BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Medisrepository.ump.ac.id/1949/2/Nur Baeti BAB II.pdf ·...
Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Medisrepository.ump.ac.id/1949/2/Nur Baeti BAB II.pdf ·...
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Medis
1. Persalinan
a. Pengertian Persalinan
Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks, dan janin
turun ke jalan lahir. Kelahiran adalah proses dimana janin dan ketuban
didorong keluar melalui jalan lahir. Dengan demikian dapat diartikan bahwa
persalinan adalah rangkaian peristiwa mulai dari kenceng-kenceng teratur
sampai dikeluarkannya produk konsepsi (janin, plasenta, ketuban, dan cairan
ketuban) dari uterus ke dunia luar melalui jalan lahir atau melalui jalan lain
dengan bantuan atau dengan kekuatan sendiri (Sumarah, Widiyastuti Y,
Wiyati N, 2009; h. 1).
Persalinan dan kelahiran merupakan kejadian fisiologis yang normal.
Persalinan adalah proses membuka dan menutupnya seviks dan janin turun
ke dalam jalan lahir. Kelahiran adalah proses dimana janin dan ketuban
didorong keluar melalui jalan lahir (Saifuiddin AB, Adriaansz G, Wiknjosastro
GH, dkk, 2006).
Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa persalinan adalah
proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup ke dunia luar, dari rahim
melalui jalan lahir atau jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan.
b. Sebab-sebab yang menimbulkan persalinan
Apa yang menyebabkan terjadinya persalinan sampai saat ini masih
belum diketahui benar, ada yang mengungkapkan bahwa hal ini adalah
Asuhan Kebidanan Ibu..., Nur Baeti, Kebidanan DIII UMP, 2011
teoro-teori yang komplek, dimana ada peran hormonal, bentuk rahim, faktor-
faktor pada syaraf dan nutrisi.
1) Teori penurunan hormon
Satu atau dua minggu sebelum partus mulai terjadi penurunan kadar
hormon estrogen dan progesteron. Progesteron bekerja sebagai
penenang otot-otot polos rahim dan akan menyebabkan kekejangan
pembuluh darah sehingga timbul his bila kadar progesteron turun.
2) Teori plasenta menjadi tua
Hal ini akan menyebabkan turunnya kadar estrogen dan progesteron
yang menyebabkan kekejangan pembuluh darah dan akan menimbulkan
kontraksi rahim.
3) Teori distensi rahim
Rahim yang menjadi besar dan merenggang menyebabkan iskemia otot-
otot rahim, sehingga mengganggu sirkulasi utero-plasenter.
4) Teori iritasi mekanik
Di belakang rahim terletak ganglion servikale. Bila ganglion ini digeser
dan ditekan misal oleh kepala janin, akan timbul kontraksi uterus.
5) Induksi partus
Partus dapat pula ditimbulkan dengan jalan;
a) Gagang laminaria
beberapa laminaria dimasukan dalam kanalis servikalis dengan tujuan
merangsang ganglion serikale (pleksus frankenhauser)
b) Amniotomi pemecahan ketuban
c) Oksitosin drips, pemberian oksitosin menururt tetesan per infus
(Prawirohardjo S, 2005; h. 181).
Asuhan Kebidanan Ibu..., Nur Baeti, Kebidanan DIII UMP, 2011
c. Tanda-tanda persalinan
1) Perasaan distensi berkurang (lightening) adalah penurunan bagian
presentasi ke dalam pelviks minor.
2) Perubahan serviks terjadi akibat peningkatan intensitas braxton hicks.
Serviks menjadi matang selama periode yang berbeda-beda sebelum
persalinan.
3) Persalinan palsu terdiri dari kontraksi uterus yang sangat nyeri, yang
memberi pengaruh signifikan terhadap serviks.
4) Ketuban pecah pada ahir kala I persalinan. Apabila terjadi sebelum
awitan persalinan, disebut ketuban pecah dini.
5) Blood show paling sering terlihat sebagai lendir bercampur darah
yang lengket dan harus dibedakan dengan cermat dari perdarahan
murni.
6) Lonjakan energi
7) Gangguan pada saluran cerna (Hidayat A, Sujiyatini, 2010; h. 3-6).
d. Pembagian kala dalam persalinan
Persalinan dibagi dalam 4 kala, yaitu:
1) Kala I
Dimulai dari saat persalinan mulai sampai pembukaan lengkap
(10 cm). Proses ini terbagi dalam 2 fase, fase laten (8 jam) seviks
membuka sampai 3 cm dan fase aktif (7 jam) serviks membuka dari 3
sampai 10 cm. Kontraksi lebih sering dan kuat selama fase aktif.
2) Kala II
Dimulai dari pembukaan lengkap (10 cm) sampai bayi lahir. Proses ini
biasanya berlangsung 2 jam pada primi dan 1 jam pada multi.
Asuhan Kebidanan Ibu..., Nur Baeti, Kebidanan DIII UMP, 2011
3) Kala III
Dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta, yang
berlangsung tidak lebih dari 30 menit.
4) Kala IV
Dimulai dari saat lahirnya plasenta sampai 2 jam pertama postpartum
(Prawirohardjo S, 2005; h.181-6).
e. Mekanisme persalinan
Mekanisme persalinan merupakan gerakan janin dalam menyesuaikan
dirinya dengan ukuran jalan lahir.
1) Engangement
Pada primi gravida terjadi pada bulan terakhir kehamilan,
sedangkan pada multi gravida dapat terjadi pada awal persalinan.
Engangement adalah ketika diameter biparietal melewati pintu atas
panggul.
2) Penurunan
Penurunan adalah peristiwa masuknya kepala dalam pintu atas
panggul dengan sutura sagitalis melintang dan dengan fleksi ringan.
Dikatakan sinklitismus bila sutura sagitalis terdapat di tengah-tengah jalan
lahir yaitu tepat diantara sympisis dan promontorium. Pada sinklitismus os
parietal depan dan belakang sama tingginya.
Saat sutura sagitalis lebih dekat ke promontorium atau ke sympisis
disebut asinklitismus. Dikatakan asinklitismus posterior bila sutura
sagitalis mendekati sympisis dan os parietal belakang lebih rendah dari
os parietal depan. Dikatakan asinklitismus posterior bila sutura sagitalis
Asuhan Kebidanan Ibu..., Nur Baeti, Kebidanan DIII UMP, 2011
mendekati promontorium dan os parietal depan lebih rendah dari os
parietal belakang.
3) Fleksi
Hal ini disebabkan karena anak didorong maju dan sebaliknya
mendapat tahanan dari pinggir PAP, serviks, dasar panggul. Gerakan
fleksi menyebabkan UUK lebih rendah dari UUB dan ukuran kepala yang
melewati panggul lebih kecil dari diameter sub occipito frontalis (11,5 cm)
menjadi diameter sub occipito bregmatika (9,5 cm).
