Post on 26-Apr-2021
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Perawat
2.1.1 Defenisi perawat
Perawat (Nurse) berasa dari bahasa latin yaitu kata nutrix
yang berarti merawat atau memelihara. Menurut Kusnanto (2003),
perawat adalah seorang profesional yang mempunyai
kemampuan, tanggung jawab dan kewenangan melaksanakan
pelayanan / asuhan keperawatan pada berbagai jenjang
keperawatan.
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 647/Menkes/SK/IV/2000 tentang Registrasi dan
Praktek Keperawatan RI No. 1239/Menkes/SK/XI/2001, dijelaskan
bahwa perawat adalah orang yang telah lulus dari pendidikan
perawat, baik di dalam maupun di uar negeri, sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku. Definisi ini masih
belum mempunyai batasan yang tegas karena hanya didasarkan
pada seseorang yang telah lulus dari pendidikan keperawatan
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku
(dalam Asmadi, 2008).
Perawat adalah profesi yang sifat pekerjaannya selalu
berada dalam situasi yang menyangkut hubungan antar manusia,
13
terjadi proses interaksi serta saling mempengaruhi dan dapat
memberikan dampak terhadap tiap-tiap individu yang
bersangkutan (Suhaemi, 2003).
Perawat adalah suatu profesi yang mempunyai fungsi
autonomi yang didefinisikan sebagai fungsi profesional
keperawatan. Fungsi profesional yaitu membantu mengenadli dan
menemukan kebutuhan pasien yang bersifat segera. Hal ini
merupakan tanggung jawab perawat untuk mengetahui kebutuhan
pasien dan membantu memenuhinya.
2.1.2 Tugas dan Peran Perawat
Tugas perawat secara umum untuk memenuhi kebutuhan
dasar. Tugas perawat dalam menjalankan perannya sebagai
pemberi asuhan keperawatan ini dapat dilaksanakan sesuai
dengan tahapan dalam proses keperawatan.
Peran dapat diartikan sebagai seperangkat perilaku yang
diharapkan oleh individu sesuai dengan status sosialnya. Jadi
seorang perawat memiliki peran yang harus dijalankan sesuai
lingkup kewenangan perawat (Asmadi, 2008). Peran perawat
dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari dalam maupun dari luar
profesi keperawatan dan bersifat konstan (Kusnanto, 2004).
Menurut Liliweri (2002), peran adalah tingkah laku yang
diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang sesuai dengan
posisi atau kedudukannya dalam suatu sistem.
14
Menurut Lokakarya Nasional (1996), peran perawat adalah
sebagai pelaksana pelayanan keperawatan, pengelola pelayanan
keperawatan dan institusi pendidikan, sebagai pendidik dalam
keperawatan, peneliti dan pengembangan keperawatan. Hal ini
pengaruhi oleh keadaan sosial baik dari dalam maupun dari luar
profesi keperawatan dan bersifat konstan. Adapun peran perawat
menurut Lokakarya Nasional Keperawatan 1996 yaitu :
a. Peran perawat sebagai Educator (Pendidik)
merupakan dasar dari Health Education yang
berhubungan dengan semua tahap kesehatan dan
tingkat pencegahan. Selain itu juga perawat harus
mampu memberikan pendidikan kesehatan pada
pasien dan keluarga terkait pencegahan penyakit,
pemulihan, menyusun program Health Education serta
perawat memberikan informasi tentang kesehatan.
b. Peran perawat sebagai Pengamat Kesehatan artinya
perawat harus melaksanakan pengawasan terhadap
perubahan yang terjadi pada individu, keluarga,
kelompok dan masyrakat terkait dengan masalah
kesehatan melalui kunjungan ke rumah, pertemuan,
melakukan observasi dan pengumpulan data.
c. Peran perawat sebagai Koordinator Pelayanan
Kesehatan yaitu perawat yang mengkoordinir seluruh
15
kegiatan upaya pelayanan kesehatan masyarakat
dalam lingkup rumah sakit, puskesmas, maupun
tempat layanan kesehatan lainnya untuk mencapai
tujuan kesehatan dengan bekerjasama dengan tim
kesehatan lainnya.
d. Peran perawat sebagai Pembaharu yaitu perawat
harus berperan sebagai inovator terhadap individu,
keluarga dan masyarakat dalam merubah perilaku
serta pola hidup yang sangat berkaitan dengan
pelaksanaan dan pemeliharaan kesehatan.
