Post on 28-Jun-2019
13
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian, Tujuan, Hikmah, dan Dasar Hukum Zakat
1. Pengertian
Zakat merupakan kewajiban yang harus dijalankan setiap
muslim. Zakat sendiri berasal dari kata dasar (masdar) zakāyang berarti
tumbuh, berkah , bersih dan baik. Sesuatu itu zakā berarti tumbuh dan
berkembang dan seseorang itu zakāberarti orang itu baik.18
Kata amwāl jamak dari kata mal yang dapat diartikan segala
sesuatu yang diinginkan sekali oleh manusia untuk memiliki dan
menyimpannya. Mula mula kekayaan sepadan dengan emas dan perak,
namun berkembang menjadi segala barang yang dimiliki dan
disimpan.19
Menurut istilah zakat māl dapat diartikan sebagian harta
yang disisihkan secara sengaja oleh seorang muslim sesuai dengan
ketentuan islam untuk diberikan kepada yang berhak menerimanya.20
Pada masa Rasulullah dan sahabat, pelaksanaan zakat dilaksanakan
dengan cara petugas (āmil) mengambil zakat dari para muzākki atau
muzakki para petugasnya didistribusikan kepada para mustahiq yang
tergabung dalam asnaftsamaniyah (delapan golongan yang berhak menerima
zakat). Meskipun dalam organisasi yang sederhana namun pengelolaan
zakat pada masa itu dinilai berhasil. Hal ini sangat ditentukan oleh faktor
18Ibid.,hlm.35.
19Mursyidi, Akuntansi Zakat Kontemporer(Bandung: RosydaKarya, 2003), hlm. 89.
20 UU No. 38 Tahun 1999 tentangPengelolaan Zakat
14
manusiannya (SDM), karena āmil pada waktu itu adalah orang yang jujur,
amanah, transparan, dan akuntabel. Dalam sebuah hadist yang diriwayatkan
oleh Imam Muslim dari Salim bin Abdillah bin Umar dari ayahnya, bahwa
Rasulullah telah memberikannya zakat, lalu menyuruhnya untuk
dikembangkan atau disedekahkan lagi. Salim pun mengelolanya sampai ia
mampu memberikan sedekah dari usaha tersebut.21Dengan demikian,
petugas memiliki peran sangat penting dalam pengumpulan zakat. Petugas
adalah orang-orang pilihan yang memiliki sifat jujur, amanah, akuntabel
atau terpercaya dan harus memiliki pemahaman yang baik tentang zakat.
2. Tujuan
Secara umum, tujuan zakat adalah untuk mencapai keadilan
sosial ekonomi. Zakat merupakan penyaluran sederhana dengan ukuran
tertentu harta orang kaya untuk dialokasikan kepada orang tidak
mampu. Menurut Yusuf al-Qaradhawi, tujuan zakat adalah:22
1. Zakat mensucikan jiwa dari sifat kikir
2. Zakat mendidik berinfak dan memberi
3. Berakhlak dengan Allah
4. Zakat merupakan manisfestasi syukur atas nikmat Allah
5. Zakat mengobati dari cinta dunia
6. Zakat mengembankan kekayaan batin
7. Zakat mensucikan harta
8. Zakat mengembangkan harta
21Ibid.,hlm. 223-224.
22Ibid., hlm. 848-866.
15
Zakat adalah tanggung jawab sosial, dimana aturan jaminan
sosial ini tidak dikenal di Barat, kecuali dalam ruang lingkup yang
sempit, yaitu jaminan pekerjaan dengan menolong kelompok orang
yang lemah dan fakir. Fungsi zakat lainnya adalah menghapus
kemiskinan pada masyarakat. Karena adanya pendistribusian dana
zakat. Zakat juga mencegah penumpukan kekayaan di tangan sebagian
kecil manusia. Zakat memiliki sasaran dan dampak dalam menegakkan
akhlak yang mulia.23
3. Hikmah
Kewajiban atau kefardhuan zakat merupakan jalan yang paling
utama untuk menyelesaikan kesejangan sosial. Disamping itu, zakat
merupakan formula yang paling kuat untuk merealisasikan sifat gotong-
royong dan tanggung jawab sosial dikalangan umat Islam.
Tujuan tersebut mempunyai hkmah yang utama yaitu agar
manusia lebih tinggi nilainya daripada harta, sehingga ia menjadi
tuannya harta bukan menjadi budaknya harta. Karena, tujuan zakat
terhadap si pemberi sama dengan tujuan terhadap si penerima.
Hikmah zakat ada 2 (dua) macam yaitu hikamh bagi si pemberi
dan hikmah bagi si penerima. Adapun hikmah zakat bagi si pemberi
antar lain:
a) Mensucikan jiwa dari sifat kikir. Sifat kikir merupakan tabiat
manusia yang tercela, sifat ini timbul karena rasa keinginan untuk
23Ibid.,hlm. 877.
16
memiliki sesuatu sehingga manusia cenderung mementingkan diri
sendiri terhadap hal-hal yang baik dan bermanfaat dari pada orang
lain.
b) Merupakan manifestasi syukur atas nikmat Allah. Karena
sesungguhnya Allah SWT senantiasa memberikan nikmat kepada
hambanya baik yang berhubungan dengan diri maupun hartanya.
c) Mengembangkan kekayaan batin. Dengan mengeluarkan zakat
berarti telah berusaha menghilangkan kelemahan jiwanya,
egoisme serta menghilangkan bujukan setan dan hawa nafsu.