4) Putar paksi dalam
Putar paksi dalam adalah pemutaran bagian terendah janin dari
bagian sebelumnya ke arah depan sampai di bawah sympisis. Bila
presentasi belakang kepala dengan bagian terendah janin adalah ubun-
ubun kecil maka ubun-ubun kecil memutar ke depan sampai berada di
bawah simpisis. Gerakan ini untuk menyesuaikan dengan bentuk jalan
lahir.
5) Ekstensi
Setelah kepala janin sampai pada dasar panggul dengan sumbu
jalan lahir pada pintu bawah panggul mengarah ke depan dan atas, serta
adanya kekuatan yang mendesak ke bawah dan tahanan dasar panggul
yang menolaknya keatas maka terjadilah ekstensi. Ubun-ubun kecil
semakin banyak terlihat dan sebagai hypomochlion maka berangsur-
angsur lahirlah ubun-ubun kecil, ubu-ubun besar, dahi, mata, hidung,
mulut, dagu.
Asuhan Kebidanan Ibu..., Nur Baeti, Kebidanan DIII UMP, 2011
6) Putar paksi luar
Untuk menghilangkan torsi pada leher karena putar paksi dalam
kepala memutar kembali searah punggung janin.
7) Ekspulsi
Setelah putar paksi luar bahu depan sampai di bawah sympisis dan
menjadi hypomochlion untuk kelahiran bahu belakang kemudian bahu
depan dan lahirlah seluruh badan bayi (Prawirohardjo S, 2005; h. 186 -
91; Sumarah, Widiyastuti Y, dkk, 2009; h. 88 - 98).
2. Kehamilan Postterm
a. Pengertian kehamilan postterm
Kehamilan lewat waktu atau postterm adalah usia kehamilan yang
melewati 294 hari atau lebih dari 42 minggu lengkap. Istilah yang sering
dipakai adalah postmaturitas, postdates. Kira-kira 10% kehamilan
berlangsung sampai 42 minggu (Prawirohardjo S, 2005; Sastrawinata S,
Martaadisoebrata D, dkk, 2004).
Definisi standar yang direkomendasikan secara internasional untuk
kehamilan memanjang didukung oleh American College of Obstetrician and
Gynecologist (1997), adalah 42 minggu lengkap (294 hari) atau lebih sejak
hari pertama haid terakhir. Kehamilan postterm berhubungan dengan durasi
kehamilan, bukan kondisi maternal, sedangkan pascamaturitas merupakan
istilah yang berkaitan dengan neonatus (Fraser DM, Cooper MA, 2009;
Cunningham FG,2005).
Dari pengertian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa kehamilan
postterm adalah kehamilan yang berlangsung 42 minggu atau lebih, dengan
segala komplikasinya.
Asuhan Kebidanan Ibu..., Nur Baeti, Kebidanan DIII UMP, 2011
b. Etiologi Kehamilan Postterm
Menjelang partus terjadi penurunan hormon progesteron, peningkatan
oksitosin serta peningkatan reseptor oksitosin, tetapi yang paling menentukan
adalah terjadinya produksi prostaglandin yang menyebabkan his yang kuat.
Prostaglandin telah dibuktikan berperan paling penting dalam menimbulkan
kontraksi uterus. Nwosu dan kawan-kawan menemukan perbedaan dalam
rendahnya kadar cortisol pada darah bayi sehingga disimpulkan kerentanan
akan stress merupakan faktor tidak timbulnya his, selain kurangnya air
ketuban dan insufisiensi plasenta (Prawirohardjo, 2005; h. 318).
Menurut Sastrawinata (2004) faktor-faktor yang mempengaruhi
kehamilan postterm, yaitu:
1) Faktor potensial
Adanya defisiensi hormon adrenokortikotropik (ACTH) pada fetus atau
defisiensi enzim sulfatase plasenta. Kelainan system saraf pusat pada janin
sangat berperan, misalnya pada keadaan anensefal.
2) Semua faktor yang mengganggu mulainya persalinan baik faktor ibu,
plasenta maupun anak.
c. Patofisiologi Kehamilan Postterm
Fungsi plasenta mencapai puncak pada kehamilan 38 minggu dan
mulai menurun setelah 42 minggu. Akibat dari proses penuaan plasenta
maka pemasokan makanaan dan oksigen akan menurun disamping adanya
spasme arteri spiralis. Janin akan mengalami pertumbuhan terhambat dan
penurunan berat, dalam hal ini dapat disebut dismatur. Sirkulasi
uteroplasenter akan berkurang dengan 50% menjadi hanya 250 ml/menit.
Asuhan Kebidanan Ibu..., Nur Baeti, Kebidanan DIII UMP, 2011
Jumlah air ketuban yang berkurang mengakibatkan perubahan abnormal
jantung janin (Prawirohardjo S, 2005; h.318).
d. Tanda Dan Gejala Kehamilan Postterm
Postterm ialah kondisi bayi yang lahir akibat kehamilan lewat waktu
dengan kelainan fisik akibat kekurangan makanan dan oksigen.
Tanda postterm dapat dibagi dalam 3 stadium :
1) Stadium 1
Kulit menunjukan kehilangan verniks kaseosa dan maserasi berupa kulit
kering, rapuh dan mudah mengelupas.
2) Stadium 2
Gejala di atas disertai pewarnaan mekonium (kehijauan) pada kulit.
3) Stadium 3
Terdapat pewarnaan kekuningan pada kuku, kulit dan tali pusat
(Prawirohardjo S, 2007; h. 318 - 19).
e. Pemeriksaan penunjang
Menurut Sujiyatini (2009), pemeriksaan penunjang yang dapat
dilakukan yaitu dengan USG untuk menilai usia kehamilan, oligohidramnion,
derajat maturitas plasenta. KTG untuk menilai ada atau tidaknya gawat janin.
Penilaian warna air ketuban dengan amnioskopi atau amniotomi (tes tanpa
tekanan dinilai apakah relatif atau tidak ada dan tes tekanan oksitosin).
Pemeriksaan sitologi vagina dengan indeks kariopiknotik.
f. Komplikasi Kehamilan Postterm
1) Untuk ibu
a) Rasa takut akibat terlambat lahir.
b) Rasa takut menjalani operasi.
Asuhan Kebidanan Ibu..., Nur Baeti, Kebidanan DIII UMP, 2011
2) Untuk janin
a) Anak besar dapat menyebabkan disproporsi sefalopelvik
b) Oligohidramnion, dapat menyebabkan kompresi tali pusat, gawat
janin sampai bayi meninggal.
c) Keluarnya mekonium yang dapat menyebabkan aspirasi
mekonium (Manuaba IBG, 2001; Prawirohardjo S, 2006).
g. Penatalaksanaan
Persalinan adalah waktu yang amat berbahaya bagi janin postterm.
