Post on 07-Feb-2021
10
BAB II
PEMBAHASAN
Bab ini terdiri dari 3 (tiga) bagian yaitu kerangka teori yang terdiri dari
teori penegakan hukum, perizinan dalam hal ini IMB dan Satpol PP. Kemudian
hasil peneltian yang meliputi Gambaran Umum Satpol PP Kota Salatiga dan
Tugas Pokok Fungsinya, Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Kota Salatiga dan
Fakta Data Pelanggaran Ketentuan Zonasi tersebut. Selanjutnya merupakan
pembahasan yaitu Penegakan Hukum oleh Satpol PP Kota Salatiga dan Hambatan
yang ditemui dalam Penegakan Hukum.
Berdasarkan penjabaran diatas maka masing-masing bagiannya dijelaskan
sebagai berikut :
A. KERANGKA TEORI
a. Teori Penegakan Hukum
1. Pengertian
Secara konseptual maka inti dan arti penegakan hukum terletak pada kegiatan
menyerasikan hubungan nilai-nilai yang terjabarkan didalam kaedah-kaedah yang
mantap dan mengenjawantahkan dan sikap tindak sebagai rangkaian penjabaran
nilai tahap akhir untuk menciptakan memelihara dan mempertahankan kedamaian
pergaulan hidup.1
1 Soerjono Soekanto, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, Raja
Grafindo Persada, Jakarta, Cet. 13 Rajawali Press 2014, h 1.
11
Kaidah-kaidah tersebut kemudian menjadi pedoman atau patokan atau sikap
tindak yang dianggap pantas atau seharusnya. Perilaku atau sikap tindak bertujuan
untuk menciptakan, memelihara dan mempertahankan kedamaian. Demikian
konkretisasi dari pada penegak hukum secara konsepsional.2 Penegakan hukum
sebagai suatu proses pada hakikatnya merupakan penerapan diskresi yang
menyangkut membuat keputusan yang tidak secara ketat diatur oleh kaidah
hukum, akan tetapi mempunyai unsur penilaian pribadi.3
Atas dasar tersebut dapatlah dikatakan bahwa gangguan terhadap penegakan
hukum mungkin terjadi, apabila ada ketidakserasian antara nilai kaidah dan pola
perilaku. Gangguan tersebut terjadi apabila terjadi ketidak serasian antara nilai-
nilai yang berpasangan, yang menjelma didalam kaidah-kadiah yang bersimpang
siur dan pola perilaku tidak terarah yang mengganggu kedamaian pergaulan
hidup.4
Menurut Soerjono Soekanto, penegakan hukum adalah kegiatan
menyerasikan hubungan nilai-nilai yang terjabarkan didalam kaidah-
kaidah/pandangan nilai yang mantap dan mengejewantah dan sikap tindak sebagai
rangkaian penjabaran nilai tahap akhir untuk menciptakan, memelihara dan
mempertahankan kedamaian pergaulan hidup. Penegakan hukum secara konkret
adalah berlakunya hukum positif dalam praktik sebagaimana seharusnya patut
dipatuhi. Oleh karena itu, memberikan keadilan dalam suatu perkara berarti
memutuskan hukum in concreto mempertahankan dan menjamin di taatinya
2 Loc Cit h. 2
3 Ibid.
4Ibid h. 7
12
hukum materiil dengan menggunakan cara prosedural yang ditetapkan oleh
hukum formal.5
Penegakan hukum adalah penegakan ide- ide serta konsep- konsep yang
notabene adalah abstrak. Abstrak dalam hal ini adalah ide tentang keadilan,
kepastian hukum dan kemanfaatan sosial. Untuk mewujudkan penegakan hukum,
terdapat jawatan hukum atau kantor hukum seperti Pengadilan, Kejaksaan,
Kepolisian, Pemasyarakatan dan juga Badan Peraturan Perundang- undangan.
Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa pengakan hukum bukanlah semata-mata
berarti pelaksanaan undang-undang, walaupun di dalam kenyataan di Indonesia
kecenderungannya adalah demikian.6
Berdasarkan penjelasan tersebut dapatlah ditarik suatu kesimpulan bahwa
penegakan hukum merupakan suatu usaha untuk mewujudkan ide-ide keadilan,
kepastian hukum dan kemanfaatan sosial, menjadi kenyataan. Penegakan hukum
merupakan usaha untuk mewujudkan ide-ide dan konsep-konsep hukum yang
diharapakan rakyat menjadi kenyataan.
2. Faktor –faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum
Adapun masalah dari penegakan hukum adalah terletak faktor-faktor yang
mempengaruhinya. Faktor-faktor tersebut mempunyai arti yang netral, sehingga
dampak positif atau negatifnya terletak pada isi faktor-faktor tersebut.
5 Dellyana,Shant.1988,Konsep Penegakan Hukum. Yogyakarta: Liberty h. 32.
6 Soerjono Soekanto, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, Ibid h. 7.
13
Faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut: 7
1. Faktor Hukumnya sendiri, yang ddalam penelitian ini hanya
dibatasi pada peraturan perundang-undangan saja.
2. Faktor penegak hukum, yakni pihak-pihak yang membentuk
maupun menerapkan hukum
3. Faktor sarana atau fasilitas huku, yakni pihak-pihak yang
mendukung penegakan hukum.
4. Faktor masyakarat, yakni lingkungan dimana hukum tersebut
berlaku atau diterapkan.
5. Faktor kebudayaan yakni sebagi hasil karya, cipta dan rasa yang
didasarkan pada karsa manusia di dalam pergaulan hidup.8
Kelima faktor tersebut saling berkaitan dengan eratnya, oleh karena
merupakan esensi dari penegakan hukum juga merupakan tolok ukur daripada
efektivitas penegakan hukum.9
Adapun ke 5 (lima) faktor tersebut dijelaskan masing-masing sebagai
berikut :
1. Faktor Hukum (perundang-undangan)
Yang dalam penelitian ini diartikan dalam arti material adalah
peraturan tertulis yang berlaku umum dan dibuat oleh penguasa pusat
maupun daerah yang sah.10
7 Soerjono Soekanto, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, Loc Cit h.
8. 8 Ibid.
9 Ibid h. 9.
14
Undang-undang dalam arti material mencakup :
1. Peraturan pusat yang berlaku untuk semua warga negara
atau semua golongan tertentu saja maupun berlaku umum
disebagian wilayah negara;
2. Peraturan setempat yang hanya berlaku untuk umum di
suatu tempat atau daerah tertentu saja.11
Mengenai berlakunya undang-undang, terdapat beberapa asas yang
tujuannya agar undang-undang tersebut berdampak positif.12
Asas tersebut antara lain :
1) Undang-undang tidak berlaku surut. Artinya undnag-undang
hanya boleh diterapkan terhadap peristiwa yang tersebut di
dalam undang-undang serta terjadi setelah undang-undang
dinyatakan berlaku.
2) Undang-undang di buat oleh Penguasa yang tinggi dan
mempunyai kedudukan yang lebih tinggi pula.
3) Undang-undang yang bersfat khusus menyampingkan undang-
undang yang bersifat umum apabila pembuatnya sama.13
4) Undang-undang yang berlaku belakangan, membatalkan undang-
undang yang berlaku terdahulu.14
5) Undang-undang tidak dapat diganggu gugat
10
Soerjono Soekanto, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, Loc Cit h.