Hikmah bagi si penerima sebagai berikut:
a) Membebaskan si penerima sari kebutuhan. Allah SWT telah
mewajibkan zakat dan menjadikannya tiang agama dalam Islam,
dimana zakat diambil dari orang-orang kaya dan diberikan kepada
orang-orang fakir, dengan adanya zakat tersebut mereka dapat
memenuhi kebutuhan materinya.
b) Menghilangkan sifat benci dan dengki. Dengan adanya kewajiban
zakat orang akan merasa baha muslim yang satu bersaudara dengan
muslim yang lain, sehingga tidak ada rasa dendam, dengki dan benci.
4. Dasar Hukum
Zakat sebagai salah satu perangkat sosio-ekonomi Islam yang
tidak saja bernilai ibadah juga bersifat sosial. Sebagaimana syari’at
Islam yang lainnya, zakat juga memiliki beberapa tujuan mulia antara
lain:
17
a) Mewujudkan keadilan dan pemerataan ekonomi. Zakat
bertujuan untuk mengurangi jurang perbedaan dan kesenjangan
antara yang kaya dan miskin sehingga tercipta pemerataan
ekonomi dan keadilan.
b) Mengikis kemiskinan dan kecemburuan sosial. Jika zakat
secara konsisten dapat direalisasikan, maka akan tercipta
masyarakat yang jauh dari sifat-sifat kecemburuan sosial yang
muncul manakala kemiskinan menghimpit seseorang
sedangkan disekelilingnya orang hidup berkecukupan tetapi
sama sekali tidak peduli.24
2.2. Tinjauan Umum Penyaluran Zakat
1. Macam Macam Zakat
a. Zakat Fitri atau Fitrah
Berasal dari kata fathara – yafthuru – fithran artinya makan
atau minum. Fathara ash-Shaimu, artinya orang yang puasa
berbuka dengan makan atau minum. Menurut syariat, Zakat fitri
adalah Zakat yang wajib disebabkan berbuka dari puasa
ramadhan. Ulama fiqh menamai Zakat fitri dengan Zakatur
ru‟us (Zakat kepala), Zakatur riqab (Zakat perbudakan)
Zakatul abdan (Zakat badan) yang dimaksud badan adalah
pribadi atau perorangan, sadhaqatul fitri (sedekah fitri).
24 El-Madani, Fiqh Zakat Lengkap, Yogyakarta: Diva Press, 2013, hlm. 13.
18
Zakat fitrah wajib atas kaum muslimin, anak kecil, besar, lakilaki,
perempuan, orang yang merdeka, dan hamba. Adapun waktu
mengeluarkanya para ulama berbeda pendapat tentang batasan
waktu wajib pelaksanaan pemberian Zakat ftri tersebut. Imam
Syafi’i, Imam Ahmad, dan Imam Malik berpendapat bahwa Zakat
fitri itu wajib dengan sebab terbenamnya matahari pada akhir di
bulan Ramadhan dan berakhir menunaikannya sebelum
melakukan sholad Id, sedang Imam Abu Hanifah dan Imam Malik
berpendapat Zakat fitri wajib dengan sebab terbitnya fajar pada
hari raya karena Zakat fitri itu ibadah yang berhubungan dengan
hari raya, seperti penyembelihan hewan kurban pada hari Idul
Adha25
b. Zakat Maal
Zakat maal atau harta adalah Zakat yang diwajibkan Allah
Ta’ala terhadap kaum muslimin yang telah memiliki harta
mencapai nishab dan haul serta syarat-syarat lainya26
. Zakat
Maal terdiri dari:
25Hasbi al Furqon, 125 Masalah Zakat, Solo: Tiga Serangkai.2008. hlm.57.
26Ibid. hlm. 79.
19
NO Jenis Harta
Benda
Nisab Zakat Keterangan
1. Zakat profesi
Analisis
dengan harga emas
85 gram
(ada yang
92,6 dan ada
yang 96 gram
mas).
2,5 % X Rp
29.750.000,- =
Rp 743.750,-
Harga emas
dihitung 1 gr =
Rp 350.000,- jadi
85 X Rp 350.000
=
Rp 29.750.000
2. Ternak Unta
Ternak
Kerbau
Ternak
Kambing
5-9 ekor
10-14 ekor
30-39 ekor
40-59 ekor
60 -69 ekor
40-120 ekor
120-200 ekor
210-399 ekor
1 kambing
2 kambing
1 kerbau
1 kerbau
2 kerbau
1 kambing
betina
2 kambing
betina
3 kambing
betina
Usia 2 tahun
2 Tahun (dst)
2 Tahun
2 Tahun
3 Emas Perak
Perhiasan
lebih
(simpanan)
20 Mitsqal 200 Dirham
20 Mitsqal
2,5%=0,5 Mitsqal
2,5%=5
Dirham
2,5%=5
Dirham
20 Mitsqal=93,
6 gram
200 Mitsqal=624
gram
4. Makanan
pokok
Lebih dari 5 wasaq
= 200 Dirham
1/10
alam
1/20
biaya
irigasi
irigasi
Setiap panen 1
wasaq = 40
Dirham
5. Buah-buahan
(segala
macam)
Lebih dari 5 wasaq = 200 Dirham
1/10 alam
1/20
biaya
irigasi irigasi
Setiap panen 1 wasaq = 40
Dirham
6. Perniagaan Analog dengan
emas 85,92/96 gram
2,5 % = Rp
720.000
1 tahun dari awal
perhitungan27
27 Ahmad Rofiq, Kompilasi Zakat, Balai penelitian Dan Pengembangan Agama Semarang,
2010,hlm. 18.
