Post on 16-Jun-2019
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Pengertian Bayi
2.1.1 Pengertian Bayi
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dengan umur kehamilan 37
minggu sampai 42 minggu dengan berat lahir 2.500 gram sampai 4000 gram, cukup
bulan, langsung menangis dan tidak ada cacat bawaan, serta ditandai dengan
pertumbuhan dan perkembangan yang cepat. Bayi merupakan makhluk yang sangat
peka dan halus, apakah bayi itu akan terus tumbuh dan berkembang dengan sehat,
sangat bergantung pada proses kelahiran dan perawatannya. Tidak saja cara
perawatannya, namun pola pemberian makan juga sangat mempengaruhi
perkembangan dan pertumbuhan bayi (Depkes RI, 2009).
Bayi dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu bayi cukup bulan, bayi
premature, dan bayi dengan berat bayi lahir rendah (BBLR) (Hayati, 2009). Bayi (Usia
0-11 bulan) merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang pesat yang
mencapai puncaknya pada usia 24 bulan, sehingga kerap diistilahkan sebagai periode
emas sekaligus periode kritis (Goi, 2010).
2.1.2 Tahap pertumbuhan dan perkembangan bayi
Pertumbuhan adalah sesuatu yang berkaitan dengan perubahan baik dari segi
jumlah, ukuran, dan dimensi pada tingkat sel, organ yang di ukur maupun individu.
Pertumbuhan pada masa anak-anak mengalami perbedaan yang bervariasi sesuai
dengan bertambahnya usia anak secara umum, pertumbuhan fisik dimulai dari arah
kepala ke kaki (cephalokauudal). Kemtangan pertumbuhan tubuh pada bagian kepala
berlangsung lebih dahulu, kemudian secara berangsur-angsur diikuti oleh tubuh
11
bagian bawah. Selanjutnya, pertumbuhan bagian bawah akan bertambah secara
teratur (Chamidah, 2009).
Ada perbedaan antara konsep pertumbuhan dan perkembangan pada bayi,
konsep pertumbuhan lebih kearah fisik, yaitu pertambahan berat tubuh bayi. Dalam
hal ini terjadi pertumbuhan organ-organ bayi seperti tulang, gigi, organ-organ dalam,
dan sebagainya. Sementara itu, konsep perkembangan lebih mengarah pada segi
psikologis, yaitu menyangkut perkembangan sosial, emosional, dan kecerdasan.
Perkembangan pada bayi terdiri dari beberapa tahap antara lain sebagai berikut
(Chamidah, 2009):
1) Periode usia 0-1 bulan (periode neonatus/bayi awal): terjadi penyesuaian
sirkulasi darah dan insiasi pernapasan serta fungsi lain.
2) Periode usia 1 bulan sampai dengan 1 tahun (periode bayi tengah): terjadi
pertumbuhan yang cepat dan maturasi fungsi terutama pada saraf. Maturasi
fungsi adalah pemataangan fungsi-fungsi organ tubuh, misalnya pada organ
pencernaan dari hanya bias mencerna susu hingga dapat mencerna makanan
padat.
3) Periode usia 1-2 tahun (periode bayi akhir): terjadi perkembangan motoric
besar dan halus, control fungsi ekskresi (buang air besar) dan pertumbuhan
lambat.
2.1.3 Ciri-ciri Pertumbuhan
Hidayat (2009), menyatakan bahwa seseorang dikatakan mengalami
pertumbuhan bila terjadi perubahan ukuran dalam hal bertambahnya ukuran fisik,
seperti berat badan, tinggi badan/panjang badan, lingkar kepala, lingkar lengan,
lingkar dada, perubahan proporsi yang terlihat pada proporsi fisik atau organ manusia
yang muncul mulai dari masa konsepsi sampai dewasa, terdapat ciri baru yang secara
12
perlahan mengikuti proses kematangan seperti adanya rambut pada daerah aksial,
pubis atau dada, hilangnya ciri-ciri lama yang ada selama masa pertumbuhan seperti
hilangnya kelenjar timus, lepasnya gigi sus, atau hilangnya refleks tertentu.
2.1.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi Pertumbuhan
Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan adalah
(Chamidah, 2009):
a. Gizi pada bayi
b. Penyakit kronis atau kelainan konginetal seperti tuberkolosis, anemia,
kelainan jantung bawaan mengakibatkan setardasi pertumbuhan jasmani.
c. Lingkungan fisis dan kimia meliputi sanitasi lingkungan yang kurang bagi
bayi, kurangnya sinar matahari, paparan sinar radio aktif, zat kimia dan rokok
mempunyai dampak yang negatif terhadap pertumbuhan anak.
d. Hubungan psikologis, yaitu hubungan anak dengan orang sekitarnya, seorang
anak yang tidak dikehendaki orang tuanya atau anak yang selalu merasa
tertekan akan mengalami hambatan didalam perkembangan maupun
pertumbuhan.
e. Faktor endokrin seperti gangguna hormone. Salah satu contohnya pada
penyakit hipoteroid yang akan menyebabkan anak mengalami hambatan
pertumbuha. Defisiensi hormon pertumbuhan akan menyebabkan anak
menjadi kerdil.
f. Sosial ekomoni, seperti kemiskinan yang selalu berkaitan dengan kekurangan
makanan kesehatan lingkungan yang jelek dan ketidaktahuan akan
menghambat pertumbuhan anak.
g. Pemberian ASI ekslusif pada usia 0-6 bulan dapat membantu pertambahan
berat badan bayi karena komponen ASI sesuai dengan kebutuhan bayi.
13
h. Pemakaian obat-obatan, seperti pemakaian kortikosteroid dalam jangka lama
akan menghambat pertumbuhan. Demikian halnya dengan pemakaian obat
perangsang terhadap rangsangan susunan saraf pusat yang menyebabkan
terhambatnya produksi hormon perkembangan dan pertumbuhan.
i. Genetik atau Hereditas
j. Status Kesehatan Anak dalam Keluarga
2.1.5 Parameter Pertumbuhan Bayi
Pengukuran pertumbuhan pada bayi yang dijadikan patokan adalah berat badan
dan tinggi badan. Pengukuran berat badan digunakan untuk menilai hasil peningkatan
atau penurunan semua jaringan yang ada pada tubuh, misalnya tulang, otot, lemak,
organ tubuh, dan cairan tubuh sehingga dapat diketahui status keadaan gizi atau
tumbuh kembang anak. Selain itu berat badan juga dapat digunakan sebagai dasar
perhitungan dosis dan makanan yang diperlukan dalam tindakan pengobatan. Pada
usia beberapa hari, berat badan bayi mengalami penurunan yang sifatnya normal,
yaitu sekitar 10% dari berat badan waktu lahir. Hal ini disebabkan karena keluarnya
mekonium dan air seni yang belum diimbangi dengan asupan yang mencukupi,
misalnya produksi ASI yang belum lancar dan berat badan akan kembali pada hari
kesepuluh (Hidayat, 2009).
Bayi akan memiliki berat badan 2 kali berat lahirnya pada umur 5 sampai 6
bulan dan 3 kali berat lahirnya pada umur 1 tahun. Berat badannya bertambah 4 kali
lebih banyak dalam 2 tahun, 5 kali lebih banyak dalam 3 tahun, 6 kali lebih
banyak dalam 5 tahun dan 10 kali lebih banyak dalam 10 tahun. Rata-rata
pertambahan pada bayi adalah 90-150 gram/minggu (Dintansari dkk., 2010).
