Post on 27-Jan-2021
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Malaria
2.1.1 Pengertian Malaria
Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit malaria (plasmodium)
bentuk aseksual yang masuk kedalam tubuh manusia yang ditularkan melalui
gigitan nyamuk Anopheles betina. Penyakit ini mengancam keluarga miskin dan
dapat menjadi salah satu penyebab penurunan kehadiaran di sekolah dan tempat
kerja ( WHO, 2010).
Malaria adalah penyakit menular yang disebabkan oleh parasit dari genus
plasmodium yang infektif ditularkan melalui gigitan nyamuk anopheles betina dan
dapat menyerang semua kelompok usia terutama kelompok resiko tinggi (bayi,
balita, dan ibu hamil) serta dapat menurunkan produktifitas kerja ( Kemenkes RI,
2009 ; Arlan Prabowo, 2004 ; Susana, 2010).
2.1.2 Jenis Malaria
Penyakit malaria pada manusia ada empat jenis dan masing-masing disebabkan
spesies parasit yang berbeda. Jenis malaria itu adalah (Harijanto, 2012) :
1. Malaria tertiana (paling ringan), yang disebabkan oleh Plasmodium vivax
2. Malaria tropika, disebabkan oleh Plasmodium falciparum.
3. Malaria quartana yang disebabkan Plasmodium malariae.
4. Malaria ovale mirip malaria tertiana, malaria ini paling jarang ditemukan,
disebabkan oleh Plasmodium ovale.
10
Pada penderita penyakit malaria, penderita dapat dihinggapi lebih dari satu
plasmodium. Infeksi demikian disebut infeksi campuran (mixed infection). Di
Indonesia paling banyak dua jenis parasit yakni campuran antara Plasmodium
vivax dengan Plasmodium falciparum.
2.1.3 Vektor
Nyamuk Anopheles di seluruh dunia terdapat kira-kira 2000 spesies, sedangkan
yang dapat menularkan malaria kira-kira 60 spesies. Di Indonesia, menurut
pengamatan terakhir ditemukan 80 spesies Anopheles, sedangkan yang menjadi
vektor malaria adalah 22 spesies dengan tempat perindukan yang berbeda-beda.
Di Jawa dan Bali An. sundaicus, An. aconitus, merupakan vektor utama,
sedangkan An. Subpictus dan An. Maculatus merupakan vektor sekunder.
Di daerah pantai banyak terdapat An. sundaicus dan An. Subpictus, sedangkan An.
Aconitus dan An. Maculatus ditemukan di daerah pedalaman. Vektor penting
yang ditemukan di Sumatera adalah An. Sundiacus, An. Maculatus dan An.
Nigerrimus sedangkan An. Sinensis dan An. Letifet merupakan vektor yang kurang
penting. Vektor penting di Sulawesi adalah An. Sundaicus, An. Subpictus, dan An.
Barbirostis, sedangkan An. Sinensis, An. Nigerrimus, An. Umbrosus , An.
Flavirostris, dan An. Ludlowi merupakan vektor sekunder. Di Kalimantan vektor
pentingnya adalah An. Balabacensis, sedangkan An. Letifer merupakan vektor
sekunder. Vektor utama di Papua adalah An. Faruati, An. Punctulatus, dan An.
Bancrofti, sedangkan An. Karwari dan An. Colensis merupakan vektor sekunder.
11
Vektor yang pernah ditemukan di NTT adalah An. Sundiacus, An. Subpictus, dan
An. Barbirostis (Sorontou, 2014).
2.1.4 Siklus Hidup Plasmodium
Dalam daur hidupnya Plasmodium mempunyai dua hospes yaitu manusia dan
nyamuk. Siklus seksual yang membentuk sporozoit di dalam nyamuk sebagai
sporogoni dan siklus aseksual pada manusia yaitu skizogoni.
a. Siklus Seksual (sporogoni)
Siklus seksual terjadi dalam tubuh nyamuk. Gametosit yang masuk ke dalam
bersama darah, tidak dicerna bersama sel-sel darah lain. Dalam waktu 12-24 jam
setelah nyamuk menghisap darah, zigot berubah bentuk menjadi seperti cacing
pendek disebut ookinet yang dapat menembut lapisan epitel dan membran basal
dinding lambung. Didalam lambung ookinet membesar menjadi ookista lalu
didalam ookista dibentuk ribuan sporozoit; dengan pecahnya ookista, sporozoit
dilepaskan kedalam rongga badan dan bergerak keseluruh jaringan nyamuk. Bila
nyamuk sedang menusuk manusia, sporozoit masuk kedalam darah dan jaringan
dan mulailah silkus eritrositik (Susana, 2010).
b. Siklus Aseksual (Skizogoni)
Sporozoit infeksius dari kelenjar ludah nyamuk Anopheles betina dimasukkan
dalam darah manusia melalui tusukan nyamuk tersebut. Dalam waktu tiga puluh
menit jasad tersebut memasuki parenkim hati dan dimulai stadium eksoeritrositik.
Didalam sel hati parasit tumbuh menjadi skizon dan berkembang menjadi
merozoit. Siklus eritrositik dimulai pada waktu merozoit hati memasuki sel darah
12
merah. Merazoit berubah bentuk menjadi tropozoit tumbuh menjadi skizon muda
yang kemidia matang menjadi skizon matang dan membelah menjadi banyak
merazoit. Kemudian sel darah merah pecah dan merazoit, igmen dan residu
keluar serta masuk kedalam plasma darah. Parasit ada yang masuk dalam sel
darah merah lagi untuk mengulang siklus skizogoni. Beberapa merozoit yang
memasuki eritrosit tidak membentuk skizon, tetapi membentuk gametosit yaitu
stadium seksual (Susana, 2010).
