2006.h;MK-1)
3) Metode Senggama Terputus
Metode kontrasepsi dimana senggama diakhiri sebelum
terjadinya ejakulasi intra-vagina. Ejakulasi terjadi jauh dari
genetalia eksterna. (Handayani.2010.h;70)
Asuhan Kebidanan pada..., Izzatun Nafsiyah, Kebidanan DIII UMP, 2013
b. Metode Sederhana Dengan Alat
1) Kondom
Suatu selubung atau sarung karet yang terbuat dari
berbagai bahan diantaranya lateks (karet), plastic (vinil),
atau bahan alami (produksi hewani) yang dipasang pada
penis (kondom pria) atau vagina (kondom wanita) pada
saat berhubungan seksual. (Handayani.2010.h;71-72)
2) Spermisida
Zat–zat kimia yang kerjanya melumpuhkan spermatozoa di
dalam vagina sebelum spermatozoa bergerak kedalam
traktus genetalia interna. (Handayani.2010.h;76-77)
3) Diafragma
Kap berbentuk bulat cembung, terbuat adari lateks (karet)
yang dimasukkan ke dalam vagina sebelum melakukan
hubungan seksual dan menutupi serviks.
(Handayani.2010.h; 82)
4) Kap Serviks
Suatu alat kontrasepsi yang hanya menutupi serviks saja.
(Handayani.2010.h;90)
Asuhan Kebidanan pada..., Izzatun Nafsiyah, Kebidanan DIII UMP, 2013
c. Metode Modern
1) Kontrasepsi Hormonal
a) Pil Oral Kombinasi
(1) Pengertian
Pil Kombinasi merupakan pil kontrasepsi yang
berisi hormone sintesis estrogen dan progesterone.
(Handayani.2010.h;98)
(2) Jenis
(a) Monofasik adalah pil yang tersedia dalam
kemasan 21 tablet mengandung hormone aktif
estrogen atau progestin dalam dosis yang
sama, dengan 7 tablet tanpa hormone aktif.
(b) Bifasik adalah pil yang tersedia dalam kemasan
21 tablet mengandung hormonaktif estrogen
atau progestin (E/P) dengan dua dosis yang
berbeda, dengan 7 tablet tanpa hormone aktif.
(c) Trifasik adalah pil yang tersedia dalam
kemasan 21 tablet mengandung hormone aktif
estrogen atau progestin (E/P) dengan tiga dosis
yang berbeda, dengan 7 tablet tanpa hormone
aktif.
(Saefuddin.2006.h;MK-28-29)
Asuhan Kebidanan pada..., Izzatun Nafsiyah, Kebidanan DIII UMP, 2013
b) Pil progestin
(1) Pengertian
Pil progestin merupakan pil kontrasepsi yang berisi
hormone sintetis progesterone.
(2) Jenis
(a) Kemasan dengan isi 35 pil : 300ig levonogestrel
atau 350ig noretindron.
(b) Kemasan dengan isi 28 pil : 75ig norgestrel.
( Handayani, 2010; h. 103 )
c) Suntikan
(1) Suntikan Kombinasi
(a) Pengertian
Suntik kombinasi merupakan kontrasepsi suntik
yang berisi hormone sintetis estrogen dan
progesterone. (Handayani.2010.h;106)
(b) Jenis
i. 25 mg Depo Medroksiprogesteron Asetat
dan 5 mg Estradiol Sipionat yang diberikan
injeksi I.M. sebulan sekali ( Cyclofem ).
ii. 50 mg Noretindron Enantat dan 5 mg
Estradiol Valerat yang diberikan sebulan
sekali secara I.M.
(Saefuddin.2006.h;MK-34)
Asuhan Kebidanan pada..., Izzatun Nafsiyah, Kebidanan DIII UMP, 2013
(2) Suntikan Progestin
(a) Pengertian
Merupakan kontrasepsi suntikan yang berisi
hormone progesterone.(Handayani.2010.h;111)
(b) Jenis
i. Depo Medroksiprogesteron Asetat
(Depoprovera), mengandung 150 mg
DMPA, yang diberikan setiap 3 bulan
dengan cara injeksi I.M. (didaerah bokong).
ii. Depo Noretisteron Enantat, (Depo
Noristerat), yang mengandung 200 mg
Noretindron Enatat, diberikan setiap 2 bulan
dengan cara disuntik I.M.
(Saefuddin.2006.h;MK-41)
d) Kontrasepsi bawah kulit (Implant)
(1) Pengertian
Salah satu jenis alat kontrasepsi yang berupa
susuk yang terbuat dari sejenis karet silastik yang
berisi hormon, dipasang pada lengan atas.
(Handayani.2010.h;116)
(2) Jenis
(a) Norplant (6 batang)
(b) Implanon (1 batang)
(c) Indoplant dan jadena (2 batang)
(d) Norplant-2 (2 batang)
Asuhan Kebidanan pada..., Izzatun Nafsiyah, Kebidanan DIII UMP, 2013
(Saefuddin.2006.h;MK-53-54)
2) AKDR (IUD)
a) Pengertian
Suatu alat yang dimasukkan ke dalam rahim wanita
untuk tujuan kontrasepsi. (Handayani.2010.h;139)
b) Jenis
(1) AKDR CuT-380A
Kecil, kerangka dari plastic yang fleksibel,
berbentuk huruf T diselubungi oleh kawat halus
yang terbuat daritembaga (Cu).
(2) AKDR NOVA T (schering).
(Saefuddin.2006.h;MK-74)
(3) AKDR dalam bentuk yang terbuka linear (Lippes
loop, Saf-T-coil, Multiload 250, Cu-7, Cu-T, Cu T
380 A, dan lain–lain. Sedangkan AKDR dalam
bentuk tertutup sebagai cicin antara lain Ota ring,
Antigon F, Ragab ring dan lain–lain.
(Sarwono.2008.h;558)
3) Kontrasepsi Mantap
a) Pada wanita (MOW) Tubektomi
Prosedur bedah sukarela untuk menghentikan
fertilisasi (kesuburan) seorang perempuan yaitu
dengan mengoklusi tuba fallopi (mengikat dan
memotong atau memasang cincin), sehingga sperma
Asuhan Kebidanan pada..., Izzatun Nafsiyah, Kebidanan DIII UMP, 2013
tidak dapat bertemu dengan ovum.
(Saefuddin.2006.h;MK-81)
b) Pada laki-laki (MOP) Vassektomi
Upaya untuk menghentikan fertilisasi dimana fungsi
reproduksi merupakan ancaman atau gangguan
terhadap kesehatan pria dan pasangannya serta
melemahkan ketahanan dan kualitas keluarga.
(Saefuddin.2006.h;MK-85)
5. Kontrasepsi Implant
a. Definisi
Salah satu jenis alat kontrasepsi yang berupa susuk yang terbuat
dari sejenis karet silastik yang berisi hormon, dipasang pada
lengan atas.(Handayani.2010.h;116)
b. Jenis
1) Norplant
Terdiri dari 6 pasang silastik lembut berongga dengan pajang
3,4 cm, dengan diameter 2,4 mm, yang diisi dengan 36 mg
Levonorgestrel dan lama kerjanya 5 tahun.
2) Implanon
Terdiri dari satu batang putih lentur dengan panjang kira - kira
40 mm, dan diameter 2 mm, yang diisi dengan 68 mg 3-keto-
desogestrel dan lama kerjanya 3 tahun.
3) Jadena dan Indoplant
Terdiri dari 2 batang yang diisi dengan 75 mg Levonorgestrel
dengan lama kerja 3 tahun.
Asuhan Kebidanan pada..., Izzatun Nafsiyah, Kebidanan DIII UMP, 2013
(Saefuddin.2006.h;MK-53-54)
c. Norplant – 2
Norplant – 2 adalah terdiri dari dua batang silastic yang
padat, dengan panjang tiap batang 44 mm. Dengan masing-
masing batang diisi dengan 70 mg Levonorgestrel di dalam
matriks batangnya. Sangat efektif untuk mencegah kehamilan
selama 3 tahun.
Pada Implant–2 tersebut, Levonorgestrel berfungsi melalui
membran silastic dengan kecepatan yang lambat dan konstan.
Dalam 24 jam setelah insersi, kadar hormone dalam plasma darah
sudah cukup tinggi untuk mencegah ovulasi.
Pelepasan hormone tiap harinya berkisar antara 50–85
mcg pada tahun pertama, kemudian menurun 30–35 mcg perhari
untuk lima tahun berikutnya.
(Hanafi.2004.h;180)
d. Siklus Menstruasi
1) Fase folikel
Pada akhir siklus menstruasi, hipotalamus mengeluarkan
hormon gonadotropin. Hormon ini akan merangsang hipofisis
untuk melepaskan FSH atau hormon pemicu pertumbuhan
folikel. Pada awal siklus berikutnya pada hari pertama-14,
folikel akan melanjutkan perkembangannya karena pengaruh
FSH dalam ovarium. Setelah terbentuk folikel degraff dan
menghasilkan hormon estrogen yang berfungsi
Asuhan Kebidanan pada..., Izzatun Nafsiyah, Kebidanan DIII UMP, 2013
menumbuhkan endometrium dinding rahim dan memicu
sekresi lendir.
2) Fase estrus
Kenaikan estrogen digunakan untuk mempertahankan
pertumbuhan dan merangsang terjadinya pembelahan sel-sel
endometrium uterus. Selain itu juga berperan dalam
menghambat pembentukan FSH oleh hipofisis untuk
menghasilkan LH yang berperan dalam merangsang folikel
degraff yang telah masuk untuk melakukan ovulasi.