Pengukuran pertumuhan pada bayi selain berat badan adalah panjang badan.
Pengukuran panjang badan dilakukan ketika anak terlentang. Pengukuran panjang
14
badan digunakan untuk menilai status perbaikan gizi. Panjang badan bayi baru lahir
normal adalah 45-50 cm dan berdasarkan kurva pertumbuhan yang diterbitkan oleh
National Center For Health statistic (NCHS), bayi akan mengalami penambhan panjang
badan sekitar 2,5 cm setiap bulannya. Penambhan tersebut akan berangsur-angsur
berkurang sampai usia 9 tahun, yaitu hanya sekitar 5 cm/tahun dan penambahan ini
akan berhenti pada usia 18-20 tahun (Ernawati dkk., 2014).
2.2 Konsep Pijat Bayi
2.2.1 Pijat Bayi
Pijat bayi adalah pemijatan yang dilakukan dengan usapan-usapan halus pada
permukaan kulit bayi, dilakukan dengan menggunakan tangan yang bertujuan untuk
menghasilkan efek terhadap syaraf, otot, system pernafasan serta sirkulsi darah dan
limpha. Pijat adalah terapi sentuh tertua yang dikenal manusia dan yang paling
popular.Pijat adalah seni perawatan kesehatan dan pengobatan yang dipraktekkan
sejak berabad-abad silam. Bahkan diperkirakan ilmu ini telahsejak awal manusia
diciptakan ke dunia, mungkin karena pijat berhubungan sangat erat dengan
kehamilan dan proses kelahiran manusia (Santi, 2012).
Pijat bayi disebut juga stimulasi touch atau terapi sentuh. Disebut terapi
sentuh karena melalui pijat bayi inilah akan terjadi komunikasi antara ibu dan buah
hatinya. Sebenarnya, dikenal oleh berbagai bangsa dan kebudayaan didunia sejak
berabad-abad yang lalu.Pijat bayi berkembang dalam berbagai bentuk jenis gerakan,
terapi dan tujuan. Selain sebagai salah satu terapi yang banyak memberikan manfaat,
pijat bayi ini juga merupakan salah satu cara pengungkapan kasih saying antara orang
tua dengan anak. Melalui sentuhan pada kulit berdampak luar biasa pada
perkembangan fisik, emosi dan tumbuh kembang anak (Riksani, 2012).
15
2.2.2 Mekanisme Dasar pemijatan
Satu hal yang sangat menarik pada penelitian tentang pemijatan bayi adalah
penelitian tentang mekanika dasar pemijatan. Mekanisme dasar pijat bayi belum
banyak diketahui.Walaupun demikian, saat ini para pakar sudah mempunyai beberapa
teori tentang mekanisme ini serta mulai menemukan jawabannya. Diajukan beberapa
mekanisme untuk menolong menerangkan mekanisme dasar pijat bayi, antara lain
(Roesli, 2010):
a. Beta Endorphin Mempengaruhi Mekanisme Pertumbuhan
Pijatan akan meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan anak. Menurut
Schanberg 1989 dari Duke University Medical School melakukan penelitian
pada bayi-bayi tikus dan ditemukan bahwa jika hubungan taktil (jilat-jilatan)
ibu tikus kepada bayinya terganggu akan menyebabkan hal-hal berikut ini
(Roesli, 2010):
1) Penurunan enzim ODC (ornithine decarboxylase) suatu enzim yang
menjadi petunjuk peka bagi pertumbuhan sel dan jaringan.
2) Penurunan pengeluaran hormon pertumbuhan.
3) Penurunan kepekaan ODC jaringan terhadap pemberian hormon
pertumbuhan.
Pengurangan sensasi taktil akan meningkatkan pengeluaran suatu
neurochemical betha-endorphine, yang akan mengurangi pembentukan
hormon pertumbuhan karena menurunnya jumlah dan aktivitas ODC
jaringan (Roesli, 2010).
b. Aktivitas Nervus Vagus Mempengaruhi mekanisme penyerapan makanan
Pada bayi yang dipijat mengalami peningkatan tonus nervus vagus (saraf otak
ke-10) yang akan menyebabkan peningkatan kadar enzim penyerapan gastrin
16
dan insulin. Dengan demikian, penyerapan makanan akan menjadi lebih baik.
Itu sebabnya mengapa berat badan bayi yang dipijat meningkat lebih banyak
daripada yang tidak dipijat (Roesli, 2010).
c. Aktivitas Nervus Vagus Meningkatkan Volume ASI
Penyerapan makanan menjadi lebih baik karena peningkatan aktivitas Nervus
Vagus menyebabkan bayi cepat lapar sehingga akan lebih sering menyusu
pada ibunya. Akibatnya, ASI akan lebih banyak diproduksi. Seperti diketahui,
ASI akan semakin banyak diproduksi jika semakin banyak diminta. Selain itu,
ibu yang memijat bayinya akan merasa lebih tenang dan hal ini berdampak
positif pada peningkatan volume ASI (Roesli, 2010).
d. Produksi Serotonin Meningkatkan Daya Tahan Tubuh
Pemijatan akan meningkatkan aktivitas neurotransmitter serotonin, yaitu
meningkatkan kapasitas sel reseptor yang berfungsi mengikat glucocorticoid
(adrenalin, suatu hormone stress). Proses ini akan menyebabkan terjadinya
penurunan kadar hormon adrenalin (hormon stress). Penurunan kadar
hormon stress ini akan meningkatkan daya tahan tubuh, terutama IgM dan
IgG (Roesli, 2010).
e. Pijat dapat Mengubah Gelombang otak
Pijat bayi akan membuat bayi tidur lebih lelap dan meningkatkan kesiagaan
(alertness) atau konsentrasi. Hal ini disebabkan pijatan dapat mengubah
gelombang otak. Pengubahan ini terjadi dengan cara menurunkan gelombang
alpha dan meningkatkan gelombang beta serta tetha, yang dapat dibuktikan
dengan penggunaan EEG (electroensefalogram) (Roesli, 2010).
17
2.2.3 Manfaat Pijat Bayi
Menurut ardhillah (2012), manfaat pijat bayi adalah merangsang syaraf motorik,
memperbaiki pola tidur, membantu pencernaan dan meningkatkan ketenangan
emosional, selain juga menyehatkan tubuh dan otot-ototnya.Bayi yang dipijat dengan
baik dan teratur dapat tumbuh lebih sehat dan berkembang lebih baik. Terapi sentuh,
terutama pijat menghasilkan perubahan fisiologis yang menguntungkan dan dapat
diukur secara ilmiah. Menurut Salsabila (2009), manfaat pijat bayi antara lain sebagai
berikut :
1. Efek biokimia yang positif dari pijat, antara lain menurunkan kadar hormon
stress, dan meningkatkan kadar serotonin
2. Efek fisik/klinis yang meliputi meningkatkan jumlah dan sitotoksisitas dari
system immunitas (sel pembunuh alami), mengubah gelombang otak secara
positif, memperbaiki sirkulasi darah dan pernafasan, merangsang fungsi
pencernaan serta pembuangan, meningkatkan kenaikan berat badan,
mengurangi depresi dan ketegangan, meningkatkan kesiagaan, membuat
tidur lelap, mengurangi rasa sakit, dan mengurangi kembung dan kolik (sakit
perut).
