Post on 23-Jul-2020
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori
2.1.1. Anggaran
Anggaran merupakan suatu rencana yang disusun secara
sistematis, yang meliputi seluruh kegiatan perusahaan, yang
dinyatakan dalam unit (satuan) moneter dan berlaku untuk jangka
waktu (periode) tertentu yang akan datang (Dharmanegara, 2010).
Dapat dikatakan bahwa anggaran merupakan suatu output atau hasil
dari para penyusun anggaran yang berupa taksiran-taksiran mengenai
apa yang akan dilakukan oleh suatu organisasi pada masa mendatang,
umumnya adalah dalam satu periode anggaran. Karena anggaran
merupakan suatu output, maka harus dituangkan dalam suatu naskah
berupa tulisan yang disusun secara teratur dan sistematis.
Anggaran merupakan suatu rencana kuantitatif yang disusun
berdasarkan program kerja organisasi yang telah di sahkan. Anggaran
menjadi sebuah alat bagi organisasi dalam mencapai tujuan. Nafarin
(2015:11) mengatakan, dalam penyusunan anggaran perlu diperhatikan
perilaku para pelaksana anggaran dengan mempertimbangkan
beberapa hal sebagai berikut :
a. Anggaran harus dibuat seriil dan secermat mungkin sehingga tidak
terlalu rendah dan tidak terlalu tinggi.
10
b. Diperlukan partisipasi managemen puncak.
c. Anggaran harus mencerminkan keadilan, sehingga pelaksana
merasa termotivasi.
d. Laporan realisasi anggaran dibuat secara akurat dan tepat waktu.
2.1.2. Tujuan dan Manfaat Anggaran
Anggaran dalam organisasi memberikan tujuan dan manfaat
yang besar bagi managemen dalam melaksanakan dan mengendalikan
organisasinya sehingga tujuan organisasi dapat tercapai secara efektif
dan efisien. Terdapat beberapa tujuan disusunnya anggaran menurut
Nafarin (2015:19), antara lain :
a. Anggaran digunakan sebagai landasan yuridis formal dalam
memilih sumber dan investasi dana.
b. Mengadakan pembatasan jumlah dana yang dicari dan digunakan.
c. Merinci jenis sumber dana yang dicari maupun jenis investasi dana
guna mempermudah pengawasan.
d. Merasionalkan sumber dan investasi dana guna pencapaian hasil
yang maksimal.
e. Menyempurnakan rencana yang telah disusun.
f. Menampung, menganalisis serta memutuskan setiap usulan yang
berkaitan dengan keuangan.
11
Anggaran juga memiliki banyak manfaat, yang dikemukakan
oleh Nafarin (2015:19) dalam bukunya penganggaran perusahaan,
yaitu :
a. Semua kegiatan dapat mengarah pada tujuan bersama.
b. Dapat digunakan sebagai alat penilai karyawan.
c. Dapat digunakan sebagai alat motivasi karyawan.
d. Menimbulkan tanggung jawab tertentu kepada karyawan.
e. Menghindari pemborosan dan pembayaran yang kurang
diperlukan.
f. Memanfaatkan sumber daya seefisien mungkin.
g. Sebagai alat pendidikan bagi para manager.
Selain memiliki banyak manfaat, anggaran memiliki beberapa
kelemahan (Nafarin,2015). Kelemahan anggaran antara lain:
a. Anggaran dibuat berdasarkan taksiran dan anggapan sehingga
mengandung unsur ketidakpastian.
b. Diperlukan waktu, uang, dan tenaga yang tidak sedikit untuk
menyusun anggaran, sehingga tidak semua perusahaan mampu
menyusun anggaran secara lengkap dan akurat.
c. Pihak yang merasa dipaksa untuk melaksanakan anggaran, akan
menggerutu dan menentang sehingga anggaran tidak akan efektif.
12
2.1.3. Anggaran Sektor Publik
Anggaran pemerintah/sektor publik menurut Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 2010 Tentang
Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) yang tertuang dalam kerangka
konseptual akuntansi pemerintahan Paragraf 13 merupakan :
“…dokumen formal hasil kesepakatan antara eksekutif dan
legislatif tentang belanja yang ditetapkan untuk melaksanakan
kegiatan pemerintah dan pendapatan yang diharapkan untuk menutup
keperluan belanja tersebut atau pembiayaan yang diperlukan bila
diperkirakan akan terjadi defisit atau surplus.”
Anggaran sektor publik merupakan suatu rencana yang disusun
secara sistematis, yang meliputi seluruh kegiatan organisasi sektor
publik, yang dinyatakan dalam satuan moneter untuk jangka waktu
(periode) tertentu, umumnya adalah satu tahun anggaran. Anggaran
sektor publik berisikan rencana kegiatan yang direpresentasikan dalam
bentuk rencana perolehan pendapatan dan belanja dalam satuan
moneter. Anggaran sektor publik merupakan suatu dokumen yang
menggambarkan kondisi keuangan dari suatu organisasi yang meliputi
informasi mengenai pendapatan, belanja, dan aktivitas, dan berisi
mengenai apa yang akan dilakukan organisasi dimasa yang akan
datang (Mardiasmo, 2009).
Anggaran sektor publik merupakan suatu hal yang penting.
Mengingat anggaran bagi sektor publik adalah alat untuk mencapai
tujuan dalam rangka memberikan pelayanan kepada masyarakat atau
rakyat yang tujuannya adalah untuk meningkatkan pelayanan publik
13
dan kesejahteraan masyarakat (Halim, 2012). Anggaran
mengkoordinasikan aktivitas belanja pemerintah dan memberi
landasan bagi upaya perolehan pendapatan dan pembiayaan oleh
pemerintah untuk suatu periode tertentu yang biasanya mencakup
periode tahunan, maupun untuk jangka waktu lebih atau kurang dari
satu tahun (SAP-KK Paragraf 13,2010).
Pembahasan mengenai anggaran sektor publik diatas
menjelaskan bahwa fungsi anggaran di lingkungan pemerintah
mempunyai pengaruh penting dalam akuntansi dan pelaporan
keuangan (SAP-KK Paragraf 13,2010) karena :
a. Anggaran merupakan pernyataan mengenai kebijakan publik.
b. Anggaran merupakan target fiskal yang menggambarkan
keseimbangan antara belanja, pendapatan, dan pembiayaan yang
diinginkan organisasi.
c. Anggaran menjadi landasan pengendalian yang memberikan
konsekuensi hukum.
d. Anggaran menjadi landasan penilaian kinerja pemerintah.
e. Hasil pelaksanaan anggaran dituangkan dalam laporan keuangan
pemerintah sebagai pernyataan pertanggungjawaban kinerja
pemerintah kepada publik.