e. Peran perawat sebagai Pengorganisir Pelayanan
Kesehatan, perawat memberikan motivasi atau
dukungan untuk meningkatkan keikutsertaan individu,
keluarga, dan kelompok dalam upaya pelayanan
kesehatan.
f. Peran perawat sebagai Role Model merupakan
perilaku yang ditampilkan oleh perawat sehingga dapat
dijadikan sebagai patuhan atau contoh bagi individu,
keluarga, masyarakat maupun lingkungan dimana
perawat berada.
g. Peran perawat sebagai Fasilitator, merupakan tempat
bagi masyarakat untuk bertanya mengenai
pencegahan masalah kesehatan, sehingga diharapkan
16
perawat dapat memberikan solusi mengatasi masalah
kesehatan yang dihadapi.
h. Peran perawat sebagai Pelaksana (Care Giver) yaitu
memberikan pelayanan kesehatan kepada individu,
keluarga, kelompok maupun masyarakat berupa
sauhan keperawatan yang komprehensif yang meliputi
pemberian asuhan keperawatan, memberikan bantuan
langsung kepada individu / pasien dan keluarga /
masyarakat yang mengalami masalah dengan
kebutuhan rasa aman.
2.1.3 Fungsi Perawat
Fungsi peran perawat adalah salah satunya dapat
menjalankan atau melaksanakan perannya secara mandiri, tidak
tergantung pada orang lain atau tim kesehatan lainnya. Perawat
dapat memberikan bantuan terhadap adanya penyimpangan atau
tidak terpenuhinya kebutuhan dasar manusia baik bio, psiko-
sosio/kultur maupun spiritual. Perawat bertanggung jawab serta
bertanggung gugat atas rencana dan tindakannya. Tugas perawat
berdasarkan fungsi perawat yaitu :
a. Fungsi idependent merupakan fungsi mandiri dan tidak
tergantung pada orang lain. Perawat dalam
melaksanakan tugasnya dilaksanakan sendiri dengan
17
keputusan sendiri dalam melakukan tindakan untuk
memenuhi kebutuhan dasar manusia.
b. Fungsi dependen merupakan fungsi perawat dalam
melaksanakan kegiatan atas pesan atau instruksi dari
perawat lain
c. Fungsi interdependen, fungsi ini dilakukan dalam tim
yang bersifat saling ketergantungan diantara anggota
tim satu dengan anggota tim lainnya.
Fungsi perawat dalam melakukan pengkajian pada
individu yang sehat maupun sakit di segala aktivitas yang
dilakukan berguna untuk pemulihan kesehatan berdasarkan
pengetahuan yang dimiliki, aktivitas ini dilakukan dengan berbagai
cara untuk mengembalikan kemandirian pasien secepat mungkin
dalam bentuk proses keperawatan yang terdiri atas tahap
pengkajian, identifikasi masalah (diagnosa keperawatan),
perencanaan, implementasi dan evaluasi (Sudarma, 2008).
2.2 Pendokumentasian
2.2.1 Defenisi
Pendokumentasian merupakan salah satu upaya membina
dan mempertahankan akuntabilitas perawat dan keperawatan.
Pelaksanaan dokumentasi proses keperawatan sebagai salah
satu alat ukur untuk mengetahui, memantau dan menyimpulkan
18
suatu pelayanan asuhan keperawatan yang diselenggarakan di
rumah sakit (Jasun, 2006).
Pendokumentasian keperawatan juga didefinisikan
sebagai suatu proses informasi, penerimaan, pengiriman dan
evaluasi pusat rencana yang dilaksanakan oleh seorang perawat
profesional (Nursalam, 2008). Selain itu juga pendokumentasian
adalah komunikasi, proses keperawatan, dan standar asuhan
keperawatan.
2.2.2 Dokumentasi Keperawatan
Dokumentasi merupakan catatan penerapan manajemen
asuhan keperawatan profesional (Nursalam, 2008). Potter dan
Perry (2005), mendefinisikan dokumentasi sebagai segala
sesuatu yang tercetak atau tertulis yang dapat diandalkan sebagai
catatan tentang bukti bagi individu yang berwenang.