20
2. Penggolongan Muztahiq
Pendistribusian dana zakat memiliki fungsi mengecilkan
jurang perbedaan antara kaya dan miskin karena bagian harta
kekayaan si kaya membantu dan menumbuhkan kehiduan ekonomi
yang miskin, sehingga keadaan ekonomi si miskin dapat diperbaiki.28
Sedangkan menurut Syauqi Ismail Syahhatih dalam bukunya al-
Zakat, zakat berfungsi sebagai sarana jaminan sosial dan persatuan
masyarakat dalam memenuhi kebutuhankebutuhan individu, dan
memberantas kemiskinan umat manusia. Dalam hal ini zakat
merupakan bukti kepedulian sosial dan kesetiakawanan nasionalis.29
Dalam Al-Qur’an sudah dijelaskan secara rinci. Dalam surat
AtTaubah ayat 60, Allah menjelaskan tentang para penerima zakat:
عخذ وصل يهمبها وتزك رهم تطه صدقة لهم ى أم مه هم لي
و تكسكهلهم صلى ٱإن ٣٠١سميععليملل
Artinya:“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka,
dengan zakat itu kamu membersihkandan mensucikan mereka dan
mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi)
ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi
Maha Mengetahui.” (QS. At-Taubah [9]: 103).
28 Rahman RitongadanZainuddin, Fiqh Ibadah (Jakarta:Gaya Media Pratama,1997), hlm.
200-201.
29Syauqi Ismail Syahhatih, Prinsip Zakat dalam Dunia Modern,alihbahasa Ansari Uma
(Jakarta: Pustakadian), hlm. 9.
21
Ayat di atas memberikan penjelasan bahwa zakat diberikan
kepada delapan golongan (asnaf).
a. Fakir
Fakir adalah orang yang memang tidak memiliki penghasilan
sama sekali, fakir memang orang tidak memiliki penghasilan
untuk memenuhi kebutuhan nya sehari hari.
b. Miskin
Miskin adalah orang yang memiliki pekerjaan dan penghasilan,
namun penghasilannya tidak dapat digunakan untuk memenuhi
kebutuhan pokok sehari hari.
c. Amil
Amil adalah orang memiliki peran dalam pengelolaan zakat
secara umum. Kelompok amil memiliki hak adatas zakat yang di
kelolanya sebesar 12,5%.
d. Mu’alaf
Mu’alaf adalah orang yang terbujuk kemudian masuk islam
namun secara keimanan bulum sepenuhnya mengakar dalam
hatinya.
e. Riqab (Budak)
Riqab adalah budak atau orang kebebasannya tergadaikan pada
seseorang sepenuhnya.
22
f. Ghorimin
Gharimin adalah orang yang memiliki hutang dalam jumlah
tertentu kemudian tidak dapat mengembalikan hutangnya.
g. Fi sabilillah
Fi Sabilillah adalah orang yang sedang berjuang di jalan Allah
baik itu berupa perang secara nyata melawan orang kafir ataupun
sukarelawan.
h. Ibnu Sabil
Ibnu Sabil adalah orang yang menempuh perjalanan jauh amun
terputus bekalnya dalam perjalanan.
3. Organisasi Lembaga Zakat
a. Lembaga Amil Zakat (LAZ)
Dalam KeputusanMenteri Agama Nomor 581 Tahun 1999
tentang pelaksanaan UUNomor 38 Tahun 1999 tentang
Pengelolaan Zakat. Pasal 1 ayat 2 UUNomor 38 Tahun 1999
menyebutkan Lembaga Amil Zakat adalahinstitusi pengelola
Zakat yang sepenuhnya dibentuk atas prakarsamasyarakat dan
oleh masyarakat yang bergerak di bidang dakwah,pendidikan,
sosial dan kemaslahatan umat islam.
b. Badan Amil Zakat (BAZ)
Berdasarkan UU Nomor 38 Tahun1999 tentang Pengelolaan
Zakat dan Keputusan Menteri AgamaRepublik Indonesia Nomor
581 Tahun 1999 tentang Pelaksanaan UUNomor 38 Tahun 1999.
Dalam Pasal 1 Ayat 1 Keputusan MenteriAgama Republik
23
Indonesia Nomor 581 Tahun 1999 disebutkan yangdimaksud
dengan Badan Amil Zakat adalah organisasi PengelolaZakat yang
dibentuk oleh pemerintah dengan tugas mengumpulkan,
mendistribusikan, dan mendayagunakan Zakat sesuai
dengankeputusan agama. Unsur Pemerintah dalam kepengurusan
BAZ adalahDepartemen Agama Dan Pemerintah Desa30
4. Penyaluran Zakat
Distribusi berasal dari bahasa Inggris yang berarti pembagian
atau penyaluran. Secara terminologi, distribusi adalah penyaluran
atau pembagian kepada orang banyak atau beberapa tempat.
Pengertian lain mendefinisikan distribusi sebagai penyaluran barang
keperluan sehari-hari oleh pemerintah kepada pegawai negeri,
penduduk dan sebagainya.31
Distribusi adalah proses penyaluran barang dari produsen
kepada konsumen. Produsen berarti orang yang melakukan proses
produksi. Sedangkan konsumen adalah orang yang memakai hasil
dari produksi baik barang atau jasa. Sedangkan orang yang
melakukan penyaluran disebut distributor. Selain itu, distribusi
sebagai kegiatan ekonomi yang menjembatani suatu produksi dan
konsumsi agar barang atau jasa sampai tepat kepada konsumen
sehingga kegunaan barang atau jasa tersebut akan maksimal.