Sedangkan menurut pendapat Mardiasmo (2009:63) anggaran
pada sektor publik penting karena beberapa alasan, yaitu :
14
a. Anggaran digunakan sebagai alat bagi pemerintah untuk
mengarahkan pembangunan sosial ekonomi, menjalin
kesinambungan, dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat.
b. Anggaran diperlukan atas dasar kebutuhan dan keinginan
masyarakat yang tidak terbatas dan terus berkembang, sedangkan
sumber daya yang ada terbatas.
c. Anggaran diperlukan untuk meyakinkan bahwa pemerintah telah
bertanggungjawab terhadap rakyatnya.
2.1.4. Fungsi Anggaran Sektor Publik
Mardiasmo dalam Halim (2012:50) mengidentifikasikan
beberapa fungsi anggaran dalam menejemen sektor publik, yaitu :
a. Anggaran Sebagai Alat Perencanaan
Anggaran dalam sektor publik dibuat untuk merencanakan
tindakan apa yang akan dilakukan oleh organisasi sektor publik
yakni pemerintah, berapa biaya yang dibutuhkan, dan berapa hasil
yang diperoleh.
b. Anggaran Sebagai Alat Pengendalian
Anggaran dalam sektor publik memberikan rencana detail
atas pendapatan dan pengeluaran pemerintah agar belanja
pemerintah yang dilakukan dapat dipertanggungjawabkan kepada
publik. Hal ini digunakan untuk menghindari adanya salah sasaran
dalam pengalokasian anggaran yang bukan prioritasnya. Anggaran
15
sebagai alat pengendalian dikatakan sebagai alat untuk memonitor
kondisi keuangan pemerintah dan pelaksanaan operasional program
pemerintah.
c. Anggaran Sebagai Alat Kebijakan Fiskal
Anggaran dalam sektor publik digunakan untuk menstabilkan
dan mendorong pertumbuhan ekonomi dengan cara memfasilitasi
dan mengkoordinasikan kegiatan ekonomi masyarakat.
d. Anggaran Sebagai Alat Politik
Anggaran dalam sektor publik merupakan dokumen politik
sebagai bentuk komitmen eksekutif dan kesepakatan legislatif atas
penggunaan dana publik. Kegagalan dalam pelaksanaan anggaran
yang telah disetujui dapat menjatuhkan kepemimpinan dan
menurunkan kredibilitas pemerintah.
e. Anggaran Sebagai Alat Koordinasi dan Komunikasi
Anggaran dalam sektor publik merupakan alat koordinasi
antar bagian dalam suatu pemerintahan. Disamping itu, berfungsi
sebagai alat komunikasi antar unit kerja dalam lingkungan
eksekutif.
f. Anggaran Sebagai Alat Penilaian Kinerja
Kinerja eksekutif akan dinilai berdasarkan pencapaian target
anggaran dan efisiensi pelaksanaan anggaran atas suatu program
atau kegiatan. Kinerja managemen publik akan dinilai berdasarkan
16
hasil pencapaian yang dikaitkan dengan anggaran yang telah
ditetapkan.
g. Anggaran Sebagai Alat Motivasi
Anggaran sektor publik berguna sebagai alat motivasi
manager dan stafnya agar mampu bekerja secara ekonomis, efektif
dan efisien dalam mencapai target anggaran yang ditentukan. Dalam
hal ini, anggaran yang ditentukan sebaiknya jangan terlalu tinggi
dan jangan terlalu rendah.
h. Anggaran Sebagai Alat untuk Menciptakan Ruang Publik
Anggaran dalam sektor publik dapat melibatkan masyarakat,
LSM, perguruan tinggi dan berbagai organisasi kemasyarakatan
lainnya untuk menyampaikan aspirasi masyarakat yang kurang
terorganisasi.
2.1.5. Jenis-jenis Anggaran Sektor Publik
Menurut Mardiasmo (2009:66) anggaran sektor publik dibagi
menjadi dua, yaitu :
a. Anggaran Operasional
Anggaran operasional merupakan anggaran yang digunakan
untuk memenuhi kebutuhan operasional sehari-hari seperti belanja
rutin yang dilakukan oleh organisasi. Anggaran ini digunakan
untuk pengeluaran yang manfaatnya hanya untuk satu tahun
anggaran dan tidak menambah asset atau kekayaan pemerintah.
17
b. Anggaran Modal
Anggaran modal merupakan rencana jangka panjang untuk
pembelanjaan aktiva tetap bagi organisasi. Belanja modal
digunakan untuk pengeluaran yang memiliki manfaat lebih dari
satu tahun anggaran dan menambah asset atau kekayaan
pemerintah.
2.1.6. Prinsip-prinsip Anggaran Sektor Publik
Mardiasmo (2009:67) menyebutkan prinsip-prinsip anggaran
sektor publik adalah :
a. Otorisasi Oleh Legislatif
Anggaran publik harus mendapatkan otorisasi dari legislatif
terlebih dahulu sebelum anggaran tersebut dibelanjakan oleh
eksekutif.
b. Komprehensif
Anggaran publik harus menunjukkan semua penerimaan dan
pengeluaran pemerintah.
c. Keutuhan Anggaran
Semua penerimaan dan belanja pemerintah harus terhimpun
dalam dana umum.
d. Nondiscretionary Appropriation
Jumlah anggaran yang disetujui oleh dewan legislatif harus
memanfaatkan prinsip ekonomis, efisien dan efektif.
18
e. Periodik
Anggaran merupakan suatu proses yang periodik, dapat
bersifat tahunan maupun multi tahunan.
f. Akurat
Estimasi anggaran hendaknya tidak memasukkan cadangan
yang tersembunyi yang dapat dijadikan sebagai inefisiensi
anggaran.
g. Jelas
Anggaran publik hendaknya sederhana, dapat dipahami
masyarakat, dan tidak membingungkan.
h. Diketahui Publik
Anggaran publik harus di informasikan kepada masyarakat
luas.
2.1.7. Proses Penyusunan Anggaran Sektor Publik
Anggaran yang dipresentasikan setiap tahun memberikan
informasi rinci tentang program apa saja yang direncanakan oleh
pemerintah untuk meningkatkan kualitas kehidupan rakyat, dan
bagaimana program-program tersebut dibiayai (Mardiasmo, 2009).