2.1.5 Siklus Hidup Nyamuk
Nyamuk mengalami metamorfosis sempurna, yaitu mulai dari telur, jentik, pupa,
dan nyamuk dewasa. Waktu untuk masing-masing tahapan dalam siklus hidup
tersebut di daerah beriklim dingin. Umur nyamuk betina rata-rata 1-2 bulan dan
hanya kawin satu kali untuk seumur hidupnya. Perkawinan biasanya terjadi 24-48
jam setelah keluar dari kepompong. Makanan nyamuk betina adalah darah yang
diperlukan untuk pertumbuhan telurnya. Waktu yang diperlukan oleh nyamuk
malaria untuk menyelesaikan siklus hidupnya sekitar 10-14 hari. Setelah kira-kira
tiga hari menghisap darah, nyamuk betina meletakkan telur-telurnya diatas
permukaan air. Di daerah tropis telur menetas setelah 1-2 hari dan menjadi pupa
antara 8-10 hari. Umur pupa kira-kira 2-3 hari, kemudia menjadi nyamuk dewasa
1-2 hari (Susana, 2010).
2.1.6 Masa Inkubasi
Menurut Susana(2010), masa inkubasi adalah rentang waktu sejak sporozoit
masuk sampai timbulnya gejala klinis yang ditandai dengan demam. Masa
13
inkubasi bervariasi tergantung spesies plasmodium. Plasmodium falciparum
mempunyai masa hidup terpendek dibanding plasmodium yang lain. Masa
inkubasi keempat plasmodium dapat dilihat dalam tabel berikut:
Tabel 1.1 Masa Inkubasi Malaria
Jenis plasmodium Masa Inkubasi
Plasmodium falciparum
Plasmodium Vivax
Plasmodium ovale
Plasmodium Malariae
9-12 (12) hari
12-17 (15) hari
16-18 (17) hari
18-40 (28) hari
2.1.7 Gejala Klinis
Keluhan dan tanda klinis, merupakan petunjuk yang penting dalam diagnosa
malaria. Gejala klinis ini dipengaruhi oleh jenis/ strain Plasmodium , imunitas
tubuh dan jumlah parasit yang menginfeksi. Waktu mulai terjadinya infeksi
sampai timbulnya gejala klinis dikenal sebagai waktu inkubasi, sedangkan waktu
antara terjadinya infeksi sampai ditemukannya parasit dalam darah disebut
periode prepaten. Gejala pada anak biasanya disertai batuk (Harijanto 2012).
Menurut Gejala klasik malaria yang umum terdiri dari tiga stadium (trias
malaria), (Harijanto, 2012) yaitu:
1. Periode dingin. Mulai dari menggigil, kulit dingin dan kering, penderita
sering membungkus diri dengan selimut dan pada saat menggigil sering
seluruh badan bergetar dan gigi saling terantuk, pucat sampai sianosis seperti
14
orang kedinginan. Periode ini berlangsung 15 menit sampai 1 jam diikuti
dengan meningkatnya temperatur.
2. Periode panas. Penderita berwajah merah, kulit panas dan kering, nadi cepat
dan panas badan tetap tinggi dapat mencapai 400C atau lebih, respirasi
meningkat, nyeri kepala, terkadang muntah-muntah, dan syok. Periode ini
lebih lama dari fase dingin, dapat sampai dua jam atau lebih diikuti dengan
keadaan berkeringat.
3. Periode berkeringat. Mulai dari temporal, diikuti seluruh tubuh, sampai
basah, temperatur turun, lelah, dan sering tertidur. Bila penderita bangun akan
merasa sehat dan dapat melaksanakan pekerjaan seperti biasa.
Di daerah dengan tingkat endemisitas malaria tinggi, sering kali orang dewasa
tidak menunjukkan gejala klinis meskipun darahnya mengandung parasit malaria.
Hal ini merupakan imunitas yang terjadi akibat infeksi yang berulang-ulang.
Limpa penderita biasanya membesar pada serangan pertama yang berat/ setelah
beberapa kali serangan dalam waktu yang lama. Bila dilakukan pengobatan secara
baik maka limpa akan berangsur-berangsur mengecil.
Keluhan pertama malaria adalah demam, menggigil, dan dapat disertai sakit
kepala, mual, muntah, diare dan nyeri otot atau pegal-pegal. Untuk penderita
tersangka malaria berat, dapat disertai satu atau lebih gejala berikut: gangguan
kesadaran dalam berbagai derajat, kejang-kejang, panas sangat tinggi, mata atau
tubuh kuning, perdarahan di hidung, gusi atau saluran pencernaan, nafas cepat,
15
muntah terus-menerus, tidak dapat makan minum, warna air seni seperti teh tua
sampai kehitaman serta jumlah air seni kurang sampai tidak ada.
2.1.8 Cara Penularan
Cara penularan penyakit malaria dapat di bedakan menjadi dua macam yaitu :
1. Penularan secara alamiah (natural infection)
Penularan secara alamiah terjadi melalui gigitan nyamuk Anopheles betina yang
telah terinfeksi oleh Plasmodium.
2. Penularan tidak alamiah (not natural infection)
a. Malaria bawaan (kongenital), disebabkan adanya kelainan pada sawar
plasenta sehingga tidak ada penghalang infeksi dari ibu kepada bayi yang
dikandungnya.
b. Penularan secara mekanik terjadi melalui transfusi darah melalui jarum
suntik. Penularan pada jarum suntik biasanya terjadi pada para pecandu
narkoba yang menggunakan jarum suntik yang tidak steril.
c. Secara oral. Cara penularan ini pernah dibuktikan pada burung (Plasmodium
gallinasium), burung dara (Plasmodium relection) dan monyet (Plasmodium
knowlesi) yang akhir-akhir ini dilaporkan menginfeksi manusia.
Pada umumnya sumber infeksi malaria pada manusia adalah manusia lain yang
sakit malaria, baik dengan gejala maupun tanpa gejala klinis (Harijanto, 2012).
2.1.9 Pencegahan Malaria
Pencegahan malaria secara umum meliputi tiga hal, yaitu edukasi,
kemoprofilaksis dan upaya menghindari gigitan nyamuk.
16
a. Edukasi adalah faktor terpenting pencegahan malaria yang harus diberikan
pada setiap pelancong atau petugas yang akan bekerja didaerah endemis.