11. 11
Ibid. 12
Ibid. 13
Asas Lex Specialis derogat legi generalis 14
Asas Lex Priori derogat legi posteori
15
6) Undang-undang merupakan sarana untuk mencapai kesejahteraan
spiritual dan materiel bagi masyarakat maupun pribadi melalui
pelestarian maupun pembaharuan (inovasi).15
Suatu masalah lain yang dijumpai didalam undang-undang
adalah adanya pelbagai undang-undang yang belum mempunyai
peraturan pelaksanaan padahal didalam undang-undang tersebut
diperintahkan demikian.16
Tidak adanya peraturan pelaksnaan akan
mengganggu keserasian antara ketertiban dengan kententraman.17
Persoalan lain yang mungkin timbul di dalam undang-undang
adalah ketidakjelasan didalam kata-kata yang dipergunakan
didalam perumusan pasal-pasal.18
Kemungkinan hal itu disebabkan
karena penggunaan kata-kata yang artinya dapat ditafsirkan secara
luas sekali atau karena terjemahan bahasa asing yang kurang
tepat.19
Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa
gangguan/hambatan terhadap penegakan hukum yang berasal dari
undang-undang disebakan karena:
1) Tidak diikutinya asas-asas berlakunya undang-
undang,
15
Soerjono Soekanto, Loc Cit h. 13. 16
Ibid h.14. 17
Ibid h. 16. 18
Ibid. 19
Ibid h.17.
16
2) Belum adanya peraturan pelaksanaan yang sangat
dibutuhkan untuk menetapkan undang-undang
3) Ketidakjelasan arti kata-kata didalam undang-undang
yang mengakibatkan kesimpangsiuran didalam
penafsiran serta penerapannya.20
2. Faktor Penegak Hukum
Secara sosiologis maka setiap penegak hukum tersebut mempunyai
kedudukan (status) dan peranan (role).21
Kedudukan (sosial)
merupakan posisi tertentu didalam struktur kemasyarakatan yang
mungkin tinggi sedang atau rendah. Kedudukan tersebut sebenarnya
merupakan sebuah wadah yang isinya adalah hak dan kewajiban
tertentu.22
Suatu peranan dapat dijabarkan kedalam unsur-unsur sebagai
berikut:
1) Peranan yang ideal (ideal role)
2) Peranan yang seharusnya (expected role)
3) Peranan yang dianggap oleh diri sendiri (perceived role)
4) Peranan yang sebenarnya dilakukan (actual role).23
Seorang penegak hukum sebagimana halnya dengan warga
masyarakat lainnya mempunyai kedudukan dan peranan sekaligus.
Dengan demiikian tidaklah mustahil bahwa antara pelbagai kedudukan
20
Ibid h.18 21
Ibid h. 19. 22
Suatu hak sebenarnya merupakan wewenang untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu
sedangkan kewajiban adalah beban atau tugas. 23
Ibid h. 20
17
dan peranan timbul konflik (status conflict dan conflict of roles).24
Kalau didalam kenyataannya terjadi suatu kesenjangan antara peran
yang seharusnya dengan peranan yang sebenanya dilakukan atau
peranan aktual maka akan terjadi suatu kesenjangan peranan.25
Pembahasan mengenai penegak hukum sebenarnya lebih banyak
tertuju pada diskresi.26
Penegak hukum merupakan golongan panutan dalam masyarakat
yang hendaknya mempunyai kemampuan-kemampuan tertentu, sesuai
dengan aspirasi masyarakat. Oleh karena itu golongan panutan ini
harus dapat memilih waktu dan lingkungan yang tepat didalam
memperkenalkan norma-norma atau kaidah-kaidah hukum yang baru,
serta memberikan keteladanan yang baik.27
Hambatan yang dijumpai
pada penerapan peranan yang seharusnya dari golongan panutan atau
penegak hukum ini berasal dari diri sendir atau lingkungan.28
3. Faktor Sarana atau Fasilitas
Tanpa adanya sarana atau fasilitas tertentu maka tidak mungkin
penegakan hukumn akan berlangsung dengan lancar. Sarana atau
fasilitas tersebut anatara lain mencakup tenaga manusia yang
berpendidikan dan terampil. Organisasi yang baik, peralatan yang
memadai, keuangan yang cukup dan seterusnya.29
24
Ibid h 21 25
Ibid 26
Ibid 27
Ibid h.34. 28
Ibid. 29
Ibid h 37
18
Kepastian dan kecepatan penanganan perkara senantiasa
tergantung pada masukan sumber daya yang diberikan di dalam
program-program pencegahan dan pemberantasan kejahatan seiting
dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi.
Dengan demikian sarana-fasilitas mempunyai peranan yang sangat
penting di dalam penegakan hukum. Tanpa adanya sarana atau fasilitas
tersebut tidak mungkin penegak hukum menyerasikan peranan yang
seharusnya dengan peranan yang aktual.30
4. Faktor Masyarakat
Penegakan hukum berasal dari masyarakat dan bertujuan untuk
mencapai kedamaian masyarakat.31
Oleh karena itu dari sudut pandang
tertentu masyarakat dapat mempengaruhi penegakan hukum. Dari sudt
sistem sosial dan budaya, Indonesia merupakan suatu masyarakat
majemuk (plural society) terdapat banyak golongan etnik dan
kebudayaan-kebudayaan khusus.32
Masyarakat dapat mempengaruhi penegakan hukum. Penegakan
hukum bukanlah merupakan suatu kegiatan yang berdiri sendiri
melainkan mempunyai hubungan timbal balik yang erat dengan
masyarakat. Untuk mencapai kedamaian harus ada kepatuhan dari
masyarakat dan kepatuhan tersebut ditentukan oleh kesadaran hukum.
Kesadaran hukum merupakan nilai-nilai yang terdapat didalam diri
manusia tentang hukum yang ada atau tentang hukum yang diharapkan
30
Ibid h. 44 31
Ibid h. 45 32
Ibid h.50
19
akan ada. Dalam melaksanakan penegakan hukum selain faktor
kesadaran hukum masyarakat perlu memperhatikan nilai-nilai budaya
masyarakat setempat.
Satjipto Rahardjo memberikan ulasan “........ apa yang dilakukan
oleh seseorang merupakan reaksi terhadap perbuatan yang dilakukan
oleh orang lain”33
hal ini berkaitan dengan penegak hukum melakukan
peranan aktual yang tidak dikehendaki oleh masyarakat misalnya
penerapan kekerasan. Akan tetapi perlu diteliti apakah kekerasan
tersebut memang berasal dari penegak hukum itu sendiri atau suatu
akibat dari lingkungan.
Penerapan kekerasan harus dapat dicegah karena dapat
memberikan gambaran yang keliru mengai hukum yang identik dengan
penegak hukum. Disinilah letak maslah faktor masyarakat didalam
kaitannya dengan penegakan hukum. Anggapan masyarakat bahwa
hukum identik dengan penagak hukum (atau sebaliknya)
mengakibatkan harapan-harapan yang tertuju pada peran aktual
penegak hukum menjadi terlampau banyak.34
5. Faktor Kebudayaan
Faktor kebudayaan sebenarnya satu dengan masyarakat
tetapi dalam pembahasan diketengahkan masalah sistem nilai-nilai
33
Ibid h .53. 34
Ibid h .54.
20
yang menjadi inti dari kebudayaan spiritual atau non materiel.35
Kebudayaan (sistem) hukum pada dasarnya mencakup nilai-nilai
yang mendasari hukum yang berlaku, nilai-nilai yang merupakan
konsepsi-konsepsi abstrak mengenai apa yang seharusnya dianggap
baik(sehingga dianuti) dan apa yang dianggap buruk (sehingga
dihindari). Nilai-nilai tersebut merupakan pasangan nilai yang
mencerminkan dua keadaan ekstrim yang harus diserasikan.36
Pasangan nilai yang berperan dalam hukum adalah sebagi
berikut: nilai ketertiban dan nilai ketentraman. Nilai jasmaniah
(kebendaan) dan nilai rohaniah (nilai keakhlakan) dan nilai
kelanggengan dan nilai kebaruan.37
Secara psikologis keadaan tentram ada bila seorang tidak
merasa khawatir, tidak merasa diancam dari luar dan tidak terjadi
konflik batiniah.38
Pasangan nilai-nilai tersebut yaitu ketertiban dan
ketentraman sebenarnya sejajar dengan nilai kepentingan umum
dan kepentingan pribadi. Pasangan nilai ketertiban dan ketentrman
merupakan pasangan nilai yang bersifat universal mungkin
keserasiannya berbeda menurut keadaan kebudayaan dimana
masing-masing nilai diterapkan.39
Pasangan nilai kebendaan dan
nilai keahklakan juga merupakan nilai yang bersifat universal.