Mardiasmo (2009:68) mengatakan proses penyusunan anggaran
mempunyai empat tujuan, yaitu:
19
a. Membantu pemerintah dalam mencapai tujuan fiskal dan
meningkatkan koordinasi antar masing-masing bagian dalam
lingkungan pemerintah.
b. Membantu menciptakan efisiensi dan keadilan dalam menyediakan
barang dan/atau jasa publik melalui proses pemrioritasan.
c. Memungkinkan pemerintah untuk memenuhi prioritas belanja.
d. Meningkatkan transparansi dan pertanggungjawaban pemerintah
kepada DPR/DPRD serta masyarakat luas.
Pada dasarnya mekanisme penganggaran sektor publik tidak
berbeda dengan sektor swasta. Siklus anggaran dalam sektor publik
memiliki empat tahapan yang dijelaskan oleh Mardiasmo (2009:70),
yaitu:
a. Tahap Persiapan
Pada tahap persiapan anggaran, dilakukan taksiran
pengeluaran atas dasar taksiran pendapatan yang tersedia. Dalam
persoalan estimasi, perlu diperhatikan adanya faktor tingkat
ketidakpastian. Di Indonesia, proses perencanaan APBD
menekankan pada pendekatan button-up planning dengan tetap
mengacu pada arah kebijakan pembangunan Pemerintah Pusat.
Pada Pemerintah Pusat, perencanaan pembangunan dimulai dari
penyusunan Program Pembangunan Nasional (PROPENAS) yang
kemudian dijabarkan dalam bentuk Rencana Strategis
(RENSTRA). Berdasarkan PROPENAS dan RENSTRA serta
20
analisis fiskal dan makro ekonomi, kemudian dibuat persiapan
APBN dan Rencana Pembangunan Tahunan (RAPETA).
Sementara di tingkat daerah, berdasarkan Peraturan
Pemerintah No.108 Tahun 2000 Pemerintah Daerah disyaratkan
untuk membuat dokumen perencanaan daerah yang terdiri atas
PROPEDA dan RENSTRADA. PROPEDA dan RENSTRADA
dibuat oleh Pemerintah Daerah bersama-sama dengan DPRD
dalam kerangka waktu lima tahun yang kemudian dijabarkan
pelaksanaannya dalam kerangka tahunan. Rincian RENSTRADA
untuk setiap tahunnya akan digunakan sebagai masukan dalam
penyusunan REPETADA dan APBN.
Berdasarkan RESTRADA yang telah dibuat serta analisis
fiskal dan ekonomi daerah, menurut ketentuan PP No.105 Tahun
2000 Pemerintah Daerah bersama-sama dengan DPRD menetapkan
arah dan kebijakan umum APBD, setelah itu menerapkan strategi
dan prioritas APBD. Proses Perencanaan Arah dan Kebijakan
Pembangunan Daerah Tahunan (REPETADA) dan APBD pada
hakekatnya merupakan perencanaan instrumen kebijakan publik
sebagai upaya meningkatkan pelayanan kepada masyarakat.
b. Tahap Ratifikasi Anggaran
Tahap ratifikasi anggaran merupakan tahap yang
melibatkan proses politik yang cukup rumit dan berat. Dalam tahap
ini integritas dan kesiapan mental yang tinggi dari eksekutif sangat
21
penting. Karena pada tahap ini pimpinan eksekutif harus
mempunyai kemampuan untuk menjawab dan memberikan
argumentasi yang rasional atas segala pertanyaan-pertanyaan dan
bantahan dari pihak legislatif.
c. Tahap Pelaksanaan Anggaran
Dalam tahap pelaksanaan anggaran, sistem informasi
akuntansi dan pengendalian managemen menjadi hal terpenting
yang harus diperhatikan oleh manager keuangan publik. Dalam hal
ini, manager keuangan publik bertanggungjawab untuk
menciptakan sistem akuntansi yang handal dan memadai untuk
perencanaan dan pengendalian anggaran yang telah disepakati
bahkan dapat diandalkan untuk penyusunan anggaran periode
berikutnya.
d. Tahap Pelaporan dan Evaluasi Anggaran
Tahap persiapan, ratifikasi dan implementasi anggaran
terkait dengan aspek operasional anggaran, sedangkan tahap
pelaporan dan evaluasi terkait dengan aspek akuntabilitas. Jika
sistem akuntansi dan sistem pengendalian managemen dalam tahap
implementasi sudah baik, maka dalam tahap ini tidak akan
menemui banyak permasalah.
22
2.1.8. Aspek-aspek dalam Penganggaran Sektor Publik
Dalam anggaran sektor publik, terdapat dua aspek yang sangat
erat kaitannya dengan pelaksanaan penyusunan anggaran. Aspek-aspek
tersebut antara lain adalah aspek perilaku dan aspek politik. Anggaran
dalam sektor publik dapat mempengaruhi perilaku baik pimpinan
maupun pegawai yang berperan dalam penyusunan anggaran tersebut.
Aspek perilaku dalam penyusunan anggaran ini dapat mempengaruhi
kinerja anggaran itu sendiri. Ada tiga aspek perilaku dalam
penganggaran sektor publik (Mahmudi, 2011). Ketiga aspek tersebut
yaitu:
a) Partisipasi Anggaran
Merupakan keterlibatan staf atau manager dalam proses
penyusunan anggaran. Partisipasi anggaran dapat berdampak positif
sebagai motivasi dalam meningkatkan tanggungjawab dalam
pencapaian target anggaran.
b) Keterlibatan Manajemen Senior
Dalam penganggaran sektor publik, keterlibatan manajemen
senior tercermin dalam peran aktif Tim Anggaran Pemerintah dalam
memberikan arahan, evaluasi dan koreksi terhadap usulan anggaran
yang diajukan oleh unit kerja (Mahmudi, 2011). Kualitas anggaran
dan kinerja anggaran akan terlihat baik jika Tim Anggaran
Pemerintah terlibat secara aktif dan tidak hanya sekedar pasang
nama.
23
c) Senjangan Anggaran
Senjangan anggaran (budgetary slack) merupakan selisih
antara jumlah yang dianggarkan dengan kemampuan atau
kebutuhan riil yang dimiliki pengguna anggaran (Mahmudi, 2011).
Senjangan anggaran dapat bersifat positif dan negatif tergantung
Tim Anggaran yang menempatkan slack pada anggaran tersebut.