Dokumentasi keperawatan merupakan sarana komunikasi
dari satu profesi ke profesi lain terkait status klien (Asmadi, 2008).
Dokumentasi sebagai alat komunikasi, tulisan dalam dokumentasi
keperawatan harus jelas terbaca, tidak boleh memakai istilah atau
singkatan-singkatan yang tidak lazim, juga berisi uraian yang
jelas, tegas, dan sistematis. Hal ini dimaksudkan untuk
menghindari disfungsi komunikasi. Lebih lanjut, dampak yang di
timbul akibat disfungsi komunikasi ini akan membahayakan
keselamatan klien.
19
Deswani (2010), dokumentasi adalah sesuatu yang ditulis
atau dicetak, kemudian diandalkan sebagai catatan bukti bagi
orang yang berwewenang dan merupakan bagian dari praktik
profesional.
2.2.3 Tujuan Pendokumentasian Keperawatan
Pendokumentasian keperawatan yang lengkap adalah
persyaratan dalam melaksanakan perawatan yang baik dan
efesiensi dari kerjasama dan komunikasi antar profesi kesehatan
dan pelayanan kesehatan profesional. Dokumentasi keperawatan
yang lengkap dan akurat akan memudahkan disiplin ilmu lain
untuk menggunakan informasi di dalamnya.
Nursalam (2008), menyatakan bahwa perawat merasakan
bahwa dokumentasi tertulis dan komunikasi verbal dengan profesi
lain tidak dihargai. Alasan lain dari pentingnya dokumentasi
keperawatan yang akurat serta lengkap adalah untuk berkaitan
dengan urusan pengadilan.
Menurut Doenges, dkk (1998), tujuan sistem dokumentasi
keperawatan adalah untuk memfasilitasi pemberian perawatan
pasien yang berkualitas, memastikan dokumentasi kemajuan yang
berkenan dengan hasil yang berfokus pada pasien, memfasilitas
konsistensi antar disiplin dan komunikasi tujuan dan kemajuan
pengobatan.
20
Setiadi (2013), tujuan dokumentasi keperawatan yaitu :
1. Sebagai sarana komunikasi :
komunikasi yang dikomunikasikan secara akurat dan
lengkap dapat berguna untuk membantu koordinasi
asuhan keperawatan yang diberikan oleh tim
kesehatan, mencegah informasi yang berulang
terhadap pasien atau anggota tim kesehatan atau
mencegah tumpang tindih, bahkan meningkatkan
ketelitian dalam memberikan asuhan keperawatan
pada pasien, membantu tim perawat dalam
menggunakan waktu sebaik-baiknya.
2. Sebagai Tanggung Jawab dan Tanggung Gugat :
sebagai upaya untuk melindungi klien terhadap
kuallitas pelayanan keperawatan yang diterima dan
perlindungan terhadap keamanan perawat dalam
melaksanakan tugasnya maka perawat diharuskan
mencatat segala tindakan yang dilakukan terhadap
klien.
3. Sebagai Informasi Statistik :
Data statistik dari dokumentasi keperawatan dapat
membantu merencanakan kebutuhan di masa
mendatang, baik SDM, sarana, prasarana dan teknis.
21
4. Sebagai Sarana Pendidikan :
Dokumentasi asuhan keperawatan yang dilaksanakan
secara baik dan benar akan membantu para siswa
keperawatan maupun siswa kesehatan lainnya dalam
proses belajar mengajar untuk mendapatkan
pengetahuan dan membandingkannya, baik teori
maupun praktik lapangan.
5. Sebagai Sumber Data Penelitian :
Informasi yang ditulis dalam dokumentasi dapat
digunakan sebagai sumber data penelitian. Hal ini
sarat kaitannya dengan yang dilakukan terhadap
asuhan keperawatan yang diberikan sehingga melalui
penelitian dapat diciptakan satu bentuk pelayanan
keperawatan yang aman, efektif dan etis.
6. Sebagai Jaminan Kualitas Pelayanan Kesehatan :
Melalui dokumentasi yang dilakukan dengan baik dan
benar, diharapkan asuhan keperawatan yang
berkualitas dapat dicapai, karena jaminan kualitas
merupakan bagian dari program pengembangan
pelayanan kesehatan. Suatu perbaikan tidak dapat
diwujudkan tanpa dokumentasi yang kontinu, akurat,
dan rutin baik yang dilakukan oleh perawat maupun
tenaga kesehatan lainnya.