Akan tetapi dalam kenyataan pada masing-masing masyarakat
timbul perbedaan karena perlbagai pengaruh. Selanjutnya pasangan
35
Ibid h .59. 36
Ibid h.60 37
Ibid. 38
Ibid h.61 39
Ibid h 62.
21
nilai konservatisme dan nilai inovatisme yang senantiasa berperan
dalam perkembangan hukum, oleh karena itu di satu pihak ada
yang menyatakan bahwa hukum hanya mengikuti perubahan yang
terjadi dan bertujuan mempertahankan statusquo. Di lain pihak ada
anggapan yang kuat bahwa hukum juga berfungsi sebagai sarana
mengadakan perubahan dan menciptakan hal-hal baru. 40
b. Perizinan
1. Pengertian
Perizinan merupakan instrumen kebijakan pemerintah untuk melakukan
pengendalian atas eksternalisasi negatif yang mungkin ditimbulkan oleh aktifitas
sosial maupun ekonomi. Izin merupakan keputusan administratif yang berisi
pengaturan mengenai kegiatan yang dapat atau tidak dapat dilakukan oleh
masyarakat. Izin juga merupakan instrumen untuk perlindungan hukum atas
kepemilikan atau penyelenggaraan kegiatan. Sebagai instrumen pengendalian,
perizinan memerlukan rasionalitas yang jelas dan tertuang dalam bentuk
kebijakan pemerintah sebagai bahan acuan.41
Rumusan pengertian izin Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
di rumuskan sebagai berikut:42
Izin, pernyataan mengabulkan (tiada melarang dan
sebagainya); persetujuan membolehkan: terbit izin dari pemerintah yang
diperlukan untuk menerbitkan surat kabar atau terbitan lainnya: menizinkan
40
Ibid h 66-67. 41
Adrian Sutedi, Hukum Perizinan Dalam Sektor Pelayanan Publik, Sinar Grafika
Jakarta 2009, h. 89 42
Anton M. Moeleiono, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, Balai Pustaka Jakarta, 1990, h. 341.
22
memberi izin; mengabulkan;tidak melarang;perizinan hal pemberian izin keizinan
kerelaan;izin;seizin dengan izin;atas izin.
N.M Spelt dan J. B. J. M ten Berge merumuskan pengertian izin dalam
arti luas adalah suatu persetujuan dari penguasa berdasarkan Undang-undang atau
Peraturan pemerintah untuk dalam keadaan tertentu menyimpang dari ketentuan
larangan perundangan. Dalam bentuk tertentu diberi perkenan untuk melakukan
sesuatu yang mestinya dilarang.43
Dengan mengikat tindakan-tindakan pada suatu sistem perizinan, pembuat
undang-undang dapat mengejar berbagai tujuan dari izin, yaitu sebagi berikut.
1. Keinginan mengarahkan/mengendalikan aktivitas-aktivitas
tertentu, misalnya izin mendirikan bangunan, izin HO dan lain-
lain,
2. Mencegah bahaya bagi lingkungan, misalnya izin-izin
lingkungan,
3. Keinginan melindungi obyek-obyek tertentu, misalnya izin
membongkar pada monumen-monumen,
4. Hendak membagi benda-benda yang sedikit, misalnya izin
penghuni di daerah padat penduduk,
5. Pengarahan dengan menyeleksi orang-orang dan aktivitas-
aktivitas.44
Izin digunakan pemerintah sebagai instrumen untuk mengendalikan atau
mengatur perilaku masyarakat agar melakukan atau tidak melakukan suatu
43
N. M Spelt dan J.B.J.M ten Berge “ Pengantar Hukum Perizinan” Yuridika Surabaya
1993, h. 2. 44
Op Cit, Spelt N.M dan ten Berge J.B.J.M, h, 4 -5
23
perbuatan tertentu, utamanya untuk membatasi gerak-gerik masyarakat. Jadi izin
digunakan oleh penguasa sebagai instrumen untuk mempengaruhi (hubungan
dengan) para warga agar mau mengikuti cara yang dianjurkan guna mencapai
tujuan konkrit.45
2. Izin Mendirikan Bangunan (IMB)
IMB diatur dalam Undang-Undang No 28 Tahun 2002 tentang Bangunan
Gedung, dimana dalam Undang-undang tersebut menyatakan bahwa untuk
mendirikan bangunan gedung di Indonesia diwajibkan untuk memiliki Izin
Mendirikan bangunan. Selain dalam Undang-Undang No 28 Tahun 2002, IMB
juga diatur dalam Undang-Undang No 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
dan PP No 36 Tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang No 28
Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung.
Dalam Peraturan Daerah Kota Salatiga No 7 Tahun 2013 tentang
Penyelenggaran Gedung. Menurut Pasal 14 ayat (1) “setiap orang atau yang
mendirikan atau mengubah merobohkan banguanan gedung dan atau prasarana
bangunan gedung wajib mendapatkan IMB.” Yang berarti semua aktivitas
kegiatan baik itu pembanguan (membangun) meroboh atau sudah ada atau yang
akan ada harus memiliki izin terlebih dahulu. Kemudian pada ayat (2) Pasal 12
tersebut disebutkan bahwa IMB tersebut di keluarkan oleh Walikota atau pejabat
lain yang berwenang dan di tunjuk, melengkapi persyaratan, dokumen
administrasi dan rencana teknis perizinan yang di pandu oleh pelayanan terpadu
satu pintu di DPMPTSP Kota Salatiga.
45
ibid
24
Selain itu pengertian IMB juga disebutkan dalam Peraturan Daerah No 2
Tahun 2014 tentang Perubahan atas Peraturan Daerah Kota Salatiga No 14 Tahun
2011 Tentang Retribusi Perizinan Tertentu. IMB adalah pemberian Izin untuk
membangun baru rehabilitasi/renovasi dan/atau memugar dalam rangka
melestarikan bangunan sesuai dengan ersyaratan administrasi dan persyaratan
teknis yang berlaku.
Bangunan gedung adalah wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi yang
menyatu dengan tempat kedudukannya sebagian atau seluruhnya berada di atas
dan/atau didalam tanah dan/atau air yang berfungsi sebagai tempat manusia
melakukan kegiatannya baik untuk hunian atau tempat tinggal, kegiatan
keagamaan, kegiatan usaha, kegiatan sosial, budaya maupun kegiatan khusus.
Sedangkan bangunan bukan gedung adalah perwujudan fisik hasil pekerjaan
konstruksi yang sebagian atau seluruhnya berada diatas dan/atau didalam tanah
dan/atau air yang tidak digunaan untuk tempat hunian atau tempat tinggal.
Adapun manfaat dari sebuah bangunan yang telah ber-IMB adalah :
1. Mendapatkan kepastian dan perlindungan hukum pada
bangunan dan tidak menggangu kepentingan orang lain.