Proses penyusunan anggaran sektor publik merupakan suatu
proses politik. Suatu anggaran dibuat oleh pemerintah untuk memilih
apa yang akan dilakukan dan apa yang tidak dilakukan oleh
pemerintah atau dapat dikesampingkan. Program apa saja yang
seharusnya diprioritaskan terlebih dahulu, dan keseluruhannya harus
mendapat persetujuan dari dewan legislatif. Anggaran sektor publik
biasanya menganut pada siapa yang memimpin suatu pemerintahan
saat itu. Terdapat beberapa area atau tahapan dalam siklus anggaran
yang melibatkan terjadinya proses politik anggaran (Mahmudi, 2011).
Tahapan-tahapan tersebut adalah penentuan kebijakan anggaran,
penentuan prioritas program dan plafon anggaran, penentuan alokasi
anggaran, pembahasan anggaran, perubahan anggaran, dan
pertanggungjawaban anggaran. Pada ke-enam tahapan tersebut, suatu
nuansa politik tidak dapat dipisahkan.
24
2.1.9. Teori Agency
Teori agensi merupakan teori yang mempelajari tentang
hubungan atau keterkaitan antar pihak-pihak yang memiliki hubungan
struktural, yaitu principal dan agent. Dalam Pemerintah Daerah,
Kepala Daerah, Kepala SKPD dan Kepala Badan bertindak sebagai
principal, sedangkan pegawai bertindak sebagai agent. Dalam teori ini,
managemen puncak membawahi karyawan atau manager yang lebih
rendah untuk dapat melaksanakan kinerja organisasi secara efisien.
Teori agensi didasarkan pada perbedaan pemikiran dan perbedaan
informasi yang dimiliki antara atasan dan bawahan, antara kantor pusat
dan cabang, atau adanya informasi asimetri yang mempengaruhi
penggunaan sistem akuntansi pada organisasi (Lubis, 2011).
Lubis (2011:91) dalam bukunya Akuntansi Keperilakuan
mengatakan bahwa managemen puncak (principal) dalam teori ini
bersikap netral terhadap resiko, sementara karyawan (agent) bersikap
menolak usaha dan resiko. Keadaan ini diasumsikan terjadi karena
managemen atas dan karyawan sama-sama termotivasi oleh
kepentingan masing-masing yang seringkali berbenturan. Karena
karyawan atau agent yang lebih banyak memahami tentang organisasi,
akan menciptakan kesenjangan informasi atau informasi asimetri yang
menyebabkan managemen atas tidak mampu menentukan apakah
usaha yang dilakukan karyawan memang benar-benar optimal.
25
Teori ini memfokuskan pada bagaimana agar sistem perjanjian
kontrak antara managemen atas selaku principal dan karyawan selaku
agent bisa mencapai keseimbangan. Dalam proses penyusunan
anggaran, managemen atas bersama karyawan dapat terlebih dahulu
membuat kesepakatan mengenai kebijakan, prioritas anggaran, yang
nantinya dijadikan sebagai pedoman penyusunan anggaran organisasi.
Hal ini merupakan bentuk kontrak, dimana pihak managemen atas
mendelegasikan wewenang kepada karyawan yang tergabung dalam
Tim Penyusun Anggaran untuk melaksanakan kegiatan penganggaran.
2.1.10. Budgetary Slack
Menurut pendapat Belkaoui (1989) dalam Suartana (2010),
slack atau senjangan adalah kecenderungan dari organisasi atau
individu untuk tidak mengoptimalkan sumber daya yang tersedia dan
kecenderungan untuk tidak melakukan efisiensi. Senjangan anggaran
merupakan selisih antara jumlah yang dianggarkan dengan
kemampuan atau kebutuhan riil yang dimiliki pengguna anggaran
(Mahmudi, 2011). Senjangan anggaran merupakan permasalahan
umum yang sudah sering atau bahkan pasti terjadi dalam
penganggaran. Meskipun senjangan anggaran tidak mungkin
dihilangkan dalam proses penyusunan anggaran, harus tetap dilakukan
upaya untuk mengurangi besarnya senjangan anggaran tersebut karena
26
senjangan anggaran yang terlalu tinggi akan berdampak pada kinerja
organisasi yang sudah ditetapkan.
Slack anggaran adalah perbedaan antara anggaran yang
dinyatakan dengan estimasi anggaran terbaik yang secara jujur dapat
diprediksikan. Manager menciptakan slack dengan mengestimasikan
pendapatan lebih rendah dan biaya lebih tinggi (Suartana, 2010).
Armaeni (2012:36) mengemukakan bahwa dalam keadaan terjadinya
budgetary slack bawahan cenderung mengajukan anggaran dengan
merendahkan pendapatan dan menaikkan biaya dari estimasi terbaik
yang diajukan, sehingga target akan mudah dicapai. Ada tidaknya
slack dalam anggaran organisasi sektor publik hanya diketahui oleh
pihak-pihak yang ikut dalam pembuatan anggaran tersebut.
Terdapat beberapa faktor yang mendorong manager melakukan
budgetary slack (Apriyandi,2011) yaitu :
a. Seringnya atasan atau managemen tingkat atas mengubah atau
memotong anggaran yang diusulkan tanpa mendiskusikan dengan
bawahan. Untuk mengantisipasi hal tersebut biasanya manager atau
bawahan melakukan budgetary slack.
b. Adanya ketidakpastian pasar yang menyebabkan perkiraan volume
tidak tepat. Untuk mengantisipasi hal tersebut manager cenderung
menggunakan budgetary slack.
Hermanto (2003) dalam Falikhatun (2007:2) menyebutkan tiga
alasan utama seorang manager melakukan budgetary slack, yaitu :
27
a. Orang-orang percaya bahwa hasil pekerjaan mereka akan terlihat
bagus dimata atasan jika mereka dapat mencapai anggarannya.
b. Budgetary slack digunakan untuk mengatasi kondisi
ketidakpastian, jika tidak ada kejadian yang tidak terduga, yang
terjadi manager tersebut dapat melampaui atau mencapai
anggarannya.
c. Rencana anggaran selalu dipotong dalam proses pengalokasian
sumber daya.
Selain itu, Apriyandi (2011:26) menyebutkan empat kondisi
penting yang dapat menyebabkan terjadinya Budgetary slack yaitu:
a. Terdapat informasi asimetri antara managemen tingkat bawah
dengan atasan.
b. Kinerja manager yang tidak pasti.
c. Manager memiliki kepentingan pribadi.
d. Adanya konflik kepentingan antara managemen tingkat bawah
dengan atasan.
Budgetary slack dapat diukur menggunakan beberapa indikator.