30Ilyas Supena, Darmuin, Manajemen Zakat, Semarang: Walisongo Press, Semarang,
2009, hlm. 46.
31 W.H.S. Poerwadaminta, KamusUmum Bahasa Indonesia (Jakarta:BalaiPustaka, cet. Ke-
7), hlm. 269.
24
Philip Kotler di dalam karyanya Menejemen Pemasaran
menjelaskan bahwa distribusi adalah serangkaian organisasi yang
saling bergantung yang terlibat dalam proses untuk menjadikan
produk atau jasa yang siap untuk digunakan atau dikonsumsi. Dalam
hal ini distribusi dapat diartikan sebagai kegiatan (membagikan atau
mengirim) kepada orang atau beberapa tempat.32
Pendistribusian zakat adalah kegiatan mengelola zakat sesuai
fungsi manajemen dalam upaya menyalurkan dana zakat yang
diterima pihak muzakki kepada pihak mustahiq sehingga mencapai
tujuan organisasi secara efektif. Sistem pendistribusian zakat dari
masa ke masa mengalami perubahan. Semula lebih banyak
disalurkan untuk kegiatan konsumtif, tetapi belakangan ini lebih
banyak pemanfaatan dana zakat disalurkan untuk kegiatan produktif.
5. Bentuk Penyaluran Zakat
Dalam pendistribusian zakat sendiri terdapat dua macam
pendistribusian yaitu pendistribusian secara konsumtif dan
pendistribusian secar produktif. Kedua penyaluran zakat ini memiliki
sifat sfat yang berbeda namun memiliki tujuan dan hkmah yang
sama, namun keduanya memiliki orientasi yang berbeda sama lain.
Konsumtif memiliki orientasi saat itu juga sedang produktif lebih
pada orientasi kemandirian muztahiq.
32DepDikBud, KamusBesar Bahasa Indonesia (Jakarta:BalaiPustaka,cet ke3, 1990), hlm.
308.
25
Zakat konsumtif yang memiliki orientasi pemenuhan
kebutuhan hidup primer atau kebutuhan mendasar yang benar benar
diperlukan untuk saat itu juga sekilas terkesan memanjakan atau
mendidik para penerimanya untuk tetap pada kondisinya dan
menerima keadaannya saat ini. Tetapi zakat semacam ini memiliki
esensi yang lebih dari rasional, sehingga tidak akan mudah untuk
dicerna oleh akal. Zakat yang bersifat konsumtif berperan sangat
besar dalam menumbuhkan kepekaan sosila masyarakat. Terdapat
suatu hari hari dimana umat muslim harus merasakan kesensaraan
yang sama dalam bulan ramadhan, namun ada pula hari dimana pada
hari hari itu semua umat muslim tidak boleh merasakan kelaparan
dan kesensaraan pada hari hari raya.
Zakat Produktif merupakan sebuah mekanisme baru dan
merupakan sebuah alternatif solutif Islam untuk menjawab
permasalahan sosila ekonomi masyarakat. Penyaluran Zakat secara
produktif sendiri tidak terdapat contoh dari Muhammad melainkan
berawal dari ijtihad para ulama terdahulu. Secar praktis pembebasan
budak dan memberikan modal, sudah pernah di contohkan Oleh
Muhammad namun tidak berupa zakat.
6. Mekanisme dan Ketentuan Penyaluran
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011, Bab III pasal 25
tentang pendistribusian Zakat wajib didistribusikan kepada mustahik
sesuai dengan syariat Islam. Pasal 26 menerangkan Pendistribusian
26
Zakat, Sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25, dilakukan
berdasarkan skala prioritas dengan memperhatikan prinsip
pemerataan, keadilan, dan kewilayahan33
.
2.3. Ketentuan Zakat Produktif
Zakat produktif merupakan terobosan baru. Zakat yang
padaawalnyadiberikan dan hanya dikelola secara konsumtif akan dikelola menjadi
zakat produktif yang notabenenya lebih berguna. Apalagi jika dikaitkan dengan
kegiatan ekonomi yang terus berkembang dari waktu ke waktu.34
Secara umum, produktif berarti “banyak menghasilkan karya atau
barang”. Produksi juga berarti “banyak menghasilkan, memberi banyak hasil”.
Pengertian produksi sendiri berupa kata sifat sedang kata yang disifati adalah
kata zakat, sehingga menjadi zakat produktif yang memiliki arti zakat dimana
dalam pendistribusiannya bersifat produktif, lawan konsumtif.35
Salah satu syarat keberhasilan zakat adalah dengan pendistribusian
zakat yang dilakukan secara professional dan didasarkan kepada landasan
yang sehat,sehinga zakat tidak salah sasaran. Menurut Yusuf al-Qaradhawi
dalam bukunya Manajemen Zakat Professional ada beberapa cara untuk
mendistribusikan dana zakat secara professional, yaitu:36
33 http:// Lampung.Kemenag.go.id/file/file/subbag Hukmas/amds1352162413.pdf
29/11/2017. 16:39
34DidinHafiduddin, Zakat dalamPerekonomianModern(Jakarta: GemaInsani Press, 2009),
hlm. 2.
35Asnaini, ZakatProduktifdalamPerspektifHukum Islam (Yogyakarta:PustakaPelajar,
2008), hlm. 63.