Oleh karena itu ibu diharapkan langsung ke rumah sakit sesegera mungkin.
Adapun penatalksanaan persalinan dengan postterm sebagai berikut:
1) Setelah UK lebih dari 40 minggu yang penting adalah monitoring janin
sebaik-baiknya.
2) Apabila tidak ada tanda-tanda insufisiensi plasenta persalinan spontan
dapat ditunggu dengan pengawasan ketat.
3) Lakukan pemeriksaan dalam untuk menilai kematangan serviks, kalau
sudah matang boleh dilakukan induksi persalinan dengan atau tanpa
amniotomi.
4) Bila riwayat kehamilan yang lalu ada kematian dalam rahim, terdapat
hipertensi, pre eklamsi, dan kehamilan ini anak pertama karena
infertilitas, atau pada kehamilan lebih dari 40-42 minggu, maka ibu
dirawat di RS.
5) Tindakan operasi sectio caesaria dapat dipertimbangkan pada kasus
insufisiensi plasenta dengan keadaan serviks belum matang, pembukaan
belum lengkap, persalinan lama, dan terjadi gawat janin, kematian janin
Asuhan Kebidanan Ibu..., Nur Baeti, Kebidanan DIII UMP, 2011
dalam kandungan, pre eklamsi, hipertensi menahun, infertilitas dan
kesalahan letak janin (Sujiatini, Mufdlilah, Hidayat A, 2009; h. 27).
Skor Bishop adalah suatu cara untuk menilai kematangan serviks
setelah proses yang terjadi menjelang kelahiran, dimana serviks menjadi
lunak, menipis, dan dilatasi serviks dengan skor Bishop rendah memberikan
angka kegagalan yang lebih tinggi.
Tabel. 2.1. Kriteria Bhisop
Skor 0 1 2 3 Pembukaan 0 1-2 3-4 5-6 Pendataran 0-3% 40-50% 60-70% 80% Station -3 -2 -1 +1+2 Konsistensi Keras Sedang Lunak Amat lunak Posisi ostium Uteri
Posterior Tengah Anterior Anterior
Sumber: Joseph hk, Nugroho sm, 2010; h. 72-3
3. Induksi Persalinan
a. Pengertian Persalinan Induksi
Induksi persalinan merupakan tindakan yang banyak dilakukan untuk
mempercepat proses persalinan. Induksi persalinan dengan menambah
kekuatan dari luar tidak boleh merugikan ibu dan janinnya. Induksi persalinan
adalah tindakan antara yang berkelanjutan menuju seksio sesarea dan
persalinan operatif pervaginam (Manuaba IGB, 2001; h. 215).
Induksi persalinan adalah stimulasi kontraksi uterus sebelum mulai
persalinan spontan. Induksi persalinan merupakan intervensi obstetrik yang
harus dilakukan jika kelahiran efektif akan menguntungkan bagi ibu dan bayi.
Diharapkan setelah dilakukan induksi menyebabkan kelahiran bayi sehingga
mengakhiri kehamilan (Fraser DM, Cooper MA, 2009; h. 521 - 2).
Asuhan Kebidanan Ibu..., Nur Baeti, Kebidanan DIII UMP, 2011
b. Indikasi Induksi
Induksi diindikasikan jika manfaatnya bagi ibu atau janin lebih besar
dibanding jika kehamilan dilanjutkan.
1) Indikasi maternal
a) Kehamilan lebih bulan
b) Hipertensi, termasuk pre-eklamsi
c) Diabetes
d) Abrupsio plasenta
e) Ketuban pecah dini
f) Permintaan ibu
2) Indikasi janin
a) Dicurigai adanya gangguan pada janin
b) Kematian intrauteri
c. Kontraindikasi Induksi
Hal-hal yang tidak boleh melakukan tindakan induksi:
1) Plasenta previa
2) Presentasi janin melintang atau campuran
3) Presentasi tali pusat prolaps tali pusat
4) Disproporsi sefalopelvik
5) Gangguan janin yang kuat
6) Herpes genital aktif (Fraser DM, Cooper MA, 2009; h. 522 - 3).
d. Metode Induksi dengan Oxytocin
Untuk menentukan metode induksi, pengkajian serviks perlu dilakukan
dengan mengukur skor Bishop (lihat tabel 2.1). Adapun metode induksi
sebagai berikut:
Asuhan Kebidanan Ibu..., Nur Baeti, Kebidanan DIII UMP, 2011
1) Metode optimal pemberian induksi melalui infus intravena.
2) Campurkan 0,5 Ui oksitosin dimasukan ke dalam 500 cc cairan
kristaloid.
3) Mulai dengan 8 tetes selama 15 menit, naikan sebanyak 4 tetes
setiap 15 menit sampai tercapai kontraksi optimal.
4) Tetesan maksimal 40 tetes.
5) Observasi DJJ, kontraksi, penurunan bagian terendah
6) Kriteria gagal dengan 1.000 cc tidak terjadi kontraksi.
7) Diulangi dengan interval 24-48 jam.
8) Tindakan lanjut: memecahkan ketuban dan persalinan harus berakhir
dalam waktu 6 jam, bila tidak terjadi langsung seksio sesarea
(Manuaba IBG, 2001; h. 217).
e. Metode induksi dengan misoprostol
1) Pemberian misoprostol 25 mcg seri pertama yaitu diberi 4 kali dengan
jarak 6 jam
2) Jika dalam pemberian 4 kali belum ada pembukaan maka diberikan
kembali misoprostol seri kedua yaitu misoprostol 25 mcg 4 kali
dengan jarak 6 jam (Bantuk HT, 2007; h. 19).
3) Batas maksimal pemberian induksi misoprostol 25 mcg adalah 8 kali
apabila terjadi kegagalan induksi ataupun gawat janin, maka harus
dikonsultasikan kepada dokter spesialis obstetrik dan ginekologi untuk
diambil alih serta dilakukan tindakan sesuai syarat yang terpenuhi,
bila perlu dengan tindakan pembedahan secsio cesarea (Chrisdiono
M, 2004; h. 34).
Asuhan Kebidanan Ibu..., Nur Baeti, Kebidanan DIII UMP, 2011
B. Tinjauan Teori Asuhan Kebidanan
1. Tinjauan Manajemen Kebidanan
Manajemen kebidanan adalah suatu pendekatan yang digunakan oleh bidan
dalam menerapkan metode pemecahan masalah secara sistematis, mulai
dari pengkajian, analisis data, diagnosa kebidanan, perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi (Hidayat A, Sujiatini, 2010; h. 114).
Penerapan manajemen kebidanan menurut Varney (1997) meliputi
pengumpulan data dasar, interpretasi data, diagnosa potensial, antisipasi,
perencanaan tindakan, pelaksanaan dan evaluasi.