3) Fase luteal
LH merangsang folikel yang telah kosong untuk membentuk
corpus leteum. Selanjutnya corpus ini menghasilkan
progesteron yang mengakibatkan endometrium menebal dan
lembut serta banyak pembuluh darah. Uterus pada tahap ini
siap menerima dan memberi sel telur yang telah dibuahi.
4) Fase menstruasi
Apabila fertilisasi tidak terjadi produksi progesteron mulai
menurun pada hari 26. Corpus luteum berdegenerasi dan
lapisan uterus bersama dinding dalam rahim luruh sehingga
terjadi perdarahan. Biasanya haid berlangsung 7 hari, setelah
itu dinding uterus pulih kembali.
(Manuaba.2010.h;72)
Asuhan Kebidanan pada..., Izzatun Nafsiyah, Kebidanan DIII UMP, 2013
e. Cara Kerja
1) Lendir serviks menjadi kental.
Dalam 48 jam setelah pemberian progesteron sudah
tampak lendir serviks yang kental, sehingga daya penetrasi
dari spermatozoa sangat terhambat.
2) Mengganggu proses pembentukan endometrium sehingga
sulit terjadi implantasi.
a) Pemberian progesteron, eksogenous dapat
mengganggu kadar pucak FSH dan LH, walaupun
terjadi ovulasi produksi progesteron yang
berkurang dari corpus luteum menghambat
implantasi.
b) Pemberian progesteron secara sistemik dan untuk
jangka waktu yang lama menyebabkan
endometrium mengalami keadaan “istirahat” dan
atrofi.
3) Mengurangi transportasi sperma.
a) Pengangkutan ovum dapat diperlambat bila
diberikan progesteron sebelum fertilisasi.
b) Pengangkutan ovum yang lambat dapat
menyebabkan peningkatan insiden implantasi
ektopik tuba.
4) Menekan ovulasi.
Ovulasi dihambat karena terganggu fungsi proses
hipotalamus, hypophyse, ovarium dan modifikasi dari FSH
Asuhan Kebidanan pada..., Izzatun Nafsiyah, Kebidanan DIII UMP, 2013
dan LH pada pertengahan siklus yang disebabkan oleh
progesteron.
(Hanafi.2004.h;99)
f. Efektifitas
Sangat efektif (kegagalan 0,2 – 1 kehamilan per 100 perempuan).
g. Keuntungan Kontrasepsi
1) Daya guna tinggi.
2) Perlindungan jangka panjang (sampai 5 tahun).
3) Pengembaliaan tingkat kesuburan yang cepat setelah
pencabutan yaitu 1-2 bulan setelah pencabutan.
4) Tidak memerlukan pemeriksaan dalam.
5) Bebas dari pengaruh estrogen.
6) Tidak mengganggu kegiatan senggama.
7) Tidak mengganggu ASI.
8) Klien hanya perlu kembali ke klinik bila ada keluhan.
9) Dapat dicabut setiap saat sesuai dengan kebutuhan.
h. Keuntungan Nonkontrasepsi
1) Mengurangi nyeri haid
2) Mengurangi jumlah darah haid.
3) Mengurangi atau memperbaiki anemia.
4) Melindungi terjadinya kanker endometrium.
5) Menurunkan angka kejadian kelainan jinak payudara.
6) Melindungi diri dari beberapa penyebab penyakit radang
panggul.
7) Menurunkan angka terjadinya endometrium.
Asuhan Kebidanan pada..., Izzatun Nafsiyah, Kebidanan DIII UMP, 2013
(Saefuddin.2006.h;MK-54)
i. Kerugian
1) Susuk KB atau implant harus dipasang dan diangkat oleh
petugas kesehatan yang telah terlatih.
2) Lebih mahal.
3) Sering timbul perubahan pola haid.
4) Akseptor tidak dapat menghentikan implant
sekehendaknya sendiri.
5) Beberapa orang wanita mungkin segan untuk
menggunakannya karena kurang mengenalnya.
6) Implant kadang–kadang dapat terlihat oleh orang lain.
(Hanafi.2004.h;190)
j. Indikasi
1) Usia subur.
2) Telah memiliki anak ataupun yang belum.
3) Menghendaki kontrasepsi yang memiliki efektivitas tinggi
dan menghendaki pencegahan kehamilan jangka panjang.
4) Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi.
5) Pasca persalinan dan tidak menyusui.
6) Pasca keguguran.
7) Tidak menginginkan anak lagi, tetap menolak sterilisasi.
8) Tekanan darah < 180/110 mmHg, dengan masalah
pembekuan darah, atau anemia.
9) Tidak boleh menggunakan kontrasepsi hormonal yang
mengandung estrogen.
Asuhan Kebidanan pada..., Izzatun Nafsiyah, Kebidanan DIII UMP, 2013
10) Sering lupa menggunakan pil.
(Saefuddin.2006.h;MK-55)
k. Kontra Indikasi
1) Hamil atau diduga hamil.
2) Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabanya.
3) Benjolan atau kanker payudara atau riwayat kanker
payudara.
4) Tidak dapat menerima perubahan pola haid yang terjadi.
5) Mioma uterus dan kanker payudara.
6) Gangguan intoleransi glukosa.
(Saefuddin.2006.h;MK-55)
7) Penyakit hati akut.
8) Tumor hati jinak atau ganas.
9) Penyakit jantung, hipertensi, diabetes mellitus.
(Hanafi.2004.h;182)
l. Efek Samping dan Penanganannya
Menurut Saefuddin.2006.H;MK 58-59 menyatakan bahwa
efek samping dan penanganannya KB implant antara lain :
Tabel. 2.1 Efek samping dan penanganannya
Efek Samping Penanganan
1. Amenorea 1.Pastikan hamil atau tidak dan bila tidak hamil, tidak memerlukan penanganan khusus, cukup konseling saja.
2.Bila klien tetap saja tidak dapat menerima, angkat implant dan anjurkan menggunakan kontrasepsi lain.
3.Bila terjadi kehamilan danklien ingin melanjutkan kehamilan cabut implant dan jelaskan bahwa progestin tidak berbahaya bagi janin. Bila diduga terjadi kehamilan ektopik klien dirujuk. Tidak ada gunanya memberikan obat hormone untuk
Asuhan Kebidanan pada..., Izzatun Nafsiyah, Kebidanan DIII UMP, 2013
memancing timbulnya perdarahan.
2.Perdarahan bercak (spotting) ringan
1.Jelaskan bahwa perdarahan ringan sering ditemukan terutama pada tahun pertama.
2.Bila tidak ada masalah dan klien tidak hamil, tidak diperlukan tindakan apapun.
3.Bila klien tetap saja mengeluh masalah perdarahan dan ingin melanjutkan pemakaian implant dapat diberikan pil kombinasi 1 siklus atau ibubrofin 3 x 800 mg selama 5 hari.
4.Terangkan pada klien bahwa akan terjadi perdarahan setelah pil kombinasi habis.
5.Jika terjadi perdarahan lebih banyak dari biasanya, berikan 2 tablet pil kombinasi untuk 3–7 hari dan kemudian dilanjutkan dengan satu siklus pil kombinasi.
3. Ekspulsi 1.Cabut kapsul yang ekspulsi
2.Periksa apakah kapsul yang lain masih di tempat dan apakah terdapat tanda–tanda infeksi daerah insersi.
3.Bila tidak ada insersi dan kapsul lain masih berada pada tempatnya, pasang kapsul baru 1 buah pada tempat insersi yang berbeda.
4.Bila ada infeksi cabut seluruh kapsul yang ada dan pasang kapsul baru pada lengan yang lain atau anjurkan klien menggunakan metode kontrasepsi lain.
4.Infeksi pada daerah insersi
1.Bila terdapat infeksi tanpa nanah, bersihkan lengan dengan sabun dan air atau antiseptic. Berikan antibiotic yang sesuai untuk 7 hari. Implan jangan dilepas danklien diminta kembali satu minggu. Apabila tidak membaik, cabut implant dan pasang yang baru pada sisi lengan yang berbeda atau cari metode kontrasepsi lain.
2.Apabila ditemukan abses, bersihkan dengan antiseptic, insisi dan alirkan pus keluar, cabut implant, lakukan perawatan luka dan berikan antibiotic oral 7 hari.
5.Berat badan naik atau turun
Informasikan kepada klien bahwa perubahan berat badan 1-2 kg adalah normal. Kaji ulang diet klien apabila terjadi perubahan berat badan 2 kg atau lebih. Apabila perubahan berat badan ini dapat diterima, bantu klien mencari metode lain.
Asuhan Kebidanan pada..., Izzatun Nafsiyah, Kebidanan DIII UMP, 2013
m. Waktu mulai Menggunakan Implant
1) Setiap saat selama siklus haid hari ke-2 sampai hari ke-7.
Tidak diperlukan metode kontrasepsi tambahan.
2) Insersi dapat dilakukan setiap saat, asal saja diyakini tidak
terjadi kehamilan. Bila diinsersi setelah hari ke-7 siklus
haid, klien jangan melakukan hubungan seksual atau
menggunakan metode kontrasepsi lain seperti pil atau
kondom untuk 7 hari saja.
3) Bila klien tidak haid dapat dilakukan insersi setiap saat.
4) Bila menyusui antara 6 minggu sampai 6 bulan pasca
persalinan, insersi dapat dilakukan.