Dunk (1993) dalam Riansah (2013:70) menyebutkan indikator
pengukuran budgetary slack yaitu pengaruh anggaran dalam motivasi
produktivitas, pencapaian anggaran dalam pelaksanaan kerja,
pengawasan dalam penggunaan anggaran, tanggungjawab anggaran,
pencapaian target dan realisasi anggaran.
28
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa budgetary slack
merupakan perbedaan antara anggaran yang direncanakan dengan
anggaran yang sesungguhnya dibutuhkan organisasi. Budgetary slack
sengaja dilakukan untuk kepentingan pribadi penyusun anggaran
dengan mempertinggi biaya dan memperendah pendapatan dengan
tujuan supaya target anggaran dapat lebih mudah untuk dicapai.
2.1.11. Informasi Asimetri
Menurut Dunk (1993) dalam Apriyandi (2011:22) informasi
asimetri terjadi ketika bawahan memiliki informasi yang lebih
dibandingkan dengan atasan mereka mengenai suatu unit organisasi
atau suatu pusat pertanggungjawaban bawahan. Falikhatun (2007:6)
mendefinisikan informasi asimetri sebagai suatu kondisi dimana
pemilik atau atasan tidak mempunyai informasi yang cukup mengenai
kinerja agen atau bawahan sehingga atasan tidak dapat menentukan
kontribusi bawahan terhadap hasil aktual perusahaan.
Konsep informasi asimetri yaitu atasan/pemegang kuasa
anggaran mungkin mempunyai pengetahuan dan wawasan yang lebih
daripada bawahan/pelaksana anggaran mengenai unit tanggung jawab
bawahan/pelaksana anggaran, ataupun sebaliknya (Suartana, 2010).
Konsep tersebut akan menimbulkan dua kemungkinan, yakni jika
atasan/pemegang kuasa anggaran yang memiliki pengetahuan dan
wawasan yang lebih baik, akan muncul tuntutan atau motivasi untuk
29
meningkatkan pencapaian target anggaran yang dirasa terlalu tinggi
bagi bawahan/pelaksana anggaran. Sebaliknya, jika bawahan/
pelaksana anggaran yang memiliki pengetahuan dan wawasan yang
lebih baik daripada atasan, maka akan terjadi kemungkinan untuk
memasang target anggaran yang rendah sehingga mudah untuk
dicapai. Keadaan dimana salah satu pihak mempunyai pengetahuan
dan/atau informasi lebih daripada yang lainnya terhadap sesuatu hal
disebut informasi asimetris (Suartana, 2010).
Ada enam indikator atau parameter yang dapat digunakan
untuk mengukur informasi asimetri yang dikemukakan oleh Dunk
(1993) dalam Riansah (2013:69), yaitu informasi yang dimiliki
bawahan dibandingkan dengan atasan, hubungan input output yang
ada dalam operasi internal, kinerja potensial, teknis pekerjaan,
penilaian dampak potensial dan pencapaian bidang kegiatan.
Bagi tujuan perencanaan, anggaran yang dilaporkan
seharusnya sesuai dengan kinerja yang diharapkan oleh organisasi.
Namun, karena bawahan memiliki informasi yang lebih baik daripada
atasan, maka bawahan dapat mengambil kesempatan melalui
partisipasinya dalam penyusunan anggaran dengan memberikan
informasi yang bias dari informasi pribadi mereka, dengan membuat
anggaran yang rendah sehingga lebih mudah dicapai, sehingga
terjadilah budgetary slack (Falikhatun,2007).
30
Young (1993) dalam Falikhatun (2007:7) mengemukakan
beberapa kondisi perusahaan yang kemungkinan besar timbul
informasi asimetri, yaitu :
a. Perusahaan yang sangat besar.
b. Mempunyai penyebaran secara geografis.
c. Memiliki produk yang beragam.
d. Membutuhkan teknologi.
2.1.12. Penekanan Anggaran
Penekanan anggaran merupakan usaha yang dilakukan oleh
karyawan atau bawahan untuk mencapai kinerja yang ditetapkan oleh
organisasi dan berusaha memperoleh varians yang menguntungkan.
Rani (2015) dalam Irfan (2016:160) mengatakan bahwa penekanan
anggaran merupakan desakan dari atasan kepada bawahan untuk
melaksanakan anggaran yang telah dibuat organisasi dengan sebaik-
baiknya, dengan pemberian sanksi jika kurang dari target anggaran
dan pemberian kompensasi jika mampu melebihi target anggaran.
Budgetary slack dapat terjadi apabila dalam suatu organisasi,
kinerja karyawan atau bawahan ditentukan oleh anggaran yang telah
disusun. Karyawan merasakan tekanan dari anggaran yang ketat,
kegelisahan dari laporan kinerja yang buruk, dan kegembiraan atau
puas karena memenuhi anggaran (Suartana, 2010). Dengan demikian
karyawan atau bawahan akan berusaha meningkatkan kinerja mereka
31
salah satunya dengan membuat slack anggaran, sehingga anggaran
akan lebih mudah untuk dicapai.
Suartana (2010:138) mengatakan bahwa :
“Seringkali perusahaan menggunakan anggaran sebagai satu-
satunya pengukur kinerja manajemen, karena itu yang tersedia.
Penekanan seperti ini dapat memungkinkan timbulnya slack.
Penilaian kinerja berdasarkan tercapai atau tidaknya target
anggaran akan mendorong bawahan untuk menciptakan slack dengan
tujuan meningkatkan prospek kompensasi kedepannya.”
Selanjutnya Armaeni (2012:41) menegaskan bahwa :
“Ketika suatu organisasi menggunakan anggaran sebagai
salah satu tolok ukur kinerja, maka bawahan akan berusaha
meningkatkan kinerjanya dengan dua cara yaitu yang pertama,
meningkatkan performance, sehingga realisasi anggarannya lebih
tinggi daripada yang telah dianggarkan. Sedang cara yang kedua
adalah dengan cara membuat anggaran mudah untuk dicapai atau
dengan kata lain melonggarkan anggaran, misalnya dengan
merendahkan target pendapatan dan meninggikan biaya perusahaan,
sehingga anggaran tersebut mudah untuk dicapai, dalam hal ini akan
menimbulkan budgetary slack.”