Langkah 1: Pengkajian
Pada langkah ini bidan mengumpulkan semua informasi yang akurat dan
lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien, untuk
memperoleh data dapat dilakukan dengan cara obserfasi, wawancara, dan
pemeriksaan.
Bila klien mengalami komplikasi yang perlu di konsultasikan kepada dokter
dalam penatalaksanaan maka bidan perlu melakukan konsultasi atau
kolaborasi dengan dokter. Tahap ini merupakan langkah awal yang akan
menentukan langkah berikutnya, sehingga kelengkapan data sesuai dengan
kasus yang di hadapi akan menentukan proses interpretasi yang benar atau
tidak dalam tahap selanjutnya, sehingga dalam pendekatan ini harus yang
komprehensif meliputi data subjektif, objektif dan hasil pemeriksaan sehingga
dapat menggambarkan kondisi/masukan klien yang sebenarnya dan valid.
Kaji ulang data yang sudah di kumpulkan apakah sudah tepat, lengkap dan
akurat.
Asuhan Kebidanan Ibu..., Nur Baeti, Kebidanan DIII UMP, 2011
Langkah II: Merumuskan Diagnosa/Masalah Kebidanan
Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap diagnosa atau masalah
berdasarkan interpretasi yang akurat atas data-data yang telah dikumpulkan.
Data dasar yang sudah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga dapat
merumuskan diagnosa dan masalah yang spesifik. Rumusan diagnosa dan
masalah keduanya digunakan karena masalah tidak dapat didefinisikan
seperti diagnosa tetapi tetap membutuhkan penanganan. Masalah sering
berkaitan dengan hal-hal yang sedang dialami wanita yang diidentifikasi oleh
bidan sesuai dengan hasil pengkajian. Masalah juga sering menyertai
diagnosa. Diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang ditegakkan bidan
dalam lingkup praktik kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur
diagnosa kebidanan.
Langkah III: Mengantisipasi Diagnosa/Masalah Kebidanan
Pada langkah ini mengidentifikasi masalah potensial atau diagnosa potensial
berdasarkan diagnosa/masalah yang sudah diidentifikasi. Langkah ini
membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan. Pada
langkah ketiga ini bidan dituntut untuk mampu mengantisipasi masalah
potensial tidak hanya merumuskan masalah potensial yang akan terjadi tetapi
juga merumuskan tindakan antisipasi agar masalah atau diagnosa potensial
tidak terjadi.
Langkah IV: Menetapkan Kebutuhan Tindakan Segera
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan/dokter dan/untuk
dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang
lain sesuai dengan kondisi klien. Langkah ini mencerminkan kesinambungan
dari proses penatalaksanaan kebidanan. Jadi, penatalaksanaan bukan hanya
Asuhan Kebidanan Ibu..., Nur Baeti, Kebidanan DIII UMP, 2011
selama asuhan primer periodik atau kunjungan prenatal saja tetapi juga
selama wanita tersebut bersama bidan terus-menerus.
Pada penjelasan diatas menunjukkan bahwa bidan dalam melakukan
tindakan harus sesuai dengan prioritas masalah/kebutuhan yang dihadapi
kliennya. Setelah bidan merumuskan tindakan yang perlu dilakukan untuk
mengantisipasi diagnosa/masalah potensial pada langkah sebelumnya, bidan
juga harus merumuskan tindakan emergency/segera untuk segera ditangani
baik ibu maupun bayinya. Dalam rumusan ini termasuk tindakan segera yang
mampu dilakukan secara mandiri, kolaborasi atau yang bersifat rujukan.
Langkah V: Merencanakan Asuhan Secara Menyeluruh
Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh yang ditentukan
oleh langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan
penatalaksanaan terhadap masalah atau diagnosa yang telah teridentifikasi
atau diantisipasi. Pada langkah ini informasi data yang tidak lengkap dapat
dilengkapi. Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa-apa
yang sudah teridentifikasi dari kondisi klien atau dari masalah yang berkaitan
tetapi juga dari kerangka pedoman antisipasi terhadap wanita tersebut seperti
apa yang diperkirakan akan terjadi berikutnya, apakah dibutuhkan
penyuluhan konseling dan apakah perlu merujuk klien bila ada masalah-
masalah yang berkaitan dengan sosial ekonomi-kultural atau masalah
psikologi.
Setiap rencana asuhan haruslah disetujui oleh kedua belah pihak, yaitu oleh
bidan dan klien agar dapat dilaksanakan dengan efektif karena klien juga
akan melaksanakan rencana tersebut. Semua keputusan yang
dikembangkan dalam asuhan menyeluruh ini harus rasional dan benar-benar
Asuhan Kebidanan Ibu..., Nur Baeti, Kebidanan DIII UMP, 2011
valid berdasarkan pengetahuan dan teori yang up to date serta sesuai
dengan asumsi tentang apa yang akan dilakukan klien.
Langkah VI: Implementasi
Pada langkah ke enam ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah
diuraikan pada langkah ke lima dilaksanakan secara aman dan efisien.
Perencanaan ini dibuat dan dilaksanakan seluruhnya oleh bidan atau
sebagian lagi oleh klien atau anggota tim kesehatan lainnya. Walaupun bidan
tidak melakukannya sendiri, bidan tetap bertanggung jawab untuk
mengarahkan pelaksanaannya. Dalam kondisi dimana bidan berkolaborasi
dengan dokter untuk menangani klien yang mengalami komplikasi, maka
keterlibatan bidan dalam penatalaksanaan asuhan bagi klien adalah tetap
bertanggung jawab terhadap terlaksananya rencana asuhan bersama yang
menyeluruh tersebut. Pelaksanaan yang efisien akan menyangkut waktu dan
biaya serta meningkatkan mutu dan asuhan klien.
Langkah VII: Evaluasi
Pada langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah
diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar
telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasi di
dalam diagnosa dan masalah. Rencana tersebut dapat dianggap efektif jika
memang benar-benar efektif dalam pelaksanaannya (Hidayat A, Sujiatini,
2010; h. 114-8).
2. Tinjauan Asuhan Kebidanan Ibu Bersalin Dengan Postterm
a. Pengkajian
Merupakan suatu cara untuk mendapatkan informasi dengan
menggunakan metode wawancara secara langsung dan pemeriksaan fisik.