Materi utama edukasi adalah mengajarkan tentang cara penularan malaria,
resiko terkena malaria, tanda dan gejala malaria, serta menjaga kondisi
lingkungan agar tetap bersih dan terhindar dari pembiakan nyamuk terutama
rawa atau tempat genangan air.
b. Upaya menghindari gigitan nyamuk Anopheles adalah cara yang paling
efektif untuk mencegah malaria. Upaya tersebut berupa proteksi pribadi,
modifikasi perilaku dan modifikasi lingkungan. Proteksi pribadi dengan
menggunakan kelambu yang dilapisi insektisida permethin, gunakan lotion
anti nyamuk serta baju lengan panjang dan celana panjang. Modifikasi
perilaku berupa mengurangi aktifitas diluar rumah mulai senja sampai subuh
disaat nyamuk Anopheles umumnya menggigit atau usahakan tinggal didalam
rumah mulai sore. Sebaiknya pintu rumah ditutup mulai sore hari, pasang
kasa nyamuk dikisi-kisi udara rumah dan tidur dalam kelambu.
Modifikasi lingkungan bertujuan untuk mengurangi habitat pembiakan
nyamuk, berupa perbaikan sistem drainase sehingga mengurangi genangan
air. Mengubur barang-barang bekas, perbaikan tepian sungai untuk
memperlancar aliran air. Pengelolaan lingkungan tersebut disertai modifikasi
perilaku manusia efektif mengurangi resiko terkena malaria sampai 80-88%
c. Kemoprofilaksis diberikan bagi para wisatawan yang melancong ke daerah
endemis dalam waktu singkat ataupun mereka yang akan menjalankan tugas
17
untuk jangka waktu yang lama sampai bertahun-tahun. Kemoprofilaksis
diberikan untuk mengurangi resiko jatuh sakit jika telah tergigit nyamuk
infeksius. Tingkat efektivitas kemoprofolaksis sangat ditentukan oleh tingkat
resistensi plasmodium setempat terhadap obat anti malaria (Harijanto, 2012)
2.2 Perilaku.
2.2.1 Konsep Perilaku
Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme (makhluk hidup) yang
bersangkutan. Perilaku manusia adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu
sendiri dalam bentangan sangat luas, antara lain: berjalan, berbicara, menangis,
tertawa, bekerja, menulis, membaca, dan sebagainya (Notoadmodjo, 2012).
Perilaku manusia adalah aktivitas yang timbul karena adanya stimulus dan
respons serta dapat diamati baik secara langsung maupun tidak langsung.
Rangsangan ini bisa berasal dari dalam diri (internal) ataupun dari luar diri
(eksternal) manusia yang bersangkutan (Sunaryo, 2010).
Jadi, perilaku manusia adalah segala bentuk aktivitas atau kegiatan yang
dilakukan manusia sebagai suatu bentuk reaksi manusia terhadap stimulus yang
datang dari dalam diri ataupun dari luar diri manusia dan aktivitas ini dapat
diamati maupun tidak dapat dapat diamati oleh pihak luar.
2.2.2 Jenis-jenis perilaku
Perilaku dikatakan terjadi sebagai bentuk reaksi manusia terhadap rangsangan dari
dalam dirinya ataupun dari luar dirinya dimana reaksi ini dapat diamati maupun
18
tidak dapat diamati oleh pihak luar (Notoadmodjo, 2010:44). Berdasarkan hal ini,
maka perilaku dikelompokkan menjadi dua, yaitu:
1. Perilaku Tertutup (Covert behaviour)
Perilaku tertutup terjadi bila reaksi terhadap stimulus masih belum dapat diamati
oleh orang lain secara jelas. Respon seseorang masih terbatas pada perhatian,
perasaan, persepsi, pengetahuan, dan sikap terhadap stimulus yang bersangkutan.
Misalnya, seorang ibu tahu tentang penyakit malaria dan cara pencegahannya
(pengetahuan) kemudian ibu tersebut berusaha memberikan tanggapan terhadap
malaria dan cara pencegahan (sikap) (Notoadmodjo, 2010).
2. Perilaku Terbuka (Overt behaviour)
Perilaku terbuka terjadi apabila reaksi terhadap stimulus tersebut sudah berupa
tindakan atau praktik yang bisa diamati orang lain dari luar. Misalnya, ibu
melakukan tindakan pencegahan sesuai arahan petugas kesehatan (Notoadmodjo,
2010).
2.2.3 Domain Perilaku
Benyamin Bloom (1998) dalam Notoatmodjo (2014) membagi dominan perilaku
atas 3 bagian yakni, koginitif (cognitive), afektif (affective), psikomotor
(psychomotor). Dalam perkembangan selanjutnya, berdasarkan pembagian
dominan ini untuk kepentingan pendidikan praktis, dikembangkan menjadi 3
tingkat perilaku sebagai berikut :
19
1) Pengetahuan (knowledge)
Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia atau hasil tahu seseorang
terhadap suatu obyek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan
sebagainya). Sebagian besar penginderaan seseorang didapatkan melalui indera
penglihatan (mata) dan indera pendengaran (telinga). Pengetahuan seseorang akan
suatu obyek memiliki tingkat yang berbeda-beda. Secara garis besar pengetahuan
dibedakan dalam 6 tingkat(Notoatmojo, 2014).
1. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.
Termasuk kedalam tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang
spesifik dari seluruh bahasan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.
Oleh sebab itu tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata
kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain;
menyebutkan, menguraikan, memberi contoh dan sebagainya. Misalnya ibu dapat
menyebutkan tujuan pencegahan gigitan nyamuk pada balita.
2. Memahami (comperehension)
Memahami diartikan sebagai kemampuan menjelaskan secara benar tentang
obyek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.
Orang yang telah paham terhadap obyek atau materi harus dapat menjelaskan,
menyebutkan contoh, menyimpulkan dan sebagainya terhadap obyek yang
dipelajari. Misalnya dapat menjelaskan mengapa pencegahan gigitan nyamuk itu
penting untuk dilakukan dan bagaimana cara melakukan pencegahan tersebut.
20
3. Aplikas (application)
Diartikan sebagai kemampuan menggunakan materi yang telah dipelajari pada
situasi riil/sebenarrnya. Misalnya ibu selalu menggunakan kelambu untuk anak
saat anak tidur.
4. Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu obyek ke
dalam komponen – komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi
tersebut dan masih ada kaitannya antara satu dengan yang lain.
5. Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian–bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
Dengan kata lain sintesis ini merupakan suatu kemampuan untuk menyusun
formasi baru dari formulasi–formulasi yang ada. Misalnya dapat menyusun,
merencanakan, meringkas, menyesuaikan dan sebagainya terhadap suatu teori
atau rumusan – rumusan yang telah ada.
6. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan justifikasi
atau penilaian terhadap suatu objek tertentu. Penilaian ini dengan sendirinya
didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau norma-norma yang
berlaku di masyarakat.
Penelitian Rogers (1974) dalam Indriyani dan Asmudji (2014), mengungkapkan
bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru, orang tersebut mengalami
beberapa proses dalam dirinya, yakni:
21
a. Awareness (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari atau mengetahui
adanya stimulus (obyek) terlebih dahulu.
b. Interest, yakni orang mulai tertarik kepada stimulus (obyek).
c. Evaluation, yakni orang tersebut mulai menimbang-nimbang baik tidaknya
stimulus tersebut bagi dirinya.
d. Trial, yakni orang tersebut mulai mencoba perilaku baru tersebut.
e. Adoption, yakni orang tersebut telah berperilaku baru sesuai dengan
pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.
Pengetahuan tentang kesehatan mencakup apa yang diketahui oleh seseorang
terhadap cara-cara memelihara kesehatan (Notoatmodjo, 2010). Indikator-
indikator pengetahuan seseorang tentang kesehatan, mencakup:
a. Pengetahuan tentang sakit dan penyakit, meliputi: penyebab penyakit, gejala
atau tanda-tanda penyakit, cara penularan penyakit, cara pengobatan penyakit,
tempat mencari pengobatan penyakit, dan cara pencegahan penyakit
(Notoatmodjo, 2012).
b. Pengetahuan tentang cara pemeliharaan kesehatan dan cara hidup sehat,
meliputi: jenis-jenis makanan yang bergizi, manfaat makanan bergizi bagi
kesehatannya, pentingnya olahraga bagi kesehatan, penyakit-penyakit atau
bahaya merokok, bahaya minuman keras, bahaya narkoba, pentingnya istirahat
yang cukup, rekreasi, dan sebagainya (Notoatmodjo, 2012).
c. Pengetahuan tentang kesehatan lingkungan, meliputi: manfaat air bersih, cara-
cara pembuangan limbah yang sehat, manfaat pencahayaan dan penerangan
rumah yang sehat, akibat polusi, dan sebagainya (Notoatmodjo, 2012).
22
Dalam Notoatmodjo (2012), menyatakan bahwa perilaku baru atau adopsi
perilaku yang didasari oleh pengetahuan dan kesadaran yang positif akan bersifat
langgeng (long lasting) dibandingkan dengan perilaku yang tidak didasari oleh
pengetahuan dan kesadaran.
Pengetahuan dapat diukur dengan wawancara atau angket yang menyatakan
tentang isi materi yang ingin diukur dari responden (Notoatmodjo, 2010).
2. Sikap (attitude)
Sikap adalah respon tertutup seseorang stimulus atau obyek tertentu yang sudah
melibatkan faktor pendapat dan emosi seseorang (senang-tidak senang, setuju-
tidak setuju, baik-tidak baik, dan sebagainya). Sikap melibatkan pikiran, perasaan,
perhatian dan gejala kejiwaan lainnya (Notoadmodjo, 2010).
Sunaryo (2013), menggabungkan beberapa pendapat para ahli tentang ciri-ciri
sikap, yakni:
a. Sikap tidak dibawa sejak lahir, namun dipelajari dan dibentuk berdasarkan
pengalaman individu sepanjang perkembangan selama hidupnya.
b. Sikap dapat berubah-ubah dalam situasi yang memenuhi syarat untuk itu
sehingga dapat dipelajari.
c. Sikap tidak berdiri sendir, namun selalu berhubungan dengan obyek sikap
d. Sikap dapat tertuju pada satu obyek ataupun dapat tertuju pada sekumpulan
obyek.
e. Sikap dapat berlangsung lama atau sementara
f. Sikap mengandung faktor perasaan dan motivasi sehingga berbeda dengan
pengetahuan.
23
g. Pembentukan sikap pada manusia dipengaruhi oleh faktor dalam diri manusia
(internal) dan pengaruh interaksi manusia satu dengan lainnya (eksternal).
Faktor-faktor internal yang membentuk sikap yaitu fisiologi, psikologi dan
motif. Sedangkan faktor eksternal yaitu pengalaman yang diperoleh individu,
situasi yang dihadapi oleh individu, norma dalam masyarakat, hambatan, dan
pendorong yang dihadapi individu dalam masyarakat.
Seperti halnya pengetahuan, sikap juga memiliki tingkatan sesuai dengan
intensitasnya, sebagai berikut (Notoadmodjo, 2010):
a. Menerima (receiving), berarti individu mau stimulus yang diberikan suatu
obyek
b. Menanggapi (responding), berarti memberikan tanggapan terhadap obyek yang
dihadapi
c. Menghargai (valuing), berarti seseorang memberikan nilai yang positif
terhadap obyek atau stimulus
d. Bertanggung jawab (responsible), berarti individu bertanggung jawab terhadap
apa yang sudah diyakininya.
e. Tindakan atau praktik
Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behaviour).
Mewujudkan suatu sikap menjadi suatu tindakan nyata diperlukan faktor
pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, misalnya fasilitas ataupun
dukungan dari pihak lain dari luar diri individu yang bersangkutan (Notoadmodjo,
2012).
24
Sikap memiliki empat determinan (Sunaryo, 2013), yaitu:
a. Faktor fisiologis
Faktor yang penting dalam faktor fisiologis adalah umur dan kesehatan.
Misalnya, orang muda umumnya bersikap kurang perhitungan dengan akal,
sedangkan orang tua bersikap dengan penuh kehati-hatian; orang muda
umunya suka membuang limbah sembarangan dibandingkan dengan orang
yang lebih tua.
b. Faktor pengalaman langsung terhadap obyek sikap
Contohnya, perawat yang pernah tertusuk jarum bekas suntikan akan bersikap
negatif terhadap perilaku pengelolaan limbah jarum suntik yang tidak sesuai.
c. Faktor kerangka acuan
Kerangka acuan yang tidak sesuai dengan obyek sikap akan menimbulkan
sikap yang negatif terhadap obyek sikap tersebut. Misalnya, perawat yang
menyakini tentang perilaku membuang jarum suntik bekas tidak sesuai dengan
acuan pengelolaan limbah medis, maka perawat tersebut tidak akan akan
melakukannya.
d. Faktor komunikasi sosial
Informasi yang diterima individu akan mengubah sikap individu.