Anggasta (2014:517) menyebutkan enam parameter yang
dapat digunakan untuk menilai penekanan anggaran, yaitu:
a. Anggaran sebagai alat pengendali (pengawasan) kinerja.
b. Anggaran sebagai tolok ukur kinerja.
c. Anggaran yang ditetapkan menuntut kinerja untuk mencapai
target anggaran.
d. Anggaran yang ditetapkan meningkatkan kinerja.
e. Reward dari atasan ketika target anggaran tercapai.
f. Terdapat kompensasi ketika target anggaran tercapai.
32
2.1.13. Partisipasi Penganggaran
Partisipasi merupakan suara yang diberikan oleh manager atau
bawahan dalam proses manajemen suatu organisasi. Brownell (1982)
dalam Falikhatun (2007:2) mengatakan bahwa partisipasi
penganggaran merupakan proses yang menggambarkan individu-
individu terlibat dalam penyusunan anggaran dan mempunyai
pengaruh terhadap target anggaran dan perlunya penghargaan atas
tercapainya target anggaran tersebut. Partisipasi merupakan proses
pengambilan keputusan bersama dimana keputusan tersebut akan
berdampak pada masa depan para pembuat keputusan itu sendiri.
Keterlibatan dalam pengambilan keputusan anggaran dapat bervariasi
mulai dari hanya ikut hadir dalam penyusunan anggaran sampai
dengan ikut memberikan pendapat tentang anggaran yang disusun.
Pada prinsipnya, partisipasi penganggaran sangat menguntungkan
organisasi.
Dharmanegara (2010:22) mengatakan bahwa partisipasi dapat
meningkatkan moral dan mendorong inisiatif yang lebih besar pada
semua tingkatan manajemen, meningkatkan rasa kesatuan kelompok,
yang pada gilirannya cenderung untuk meningkatkan kerjasama antar
anggota kelompok dalam penetapan tujuan. Dengan partisipasi,
seseorang dapat mengetahui bahwa tujuan yang ditetapkan oleh
organisasi adalah wajar dan dapat dicapai. Anggota yang ikut
berpartisipasi dalam penganggaran akan memiliki pemahaman yang
33
lebih baik mengenai sumber daya yang dialokasikan dalam anggaran
yang dibuat.
Meskipun partisipasi memiliki manfaat yang besar dalam
proses penyusunan anggaran, partisipasi dalam penyusunan anggaran
memiliki keterbatasan tersendiri. Partisipasi memberikan hak dan
kekuasaan kepada para anggota untuk menetapkan anggaran mereka.
Kekuasaan tersebut dapat menciptakan konsekuensi terjadinya slack
anggaran jika anggota yang berpartisipasi menyatakan pendapatan
yang terlalu rendah, maupun biaya yang terlalu tinggi.
Warindrani (2006) dalam Armaeni (2012:37) menjelaskan
tentang tiga potensi masalah yang dapat ditimbulkan dari adanya
partisipasi anggaran, antara lain:
a. Menetapkan standar atau target yang terlalu tinggi atau terlalu
rendah.
b. Timbulnya slack anggaran.
c. Adanya partisipasi semu.
Guna menghindari permasalahan tersebut, anggaran yang telah
disusun secara partisipatif oleh manager bawah masih perlu dilakukan
review ulang oleh manager tingkat atas untuk menghindari terjadinya
estimasi anggaran yang tidak sesuai atau adanya budgetary slack. Jika
dalam anggaran tersebut dianggap perlu untuk dilakukan perubahan,
maka perubahan tersebut harus terlebih dahulu didiskusikan dan
dimodifikasi berdasarkan kesepakatan bersama managemen bawah.
34
Pada penganggaran partisipatif, semua tingkatan
organisasional perlu dilibatkan dalam penyusunan anggaran.
Keterlibatan semua tingkatan organisasional diperlukan karena
manager tingkat bawah biasanya lebih mengetahui keadaan organisasi
yang sebenarnya dibandingkan dengan managemen tingkat atas,
sehingga informasi dari managemen tingkat bawah/karyawan dirasa
sangat dibutuhkan guna penyusunan anggaran organisasi. Dengan
adanya partisipasi dalam penganggaran, diharapkan menjadi alat
komunikasi antara atasan dan bawahan untuk menyelaraskan tujuan
organisasi (Apriyandi,2011).
Sumarno (2005) dalam Riansah (2013:69) menyebutkan
beberapa indikator atau parameter yang dapat digunakan untuk
menilai partisipasi penganggaran. Parameter tersebut yakni
keikutsertaan dalam kegiatan penyusunan anggaran, pengaruh yang
besar dalam partisipasi pengukuran anggaran, pengaruh mengenai
pendapat/usulan dalam penetapan anggaran, keyakinan dalam
memutuskan suatu anggaran, dan pentingnya kontribusi usulan atau
pemikiran dalam penyusunan anggaran.
2.2. Hasil Penelitian Terdahulu
Untuk memperkuat hasil penelitian yang sedang dilakukan dan
membandingkan dengan penelitian sebelumnya, Berikut ini adalah tabel
penelitian terdahulu beserta hasil :
35
Tabel 2.1 Tabel Penelitian Sebelumnya
No
Nama
Peneliti
(Tahun)
Judul Penelitian Jenis Variabel Hasil Penelitian
1. Putra,et al
(2015)
Analisis Pengaruh
Partisipasi
Anggaran,
Informasi
Asimetri, dan
Penekanan
Anggaran
Terhadap
Senjangan
Anggaran (Studi
pada SKPD
Pemerintah
Kabupaten
Buleleng)
Variabel
dependen :
Senjangan
Anggaran
Variabel
Independen :
Partisipasi
anggaran,
Informasi
asimetri,
Penekanan
anggaran
Partisipasi Anggaran
berpengaruh
signifikan terhadap
Senjangan
Anggaran.
Informasi Asimetri
berpengaruh
signifikan dan
positif terhadap
Senjangan
Anggaran.
Penekanan
Anggaran memiliki
pengaruh positif
signifikan terhadap
Senjangan
Anggaran.
Secara simultan
Partisipasi
Anggaran, Informasi
Asimetri dan
Penekanan
Anggaran
berpengaruh secara
signifikan terhadap
Senjangan Anggaran
pada Satuan Kerja
Perangkat Daerah
(SKPD) Kabupaten
Buleleng.
2. Mahadewi
(2014)
Pengaruh
Partisipasi
Penganggaran
pada Senjangan
Anggaran Dengan
Asimetri
Informasi dan
Komitmen
Organisasi
Sebagai
Variabel
Dependen:
Senjangan
Anggaran
Variabel
Independen:
Partisipasi
Penganggaran
Partisipasi anggaran
berpengaruh positif
pada senjangan
anggaran.