22
7. Sebagai Sumber Data Perencanaan Asuhan
Keperawatan Berkelanjutan :
Dengan dokumentasi akan didapatkan data yang
aktual dan konsisten mencakup seluruh kegiatan
keperawatan yang dilakukan melalui tahapan kegiatan
proses keperawatan.
2.2.4 Manfaat Pendokumentasian Keperawatan
Nursalam (2011) menerangkan bahwa dokumentasi
keperawatan mempunyai makna atau manfaat yang penting dan
dapat dilihat dari berbagai aspek yaitu :
1. Hukum
Semua catatan informasi tentang klien merupakan
dokumentasi resmi dan bernilai hukum. Bila menjadi
suatu masalah (misconduct) yang berhubungan
dengan profesi keperawatan, sebagai pemberi jasa
dan klien sebagai pengguna jasa, maka dokumentasi
dapat dipergunakan sewaktu-waktu Dokumentasi
tersebut dapat dipergunakan sebagai barang bukti di
pengadilan.
2. Kualitas Pelayanan
Pendokumentasian data klien yang lengkap dan
akurat, akan memberi kemudahan bagi perawat dalam
membantu menyelesaikan masalah klien. Untuk
23
mengetahui sejauh mana masalah klien dapat teratasi
dan seberapa jauh masalah dapat diidentifikasi dan
dimonitor melalui dokumentasi yang akurat. Hal ini
akan membantu meningkatkan kualitas (mutu)
pelayanan keperawatan
3. Komunikasi
Dokumentasi keadaan klien merupakan alat “perekam”
terhadap masalah yang berkaitan dengan klien.
Perawat atau profesi kesehatan lain dapat melihat
dokumentasi yang ada dan sebagaialat komunikasi
yang dijadikan pedoman dalam memberikan asuhan
keperawatan.
4. Keuangan
Dokumentasi dapat bernilai keuangan. Semua asuhan
keperawatan yang belum, sedang, dan telah diberikan
didokumentasikan dengan lengkap dan dapat
dipergunakan sebagai acuan atau pertimbangan dalam
biaya keperawatan bagi klien.
5. Pendidikan
Dokumentasi mempunyai nilai pendidikan, karena
isinya menyangkut kronologis dari kegiatan asuhan
keperawatan yang dapat dipergunakan sebagai bahan
24
atau referensi pembelajaran bagi peserta didik atau
profesi keperawatan.
6. Penelitian
Dokumentasi keperawatan mempunyai nilai penelitian.
Data yang terdapat didalamnya mengandung informasi
yang dapat dijadikan sebagai bahan atau objek riset
dan pengembangan profesi keperawatan.
7. Akreditasi
Melalui dokumentasi keperawatan akan dapat dilihat
sejauh mana peran dan fungsi perawat dalam
memberikan asuhan keperawatan kepada klien.
Dengan demikian dapat diambil kesimpulan mengenai
tingkat keberhasilan pemberian asuhan keperawatan
yang diberikan guna pembinaan dan pengembangan
lebih lanjut.
2.2.5 Tahapan Pendokumentasian Keperawatan
Potter & Perry (2005), menjelaskan bahwa ada lima
langkah dalam melakukan proses asuhan keperawatan yaitu :
a. Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah pertama dalam
melakukan proses keperawatan, di mana seorang
perawat mulai menerapkan pengetahuan dan
pengalaman dalam mengumpulkan data tentang klien.
25
Pengkajian dan pendokumentasian yang lengkap
tentang kebutuhan pasien dapat meningkatkan
keefektivitasan asuhan keperawatan yang diberikan
melalui hal hal-hal sebagai berikut :
1. Menggambarkan kebutuhan pasien untuk membuat
diagnosa keperawatan
2. Memfasilitasi perencanaan intervensi
3. Menggambarkan kebutuhan keluarga dan
menunjukan dengan tepat faktor-faktor yang akan
meningkatkan pemulihan pasien dan memperbaiki
perencanaan pulang
4. Memenuhi obligasi profesional dengan
mendokumentasikan informasi pengkajian yang
bersifat penting.
b. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu proses perawat
melakukan analisis data secara subjektif dan objektif
yang telah diperoleh pada saat melakukan tahap
pengkajian untuk menegakkan diagnosa keperawatan.