36Mukhlisin, “Pendistribusian dana Zakat UntukPemberdayaan Ekonomi Masyarakat
PadaBadanAmil Zakat Daerah(BAZDA) Kab.
27
a) Pendistribusian Produktif yaitu pendistribusian dana zakat kepada
mustahiq yang di salurkan oleh āmil untuk kepentingan aktifitas
suatu usaha atau bisnis.
b) Pendistribusian secara lokal yaitu bahwa para mustahiq di masing-
masing wilayah lebih diprioritaskan daripada di wilayah lain,
sebagaimana yang kita kenal sebagai otonomi daerah.
c) Pendistribusian yang adil terhadap semua golongan yaitu adil
terhadap semua golongan yang telah dijanjikan sebagamustahiq
oleh Allah dan Rasul-Nya dan adil di antara semua individu dalam
satu golongan mustahiq. Artinya keadilan yang memperhatikan dan
mempertimbangkan hak, besarnya kebutuhan dan kemaslahatan
Islam yang tertinggi.
Di indonesia sendiri penyaluran zakat telah berkembang menjade
empat bentuk:
a) Konsumtif tradisional adalah zakat yang diberikan kepada
mustahiq secara langsung untuk kebutuhan konsumsi sehari-hari
seperti beras. Pola ini merupakan program jangka pendek
mengatasi masalah umat.
b) Konsumtif kreatif adalah zakat yang disalurkan berupa barang yang
dapat di konsumsi secara langsung dan digunakan untuk membantu
orang miskin dalam menghadapi permasalahan sosial dan ekonomi
yang dihadapinya semisal beasiswa.
Karawang”,Skripsitidakditerbitkan,(JurusanMenejemenDakwahFakultasDakwahdanKomunikasi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2009)
28
c) Produktif konvensional yaitu zakat yang disalurkan berupa barang
yang bisa berkembang biak atau alat utama kerja seperti sapi,
kambing dan mesin jahit.
d) Produktif kreatif adalah zakat yang disalurkan dalam bentuk dana
untuk modal usaha atau berupa alat produksi sehingga penerima
dapat mengembangkan usahanya setahap lebih maju.37
2.4. Penyaluran Zakat Produktif
Dalam penyaluran zakat poduktif ada dua macam yaitu zakat
produktif tradisional dan produktif kreatif, guna untuk melepaskan fakir
miskin kepada taraf hidup yang layak dan dapat memenuhi semua
kebutuhannya, yaitu kategori ketiga, zakat produktif tradisional adalah
zakat yang diberikan dalam bentuk barang-barang produktif. Misalnya
kambing, sapi, mesin jahit, alat-alat pertukaran dan sebagainya.
Penyaluran zakat dalam hal ini dapat memfasilitasi orang menciptakan
suatu usaha atau menciptakan lapangan kerja bagi fakir miskin.
Kategori terakhir yaitu zakat produktif kreatif dimaksudkan semua
pendayagunaan zakat yang diwujudkan dalam bentuk modal yang dapat
dipergunakan, biak untuk membangun suatu proyek sosial maupun untuk
membantu atau menambah modal seseorang pedagang atau pengusaha
kecil.38
37 K. H. SjechulHadiPernomo, Pendayagunaan Zakat DalamRangka Pembangunan
Nasional, (Jakarta: Pustaka Firdaus, cet ke-2, 1995), hlm 41
38Asnainu, S.Ag, M.ag, Zakat Produktif dalam Persfektif Hukum Islam, Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2008, cetakan ke-1, hlm. 78-80
29
Dari pembagian macam-macam zakat produktif diharapkan arah
dan kebijaksanaan pengelolaan zakat produktif dapat berhasil sesuai
dengan sasaran yang dituju. Adapun maksud arah dan kebijaksanaan
pengelolaan zakat adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan usaha
pemerintah atau pengelola dalam rangka memanfaatkan hasil
pengumpulan zakat kepada sasaran dalam pengertian yang lebih umum
sama dengan hukum islam, secara tepat guna, efektif manfaatnya dengan
sistem distribusi yang serba guna dan produktif sesuai dengan pesan dan
kesan syari’at serta tujuan sosial ekonomi dari zakat.
Beberapa ulama modern dan ilmuwan telah mencoba
menginterpretasikan pendayagunaan zakat dalam perspektif yang lebih
luas mencakup edukatif, produktif, dan ekonomis. Dalam kehidupan sosial
sekarang, pengelolaan dan penyaluran zakat untuk penduduk miskin harus
mencakup:
a. Pembangunan prasarana dan sarana pertanian sebagai tumpuan
kesejahteraan ekonomi rakyat, dalam pengertian yang luas,
b. Pembangunan sektor industri yang secara langsung berorientasi
pada peningkatan kesejahteraan rakyat banyak.
c. Penyelenggaraan sentra-sentra pendidikan ketrampilan dan
kejuruan untuk mengatasi pengangguran.
d. Pemberian modal usaha kepada mustahik sebagai langkah awal
mendirikan usaha,
30
e. Jaminan hidup orang-orang invalid, jompo, yatim piatu, dan
orang-orang yang tidak punya pekerjaan.
f. Pengadaan sarana dan prasarana kesehatan bagi setiap warga
atau rakyat yang membutuhkan, dan
g. Pengadaan sarana dan prasarana yang erat hubungannya
dengan usaha mensejahterakan rakyat lapisan bawah39
2.5. Sistem Pengelolaan Zakat Produktif
Secara umum lembaga pengelola zakat didasarkan atas perintah
Allah (QS. At-Taubah: 60) yang menyebutkan kata-kata „‟wal amilina
alaiha‟‟, artinya pengurus-pengurus zakat, yang lebih dikenal dengan amil
zakat adalah mereka yang melaksanakan segala kegiatan urusan zakat,
mulai dari para pengumpul sampai pada bendahara dan para pengawas,
juga mulai dari akuntan sampai kepada penghitung yang mencatat keluar
masuk zakat, dan membagi kepada para mustahiknya.
