Post on 02-Mar-2019
6
BAB II
KAJIAN TEORITIS
2.1. Hakikat Bimbingan dan Konseling
2.1.1 Pengertian Bimbingan
Bimbingan dan Konseling merupakan terjemahan dari istilah guindance
dan counselling dalam bahasa Ingris. Kata “guindance” berasal dari kata kerja to
guide yang mempunyai arti “menunjukan, membimbing, menuntun, ataupun
membantu” (Hallen 2005:2). Sesuai dengan istilahnya maka bimbingan dapat
diartikan secara umum sebagai bantuan dan tuntunan, namun tidak semua bantuan
diartikan bimbingan.
Menurut Lefever dan MCDaniel (dalam Prayitno dan Amti 2004:94)
Bimbingan adalah bagian dari proses pendidikan yang teratur dan sistematik guna
membantu pertumbuhan anak muda atas kekuatannya dalam menentukan dan
mengarahkan kehidupannya sendiri, yang pada akhirnya ia dapat memperoleh
pengalaman-pengalaman yang dapat memberikan sumbangan yang berarti pada
masyarakat.
Menurut Shertzer dan Stone ( dalam Yusuf dan Nuhrisan 2010:6
Pengartikan bimbingan sebagai proses pemberian bantuan kepada individu agar
mampu memahami diri dan lingkungannya. Menurut Rochman Natawidjaja
(dalam Yusuf dan Nuhrisan 2010:6) mengartikan bimbingan sebagai suatu proses
pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara berkesinambungan,
supaya individu tersebut dapat memahami dirinya dan dapat bertindak secara
7
wajar, sesuai dengan tuntutan dan keadaan lingkungan sekolah, keluarga,
masyarakat, dan kehidupan pada umumnya.
Sementara, Winkel (2005:27) mendefenisikan bimbingan: (1) suatu usaha
untuk melengkapi individu dengan pengetahuan, pengalaman dan informasi
tentang dirinya sendiri, (2) suatu cara untuk memberikan bantuan kepada individu
untuk memahami dan mempergunakan secara efisien dan efektif segala
kesempatan yang dimiliki untuk perkembangan pribadinya, (3) sejenis pelayanan
kepada individu-individu agar mereka dapat menentukan pilihan, menetapkan
tujuan dengan tepat dan menyusun rencana yang realistis, sehingga mereka dapat
menyesuaikan diri dengan memuaskan diri dalam lingkungan dimana mereka
hidup, (4) suatu proses pemberian bantuan atau pertolongan kepada individu
dalam hal memahami diri sendiri, menghubungkan pemahaman tentang dirinya
sendiri dengan lingkungan, memilih, menentukan dan menyusun rencana sesuai
dengan konsep dirinya sendiri. Bimbingan merupakan proses pemberian bantuan
(arahan, masukan) terhadap seseorang.
Dari beberapa definisi para ahli di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa
bimbingan sama dengan pemberian bantuan kepada seseorang yang membutuhkan
bantuan untuk membantu seseorang mengatasi masalahnya atau mengungkapkan
kemampuan yang dimilikinya. Bimbingin diberikan oleh seorang ahli dibidangnya
kepada orang yang membutuhkan bimbingan. Dan bimbingan juga dapat diartikan
sebagai upaya pemberian bantuan kepada peserta didik dalam rangka mencapai
perkembanganya yang optimal.
8
Bimbingan dapat diberikan kepada seseorang individu atau sekumpulan
individu, ini berarti bahwa bimbingan dapat diberikan secara individual dan juga
diberikan secara kelompok. Bimbingan diberikan kepada siapa saja yang
membutuhkan, tanpa memandang umur sehingga baik anak maupun orang
dewasa, dengan demikian bimbingan ini sangat penting bagi sekolah untuk
membantu para siswa yang mengalami masalah agar dapat teratasi secara
optimal, sebab itu dibutuhkan pelayanan yang baik, menyenangkan, menarik, dan
profesional.