2. Meningkatkan nilai jual
3. Dapat dijadikan sebagai jaminan atau agunan
4. Syarat transakasi jual beli
5. Jaminan kredit bank
6. Peningkatan status tanah
7. Informasi peruntukan dan rencana jalan.
25
c. Satpol PP
Satpol PP adalah perangkat pemerintah daerah dalam memelihara
ketentraman dan ketertiban umum serta menegakan peraturan daerah. organisasi
dan tata kerja Satpol PP ditetapkan dengan peraturan daerah. Dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 6 Tahun 2010 tentang Satuan Polisi Pamong Praja disebutkan
bahwa Satpol PP adalah aparat pemerintah daerah dalam penegakan Perda dan
penyelenggaraan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat.46
Yang dimaksud
dengan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat adalah suatu keadaan
dinamis yang memungkinkan Pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakt dapat
melakukan kegiatannya dengan tenteram, tertib dan teratur.47
Susunan Organisasi Satpol PP dapat dibentuk di tingkat provinsi,
Kabupaten/kota dan kecamatan. Tugas Satpol PP diatur dalam Pasal 255 ayat (1)
dan ayat (2) Undang-Undang No 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
sebagai berikut:
1) Satuan polisi pamong praja dibentuk untuk menegakan Perda dan
Perkada menyelenggarakan ketenteraman serta menyelenggarakan
perlindungan masyarakat.;
2) Satuan polisi pamong praja mempunyai kewenangan :
a. Melakukan tindakan penertiban non yustitia terhadap warga
masyarakat, aparatur, atau badan hukum yang melakukan
pelanggaran atas perda dan atau Perkada menindang warga
46
Lihat Bab I Ketnetuan Umum Pasal 1 angka8 47
l Lihat Bab I Ketnetuan Umum Pasal 1 angka10
26
masayarakat, aparatur, atau badan hukum yang mengganggu
ketertiban umum dan ketentraman masyarakat.
b. melakukan tindakan penyelidikan terhadap masyarakat,
aparatur, atau badan hukum yang diduga melakukan
pelanggaran atas perda dan atau perkada;
c. melakukan tindakan administratif terhadap masyarakat,
aparatur atau bdan hukum yang melakukan poelanggaran
atas perda dan atau perkada.
d. menindak warga masyarakat, badan hukum yang
mengganggu ketertiban umum dan ketentraman masyarakat.
Selain penjabaran diatas Pasal 6 Peraturan Pemerintah No 6 Tahun 2010
juga menjelaskan wewenang Satpol PP yaitu untuk :
1) melakukan tindakan penertiban nonyustisial48 terhadap
warga masyarakat, aparatur atau badan hukum yang
melakukan pelanggaran atas Perda dan/atau peraturan kepala
daerah;
2) menindak49 warga masyarakat, aparatur ata badan hukum
yang mengganggu ketertiban umum danketentraman
masyarakat.
48
Nonyustisial maksudnya tindakan yang dilakukan oleh Satpol PP tidak sampai pada
proses peradilan. 49
Menindak maksudnya melakukan tindakan hukum terhadap pelanggaran Perda untuk
diproses melalui peradilan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
27
3) Melakukan penyelidikan50 terhadap apartur atau badan
hukum yang diduga melakukan pelanggaran Perda atau
Peraturan kepala daerah.
4) Melakukan tindakan administrasi51 terhadap aparatur atau
badan hukum yang diduga melakukan pelanggaran Perda
atau Peraturan Kepala Daerah.
Satpol PP wajib :
1) Menjunjung tinggi norma hukum, norma agama, hak asasi
manusia dan norma sosial lainnya yang hidup dan
berkembang di masyarakat.
2) Menaati disiplin pegawai negeri sipil dan kode etik Satpol
PP
3) Membantu menyelesaikan perselisihan warga masyarakat
yang dapat mengganggu ketertiban umum dan ketentraman
masyarakat
4) Melaporkan kepada Kepolisian Republik Indonesia atas
ditemukannya atau patut diduga adanya tindakan pidana
yaitu tindak pidana diluar yang diatur dalam Perda
50
Tindakan penyelidikan adalah tindakan Satpol PP yang tidak menggunakan upaya
paksa dalam mencari data dan informasi tentang adanya dugaan pelanggaran Perda atau Peraturan
Kepala daerah antara lain mencatat, mendokumentasikan atau merekam kejadian/tindakan serta
meminta keterangan. 51
Tindakan administrasi maksudnya tindakan berupa pemberian surat pemberitahuan,
surat teguran/surat peringatan terhadap pelanggaran Perdadan peraturan kepala daerah.
28
5) Menyerahkan kepada Pegawai Negeri Sipil daerah atas
ditemukannya atau patut diduga adanya pelanggaran
terhadap perda atau peraturan kepala daerah.
Satpol PP dapat ditetapkan menjadi penyidik pegawai negeri sipil. Satpol
PP yang ditetapkan sebagai penyidik pegawai negeri sipil dapat langsung
mengadakan penyidikan terhadap pelanggaran Peraturan daerah dan atau
peraturan kepala daerah yang dilakukan oleh warga masyarakat, aparatur atau
badan hukum.52
Adapun pengertian peraturan daerah kabupaten/kota disebutkan dalam
Pasal 1 angka 8 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang–undangan sebagai berikut:
“Peraturan Daerah Kabupaten/Kota adalah Peraturan
Perundang-undangan yang dibentuk oleh Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah Kabupaten/Kota dengan persetujuan bersama
Bupati/Walikota.”
Untuk menyelenggarakan Otonomi Daerah dan Tugas Pembantuan,
Daerah membentuk Peraturan daerah. Peraturan daerah sebagaimana dimaksud
memuat materi muatan:
a. penyelenggaraan Otonomi Daerah dan Tugas Pembantuan; dan
b. penjabaran lebih lanjut ketentuan peraturan perundang-
undangan yang lebih tinggi.
52
Marbun, S.F. Hukum Administrasi Negara, FH UII Press, Yogyakarta, 2012 , h. 148
29
Selain materi muatan tersebut Peraturan daerah dapat memuat materi
muatan lokal sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.53
Peraturan
daerah merupakan pelaksanaan otonomi daerah dan tugas pembantuan, secara
materiil tidak boleh bertentangan dengan aturan yang lebih tinggi sebaliknya
peraturan daerah harus bermateri muatan berupa penjabaran dari norma yang lebih
tinggi. Oleh karena itu peraturan daerah materi muatannya adalah:
1) Kewenangan yang diperoleh dalam bidang otonomi yang
berisikan kewenangan yang bersifat lintas kabupaten/kota,
kewenangan di bidang pemerintahan tertentu dan
kewenangan yang tidak atau belum dapat dilaksanakan oleh
kabupaten/kota;
2) Berdasarkan penjabaran lebih kanjut dari peraturan
perundang-undangan di atasnya, termasuk tugas
pembantuan;
3) Untuk menampung dan mengekspresikan kondisi khusus
daerah.54
B. HASIL PENELITIAN
Sebagaimana telah dijabarkan diatas hasil penelitian terdiri dari : Gambaran
Umum satpol PP Kota Salatiga, Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Kota Salatiga
53
Pasal 236 ayat 1, 2 dan 3 Undang-undang No 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah. 54
B Hestu Cipto Handoyo, Prinsip-prinsip Legal Drafting dan Desain Naskah Akademis,
Universitas Atmajaya, Yogyakarta, 2012, h.126.
30
dan Fakta Data Pelanggaran IMB, yang masing-masing dijelaskan sebagai
berikut:
a. Gambaran Umum Satpol PP Kota Salatiga
Satpol PP Kota Salatiga beralamat di Jl. Sukowati No. 51
Kota Salatiga.