Notoadmodjo, (2010), menyatakan bahwa sikap terdiri atas tiga komponen pokok,
yaitu:
a. Kepercayaan atau keyakinan, ide dan konsep orang terhadap suatu obyek.
Misalnya bagaimana pendapat seseorang tentang penyakit malaria
25
b. Kehidupan emosional atau evaluasi orang terhadap obyek. Misalnya
bagaimana penilaian seseorang terhadap penyakit malarai, apakah orang
tersebut menganggapa penyakit malaria sebagai penyakit yang biasa saja atau
penyakit yang membahayakan.
c. Kecenderungan untuk bertindak. Misalnya, apa yang akan dilakukan seseorang
bila ia menderita sakit malaria.
Ketiga komponen tersebut diatas secara bersama-sama membentuk sikap yang
utuh (total attitude). Dalam menentukan sikap yang utuh ini pengetahuan, pikiran,
keyakinan, dan emosi memegang peranan penting (Notoadmodjo, 2010).
Sikap terhadap kesehatan adalah pendapat atau penilaian orang terhadap hal-hal
yang berkaitan dengan pemeliharaan kesehatan. Indikator sikap kesehatan sejalan
dengan pengetahuan kesehatan (Notoatmodjo, 2012).
Indikator sikap kesehatan meliputi (Notoatmodjo, 2012):
a. Sikap terhadap sakit penyakit, yaitu penilaian atau pendapat seseorang tentang
gejala atau tanda-tanda penyakit, penyebab penyakit, cara penularan penyakit,
cara pencegahan, dan sebagainya .
b. Sikap cara pemeliharaan dan cara hidup sehat, yakni penilaian atau pendapat
seseorang tentang cara-cara memelihara dan cara-cara berperilaku hidup sehat .
c. Sikap terhadap kesehatan lingkungan, yakni penilaian atau pendapat seseorang
terhadap lingkungan dan pengaruhnya terhadap kesehatan. Misalnya pendapat
atau penilaian terhadap pembuangan limbah, dan sebagainya .
26
Salah satu aspek yang sangat penting guna memahami sikap dan perilaku
manusia adalah pengungkapan (assesment) atau pengukuran (measurement)
sikap. Pengukuran sikap dapat dilakukan dengan memberikan pertanyaan-
pertanyaan langsung ataupun tidak langsung. Menurut Sugiyono (2013), berbagai
skala sikap dapat digunakan untuk penelitian pendidikan, administrasi dan social,
misalnya skala Likert.
Penelitian menggunakan skala Likert dilakukan bila ingin menjabarkan indikator
variabel. Setiap jawaban dengan menggunakan skala Likert mempunyai gradasi
dari sangat positif sampai sangat negatif yang dapat berupa kata-kata misalnya:
1. sangat setuju
2. setuju
3. tidak sutuju
4. sangat tidak setuju.
Jawaban dapat diberi skor misalnya:
1. Sangat setuju diberi skor 4
2. Setuju diberi skor 3
3. Tidak setuju diberi skor 2
4. Sangat tidak setuju diberi skor 1
3. Tindakan atau Praktek (Practice)
Seperti telah disebutkan di atas bahwa sikap adalah kecenderungan untuk
bertindak (praktik). Sikap belum tentu terwujud dalam tindakan, sebab untuk
terwujudnya tindakan perlu factor lain, yaitu antara lain adanya fasilitas atau
27
sarana dan prasarana. Seorang ibu sudah tahu bahwa mencegah gigitan nyamuk
malaria pada balita itu penting untuk mencegah terjadinya penyakit malaria, dan
sudah ada niat (sikap) untuk melakukan pencegahan. Agar sikap ini meningkat
menjadi tindakan, maka diperlukan Posyandu, atau Puskesmas yang dekat dari
rumahnya, atau fasilitas tersebut mudah dicapainya.
Praktik atau tindakan ini dapat dibedakan menjadi 3 tingkatan menurut
kualitasnya, yaitu:
a) Praktik terpimpin (guided response)
Apabila subjek atau seseorang telah melakukan sesuatu tetapi masih bergantung
pada tuntunan atau menggunakan panduan.
b) Praktik secara mekanisme (mechanism)
Apabila subjek atau seseorang telah melakukan atau mempraktikan sesuatu hal
secara otomatis maka disebut praktik atau tindakan medis.
c) Adopsi (adoption)
Adopsi adalah suatu tindakan atau praktik yang sudah berkembang. Artinya, apa
yang dilakukan tidak sekedar rutinitas atau mekanisme saja, tetapi sudah
dilakukan modifikasi, atau tindakan atau perilaku yang berkualitas.
Prakrik kesehatan atau tindakan untuk hidup sehat adalah semua kegiatan atau
aktivitas orang dalam rangaka memelihara kesehatan. Tindakan atau praktik
kesehatan ini juga meliputi 4 faktor seperti pengetahuan dan sikap kesehatan
tersebut di atas, yaitu:
28
1. Tindakan atau praktik sehubungan dengan pencegahan penyakit menular dan
tidak menular dan praktik tentang mengatasi atau menangani sementara
penyakit yang diderita.
2. Tindakan atau praktik sehubungan dengan gizi makanan, sarana air bersih,
pembuangan air limbah, pembuangan kotoran manusia, pembuangan sampah,
perumahan sehat, polusi udara, dan sebagainya.
3. Tindakan atau praktik sehubungan dengan penggunaan (utilisasi) fasilitas
pelayanan kesehatan.
4. Tindakan atau praktik untuk menghindari kecelakaan baik kecelakaan rumah
tangga, maupun kecelakaan lalu lintas, dan kecelakaan di tempat-tempat
umum.