Asuhan Kebidanan Ibu..., Nur Baeti, Kebidanan DIII UMP, 2011
1). Data Subjektif
a) Identitas Pasien
Berisi tentang biodata pasien dan penanggung jawab yaitu menurut
nama, umur, suku bangsa, agama, pendidikan, pekerjaan, dan alamat
(Sujiatini, Mufdlilah, Hidayat A, 2009).
b) Alasan dating
Untuk mengetahui alasan ibu saat datang ke rumah sakit.
c) Keluhan utama
Keluhan ditanyakan untuk mendukung data diagnosa dan mengetahui
apa yang dirasakan ibu. Pada waktu pengkajian yang dirasakan oleh
ibu adalah cemas dan takut, karena ibu belum juga bersalin. Ibu
mengatakan hari perkiraan lahir sudah lewat (Manuaba IBG, 2001; h.
226)
d) Riwayat kesehatan
Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya riwayat
penyakit medis kronik yang diderita ibu, seperti diabetes mellitus,
anemia, hipertensi (Varney H, Kriebs JM, Gegor CL, 2006; h. 654).
e) Riwayat Obstetri
(1) Riwayat Haid :
Riwayat haid melalui HPHT (hari pertama haid terakhir) dikaji
dengan tepat untuk mengetaui usia kandungan apakah sudah aterm
atau belum, karena bila dijumpai umur kehamilan ibu melewati 42
minggu sudah bisa dipastikan bahwa kehamilan ibu postterm
(Prawirohardjo S, 2005; h. 317).
Asuhan Kebidanan Ibu..., Nur Baeti, Kebidanan DIII UMP, 2011
(2) Riwayat kehamilan sekarang
(a) ANC
Dilakukan untuk mengetahui dan mengawasi perkembangan
kehamilan dengan mengevaluasi kembali umur kehamilan dari
saat pertama kali ibu datang. Makin awal pemeriksaan kehamilan
dilakukan, umur kehamilan makin mendekati kebenaran. Hal ini
untuk memastikan apakah umur kehamilan ibu sudah 42
minggu/lebih atau belum (Sastrawinata S, Martaadisoebrata D,
Wirakusumah FF, 2004; h. 13).
(b) Gerakan janin
Untuk mengetahui frekuensi janin bergerak dan
kesejahteraan janin pada kehamilan berisiko tinggi, berkaitan
dengan kehamilan postterm (Fraser DM, Cooper MA, 2009; h.
521).
(c) Nasehat
Untuk mengetahui nasehat-nasehat yang diberikan bidan
kepada ibu sebagai pedoman ibu dalam kehamilan maupun
persalinan berhubungan dengan kehamilan postterm.
f) Riwayat perkawinan
Untuk mengetahui berapa kali ibu menikah, status menikah syah
atau tidak karena bila melahirkan tanpa status yang jelas akan
mempengaruhi psikologi ibu saat bersalin (Ambarwati RE, Wulandari D,
2009; h. 133).
Asuhan Kebidanan Ibu..., Nur Baeti, Kebidanan DIII UMP, 2011
g) Riwayat KB
Penggunaan alat kontrasepsi akan mempengaruhi siklus
menstruasi. Hal ini menyebabkan sebagian wanita tidak dapat mengingat
tanggal menstruasi terakhir mereka. Padahal hal ini penting dalam
penentuan usia kehamilan (Fraser DM, Cooper MA, 2009; h. 520).
h) Pola kebutuhan sehari-hari
Pengkajian diet dan konseling merupakan hal yang rutin bagi semua
ibu hamil. Evaluasi tambahan terhadap asupan kalori dan zat gizi
sehubungan dengan kenaikan berat badan total, status nutrisis saat ini
yang dapat digunakan untuk menilai ketidaksesuaian ukuran atau usia
kehamilan (Varney H, Kriebs JM, Gegor CL, 2006; h. 657-8).
2). Data Objektif
Berat badan sebelum dan selama hamil harus dikaji untuk mengetahui
kenaikan berat badan total. Dari sini dapat pula digunakan untuk menilai
ketidaksesuaian umur kehamilan, sehubungan dengan kehamilan postterm
(Varney H, Kriebs JM, Gegor CL, 2006; h. 657).
Pada pemeriksaan abdomen dapat ditentukan umur kehamilan dengan
pengukuran tinggi fundus uteri. Selain itu juga dilihat dari lingkaran perut
mengecil dan air ketuban berkurang. Hal ini bisa menjadi salah satu penilaian
apakah kehamilan matur atau tidak (Joseph HK, Nugroho SM, 2010; h. 236).
Pemeriksaan dalam dilakukan untuk mengkaji bagaimana keadaan
portio, apakah melunak, menipis, mulai berdilatasi. Karena pemeriksaan
serviks sangat penting pada kehamilan lanjut. Hal ini berkaitan dengan
pematangan serviks jika akan dilakukan induksi persalinan pada postterm
(Varney H, Kriebs JM, Gegor CL, 2006; h. 660).
Asuhan Kebidanan Ibu..., Nur Baeti, Kebidanan DIII UMP, 2011
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah USG untuk
menilai usia kehamilan, oligihidramnion, derajat maturitas plasenta. KTG
untuk menilai ada atau tidaknya gawat janin. Amniotomi untuk menilai warna
air ketuban. Pemeriksaan sitologi vagina dengan indeks kariopiknotik
(Sujiatini, Mufdlilah, Hidayat A, 2009; h. 36-7).
b. Interpretasi data
Data yang telah dikumpulkan, diinterpretasikan sehingga ditemukan
masalah atau diagnosa yang spesifik. Interpretasi data pada ibu bersalin
dengan postterm yaitu:
Diagnosa : Ny. S G1P0A0 umur... tahun, umur kehamilan... minggu janin
tunggal hidup intra uteri presentasi kepala, puka U, point of direction,
menumbung/tidak, dengan postterm.
1) Dasar Subyektif:
a) Ibu mengatakan ini adalah kehamilan yang ke... , belum pernah
keguguran dan HPHT tanggal ...
b) Ibu mengatakan ibu merasa cemas karena ibu belum bersalin setelah
melewati hari perkiraan lahir (Manuaba IBG, 2001; h. 226).
Masalah : Cemas, kurangnya pengetahuan dan informasi tentang
persalinan dengan postterm.
2) Dasar objektif :
a) Keadaan umum, kesadaran, tanda vital
b) Pemeriksaan abdomen untuk mengetahui tinggi fundus dan posisi
janin
Asuhan Kebidanan Ibu..., Nur Baeti, Kebidanan DIII UMP, 2011
c) Pemeriksaan dalam untuk mengkaji kematangan serviks sehubungan
dengan persalinan postterm dan juga untuk menilai kemajuan
persalinan.
d) Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk mendukung
diagnosa kehamilan postterm dan menentukan tindakan selanjutnya.
c. Diagnosa potensial
Diagnosa potensial yang terjadi pada janin sehubungan dengan
persalinan postterm adalah gawat janin. Hal ini diakibatkan karena fungsi
plasenta menurun akibat proses penuaan plasenta sehingga pemasokan
makanan dan oksigen akan terganggu. Gawat janin yaitu hilangnya
kesejahteraan janin dengan frekuensi denyut jantung janin yang diukur
segera setelah kontraksi kurang dari 100 per menit atau 160 per menit
sebelum kontraksi berikutnya (Prawirohardjo S, 2005; h. 318, Cunningham
FG, Norman FG, Kenneth JL, 2005; h: 341).
d. Identifikasi kebutuhan akan tindakan segera atau kolaborasi dan
konsultasi
Dari diagnosa potensial diperoleh kebutuhan segera untuk mencegah
terjadinya komplikasi yang lebih berat akibat bersalin dengan postterm. Untuk
mendapat terapi dan tindakan yang tepat maka berkolaborasi dengan dokter
SpOG.