Satpol PP sebagai penegak peraturan yang ada di Kota
salatiga, baik itu peraturan daerah atau peraturan walikota yang
menjadi produk hukum yang harus di taati yang harus di
laksanakan oleh semua pihak baik pemerintah, masyarakat dan
swasta.
a. Kedudukan : Satpol PP di pimpin oleh seorang kepala dan
berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada
walikota melalui sekretaris daerah.55
b. Tugas : satpol PP mempunyai tugas memelihara dan
menyelenggarakan ketentraman dan ketertiban umum,
menegakan peraturan daerah dan peraturan walikota. 56
c. Fungsi :
1. Penyusunan program dan pelaksanaan
ketentraman dan ketertiban umum, penegakan
peraturan daerah dan peraturan walikota;
55
Pasal 2 Peraturan Daerah Kota Salatiga No 30 Tahun 2016 tentang Struktur, Organisasi
dan Tata Kerja Satpol PP Kota Salatiga 56
Lihat Pasal 3
31
2. Pelaksanaan kebijakan pemeliharaan dan
penyelenggaraan ketentraman dan ketertiban
umum di daerah;
3. Pelaksanaan kebijakan penegakan daerah dan
peraturan walikota;
4. Pelaksanaan koordinasi pemeliharaan dan
penyelenggraan ketentraman dan keteriban umum
seperti penegakan peraturan daerah, peraturan
walikota dengan aparat kepolisian negara,
penyidik pegawai negeri sipil (PPMS) dan atau
aparatur lainnya;
5. Pengawasan terhadap masyarakt agar mematuhi
dan mentaati peraturan daerah dan peraturan
walikota.57
Susunan organisasi kantor Satpol PP terdiri dari :
1. Kepala
2. Sub Bagian Tata usaha
3. Sesksi Bina Ketertiban dan Ketentraman
4. Seksi Penegakan Peraturan Daerah
5. Seksi Pengamanan.58
Uraian tugas :
57
Lihat Pasal 4 58
Lihat Pasal 9 ayat (i)
32
1. Kepala memimpin pelaksanaan tugas dan fungsi
mengkoordinasikan seluruh kegiatan sub bagian,
seksi-seksi dan operasional kantor Satpol PP serta
pengamanan aparatur pemerintah kota dan tempat-
tempat penting.59
2. Sub Bagian Tata Usaha bertugas melaksanakan
urusan administrasi umum, administrasi keuangan,
menyelenggarakan ketatausahaan dan administrasi
kepegawaian, pelengkapan kerumah tanggan,
penyusunan program dan pelaporan.60
3. Seksi Bina Ketertiban dan Ketentraman bertugas
sebagai menyosialisasikan peraturan daerah dan
peraturan walikota dan mengadakan penyuluhan
dan monitoring pengekan peraturan daerah dan
peraturan walikota.61
4. Seksi Penegakan Peraturan Daerah bertugas
menyusun program pedoman atau petunjuk
tekhnis penegakan peraturan daerah dan peraturan
walikota, menyelesaikan pengaduan masyarakat,
melaksanakan kerja sama atau koordinasi dengan
aparatur ketertiban dan dinas atau/ instansi terkait
59
Lihat Pasal 11 ayat (1) dan (2) 60
Lihat Pasal 12 ayat (1) 61
Lihat Pasal 13
33
dan dalam melakukan pelaksanaan upaya dengana
arif dan bijaksana.62
5. Seksi Pengamanan bertugas menyelenggarakan
penjagaan pengawalan, patroli, pengamanan dan
pengendalian olerasional rumah dinas, kegiatan
kedinasan dan tempat umum serta lingkungan
kantor milik daerah.63
b. Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Kota Salatiga
Peraturan daerah merupakan bagian yang tak terpisahkan dari
kesatuan sistem peraturan perundang-undangan nasional. Pembuatan
peraturan perundang-undangan tingkat daerah bukan sekedar melihat batas
kompetensi formal atau kepentingan daerah yang bersangkutan tetapi
harus dilihat pula kemungkinan dampaknya terhadap daerah lain atau
kepentingan nasional secara keseluruhan.64
Dalam rangka penetapan pedoman untuk arah pembangunan di
Kota Salatiga dengan memanfaatkan ruang wilayah secara berdaya guna,
berhasil guna, serasi, selaras, seimbang dan berkelanjutan dalam rangka
meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan pertahanan kemanan perlu
disusun Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Salatiga.65
62
Lihat Pasal 14 63
Lihat Pasal 15 64
Ibid, h. 151. 65
Konsideran Sebelum menjelaskan lebih lanjut ketentuan zonasi Kota Salatiga perlu di
ketahui bahwa peraturan zonasi diatur dalam Peraturan Daerah Kota Salatiga No 4 Tahun 2011
tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Salatiga Tahun 2010-2030.
34
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Salatiga merupakan penjabaran
lebih lanjut dari ketentuan Pasal 26 ayat (7) Undang-Undang No 26 Tahun
2007 tentang Penataan Ruang dan Peraturan Pemerintah No 26 Tahun
2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional mengamanatakan
bahwa dalam penataan ruang perlu diperhatikan tiga tahapan yaitu
perencanaan ruang, pemanfaatan ruang dan pengendalian runag.
Peraturan Daerah Kota Salatiga No 4 Tahun 2011 tentang Rencana
Tata Ruang Wilayah Kota Salatiga Tahun 2010-2030 yang memuat
rencana tata ruang wilayah Kota Salatiga, dari berbagai ketentuan yang
diatur penulis hanya akan menjabarkan sesuai dengan penelitian yaitu
tentang ketentuan zonasi sehingga berhubungan dengan data pelanggaran
pada penjelasan bagian selanjutnya.
Ketentuan zonasi dimulai dari gambaran umum Kota Salatiga,
Batas-batas wilayah, runag lingkup dan tujuan pengaturan, yang masing-
masing dijabarkan sebagai berikut:
1) Gambaran umum Kota Salatiga
Kota Salatiga merupakan salah satu Kota yang
terletak di Provinsi Jawa Tengah secara geografis terletak
pada 007.17’ dan 007.17’.23 Lintang Selatan dan antara
110.27’.56,81” dan 110.32’.4.64”. bujur Timur dengan luas
wilayah daratan kurang lebih seluas 5.678 (lima ribu enam
ratus tujuh puluh delapan) hektar.66
66
Berdasarkan Pasal 6 Peraturan Daerah Kota Salatiga No 4 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Salatiga Tahun 2010-2030.
35
2) Batas Wilayah Kota Salatiga
Kota Salatiga terdiri dari 4 (empat) kecamatan dan 22
(dua puluh dua) kelurahan.
Adapun batas wilayah Kota Salatiga meliputi :
a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan
Pabelan dan Kecamatan Tuntang, Kabupaten
Semarang;
b. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan
Pabelan dan Kecamatan Tengaran, Kabupaten
Semarang;
c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan
Getasan dan Kecamatan Tengaran, Kabupaten
Semarang;
d. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan
Tuntang dan Kecamatan Getasan Kabupaten
Semarang.
3) Tujuan Penataan Ruang
Adapun tujuan penataan ruang Kota Salatiga adalah
mewujudkan Kota Salatiga sebagai pusat pendidikan dan
olahraga di kawasan Kendal –Ungaran – Semarang –
Salatiga - Purwodadi (Kedungsepur) yang berkelanjutan
36
didukung sektor perdagangan dan jasa yang berwawasan
lingkungan.67
4) Rencana Pola Ruang Wilayah
Rencana pola ruang wilayah kota terdiri atas :
a. Kawasan lindung
b. Kawasan budi daya. 68
Adapun fokus dalam penelitian ini adalah kawasan
perlindungan setempat yang merupakan bagian dari
kawasan lindung. Kawasan perlindungan setempat meliputi
kawasan sempadan sungai, kawasan sekitar mata air dan
kawasan sekitar embung atau waduk.69
Kawasan sempadan sungai adalah kawasan
sepanjang kiri/kanan sungai/sungai buatan/saluran yang
mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan
kelestarian fungsi sungai/sungai buatan/saluran.70
Yang
dimaksud dengan sempadan sungai adalah jalur hijau yang
terletak dibagian kiri dan kanan sungai yang memiliki
fungsi utama untuk melindungi sungai tersebut dari
67
Lihat Pasal 8 68
Lihat Pasal 36 (ayat) 1 69
Lihat Pasal 39 70
Lihat Penjelasan Pasal 39.
