Post on 01-Jul-2020
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.Hakekat Pendidikan Kewarganegaraan
1. Sejarah Perkembangan Pendidikan Kewarganegaraan
Kewarganegaraan dalam bahasa latin disebutkan “Civis”,
selanjutnya dari kata “Civis” ini dalam bahasa Inggris timbul kata ”Civic”
artinya mengenai warga negara atau kewarganegaraan. Dari kata “Civic”
lahir kata “Civics”, ilmu kewarganegaraan dan Civic Education,
Pendidikan Kewarganegaraan. Pelajaran Civics mulai diperkenalkan di
Amerika Serikat pada tahun 1790 dalam rangka “mengamerikakan bangsa
Amerika” atau yang terkenal dengan nama “Theory of Americanization”.
Sebab seperti diketahui, bangsa Amerika berasal dari berbagai bangsa
yang datang di Amerika Serikat dan untuk menyatukan menjadi bangsa
Amerika maka perlu diajarkan Civics bagi warga negara Amerika Serikat.
Dalam taraf tersebut, pelajaran Civics membicarakan masalah
”government”, hak dan kewajiban warga negara dan Civics merupakan
bagian dari ilmu politik. Di Indonesia Pendidikan Kewarganegaraan yang
searti dengan “Civic Education” itu dijadikan sebagai salah satu mata
pelajaran yang wajib ditempuh oleh siswa baik dari tingkat Sekolah Dasar
(SD) sampai ke tingkat mahasiswa di Perguruan Tinggi.
Melihat begitu pentingnya Pendidikan Kewarganegaraan atau
Civics Education ini bagi suatu negara maka hampir di semua negara di
dunia memasukkannya ke dalam kurikulum pendidikan yang mereka
Peran Pendidikan Kewarganegaraan..., Valena Nekotan, FKIP UMP, 2013
11
selenggarakan. Bahkan Kongres Internasional Commission of Jurist yang
berlangsung di Bangkok pada tahun 1965, mensyaratkan bahwa
pemerintahan suatu negara baru dapat dikatakan sebagai pemerintahan
yang demokratis manakala ada jaminan secara tegas terhadap hak-hak
asasi manusia, yang salah satu di antaranya adalah Pendidikan
Kewarganegaraan atau ”Civic Education”. Hal ini dapat dimaklumi,
karena dengan dimasukkannnya ke dalam sistem pendidikan yang mereka
selenggarakan, diharapkan warga negaranya akan menjadi warga negara
yang baik dan warga negara yang cerdas (good and smart citizen), yang
mengetahui dan menyadari sepenuhnya akan hak-haknya sebagai warga
negara, sekaligus tahu dan penuh tanggung jawab akan kewajiban dirinya
terhadap keselamatan bangsa dan negaranya. Dengan demikian
diberikannya Pendidikan Kewarganegaraan akan melahirkan warga negara
yang memiliki jiwa dan semangat patriotisme dan nasionalisme yang
tinggi yang disebutkan oleh Bambang Daroeso dalam bukunya.
2. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan
Pendidikan memberikan konstribusi yang besar dalam
pembentukan dan persiapan warga negaranya dalam menghadapi
tuntunana zaman, seperti dalam memasuki era globalisasi ini perubahan
besar yang berjalan teramat cepat melanda kehidupan masyarakat, bangsa
dan negara tersebut yang memaksakan warga negaranya mempersiapkan
diri bukan saja agar dapat tetap survive dalam kehidupan global yang
penuh persaingan sehingga menuntun kerja keras dan hasil kerja yang
Peran Pendidikan Kewarganegaraan..., Valena Nekotan, FKIP UMP, 2013
12
berkualitas tetapi bagaimana juga bisa mengembangkan jati diri atau
identitas sebagai suatu bangsa. Hal ini menuntun suatu wawasan masa
depan wawasan abad XXI, masa depan bukan sesuatu yang menakutkan
sehingga harus di hindari oleh setiap individu tetapi merupakan peluang
untuk meningkatkan taraf kehidupan, asalkan mampu dan siap
menghadapinya. (Fuad Hassan, 1992 : 17)
Menurut Cogan, Pendidikan Kewarganegaraan digambarkan
sebagai “kontribusi pendidikan untuk pengembangan karakteristik-
karakteristik warga negara” (Cogan, 1999 : 3) , dan proses tentang aturan
pengajaran masyarakat, institusi, dan organisasi-organisasi dan peran
warga negara dalam masyarakat yang berfungsi secara baik. Pendidikan
memiliki peranan yang sangat penting didalam membentuk warga negara
yang baik dan selalu bertumpu pada suatu wawasan kesejahteraan yakni
pengalaman masa lampau, kenyataan dan kebutuhan pada masa kini dan
merupakan aspirasi masa depan. Melalui pendidikan masyarakat akan
melestarikan nilai-nilai luhur, sosial kebudayaan yang diukir. Pendidikan
digunakan untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapi oleh
rakyat. Oleh karena masalah-masalah rakyat yang cukup banyak dan perlu
dipecahkan, maka selain berbekal pendidikan rakyat dalam
pelaksanaannya juga memerlukan dukungan dan partisipasi dari semua
warga negara.