Asimetri informasi
dalam hubungan
antara partisipasi
anggaran pada
senjangan anggaran
berpengaruh positif.
36
Pemoderasi Variabel
Pemoderasi :
Asimetri
informasi,
Komitmen
organisasi
Komitmen
organisasi dalam
hubungan antara
partisipasi anggaran
pada senjangan
anggaran
berpengaruh negatif.
3. Alfebriano
(2013)
Faktor-faktor
yang
Mempengaruhi
Slack Anggaran
pada PT. BRI di
Kota Jambi
Variabel
Dependen :
Slack Anggaran
Variabel
Independen :
Partisipasi
Penganggaran,
Informasi
Asimetri,
Penekanan
Anggaran,
Ketidakpastian
Lingkungan,
Komitmen
Organisasi
Secara simultan
partisipasi
penganggaran,
informasi asimetri,
penekanan anggaran,
ketidakpastian
lingkungan dan
komitmen organisasi
berpengaruh
signifikan terhadap
slack anggaran pada
PT.BRI di Kota
Jambi.
Sedangkan secara
parsial, faktor yang
berpengaruh
signifikan terhadap
slack anggaran
hanya informasi
asimetri. Secara
parsial penekanan
anggaran,
ketidakpastian
lingkungan dan
komitmen organisasi
tidak mempengaruhi
slack anggaran.
4. Falikhatun
(2007)
Interaksi
Informasi
Asimetri, Budaya
Organisasi, dan
Group
Cohesiveness
dalam Hubungan
Antara Partisipasi
Penganggaran
dan Budgetary
Slack
Variabel
dependen:
budgetary slack
Variabel
independen
partisipasi
penganggaran
Variabel
pemoderasi :
informasi
asimetri
Partisipasi
penganggaran
berpengaruh positif
signifikan terhadap
budgetary slack,
informasi asimetri
mempunyai
pengaruh negatif
tetapi signifikan
terhadap hubungan
partisipasi
penganggaran
37
budaya
organisasi
group
cohesiveness
dengan budgetary
slack, budaya
organisasi tidak
mempunyai
pengaruh terhadap
hubungan partisipasi
penganggaran
dengan budgetary
slack, dan group
cohesiveness yang
tinggi mempunyai
pengaruh positif
signifikan terhadap
hubungan partisipasi
penganggaran
dengan budgetary
slack.
2.3. Kerangka Pemikiran Teoritis
Proses penyusunan anggaran membutuhkan keterlibatan manager atau
bawahan dalam pelaksanaannya. Keterlibatan atau partisipasi dalam
penganggaran dapat memberikan output yang bermanfaat dalam anggaran
yang tertuang. Namun, kadang kala manusia sebagai penyusun anggaran
membuat anggaran dengan pendapatan yang rendah dan biaya yang tinggi
dengan maksud untuk memudahkan dalam pencapaian target anggarannya.
Keadaan yang disebut dengan budgetary slack ini dipengaruhi oleh informasi
bawahan yang cenderung lebih baik daripada atasan, dan target kinerja yang
tinggi yang ditetapkan oleh organisasi.
Hubungan antara informasi asimetri, penekanan anggaran dan
partisipasi penganggaran terhadap budgetary slack dapat dilihat dalam
kerangka pemikiran sebagai berikut :
38
Sumber : Armaeni (2012:46) dikembangkan.
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Teoritis
2.4. Perumusan Hipotesis
a. Informasi Asimetri dengan Budgetary Slack
Informasi asimetri terjadi apabila antara atasan dan bawahan
memiliki informasi yang berbeda. Informasi yang dimiliki atasan
mungkin lebih tinggi daripada bawahan atau sebaliknya. Apabila
bawahan memiliki informasi yang lebih baik daripada atasan, maka
bawahan dapat mengambil kesempatan melalui partisipasi anggaran
dengan memberikan informasi yang bias serta membuat anggaran yang
rendah sehingga lebih mudah untuk dicapai (Falikhatun,2007).
Bagi tujuan perusahaan, informasi yang diberikan oleh atasan
maupun bawahan haruslah sama. Adanya perbedaan informasi yang
dimiliki antara atasan dan bawahan atau informasi asimetri dapat memicu
timbulnya budgetary slack (senjangan anggaran). Seperti yang
dikemukakan oleh Suartana (2010:143) bahwa senjangan anggaran akan
H1
H2
H3
H4
Informasi Asimetri (X1)
Penekanan Anggaran (X2) Budgetary Slack (Y)
Partisipasi Penganggaran (X3)
39
menjadi lebih besar dalam kondisi informasi asimetri, karena informasi
asimetri mendorong bawahan/pelaksana anggaran membuat senjangan
anggaran.
Para peneliti terdahulu sudah menguji hubungan antara informasi
asimetri dengan budgetary slack. Namun, hasil penelitian terdahulu
memiliki perbedaan. Falikhatun (2007) mengatakan bahwa informasi
asimetri memiliki pengaruh negatif terhadap budgetary slack. Hasil
tersebut didukung oleh penelitian Irfan (2016:162) bahwa asimetri
informasi berpengaruh signifikan negatif terhadap senjangan anggaran.
Kedua penelitian tersebut menyatakan bahwa adanya informasi asimetri
yang tinggi akan memperendah kemungkinan terjadinya budgerary slack
dalam anggaran. Hal tersebut disebabkan adanya peraturan yang jelas
mengenai tugas dan kewajiban setiap aparat termasuk aturan yang terkait
informasi yang dimiliki oleh bawahan yang harus dilaporkan kepada
atasannya maupun kepada instansi terkait anggaran (Irfan, 2016).
Hasil kedua penelitian tersebut bertentangan dengan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Mahadewi (2014), Djasuli dan Fadilah
(2011) serta penelitian Putra, et al (2015) yang mengatakan bahwa
informasi asimetri berpengaruh positif terhadap budgetary slack.
Alfebriano (2013:16) juga mengatakan bahwa semakin tinggi informasi
asimetri yang dimiliki, maka semakin tinggi pula slack anggarannya. Hal
ini kemungkinan dikarenakan objek yang digunakan dalam masing-
40
masing penelitian berbeda-beda. Berdasarkan hasil penelitian
sebelumnya, maka hipotesis yang diajukan adalah:
H1 = Diduga informasi asimetri berpengaruh terhadap budgetary
slack
b. Penekanan Anggaran dengan Budgetary Slack
Penekanan anggaran merupakan usaha yang dilakukan oleh
bawahan untuk mencapai peluang-peluang tertentu yang menguntungkan.