5) Bila setelah 6 minggu melahirkan dan telah terjadi haid
kembali, insersi dapat dilakukan setiap saat.
6) Bila kontrasepsi sebelumnya adalah kontrasepsi suntikan,
implant dapt dilakukan pada saat jadwal kontrasepsi
suntikan tersebut.
7) Bila kontrasepsi sebelumnya adalah AKDR dan klien ingin
menggantinya dengan implant, implant dapat diinsersikan
pada saat haid hari ke-7 dan klien jangan melakukan
hubungan seksual selama 7 hari atau gunakan kontrasepsi
lain seperti pil atau kondom untuk 7 hari saja. AKDR
segera dicabut.
8) Pasca keguguran implant dapat segera diinsersikan
(Saefuddin.2006.h;MK-56)
Asuhan Kebidanan pada..., Izzatun Nafsiyah, Kebidanan DIII UMP, 2013
n. Prosedur Pemasangan
1) Persiapan alat–alat yang diperlukan
a) Meja periksa untuk berbaring pasien.
b) Alat penyangga lengan.
c) Batang implant dalam kantong.
d) Kain penutup steril (Duk lubang) serta mangkok
untuk tempat meletakkan implant.
e) Sepasang sarung tangan karet yang sudah steril.
f) Sabun untuk mencuci tangan.
g) Larutan antiseptic untuk disenfeksi kulit.
h) Zat anestesi local.
i) Semprit (5-10 ml) dan jarum suntik.
j) Trokar.
k) Skalpel 11 dan 15.
l) Kasa pembalut atau plester. Untuk renjatan
anafilaktik (harus tersedia untuk keperluan darurat).
m) Bak atau tempat instrument (tertutup)
2) Konseling Pra Pemasangan
a) Bimbing atau berikan kesempatan pada klien untuk
bertanya tentang keterangan yang telah diberikan
dan tentang apa yang akan dilakukan pada dirinya.
b) Peragakan peralatan yang akan digunakan serta
jelaskan tentang prosedur apa yang akan
dikerjakan.
Asuhan Kebidanan pada..., Izzatun Nafsiyah, Kebidanan DIII UMP, 2013
c) Jelaskan bahwa klien akan mengalami sedikit rasa
sakit saat penyutikan zat anastesi local, sedangkan
prosedur insersinya sendiri tidak akan
menimbulkan rasa nyeri.
d) Prinsip–prinsip dan tata cara pemasangan dan
pencabutan implant secara umum adalah sama,
baik implant yang menggunakan dua batang
maupun satu batang.
e) Tentramkan hati klien setelah tindakan insersi.
(Saefuddin.2006.h;PK-16-17)
3) Persiapan Pemasangan
a) Persilakan klien mencuci seluruh lengan dengan
sabun dan air yang mengalir, serta membilasnya.
Pastikan tidak terdapat sisa sabun (sisa sabun
menurunkan efektifitas antiseptic tertentu). Langkah
ini sangat penting bila klien kurang menjaga
kebersihan dirinya untuk menjaga kesehatannya
dan mencegah penularan penyakit.
b) Tutup tempat tidur klien (dan penyangga lengan
atau meja samping, bila ada) dengan kain bersih.
c) Persilakan pasien untuk berbaring dengan lengan
yang lebih jarang digunakan dan letakkan lengan
pada penyangga lengan atau meja samping.
Lengan harus disangga dengan baik dan dapat
digerakkan lurus atau sedikit bengkok sesuai
Asuhan Kebidanan pada..., Izzatun Nafsiyah, Kebidanan DIII UMP, 2013
dengan posisi yang disukai klinisi untuk
memudahkan pemasangan.
d) Tentukan tempat pemasangan yang optimal, 8 cm
di atas lipatan siku.
e) Siapkan tempat alat–alat dan buka bungkus steril
tanpa menyentuh alat–alat di dalamnya.
f) Buka dengan hati–hati kemasan steril implant
dengan menarik kedua lapisan pembungkusnya
dan jatuhkan seluruh kapsul dalam mangkok steril.
4) Tindakan Sebelum Pemasangan
a) Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir,
keringkan dengan kain bersih.
b) Pakai sarung tangan steril atau DTT (ganti sarung
tangan untuk setiap klien guna mencegah
kontaminasi).
c) Atur alat dan bahan–bahan sehingga mudah
dicapai. Hitung kapsul untuk memastikan
jumlahnya.
d) Persiapkan tempat insisi dengan larutan antiseptic.
Gunakan klem steril untuk memegang kasa
antisepstik. Kemudian mulai mengusap dari tempat
yang akan dilakukan insisi kearah luar dengan
gerakan melingkar sekitar 8–13 cm dan biarkan
kering (sekitar 2 menit) sebelum memulai tindakan.
Asuhan Kebidanan pada..., Izzatun Nafsiyah, Kebidanan DIII UMP, 2013
e) Bila ada gunakan kain penutup (dok) yang
mempunyai lubang untuk menutupi lengan. Lubang
tersebut harus cukup lebar untuk memaparkan
tempat yang akan di pasang kapsul. Dapat juga
dengan menutupi lengan di bawah tempat
pemasangan dengan kain steril.
f) Setelah memastikan (dari anamnesis) tidak alergi
terhadap obat anestesi, isi alat suntik 3 ml obat
anestesi (1% tanpa epineprin).
g) Masukkan jarum tepat di bawah kulit pada tempat
insisi (yang terdekat dengan siku), kemudian
lakukan aspirasi untuk memastikan jarum tidak
masuk ke dalam pembuluh darah. Suntikan sedikit
obat anestesi untuk membuat gelembung kecil di
bawah kulit. Kemudian tanpa memindahkan jarum,
masukkan ke bawah kulit (subdermis) sekitar 4 cm.
Hal ini akan membuat kulit (dermis) terangkat dari
jaringan lunak di bawahnya. Kemudian tarik jarum
pelan–pelan sehingga membentuk jalur sambil
menyuntikan obat anestesi di tempat yang akan
dipasang kapsul.
5) Pemasangan Kapsul
Sebelum membuat insisi, sentuh tempat insisi
dengan jarum atau skalpel untuk memastikan obat
anestesi telah bekerja.
Asuhan Kebidanan pada..., Izzatun Nafsiyah, Kebidanan DIII UMP, 2013
a) Pegang skalpel dengan sudut 450, buat insisi
dangkal hanya untuk sekedar menembus kulit.
b) Trokar harus dipegang dengan ujung yang tajam
menghadap ke atas. Ada 2 tanda pada trokar,
tanda yang pertama dekat pangkal menunjukan
batas trokar di masukkan ke bawah kulit sebelum
memasukkan setiap kapsul. Tanda yang kedua
dekat ujung menunjukkan batas trokar yang harus
tetap di bawah kulit setelah mamasang setiap
kapsul.
c) Dengan ujung yang tajam menghadap ke atas dan
pendorong di dalamnya masukkan ujung trokar
melalui luka insisi dengan sudut kecil. Mulai dari kiri
atau kanan pada pola seperti kipas, gerakkan
trokar kedepan dan berhenti saat ujung tajam
seluruh berada di bawah kulit (2–3 mm dari akhir
ujung tajam). Memasukkan trokar jangan dengan
paksaan. Jika terdapat tahanan, coba dari sudut
lainnya.
d) Untuk meletakkan kapsul tepat dibawah kulit,
angkat trokar ke atas sehingga kulit terangkat.
Masukkan trokar perlahan–lahan dan hati–hati
kearah tanda (1) dekat pangkal. Trokar harus
cukup dangkal sehingga dapat diraba dari luar
dengan jari.
Asuhan Kebidanan pada..., Izzatun Nafsiyah, Kebidanan DIII UMP, 2013
e) Saat trokar masuk sampai tanda (1), cabut
pendorong dari trokar.
f) Masukkan kapsul pertama ke dalam trokar.
Gunakan ibu jari dan telunjuk atau pinset atau klem
untuk mengambil kapsul dan memasukkan ke
dalam trokar. Dorong kapsul sampai seluruhnya
masuk ke dalam trokar dan masukkan kembali
pendorong.
g) Gunakan pendorong untuk mendorong kapsul ke
arah ujung trokar sampai terasa ada tahanan.
h) Pegang pendorong dengan satu tangan untuk
menstabilkan. Tarik tabung trokar dengan
menggunakan ibu jari dan telunjuk ke arah luka
insisi sampai tanda (2) muncul di tepi luka insisi
dan pangkalnya menyentuh pegangan pendorong.
i) Saat pangkal trokar menyentuh pegangan
pendorong, tanda (2) harus terlihat di tepi luka insisi
dan kapsul saat itu keluar dari trokar tepat berada
di bawah kulit. Raba ujung kapsul dengan jari untuk
memastikan kapsul sudah keluar seluruhnya dari
trokar.
j) Tanpa mengeluarkan seluruh trokar, putar ujung
dari trokar ke arah lateral kanan dan kembalikan
lagi ke posisi semula untuk memastikan kapsul
pertama bebas. Selanjutnya geser trokar sekitar
Asuhan Kebidanan pada..., Izzatun Nafsiyah, Kebidanan DIII UMP, 2013
15-25 derajat. Untuk melakukan itu mula–mula
fiksasi kapsul pertama dengan jari telunjuk dan
masukkan kembali trokar pelan–pelan sepanjang
sisi jari telunjuk tersebut sampai tanda (1). Bila
tanda (1) sudah tercapai, masukkan kapsul
berikutnya kedalam trokar dan lakukan seperti
sebelumnya sampai seluruh kapsul terpasang.
k) Pada pemasangan berikutnya untuk mengurangi
resiko infeksi atau ekspulsi, pastikan bahwa ujung
kapsul yang terdekat kurang lebih 5 mm dari tepi
luka insisi.
l) Sebelum mencabut trokar, raba kapsul untuk
memastikan kapsul semuanya telah terpasang.
m) Ujung dari semua kapsul harus tidak ada pada tepi
luka insisi. Bila sebuah kapsul keluar atau terlalu
dekat dengan luka insisi, harus dicabut dengan
hati–hati dan dipasang kembali di tempat yang
tepat.
n) Setelah kapsul terpasang semuanya dan posisi
setiap kapsul sudah diperiksa, keluarkan trokar
pelan–pelan. Tekan tempat insisi dengan jari
mengggunakan kasa selama 1 menit untuk
menghentikan perdarahan. Bersihkan tempat
pemasangan dengan kasa berantiseptik.