Berikut beberapa manfaat pijatan bayi (Suririnah, 2009):
1. Manfaat bagi ibu meliputi mempererat hubungan batin antara ibu dan anak,
mengurangi rasa stres dan menimbulkan rasa santai, merupakan sarana untuk
berkomunikasi dengan bayi, dan memperbanyak produksi ASI untuk ibu yang
menyusui.
2. Manfaat bagi bayi meliputi bayi dapat tidur dengan lebih baik karena merasa
rileks dan disayangi, membantu pencernaan dengan menyembuhkan kolik
dan kembung, membantu membentuk perkembangan mental bayi, dan
18
meningkatkan kekuatan otot dan sirkulasi darah serta mengurangi stres pada
bayi.
3. Meningkatkan berat badan karena pijat bayi bisa merangsang nervus vagus,
dimana saraf ini meningkatkan persitaltik usus sehingga pengosongan
lambung meningkat dengan demikian akan merangsang nafsu makan bayi.
Disisi lain pijat juga melancarkan peredaran darah dan meningkatkan
metabolism sel, dari rangkaian tersebut berat badan bayi akan meningkat.
Pada bayi prematur yang dilaukan pemijatan 3 x 10 menit selama 10 hari,
kenaikan berat badannya tiap hari 20%-47% dan pada bayi cukup bulan usia
1-3 bulan dipijat 15 menit, dua kali seminggu selama enam minggu, kenaikan
berat badannya lebih baik daipada yang tidak dipijat.
4. Meningkatkan pertumbuhan
5. Meningkatkan daya tahan tubuh
6. Meningkatkan konsentrasi bayi dan membuat bayi tidur lebih lelap
Umumnya, bayi yang dipijat akan tertidur lebih lelap, sedangkan pada waktu
bangun konsentrasinya akan lebih penuh. Di Touch research Institusi Amerika,
dilakukan penelitian pada sekelompok anak dengan pemberian soal
matematika. Setelah itu, dilakukan pemijatan pada anak-anak tersebut selama
2x15 menit setiap minggunya selama jangka waktu 5 minggu. Selanjutnya,
pada anak-anak tersebut diberikan lagi soal matematika lain. Ternyata, mereka
hanya memerlukan waktu penyelesaian setengah dari waktu yang
dipergunakan untuk menyelesaikan soal terdahulu, dan ternyata pula tingkat
kesalahannya hanya sebanyak 50 % dari sebelum dipijat (Roesli, 2010).
7. Membina ikatan kasih saying orang tua dan anak (bonding)
19
Sentuhan dan pandangan kasih orang tua pada bayinya akan
mengalirkan kekuatan jalinan kasih diantara keduanya. Pada perkembangan
anak, sentuhan orang tuaadalah dasar perkembangan komunikasi yang akan
memupuk cinta kasih secara timbale balik. Semua ini akan menjadi penentu
bagi anak untuk secara potensial menjadi anak berbudi pekerti baik yang
percaya diri (Suririnah, 2009).
8. Meningkatkan produksi ASI
Berdasarkan penelitian Cynthia mersmann, ibu yang memijat bayinya mampu
memproduksi ASI perah lebih banyak dibandingkan kelompok control.Pada
saat menyusui bayinya mereka merasa kewalahan karena ASI terus-menerus
menetes dari payudara yang tidak disusukan.Jadi, pijat bayi dapat
meningkatkan volume ASI peras sehingga periode waktu pemberian ASI
secara ekslusif dapat ditingkatkan, khususnya oleh ibu-ibu karyawati
(Suririnah, 2009).
2.2.4 Faktor-faktor yang Harus Diperhatikan Dalam Pijat Bayi
Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam pijat bayi adalah (Roesli, 2010):
a. Pelaksanaan Pemijatan Bayi
Pijat bayi dapat segera dimulai setelah bayi dilahirkan, sesui
keinginan orang tua. Dengan lebih cepat mengawali pemijatan, bayi akan
mendapatkan keuntungan yang lebih besar. Apalagi jika pemijatan dapat
dilakukan setiap hari dari sejak kelahiran sampai bayi berusia 6-7 bulan.
Pemijatan dapat dilakukan pada waktu-waktu berikut ini : Pagi hari, pada
saat orang tua dan anak siap untuk memulai hari baru dan Malam hari,
sebelum tidur. Ini sangat baik untuk membantu bayi tidur lebih nyenyak
(Roesli, 2010).
20
b. Persiapan Sebelum Memijat meliputi angan bersih dan hangat, menghindari
kuku dan perhiasan dan hal lain yang mengakibatkan goresan pada kulit
bayi, ruang untuk memijat diupayakan hangat dan tidak pengap, bayi sudah
selesai makan atau sedang tidak lapar, sediakan waktu untuk tidak diganggu
minimal selama 15 menit guna melakukan seluruh tahap-tahap pemijatan,
duduk pada posisi nyaman dan tenang, baringkan bayi diatas permukaan
kain yang rata, lembut, dan bersih, dan menyiapkan handuk, popok, baju
ganti, dan minyak bayi (baby oil atau lotion), meminta izin pada bayi
sebelum melakukan pemijatan dengan cara membelai wajah dan kepala bayi
sambil mengajaknya bicara, dan mengakhiri dengan peregangan. Setelah
melakukan persiapan itu, pemijatan bisa dimulai.
Urutan pijat bayi adalah sebagai berikut (Rakhmawati, 2009):
1. Kaki
Berikut merupakan tatacara pemijatan pada kaki bayi (Rakhmawati,
2009:
a. Perahan cara India Peganglah kaki bayi pada pangkal paha, seperti
memegang pemukul softball. Gerakkan tangan ke bawah secara
bergantian, seperti memerah susu kemudian peras dan putar,
pegang kaki bayi pada pangkal paha dengan kedua tangan secara
bersamaan. Peras dan putar kaki bayi dengan lembut dimulai dari
pangkal paha kearah mata kaki.
b. Telapak kaki: Urut telapak kaki bayi dengan kedua ibu jari secara
bergantian, dimulai dari tumit kaki menuju jari-jari diseluruh telapak
kaki.
21
c. Tarikan lembut jari: memijat jari-jari satu persatu dengan gerakan
memutar menjauhi telapak kaki, diakhiri dengan tarikan kasih yang
lembut pada tiap ujung jari.
d. Gerakan peregangan (stretch), yaitu dengan mempergunakan sisi
dari jari telunjuk, pijat telapak kaki mulai dari batas jari-jari kearah
tumit, kemudian ulangi lagi dari perbatasan jari ke arah tumit.
Dengan jari tangan lain regangkan dengan lembut punggung kaki
pada daerah pangkal kaki kearah tumit.
e. Titik tekan bagian kedua ibu jari secara bersamaan di seluruh
permukaan telapak kaki dari arah tumit ke jari-jari.
f. Punggung kaki dipijat dengan mempergunakan kedua ibu jari secara
bergantian mulai dari pergelangan kaki kearah jari-jari secara
bergantian.
g. Peras dan putar pergelangan kaki (ankle circles), yaitu dengan
gerakan seperti memeras dengan mempergunakan ibu jari dan
jarijari lainnya di pergelangan kaki bayi.
h. Perahan cara swedia, yaitu dengan cara memegang pergelangan kaki
bayi. Kemudian menggerakkan tangan secara bergantian dari
pegelangan kaki ke pangkal paha.
i. Gerakan menggulung, yaitu dengan memegang pangkal paha
dengan kedua tangan Anda. Buatlah gerakan menggulung dari
pangkal paha menuju pergelangan kaki.
j. Gerakan akhir: Setelah gerakan 1 sampai 10 dilakukan pada kaki
kanan dan kiri rapatkan kedua kaki bayi. Meletakkan kedua tangan
secara bersamaan pada pantat dan pangkal paha. mengusap kedua
22
kaki bayi dengan tekanan lembut dari paha ke arah pergelangan
kaki. Ini merupakan gerakan akhir bagian kaki.