Peran Pendidikan Kewarganegaraan..., Valena Nekotan, FKIP UMP, 2013
13
Menghadapi era globalisasi, diperlukan visi yang dapat
mengarahkan misi, rencana dan segala ikhtiar, minimal ada enam
komponen yang akan menentukan perubahan yaitu :
1. Adanya visi yang jelas,
2. Misi berupa rumusan langkah-langkah kunci untuk mulai melakukan
inisiatif, mengevaluasi dan mempertajam bentuk kegiatan untuk
mencapai tujuan yang ditetapkan dalam visi,
3. Rancangan kerja,
4. Sumber daya,
5. Keterampilan,
6. Motivasi dan insentif.
Pendidikan pada hakikatnya merupakan proses membangun
peradaban bangsa, dalam hal ini yang merupakan pengendalinya ialah
warga negara itu sendiri. Oleh karena itu pendidikan harus bertumpuh
pada konsep pertumbuhan, pengembangan, pembaharuan, dan
kelangsungan hidupnya sehingga penyelenggaraan pendidikan harus
dikelolah secara profesional. Mengingat pendidikan mempunyai peran
yang sangat strategis dalam proses pembangunan peradaban, maka bidang
pendidikan perlu ditindak lanjuti oleh kabupaten atau kota dengan
memberikan alokasi anggaran pendidikan di daerahnya sesuai dengan
amanat konstitusi. Selain itu pendidikan yang harus di bangun dan di
Peran Pendidikan Kewarganegaraan..., Valena Nekotan, FKIP UMP, 2013
14
kembangkan ialah dunia pendidikan yang beriontasi moral. Dengan
membangun dunia pendidikan berorentasi moral, maka akan melahirkan
pribadi - pribadi anak bangsa yang dapat memberikan konstribusi nyata
didalam membangun bangsa ini kedepannya mejadi bangsa yang maju dan
bermartabat dimata bangsa - bangsa lain.
Pendidikan merupakan upaya strategis dalam pembentukan sistem
nilai yang ada dalam diri seseorang, kaitannya dengan perwujudan harkat
dan martabat sebagai manusia sesuai dengan tatanan kehidupan
masyarakat yang melingkupinya. Dengan perkataan lain pendidikan harus
senantiasa di arahkan pada upaya peningkatan kesadaran dan harkat serata
martabat seseorang baik selaku pribadi, anggota masyarakat maupun
sebagai suatu bangsa. Hal lain yang tidak kalah pentingnya adalah bahwa
materi pelajaran yang disampaikan dalam kurikulum persekolahan tidak
semata-mata untuk pengetahuan (intelektual), melainkan perlu
direalisasikan dalam bentuk sikap dan perilaku nyata sehari-hari, sesuai
dengan hakikat dan potensi manusia itu sendiri yang bersifat utuh.
Nursid Sumaatmadja (2001 : 15) menjelaskan bahwa “ keutuhan
manusia itu bukan hanya pada sosok jasmaninya seperti makhluk hidup
lainnya melainkan juga meliputi aspek akhlak, moral, dan tanggung jawab
seperti khalifah dimuka bumi. Disinilah letak kewajiban keterpaduan
antara pendidikan intelektual dengan keterampilan dan pendidikan
umum.” Suatu hal yang tidak dapat dipungkiri bahwa sistem pendidikan
Peran Pendidikan Kewarganegaraan..., Valena Nekotan, FKIP UMP, 2013
15
yang diterapkan di Indonesia belum dapat menghasilkan sumber daya
manusia yang mampu bersaing dengan bangsa lain, hal ini ditunjukkan
dari penelitian badan-badan internasional yang hasilnya bahwa Indonesia
selalu mendapatkan nomor yang terbawah, bahkan di bawah negara-negara
tetangga.
Untuk memperbaiki hal itu diperlukan upaya-upaya yang terencana
dan terarah dalam suatu terutama dalam pembelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan yang mampu menggali seluruh potensi individu secara
cerdas dan efektif demi terbentuknya masyrakat yang sejahtera lahir dan
batin. Untuk itu, diperlukan pembaharuan / reformasi konsep dan
paradigma pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dari yang hanya
menekankan pada aspek kognif menjadi penekanan pada pengembangan
proses intitusi-intitusi negara dan kelengkapannya. (Wahab, 1999)
Adapun tujuan mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan adalah
agar peserta didik memiliki kemampuan yakni sebagai berikut :
1) Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu
kewarganegaraan.
2) Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab dan bertindak secara
cerdas dalam kegiatan berwarga negara, berbangsa dan bernegara,
serta anti – korupsi.
Peran Pendidikan Kewarganegaraan..., Valena Nekotan, FKIP UMP, 2013
16
3) Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri
berdasarkan karakter - karakter warga negara Indonesia agar dapat
hidup bersama dengan bangsa - bangsa lainnya.
4) Berinteraksi dengan bangsa - bangsa lain dalam percaturan dunia
secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi
informasi dan komunikasi.
Pendidikan Kewarganegaraan adalah pendidikan demokrasi yang
bertujuan untuk mempersiapkan warga masyarakat berpikir kritis dan
bertindak demokratis, melalui aktifitas menanamkan kesadaran kepada
generasi baru bahwa demokrasi adalah bentuk kehidupan masyarakat yang
paling menjamin hak-hak warga masyarakat. Demokrasi adalah suatu
learning process yang tidak dapat begitu saja meniru dan
mentransformasikan nilai – nilai demokrasi. Selain itu, Pendidikan
Kewarganegaraan adalah suatu proses yang dilakukan oleh lembaga
pendidikan dimana seseorang mempelajari orientasi, sikap dan perilaku
politik sehingga yang bersangkutan memiliki political knowledge,
awarenes, attitude, political efficacy dan political paticipation, serta
kemampuan mengambil keputusan politik secara rasional dan
menguntungkan bagi dirinya juga bagi masyarakat dan bangsa. (Tukiran et
al, 2009 : 3)
Tugas utama mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan adalah
untuk membina moral dan perilaku siswa agar bertingkah laku yang baik
selain itu juga untuk menanamkan nilai-nilai dan menyosialisasikan jiwa
Peran Pendidikan Kewarganegaraan..., Valena Nekotan, FKIP UMP, 2013
17
dan semangat sebagai warga negara yang baik yang berdasar atas
Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Nilai-nilai yang dapat
ditumbuhkan antara lain yakni sebagai berikut :
1) Mengutamakan kepentingan umum dan bangsa di atas kepentingan
pribadi,
2) Semangat rela berkorban dan mengabdi kepada negara dan bangsa,
3) Sikap pantang menyerah dalam membela kepentingan bangsa dan
negara Republik Indonesia,
4) Sikap persatuan dan kesatuan bangsa,
5) Sikap patriotik dalam mempertahankan dan memajukan bangsa,
6) Sikap membangun untuk kepentingan bersama,
7) Sikap bekerja sama utuk membangun bangsa,
8) Sikap “tepa slira”, mengukur diri sendiri,
9) Sikap memperbaiki diri dan tenggang rasa,
10) Mampu menguasai diri demi kepentingan persatuan dan kesatuan
bangsa,
11) Bersikap adil dan ambeg paramarta,
12) Berjiwa merdeka dan cinta perdamaian,
13) Tahan uji, ulet, dan tahan menderita dalam membela dan membangun
negara,
14) Jujur terhadap sesama dan diri sendiri, dan nilai-nilai luhur lainnya.
(Soedijarto,1994 : 135-136).
Peran Pendidikan Kewarganegaraan..., Valena Nekotan, FKIP UMP, 2013
18
3. Tujuan dan Fungsi Pendidikan Kewarganegaraan
Dalam paradigma baru, pendidikan Kewarganegaraan (Civic
Education) merupakan salah satu bidang kajian yang mengemban misi
nasional untuk mencerdaskan kehidupan bangsa Indonesia melalui “value-
based education” dengan kerangka sistemik sebagai berikut :
1) Secara kurikuler bertujuan untuk mengembangkan potensi individu
agar menjadi warga negara Indonesia yang berakhlak mulia, cerdas,
partisipatif dan bertanggung jawab.
2) Secara teoretik memuat dimensi-dimensi kognitif, afektif, dan
psikomotorik (Civic Knowledge, Civic Skills, dan Civic Dispositions)
yang bersifat konfluen atau saling berpenetrasi dan terintegrasi dalam
konteks substansi ide, nilai, konsep, dan moral Pancasila,
kewarganegaraan yang demokratis dan bela negara.
3) Secara programatik menekankan pada isi yang mengusung nilai-nilai
(content embedding values) dan pengalaman belajar (learning
experiences) dalam bentuk berbagai perilaku yang perlu diwujudkan
dalam kehidupan sehari-hari dan merupakan tuntunan hidup bagi
warga negara dalam kehidupan berwarga negara, berbangsa dan
bernegara sebagai penjabaran lebih lanjut dari ide, nilai, konsep dan
moral Pancasila. Kewarganegaraan yang demokratis dan bela negara.