Penatalaksanaan kehamilan postterm adalah induksi persalinan karena
tidak banyak menimbulkan penyulit bayi, asalkan dilakukan dengan tepat.
Pemantauan janin sangat penting karena dapat terancam gawat janin, yang
memerlukan pertolongan segera serta persiapan alat resusitasi (Manuaba
IBG, 1998; h. 225).
Asuhan Kebidanan Ibu..., Nur Baeti, Kebidanan DIII UMP, 2011
e. Perencanaan
Rencana asuhan kebidanan sesuai dengan data subjektif, objektif, dan
diagnosa kebidanan bersalin dengan postterm. Adapun rencana asuhan
kebidanan ibu bersalin dengan postterm antara lain:
1) Lakukan pemantauan DJJ setiap 30 menit.
Penolong harus waspada bila DJJ mengarah ketidak normal. Pada
persalinan postterm potensial terjadi fetal distress maka untuk mencegah hal
itu dilakukan pemantauan DJJ (Cunningham FG, Norman FG, Kenneth JL,
2005; h: 341).
2) Lakukan kolaborasi dengan dokter SpOG untuk mengakhiri kehamilan
dengan tindakan induksi misoprostol.
Kasus persalinan postterm bukan merupakan wewenang bidan, maka
untuk melanjutkan tindakan harus di bawah advis dokter dengan tindakan
kolaborasi (Kepmenkes, No.1464, 2010).
3) Beri tahu ibu bahwa ibu dan janin dalam keadaan baik
Selalu memberi informasi tentang masalah kesehatan pasien
(Kepmenkes No.1464, 2010).
4) Berikan support mental kepada ibu agar tetap semangat menghadapi
persalinan serta minta ibu ditemani salah satu anggota keluarga yang
bisa membuat ibu tenang.
Karena hasil persalinan yang baik erat hubungannya dengan dukungan
dari keluarga yang mendampingi ibu selama proses persalinan (Depkes RI,
2008; h. 79).
5) Berikan ibu makan dan minum jika tidak ada kontraksi
Asuhan Kebidanan Ibu..., Nur Baeti, Kebidanan DIII UMP, 2011
Ibu bersalin mudah sekali mengalami dehidrasi selama proses
persalinan dan kelahiran bayi dan pemberian makanan pada ibu bertujuan
untuk menambah tenaga pada saat proses persalinan dan kelahiran bayi
(Depkes RI, 2008; h. 79).
6) Anjurkan ibu untuk tidak berbaring terlentang
Ibu berbaring terlentang maka berat uterus dan isinya (janin, cairan
ketuban, plasenta) akan menekan vena cava inferior ibu, hal ini akan
mengurangi asupan oksigen melalui sirkulasi utero-plasenter sehingga akan
menyebabkan hipoksia pada bayi. Berbaring terlentang akan mengganggu
kemajuan persalinan dan menyulitkan ibu untuk meneran secara efektif
(Depkes RI, 2008; h. 85).
7) Berikan informed consent sebagai persetujuan tindakan induksi
Informed consent telah diakui sebagai langkah yang paling penting
untuk mencegah terjadinya konflik (IBI, 2006; h. 95).
f. Pelaksanaan
Pelaksanaan asuhan kebidanan ibu bersalin dengan postterm pada kala I
sesuai dengan asuhan kebidanan pada langkah perencanaan diatas.
g. Evaluasi
Sesuai dengan perencanaan dan pelaksaaan dan dilakukan dengan
langkah-langkah asuhan kebidanan dengan format SOAP (Subjective
Objective Assesment Planning) dimulai dari data perkembangan I.
Data perkembangan I
A. SUBYEKTIF
1. Ibu mengatakan ingin mengedan dan ingin buang air besar.
2. Ibu mengatakan mulesnya semakin sering dan ibu tidak tahan lagi.
Asuhan Kebidanan Ibu..., Nur Baeti, Kebidanan DIII UMP, 2011
B. OBYEKTIF
1. Keadaan umum, kesadaran, tekanan darah, nadi, suhu, respirasi.
2. Palpasi: Fundus uteri berkontraksi, his berapa X dalam 10 menit lama
berapa detik, DJJ berapa x/menit teratur/tidak, kandung kemih
kosong/tidak.
3. Pemeriksaan dalam: keadaan Vulva normal/tidak, uretra, vagina,
porsio teraba/tidak, effecement, pembukaan, kulit ketuban, bagian
terendah, point of direction, bagian menumbung ada/tidak, moulage
ada/tidak, caput ada/tidak.
C. ASSESMENT
Ny. X G…P…A… umur…tahun, umur kehamilan…minggu janin tunggal
hidup intra uteri presentasi kepala, point of direction, menumbung/tidak,
sarung tangan lendir darah/tidak, dengan postterm dalam persalinan
kala…
D. PLANNING
1. Menjelaskan hasil pemeriksaan bahwa pembukaan sudah lengkap, dan
ibu boleh ngedan bila ngerasa kenceng. Memberikan dukungan kepada
ibu untuk mengurangi kecemasan dan ketakutan ibu dengan menjelaskan
proses dan kemajuan persalinan serta prosedur yang akan dilakukan
(Hidayat A, Sujiatini, 2010; h. 63).
2. Menyiapkan pertolongan persalinan, pimpin ibu meneran saat ada his
dengan cara meneran seperti mau BAB dan menerannya diarahkan
kebokong bukan keleher. Minta ibu untuk istirahat diantara kontraksi,
meminta ibu saat meneran untuk tidak mengangkat bokongnya,
menganjurkan pada ibu untuk minum jika ibu haus dan cape.
Asuhan Kebidanan Ibu..., Nur Baeti, Kebidanan DIII UMP, 2011
Mempersiapkan diri untuk menolong persalinan, pakai celemek, tutup
kepala, kaca mata, masker, dan sepatu boot (Hidayat A, Sujiatini, 2010;
h. 74-5).
3. Setelah kepala terlihat di introitus vagina 5-6 cm, letakan handuk diperut
ibu, menjelaskan kepada ibu dan keluarga bahwa ini berfungsi untuk
mengeringkan bayi saat lahir. Memasang alas bokong yang sudah dilipat
1/3 bagian dan memasangkannya dibawah bokong ibu.