37
gangguan yang dapat merusak konsisi sungai dan
kelestariannya.71
Ketentuan umum kegiatan sempadan sungai
meliputi:
a. Diizinkan pemanfaatan ruang untuk ruang
terbuka hijau;
b. Memantau penutupan vegetasi clan kondisi
kawasan DAS;
c. Mengamankan kawasan sempadan sungai serta
penutupan vegetasi di sempadan sungai;
d. Menjaga kelestarian konservasi dan aktivitas
perambahan keanekaragaman vegetasi terutama
jenis unggulan lokal dan bernilai ekologi;
e. Menghalau gangguan terhadap populasi satwa
liar dan burung;
f. Memantau fluktuasi debit sungai maksimum.
Ketentuan umum sempadan dan intesitas bangunan
meliputi:
1. Sungai tidak bertanggul:
a. Sungai yang mempunyai kedalaman tidak lebih
dari 3 meter garus sempadan ditetapkan
71
Terdapat dalam deskripsi Tabel Ketentuan Umum Peraturan Zonasi.
38
sekurang-kurangnya 10 meter dihitung dari tepi
sungai pada waktu ditetapkan;
b. Sungai yang mempunyai kedalaman lebih dari 3
meter sampai 20 meter garis sempadan
ditetapkan sekurang-kurangnya 15 meter
dihitung dari tepi sungai pada waktu ditetapkan;
c. Sungai yang mempunyai kedalaman lebih dari
20 meter garis sempadan ditetapkan sekurang-
kurangnya 30 meter dihitung dari tepi sungai
pada waktu ditetapkan.
2. Sungai bertanggul : garis sempadan sungai ditetapkan
sekurang-kurangnya 3 meter disebelah luar sepnajang kaki
tanggul.72
5) Ketentuan Peraturan Zonasi
Ketentuan umum peraturan zonasi meliputi :
a) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan lindung
b) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan budi
daya.73
Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan lindung
meliputi :
72
Ibid. 73
Lihat Pasal 69 ayat (1)
39
a) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan yang memberi perlindungan kawasan
bawahannya;
b) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan perlindungan setempat;
c) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk RTH Kota;
d) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan cagar budaya;
e) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan rawan bencana alam;
f) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan lindung geologi;
g) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan lindung lainnya.
74
Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan budi daya
meliputi :
a) Peraturan zonasi untuk kawasan peruntukan perumahan;
b) Peraturan zonasi untuk kawasan peruntukan perdagangan dan jasa;
c) Peraturan zonasi untuk kawasan peruntukan perkantoran;
d) Peraturan zonasi untuk kawasan peruntukan industri;
e) Peraturan zonasi untuk kawasan peruntukan pariwisata;
f) Peraturan zonasi untuk kawasan peruntukan RTNH;
g) Peraturan zonasi untuk kawasan peruntukan evakuasi bencana;
h) Peraturan zonasi untuk kawasan peruntukan bagi kegiatan sektor informal;
i) Peraturan zonasi untuk kawasan peruntukan lainnya.
75
74
Lihat Pasal 69 ayat (2) 75
Lihat Pasal 69 ayat (3)
40
6) Ketentuan Perizinan
Ketentuan perizinan merupakan acuan bagi pejabat
yang berwenang dalam pemberian izin pemanfaatan ruang
berdasarkan rencana struktur dan pola ruang yang ditetapkan
dalam peraturan daerah.76
Izin pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud terdiri
atas :
a) Izin prinsip;
b) Izin lokasi/penetapan lokasi;
c) Izin penggunaan pemanfaatan tanah;
d) Izin mendirikan bangunan (IMB) dan
e) Izin lain berdasarkan peraturan perundang-
undangan.
Adapun yang berhubungan dengan penulisan ini
adalah IMB. IMB merupakan setiap aktivitas budidaya rinci
bersifat binaan (bangunan) kemudian perlu memperoleh IMB
jika akan dibangun dan dibongkar, perhatian utama diarahkan
pada kelayakan struktur bangunan melalui penelaahaan
Rancangan Rekayasa Bangunan; Rencana Tapak di Tiap
Blok Peruntukan (terutama bangunan berskala besar,
megastruktur) atau rancangan arsitektur.77
76
Lihat Pasal 71 77
Lihat Pasal 72 (ayat) 6.
41
7) Sanksi
Arahan sanksi sebagaiamana yang dimaksud
merupakan pengenaan sanksi terhadap pelanggaran
pemanfaatan ruang yang bertujuan untuk mewujudkan tertib
tata ruang dan tegaknya peraturan perundang-undangan
bidang penataan ruang.78
Arahan sanksi dapat berupa :
a. Sanksi administrasi dan;
b. Sanksi pidana.79
Arahan pengenaan sanksi administrasi dilaksanakan
oleh pemerintah kota.80
Pelanggaran penataan ruang yang dapat dikenai
sanksi administrasi meliputi :
a. Pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan
RTRW kota;
b. Pemanfaatan ruang yang tidak sesuai izin
prinsip, izin lokasi, izin penggunaan
pemanfaatn tanah, IMB dan izin lainnya.81
Sanksi administrasi terhadap pelanggaran
pemanfaatan ruang berupa:
a. Peringatan tertulis;
78
Lihat Pasal 7 79
Lihat Pasal 74 (ayat) 2. 80
Lihat Pasal 74 (ayat ) 3 81
Lihat Pasal 74 (ayat) 4.
42
b. Penghentian sementara kegiatan;
c. Penghentian sementara pelayanan umum;
d. Penutupan lokasi;
e. Pencabutan izin;
f. Pembongkaran bangunan;
g. Pembatalan izin;
h. Pemulihan fungsi ruang;
i. Denda administarsi.82
Adapun pengenaan sanksi pidana terhadap
pelanggaran pemanfaatan ruang dilakukan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan. 83
c. Fakta Data Pelanggaran
Untuk memperoleh fakta data pelanggaran IMB yang lengkap di
Kota Salatiga maka penulis melakukan wawancara dengan Kepala Dinas
Pekerjaan Umum84
dan Kepala Satuan Polisi Pamong Praja Kota Salatiga.
Dari hasil wawancara dengan Kepala Dinas Pekerjaan Umum Kota
Salatiga.85
Maka diperoleh data bahwa ada Pelanggaran IMB, pelanggaran
yang dimaksudkan adalah ada pelanggaran izin mendirikan bangunan
dengan kategori : bangunan yang dibangun terletak di sepadan sungai atau
82
Lihat Pasal 75 (ayat) 1 83
Lihat Pasal 85. 84
Penelitian ini hanya berfokus pada penegakan oleh Satpol PP tetapi untuk memperoleh
data pelanggaran secara lengkap penulis diarahkan untuk mewawancarai Kepala Dinas Pekerjaan
Umum . 85
Wawancara dilakukan di Kantor Dinas Pekerjaan Umum antara Penulis dan Kepala
Dinas Pekerjaan Umum Kota Salatiga, pada hari, Selasa, 21 November 2017.
43
sepadan jalan dan ada yang tidak sesuai dengan peruntukannya, misalnya
izin mendirikan bangunan rumah tetapi dijadikan usaha bengkel.
Selain itu ada bangunan yang tidak sesuai dengan rencana awal
pengajuan izin, contohnya dalam pengajuan izin bangunan tersebut
berbentuk kotak tetapi pelaksanananya menjadi memanjang atau sebaliknya.