(Winataputra dan Budimansyah, 2007 : 86)
Selain itu juga Pendidikan Kewarganegaraan dalam paradigma
baru mengusung tujuan utama mengembangkan “civic competences” yakni
Peran Pendidikan Kewarganegaraan..., Valena Nekotan, FKIP UMP, 2013
19
civic knowledge (pengetahuan dan wawasan negara), civic dispositions
(nilai, komitmen, dan sikap kewarganegaraan) dan civic skills (perangkat
keterampilan intelektual, sosial, dan personal kewarganegaraan) yang
seyogyanya dikuasai oleh setiap individu warga negara (Winataputra, 2001
: 317-318).
Selain sebagai value-based education, dalam era global Pendidikan
Kewarganegaraan di Indonesia mengemban misi sebagai pendidikan
demokrasi, pendidikan politik dan pendidikan anti korupsi. Oleh karena itu
hendaknya Pendidikan Kewarganegaraan mengkaji konsep besar yang
dibawa globalisasi, yakni demokrasi,hak-hak asasi manusia dan
menempatkan hukum di atas segalanya (supermacy of law / rule of law)
yang didasarkan pada fondasi sepuluh pilar demokrasi (the ten pillars of
Indonesian constitusional democracy) yang menjadi dasar pengembangan
pendidikan kewarganegaraan yang baru. (Sanusi, 1999:5-6)
mengidentifikasi Kesepuluh pilar tersebut yang meliputi :
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Hak Asasi Manusia
3. Kedaulatan Rakyat
4. Kecerdasan rakyat
5. Pemisahan Kekuasaan Negara
6. Otonomi Daerah
7. Supremasi Hukum (Rule of Law)
8. Peradilan yang bebas
Peran Pendidikan Kewarganegaraan..., Valena Nekotan, FKIP UMP, 2013
20
9. Kesejahteraan rakyat
10. Keadilan Sosial
Kesepuluh pilar tersebut digali dari falsafah bangsa Pancasila dan
Konstitusi Negara RI Undang-Undang dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945. Disamping itu diperhatikan pula persoalan-persoalan
kewarganegaraan dan kecenderungan-kecenderungan global Pendidikan
Kewarganegaraan di berbagai negara yang baik langsung maupun tidal
langsung akan berpengaruh terhadap isi (kurikulum), dan strategi belajar
mengajar Pendidikan Kewarganegaraan yang akan datang. (Wahab,2006:
65)
Kelas Pendidikan Kewarganegaraan dan sekolah harus dijadikan
sebagai laboratorium masyarakat, bangsa dan negara sehingga dalam
proses pembelajaran memerlukan media yang fungsinya adalah untuk
memberi kemudahan kepada siswa dalam memahami materi yang
diajarkan. Yang dimaksud dengan media adalah sesuatu yang bersifat
materiil-imateriil ataupun behavioral atau personal yang dijadikan wahana
kemudahan, kelancaran serta keberhasilan proses hasil belajar. (Kosasih
Djahiri, 1999)
MacLuhan menyatakan bahwa The medium is the message yaitu
media mewakili isi pesannya. Jika demikian berarti guru Pendidikan
Kewarganegaraan adalah salah satu media pembelajaran harus
menampilkan figur sebagaimana pesan Pendidikan Kewarganegaraan.
Artinya dia harus menjadi figur teladan bagi siswanya yaitu sebagai warga
Peran Pendidikan Kewarganegaraan..., Valena Nekotan, FKIP UMP, 2013
21
negara yang baik, jujur, demokratis, taat beragama dan sebagainya. Media
dalam Pendidikan Kewarganegaraan yaitu yang bersifat materiil, misalnya
buku, model pakaian, bendera, lambang sedangkan yang bersifat imateriil,
misalnya contoh kasus, cerita, legenda, budaya.Kemudian yang bersifat
kondisional, misalnya suasana simulasi yang diciptakan sebelum atau pada
saat proses belajar berlangsung di kelas atau di tempat kejadian.Dan yang
bersifat personal , misalnya nama atau foto atau gambar tokoh masyarakat
atau pahlawan, gambar atau foto atau nama presiden, raja..
4. Ruang Lingkup Pendidikan Kewarganegaraan
Dari pengertian dan tujuan mata pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan di atas, nampak bahwa komponen yang hendak
dikembangkan melalui mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
adalah komponen civic knowledge (pengetahuan warga negara), komponen
civic skills (keterampilan berpikir kritis, rasional, kreatif dan keterampilan
berpartisipasi dan bertanggung jawab dalam kehidupan berwarga negara,
berbangsa dan bernegara), civic dispositions (berkembang demokratis
untuk membentuk diri berdasarkan karakter warga negara Indonesia dan
berinteraksi dengan bangsa lain di era globalisasi). Yang terpenting, pada
akhirnya siswa mampu merefleksikan ketiga komponen tersebut dalam
kehidupan warga negara, berbangsa dan bernegara. Hal ini
mengindikasikan bahwa mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan itu
diharapkan bermakna bagi kehidupan siswa.