Pengukuran atau cara mengamati perilaku dapat dilakukan melalui dua cara,
secara langsung, maupun secara tidak langsung. Pengukuran perilaku yang paling
baik adalah secara langsung, yakni dengan pengamatan (observasi), yaitu
mengamati tindakan subjek dalam rangka memelihara kesehatannya, misalnya:
tindakan apa saja yang dilakukan ibu untuk mencegah gigitan nyamuk anpheles
pada balita saat sore hari.
Pengukuran secara tidak langsung berarti peneliti tidak secara langsung
mengamati perilaku orang yang sedang diteliti (responden). Metode pengukuran
secara tidak langsung dilakukan melalui beberapa cara yaitu:
29
1. Menggunakan metode mengingat kembali (recall). Metode ini dilakukan
melalui pertanyaan-pertanyaan terhadap subjek tentang apa yang telah
dilakukan berhubungan dengan kesehatan(Notoatmodjo, 2014).
2. Melalui orang ketiga atau orang lain yang dekat dengan subjek. Metode ini
biasa digunakan untuk mengamati perilaku keteraturan minum obat seorang
penderita penyakit tertentu melalui orang terdekat misalnya suami atau istri.
3. Melalui indikator (hasil perilaku)
Pengukuran ini dilakukan melalui indikator hasil perilaku orang yang diamati.
Misalnya peneliti akan mengamati atau mengukur perilaku kebersihan diri
seorang murid sekolah.
2.2.4 Perilaku Kesehatan
A. Defenisi Perilaku Kesehatan
Perilaku kesehatan adalah respon seseorang terhadap stimulus atau obyek yang
berkaitan dengan sehat-sakit, penyakit, dan faktor-faktor yang mempengaruhi
sehat-sakit (kesehatan) seperti lingkungan, makanan, minuman dan pelayanan
kesehatan (Notoadmodjo, 2010).
B. Jenis-jenis Perilaku Kesehatan
Notoadmodjo (2012), mengklasifikasi perilaku kesehatan dalam tiga kelompok,
sebagai berikut:
1. Perilaku pemeliharaan kesehatan (health maintanance)
Perilaku ini menggambarkan usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau
menjaga kesehatannya agar tidak sakit dan usaha penyembuhan bilamana sakit.
30
2. Perilaku pencarian dan penggunaan sistem atau fasilitas pelayanan kesehatan
atau disebut juga perilaku pencarian pengobatan (health seeking behaviour).
Perilaku ini menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat menderita
penyakit atau kecelakaan. Tindakan ini dimulai dari tindakan mengobati sendiri
sampai dengan mencari pengobatan ke luar negeri.
3. Perilaku kesehatan lingkungan
Perilaku ini menyangkut upaya seseorang untuk mengelola lingkungannya
sehingga tidak mengganggu kesehatannya sendiri, keluarganya atau
masyarakatnya.
C. Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Kesehatan
Perilaku seseorang dipengaruhi atau ditentukan oleh faktor-faktor yang berasal
baik dari dalam maupun dari luar subyek. Faktor-faktor ini disebut determinan
(Notoatmodjo, 2010).
Green (1980) dalam Notoadmodjo (2010), menyebutkan bahwa ada tiga faktor
utama yang mempengaruhi perilaku, yaitu:
1. Faktor-faktor predisposisi (predisposing factors)
Faktor–faktor ini adalah faktor-faktor yang mempermudah terjadinya perilaku
seseorang, antara lain pengetahuan, sikap, keyakinan, kepercayaan, nilai-nilai,
umur, pendidikan, pekerjaan dan sebagainya. Contohnya, seorang ibu mau
melakukan pencegahan gigitan nyamuk anopheles pada anaknya karena ibu
tersebut tahu dan yakin bahwa tindakannya itu dapat meminimalkan resiko
terjadinya penularan penyakit malaria.
31
Kholid (2012), menambahkan karakteristik faktor predisposisi dari segi faktor-
faktor demografi (usia dan jenis kelamin), struktur sosial (pendidikan, pekerjaan,
etnik, dan faktor lainnya yang mengukur status dalam masyarakat serta kesehatan
lingkungan fisik), dan kepercayaan kesehatan (sikap, nilai, dan pengetahuan yang
mungkin mempengaruhi persepsi kebutuhan dan pengunaan layanan kesehatan).
a. Umur
Menurut Elisabeth yang dikutip dari Nursalam (2003) Usia adalah umur individu
yang dihitung sejak dilahir sampai berulang tahun. umur dapat mempengaruhi
tingkat pengetahuan seseorang, bertambahnya umur seseorang dapat berpengaruh
pada perubahan perilaku dirinya, akan tetapi pada umur-umur tertentu (usia lanjut)
kemampuan penerimaan atau mengingat sesuatu pengetahuan yang baru akan
berkurang Notoatmodjo (2007). Hal ini didukung pula oleh pendapat Hurlock
dalam Padilla (2014), semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan
seseorang akan lebih matang dalam berpikir dan bekerja. Umur merupakan faktor
predisposisi terjadinya perilaku kesehatan dalam hal ini adalah upaya pencegahan
gigitan nyamuk anopheles (Notoatmodjo, 2012).
Umur yang tepat untuk ibu yang merawat balita adalah berkisar antara 20-40
tahun (masa dewasa awal). Masa dewasa awal adalah masa dimana seluruh
potensi sebagai manusia berada pada puncak perkembangan baik fisik maupun
psikis. Masa dewasa awal dibagi menjadi dua masa yaitu masa pembentukan (20-
30 tahun) dengan tugas perkembangan mulai memisahkan diri dari orang tua,
membentuk keluarga baru dengan pernikahan dan mengembangkan persahabatan.
32
Masa konsolidasi (31-40 tahun) yaitu masa konsolidasi karier dan memperkuat
ikatan perkawinan (Psycho Share, 2014).
b. Pendidikan
Menurut Notoatmodjo (2003), pendidikan adalah segala upaya yang direncanakan
untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok dan masyarakat
sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan.
Menurut Dictionary of Education (dalam Munib, 2004) pendidikan adalah proses
seseorang mengembangkan kemampuan, sikap, dan bentuk-bentuk utorang
dihadapkan pada pengaruh lingkungan yang terpilih dan terkontrol
(khususnya yang datang dari sekolah), sehingga dia dapat memperoleh atau
mengalami perkembangan kemampuan sosial dan kemampuan individu yang
optimal.