2.1.2 Pengertian Konseling
Pengertian konseling secara etimologis, istilah konseling berasal dari
bahasa latin, yaitu “consilium” yang berarti dengan atau bersama yang dirangkai
dengan menerima atau memahami. Sedangkan dalam bahasa Anglo-Saxon, istilah
konseling berasal dari “sellan” yang berarti “menyerahkan”atau menyampaikan”.
Sebelumnya telah dijelaskan pengertian bimbingan selanjutnya akan
dijelaskan pengertian konseling. Walgito, (dalam Aqib 2012:29) mengemukakan
bahwa konseling adalah bantuan yang diberikan kepada individu dalam
memecahkan masalah kehidupannya dengan wawancara, dengan cara-cara yang
sesuai dengan keadaan individu yang dihadapi untuk mencapai kesejateraan
hidupnya.
Menurut McDanial, (dalam Prayitno dan Amti 2004:100) konseling adalah
suatu rangkaian pertemuan langsung dengan individu yang ditujuakan pada
pemberian bantuan kepadanya untuk dapat menyesuaikan dirinya secara lebih
efektif dengan dirinya sendiri dan dengan lingkungannya. Maclean, (dalam
9
Prayitno dan Amti 2004:100) konseling adalah suatu proses yang terjadi dalam
hubungan tatap muka antara sesorang individu yang terganggu oleh karena
masalah-masalah yang tidak dapat diatasinya sendiri dengan seorang pekerja yang
profesional, yaitu orang yang telah terlatih dan berpengalaman membantu orang
lain mencapai pemecahan-pemecahan terhadap berbagai jenis kesulitan pribadi.
Tolbert, (dalam Prayitno dan Amti 2004:101). Konseling adalah hubungan
pribadi yang dilakukan secara tatap muka antara dua orang dalam mana konselor
melalui hubungan itu dengan kemampuan-kemampuan khusus yang dimilikinya,
menyediakan situasi belajar. Dalam hal ini konseli dibantu untuk memahami diri
sendiri, keadaannya sekarang, dan kemungkinan keadaannya masa depan yang
dapat ia ciptakan dengan menggunakan potensi yang dimilikinya, demi untuk
kesejahteraan pribadi maupun masyarakat. Lebih lanjut konseli dapat belajar
bagaimana memecahkan masalah-masalah dan menemukan kebutuhan-kebutuhan
yang akan datang.
Dengan melihat uraian tentang bimbingan dan konseling di atas, maka
dapat dirumuskan tentang pengertian Bimbingan dan Konseling (BK) yaitu
Serangkaian kegiatan berupa bantuan yang dilakukan oleh seorang ahli pada
konseling dengan cara tatap muka, baik secara individu atau beberapa orang
dengan memberikan pengetahuan tambahan untuk mengatasi permalahan yang
dialami oleh konseli, dengan cara terus menerus dan sitematis.
Menurut Robinson, M. Surya, (dalam Yusuf dan Nurihsan 2010:7)
mengartikan konseling adalah semua bentuk hubungan antara dua orang, di mana
yang seorang, yaitu klien dibantu untuk lebih mampu menyesuaikan diri secara
10
efektif terhadap dirinya sendiri dan lingkungannya. Pietrofesa (dalam Yusuf dan
Nurihsan 2010:8) menunjukan sejumlah ciri-ciri konseling profesional sebagai
berikut : (a) Konseling merupakan suatu hubungan profesional yang diadakan
oleh seorang konselor yang sudah dilatih untuk pekerjaannya itu. (b) Dalam
hubungan ynag bersifat profesional itu, klien mempelajarari keterampilan
pengambilan keputusan,pemecahan masalah, serta tingkah laku atau sikap-sikap
baru. (c) Hubungan profesional itu dibentuk berdasarkan kesukarelaan antara
klien dan konselor.
Sherrtzer dan Stone (dalam Yusuf dan Nurihsan 2010 : 8) mengelompokan
konseling didasarkan pada ranah perilaku yang merupkan kepuduliannya, yaitu
yang berorientasi pada ranah perilaku yang merupakan kepuduliannya, yaitu yang
berorientasi pada ranah konitif dan ranah afektif. Patterson (dalam Yusuf dan
Nurihsan 2010 : 8) secara rinci menglompokan pendekatan konseling menjadi
lima kelompok, yaitu: penekatan rasional,teori belajar, psikoanalitik, perseptual-
penomenologis, dan eksistensial.