Peran Pendidikan Kewarganegaraan..., Valena Nekotan, FKIP UMP, 2013
22
Selain itu telah diuraikan bahwa ruang lingkup mata pelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan meliputi beberapa aspek, salah satunya
adalah aspek norma, hukum dan peraturan, meliputi : Tertib dalam
kehidupan keluarga, Tata tertib di sekolah, norma yang berlaku di warga
negara, peraturan - peraturan daerah, norma-norma dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara, sistem hukum dan peradilan nasional hukum dan
peradilan internasional untuk aspek tata tertib di sekolah dapat diwujudkan
apabila siswa tersebut memiliki kesadaran hukum yang tinggi sebagai
salah satu ciri warga negara yang baik yang ditandai desalah satunya
dengan melaksanakan tata tertib yang ada di sekolah.
B.Karakter Warga Negara Yang Baik
1. Pengertian Karakter
Terdapat keragaman pendapat mengenai apa itu karakter yang
“baik”. Konsep karakter baik (good character) menurut Thomas Lickona
(1991), sebagai suatu kebajikan (virtue) yang bisa dibagi dalam dua
kategori, yakni kebajikan pada diri sendiri (self oriented virtuous) dan
kebajikan terhadap orang lain (other - oriented virtuous). Kebajikan pada
diri sendiri (self oriented virtuous) misalnya pengendalian diri dan
kesabaran. Kebajikan terhadap orang lain (other - oriented virtuous)
misalnya kesediaan berbagi dan merasakan kebahagiaan. Kebajikan itu
bukan sekedar sikap, tetapi juga merupakan pengetahuan dan perilaku.
Oleh karena itu secara populer, karakter itu meliputi tiga hal, yakni
mengetahui yang baik (knowing the good), merasakan hal baik (feeling the
Peran Pendidikan Kewarganegaraan..., Valena Nekotan, FKIP UMP, 2013
23
good) dan melakukan hal baik (acting the good). Selanjutnya dari
sejumlah kebajikan, ada 10 (sepuluh) kebajikan utama (Ten Essential
Virtues) yang perlu dalam pendidikan karakter yakni : wisdom, justice,
fortitude, self control, love, integrity, hard work, gratitude, humility, and
positive attitude (Thomas Lickona, 2003).
Karakter baik juga diperkenalkan oleh MS Branson (1998), bahwa
karakter sebagai suatu kebajikan (virtue) yang meliputi dua hal, yakni
kebajikan publik (public character) dan kebajikan privat (privat
character). Karakter publik itu misalnya : public spiritedness, civility,
respect for the rule of law, critical mindedness, and willingness to listen,
negotiate and compromise. Karakter privat itu misalkan moral
responsibility, self discipline and respect for the worth and human dignity
of every individual are imperative. Berdasarkan dua pendapat di atas dapat
disimpulkan bahwa karakter baik meliputi dua hal, yakni karakter yang
sifatnya individual / privat / ditujukan pada diri sendiri dan karakter yang
sifatnya publik / ditujukan pada orang lain.
Konsep karakter sebagai suatu kebajikan atau virtue, bisa dirunut
dari pernyataan Aristoteles yang menyebut bahwa warga negara yang baik
itu ditandai oleh adanya civic virtue, yang meliputi 4 hal yakni temperance
(kesederhanaan) termasuk self control dan avoidance of extremes,
keadilan, courage (keberanian atau keteguhan) termasuk patriotism dan
wisdom or prudence (kebijaksanaan atau kesopanan), termasuk the
capacity for judgement. (Derek Heater, 2004)
Peran Pendidikan Kewarganegaraan..., Valena Nekotan, FKIP UMP, 2013
24
Menurut Cheppi Hericahyono (1995), terdapat dua macam
kebajikan atau virtue, yakni kebajikan intelektual yang bisa diajarkan dan
kebajikan moral melalui kebiasaan yang dikenal sebagai karakter. Oleh
karena itu Aristoteles terkenal dengan pernyataannya bahwa karakter itu
adalah suatu kebiasaan (character is habit) sebab karakter itu dapat
diajarkan melalui pembiasaan.