Asuhan Kebidanan pada..., Izzatun Nafsiyah, Kebidanan DIII UMP, 2013
6) Tindakan Setelah Pemasangan Kapsul
a) Menutup luka insisi
1. Temukan tepi kedua insisi dan gunakan
plester dengan kasa steril untuk menutup
luka insisi.
2. Periksa adanya perdarahan. Tutup daerah
pemasangan dengan pembalut untuk
mengurangi memar.
b) Perawatan Klien
Amati klien lebih kurang 15 sampai 20 menit untuk
kemungkinan perdarahan dari luka insisi atau efek
lain sebelum memulangkan klien.
(Saefuddin.2006.h;PK-19 – 27)
o. Konseling pasca pemasangan
1) Daerah insersi harus tetap dibiarkan kering dan bersih
selama 48 jam pertama. Hal ini bertujuan untuk mencegah
infeksi pada luka insersi.
2) Perlu dijelaskan bahwa mungkin terjadi sedikit rasa perih,
pembengkakan atau lebam (kebiruan) pada daerah insisi.
Hal ini tidak perlu dikhawatirkan.
3) Pekerjaan rutin harian tetap dikerjakan. Namun hindari
benturan, gesekan atau penekanan pada daerah insisi.
4) Balutan penekan jangan dibuka selama 48 jam, sedangkan
plester dipertahankan hingga luka sembuh (biasanya 5
hari).
Asuhan Kebidanan pada..., Izzatun Nafsiyah, Kebidanan DIII UMP, 2013
5) Setelah luka sembuh, daerah tersebut dapat disentuh dan
dicuci dengan tekanan yang wajar.
6) Bila ditemukan adanya tanda–tanda infeksi seperti demam,
peradangan atau bila rasa sakit menetap selama beberapa
hari, segera kembali ke klinik.
(Saefuddin.2006.h;MK-57)
p. Jadwal Kunjungan Ulang ke Klinik
Klien tidak perlu kembali ke klinik, kecuali ada masalah kesehatan
atau klien ingin mencabut implant. Klien dianjurkan kembali ke
klinik tempat implant dipasang bila ditemukan hal–hal sebagai
berikut :
1) Amenorea yang disertai nyeri perut bagian bawah.
2) Perdarahan yang banyak dari kemaluan.
3) Rasa nyeri pada lengan.
4) Luka bekas insisi mengeluarkan darah atau nanah.
5) Ekspulsi dari batang implant.
6) Sakit kepala hebat atau pengliatan menjadi kabur.
7) Nyeri dada hebat.
8) Dugaan adanya kehamilan.
(Saefuddin.2006.h;MK-57-58)
q. Pemeliharaan Alat-Alat untuk Insersi dan Pengangkatan Implant
1) Trokar harus dicuci dengan air hangat dan larutan
antisepstik segera setelah insersi, kemudian di desinfeksi
sebelum pemakaian berikutnya.
Asuhan Kebidanan pada..., Izzatun Nafsiyah, Kebidanan DIII UMP, 2013
2) Desinfeksi dapat dilakukan dengan :
a) Autoclave selama 20 menit.
b) Direbus dalam air mendidih selama 5-10 menit.
c) Sterilisasi dingin dengan larutan germiside untuk
sedikitnya 1 jam.
3) Desinfeksi dengan autoclave merupakan cara yang paling
efektif.
4) Ketiga cara desinfeksi tersebut akan membunuh Human
Immunodeficiency Virus (HIV), yaitu virus penyebab AIDS.
5) Merebus dengan air panas selama 5-10 menit atau
sterilisasi–dingin, tidak akan membunuh virus hebatitis B.
Pada daerah endemik Hepatitis, alat–alat harus di
autoclave atau direbus dalam air selama 5-10 menit.
6) Ujung trokar harus diperiksa setelah melakukan 10 insersi,
dan bila diperlukan dapat diasah kembali.
Dengan pemeliharaan yang baik, trokar dapat dipakai untuk
melakukan kurang lebih 50 insersi.
B. Tinjauan Teori Asuhan Kebidanan
1. Teori Manajemen Asuhan Kebidanan
Manajemen kebidanan adalah pendekatan yang digunakan
oleh bidan dalam menerapkan metode pemecahan masalah secara
sistematis mulai pengkajian, analisis data, diagnosis kebidanan,
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
Asuhan Kebidanan pada..., Izzatun Nafsiyah, Kebidanan DIII UMP, 2013
Varney menjelaskan bahwa proses manajemen merupakan
proses pemecahan masalah yang ditemukan oleh perawat dan
bidan pada awal tahun 1970. Proses ini memperkenalkan sebuah
metode dengan pengorganisasian, pemikiran dan tindakan-tindakan
dengan urutan yang logis dan menguntungkan baik bagi klien
maupun bagi tenaga kesehatan.
Proses manajemen kebidanan terdiri dari tujuh langkah yang
berurutan dan setiap langkah disempurnakan secara periodik.
Proses dimulai dengan mengumpulkan data dasar dan berakhir
dengan evaluasi. Ketujuh langkah tersebut membentuk suatu
kerangka lengkap yang dapat diaplikasikan dalam situasi apapun.
Akan tetapi, setiap langkah dapat diuraikan lagi menjadi langkah-
langkah yang lebih rinci dan ini bisa berubah sesuai dengan
kebutuhan klien. Langkah-langkah tersebut adalah sebagai berikut:
1. Langkah I : Pengumpulan Data Dasar
Pada langkah ini dikumpulkan semua informasi yang akurat
dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. Bidan
mengumpulkan semua data dasar awal yang lengkap dengan
cara mengumpulkan semua data yang diperlukan untuk
mengevaluasi keadaan klien secara lengkap, yaitu:
a. Riwayat kesehatan.
b. Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan.
c. Meninjau catatan terbaru atau catatan sebelumnya.
d. Meninjau data laboratorium dan membandingkannya
dengan hasil studi.
Asuhan Kebidanan pada..., Izzatun Nafsiyah, Kebidanan DIII UMP, 2013
2. Langkah II : Interpretasi Data Dasar
Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar terhadap
diagnosis atau masalah dan kebutuhan klien berdasarkan
interpretasi yang benar atas dasar data-data yang telah
dikumpulkan. Data dasar yang sudah dikumpulkan
diinterpretasikan sehingga ditemukan masalah atau diagnostik
yang spesifik.
3. Langkah III : Mengidentifikasi Diagnosis atau Masalah Potensial
Pada tahap ini diidentifikasi masalah atau diagnosa potensial ini
berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosis yang telah
diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila
memungkinkan dilakukan pencegahan, sambil mengamati klien
bidan diharapkan dapat bersiap-siap bila diagnosis atau
masalah potensial ini benar- benar terjadi.
4. Langkah IV : Mengidentifikasi dan Menetapkan Kebutuhan
yang Memerlukan Penanganan Segera
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan
dan atau untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan
anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien.
Data baru mungkin saja dikumpulkan dan dievaluasi.
Dari data yang dikumpulkan dapat menunjukkan satu situasi
yang memerlukan tindakan segera sementara yang lain harus
menunggu intervensi.
Asuhan Kebidanan pada..., Izzatun Nafsiyah, Kebidanan DIII UMP, 2013
5. Langkah V : Perencanaan Asuhan yang Menyeluruh
Pada langkah ini dilakukan perencanaan yang
menyeluruh, ditentukan langkah- langkah sebelumnya.
Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen terhadap
diagnosis atau masalah yang telah diidentifikasi atau
diantisipasi, pada langkah ini data dasar yang belum lengkap
dapat dilengkapi.
Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi
apa yang sudah teridentifikasi dari kondisi klien atau dari setiap
masalah yang berkaitan tetapi juga dari kerangka pedoman
antisipasi terhadap klien tersebut seperti apa yang diperkirakan
akan terjadi berikutnya.
6. Langkah VI : Pelaksanaan
Pada langkah ini rencana asuhan yang menyeluruh
harus dilaksanakan secara efisien dan aman. Manajemen yang
efisien akan menyingkat waktu dan biaya serta meningkatkan
mutu dari asuhan klien.
7. Langkah VII : Evaluasi
Pada langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan dari
asuhan yang sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan
akan bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai
dengan kebutuhan sebagaimana yang telah diidentifikasi
didalam masalah dan diagnosis.
(Muslihatun.2009.h;114-119)
Asuhan Kebidanan pada..., Izzatun Nafsiyah, Kebidanan DIII UMP, 2013
Pendokumentasian manajemen kebidnan dengan
menggunakan SOAP:
a. S (Data Subjektif)
Pengkajian data yang diperoleh melalui anamnesis,
berhubungan dengan masalah dari sudut pandang pasien.