Adapun tahapannya yaitu :
1. Menganalisis dan menginterpretasi data
2. Mengidentifikasi masalah klien
3. Merumuskan diagnosa keperawatan
26
4. Mendokumentasikan diagnosa keperawatan
c. Perencanaan
Perencanaan merupakan kategori dari perilaku
keperawatan dengan tujuan yang berpusat pada klien
dan hasil yang diperkirakan ditetapkan serta intervensi
keperawatan dipilih untuk mencapai tujuan.
Tahapannya sebagai berikut :
1. Mengidentifikasi tujuan klien
2. Menetapkan hasil yang diperkirakan
3. Mendelegaikan tindakan
4. Menuliskan rencana asuhan keperawatan
d. Implementasi
Implementasi yang merupakan komponen dari proses
keperawatan adalah kategori dari perilaku keperawatan
serta tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan
dan hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatan
yang dilakukan dan diselesaikan. Adapun tahapannya
yaitu :
1. Mengkaji kembali klien
2. Menelaah dan memodifikasikan rencana perawatan
yang sudah ada
3. Melakukan tindakan keperawatan
27
e. Evaluasi
Langkah evaluasi dari proses keperawatan mengukur
respons klien terhadap tindakan keperawatan dan
kemajuan klien kearah pencapaian tujuan. Adapun
tahapannya, yaitu :
1. Menbandingkan respon klien dengan kriteria
2. Menganalisis alasan untuk hasil dan konklusi
3. Memodifikasi rencana asuhan
Menurut Hidayat (2007) dalam Fajri (2011), syarat
dokumentasi yaitu :
a. Kesederhanaan
b. Keakuratan
c. Kesabaran
d. Ketepetan
e. Kelengkapan
f. Kejelasan dan keobjektifan.
2.2.6 Prinsip – prinsip pendokumentasian
Setiadi (2012), menerangkan prinsip-prinsip dalam
melakukan pendokumentasian yaitu :
1. Menulis nama klien pada setiap halaman catatan
perawat.
2. Mudah dibaca, sebaiknya menggunakan tinta warna
biru atau hitam.
28
3. Akurat, menulis catatan selalu dimulai dengan menulis
tanggal, waktu dan dapat dipercaya secara faktual.
4. Ringkas, singkatan yang biasa digunakan dan dapat
diterima, dapat dipakai.
5. Pencatatan mencakup keadaan sekarang dan waktu
lampau.
6. Jika terjadi kesalahan pada saat pencatatan, coret satu
kali kemudian tulis kata “salah” diatasnya serta paraf
dengan jelas. Dilanjutkan dengan informasi yang benar
“jangan dihapus”. Validitas pencatatan akan rusak jika
ada penghapusan.
7. Tulis nama jelas pada setiap hal yang telah dilakukan
dan bubuhi tanda tangan.
8. Jika pencatatan bersambung pada halaman baru,
tanda tangani dan tulis kembali waktu dan tanggal
pada bagian halaman tersebut.
9. Jelaskan temuan pengkajian fisik dengan cukup
terperinci. Hindari penggunaan kata seperti “sedikit”
dan “banyak” yang mempunyai tafsiran dan harus
dijelaskan agar bisa dimengerti.
10. Jelaskan apa yang terlihat, terdengar terasa dan
tercium pada saat pengkajian.
29
11. Jika klien tidak dapat memberikan informasi saat
pengkajian awal, coba untuk mendapatkan informasi
dari anggota keluarga atau teman dekat yang ada atau
kalau tidak ada catat alasannya.
2.2.7 Standar Pendokumentasi Keperawatan
Dalam melakukan dokumentasi keperawatan harus
disesuaikan dengan standar dokumentasi keperawatan yang ada
dengan tujuan untuk mempertahankan akreditasi, untuk
mengurangi pertanggungjawaban, dan untuk menyesuaikan
kebutuhan pelayanan keperawatan (Potter & Perry, 2005).
Standar dokumentasi adalah pernyataan tentang kualitas dan
kuantitas dokumentasi untuk dilakukan pertimbangan secara
adekuat.
Seorang perawat memerlukan suatu standar dokumentasi
untuk memperkuat pola pencatatan dan sebagai petunjuk atau
pedoman praktis pendokumentasian dalam memberikan tindakan
keperawatan. Fakta tentang kemampuan perawat dalam
pendokumentasian ditunjukan pada ketrampilan seorang perawat
melakukan penulisan sesuai dengan standar dokumentasi yang
konsisten, pola yang efektif, lengkap dan akurat.