Serta ada kawasan pemukiman warga atau perumahan yang dijadikan
tempat industri. Selain bangunan terdapat zonasi/kawasan yang digunakan
tidak sesuai dengan peruntukannya. Wilayah yang seharusnya menjadi
zonasi/kawasan lahan pertanian kering dan lahan pertanian basah yang
dijadikan perumahan dan sudah terjual habis dan sudah ada aktivitas
penghuninya. Hal ini tentunya melanggar izin mendirikan bangunan seperti
yang dimaksudkan.86
Selain data yang diperoleh dari Dinas Pekerjaan Umum, penulis juga
mewawancarai Satpol PP.87
Sebagai penegak hukum terhadap pelanggaran
Perda Kota Salatiga. Dijelaskan bahwa ada pelanggaran IMB diantaranya
yaitu sempadan sungai dan sempadan jalan dalam Rencana Tata Ruang.
Adapun pelanggaran yang dimaksudkan disini adalah fakta bahwa beberapa
bangunan yang dibangun tidak sesuai dengan Perda kota Salatiga. Oleh
karena itu dapat disimpulkan bahwa ada pelanggaran izin mendirikan
bangunan sebagaimana telah disebutkan diatas.
Dari uraian diatas maka data pelanggaran IMB di Kota Salatiga
adalah sebagai berikut :
86
Hasil wawancara 87
Wawancara dilakukan di Kantor Dinas Pekerjaan Umum antara Penulis dan Kepala
Dinas Pekerjaan Umum Kota Salatiga, pada hari, Selasa, 21 November 2017.
44
1. Pemukiman warga :
a. Jalan Karang Pete RT 11 RW 06)
Pembangunannya berada di sempadan sungai.;
b. Jalan Kalitaman RT 04 RW 04 pembangunannya
berada di sempadan sungai dan jika ditinjau;
c. Jalan Nanggulan RT 04 RW 06
pembangunannya berada di sempadan sungai;
d. Jalan Sono Tirto RT 08 RW 04
pembangunannya berada di sempadan sungai;
e. Bangunan Rumah. Alamat Bugel
pembangunannya tidak memiliki Izin
mendirikan bangungan.
2. Tempat Usaha:
a. UNIT SIMPAN PINJAM SWASTA. Alamat
Jalan Nanggulan No.75 pembangunanya berada
di sempadan sungai dan jika di tinjau;
b. CAFÉ OLE. Alamat Jalan Tentara Pelajar No.
61, Mangunsari, Sidomukti sebagian
pembangunanya berada di sempadan sungai dan;
c. Toko. Alamat Jalan Pemotongan,
pembangunannya berada di sempadan sungai;
3. Fasilitas Umum
45
a. TK AL MUDRALO. Alamat Jalan Kh. Abdul
Hamid No.1, Pungkusari. Pembangunnannya
berada di sempadan sungai.
Selain itu penulis melakukan wawancara dengan
masayarakat yaitu disekitar wilayah Kalitaman dan mendapat
informasi bahwa mereka memang tahu dan sadar bahwa
membangun di tempat tersebut bertentangan dengan peraturan
daerah tetapi tetap membangun di tempat tersebut karena
kekurangan lahan.
C. ANALISIS
Penegakan hukum oleh Satpol PP berkaitan dengan pengenaan
sanksi sebagaimana disebutkan pada Pasal 74, sanksi terhadap
pelanggaran pemanfaatan ruang bertujuan untuk meweujudkan tertib tata
ruang dan tegaknya peraturan perundang-undangan bidang penataan
ruang.
1) Penegakan Hukum oleh Satpol PP
Sebagaimana yang telah dijabarkan diatas maka dalam penegakan
hukum oleh Satpol PP terhadap pelanggaran IMB dilakukan secara
bertahap sesuai dengan ketentuan Pasal 75 Peraturan Daerah Kota Salatiga
No 4 tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Salatiga
Tahun 2010-2030.
46
Adapun penegakan hukum yang dilakukan Satpol PP Kota Saltiga
terhadap pelanggaran IMB adalah sebagai berikut:
a) Peringatan tertulis : peringatan tertulis dilakukan melalui
penerbitan surat peringatan tertulis dari pejabat yang
berwenang melakukan penertiban pelanggaran IMB tersebut.
Surat peringatan tersebut diberikan sebanyak-banyaknya 3
(tiga) kali dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Pelanggar mengabaikan peringatan pertama, maka
pejabat yang berwenang melakukan penertiban
kedua yang memuat penegasan terhadap hal-hal
sebagaimana dimuat dalam surat peringatan
pertama;
2. Pelanggar mengabaikan peringatan kedua, maka
pejabat yang berwenang melakukan penertiban
ketiga yang memuat penegasan terhadap hal-hal
sebagaimana dimuat dalam surat peringatan
pertama dan kedua;
3. Pelanggar mengabaikan peringatan pertama,
peringatan kedua dan peringatan ketiga, maka
pejabat yang berwenang melakukan penertiban
surat keputusan pengenaan sanksi yang dapat
berupa penghentian kegiatan sementara,
penghentian sementara pelayanan umum,
penutupan lokasi, pencabutan izin pembatalan izin,
47
pembongkaran bangunan dan atau denda
administrasi.
b) Penghentian sementara kegiatan : penghentian sementara
dilakukan melalui penertiban surat perintah penghentian
kegiatan sementara dari pejabat yang berwenang melakukan
penertiban pelanggaran tersebut. apabaila pelanggar
mengabaikan perintah penghentian sementara maka dapat
melakukan penertiban dengan menerbirkan keputusan
pengenaan sanksi penghentian sementara secara paksa. Setelah
kegiatan tersebut dihentikan maka pejabat berwenang
melakukan pengawasan agar kegiatan yang dihentikan tersebut
tidak beroperasi kembali sampai dengan terpenuhinya
kewajiban pelanggar.
c) Penutupan lokasi : dilakukan melalui langkah-langkah sebagai
berikut :
1. Penerbitan surat pemberitahuan penutupan
lokasi
2. Apabila pelanggar mengabaikan surat perintah
yang disampaikan maka menerbitkan surat
keputusan pengenaan sanksi penutupan lokasi
yang akan segera dilaksanakan.
3. Melakukan tindakan penertiban dengan
memberitahukan kepada pelanggar mengenai
48
sanksi penutupan lokasi yang akan segera
dilaksanakan
4. Berdasarkan surat keputusan pengenaan sanksi
maka kemudian penertiban melakukan
penutupan lokasi secara paksa
5. Pengawasan terhadap penerapan sanksi
penutupan lokasi, untuk memastikan lokasi yang
ditutup tidak dibuka kembali sampai dengan
pelanggar memenuhi kewajibannya.
d) Pencabutan izin : dilakukan melalui langkah-langkah sebagai
berikut yaitu penerbitan surat pemberitahuan sekaligus
pencabutan izin yang meliputi:
1. Pemberitahuan tentang terjadinya pelanggaran;
2. Peringatan kepada pelanggar untuk dengan
kesadarannya sendiri mengambil tindakan-
tindakan yang diperlukan dalam rangka
pemanfaatn ruang;
3. Memberikan batas waktu maksimal kepada
pelanggar;
4. Konsekuensinya akan dilakukan pencabutan izin
apabila pelanggar mengabaikan surat peringatan.
e) Pembongkaran bangunan : dilakukan setelah melalui tahap
evaluasi dan peringatan tertulis sebanyak 3 (tiga) kali.
49
Penegakan hukum yang dilakukan oleh Satpol PP diatas
dilakukan dengan mengutamakan pendekatan humanis terhadap
masyarakat agar mengembalikan citra Satpol PP yang identik
dengan kekerasan.