Ekspresi pasien mengenai kekhawatiran dan keluhan yang
dicatat sebagai kutipan langsung/ringkasan yang akan
berhubungan langsung dengan diagnosis, data akan
menguatkan diagnosis yang akan disusun.
b. O (Data Objektif)
Data berasal dari asuhan observasi yang jujur dari
pemeriksaan pasien, pemeriksaan laboratorium /
pemeriksaan diagnostik lainnya. Catatan medik dan
informasi dari keluarga atau orang lain dapat dimasukan
dalam data objektif, data ini akan memberikan bukti gejala
klinis pasien dan fakta yang berhubungan dengan
diagnostik.
c. A (Assesment)
Pendokumentasian hasil analisis dan interpretasi
(kesimpulan) dari data subjektif dan data objektif. Analisis
yang tepat dan akurat meliputi perkembangan data pasien
akan menjamin cepat diketahuinya perubahan pasien,
dapat terus diikuti dan diambil keputusan/tindakan yang
tepat.
Asuhan Kebidanan pada..., Izzatun Nafsiyah, Kebidanan DIII UMP, 2013
Analisis merupakan pendokumentasian manajemen
kebidanan menurut varney langkah kedua, ketiga, dan
keempat yang menyangkut kebutuhan tindakan segera
harus segera diidentifikasikan menurut kewenangan bidan
(tindakan mandiri, kolaborasi, dan rujukan).
d. P (planning)
Perencanaan dibuat saat ini dan yang akan datang.
Rencana asuhan disusun berdasarkan hasil analisa dan
interpretasi data yang bertujuan untuk mengusahakan
terciptanya kondisi pasien seoptimal. P(planing) menurut
Hellen Varnay masuk pada langkah kelima, keenam, dan
ketujuh. Pelaksanaan asuhan dengan rencana yang telah
disusun sesuai dengan keadaan dan dalam rangka
mengatasi masalah pasien.
(Muslihatun.2009.h;123-124)
2. Penerpan Asuhan Kebidanan
a. Pengkajian
1) Data subjektif
a) Identitas Klien
(1) Nama
Identitas dimulai dengan nama pasien, yang harus
jelas dan lengkap seperti: nama depan, nama
tengah dan nama belakang agar tidak tertukar
dengan pasien lain yang mungkin namanya sama.
Asuhan Kebidanan pada..., Izzatun Nafsiyah, Kebidanan DIII UMP, 2013
(Matondang,dkk.2009.h;5)
(2) Umur
Untuk mengetahui umur klien. Pada umur 20-35
tahun merupakan masa-masa reproduksi
sehingga rentan terjadi kehamilan. Pada wanita
berumur lebih dari 35 tahun memiliki resiko tinggi
apabila terjadi kehamilan, sehingga disarankan
memakai alat kontrasepsi dengan tujuan untuk
mengakhiri kesuburan.
(Hartanto,Hanafi. 2003.h;31).
(3) Agama
Diberbagai daerah kepercayaan religius dapat
mempengaruhi klien dalam memilih metode
kontrasepsi.Sebagai contoh penganut katolik yang
taat membatasi pemilihan alat kontrasepsi mereka
pada KB alami. Sebagai pemimpin islam
mengklem bahwa sterilisasi dilarang sedangkan
sebagian lainnya mengijinkan. Walaupun agama
islam tidak melarang metode kontrasepsi secara
umum, para akseptor wanita mungkin
berpendapat bahwa pola perdarahan yang tidak
teratur yang disebabkan sebagai metode
hormonal akan sangat menyulitkan mereka
selama haid, mereka dilarang bersembahyang. Di
sebagian, wanita Hindu dilarang mempersiapkan
Asuhan Kebidanan pada..., Izzatun Nafsiyah, Kebidanan DIII UMP, 2013
makanan selama haid sehingga pola haid yang
tidak teratur dapat menjadi masalah. (Handayani.
2010.h;17).
(4) Suku bangsa
Semua tenaga kesehatan yang memberi
pelayanan kepada wanita di klinik keluarga
berencana atau tempat lain perlu memahami sikap
mereka sendiri, serta sikap mereka terhadap jenis
etnik. (varney.2007.h;414)
(5) Pendidikan
Tingkat pendidikan tidak saja mempengaruhi
kerelaan menggunakan keluarga berencana tapi
juga pemilihan suatu metode. Dihipotesiskan
wanita yang berpendidikan menginginkan keluarga
berencana yang efektif, tetapi tidak rela untuk
mengambil resiko yang terkait dengan sebagian
metode kontrasepsi. (Handayani.2010.h;17).
Pendidikan ditanyakan untuk mengetahui tingkat
pendidikan pasien, karena akan membantu dalam
penyampaian konseling terhadap pasien dan
pemahaman pasien dalam merawat kontrasepsi
yang digunakan. (Saefuddin.2006.h;U-3)
(6) Pekerjaan
Tinggi rendahnya sosial dan keadaan ekonomi
penduduk di Indonesia akan mempengaruhi
Asuhan Kebidanan pada..., Izzatun Nafsiyah, Kebidanan DIII UMP, 2013
perkembangan dan kemajuan program keluarga
berencana di Indonesia.
Contoh : keluarga dengan penghasilan cukup
akan lebih mampu, mengikuti program keluarga
berencana dari pada keluarga yang tidak mampu,
karena bagi keuarga yang kurang mampu,
keluarga berencana bukan merupakan kebutuhan
pokok. (Handayani.2010.h;17).
Calon pengguna implant ditanyakan pekerjaan
untuk mengetahui jenis pekerjaan apakah ringan,
sedang, atau berat karena efek samping implant
adalah terjadinya ekspulsi, dan ekspulsi bisa
terjadi akibat bekerja terlalu berat.
(Varney.2007.h;31)
(7) Alamat
Tempat tinggal merupakan informasi yang penting
dipastikan. Karena apabila seorang wanita tidak
memilki tempat tinggal/tinggal dipenginapan, maka
hal ini dapat menghambat tenaga medis dalam
melakukan kunjungan ulang kerumah dan
kepedulian klien dalam memperhatikan KB implant
yang digunakannya. (Varney.2007.h;31)
b) Alasan datang
Untuk mengetahui alasan pasien tersebut mengunjungi
tempat pemeriksaan. (varney.2007.h;32).
Asuhan Kebidanan pada..., Izzatun Nafsiyah, Kebidanan DIII UMP, 2013
c) Keluhan utama
Untuk mengetahui kontrasepsi apa yang diinginkan oleh
pasien, misalnya :
(1) Ibu menginginkan kontrasepsi yang reversibilitas
tinggi.
(2) Ibu menginginkan alat kontrasepsi yang
efektifitasnya tinggi.
(3) Ibu menginginkan alat kontrasepsi yang dapat
dipakai 2 sampai 5 tahun (untuk jangka panjang).
(4) Ibu menginginkan alat kontrasepsi yang tidak
memghabat air susu ibu.
(varney.2007.h;32)
(5) Ibu menginginkan alat kontrasepsi yang memiliki
riwayat penyakit kanker payudara, kanker hati,
hipertensi, jantung dan diabetes mellitus.
(Hanafi.2004.h;182)
d) Riwayat kesehatan
(1) Penyakit sistemik yang pernah diderita
Wanita yang pernah memiliki riwayat penyakit kanker
payudara tidak dapat menggunakan kontrasepsi
hormone karena hormone progesterone yang
terdapat pada kontrasepsi implant dapat
meningkatkan pembesaran payudara, wanita dengan
penyakit mioma uterus tidak dianjurkan untuk
menggunakan kontrasepsi implant karena dapat
Asuhan Kebidanan pada..., Izzatun Nafsiyah, Kebidanan DIII UMP, 2013
memicu pembesaran miom uterus, intoleransi gula
seperti diabetes mellitus juga tidak dapat
menggunakan KB implant karena dapat
meningkatkan kadar gula dalam tubuh.
(Saefuddin.2006.h;MK-55).
(2) Penyakit yang pernah diderita keluarga
Dikaji untuk mengetahui apakah orang tua, saudara
atau suami ada yang menderita kanker payudara,
diabetes mellitus atau hipertensi karena
kemungkinan penyakit turunan dan merupakan
kontra indikasi dari KB implant. (Hanafi.2004.h;182)
(3) Penyakit gynekologi
Pada penderita penyakit ginekologi seperti mioma
uteri atau kanker payudara tidak diperkenankan
menggunakan KB Implant, karena hormon
progesteron yang ada di kandungan batang implant
dapat meningkatkan pembesaran mioma uteri atau
kanker payudara dan termasuk kontra indikasi dari
KB implant. (Varney.2007.h;485)
e) Riwayat menstruasi
(1) Menarche
Menurut teori varney (2007.h;107-108) menarche
perlu dikaji untuk mengetahui kapan datangnya
menarche yang pertama, karena datangnya
Asuhan Kebidanan pada..., Izzatun Nafsiyah, Kebidanan DIII UMP, 2013
menarche yang dini <10 tahun dapat memiliki
kecenderungan penyakit payudara.