Sebuah pendistribusian zakat dilakukan untuk mencapai visi dari zakat
yaitu terciptanya masyarakat yang tangguh baik dalam bidang ekonomi
maupun non ekonomi. Untuk mencapai visi tersebut diperlukan misi distribusi
zakat yang memadai. Misi yang di cita citakan bersifat produktif yaitu
mendistribusikan zakat kepada para mustahiq, dengan harapan langsung
menimbulkan muzakki-muzakki baru.Dan tentunya dalam sistem alokasi zakat
tersebut harus mencapai kriteria sebagai berikut:
39M. Arif Mufraini, Akuntansi dan Manajemen Zakat, (Jakarta: Kencana Prenada Media
Group, 2006) hlm. 106-111
31
1. Prosedur alokasi zakat mrupakan cermin pengendalian yang
memadai dan sekaligus sebagai indikator praktek yang adil.
2. Sistem seleksi mustahiq dan penetapan kadar zakat yang
dialokasikankepada kelompok mustahiq.
3. Sistem informasi muzakki dan mustahiq (SIMM).
4. Sistem dokumentasi dan pelaporan yang memadai.
Dari empat bagian tersebut harus dirancang sedemikian rupa
sehingga hasil yang diharapkan dapat tercapai dan prinsip akuntabilitas
dapat dipenuhi. Konsep ini jika diterapkan dengan baik akan dapat melihat
potensi zakat dan dapat memprediksi perolehan zakat untuk suatu wilayah.
Selanjutnya dalam pelaksanaan ibadah zakat sesuai dengan ketentuan
agama, maka mutlak diperlukan pengelolaan (manajemen) zakat yang
baik, benar dan profesional.40
Di Indonesia pengelolaan zakat diatur berdasarkan Undang-
Undang No. 23 Tahun 2011 tentang pengelolaan zakat dimana pengertian,
asas, dan tujuan pengelolaan zakat adalah sebagai berikut:
1. Pengelolaan zakat merupakan aktifitas perencanaan, pelaksanaan,
dan pengoordinasian dalam pengumpulan, pendistribusian, dan
pendayagunaan zakat (pasal 1 angka 1).
2. Pengelolaan zakat harus berlandaskan syariat Islam, amanah,
kemanfaatan, keadilan, kepastian hukum, terintegrasi, dan
akuntabilitas (pasal 2).
40Mursyidi, Akuntansi Zakat Kontemporer”, Bandung : PT. Remaja Rosda Karya,
2003,hlm. 178-180
32
3. Pengelolaan zakat memiliki cita cita yang sangat besar untuk
meningkatkan efektifitas dan efisiensi pelayanan dalam
pengelolaan zakat, serta meningkatkan manfaat zakat untuk
mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan penanggulangan
kemiskinan (pasal 3).41
Keberhasilan zakat tergantung kepada pengelolaan yang mampu
bersifat daya guna bagi mustahik. Zakat harus disalurkan kepada yang
berhak (mustahik) yang sudah ditentukan menurut agama, penyerahan
yang benar adalah melalui badan amil zakat. Pengelolaan yang tepat ialah
yang sesuai dengan tujuan dan jatuh pada yang berhak (sesuai dengan
nash) secara tepat guna. Ada beberapa proses dalam kegiatan manajemen
pengelolaan zakat yang telah digariskan dalam Islam dan telah
dicontohkan oleh Rasulullah SAW dan penerusnya, yakni para sahabat.
Proses tersebut meliputi penghimpunan atau pengumpulan, proses
pertama ini dilakukan oleh para petugas zakat yang atau dalam Islam
disebut dengan amil. Adapun tugas dari lembaga amil antara lain:
a. Pendataan para wajib zakat (muzakki).
b. Menetapkan bentuk wajib zakat dan jumlah yang harus
dibayarkan.
c. Penagihan zakat para muzakki.
Upaya pemberdayaan potensi zakat merupakan sebuah rangkaian
yang saling terkait dari sebuah kesatuan proses manajemen. Pengelolaan
41UU No 23 Tahun 2011
33
zakat yang berhasil memerlukan fungsi- fungsi manajemen mulai dari
tahap perencanaan hingga tahap evaluasi. Profesionalitas dan akuntabilitas
serta efektifitas dari pengelola zakat merupakan bagian penting dari
manajemen yang dimaksud. Optimalisasi manajemen zakat dari para
muzakki telah mendorong munculnya sejumlah lembaga sebagaimana
dikemukakan diatas disertai dengan payung hukum berupa undang-
undang tentang penyaluran zakat.
Integritas, amanah, kreatifitas, dan profesionalitas menjadi prasarat
yang diperlukan oleh menejemen organisasi zakat harus diletakkan dalam
kerangka prinsip moral, integritas kejujuran, clean dangood corporate,
transparan dan tak terjebak pada conflict ofinterest.42
1. Planning (perencanaan)
Planning adalah memilih kegiatan dan pemutusan selanjutnya apa
yang harus dilakukan, kapan, bagaimana, dan oleh siapa.