Menurut Michele Borba (2008 : 4), kecerdasan moral adalah
kemampuan seseorang untuk memahami hal yang benar dan yang salah,
yakni memiliki keyakinan etika yang kuat dan bertindak berdasarkan
keyakinan tersebut, sehingga ia bersikap benar dan terhormat, adalah sifat-
sifat utama yang dapat mengantarkan seseorang menjadi baik hati,
berkarakter kuat, dan menjadi warga negara yang baik. Dimana cara
menumbuhkan karakter yang baik dalam diri anak-anak disimpulkannya
menjadi tujuh cara yang harus dilakukan anak untuk menumbuhkan
kebajikan utama (karakter yang baik), yaitu empati, hati nurani, kontrol
diri, rasa hormat, kebaikan hati, toleransi, dan keadilan. Ketujuh macam
kebajikan inilah yang dapat membentuk manusia berkualitas di mana pun
dan kapan pun.
Berdasarkan uraian di atas, karakter pada dasarnya melekat pada
diri pribadi atau seseorang, yang sifatnya individual. Karakter yang baik
adalah karakter yang dimiliki oleh seseorang pribadi. Oleh karena itu,
istilah warga negara yang baik berbeda dengan manusia yang baik. Istilah
warga negara adalah manusia dengan atribut tertentu yakni memiliki
Peran Pendidikan Kewarganegaraan..., Valena Nekotan, FKIP UMP, 2013
25
identitas, kepemilikan hak dan kewajiban, keterlibatan dalam masalah
publik dan penerimaan atas nilai-nilai sosial (Cogan & Derricot, 1998).
Aristoteles membedakan antara good man dan good citizen. Dikatakan
“We must notes that different constitution require different type of good
citizen, while the good man is always same.” (Derek Heater, 2004)
2. Pengertian Warga Negara
Salah satu unsur negara adalah adanya rakyat mendiami wilayah
negara tersebut, yang biasanya disebut sebagai warga negara. Warga
negara merupakan anggota negara yang mempunyai kedudukan khusus
terhadap negaranya. Ia mempunyai hubungan hak dan kewajiban yang
bersifat timbal balik terhadap negaranya.Warga negara diartikan juga
sebagai orang –orang sebagai bagian dari suatu penduduk yang menjadi
unsur negara, yang dahulu disebut hamba atau kawula negara.
Hak dan kewajiban warga negara menurut Soemantri (2001 : 1)
merupakan syarat objektif dalam semua organisasi negara demokratis.
Karena itu rakyat yang menempati sebuah negara telah
mencantumkannnya dalam konstitusi negara. Biasanya anatara ketentuan
pasal – pasal hak dan kewajiban warga negara dalam konstitusi dengan
kenyataannya sedikit atau banyak berbeda. Hal ini terjadi karena
tergantung pada kebijakan pemerintah, tingkat kemakmuran, tingkat
pelayanan publik, sistem politik, ekonomi, hukum, dan tingkat pendidikan,
disiplin budaya bangsa, serta konstelasi dan banyaknya maslah bangsa itu.
Karena itu membicarakan hak dan kewajiban warga negara erat
Peran Pendidikan Kewarganegaraan..., Valena Nekotan, FKIP UMP, 2013
26
hubungannya dengan rasional Pendidikan Kewarganegaraan sebagai mata
pelajaran di sekolah.
Berdasarkan Undang–Undang dasar 1945 Pasal 26 ayat 1
dijelaskan bahwa yang menjadi warga negara ialah orang – orang bangsa
Indonesia asli dan orang–orang bangsa lain yang disahkan dalam undang–
undang sebagai warga negara. Undang–undang yang dimaksudkan adalah
Undang – undang Nomor 3 tahun 1946 tentang warga negara, penduduk
negara, dan Undang–undang Nomor 62 tahun 1958 tentang
Kewarganegaraan Republik Indonesia. Setiap negara pada umumnya
mencantumkan pasal hak dan kewajiban warga negara dalam Undang–
Undang dasar dan peraturan hukum lainnya sebagai syarat objektif dalam
hidup bermasyarakat dan bernegara. Begitu dalam dan luasnya makna hak
dan kewajiban ini karena berhubungan erat dengan sejarah perjuangan
bangsa, dan keberhasilan dalam pembangunan kebudayaan materiil dan
imateriil, serta agama (Soemantri, 2002 : 25).
Di samping mengamalkan secara objektif, secara subjektif warga
negara dan penyelenggara negara wajib mengamalkan Pancasila dalam
kehidupan bermayarakat, berbangsa dan bernegara. Dalam rangka
pengamalan secara subjektif ini, Pancasila sebagai sumber etika dalam
bersikap dan bertingkah laku setiap warga negara dan penyelenggara
negara. Etika kehidupan berbangsa dan bernegara bersumberkan pada
nilai-nilai Pancasila sebagaimana tertuang dalam ketetapan MPR
No.VI/MPR/2001 adalah norma-norma etik yang dapat kita amalkan.