(2) HPHT
HPHT perlu dikaji untuk mengetahui apakah klien
dalam keadaan hamil atau tidak karena jika hamil
merupakan kontra indikasi dalam pemasangan KB
Implant. (Saefuddin.2006.h;MK-60)
(3) Siklus
Untuk mengetahui ada atau tidaknya gangguan pada
siklus haid.Pada wanita yang mengalami gangguan
siklus haid tidak diperbolehkan menggunakan
kontrasepsi implant,karena kerja hormon progesteron
dengan jangka panjang dapat menyebabkan
perubahan siklus haid sehingga ditakutkan klien tidak
dapat menerima perubahan pola haid yang terjadi.
(Saefuddin.2006.h;MK-55)
(4) Lama menstruasi
Lamanya menstruasi perlu dikaji untuk mengetahui
berapa hari klien menstruasi karena efek samping
pemakaian KB implant yaitu haid lebih lama dan
banyak, perdarahan bercak (spotting) antar
menstruasi. (Saefudin.2006.h;MK-54).
Asuhan Kebidanan pada..., Izzatun Nafsiyah, Kebidanan DIII UMP, 2013
(5) Disminorhea
Pada pemakaian kontrasepsi progestin salah satu
keuntungan kontrasepsi KB implant dapat
mengurangi nyeri haid. (Saefuddin.2006.h;MK-54)
(6) Flour albus
Pada pemakaian kontrasepsi KB Implant, hormone
progestin tidak terjadi peningkatan flour albus.
(Hanafi.2004.h;124)
f) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
(1) Abortus
Dikaji apakah ibu pernah memiliki riwayat abortus
atau tidak, kapan waktu terjadi abortus karena salah
satu indikasi kontrasepsi KB implant adalah pasca
abortus atau pasca keguguran.
(Saefuddin.2006.h;MK-55)
(2) Persalinan
Dikaji untuk mengetahui apakah dalam riwayat
persalinan pasien pernah mengalami hipertensi,
jantung, karena ini salah satu kontra indikasi dari KB
implant. (Hanafi.2004.h;182)
(3) Nifas
Mengkaji nifas yang lalu, masa nifas ini berkaitan
dengan masa menyusui, sedangkan pada
keuntungan atau indikasi penggunaan KB implant
salah satunya adalah ibu menyusui yang ingin
Asuhan Kebidanan pada..., Izzatun Nafsiyah, Kebidanan DIII UMP, 2013
menggunakan kontrasepsi. (Saefuddin.2006.h;MK-
54)
g) Riwayat perkawinan
Perlu dikaji karena untuk mengetahui batas usia
reproduksi. Pada usia 20 tahun dianjurkan untuk
menundan kehamilan, usia 20-30/35 untuk
menjarangkan kehamilan, dan usia 35 tahun untuk
mengakhiri kesuburan. Jika usia sudah melewati masa
reproduksi merupakan kontra indikasi dalam
pemasangan implant. (Hartanto,Hanafi.2004.h;30-31)
h) Riwayat Kontrasepsi
Dikaji untuk mengetahui pengalaman pasien dalam
pengguanaan kontrasepsi sebelumnya ini akan
membantu klien dalam menilai keperluan penerimaan
kontrasepsi selanjutnya dengan mengetahui efek
samping yang terjadi dan keefektifitasan dari KB yang
akan digunakan sekarang. (Mitayani.2011.h;03)
i) Riwayat kebutuhan sehari-hari
(1) Pola Nutrisi
Berkaitan dengan penggunaan kontrasepsi KB
implant yaitu adanya peningkatan berat badan dan
nafsu makan bertambah karena hormone
progesterone dapat memicu nafsu makan sehingga
perlu diperhatikan pola makan yang teratur.
(Saefuddin.2006.h;MK-59).
Asuhan Kebidanan pada..., Izzatun Nafsiyah, Kebidanan DIII UMP, 2013
(2) Aktivitas
Pasca pemasangan kontrasepsi KB implant dapat
beraktivitas tetapi jangan terlalu berat terutama pada
daerah lengan yang telah dipasang implant karena
dapat menyebabkan ekspulsi pada kapsul implant.
(Saefuddin.2006.h;MK-58 )
(3) Pola personal hygiene
Kontrasepsi KB implant dalam pemasangan
dilakukan pembedahan, sehingga bekas luka insisi
harus dirawat dengan baik dan benar serta jaga
kebersihannya untuk mencegah terjadinya infeksi
pada bekas luka insisi. (Hanafi.2004.h;182)
j) Keadaan psikososial, cultural dan spiritual
(1) Psikososial
Apakah sudah ada persetujuan untuk menggunakan
KB implant atau belum, yang menyatakan bahwa
calon akseptor KB implant telah mengerti perihal
tentang KB implant dan dengan suami telah
memutuskannya. (Hartanto.2004.h;297)
(2) Kultural
Kebudayaan adalah pola fikir dan keyakinan
masyarakat tentang suatu hal berhubungan dengan
kesehatan, salah satunya kontrasepsi yang akan
digunakan. (Varney.2007.h;45).
Asuhan Kebidanan pada..., Izzatun Nafsiyah, Kebidanan DIII UMP, 2013
2) Data Obyektif
a) Pemeriksaan fisik
(1) Tanda-tanda vital
(a) Pada wanita yang memilki tekanan darah tinggi
tidak boleh menggunakan KB implant karena
apabila klien menderita hipertensi dapat terjadi
nyeri kepala yang hebat atau penglihatan
menjadi kabur.
(Saefuddin.2006.h;MK-55)
(b) Kelainan pada denyut nadi mengarah pada
penyakit jantung yang merupakan kontra-
indikasi penggunaan KB implant, karena kerja
hormon progestin dapat meningkatkan kerja
jantung menjadi cepat sehingga tidak dianjurkan
menggunakan kontrasepsi KB implant. .
(Hanafi.2004.h;182)
(2) Berat badan
Berat badan perlu dikaji karena penggunaan
kontrasepsi KB Implant dapat mempengaruhi
kenaikan berat badan, jika perubahan berat badan
meningkat drastis merupakan efek samping
kontrasepsi KB Implant. (Saefuddin,2006;h.MK-29).
Asuhan Kebidanan pada..., Izzatun Nafsiyah, Kebidanan DIII UMP, 2013
(3) Payudara
Dikaji untuk mengetahui atau mencurigai klien
terkena karsinoma payudara, ini merupakan kontra-
indikasi dari pengguna KB Implant.(Hanafi.2004.;182)
(4) Abdomen
Abdomen perlu dikaji untuk memeriksa apakah ada
tanda-tanda kehamilan atau tidak, karena kehamilan
merupakan kontra-indikasi dari penggunaan KB
Implant. (Saefuddin.2006.h;MK-55)
(5) Ekstremitas
Pada klien dengan adanya rasa sakit dan kaki
bengkak dimungkinkan ada indikasi penggumpalan
darah. (Saefuddin.2006.h;MK-55)
Dikaji apakah kakinya sangat bengkak dan
mengandung cairan karena kemungkinan indikasi
penyakit hati. Apabila klien terkena penyakit hati
maka klien tidak boleh menggunakan KB implant
karena merupakan kontra-indikasi dari KB
implant.(Hanafi.2004;h.182)
(6) Genetalia
Dikaji untuk mengetahui apakah akseptor KB implant
mengalami perdarahan pervaginam yang belum jelas
penyebabnya.Hal ini merupakan salah satu kontra
indikasi menggunakan KB implant.
(Saefuddin.2006.h;MK-55)
Asuhan Kebidanan pada..., Izzatun Nafsiyah, Kebidanan DIII UMP, 2013
b) Pemeriksaan penunjang
(1) Pemeriksaan PP test untuk mengetahui kemungkinan
terjadi kehamilan atau tidak. (Saefuddin.2006.h;MK-
55)
(2) Pemeriksaan urin reduksi untuk mengetahui
kemungkinan klien menderita diabetes mellitus.
(Saefuddin.2006.h;MK-61)
b. Intepretasi Data
Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar terhadap
diagnosa atau masalah dan kebutuhan klien berdasarkan
interpretasi yang besar atas data-data yang dikumpulkan
diinterpretasikan ditemukan masalah atau diagnosa spesifik,
interpretasi data dasar dibagi menjadi:
Diagnosa Kebidanan:
Ny... P.. A ...umur... tahun dengan akseptor baru KB Implant.
Data Subjektif:
1) Pernyataan klien terhadap jumlah riwayat persalinannya.
2) Pernyataan klien terhadap riwayat kegugurannya.
3) Pernyataan klien tidak sedang hamil.
4) Pernyataan klien tentang haid terakhir.
Data Objektif:
Dilakukan pemeriksaan fisik (inspeksi dan palpasi) terhadap
akseptor baru KB implant untuk mengetahui kelainan-kelainan
seperti benjolan payudara, kehamilan, hipertensi dan lain-lain
yang merupakan keadaan yang tidak boleh menggunakan KB
Asuhan Kebidanan pada..., Izzatun Nafsiyah, Kebidanan DIII UMP, 2013
implant dan dilakukan pemeriksaan penunjang seperti
pemeriksaan PP test untuk mengetahui terjadinya kehamilan
dan test urin reduksi untuk mengetahui klien menderita diabetes
mellitus atau tidak.
c. Mengidentifikasi diagnosa kebidanan atau masalah potensial
dan mengantisipasi penanganannya.
Diagnose potensial pada akseptor baru KB yang ingin
menggunakan implant, jika ditemukan atau terjadi masalah
setelah menggunakan implant seperti ekspulsi dan infeksi pada
bagian pemasangan implant.(Saefuddin.2006.h;MK-59)
d. Identifikasi akan kebutuhan segera atau kolaborasi dan
konsultasi.