2. Perut
Berikut merupakan tatacara pemijatan perut pada bayi
(Rakhmawati, 2009):
a. Mengayuh sepeda, yaitu dari atas ke bawah perut, bergantian dengan
tangan kanan dan kiri.
b. Mengayuh sepeda dengan kaki diangkat, yaitu mengangkat kedua
kaki bayi dengan salah satu tangan. Dengan tangan yang lain, pijat
perut bayi dari perut bagian atas sampai ke jari-jari kaki.
c. Bulan-Matahari, yaitu membuat lingkaran searah jarum jam dengan
jari tangan kiri mulai dari perut sebelah kanan bawah (daerah usus
buntu) ke atas, kemudian kembali ke 18 daerah kanan bawah (seolah
membentuk gambar matahari (M)) beberapa kali. Gunakan tangan
kanan untuk membuat gerakan setengah lingkaran mulai dari bagian
kanan bawah perut bayi sampai bagian kiri perut bayi (seolah
membentuk gambar bulan (B)), lakukan kedua gerakan ini bersama-
sama. Tangan kiri selalu membuat bulatan penuh (matahari)
sedangkan tangan kanan akan membuat gerakan setengah lingkaran
(bulan).
d. Gerakan I-Love-U pada bayi. “I”, Pijatlah perut bayi mulai dari
bagian kiri atas ke bawah dengan menggunakan jari-jari tangan kanan
membentuk huruf “I”. “Love”, pijatlah perut bayi membentuk huruf
“L” terbalik, mulai dari kanan atas ke kiri atas, kemudian dari kiri
atas ke kiri bawah. “You”, pijatlah perut bayi membentuk huruf “U”
23
terbalik, mulai dari kanan bawah (daerah usus buntu) ke atas,
kemudian ke kiri, ke bawah, dan berakhir di perut kiri bawah.
e. Gelembung atau jari-jari berjalan (walking fingers), yaitu meletakkan
ujung jari-jari satu tangan pada perut bayi bagian kanan. Gerakkan
jari-jari Anda pada perut bayi dari bagian kanan ke bagian kiri guna
mengeluarkan gelembung-gelembung udara.
3. Dada
Berikut merupakan tatacara pemijatan dada pada bayi
(Rakhmawati, 2009):
a. Jantung besar dengan membuat gerakan yang menggambarkan
jantung dengan meletakkan ujungujung jari kedua telapak tangan
Anda di tengah dada bayi atau ulu hati. Buat 19 gerakan ke atas
sampai di bawah leher, kemudian ke samping di atas tulang selangka,
lalu ke bawah membentuk bentuk jantung dan kembali ke ulu hati.
b. Kupu-kupu, yaitu membuat gerakan diagonal seperti gambaran
kupu-kupu, dimulai dengan tangan kanan membuat gerakan memijat
menyilang dari tengah dada atau ulu hati ke arah bahu kanan dan
kembali ke ulu hati. Gerakkan tangan kiri ke bahu kiri dan kembali
ke ulu hati.
4. Tangan
Berikut merupakan tatacara pemijatan tangan pada bayi
(Rakhmawati, 2009):
a. Memijat ketiak (armpits), yaitu dengan membuat gerakan memijat
pada daerah ketiak dari atas ke bawah. Perlu diingat, kalau terdapat
24
pembengkakan kelenjar di daerah ketiak, sebaiknya gerakan tidak
dilakukan.
b. Perahan cara India, yaitu arah pijatan yang menjauhi tubuh. Fungsi
pemijatan cara ini adalah untuk relaksasi atau melemaskan otot.
Peganglah lengan bayi bagian pundak dengan tangan kanan seperti
memegang pemukul soft ball, tangan kiri memegang pergelangan
tangan bayi. Gerakan tangan kanan mulai dari bagian pundak ke arah
pergelangan tangan, kemudian gerakkan tangan kiri dari pundak ke arah
pergelangan tangan. Demikian seterusnya, gerakan tangan kanan dan
kiri ke bawah secara bergantian dan berulang-ulang seolah memerah
susu sapi.
c. Peras dan putar lengan bayi dengan lembut mulai dari pundak ke
pergelangan tangan.
d. Membuka tangan, yaitu dengan memijat telapak tangan dengan kedua
ibu jari, dari pergelangan tangan ke arah jari-jari.
e. Putar jari-jari, yaitu memijat lembut jari bayi satu per satu menuju ke
arah ujung jari dengan gerakan memutar. Akhirilah gerakan ini dengan
tarikan lembut pada tiap ujung jari.
f. Punggung tangan, yaitu dengan meletakkan tangan bayi diantara kedua
tangan. Usap punggung tangannya dari pergelangan tangan ke arah jari-
jari dengan lembut.
g. Peras dan putar pergelangan tangan, yaitu dengan memeras sekeliling
pergelangan tangan dengan ibu jari dan jari telunjuk.
h. Perahan cara Swedia, yaitu dari arah pergelangan tangan ke arah badan.
Pijatan ini berguna untuk mengalirkan darah ke jantung dan paru-paru.
25
Gerakkan tangan kanan dan kiri secara bergantian mulai dari
pergelangan tangan kanan bayi ke arah pundak Lanjutkan dengan
pijatan dari pergelangan kiri bayi ke arah pundak.
i. Gerakan menggulung, yaitu dengan memegang lengan bagian atas atau
bahu dengan kedua telapak tangan. Bentukklah gerakan menggulung
dari pangkal lengan menuju kearah pergelangan tangan atau jari-jari.
5. Muka
Berikut merupakan tatacara pemijatan muka pada bayi
(Rakhmawati, 2009):
a. Dahi, yaitu meletakkan jari-jari kedua tangan pada pertengahan dahi.
Tekankan jari-jari dengan lembut mulai dari tengah dahi keluar ke
samping kanan dan kiri seolah menyetrika dahi atau membuka lembaran
buku. Gerakkan ke bawah ke daerah pelipis, buatlah lingkaran-lingkaran
kecil di daerah pelipis, kemudian gerakkan ke dalam melalui daerah pipi
di bawah mata.
b. Alis, yaitu dengan meletakkan kedua ibu jari diantara kedua alis mata.
Gunakan kedua ibu jari untuk memijat secara lembut pada alis mata dan
di atas kelopak mata, mulai dari tengah ke samping seolah menyetrika
alis.
c. Hidung, yaitu dengan meletakkan kedua ibu jari pada pertengahan alis.
Tekankan ibu jari dari pertengahan kedua alis turun melalui tepi hidung
ke arah pipi dengan membuat gerakan ke samping dan ke atas seolah
membuat bayi tersenyum.
26
d. Mulut bagian atas, yaitu dengan meletakkan kedua ibu jari di atas mulut
di bawah sekat hidung. Gerakkan kedua ibu jari dari tengah ke samping
dan ke atas ke daerah pipi seolah membuat bayi tersenyum.
e. Mulut bagian bawah, yaitu dengan meletakkan kedua ibu jari di tengah
dagu. Tekankan dua ibu jari pada dagu dengan gerakan dari tengah ke
samping, kemudian ke atas ke arah pipi seolah membuat bayi
tersenyum.
f. Lingkaran kecil di rahang (small circles around jaw), yaitu dengan jari kedua
tangan, buatlah lingkaran-lingkaran kecil di daerah rahang bayi.
g. Belakag telinga, yaitu dengan mempergunakan ujung-ujung jari, berikan
tekanan lembut pada daerah belakang telinga kanan dan kiri. Gerakkan
ke arah pertengahan dagu di bawah dagu.