Peran Pendidikan Kewarganegaraan..., Valena Nekotan, FKIP UMP, 2013
27
Melanggar norma etik tidak mendapatkan sanksi hukum tetapi sanksi dari
diri sendiri.Adanya pengamalan secara subjektif ini adalah konsekuensi
dari mewujudkan nilai dasar Pancasila sebagai norma etik berbangsa dan
bernegara. (Dwi Winarno, 2006 : 27-28)
Sebuah negara pastinya memiliki masyarakat dimana mereka yang
tinggal di wilayah tersebut dalam waktu yang cukup lama disebut sebagai
warga negara. Seorang warga negara pastinya juga memiliki suatu
kewajiban yang harus dilaksanakan sesuai dengan peraturan pemerintahan
yang berlaku, selain itu mereka juga memiliki suatu hak dimana mereka
memiliki suatu yang seharusnya mereka peroleh setelah melaksanakan
kewajibannya. Salah satu haknya yaitu hak asasi manusia.Hak asasi
manusia dengan negara hukum tidak dapat dipisahkan, justru berpikir
secara hukum berkaitan dengan ide begaimana keadilan dan ketertiban
dapat terwujud. Dengan demikian,pengakuan dan pengukuhan negara
hukum salah satu tujuannya melindungi hak asasi manusia, berarti hak dan
sekaligus kebebasan perseorangan diakui,dihormati dan dijunjung tinggi.
(Masyhur, 1994 : 27)
Warga negara dikelompokkan kedalam 5 kategori, yaitu : warga
negara harus memiliki identitas atau jati diri, warga negara memiliki hak-
hak tertentu, warga negara memiliki kewajiban-kewajiban yang menjadi
keharusan, sehingga selalu menjaga keseimbangan antara kepentingan
privat dengan kepentingan publik serta memiliki sikap tanggung jawab,
warga negara memiliki sikap tanggung jawab untuk berpartisipasi demi
Peran Pendidikan Kewarganegaraan..., Valena Nekotan, FKIP UMP, 2013
28
kepentingan umum, sehingga merasa terpanggil untuk ikutserta dalam
kegiatan-kegiatan yang bersifat kepentingan umum, warga negara
memiliki sikap menerima nilai-nilai dasar kemasyarakatan, sehingga
mampu menjalin dan membina kerjasama, kejujuran dan kedamaian serta
rasa cinta dan kebersamaan.
Dalam menghadapi kehidupan abad 21, warga negara perlu
memiliki karakteristik, keterampilan dan kompetensi tertentu agar dapat
menghadapi dan mengatasi kecenderungan yang tidak diinginkan serta
dapat menumbuh kembangkan kecenderungan-kecenderungan yang
diinginkan. Terdapat 8 karakteristik yang perlu dimiliki warga negara
yaitu sebagai berikut : Pertama, mendekati masalah atau tantangan sebagai
anggota masyarakat global. Kedua, memiliki kehendak dan kemampuan
untuk bekerjasama dengan orang lain dan memikul tanggung jawab atas
peran dan kewajibannya dalam masyarakat. Ketiga, mampu memahami,
menerima dan toleran terhadap perbedaan budaya. Keempat, mampu
berpikir kritis dan sistimatis. Kelima, mampu untuk menyelesaikan konflik
tanpa kekerasan. Keenam, peka terhadap hak azasi manusia. Ketujuh,
mampu untuk merubah gaya hidup dan kebiasaan konsumtif guna
melindungi lingkungan. Kedelapan, berpatisipasi dalam politik pada
tingkat lokal, nasional dan internasional.
Kemudian hak asasi manusia dipertegas lagi lewat Declaration of
Independence, bahwa terdapat pengakuan persamaan manusia, Tuhan telah
menciptakan manusia dengan hak-hak tertentu yang tidak dapat dirampas,
Peran Pendidikan Kewarganegaraan..., Valena Nekotan, FKIP UMP, 2013
29
antara lain hak hidup, hak kebebasan, dan hak untuk mengejar
kebahagiaan. Pengakuan hak asasi manusia dipertegas lagi oleh Presiden
Franklin D.Roosevelt yang diucapkan pada tahun 1941. Ungkapan
Franklin D.Roosevelt dikenal dengan Four Freedoms, isinya :
a) Kebebasan (Kemerdekaan) berbicara (freedom to speech)
b) Kebebasan beragama (freedom to religion)
c) Kebebasan dari kemiskinan (freedom from want)
d) Kebebasan dari ketakutan (freedom from fear)
Dengan demikian, dalam hak asasi manusia terkandung beberapa
sumpah yang dapat dibenarkan :
a. Hak asasi manusia berasal / bersumber dari Tuhan sering disebut
hukum alam diberikan / dimilki seluruh manusia per individu tanpa
membeda - bedakan status orang per orang.
b. Dalam hak asasi mengarah/mengutamakan lebih dahulu kepuasan batin
(spiritual need) semua pihak yang dapat memberi kontribusi positif
dan aktif pada kepuasan lahir (biological need).