Langkah keempat mencerminkan kesinambungan dari proses
manajeman kebidanan yaitu proses penatalaksanaan tidak hanya
dilakukan selama perawatan pada kunjungan awal dan kunjungan
ulang pada pengguna KB implant, tetapi data yang diperoleh
kemudian dikaji dan dievaluasi untuk mendapatkan tindakan
segera. (Muslihatun,dkk.2009.h;229) antara lain:
1) Ekspulsi
Penanganan :
a) Memberikan konseling kepada klien bahwa ekspulsi
dapat terjadi pada pengguna KB implant karena batang
implant yang rusak atau sudah berubah dari bentuk
semula.
Asuhan Kebidanan pada..., Izzatun Nafsiyah, Kebidanan DIII UMP, 2013
b) Mencabut batang atau kapsul yang ekspulsi. Jika tidak
ada tanda infeksi dan kapsul lain masih berada
ditempatnya maka melakukan pemasangan kapsul
baru 1 buah pada tempat insersi yang berbeda.
2) Infeksi
Penanganan :
a) Bila terdapat infeksi tanpa nanah,bersihkan dengan
sabun, air atau antiseptik. Berikan antibiotik selama 7
hari.
b) Apabila keaadaan tidak membaik, cabut implant dan
pasang yang baru.
e. Perencanaan.
Pada langkah yang kelima ini dilakukan perencanaan secara
keseluruhan yang dibuat berdasarkan dari langkah-langkah
sebelumnya.(Muslihatun,dkk.2009.h;229)
Rencana yang akan menggunakan KB implant antara lain:
1. Beritahu hasil pemeriksaan klien.
2. Berikan konseling tentang KB implant meliputi:
a) Definisi implant.
b) Efektifitas.
c) Indikasi implant
d) kontra-indikasi implant.
e) Keuntungan implant
f) Kerugian implant
g) Waktu mulai menggunakan implant.
Asuhan Kebidanan pada..., Izzatun Nafsiyah, Kebidanan DIII UMP, 2013
h) Efek samping dari implant.
3. Jelaskan cara kerja implant
4. Tanyakan kembali apakah ibu mantapuntuk dilakukan
pemasangan KB implant.
5. Informed consent.
6. Persiapan alat pemasangan implant.
7. Memberikan konseling pra pemasangan implant.
8. Lakukan pemasangan implant.
9. Konseling pasca pemasangan implant.
10. Beritahu kunjungan ulang implant.
f. Pelaksanaan.
Pada langkah ini bidan mengarahkan atau melaksanakan rencana
asuhan secara efektif dan aman. Pelaksanaan asuhan ini
sebagian dilakukan oleh bidan dan sebagian oleh klien sendiri
atau oleh petugas lainnya.(Muslihatun.2009.h;230)
Dalam pelaksanaan pada akseptor KB implant sesuai dengan
rencana meliputi:
1. Memberitahu hasil pemeriksaan klien
2. Memberikan konseling tentang KB implant meliputi:
a. Definisi implant.
Salah satu jenis alat kontrasepsi yang berupa susuk yang
terbuat dari sejenis karet silastik yang berisi hormon,
dipasang pada lengan atas. (Handayani,2010.h;116)
b. Efektifitas
Asuhan Kebidanan pada..., Izzatun Nafsiyah, Kebidanan DIII UMP, 2013
Sangat efektif (kegagalan 0,2–1 kehamilan per 100
perempuan).
c. Indikasi
1) Usia subur
2) Telah memiliki anak ataupun yang belum
3) Menghendaki kontrasepsi yang memiliki efektivitas
tinggi
4) Menghendaki pencegahan kehamilan jangka panjang
5) Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi
6) Pasca persalinan dan tidak menyusui
7) Pasca keguguran
8) Tidak menginginkan anak lagitetapi menolak
sterilisasi
9) Tekanan darah < 180/110 mmHg, dengan masalah
pembekuan darah, atau anemia.
10) Tidak boleh menggunakan kontrasepsi hormonal
yang mengandung estrogen,
11) dan sering lupa menggunakan pil.
(Saefudin.2006.h;MK 55 )
d. Kontra indikasi implant.
1) Hamil atau diduga hamil
2) Perdarahah pervaginam yang belum jelas
penyebabanya
3) Benjolan atau kanker payudara atau riwayat kanker
payudara
Asuhan Kebidanan pada..., Izzatun Nafsiyah, Kebidanan DIII UMP, 2013
4) Tidak dapat menerima perubahan pola haid yang
terjadi
5) Mioma uterus
(Saefudin.2006.h;MK-55)
6) Penyakit hati akut, tumor hati jinak atau ganas,
penyakit jantung, hipertensi, diabetes mellitus.
(Hanafi.2004.h;182)
e. Keuntungan implant
1) Daya guna tinggi.
2) Perlindungan jangka panjang (sampai 5 tahun).
3) Pengembalian tingkat kesuburan yang cepat
setelah pencabutan (1-2 bulan setelah pencabutan).
4) Tidak memerlukan pemeriksaan dalam.
5) Bebas dari pengaruh estrogen.
6) Tidak mengganggu kegiatan senggama.
7) Tidak mengganggu ASI.
8) Klien hanya perlu kembali ke klinik bila ada keluhan.
9) Dapat dicabut setiap saat sesuai dengan
kebutuhan.
f. Kerugian implant
1) Susuk KB atau implant harus dipasang dan
diangkat oleh petugas kesehatan yang telah terlatih.
2) Lebih mahal.
3) Sering timbul perubahan pola haid.
Asuhan Kebidanan pada..., Izzatun Nafsiyah, Kebidanan DIII UMP, 2013
4) Akseptor tidak dapat menghentikan implant
sekehendaknya sendiri.
5) Beberapa orang wanita mungkin segan untuk
menggunakannya karena kurang mengenalnya.
6) Implant kadang–kadang dapat terlihat oleh orang
lain.
(Hanafi.2004.h;190)
g. Waktu mulai menggunakan implant :
1) Setiap saat selama siklus haid hari ke-2 sampai hari
ke-7. Tidak diperlukan metode kontrasepsi
tambahan.
2) Insersi dapat dilakukan setiap saat, asal saja
diyakini tidak terjadi kehamilan. Bila diinsersi
setelah hari ke-7 siklus haid, klien jangan
melakukan hubungan seksual atau menggunakan
metode kontrasepsi lain seperti pil atau kondom
untuk 7 hari saja.
3) Bila klien tidak haid dapat dilakukan insersi setiap
saat.
4) Bila menyusui antara 6 minggu sampai 6 bulan
pasca persalinan, insersi dapat dilakukan.
5) Pasca keguguran insersi dapat dilakukan.
h. Efek samping dari implant :
1) Amenorea
2) Perdarahan bercak ringan
Asuhan Kebidanan pada..., Izzatun Nafsiyah, Kebidanan DIII UMP, 2013
3) Ekspulsi
4) Infeksi pada daerah insersi
5) Berat badan naik/turun
3. Cara kerja.
a. Lendir serviks menjadi kental.
b. Mengganggu proses pembentukan endometrium
sehingga sulit terjadi implantasi.
c. Mengurangi transportasi sperma.
d. Menekan ovulasi.
(Saefudin.2006.h;MK-54)
4. Menanyakan kembali apakah ibu mantap untuk dilakukan
pemasangan KB implant.
5. Melakukan informed consent sebelum pemasangan implant.
6. Mempersiapan alat pemasangan implant.
a. Meja periksa untuk berbaring pasien.
b. Alat penyangga lengan.
c. Batang implant dalam kantong.
d. Kain penutup steril (Duk lubang) serta mangkok untuk
tempat meletakkan implant.
e. Sepasang sarung tangan karet yang sudah steril.
f. Sabun untuk mencuci tangan.
g. Larutan antiseptic untuk disenfeksi kulit.
h. Zat anestesi local.
i. Semprit ( 5-10 ml ) dan jarum suntik.
j. Trokar.
Asuhan Kebidanan pada..., Izzatun Nafsiyah, Kebidanan DIII UMP, 2013
k. Skalpel 11 dan 15.
l. Kasa pembalut atau plester. Untuk renjatan anafilaktik
(harus tersedia untuk keperluan darurat).
m. Bak atau tempat instrument (tertutup)
7. Memberikan konseling pra pemasangan implant
a. Bimbing atau berikan kesempatan pada klien untuk
bertanya tentang keterangan yang telah diberikan dan
tentang apa yang akan dilakukan pada dirinya.
b. Peragakan peralatan yang akan digunakan serta jelaskan
tentang prosedur apa yang akan dikerjakan.
c. Jelaskan bahwa klien akan mengalami sedikit rasa sakit
saat penyutikan zat anastesi local, sedangkan prosedur
insersinya sendiri tidak akan menimbulkan rasa nyeri.
d. Prinsip–prinsip dan tata cara pemasangan dan
pencabutan implant secara umum adalah sama, baik
implant yang menggunakan dua batang maupun satu
batang.
e. Tentramkan hati klien setelah tindakan insersi.
8. Melakukan pemasangan implant.
a. Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir, keringkan
dengan kain bersih.
b. Pakai sarung tangan steril atau DTT
c. Persiapkan tempat insisi dengan larutan antiseptic.
Gunakan klem steril untuk memegang kasa antisepstik.