Pendidikan terjadi melalui kegiatan atau proses belajar yang dapat terjadi
dimana saja, kapan saja, dan oleh siapa saja. Kegiatan belajar mempunyai ciri-
ciri yaitu: pertama, belajar adalah kegiatan yang menghasilkan perubahan
pada diri individu, kelompok, atau masyarakat yang sedang belajar, baik
aktual maupun potensial. Ciri kedua dari hasil belajar bahwa perubahan tersebut
di dapatkan karena kemampuan baru yang berlaku untuk waktu yang relatif
lama. Ciri yang ketiga adalah bahwa perubahan itu terjadi karena usaha, dan
didasari bukan karena kebetulan (Notoatmodjo, 2007).
Ruang lingkup pendidikan terdiri dari pendidikan informal, non formal dan
formal. Pendidikan informal adalah pendidikan yang diperoleh seseorang di
rumah dalam lingkungan keluarga. Pendidikan informal berlangsung tanpa
33
organisasi, yakni tanpa orang tertentu yang diangkat atau ditunjuk sebagai
pendidik, tanpa suatu program yang harus diselesaikan dalam jangka waktu
tertentu, dan tanpa evaluasi yang formal berbentuk ujian. Pendidikan non formal
meliputi berbagai usaha khusus yang diselenggarakan secara terorganisasi
terutama generasi muda dan orang dewasa, yang tidak dapat sepenuhnya atau
sama sekali tidak berkesempatan mengikuti pendidikan sekolah dapat memiliki
pengetahuan praktis dan ketrampilan dasar yang mereka perlukan sebagai warga
masyarakat yang produktif. Sedangkan pendidikan formal adalah pendidikan
yang mempunyai bentuk atau organisasi tertentu seperti terdapat di sekolah atau
universitas (Notoatmodjo, 2007).
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No 20 Tahun 2004 tentang
Sistem Pendidikan Nasional jenjang pendidikan formal terdiri atas pendidikan
dasar (SD dan SMP), dan pendidikan tinggi (SMA, akademi, institute, sekolah
tinggi dan universitas)(Hasbulah, 2005).
Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pendidikan yaitu faktor umur, faktor
tingkat sosial ekonomi dan faktor lingkungan. Faktor umur merupakan indikator
kedewasaan seseorang, semakin bertambah umur, pendidikan yang didapat akan
lebih banyak, baik itu pendidikan formal maupun pendidikan non formal yang
diinginkan adalah terjadinya perubahan kemampuan, ketrampilan atau
perilakunya. Perubahan perilaku didasari adanya perubahan atau penambahan
pengetahuan, sikap atau ketrampilannya. Faktor tingkat sosial ekonomi sangat
mempengaruhi perbaikan pendidikan dan perbaikan pelayanan kesehatan yang
diinginkan masyarakat. Rata-rata keluarga dengan sosial ekonomi yang baik akan
34
memilih tingkat pendidikan dan sarana kesehatan yang bagus dan bermutu.
Sedangkan faktor lingkungan mempunyai pengaruh yang besar dalam pendidikan
seseorang. Contoh orang yang berada dalam lingkungan yang mendukung serta
mengutamakan pendidikan, mereka akan merasa lebih termotivasi untuk belajar.
Sehingga pengetahuan yang mereka peroleh akan lebih baik dibandingkan
seseorang yang keluarganya tidak mendukung untuk merasakan bangku sekolah
(Notoatmodjo, 2007).
Tingkat pendidikan berpengaruh terhadap penggunaan fasilitas pelayanan
kesehatan. Penggunaan posyandu dipengaruhi oleh tingkat pendidikan dapat
membuat orang menjadi berpandangan lebih luas berfikir dan bertindak secara
rasional sehingga latar belakang pendidikan seseorang dapat mempengaruhi
penggunaan pelayanan kesehatan (Notoatmodjo, 2007).
Pada umumnya semakin tinggi pendidikan seseorang maka akan semakin baik
pula tingkat pengetahuannya. Ibu dengan pendidikan yang relatif tinggi
cenderung memiliki kemampuan untuk menggunakan sumber daya keluarga
yang lebih baik dibandingkan dengan ibu yang berpendidikan rendah
(Notoatmodjo, 2007).
c. Pekerjaan
Pekerjaan adalah kegiatan rutin yang dilakukan yang dilakukan subjek penelitian
diluar rumah yang menghasilkan imbalan materi maupun uang. Pekerjaan terbagi
menjadi 2 yaitu bekerja dan tidak bekerja. Bekerja apabila melakukan kegiatan
rutin yang dilakukan yang dilakukan subjek penelitian diluar rumah yang
35
menghasilkan imbalan materi maupun uang. Sedangkan tidak bekerja apabila
subjek penelitian tidak memiliki kegiatan riutin yang dilakukan diluar rumah yang
menghasilkan imbalan materi maupun uang(Nurhasanah, 2008).
Bekerja atau tidaknya seseorang akan turut berpengaruh pada minatannya
terhadap pelayanan kesehatan, semakin baik jenis pekerjaan dari seseorang
semakin tinggi peminatan terhadap pelayanan kesehatan. Indikatornya adalah
mempunyai pekerjaan, tetap memanfaatkan pelayanan kesehatan walaupun harus
meninggalkan pekerjaannya (Syafruddin, 2010).
Menurut Notoatmodjo (2010), pekerjaan dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
Bekerja : buruh, tani, swasta dan PNS
Tidak bekerja : Ibu rumah tangga dan pengangguran
2. Faktor-faktor pemungkin (enabling factors)
Faktor-faktor ini adalah faktor-faktor yang memungkinkan atau memfasilitasi
perilaku atau tindakan seperti sarana dan prasarana yang dapat menunjang
terjadinya perilaku kesehatan. Sarana prasarana yang dimaksudkan disini
misalnya Puskesmas, rumah sakit, tempat pembuangan sampah, tempat
pembuangan air, pembagian kelambu ke semua kepala keluarga.