Gunakan 1/3 dari alas bokong untuk menahan perineum dengan tangan
kanan, lakukan tekanan yang lembut dan tidak menghambat pada kepala
bayi serta membiarkan kepala bayi keluar perlahan-lahan. 3 jari tengah
tangn kiri diletakan dioksiput kepala bayi dan setelah kepala lahir untuk
menghembuskan nafas secara lembut dan panjang.
Setelah kepala lahir mengecek pada leher bayi apakah terjadi lilitan/tidak.
Melahirkan kepala secara biparietal, bahu dan badan bayi dengan cara
menyusuri bahu sampai dengan melahirkan badan keseluruhan sesuai
mekanisme persalinan dan jalan lahir (Hidayat A, Sujiatini, 2010; h. 77-
80).
4. Lakukan penanganan bayi baru lahir dengan menilai ketuban jernih atau
mekoneum, bernafas atau menangis, apakah tonus otot baik, apakah kulit
berwarna merah muda, apakah cukup bulan atau lebih bulan, jika baik
lakukan perawatan rutin seperti beri kehangatan, bersihkan jalan nafas,
dan keringkan. Jika nilai bayi buruk lakukan tindakan beri kehangatan,
posisikan bayi dengan kepala agak ekstensi diganjal kain tebal + 5 cm.
bersihkan jalan nafas sesuai kebutuhan, keringkan, stimular. Atur posisi
kembali dan lakukan evaluasi pernafasan, frekuensi jantung, warna kulit.
Asuhan Kebidanan Ibu..., Nur Baeti, Kebidanan DIII UMP, 2011
Jika bayi nafas spontan, frekuensi jantung kurang dari 100 x/menit, warna
kulit tak merah muda, berikan ventilasi tekanan positif yaitu sungkup
dengan ukuran tepat menutupi mulut, hidung dan ujung dagu tetapi tidak
menutupi mata, kemudian posisi yang benar untuk ventilasi bantuan.
Irama untuk VTP yang keras untuk mempertahankan frekuensi 40-60 kali
nafas/menit (Depkes. 2008).
Data perkembangan II
A. SUBYEKTIF
Ibu mengatakan perutnya terasa mules dan merasa lelah
B. OBYEKTIF
1. Keadaan umum baik. Kesadaran Composmetris
2. Palpasi
Pemeriksaan abdomen: TFU 2 jari di atas pusat, kontraksi uterus
baik, kandung kemih kosong.
3. Pemeriksaan genetalia
Vulva/vagina tidak ada kelainan, tali pusat memanjang di depan
vulva, terdapat pengeluaran darah.
C. ASSESMENT
P… A…, umur…, dalam persalinan kala III
D. PLANNING
1. Melaksanakan manajemen aktif kala III, meliputi:
Pemberian oksitosin, penegangan tali pusat terkendali dan massase
fundus uteri. Sebelum memberikan oksitosin lakukan palpasi untuk
memastikan janin tunggal, tidak ada bayi kedua. Suntikan dilakukan
Asuhan Kebidanan Ibu..., Nur Baeti, Kebidanan DIII UMP, 2011
pada 1/3 paha bagian luar (Sumarah, Widyati Y, Wiyati N, 2009; h.
147).
2. Melakukan penegangan tali pusat terkendali.
Klem dipindahkan 5-10 cm dari vulva. Tangan kiri diletakan di atas
perut memeriksa kontraksi uterus. Saat ada kontraksi uterus, tangan
kiri di atas perut melakukan gerakan dorsokranial dengan sedikit
tekanan. Bila plasenta sudah tampak di vulva, lahirkan dengan kedua
tangan secara hati-hati searah jarum jam (Sumarah, Widyati Y, Wiyati
N, 2009; h. 147-8).
3. Melakukan massase fundus uteri. Tangan diletakan di atas fundus
uteri. Gerakan tangan dengan pelan, sedikit ditekan, searah jarum
jam. Kali kontraksi uterus 1-2 menit, bimbing pasien dan keluarga
untuk melakukan massase uterus (Sumarah, Widyati Y, Wiyati N,
2009; h. 149).
4. Memeriksa kelengkapan plasenta: selaput ketuban utuh atau tidak.
Ukuran plasenta bagian maternal (jumlah kotiledon), bagian fetal utuh
atau tidak. Tali pusat adakah arteri atau vena yang terputus
(Sumarah, Widyati Y, Wiyati N, 2009; h. 150).
Data perkembangan III A. SUBYEKTIF
Ibu mengatakan lemas tapi ibu merasa sangat bahagia karena bayi
sudah lahir dan ari-arinya telah dikeluarkan.
B. OBYEKTIF
1. Keadaan umum baik. Kesadaran CM
2. TTV: TD, nadi, suhu, respirasi
Asuhan Kebidanan Ibu..., Nur Baeti, Kebidanan DIII UMP, 2011
3. Pemeriksaan abdomen: TFU berapa jari dibawah pusat, kontraksi
uterus, kandung kemih.
4. Pemeriksaan genetalia: vulva vagina ada kelainan/tidak, laserasi
jalan lahir, perdarahan.
C. ASSESMENT
P… A…, umur…, dalam persalinan kala IV.
D. PLANNING
1. Memantau tekanan darah, nadi, tinggi fundus uteri, kandung kemih,
kontraksi uterus, dan tanda-tanda adanya perdarahan setiap 15 menit
pada jam pertama dan setiap 30 menit pada jam kedua. Selain hal-hal
di atas, nilailah apakah ibu merasa nyaman, lapar, atau haus (Hidayat
A, Sujuatini, 2010; h. 97).
2. Membersihkan perineum ibu dan tubuh ibu kemudian membersihkan
tempat tidur ibu, dan kenakan pakaian ibu yang bersih.
Hasil ibu sudah dalam keadaan bersih.
2. Membiarkan ibu istirahat, bantu ibu pada posisi yang nyaman, bila
kondisi bayi baik biarkan bayi berada dekat dengan ibu untuk
meningkatkan hubungan ibu dengan bayi. Sebagai permulaan dengan
menyusui bayinya, menyusui juga membantu uterus berkontraksi.
3. Memeriksa fundus uteri setiap 15 menit pada jam pertama dalam
setiap 20-30 menit selama jam kedua.
Jika kontraksi tidak kuat, massase uterus sampai menjadi keras,
periksa tekanan darah, nadi, kandung kemih, dan perdarahan.
Asuhan Kebidanan Ibu..., Nur Baeti, Kebidanan DIII UMP, 2011
C. Landasan Hukum Kewenangan Bidan
1. Peran fungsi dan kompetensi bidan
a. Memberikan asuhan kebidanan pada ibu dalam masa persalinan dengan
resiko tinggi dan keadaan kegawat daruratan yang memerlukan
pertolongan pertama dengan tindakan kolaborasi dengan melibatkan klien
dan keluarga.