Kemudian mulai mengusap dari tempat yang akan
Asuhan Kebidanan pada..., Izzatun Nafsiyah, Kebidanan DIII UMP, 2013
dilakukan insisi kearah luar dengan gerakan melingkar
sekitar 8 – 13 cm.
d. Bila ada gunakan kain penutup (dok) yang mempunyai
lubang untuk menutupi lengan.
e. Masukkan jarum tepat di bawah kulit pada tempat insisi
(yang terdekat dengan siku), kemudian lakukan aspirasi
untuk memastikan jarum tidak masuk ke dalam pembuluh
darah. Suntikan sedikit obat anestesi untuk membuat
gelembung kecil di bawah kulit. Kemudian tanpa
memindahkan jarum, masukkan ke bawah kulit
(subdermis) sekitar 4 cm. Hal ini akan membuat kulit
(dermis) terangkat dari jaringan lunak di bawahnya.
Kemudian tari jarum pelan–pelan sehingga membentuk
jalur sambil menyuntikan obat anestesi di tempat yang
akan dipasang kapsul.
f. Pegang skalpel dengan sudut 450, buat insisi dangkal
hanya untuk sekedar menembus kulit.
g. Trokar harus dipegang dengan ujung yang tajam
menghadap ke atas. Ada 2 tanda pada trokar, tanda yang
pertama dekat pangkal menunjukan batas trokar di
masukkan ke bawah kulit sebelum memasukkan setiap
kapsul. Tanda yang kedua dekat ujung menunjukkan
batas trokar yang harus tetap di bawah kulit setelah
mamasang setiap kapsul.
Asuhan Kebidanan pada..., Izzatun Nafsiyah, Kebidanan DIII UMP, 2013
h. Dengan ujung yang tajam menghadap ke atas dan
pendorong di dalamnya masukkan ujung trokar melalui
luka insisi dengan sudut kecil. Mulai dari kiri atau kanan
pada pola seperti kipas, gerakkan trokar kedepan dan
berhenti saat ujung tajam seluruh berada di bawah kulit
(2–3 mm dari akhir ujung tajam). Memasukkan trokar
jangan dengan paksaan. Jika terdapat tahanan, coba dari
sudut lainnya.
i. Untuk meletakkan kapsul tepat dibawah kulit, angkat
trokar ke atas sehingga kulit terangkat. Masukkan trokar
perlahan–lahan dan hati–hati ke arah tanda (1) dekat
pangkal. Trokar harus cukup dangkal sehingga dapat
diraba dari luar dengan jari.
j. Saat trokar masuk sampai tanda (1), cabut pendorong
dari trokar.
k. Masukkan kapsul pertama ke dalam trokar. Gunakan ibu
jari dan telunjuk atau pinset atau klem untuk mengambil
kapsul dan memasukkan ke dalam trokar. Dorong kapsul
sampai seluruhnya masuk ke dalam trokar dan masukkan
kembali pendorong.
l. Gunakan pendorong untuk mendorong kapsul ke arah
ujung trokar sampai terasa ada tahanan.
m. Pegang pendorong dengan satu tangan untuk
menstabilkan. Tarik tabung trokar dengan menggunakan
ibu jari dan telunjuk ke arah luka insisi sampai tanda (2)
Asuhan Kebidanan pada..., Izzatun Nafsiyah, Kebidanan DIII UMP, 2013
muncul di tepi luka insisi dan pangkalnya menyentuh
pegangan pendorong.
n. Saat pangkal trokar menyentuh pegangan pendorong,
tanda (2) harus terlihat di tepi luka insisi dan kapsul saat
itu keluar dari trokar tepat berada di bawah kulit. Raba
ujung kapsul dengan jari untuk memastikan kapsul sudah
keluar seluruhnya dari trokar.
o. Tanpa mengeluarkan seluruh trokar, putar ujung dari
trokar ke arah lateral kanan dan kembalikan lagi ke posisi
semula untuk memastikan kapsul pertama bebas.
Selanjutnya geser trokar sekitar 15-25 derajat. Untuk
melakukan itu mula–mula fiksasi kapsul pertama dengan
jari telunjuk dan masukkan kembali trokar pelan–pelan
sepanjang sisi jari telunjuk tersebut sampai tanda (1). Bila
tanda (1) sudah tercapai, masukkan kapsul berikutnya
kedalam trokar dan lakukan seperti sebelumnya sampai
seluruh kapsul terpasang.
p. Pada pemasangan berikutnya untuk mengurangi resiko
infeksi atau ekspulsi, pastikan bahwa ujung kapsul yang
terdekat kurang lebih 5 mm dari tepi luka insisi.
q. Sebelum mencabut trokar, raba kapsul untuk memastikan
kapsul semuanya telah terpasang.
r. Ujung dari semua kapsul harus tidak ada pada tepi luka
insisi. Bila sebuah kapsul keluar atau terlalu dekat dengan
Asuhan Kebidanan pada..., Izzatun Nafsiyah, Kebidanan DIII UMP, 2013
luka insisi, harus dicabut dengan hati–hati dan dipasang
kembali di tempat yang tepat.
s. Setelah kapsul terpasang semuanya dan posisi setiap
kapsul sudah diperiksa, keluarkan trokar pelan–pelan.
Tekan tempat insisi dengan jari mengggunakan kasa
selama 1 menit untuk menghentikan perdarahan.
Bersihkan tempat pemasangan dengan kasa
berantiseptik.
9. Memberikan konseling pasca pemasangan implant.
a. Daerah insersi harus tetap dibiarkan kering dan bersih
selama 48 jam pertama. Hal ini bertujuan untuk
mencegah infeksi pada luka insersi.
b. Perlu dijelaskan bahwa mungkin terjadi sedikit rasa perih,
pembengkakan atau lebam (kebiruan) pada daerah insisi.
Hal ini tidak perlu dikhawatirkan.
c. Pekerjaan rutin hariaan tetap dikerjakan. Namun hindari
benturan, gesekan atau pnekanan pada daerah insisi.
d. Balutan penekan jangan dibuka selama 48 jam,
sedangkan plester dipertahankan hingga luka sembuh
(biasanya 5 hari).
e. Setelah luka sembuh, daerah tersebut dapat disentuh dan
dicuci dengan tekanan yang wajar.
f. Bila ditemukan adanya tanda–tanda infeksi seperti
demam, peradangan atau bila rasa sakit menetap selama
beberapa hari, segera kembali ke klinik.
Asuhan Kebidanan pada..., Izzatun Nafsiyah, Kebidanan DIII UMP, 2013
(Saefudin.2006.h;MK-57)
10. Memberitahu kunjungan ulang implant.
a. Amenorea yang disertai nyeri perut bagian bawah.
b. Perdarahan yang banyak dari kemaluan.
c. Rasa nyeri pada lengan.
d. Luka bekas insisi mengeluarkan darah atau nanah.
e. Ekspulsi dari batang implant.
f. Sakit kepala hebat atau pengliatan menjadi kabur.
g. Nyeri dada hebat.
h. Dugaan adanya kehamilan.
(Saefudin.2006.h;MK-57-58)
g. Evaluasi.
Pada langkah ini dievaluasi keefektifan asuhan yang telah
diberikan, apakah sudah memenuhi kebutuhan asuhan yang telah
teridentifikasi dalam diagnosis maupun masalah.
(Muslihatun.2009.h;230)
Evaluasi dikatakan berhasil pada asuhan kebidanan keluarga
berencana dengan implant apabila:
1. Pasien sudah mengerti hasil pemeriksaan.
2. Pasien sudah mengerti tetang penjelasan bidan yang telah
diberikan.
3. Pasien sudah mengerti cara kerja implant.
4. Pasien bersedia menggunakan alat kontrasepsi implant.
5. Pasien bersedia untuk menandatangani informed consent.
6. Alat telah steril dan telah tertata dengan baik.
Asuhan Kebidanan pada..., Izzatun Nafsiyah, Kebidanan DIII UMP, 2013
7. Pasien sudah mengerti tentang konseling pra pemasangan
implant.
8. Implant telah terpasang dengan baik yaitu tepat pada bawah
kulit.
9. Pasien dapat mengerti tentang konseling pasca pemasangan
yang telah diberikan.
10. Pasien sudah mengerti kunjungan ulang pasca pemasangan
implant
C. Landasan Hukum
Peraturan mentri kesehatan Republik Indonesia nomor
1464/MENKES/Per/2010,Tentang izin praktik bidan IBI dengan rahmat
Tuhan Yang Maha Esa, mentri kesehatan Republik Indonesia
menyelenggarakan praktek.
Pasal 9
Bidan dalam menjalankan praktik, berwenang untuk memberikan
pelayanan yang meliputi:
a. Pelayanan Kesehatan Ibu
b. Pelayanan kesehatan anak dan
c. Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga
berencana.
Asuhan Kebidanan pada..., Izzatun Nafsiyah, Kebidanan DIII UMP, 2013
Pasal 12
Bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan reproduksi perempuan
danKeluarga berencana sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 huruf c,
berwenang untuk :
a. Memberikan penyuluhan dan konseling kesehatan reproduksi
perempuan dan keluarga berencana, dan
b. Memberikan alat kontrasepsi oral dan kondom
Pasal 13
1. Selain kewenangan sebagaimana dimaksud dalam pasal 10, pasal 11,
dan pasal 12, Bidan yang menjalankan program pemerintah
berwenang melakukan pelayanan kesehatan meliputi:
a. Pemberian alat kontrasepsi suntikan, alat kontrasepsi dalam
rahim, dan memberikan pelayanan alat kontrasepsi bawah kulit.
Asuhan Kebidanan pada..., Izzatun Nafsiyah, Kebidanan DIII UMP, 2013