6. Punggung
Berikut merupakan tatacara pemijatan punggung pada bayi
(Rakhmawati, 2009):
a. Gerakan maju mundur (kursi goyang), yaitu dengan membuat bayi
tengkurap secara melintang di depan dengan kepala di sebelah kiri dan
kaki di sebelah kanan. Pijatlah sepanjang punggung bayi dengan gerakan
maju mundur menggunakan kedua telapak tangan, dari bawah leher
sampai ke pantat bayi, lalu kembali lagi ke leher.
b. Gerakan menyetrika, yaitu dengan memegang pantat bayi dengan
tangan kanan. Dengan tangan kiri, pijatlah mulai dari leher ke bawah
sampai bertemu dengan tangan kanan yang menahan pantat bayi seolah
menyetrika punggung.
27
c. Gerakan menyetrika dan mengangkat kaki, yaitu dengan mengulangi
gerakan menyetrika punggung, hanya kali ini tangan kanan memegang
kaki bayi dan gerakan dilanjutkan sampai ke tumit kaki bayi.
d. Gerakan melingkar, yaitu dengan jari-jari kedua tangan, buatlah
gerakan-gerakan melingkar kecilkecil mulai dari batas tengkuk turun ke
bawah di sebelah kanan dan kiri tulang punggung sampai pantat. Mulai
dengan lingkaran-lingkaran kecil di daerah leher, kemudian lingkaran
yang lebih besar di daerah pantat.
e. Gerakan menggaruk, yaitu menekan dengan lembut ke lima jari-jari
tangan kanan Anda pada punggung bayi. Buat gerakan menggaruk ke
bawah memanjang sampai ke pantat bayi.
f. Gerakan relaksasi yang dipakai untuk memulai gerakan pada setiap
bagian badan bayi. Membuat goyangan-goyangan ringan, tepukan-
tepukan halus, dan melambunglambungkan secara lembut adalah
contoh gerakan relaksasi.Sentuhan relaksasi ini dapat dipakai untuk
memulai gerakan pada setiap bagian badan bayi.
g. Gerakan peregangan lembut, yaitu dengan meregangkan tangan dan
kaki bayi, memijat perut dan pinggul serta meluruskan tulang belakang
bayi. Peregangan lembut ini dilakukan diakhir pemijatan atau diantara
pijatan. Setiap gerakan peregangan dapat dilakukan sebanyak 4-5 kali.
Berikut ini bentuk gerakn-gerakan peregangan (Rakhmawati, 2009):
1. Tangan disilangkan, yaitu dengan memegang kedua pergelangan
tangan bayi dan silangkan keduanya di dada. Luruskan kembali
kedua tangan bayi ke samping. Ulangi gerakan ini sebanyak 4-5 kali.
28
2. Membentuk diagonal tangan-kaki, yaitu mempertemukan ujung kaki
dan ujung tangan kiri bayi di atas tubuh bayi sehingga membentuk
garis diagonal. Selanjutnya, tarik kembali kaki kanan dan tangan kiri
bayi ke posisi semula. Pertemukan ujung kaki kiri dengan ujung
tangan kanan di atas tubuh bayi. Selanjutnya, tarik kembali tangan
dan kaki bayi ke posisi semula. Gerakan membentuk diagonal ini
dapat diulang sebanyak 4-5 kali.
3. Menyilangkan kaki, yaitu dengan memegang pergelangan kaki kanan
dan kaki kiri bayi, lalu silangkan ke atas. Buatlah silangan sehingga
mata kaki kanan luar bertemu mata kaki kiri dalam. Setelah itu,
kembalikan posisi kaki pada posisi semula. Pegang kedua
pergelangan kaki bayi dan silangkan kedua kakinya ke atas sehingga
mata kaki kanan dalam bertemu dengan mata kaki kiri luar. 25
Setelah itu, kembalikan pada posisi semula. Gerakan ini dapat
diulang sebanyak 4-5 kali.
4. Menekuk kaki, yaitu dengan memegang pergelangan kaki kanan dan
kiri bayi dalam posisi kaki lurus, lalu tekuk lutut kaki perlahan
menuju ke arah perut.Gerakan menekuk lutut ini dapat diulang
sebanyak 4-5 kali.
5. Menekuk kaki bergantian, yaitu sama seperti menekuk kaki, tetapi
dengan mempergunakan kaki secara bergantian.
2.3 Konsep Tidur
2.3.1 Pengertian Tidur
Tidur adalah normal, proses alamiah dan merupakan kondisi istirahat yang
diperlukan oleh manusia secara rutin. Keadaan tidur ini ditandai oleh berkurangnya
29
gerakan tubuh dan penurunan kewaspadaan terhadap lingkungan sekitarnya
(Sekartini, 2012). Tidur adalah kebutuhan semua manusia dan untuk kesehatan fisik
dan psikologis. Tidur merupakan proses perbaikan dan pertumbuhan jaringan
(Maryunani, 2010).
Perubahan yang terjadi selama tidur tidak menyebabkan semua aktivitas
susunan syaraf berkurang, melainkan terjadi perubahan keseimbangan antara aktivitas
dan inaktivitas dari berbagai system saraf di otak.Beberapa fungsi saraf menjadi
inaktif, sementara system yang lain aktif, misalnya sel-sel saraf di korteks 26 otak
tidak seluruhnya menjadi inaktif selama tidur. Perubahan ini menyimpulkan bahwa
tidur bukan proses pasif, tetapi merupakan aktifitas yang dapat dibangkitkan
(Sekartini, 2012).
Tidur merupakan prioritas utama bagi bayi.Ketika baru lahir, bayi
menghabiskan waktunya dengan tidur.Tumbuh kembang bayi sangat tergantung dari
tidur. Tanpa tidur, bayi tidak akan tumbuh secara optimal, karena pada saat itulah
terjadi perbaikan (repair) sel-sel otak dan sekitar 75 % hormone pertumbuhan
diproduksi (Sekartini, 2012).
Tidur mempunyai efek yang besar terhadap kesehatan mental, emosi
dan fisik, serta sistem imuntias tubuh. Adanya abnormalitas pada otak juga
dapat diketahui dari bagaimana pola tidur anak tersebut dan gangguan tidur
akan mengakibatkan efek sebaliknya. Aktivitas tidur merupakan salah satu
stimulus bagi proses tumbuh kembang otak, karena 75 persen hormon
pertumbuhan dikeluarkan saat anak tidur. Hormon pertumbuhan ini yang
bertugas merangsang pertumbuhan tulang dan jaringan.Selain itu, hormon
pertumbuhan juga memungkinkan tubuh memperbaiki dan memperbarui
seluruh sel yang ada di tubuh, dari sel kulit, sel darah sampai sel saraf otak.
30
Proses pembaruan sel ini akan berlangsung lebih cepat bila si bayi sering
terlelap sesuai dengan kebutuhan tidur bayi. Selain itu, tidur juga membantu
perkembangan psikis emosi, kognitif, konsolidasi pengalaman dan
kecerdasan.Oleh karena itu kebutuhan tidur pada bayi sesuai usianya perlu
mendapat perhatian dari keluarga agar nantinya bayi dapat mencapai
pertumbuhan dan perkembangan yang optimal (Sekartini, 2012).