Dari uaraian tersebut dapat menggambarkan betapa sulit merumuskan
definisi konseling yang komprehensif dan berlaku untuk setiap orang dari
berbagai aliran. Konseling merupakan salah satu bentuk hubungan yang bersifat
membantu. Makna bantuan disini yaitu sebagai upaya untuk membantu orang lain
agar ia mampu tumbuh kearah yang dipilihnya sendiri, mampu memecahkan
masalah yang dihadapinya dan mampu menghadapi krisis-krisis yang dialami
dalam kehidupannya. Dalam hal ini tugas konselor adalah menciptakan kondisi-
kondisi yang diperlukan bagi pertumbuhan dan perkembangan klien.
11
Dari beberapa rumusan definisi konseling tersebut dapat diperoleh
beberapa unsur yang terkandung di dalam definisi konseling sebagai berikut :
a. Pembimbing/konseling, yaitu seseorang yang karena keahlian dan
kewenangan memberikan bantuan.
b. Terbimbing konseling, yaitu seseorang yang karena masalahnya yang diha
dapinya dan ketidakmampan dalam menyelesaiakan.
c. Masalah, yaitu terjadinya interaksi antara pembimbing/konseli untuk
memperoleh penyelesaian yang terbaik.
d. Proses, yaitu terjadinya interaksi antara pembimbing/konselor dengan
konseli secara tatap muka (langsung berhadapan muka) dalam upaya
penyelesaian masalah.
e. Tujuan, yaitu sesuatu yang ingin dicapai oleh pembimbing/konseli, dalam
arti dapat memberi bantuan dan mencapai hasil yang baik; dalam arti dapat
terselesaikan maslanya. Aqib (2012 : 30)
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas maka dapat di simpulkan, bahwa
konseling merupakan serangkaian kegiatan paling pokok dari bimbingan dalam
usaha membantu konsele secara tatap muka dengan tujuan agar klien dapat
mengambil tanggung jawab sendiri terhadap berbagai persoalan atau masalah
khusus, dengan tujuan agar individu dapat memahami dirinya sendiri, dapat
memberikan reaksi (tanggapan) terhadap pengaruh-pengaruh lingkungan, dan
dapat mengembangkan serta memperjelas tujuan-tujuan hidupnya.
12
2.1.3 Tujuan Bimbingan dan Konseling
Bimbingan dan konseling bertujuan membantu peserta didik mencapai
tugas-tugas perkembangan secara optimal sebagai makhluk tuhan, sosial, dan
pribadi. Lebih lanjut tujuan bimbingan dan konseling adalah membantu individu
dalam mencapai : (a) kebahagian hidup pribadi sebagai makhluk tuhan, (b)
kehidupan yang produktif dan efektif dalam masyarakat, (c) hidup bersama
dengan individu-individu lain, (d) harmoni antara cita-cita mereka dengan
kemampuan yang dimilikinya. Wardati dan Jauhar ( 2011:28)
Untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut, mereka harus mendapatkan
kesempatan untuk: (1) mengenal dan memahami potensi, kekuatan dan tugas-
tugas perkembangannya, (2) mengenal dan memahami potensi atau peluang yang
ada dilingkungannya, (3) mengenal dan menentukan tujuan dan rencana hidupnya
serta rencana pencapaian tujuan tersebut, (4) memahami dan mengatasi kesulitan-
kesulitan sendiri (5) menggunakan kemampuannya untuk kepentingan dirinya,
kepentingan lembaga tenpat kerja dan masyarakat, (6) menyesuaikan diri dengan
keadaan dan tuntutan dari lingkungannya; dan (7) menggunakan segala potensi
dan kekuatan yang dimilikinya secara tepat dan teratur secara optimal.