c. Penjabaran / aplikasi hak asasi manusia berkembang terus seirama
dengan perkembangan pikir, budaya, cita-cita manusia dan iptek.
d. Manusia yang kehilangan hak asasi manusianya, ia akan menjadi robot
hidup yang hanya bernafas.
e. Keberadaan hak asasi manusia tetap “melekat” pada setiap orang untuk
sepanjang hidupnya tanpa dapat diambil / dicabut, kecuali ada
Peran Pendidikan Kewarganegaraan..., Valena Nekotan, FKIP UMP, 2013
30
pelanggaran atas aturan hukum yang berlaku, lewat keputusan hukum
yang adil dan benar.
f. Keberadaan negara, antara lain untuk menghormati dan
mempertahankan hak asasi manusia sesuai dengan kesepakatan
bersama demi pengembangan martabat kemanusiaan.
g. Kesadaran memiliki dan melaksanakan hak asasi harus dikaitkan pula
dengan kewajiban asasi dan tanggung jawab asasi.
(Masyhur Effendi, 1994:31-32)
3. Tujuan memiliki Karakter Warga Negara Yang Baik
Pendidikan sebagai penyiapan warga negara, diartikan suatu
kegiatan terencana untuk membekali dan menyiapkan generasi-generasi
yang bakal memimpin bangsa dengan baik dan benar. Pendidikan sebagai
proses penyiapan warga negara merupakan bentuk strategi kebudayaan
yang efektif untuk mempersiapkan warga negaranya, bagi kelangsungan
masyarakat bangsa dan negara yang lebih baik dimasa depan serta
menjadikan warga negaranya yang demokratis dan bertanggung jawab.
Dengan kata lain pendidikan itu sangat di butuhkan untuk mempersiapkan
warga negaranya dalam memajukan bangsa dan negaranya, yang
selanjutnya bisa dikembangkan berupa peningkatan kemampuan
intelektual, peningkatan sumber daya manusia dan perbaikan mutu
pendidikan.
Pendidikan sebagai proses penyiapan warga negara bertujuan untuk
menyiapkan dan mengembangkan potensi warga negaranya agar dapat
Peran Pendidikan Kewarganegaraan..., Valena Nekotan, FKIP UMP, 2013
31
menjadi lebih baik, demokratis dan bertanggung jawab bagi bangsa dan
negaranya. Sebagai warga negara yang baik dan sebagai generasi penerus
bangsa kedepan, haruslah mendalami pendidikan dengan sungguh-
sungguh, karena dengan itu bisa merupakan suatu sarana untuk mencapai
cita-cita dan tujuan hidup dari diri pribadi maupun bangsa dan negara.
Warga negara yang baik itu ukurannya adalah konstitusi negara
yang bersangkutan. Sepanjang warga negara itu sikap dan perilakunya
tidak bertentangan dan mematuhi konstitusi maka ia berkategori warga
negara baik, sementara manusia / orang yang baik pada dasarnya sama di
semua negara, karena ia ditentukan oleh hati nuraninya. Jadi warga negara
yang baik belum tentu manusia yang baik. Kita mungkin mendengar ada
anggota DPR atau pejabat negara yang taat membayar pajak, melaporkan
kekayaan pribadinya, memenuhi panggilan sidang, dan mematuhi
peraturan berlalu lintas. Akan tetapi juga berperilaku a-moral, misal
melakukan perselingkuhan, suka marah dan sebagainya merupakan warga
negara yang baik tetapi belum tentu sebagai manusia yang baik.
Dalam wacana kewarganegaraan, warga negara yang baik (good
citizen), merupakan titik temu antara civic confidence, civic competence
dan civic commitment. Civic confidence merupakan irisan dari civic
knowledge dan civic dispositions, civic competence merupakan irisan dari
civic knowledge dan civic skill dan civic commitment merupakan irisan
dari civic dispositions dan civic skill. Warga negara yang memiliki civic
knowledge, civic dispositions dan civic skill adalah warga negara yang
Peran Pendidikan Kewarganegaraan..., Valena Nekotan, FKIP UMP, 2013
32
confidence, competence dan commitment yang selanjutnya disebut sebagai
warga negara yang baik (good citizen). (Dwi Winarno, 2006 : 35-37)
Jika kita kembali pada konsep warga negara yang baik, kiranya
siswa sebagai warga negara yang baik dituntut memiliki karakter publik
yang baik, memiliki identitas, memiliki dan melaksanakan hak dan
kewajibannya, berpartisipasi dalam kebijakan publik dan menerima
adanya nilai-nilai sosial bersama. Karakter - karakter demikian merupakan
atribut kewarganegaraan (atributes of citizenship).
Peran Pendidikan Kewarganegaraan..., Valena Nekotan, FKIP UMP, 2013