2.3.2 Siklus Tidur
Menurut Maryunani (2010), Tidur dibagi menjadi 2 siklus, yaitu :
1) Tidur REM (tidur aktif)
a. Karakteristik (Maryunani, 2010):
1. Ekspirasi dan nadi yang tidak teratur
2. Pergerakan tubuh
3. Pergerakan mata yang cepat dan singkat.
b. Tidur REM ditandai oleh adanya aktivitas. Banyak oksigen digunakan,
suplai darah ke otak meningkat, temperature meningkat, gelombang otak
menunjukkan peningkatan aktivitas. Sensori menstransmisikan impuls
sama seperti saat tidak tidur. Stimulasi visual,auditori, dan vestibular
bergabung diotak membentuk mimpi (Maryunani,2010).
2) Tidur Non-REM (tidur tenang)
Terdapat 4 tahap tidur Non-REM, yaitu (Maryunani,2010):
1. Tahap I: Mengantuk, terjadi penurunan kesadaran terhadap dunia luar.
2. Tahap II: Mudah dibangunkan.
3. Tahap III: Tidur menjadi lebih dalam, nafas dan denyut jantung sangat
stabil, otot relaksasi, gelombang otak sangat lambat 28
31
4. Tahap IV : Tidur yang paling dalam, sangat sulit dibangunkan, kecuali
dengan stimulus yang kuat.anak dapat berpindah dari satu tempat ke
tempat lain tanpa terbangun.
2.3.3 Fisiologi Tidur
Tidur adalah proses fisiologis yang bersiklus dan bergantian dengan periode
yang lebih lama dari keterjagaan. Tidur ditandai dengan aktifitas fisik yang minimal,
perubahan proses fisiologis tubuh, dan penurunan respon terhadap rangsangan
eksternal. Tidur melibatkan suatu urutan keadaan fisiologis yang dipertahankan oleh
integrasi tinggi aktivitas system saraf pussat yang berhubungan dengan perubahan
dalam system saraf perifer, endokrin, kardiovaskuler, pernapasan, dan muscular.
Control dan pengaturan tidur tergantung pada hubungan antara dua mekanisme
serebral yang mengativasi secaara intermitten dan menekan pusat otak tertinggi untuk
mengontrol tidur dan terjaga (Atmadja, 2010).
Sistem aktivasi reticular (SAR) berlokasi pada batang otak teratas. SAR
dipercaya terdiri atas sel yang mempertahankan kewaspadaan dan terjag. SAR
menerima stimulus sensori visual, auditori, nyeri, dan taktil. Aktivitas korteks serebral
(missal, proses emosi atau pikiran) juga menstimulasi SAR. Keadaan terjaga atau siaga
yang berkepanjangan sering dihubungkan dengan gangguan proses berpikir yang
progresif dan terkadang dapat menyebabkan aktivitas perilaku yang abnormal
(Saryono & Widianti, 2010).
Tidur dapat dihasilkan dari pelepasan serotonin dalam sistem tidur raphe pada
pons dan otak depan bagian tengah. Daerah juga disebut bulbar synchronizing region
(BSR). Ketika individu mencoba tertidur, mereka akan menutup mata dan berada
dalam keadaan rileks. Stimulus ke SAR menurun. Jika ruangan gelap dan tenang,
aktivasi SAR selanjutnya akan menurun. SAR melepaskan ketokelamin pada saat
32
sadar, BSR mengambil alih yang kemudian menyebabkan tidur (Saryono & Widianti,
2010).
2.3.4 Kebutuhan Tidur
Kebutuhan tidur manusia tergantung pada tingkat perkembangan. Table
berikut merangkum kebutuhan tidur manusia berdasarkan usia (Hidayat, 2009):
Tabel 2.1 Kebutuhan Tidur Manusia
Usia Tingkat perkembangan
Jumlah kebutuhan
0-1 bulan Bayi baru lahir 14-18 jam/hari 1 bulan-18 bulan Masa bayi 12-14 jam/hari 18 bulan-3 tahun Masa anak 11-12 jam/hari 3 tahun-6 tahun Masa prasekolah 11-12 jam/hari 6 tahun-12 tahu Masa sekolah 11 jam /hari 12-18 tahun Masa remaja 8,5 jam/hari 18 tahun-40 tahun Masa dewasa 7-8 jam/hari 40 tahun-60 tahun Masa muda paruh baya 7 jam/hari 60 tahun ke atas Masa dewasa tua 6 jam/hari
2.3.5 Fungsi Tidur Bagi Bayi
Aktivitas tidur merupakan salah satu stimulus bagi proses tumbuh kembang
otak, karena 75% hormon pertumbuhan dikeluarkan saat anak tidur. Pada waktu
bangun, penggunaan oksigen dan nutrisi digunakan untuk keperluan kegiatan fisik
dan mentalnya. Keadaan katabolik mengakibatkan teraktifitasnya hormon adrenalin
(epineprin) dan kortikosteroid tubuh. Selama tidur, keadaan sebaliknya yaitu anabolik
terjadi, yang memungkinkan berjalannya proses konservasi energi, perbaikan sel-sel
tubuh dan pertumbuhan. Akibat konsentrasi adrenalin dan kortisol turun, maka
tubuh mulai membentuk hormon pertumbuhan. Hormon pertumbuhan tersebut
bertugas merangsang pertumbuhan tulang dan jaringan. Selain itu, hormon
pertumbuhan juga memungkinkan tubuh memperbaiki dan memperbarui seluruh sel
yang ada di tubuh, dari sel kulit, sel darah sampai sel saraf otak. Proses pembaruan sel
33
ini akan berngsung lebih cepat bila si bayi sering terlelap sesuai dengan kebutuhan
tidur bayi (Ubaya, 2010; Afrina & Widodo, 2012).
Selain membantu proses pertumbuhan, tidur juga membantu perkembangan
psikis emosi, kognitif, konsolidasi pengalaman dan kecerdasan. Oleh karena itu
kebutuhan tidur pada bayi sesuai usianya perlu mendapat perhatian dari keluarga agar
nantinya bayi dapat mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang optimal
(Rafknowledge, 2004; Soedjatmiko, 2006; Jahja, 2009 dalam Ubaya, 2010).
Periode tidur yang lama menjamin bahwa otak akan melalui siklus tidur yang
lengkap, termasuk tidur REM. Tidur REM terlihat penting untuk pemulihan kognitif.
Tidur REM dihubungkan dengan perubahan aliran darah serebral, peningkatan
aktivitas kortikal, peningkatan konsumsi oksigen, dan pelepasan epinefrin.
Sinkronisasi ini membantu penyimpanan memori dan pembelajaran karena otak
menyaring informasi yang disimpan tenntang aktivitas hari tersebut (Arifin
dkk.,2010).
Pentignya tidur pada proses belajar juga berkaitan dengan kenyataan bahwa
tidur meningkatkan produksi protein. Protein berguna untuk membangun kembali
sel-sel saraf (neuron) dalam otak. Tanpa protein sinaps-sinaps baru tidak akan
terbentuk, dan ini akan mempengaruhi jumlah informasi yang bisa disimpan oleh
orang yang kekurangan tidur. Akan tetapi, peran hormon pertumbuhan yang
berfungsi sebagai promotor sintesis protein bersifat terbatas dikarenakan
pelepasannya tidak berhubungan dengan kadar glukosa darah dan asam amino
(Home, 1983 dalam Potter & Perry, 2006; Garliah, 2009).