1) Mengkaji kebutuhan asuhan kebidanan pada ibu dalam masa
persalinan dengan resiko tinggi dan keadaan kegawatdaruratan yang
memerlukan petolongan pertama dengan tindakan kolabirasi.
2) Menentukan diagnose, prognosa, dan prioritas sesuai dengan faktor
resiko dan keadaan kegawat daruratan.
3) Menyusun rencana asuhan kebidanan pada ibu dalam masa
persalinan dengan resiko tinggi dan pertolongan pertama sesuai
prioritas.
4) Melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu dalam masa persalinan
dengan resiko tinggi dan pertolongan pertama sesuai dengan
prioritas.
b. Memberikan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan resiko tinggi
dan yang mengalami komplikasi serta kegawat daruratan yang
memerlukan pertolongan pertama dengan tindakan kolaborasi dengan
melibatkan klien dan keluarga.
1) Mengkaji kebutuhan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan
resiko tinggi dan keadaan kegawat daruratan yang memerlukan
tindakan kolaborasi
Asuhan Kebidanan Ibu..., Nur Baeti, Kebidanan DIII UMP, 2011
2) Menentukan diagnosa, prognosa, dan prioritas sesuai dengan fektor
resiko dan kegawat daruratan.
3) Menyusun rencana asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan
resiko tinggi dan memerlukan pertolongan pertama sesuai dengan
prioritas.
4) Melaksanakan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir denga resiko
tinggi dan pertolongn pertama sesuai proiritas.
5) Mengevaluasi hasil asuhan dan pertolongan pertama yang telah
diberikan.
2. Kompetensi Bidan
Kompetensi ke empat : Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi,
tanggap terhadap kebudayaan setempat selama persalinan, memimpin suatu
persalinan yang bersih dan aman, menangani situasi kegawatdaruratan untuk
mengoptimalkan kesehatan wanita dan bayinya yang baru lahir.
a. Pengetahuan Dasar
1) Fisiologi persalinan.
2) Aspek psikologis dan kultural pada persalinan dan kelahiran.
3) Indikator tanda-tanda mulai persalinan.
4) Penilaian kesejahteraan ibu dalam masa persalinan.
5) Proses penurunan janin melalui pelvik selama persalinan dan kelahiran.
6) Pemberian kenyamanan dalam persalinan, seperti: kehadiran keluarga/
pendamping, pengaturan posisi, dukungan moril, pengurangan nyeri
tanpa obat.
7) Indikator komplikasi persalinan: perdarahan, partus macet, kelainan
presentasi, eklampsia, kelelahan ibu, gawat janin, infeksi, ketuban pecah
Asuhan Kebidanan Ibu..., Nur Baeti, Kebidanan DIII UMP, 2011
dini tanpa infeksi, distokia karena inersia uteri primer, postterm dan pre
term serta tali pusat menumbung.
8) Prinsip manajemen aktif kala III
b. Pengetahuan tambahan
1) Penatalaksanaan persalinan dengan malpresentasi.
2) Pemberian suntikan anestesi lokal.
3) Akselerasi dan induksi persalinan.
c. Ketrampilan Dasar
1) Mengumpulkan data yang terfokus pada riwayat kebidanan dan tanda-
tanda vital ibu pada persalinan sekarang.
2) Melaksanakan pemeriksaan fisik yang terfokus.
3) Mencatat waktu dan mengkaji kontraksi uterus
4) Melakukan pemeriksaan panggul dalam secara lengkap dan akurat
meliputi pembukaan, penurunan, bagian terendah, presentasi, posisi
keadaan ketuban dan proporsi panggul dengan bayi.
5) Melakukan pemantauan kemajuan persalinan dengan menggunakan
partograf.
6) Memberikan dukungan psikologis bagi wanita dan keluarganya.
7) Memberikan cairan, nutrisi dan kenyamanan yang adekuat selama
persalinan.
8) Mengidentifikasi secara dini kemungkinan pola persalinan abnormal dan
kegawatdaruratan dengan intervensi yang sesuai dan atau melakukan
rujukan dengan tepat waktu.
9) Melakukan episiotomi dan penjahitan jika diperlukan.
Asuhan Kebidanan Ibu..., Nur Baeti, Kebidanan DIII UMP, 2011
10) Memberikan pertolongan persalinan abnormal: letak sungsang, partus
macet kepala didasar panggul, ketuban pecah dini tanpa infeksi, postterm
dan pre term.
d. Ketrampilan Tambahan
1) Memberikan suntikan anestesi lokal jika diperlukan.
2) Membuat resep dan memberikan obat-obatan untuk mengurangi nyeri jika
diperlukan sesuai kewenangan.
3) Memberikan oksitosin dengan tepat untuk induksi dan akselerasi
persalinan dan penanganan perdarahan post partum.
3. Kewenangan bidan dalam memberikan asuhan kebidanan ibu bersalin
dengan postterm, dalam memberikan asuhan kebidanan pada Kepmenkes
No.1464/MENKES/PER/X/2010.
Pasal 9 : Bidan dalam menjalankan praktik, berwenang untuk memberikan
pelayanan yang meliputi : (a) pelayanan kesehatan ibu
Pasal 10 :
(1) Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 huruf a
diberikan pada masa pra hamil, kehamilan, masa persalinan, masa nifas,
masa menyusui, dan masa antara kedua kehamilan.
(2) Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi :
a. Pelayanan konseling pada masa pra hamil
b. Pelayanan antenatal pada kehamilan normal
c. Pelayanan persalinan normal
d. Pelayanan ibu nifas normal
e. Pelayanan ibu menyusui
f. Pelayanan konseling pada masa antara dua kehamilan.
Asuhan Kebidanan Ibu..., Nur Baeti, Kebidanan DIII UMP, 2011
(3) Bidan dalam memberikan pelayanan sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) berwenang untuk :
a. Episiotomi
b. Penjahitan luka jalan lahir tingkat I dan II
c. Penanganan kegawat-daruratan, dilanjutkan dengan rujukan
d. Pemberian tablet Fe pada ibu hamil
e. Pemberian vitamin A dosis tinggi pada ibu nifas
f. Fasilitasi/bimbingan inisiasi menyusui dini dan promosi ASI asklusif
g. Pemberian uterotonika pada manajemen aktif kala tiga dan
postpartum
h. Penyuluhan dan konseling
i. Bimbingan pada kelompok ibu hamil
j. Pemberian surat keterangan kematian
k. Pemberian surat keterangan cuti bersalin
Asuhan Kebidanan Ibu..., Nur Baeti, Kebidanan DIII UMP, 2011