Perencanaan yang matang dapat dicapai dengan
mempertimbangkan kondisi di waktu yang akan datang dalam
mana perencanaan dan kegiatan yang diputuskan akan
dilaksanakan, saat periode sekarang pada saat rencana dibuat.
Dalam melakukakan perencanaan, ada beberapa aspek yang harus
diperhatikan, antara lain sebagai berikut:
a. Hasil yang ingin dicapai.
b. Apa yang akan dilakukan.
42
Muhammad dan Abu Bakar,Manajemen Organisasi Zakat ( Malang: Madani,2011) Hlm. 5.
34
c. Waktu dan skala prioritas
d. Dana (kapital).
Perencanaan dengan segala variasinya ditujukan untuk membantu
mencapai tujuan suatu lembaga atau organisasi. Ini merupakan
prinsip yang penting, karena fungsi perencanaan harus mendukung
fungsi manajemen berikutnya, yaitu fungsi pengorganisasian,
fungsi pelaksanaan, dan fungsi pengawasan.
2. Organizing (pengorganisasian)
Organizing yaitu sebagai sebuah lembaga, Badan Amil Zakat juga
harus dikelola secara profesional dan didasarkan atas aturan-aturan
keorganisasian. Untuk terwujudnya suatu organisasi/lembaga yang
baik, maka perlu dirumuskan beberapa hal di bawah ini:
a. Adanya tujuan yang akan dicapai
b. Adanya penetapan dan pengelompokan pekerjaan.
c. Adanya wewenang dan tanggung jawab.
d. Adanya hubungan satu sama lain.
e. Adanya penetapan orang-orang yang akan melakukan pekerjaan
atau tugas-tugas yang diembankan kepadanya.
3. Directing (pelaksanaan)
Dalam pengelolaan dan pendistribusian zakat terdapat tiga strategi
dalam pelaksanaan pengumpulan zakat, yaitu:
a. Pembentukan unit pengumpulan zakat.
b. Pembukaan kounter penerimaan zakat.
c. Pembukaan rekening bank
35
Di samping itu, untuk menumbuhkan niat berzakat, baik
untuk pegawai institusional pemerintah maupun swasta, dapat
melakukan berbagi cara, misalnya:
a. Memberikan wawasan yang benar dan memadai tentang zakat,
infaq, sedekah, baik dari epistemologi, terminologi maupun
kedudukannya dalam ajaran Islam.
b. Manfaat serta hajat dari zakat, infaq, sedekah, khususnya
untuk. pelakunya maupun para mustahiq zakat
Sedangkan untuk pelaksanaan pendistribusian zakat
produktif dapat dikategorikan dalam berapa cara yaitu:
a. Konsumtif tradisional adalah zakat yang diberikan kepada
mustahiq secara langsung untuk kebutuhan konsumsi sehari-
hari seperti beras. Pola ini merupakan program jangka pendek
mengatasi masalah umat.
b. Konsumtif kreatif adalah zakat yang disalurkan berupa barang
yang dapat di konsumsi secara langsung dan digunakan untuk
membantu orang miskin dalam menghadapi permasalahan
sosial dan ekonomi yang dihadapinya semisal beasiswa.
c. Produktif konvensional yaitu zakat yang disalurkan berupa
barang yang bisa berkembang biak atau alat utama kerja
seperti sapi, kambing dan mesin jahit.
d. Produktif kreatif adalah zakat yang disalurkan dalam bentuk
dana untuk modal usaha atau berupa alat produksi sehingga
36
penerima dapat mengembangkan usahanya setahap lebih
maju.43
4. Controlling (pengawasan)
Dapat didefinisikan sebagai proses untuk menjamin bahwa
tujuantujuan organisasi dan manajemen tercapai. Hal ini berkenaan
dengan cara membuat kegiatan-kegiatan sesuai dengan yang telah
direncanakan sebelumnya. Pengertian ini menunjukkan adanya
hubungan yang erat antara perencanaan dan pengawasan. Oleh
karena itu, pengawasan mempunyai peranan atau kedudukan yang
sangat penting dalam manajemen, karena mempunyai fungsi untuk
menguji apakah pelaksanaan kerja itu teratur, tertib, terarah atau
tidak44
2.6. Penelitian Terdahulu
Sejauh penulis ketahui, telah begitu banyak pembahasan mengenai
distribusi zakat. Namun belum ada penelitian khusus dan intensif
mengenai masalah distribusi zakat pada BMH Malang. Dalam review studi
terdahulu, penulis mencari, membaca dan mendata beberapa penelitian
dengan beberapa bahasan pokok yang mempunyai kaitan dengan judul
ini.Berikut adalah tinjauan umum atas penelitian terdahulu:
43 K. H. SjechulHadiPernomo, Pendayagunaan Zakat DalamRangka Pembangunan
Nasional, (Jakarta: Pustaka Firdaus, cet ke-2, 1995), hlm. 41
44 Fakhruddin, Opcit, hlm. 29-38
37
Muhamad Doni, mahasiswa Muamalat UIN Sunan Kalijaga yang
membahas “Mu’alaf Penerima Zakat study di Dusun Banteng
SiduharjoNgaglik Sleman Yogyakarta” yang mengemukakan bahwa Muallaf
yang kurang mampulah yang masih relevan menerima bagian zakat.45
Nasrudin Septiansyah, mahasiswa Al- Ahwal Asy-Syakhsiyyah
UIN Sunan Kalijaga yang membahas “Tinjauan Hukum Islam Terhadap
Praktik Pendistribusian Zakat Pada Badan amil Zakat Daerah (BAZDA)
Yogyakarta pada Tahun 2010” yang mengemukakan bahwa
pendistribusian zakat pada BAZDA Yogyakarta sudah sesuai dengan
hukum Islam.46Sedangkan dalam penulisan yang akan ditulis oleh penulis
akan membahas pada sasaran pendistribusian dan besarnya dana yang
terdistribusikan.