34
2.4 Konsep Kualitas Tidur
2.4.1 Definisi Kualitas Tidur
Kualitas tidur adalah mutu atau keadaan fisiologis tertentu yang didapatkan
selama seseorang tidur, yang memulihkan proses-proses tubuh yang terjadi pada
waktu orang itu bangun. Jika kualitas tidurnya bagus artinya fisiologi/faal tubuh
dalam hal ini sel otak misalnya pulih kembali seperti semula saat bangun tidur.
Kualitas tidur adalah kepuasan terhadap tidur, sehingga orang tersebut tidak
memperlihatkan perasaan lelah, mudah terangsang dan gelisah, lesu, dan apatis,
kehitaman di sekitar mata, kelopak mata bengkak, konjungtiva merah, perhatian
terpecah, sakit kepala dan sering menguap atau mengantuk (Sagala, 2011).
Kualitas tidur mempengaruhi baik secara fisiologi maupun psikologi
individu. Kualitas tidur secara langsung mempengaruhi kualitas aktivitas saat
terjaga, termasuk kewaspadaan mental, produktivitas, keseimbangan emosi,
kreativitas, tanda vital fisik dan bahkan berat badan (Smith, 2012 dalam William,
2012). Pada periode terjaga anak mungkin menunjukkan berbagai perilaku. perilaku
ringan ketika kualitas tidurnya tercukupi termasuk menggosok wajah, membalik,
menangis singkat, menyesuaikan selimut, melihat sekeliling, dan berbicara yang tidak
dimengerti. Kualitas tidur yang buruk juga berpengaruh pada perkembangan fisik dan
juga sikapnya keesokan harinya. Bayi yang tidur cukup tanpa sering terbangun akan
lebih bugar dan tidak gampang rewel (Wong, 2009).
Kualitas tidur bayi dikatakan tidak adekuat jika mengalami gangguan tidur
dengan kriteria jika pada malam hari jumlah waktu tidur kurang dari 9 jam, frekuensi
terbangun lebih dari 3 kali, danlama terbangunnya lebih dari 1 jam. Selama tidur bayi
terlihat selalu rewel,menangis, dan sulit tidur kembali (Wahyuni, 2008 dalam Ubaya,
2010). Ciri-ciri bayi cukup tidur yaitu, ia akan dapat jatuh tertidur dengan mudah di
35
malam hari, bugar saat bangun tidur, tidak rewel, dan tidak memerlukan tidursiang
yang melebihi kebutuhan sesuai dengan perkembangannya (Ubaya, 2010).
2.4.2 Pengukuran Kualitas Tidur
Dua metode obyektif yang tersedia untuk mempelajari tidur yaitu
polisomnografi (PSG) dan aktigrafi (ACG). PSG didasarkan pada rekaman EEG,
sedangkan ACG menggunakan informasi aktifitas motorik. Pemeriksaan PSG dapat
memberi informasi lengkap tentang perubahan keadaan tidur-bangun, sedangkan
ACG memberikan perjiraan kualitas tidur, maka PSG dianggap sebagai standar baku
emas untuk penelitian tentang tidur. Indikasi yang paling sering untuk melakukan
PSG adalah kecurigaan klinis mengenai kelainan pernafasan saat tidur (Sadeh:
Pediatri 2011).
Pemeriksaan PSG sebagai instrumen diagnosis untuk penelitian epidemiologi
tentang gangguan tidur pada ank memiliki beberapa kelemahan. Pertama, peralatan
tidak praktis. Kedua, skoring PSG tergantung pada penilaian subyektif dari rekaman
EEG, dan ketimpangan inter informant. Ketiga, PSG pada umunya dilakukan di
laboratorium tidur, yang dapat mempengaruhi kualitas tidur (Sadeh: Pediatri 2011).
Penggunaan ACG didasarkan pada pengetahuan bahwa keadaan tidur-bangun
dapat diketahui dari variasi aktifitas motorik. Aktifitas motorik menghilang saat
subyek tertidur dan akan meningkat kembalu saat terbangun. Pemeriksaan ACG
mempergunakan peralatan kecil yang diletakkan di tangan, yang dapat merekam dan
meyimpan data aktifitas motorik menghitung hentakan akselerasi yang lebih besar
dari 0,1 gram. Walaupun tahapan tidur tidak dapat dibedakan dengan menggunakan
data aktifitas motorik, data ACG dan rekaman PSG dilaporkan berkorelasi amat baik.
Kualitas tidur dan diperkirakan dengan menggunakan ACG, khususnya bila
dikombinasi dengan data subyektif (Sadeh: Pediatri 2011).
36
Kelemahan ACG adalah kurang peka untuk mendeteksi keadaan terjaga,
beberapa subyek dengan masalah sulit memulai tidur yang berbaring dengan tenang
di tempat tidur dapat salah di data sebagai keadaan tidur. Kelemahan lainnya adalah
gerakan malam hari dapat salah diinterpretasi sebagai keadaan terjaga. Pada
kenyataannya, ACG tidak diindikasikan untuk diagnosis rutin pada setiap masalah
tidur. Karena keterbatasannya, ACG hanya dapat memberi perkiraan kualitas tidur.
Cara ketiga untuk menilai tidur adalah dengan perkiraan secara subyektif
menggunakan kuesioner atau interview. Cara tersebut pada penelitian epidemiologi
seringkali merupakan aliternatif yang paling mungkin. Kuesioner mudah dibuat dan
dianalisis, namun validitas dan reliabilitasnya amat rendah (Sadeh: Pediatri 2011).
Beberapa kuesioner yang pernah diajukan kepada orangtua dan telah divalidasi
misalnya Children’s Sleep Behaviour Scale, the Children’s Sleep Disturbance Scale, the Pediatric
Sleep Questionnaire dan the children’s sleep habit questionnaire. Namun kuesioner-kuesioner
tersebut belum divalidasi terhadap PSG ataupun ACG. Satu kuesioner yang telah
divalidasi terhadap ACG adalah Brief Scanning Questionnaire for infant sleep problem
(Sadeh: Pediatri 2011).
2.4.3 Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Tidur Bayi
Adekuat atau tidak adekuatnya kualitas tidur bayi tidak terjadi begitu saja. Ada
faktor-faktor yang bersumbangsih mempengaruhi kualitas tidur bayi. Berikut adalah
faktor-faktor yang diyakini berperan dalam mempengaruhi kualitas tidur bayi (Ubaya,
2010):
a. Lingkungan
Keadaan lingkungan yang aman dan nyaman bagi seseorang dapat
mempercepat terjadinya proses tidur. Lingkungan fisik tempat bayi tidur
berpengaruh penting pada kemampuan untuk tertidur dan tetap tertidur.