Armaeni (2012:82) mengatakan bahwa penekanan anggaran terjadi ketika
target anggaran dalam suatu instansi dijadikan sebagai tolok ukur kinerja
bawahan, atau adanya pemberian insentif moneter seperti bonus ketika
target anggaran tersebut tercapai. Ketika anggaran menjadi satu-satunya
tolok ukur penilaian kinerja karyawan/bawahan dalam sebuah instansi,
maka karyawan/bawahan cenderung akan melakukan berbagai hal dalam
meningkatkan kinerjanya agar terlihat baik dan terus mendapat
kepercayaan (Anggasta,2014). Hal ini didasari dengan teori yang
dikemukakan Suartana (2010:138) bahwa penilaian kinerja berdasarkan
tercapai atau tidaknya target anggaran akan mendorong bawahan untuk
menciptakan slack dengan tujuan meningkatkan prospek kompensasi
kedepannya. Standar kinerja yang ditentukan dengan anggaran akan
membuat seseorang berusaha menekan anggaran sebisa mungkin sehingga
anggaran tersebut mudah untuk dicapai.
41
Penggunaan faktor penekanan anggaran sebagai variabel yang
mempengaruhi terjadinya budgetary slack sudah dilakukan dalam
beberapa penelitian terdahulu. Alfebriano (2013:16) dalam penelitiannya
menyatakan bahwa penekanan anggaran tidak berpengaruh signifikan
terhadap budgetary slack. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Irfan
(2016:172) menyatakan bahwa dalam interaksi partisipasi penganggaran
dan penekanan anggaran terhadap senjangan anggaran terdapat hubungan
yang negatif.
Berbeda dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Armaeni
(2012) yang menyatakan bahwa penekanan anggaran berpengaruh secara
positif terhadap senjangan anggaran. Hasil penelitian tersebut didukung
oleh penelitian selanjutnya, yaitu penelitian yang dilakukan oleh Putra
(2015), Apriadinata (2014) dan yang dilakukan oleh Anggasta (2014) yang
menyatakan adanya hubungan positif antara penekanan anggaran dengan
budgetary slack. Adapun hipotesis yang diajukan adalah:
H2 = Diduga penekanan anggaran berpengaruh terhadap budgetary
slack
c. Partisipasi Penganggaran dengan Budgetary Slack
Partisipasi penganggaran merupakan keterlibatan seseorang dalam
proses penyusunan anggaran. Brownell (1982) dalam Irfan (2016:163)
mengatakan bahwa partisipasi penganggaran adalah suatu proses dalam
organisasi yang melibatkan individu-individu, yakni manager dalam
42
penyusunan anggaran untuk menentukan tujuan anggaran dan mempunyai
target anggaran. Meskipun partisipasi anggaran dapat memberikan banyak
manfaat dalam penentuan anggaran, namun partisipasi yang terlalu tinggi
juga akan mempengaruhi timbulnya slack dalam anggaran tersebut.
Terjadinya senjangan anggaran atau slack anggaran dalam partisipasi
penganggaran dikarenakan kontribusi bawahan yang terlalu tinggi dalam
proses penyusunan anggaran. Perilaku ini dijelaskan dengan teori
keagenan bahwa ketika atasan mendelegasikan kepada bawahan untuk
bertanggungjawab melakukan suatu tugas dan membuat keputusan,
bawahan diberikan wewenang untuk terlibat dalam proses partisipasi
anggaran. Keterlibatan bawahan dalam partisipasi anggaran
memungkinkan bawahan memberikan informasi yang bias kepada atasan
sehingga memicu timbulnya budgetary slack (Irfan,2016).
Pelaksana anggaran yang ikut serta dalam proses penyusunan
anggaran akan mengusulkan anggaran yang rendah dan mudah dicapai,
sehingga menguntungkan bagi pelaksana anggaran. Hal ini terjadi apabila
anggaran dijadikan sebagai tolok ukur kinerja karyawan, sehingga akan
timbul tindakan yang menyimpang yang nantinya akan mengakibatkan
slack anggaran (Apriadinata 2014).
Alfebriano (2013:16) mengatakan bahwa partisipasi penganggaran
tidak berpengaruh terhadap slack anggaran. Hal ini jauh berbeda dengan
penelitian Anggasta (2014:519) yang mengatakan bahwa partisipasi
anggaran berpengaruh secara positif terhadap senjangan anggaran. Hasil
43
penelitian ini mendukung penelitian sebelumnya, yakni penelitian yang
dilakukan Armaeni (2012:80) bahwa partisipasi anggaran berpengaruh
secara signifikan terhadap timbulnya budgetary slack. Ketika partisipasi
anggaran yang dilakukan oleh bawahan semakin besar, maka akan
menimbulkan budgetary slack yang semakin besar pula. Hasil penelitian
tersebut juga didukung oleh penelitian Mahadewi (2014), Djasuli (2011)
dan penelitian Falikhatun (2007). Adapun hipotesis yang diajukan adalah :
H3 = Diduga partisipasi penganggaran berpengaruh terhadap
budgetary slack
d. Informasi Asimetri, Penekanan Anggaran, dan Partisipasi
Penganggaran dengan Budgetary Slack dalam Hubungan Simultan
Dalam keadaan parsial atau sendiri-sendiri, informasi asimetri,
penekanan anggaran dan partisipasi penganggaran dapat memiliki
hubungan baik positif maupun negatif terhadap budgetary slack. Hasil
penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa secara simultan atau bersama-
sama, partisipasi penganggaran, informasi asimetri, dan penekanan
anggaran berpengaruh secara signifikan terhadap senjangan anggaran
(Putra,2015).
Alfebriano (2013:16) dalam hasil penelitiannya juga mengatakan
bahwa informasi asimetri, penekanan anggaran, dan partisipasi
penganggaran secara simultan atau bersama-sama memiliki pengaruh
signifikan terhadap slack anggaran. Hal ini mendukung penelitian
44
Mahadewi (2014:468) dan penelitian Armaeni (2012:84) yang mengatakan
adanya hubungan simultan antara informasi asimetri, penekenan anggaran
dan senjangan anggaran dengan budgetary slack. Jika partisipasi anggaran,
informasi asimetri, dan penekanan anggaran secara bersama-sama
meningkat, maka budgetary slack juga akan meningkat. Adapun hipotesis
yang diajukan adalah:
H4 = Diduga informasi asimetri, penekanan anggaran dan partisipasi
penganggaran secara bersama-sama berpengaruh terhadap
budgetary slack