Irwansyah, mahasiswa Muamalat UIN Sunan Kalijaga yang
membahas “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Pelaksanaan Distribusi
Zakat Perdagangan Sellular Di Kecamatan Kutowinangun ,Kebumen”
yang mengemukakan pendistribusian zakat yang dilakukan oleh pedagang
langsung tidak dapat menyelesaikan permasalahan peningkatan
kesejahteraan ekonomi fakir miskin.47
45Muhamad Doni “Mu’alaf Penerima Zakat Study di Dusun Banteng SiduharjoNgaglik
Sleman Yogyakarta”,Skripsi tidak diterbitkan,(Jurusan Muamalat Fakultas Syariah dan Hukum
UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2010).
46Nasrudin Septiansyah, “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Praktik Pendistribusian Zakat
Pada Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA) Yogyakarta pada Tahun 2010”, Skripsi tidak
diterbitkan, (Jurusan Al-Ahwal Asy-Syakhsiyyah, Fakultas Syariah dan Hukum UIN Sunan
Kalijaga,2012).
47Irwansyah “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Pelaksanaan Distribusi Zakat Perdagangan
Sellular Di Kecamatan Kutowinangun, Kabupaten Kebumen”,Skripsitidak diterbitkan,(Jurusan
Muamalat Fakultas Syariah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2010).
38
Ahmad Yazid, mahasiswa Muamalat UIN Sunan Kalijaga yang
membahas “Tinjauan Sosiologi Hukum Islam Terhadap Praktik Zakat
Produktif Di Masjid-masjid Kota Yogyakarta” yang mengemukakan
bahwa tidak semua masjid di Kota Yogyakarta menyalurkan zakat secara
produktif, hanya Masjid Syuhada’ dan masjid Al-Ikhsan yang
menyalurkan zakat secara produktif.48
Eni Suryani, mahasiswa Muamalat UIN Sunan Kalijaga yang
membahas “Zakat Produktif dalam Perspektif Hukum Islam (Studi di
Badan amil Zakat daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2002-2008)” yang
mengemukakan bahwa pendayagunaan zakat untuk tujuan produktif dan
pengawasannya belum sesuai dengan syar’i. Karena belum merata hanya
terfokus kepada fakir miskin dan tidak adanya survei terhadap Mustahiq.49
Hermin Sukawati, mahasiswa Muamalat UIN Sunan Kalijaga yang
membahas, “Pengelolaan Zakat oleh badan amil Zakat (BAZ)Bantul dalam
Mensejahterakan Masyarakat”, dalam penelitiannya meninjau Badan amil
Zakat Bantul yang berposisi sebagai lembaga pendayaguna zakat dalam
mengelola zakat sebagai sarana mensejahterakan masyarakat.50
Ardi Sucipto, mahasiswa Muamalat UIN Sunan Kalijaga yang
membahas, “Analisa Distribusi Terhadap Tingkat Pendapatan dan
48Ahmad Yazud“Tinjauan Sosiologi Hukum Islam Terhadap Praktek Zakat Produktif Di
Masjid-masjid Kota Yogyakarta”, Skripsi tidak diterbitkan, (Jurusan Muamalat Fakultas Syariah
dan Hukum UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2013).
49Eni Suryani “Zakat Produktif dalam Perspektif Hukum Islam (studi di badan Amil Zakat
Daerah IatimewaYogyakarat”, Skripsi tidak diterbitkan,(Jurusan Muamalat Fakultas Syariah dan
Hukum UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2009).
50Hermin Sukawati, “Pengelolan Zakat oleh badan Amil Zakat (BAZ) kabupaten Bantul
dalam Mensejahterakan Masyarakat” , Skripsi tidak diterbitkan,(Jurusan Muamalat Fakultas
Syariah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2005).
39
Keuntungan Mustahiq (Studi Komparasi pada LAZIS Muhammadiyah
Warungbroto)”, yang menjadi pembahasan skripsi ini tentang analisis
tingkat pendapatan dan keuntungan yang diperoleh dapat mencukupi
kebutuhan mustahiq atau sebaliknya.51
Dari telaah yang telah dilakukan, penulis tidak menemukan
penelitian yang mengkaji tentang Pengelolaan Zakat Produktif Badan amil
Zakat Nasional BMH (Baitul Maal Hidayatullah) Malang terhadap
pegembangaan usaha mikro pengusahaa tidak mampu. Oleh karena itu,
penulis tertarik meneliti permasalahan ini dari sudut pandang normative
dan sosiologis masyarakat sekitar. Penyusun lebih menekankan kepada
pendistribusian kepada mustahiq yang tepat sasaran dan tepat guna.
51Ardi Sucipto, “Analisa Distribusi Terhadap Tingkat Pendapatan dan keuntungan
Mustahiq (Studi komparasi pada LAZIS Muhammadiyah Warungbroto)”, Skripsi tidak
diterbitkan,(Jurusan Muamalat Fakultas Syariah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta,
2007).