37
Pengaturan lingkungan tidur yang meliputi tata cahaya, ventilasi, tata warna,
suhu, dan juga keadaan boksnya. Hindarkan juga suara bising yang
membuatnya mudah terjaga. Jangan gunakan pewangi ruangan dan obat
pengusir nyamuk yang bisa membuatnya sesak. Untuk menghindari bayi dari
gigitan nyamuk sebaiknya disiasati dengan menggunakan kelambu (Ubaya,
2010).
b. Aktivitas Fisik
Keletihan akibat aktivitas fisik yang tinggi dapat memerlukan lebih banyak
tidur untuk menjaga keseimbangan energi yang telah dikeluarkan. Hal
tersebut dapat terlihat bila bayi melakukan aktivitas sehari-hari. Dengan
diberikan perawatan spa bayi yang terdiri dari treatment renang bayi dan pijat
bayi akan merangsang bayi lebih rileks dan tenang. Rendaman air hangat
dengan kombinasi aromaterapi serta hantaman air yang ditimbulkan dari air
yang bergolak saat renang dapat memberi sensasi dan pijatan yang
menghilangkan lelah, melancarkan peredaran darah dan menciptakan
relaksasi. Pemijatan yang diberikan setelah bayi berenang dapat mensekresi
hormon melatonin yang dapat menstimulus tidur lebih lelap. Dengan
demikian tidur bayi akan semakin lelap sehingga dapat meningkatkan jumlah
jam tidur siang dan malam (Ubaya, 2010).
c. Nutrisi
Faktor penting untuk memaksimalkan periode emas pertumbuhan otak
adalah terpenuhinya nutrisi dan kecukupan tidur bayi. ASI terbukti
mengandung alfa protein yang cukup tinggi, alfa protein merupakan protein
utama pada Whey pada protein yang merupakan protein halus dan mudah
38
dicerna. Alfa protein kaya akan asam amino essensial yang sangat berguna
untuk tumbuh kembang bayi, terutama triptofan. Triptofan adalah asam
amino yang berperan dala proses neurotransmitter dan pengatur pola hidup
(neurobehavioral) dimana salah satu fungsinya adalah mengatur pola tidur.
Bayi yang sulit tidur atau sering terbangun dari tidurnya karena merasa belum
kenyang. Karena itu, penuhi kebutuhan makan dan minum bayi sebelum
tidur. Jika kebutuhan fisiknya dipenuhi maka bayi tidak lagi sering terbangun
di tengah malam. Yang perlu diperhatikan, ditinjau dari kesehatan gigi,
kebiasaan memberikan susu di malam hari sebaiknya dihentikan setelah gigi
bayi muncul (sekitar usia 6 bulan setelah masa ASI eksklusif). Sebagai
gantinya, berikan air putih jika ia memang haus atau tenangkan bayi terutama
sus akan membuat kantong kemih kencang pada malam harinya dan keadaan
ini akan membuat bayi lebih sering terbangun (Ubaya, 2010).
d. Penyakit
Setiap penyakit yang menyebabkan nyeri, ketidaknyamanan fisik dapat
menyebabkan masalah tidur. Pada bayi adanya gangguan atau rasa sakit pada
gigi, telinga, kulit, saluran napas, saluran cerna, saluran kemih, otot atau
tulangnya dapat mengganggu tidur bayi (Tircin, 2000; Hidayat, 2006; Perry
and Potter, 2006; saputra, 2009 dalam Ubaya 2010).
e. Tempat Tidur Dan Posisi Tidur Bayi
Pengaturan tempat tidur berpengaruh pada kemampuan untuk tertidur dan
tetap nyaman dalam keadaan tidur. Untuk pengaturan tidur bayi sebaiknya
tidur bersama orang tua, karena tidur bersama orang tua memberikan
beberapa manfaat yaitu dapat mempermudah pemberian ASI dan dapat
39
memberikan respon cepat saat bayi terbangun dan menangis. Posisi tidur bayi
sebaiknya dengan posisi terlentang (Ubaya, 2010).
2.4.4 Gangguan Tidur Pada Bayi dan anak-anak
Penyebab gangguan tidur yang sering terjadi pada bayi (Pediatri, 2011):
1. Lapar
Anak mempunyai kebutuhan yang berkepanjangan untuk menyusu di tengah
malam baik dari ASI maupun dari susu botol. Anak pergi tidur pada saat
menyusu ASI atau dengan botol. Anak sering terbangun (mungkin setiap
jam). Anak kembali tidur setelah menyusu; tindakan kenyamanan lain (misal :
menimang atau menggendong) biasanya tidak efektif.
2. Mimpi Buruk
Anak usia 6 sampai 12 bulan yang pada awalnya tidak mengalami gangguan
tidur malam, namun terbangun dengan tiba-tiba. Hal tersebut dimungkinkan
mimpi buruk yang dialami bayi.
3. Menangis di malam hari yang terlatih (Asosiasi tidur yang tidak tepat)
Anak secara khas terlelap di tempat lain selain di tempat tidurnya, misal, kursi
goyang atau tempat tidurnya sendiri dalam keadaan tidur, terbangun,
menangis sampai rutinitas yang biasa dilakukan, misal, menimang.
4. Rasa takut malam hari
Anak menolak pergi tidur atau terbangun selama malam hari karena takut.
Anak mencari kehadiran fisik orangtua dan dengan keberadaan orangtua di
dekatnya, ia mudah terlelap, kecuali rasa takut tersebut berlebihan.
2.5 Pengaruh Antara Pijat Bayi Dengan Kualitas Tidur
Penekanan pada pijatan bayi dapat menyebabkan ujung-ujung saraf yang
terdapat dipermukaan kulit bereaksi terhadap sentuhan. Selanjutnya saraf tersebut
40
mengirimkan pesan-pesan ke otak melalui jaringan saraf yang berada di medulla
spinalis. Proses tersebut dapat menyebabkan perangsangan pada reseptor saraf
sensorik perifer terutama reseptor tekanan. Rangsangan tersebut mengaktifkan sistem
saraf parasimpatis. Perangsangan sistem saraf parasimpatis yang paling utama terlibat
dalam proses tidur adalah beberapa area dalam saraf otonom parasimpatis nuclei rafe
dan nucleus tractus solitarius, yang merupakan region sensorik medulla dan pons yang
dilewati oleh sinyal sensorik viseral yang memasuki otak melalui saraf-saraf vagus dan
glosovaringeus. Rangsangan pada saraf vagus (saraf parasimpatis) akan merangsang sel
enterochromaffin dalam saluran gastrointestinal untuk mengeluarkan hormon serotonin,
sehingga akan meningkatkan durasi tidur (Roesli, 2009).
Durasi tidur yang baik memiliki peran yang krusial pada kondisi
perkembangan kesehatan jiwa anak dan dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh,
sehingga tidak mudah terserang penyakit. Selain itu, nuclei rafe juga berproyeksi
menuju ke hipotalamus, sehingga perangsangan pada nuclei rafe juga akan
mengakibatkan perangsangan pada hipotalamus. Perangsangan pada hipotalamus
menyebabkan disekresikanya Corticotropin Releasing Factor (CRF). Selanjutnya CRF
merangsang kelenjar pituitary untuk meningkatkan produksi proopioidmelanocortin
(POMC) sehingga produksi enkephalin oleh medulla adrenal meningkat. Kelenjar
pituitary juga menghasilkan endorphin sebagai neurotransmitter yang dapat
mempengaruhi suasana hati menjadi rileks. Peningkatan endorphin dan enkephalin
menyebabkan tubuh menjadi rileks, dan menimbulkan perasaan tenang sehingga
keteganganpun berkurang dan memudahkan bayi untuk tidur. Dengan perasaan
rileks dan tenang bayi akan lebih mudah untuk memperoleh tidur yang lelap dan
berkualitas. Keadaan tenang dan rileks menyebabkan gelombang otak melambat.
Lambatnya gelombang otak akan membuat seseorang dapat beristirahat dan tertidur.