3. Faktor-faktor penguat (reinforcing factors)
Faktor-faktor ini adalah faktor-faktor yang mendorong dan memperkuat terjadinya
perilaku. Perilaku hidup sehat dapat terjadi jika ada tokoh masyarakat yang
36
menjadi role model atau adanya dukungan dari orang-orang terdekat individu
bersangkutan, misalnya dari tokoh agama dan tokoh adat setempat.
2.2.5 Perilaku Pencegahan Malaria
Indikator praktik pencegahan dan pengendalian penyakit malaria dapat diketahui
melalui tindakan masyarakat sehubungan dengan penyakit malaria, membersihkan
semak-semak disekitar rumah, menggunakan bahan penolak nyamuk (repellent),
tidur menggunakan kelambu dan upaya yang lain untuk mencegah tertular
penyakit malaria (Harijanto, 2012). Berbagai perilaku yang dapat dilakukan agar
terhindar dari bahaya penyakit malaria, yaitu (Harijanto, 2012):
1. Memberantas habitat larva dengan penyemprotan insektisida, membersihkan
parit, menutup dan membersihkan tempat penyimpanan air yang digunakan
sehari-hari.
2. Penggunaan kelambu berinsektisida atau kelambu poles pada tempat tidur
untuk melindungi balita saat tidur.
3. Menggunakan semprotan pembasmi serangga di dalam dan di luar rumah
untuk menghindari gigitan nyamuk.
4. Diadakan kerja bakti secara rutin untuk membersihkan lingkungan dan
semak-semak belukar di sekitar rumah, genangan air dan kandang ternak.
5. Memasang kawat nyamuk pada jendela dan kisi kisi rumah untuk mencegah
masuknya nyamuk ke dalam rumah.
6. Mengoleskan obat anti nyamuk di kulit (lotion) penolak nyamuk atau obat
nyamuk bakar untuk menghindari gigitan nyamuk.
37
7. Mengenakan pakaian yang menutupi tubuh sehingga tidak terkena gigitan
terutama jika akan bepergian pada malam hari.
8. Menghindari kebiasaan berada di luar rumah pada malam hari untuk
menghindari gigitan nyamuk anopheles.
9. Menutup jendela dan pintu pada malam hari untuk mencegah masuknya
nyamuk ke dalam rumah.
2.3 Balita
2.3.1 Pengertian Balita
Balita adalah anak yang telah menginjak usia di atas satu tahun atau lebih popular
dengan pengertian usia anak di bawah lima tahun (Muaris.H, 2006).
Balita adalah istilah umum bagi anak usia 1-5. Saat usia balita, anak masih
tergantung penuh kepada orang tua untuk melakukan kegiatan penting, seperti
mandi, buang air dan makan. Perkembangan berbicara dan berjalan sudah
bertambah baik, namun kemampuan lain masih terbatas.
Masa balita merupakan periode penting dalam proses tumbuh kembang manusia.
Perkembangan dan pertumbuhan di masa itu menjadi penentu keberhasilan
pertumbuhan dan perkembangan anak di periode selanjutnya. Masa tumbuh
kembang di usia ini merupakan masa yang berlangsung cepat dan tidak akan
pernah terulang, karena itu sering disebut golden age atau masa keemasan.
2.3.2 Karakteristik Balita.
Menurut karakteristik, balita terbagi dalam dua kategori yaitu anak usia 1 – 3
tahun (batita) dan anak usia prasekolah (Muaris.H, 2006).
38
1. Karakteristik anak Batita
Anak usia 1-3 tahun merupakan konsumen pasif, artinya anak menerima makanan
dari apa yang disediakan ibunya. Laju pertumbuhan masa batita lebih besar dari
masa usia pra-sekolah sehingga diperlukan jumlah makanan yang relatif besar.
Namun perut yang masih lebih kecil menyebabkan jumlah makanan yang mampu
diterimanya dalam sekali makan lebih kecil dari anak yang usianya lebih besar.
2. Karakteristik Usia Pra-sekolah
Pada usia pra-sekolah anak menjadi konsumen aktif. Mereka sudah dapat memilih
makanan yang disukainya. Pada usia ini anak mulai bergaul dengan
lingkungannya atau bersekolah playgroup sehingga anak mengalami beberapa
perubahan dalam perilaku. Pada masa ini anak akan mencapai fase gemar
memprotes sehingga mereka akan mengatakan “tidak” terhadap setiap ajakan.
Karakteristik anak pra-sekolah ini mencakup perkembangan fisik dan kemampuan
motorik serta emosional anak. Perkembangan fisik yaitu hasil tumbuh kembang
fisik adalah bertumbuh besarnya ukuran-ukuran antropometrik dan gejala/tanda
lain pada rambut, gigi-geligi, otot, serta jaringan lemak, darah, dan lainnya.
Sedangkan kemampuan motorik dan emosional anak mencakup sikap anak dalam
lingkungan, gerakan anggota badan, menggunakan bahasa tanpa memahami
makna kata serta kemampuan intelektual anak seperti menyebutkan nama atau
bercerita lainnya.
2.3.3 Kebutuhan Dasar Tumbuh Kembang
Kebutuhan dasar dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu :
39
a. Asuh ( Kebutuhan Fisik – Biomedis)
Kebutuhan asuh meliputi sebagai berikut :
1. Nutrisi yang adekuat dan seimbang
2. Perawatan kesehatan dasar
Untuk mencapai kesehatan dasar yang optimal, perlu beberapa upaya misalnya
pencegahan penyakit menular, imunisasi, kontrol ke Puskesmas atau Posyandu
secara berkala, perawatan bila sakit.
3. Pakaian
4. Perumahan
5. Higiene diri dan lingkungan
6. Kesegaran jasmani
b. Asih (Kebutuhan Emosi dan Kasih Sayang)
Kebutuhan asih meliputi :
1. Kasih sayang orang tua
2. Rasa aman
3. Harga diri
4. Dukungan/dorongan
5. Mandiri
6. Rasa memiliki
c. Asah (Kebutuhan Stimulasi)
Stimulasi adalah adanya perangsangan dari dunia luar berupa latihan atau
bermain. Asah merupakan kebutuhan untuk perkembangan mental psikososial
anak yang dapat dilakukan dengan pendidikan dan pelatihan (Nursalam, 2013)