30
2.2.8 Faktor Yang Mempengaruhi pendokumentasian
Keperawatan
Menurut Jasun (2006), ada beberapa faktor yang
mempengaruhi pendokumentasian keperawatan yaitu 1) faktor
internal : umur, masa kerja, pendidikan, pengetahuan dan sikap,
2) faktor eksternal : beban kerja, supervisi, ketersediaan fasilitias
format pendokumentasian, ketersediaan standar asuhan
keperawatan, dan instrumen evaluasi penerapan standar asuhan
keperawatan.
a. Faktor Internal
1. Umur
Secara fisiologis pertumbuhan dan
perkembangan seorang dapat digambarkan
dengan pertambahan umur, peningkatan umur
diharapkan terjadi pertambahan kemampuan
motorik sesuai dengan tumbuh kembangnya.
Akan tetapi pertumbuhan dan perkembangan
seseorang pada titik tertentu akan terjadi
kemunduran akibat faktor degenratip (suhaeni,
2005).
Mapiare (1983) yang dikutip oleh Setiawan
(2009), bahwa seseorang yang lebih dewasa
mempunyai kemungkinan untuk dapat
31
menggunakan potensi-potensinya menjadi sadar
diri dan berlanjut ke membandingkan diri.
Pertambahan usia diikuti oleh perkembangan
fisik, psikologis, dan intelektual. Kematangan
dalam faktor-faktor tersebut diperlukan dalam
menyelesaikan pekerjaan.
2. Masa kerja
Seseorang akan mencapai kepuasan tertentu
bila sudah mampu menyesuaikan diri dengan
lingkungan. Semakin lama karyawan bekerja
mereka cenderung lebih terpuaskan dengan
pekerjaan mereka. Para karyawan yang relatip
baru cenderung kurang terpuaskan karena
berbagai pengharapan yang lebih tinggi (Umar,
2003).
3. Pendidikan
Notoatmojo (2010), menyatakan pendidikan
dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga
perilaku seseorang akan pola hidup secara baik.
Tingkat pendidikan seseorang karyawan dapat
memperbaiki produktivitas kerja karyawan yang
bersangkutan (Hariandja, 2002).
32
4. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan suatu hasil usaha
manusia untuk memahami kenyataan yang dapat
dijangkau oleh pemikiran manusia, berdasarkan
pengalama manusia secara empiris
(Notoadmojo, 2003). Pengetahuan juga dapat
didefenisikan sebagai kumpulan informasi yang
dipahami, diperoleh dari proses belajar selama
hidup dan dapat digunakan sewaktu-waktu
sebagai alat penyesuaian diri baik terhadap diri
sendiri maupun lingkungannya (Handoko, 2003).
5. Sikap
Sikap merupakan penilaian seseorang terhadap
stimulus atau obyek. Setelah orang mengetahui
stimulus atau obyek proses selanjutnya akan
menilai atau bersikap terhadap stimulus atau
obyek tersebut ( handoko, 2003). Menurut hasil
penelitian Rusmiati (2001), kecendurungan
perawat mempunyai sikap sangat baik terhadap
pelaksanan standar asuhan keperawatan.
33
b. Faktor Eksternal
1. Beban kerja
Beban kerja juga didefinisikan dalam
kep.Men.Kes. RI. No:81/SK/I/2004 sebagai
banyaknya pekerjaan yang harus diselesaikan
oleh tenaga kesehatan yang profesional dalam
satu tahun dalam satu sarana kesehatan (Dep
Kes., 2004). Hasil penelitian Lasmiyatun (2012),
yang menyatakan bahwa terdapat hubungan
positif dan signifikan antara beban kerja dengan
tingkat stres pada perawat di Rumah Saklit Paru
dr. Ario wirawan salatiga, jelas bahwa beban
kerja mempengaruhi tingkat produktivitas kerja
perawat.
2. Supervisi
Hasil penelitian Walin (2005), menunjukan bahwa
adanya hubungan antara supervisi dengan
kinerja perawat dalam penerapan standar
asuhan keperawatan di puskesmas rawat inap
kabupaten Kebumen (Tim Departemen
Kesehatan RI, 1994).