2) Penegakan Hukum Oleh Satpol PP terhadap Pelanggaran
IMB di Kota Salatiga
Dalam hal penegakan hukum yang dilakukan oleh Dinas
Pekerjaan Umum adalah mengerahkan Tim untuk memeriksa
(survey) secara langsung atau ke lapangan (tempat yang
dimaksud). Apabila terdapat pelanggaran maka di beri peringatan
terlebih dahulu, apabila ada perbedaan bangunan sebagaimana
dimaksud diatas maka akan diminta tambahan retribusi tanah
sebagaimana ukuran yang seharusnya. Selanjutnya jika peringatan
yang diberikan tidak ditanggapi oleh yang bersangkutan maka Tim
tersebut bekerja sama dengan PDAM dan PLN untuk pemutusan
aliran baik listrik maupun air. Yang terakhir adalah pembongkaran
yang dilakukan oleh Satpol PP sebagai penegak Peraturan Daerah.
Dalam setiap pelanggaran yang ada dilapangan tentunya kami
akan melaksanakan penertiban. Kareana dalam Perda No 7 Tahun
2013 ada sanksi pembinaan dan pengawasan. Ada kriterianya
masing-masing, misalnya peringatan tertulis, pembahasan kegiatan
pembangunan, penghentian sementara atau tetap pada pekerjaan
pelaksana pembangunan, pembekuan IMB, pencabutan IMB,
50
pembekuan sertifikat laik bangunan gedung dan pencabutan laik
fungsi bangunan gedung atau pemerintah melakukan
pembongkaran bangunan gedung.
Kami melakukan pembongkaran hanya satu dua kali, karena
keterbatasan personil sehingga pematauan dan pengawasan di
lapangan itu tidak bisa dilakukan secara terperinci. Nanum kami
berusaha terus melakuan patroli yang kami laksanakan sehari 4 kali
itu terbagi 2 kelompok terus rutin. Setiap kelompok melaporkan
apapun hasilnya. Pendekatan dilakukan secara humanis agar
merubah pemikiran bahwa Satpol PP identik dengan kekerasan.
3. Hambatan Yang Ditemui Oleh Satpol PP
Hambatan yang dihadapi adalah kurangnya pegawai (Tim
tekhnis) yang akan melakukan pemeriksaan dilapangan. Sehingga
berakibat pada lemahnya pengawasan RT/RW. Selain masalah
internal dinas juga terdapat beberapa masalah yaitu kurangnya kerja
sama antar dinas terkait. Sehingga berpengaruh pada penyediaan
mobilitas bagi tim untuk melakukan tugas lapangan. Kendala yang
pertama dari saran prasarana baik mobilitas, keterbatasan personil
dalam melangsungkan pemantauan dan jadwal yang cukup padat
bagi Satpol PP karena Perda yang ditegakan bukan hanya Perda
tentang perizinan bangunan namum semua perda yang ada di kota
Salatiga.
51
Sebagaimana telah dijelaskan diatas masalah pokok dalam
penegakan hukum sebenarnya terletak dari faktor-faktor yang
mempengaruhinya. Dalam penegakan hukum oleh Satpol PP
terhadap IMB Kota Salatiga terdapat beberapa faktor yang menjadi
hambatan dalam penegakan hukum.
Faktor Sarana dan Fasilitas : Sarana dan fasilitas
merupakan faktor pendukung mobilitas dari penegakan hukum.
Tanpa adanya sarana dan fasilitas tidak mungkin penegakan hukum
dapat berjalan lancar. Bagi Satpol PP Kota Salatiga sarana tersebut
meliputi transportasi dan akomodasi yang tentunya hal tersebut
menghambat kinerja kerja Satpol PP itu sendiri. Selain itu dari hasil
penelitian disebutkan bahwa salah satu faktor yang menghambat
adalah kurangnya Sumber Daya Manusia (SDM) atau keterbatasan
personel Satpol PP juga menjadi faktor lemahnya penegakan hukum
terhadap pelanggaran IMB. Patroli dan pengawasan pemanfaatan
ruang menjadi terhambat. Padatnya jadwal kegiatan dan perda yang
harus ditegakan tidak sebanding dengan personel penegak hukum
(Satpol PP). Kemudian masalah internal antar lembaga/dinas terkait
menjadikan penegakan hukum terhadap IMB menjadi lemah.
4. Peran Serta Masyarakat
Peran serta masyarakat menjadi penting karena berhubungan
dengan kesadaran hukum mayarakat itu sendiri tetap berdirinya
bangunan atau tetap mendirikan banguan di kawasan sempadan
52
sungai membuktikan kurangnya kesadaran hukum masyarakat.
Menurut Soerjono Soekanto kesadaran hukum adalah kesadaran
nilai-nilai yang terdapat didalam diri manusia tentang hukum yang
ada atau hukum yang diharapkan. Salah satu cara pembentukan
kesadaran hukum adalah bagaimana hukum disebarluaskan atau
dikomunikasikan kepada masyarakat. Sehingga masyarakat dapat
mengerti, memahami dan melakukan apa yang dikehendaki oleh
aturan hukum tersebut.88
Dalam proses penegakan hukum tentunya dimaksudkan agar
hukum atau peraturan yang diberlakukan dapat berfungsi sesuai yang
dikehendaki atau dipatuhi dalam masyarakat. Suatu kepatuhan
hukum antar lain ditentukan pada kesadaran hukum. Sedangkan
kesadaran hukum merupakan faktor dari diri seseorang dan memiliki
indikator sebagai berikut:89
1. Pengetahuan tentang peraturan (law awareness) :
Pengetahuan tentang hukum diartikan sebagai kesan
dalam pikiran seseorang mengenai hukum-hukum
tertentu.
2. Pengetahuan tentang isi peraturan (law acquaintance)
:Pengetahuan saja belum cukup sehingga perlu suatu
pemahaman atas pengertian hukum yang berlaku.
88
Soerjono Soekanto dan Mustofa Abdullah, Sosiologi Hukum dan Mayarakat, Rajawali
Press Jakarta 1980, h. 94 89
Soerjono Soekanto dan Mustofa Abdullah, Sosiologi Hukum dan Mayarakat, Rajawali,
h. 96
53
3. Sikap hukum (legal attitude) : apabila masyarakat sudah
mengetahui peraturan dan memahami isinya maka dapat
diduga ia akan bersikap sesuai dengan nilai-nilai yang
dianut dalam aturan tersebut.
4. Perikelakuan hukum (legal behavior) : apabila
masyarakat sudah mengetahui peraturan dan memahami
isinya serta bagaimana sikap terhadap peraturan maka
akan tampak hukum. Perilaku hukum merupakan
manifestasi dari kesadaran hukum yang relatif tinggi.
Dikatakan relatif karena ketaatan hukum merupakan
perwujudan dari suatu taraf kesadaran hukum tertentu yang
masing-masing disebabkan :
a. Rasa takut akan sanksi negatif sebagai akibat
melanggar hukum
b. Ada rasa keinginan kuat untuk memelihara
hubungan baik dengan lingkungan
c. Ada rasa keinginan kuat untuk memelihara
hubungan baik dengan penguasa
d. Sesuai dengan nilai-nilai yang dianut
e. Sebagian besar dari kepentingan dijamin dan
dilindungi hukum.
Selain itu dalam Perda tentang RTRW Kota Salatiga
terdapat bab tentang peran serta masyarakat yang dapat berupa:
a. Masukan mengenai kebijakan pemanfaatan ruang;
54
b. Kerja sama dalam pemanfaatan ruang;
c. Kegiatan memanfaatkan ruang sesuai dengan
kearifan lokal dan RTRW yang telah ditetapkan;
d. Peningkatan efisiensi, efektivitas dan keserasian
dalam pemanfaatan ruang;
e. Kegiatan menjaga kepentingan pertahanan,
keamanan serta memelihara dan meningkatkan
kelestarian fungsi lingkungan hidup dan sumber
daya alam;
f. Kegiatan invetasi dalm pemanfaatan ruang sesuai
dengan ketentaun perundang-undangan.
Peran serta masyarakat menjadi bagian yang saling
berkaitan dengan penegakan hukum oleh Satpol PP Kota Salatiga
terhadap pelanggaran IMB.