Supervisi adalah melakukan pengamatan secara
langsung dan berkala oleh atasan terhadap
34
pekerjaan yang dilakukan oleh bawahan untuk
kemudian apabila ditemukan masalah segera
diberikan petunjuk atau bantuan yang bersifat
langsung untuk mengatasinya (Aswar, 2004).
3. Ketersediaan fasilitas format pendokumentasian
Ketersediaan format pendokumentasian
membantu perawat untuk mengatur
pemikirannya dan memberikan struktur yang
dapat meningkatkan pemecahan masalah yang
kreatif. Komunikasi yang terstruktur akan
mempermudah konsistensi penyelsaian masalah
di antara tim kesehatan (Notoadmojo, 2003).
4. Ketersediaan standar asuhan keperawatan
Standar asuhan keperawatan adalah alat ukur
kualitas atau tolok ukur dalam pelaksanaan
praktek keperawatan (Hidayat, 2004).
5. Instrumen evaluasi standar asuhan keperawatan.
Instrumen evaluasi penerapan standar asuhan
keperawatan merupakan alat untuk mengukur
mutu asuhan keperawatan di Rumah Sakit.
Asuhan keperawatan dikatakan bermutu bila
telah memenuhi kriteria standar profesi. Standar
asuhan keperawatan merupakan bagian integral
35
dan pejabaran dari standar pelayanan Rumah
Sakit yang diberlakukan melalui surat keputusan
menteri kesehatan No: 836 tahun 2005 (Maltis,
2000).
2.3 Hubungan antara perawat dengan pendokumentasian
Dalam meningkatkan kepuasan dalam bekerja dan meningkatkan
perkembangan professional maka hubungan antara perawat dengan
klien dapat dilakukan melalui proses keperawatan yang kemudian
proses keperawatan tersebut dapat menjelaskan keadaan klien
melalui pendokumentasian sebagai bukti dari proses keperwatan
tersebut. Pendokumentasian merupakan sarana komunikasi antar
petugas kesehatan dalam rangka pemulihan kesehatan pasien, tanpa
dokumentasi yang benar dan jelas, kegiatan pelayanan keperawatan
yang telah dilaksanakan oleh seorang perawat profesional tidak dapat
dipertanggung jawabkan dalam upaya peningkatan mutu pelayanan
keperawatan dan perbaikan status kesehatan pasien di Rumah Sakit (
Nursalam, 2011).
Jasun (2006), mengatakan bahwa pendokumentasian
keperawatan dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain: sikap dan
pengetahuan dari perawat itu sendiri.
Oleh karena itu untuk meningkatkan mutu pelayanan
keperawatan dan perbaikan status kesehatan pasien di rumah sakit
maka seorang perawat dituntut untuk selalu melakukan dokumentasi
36
yang benar dan jelas sebagai bukti dari kegiatan pelayanan asuhan
keperawatan yang dilakukan. Seorang perawat tidak pernah terlepas
dari yang namanya pendokumentasian.
2.4 Kerangka Konseptual
A
Keterangan :
: Variabel yang tidak diteliti : Variabel yang di teliti Gambar. 2. 1. Kerangka Teori (Faktor-faktor yang mempengaruhi
Perawat dalam pelaksanaa Pendokumentasian)
Sumber : Jasun (2006)
Faktor Eksternal
Ketersediaan Standar Asuhan Keperawatan
Instrumen Evaluasi Penerapan Standar Asuhan Keperawatan
Faktor Internal
Masa Kerja
Umur
Pendidikan
Asuhan keperawatan dengan pendekatan proses keperawatan :
Pengkajian
Diagnose keperawatan
Rencana Keperawatan
Implementasi
Evaluasi
Pendokumentasian Keperawatan
Kualitas Pelayanan
keperawatan
Informasi tentang
keadaan kesehatan
pasien Kepuasan klien
Profesionalisme Keperawatan
Tanggung gugat Tanggung jawab
Perawat, peran dan Tugas
Pengetahuan
Sikap Beban Kerja
Supervisi
Ketersediaan fasilitas
format pendokumentasian
37
2.5 Hipotesis
Adanya pengaruh antara faktor pengetahuan, sikap dan
ketersediaan fasilitas format pendokumentasian dalam pelaksanaan
pendokumentasian