Secara khusus bimbingan dan konseling bertujuan membantu peserta didik
agar dapat mencapai tujuan-tujuan perkembangannya yang meliputi aspek pribadi,
sosial, belajar (akademik), dan karir. (Yusuf dan Nurihsan, 2010:13-14) Tujuan
bimbingan dan konseling tersebut diatas memberikan gambaran tentang
pelaksanaan bimbingan dan konseling di Sekolah, karena dengan adanya tujuan
bimbingan dan konseling, maka pelaksanaan bimbingan dan konseling di Sekolah
13
akan benar-benar memberikan hasil yang positif bagi siswa dan bimbingan dan
konseling akan diminati oleh siswa sebagai sasaran layanan karena dalam tujuan
bimbingan dan konseling telah dijelaskan apa yang menjadi capaian bimbingan
dan konseling pada diri siswa.
Menurut (Wardati dan Jauhar 2011:29) tujuan bimbingan dan konseling di
sekolah adalah agar peserta didik, dapat : (a) Mengembangkan seluruh potensinya
seoptimal mungkin, (b) Mengatasi kesulitan dalam memahami dirinya sendiri (c)
Mengatasi kesulitan dalam memahami lingkungannya, yang meliputi lingkungan
sekolah, keluarga, pekerjaan, sosioekonomi, dan kebudayaan. (d) Mengatasi
kesulitan dalam mengidentifikasi dan memecahkan masalahnya (e) Mengatasi
kesulitan dalam menyalurkan kemampuan, minat,dan bakatnya dalam bidang
pendidikan dan pekerjaan (f) Memperoleh bantuan secara tepat dari pihak-pihak
di luar sekolah untuk mengatasi kesulitan-kesulitan yang tidak dapat dipecahkan
di sekolah tersebut.
Dari tujuan bimbingan dan konseling di SMA tersebut maka ditarik
kesimpulan bahwa bimbingan konseling bertujuan membantu peserta didik agar
memiliki kompotensi mengembangkan potensi dirinya seoptimal mungkin atau
mewujudkan nilai-nilai yang terkandung dalam tugas-tugas perkembangan yang
harus dikuasainya sebaik mungkin.
14
2.1.4 Fungsi Bimbingan dan Konseling
Terdapat beberapa ahli yang menjelaskan tentang fungsi dari layanan
bimbingan dan konseling, ada ahli yang mengelompokan fungsi bimbingan dan
konseling menjadi 5 fungsi, ada juga yang mengelompokan menjadi 7 fungsi.
Tetapi dalam hal ini penulis lebih cenderung menggunakan 7 fungsi yang terdapat
dalam layanan bimbingan dan konseling yaitu menurut Yusuf dan Nurihsan
(2010:16). Fungsi-fungsi tersebut yaitu sebagai berikut:
1. Fungsi Pemahaman
Yaitu membantu peserta didik agar memiliki pemahaman atas dirinya
(potensinya) dan lingkungannya (pendidikan, pekerjaan, dan norma
agama). Berdasarkan pemahaman ini, individu diharapkan mampu
mengembangkan potensi dirinya secara optimal, dan menyesuaikan
dirinya dengan lingkungan secara dinamis dan konstruktif.
2. Preventif
Yaitu upaya konselor untuk senantiasa mengantisipasi berbagai masalaha
yang mungkin terjadi dan berupaya untuk mencegahnya, supaya tidak
dialami oleh peserta didik. Melaui fungsi ini, konselor memberikan
bimbingan kepada siswa tentang cara menghindarkan diri dari perbuatan
atau kegiatan yang membahayakan dirinya. Adapun teknik yang dapat
digunakan adalah layanan orientasi, informasi dan bimbingan kelompok.
Beberapa masalah yang perlu diinformasikan kepada siswa, dalam
mencegah terjadinya tingkah laku yang tidak diharapkan, diantaranya:
15
bahaya minuman keras, merokok, penyalahgunaan obat-obat terlarang,
putus sekolah dan pergaulan bebas.
3. Fungsi Pengembangan
Yaitu konselor senantiasa berupaya untuk menciptakan lingkungan belajar
yang kondusif, yang memfasilitasi perkembangan siswa. Konselor dan
personil sekolah lainnya bekerjasama merumuskan dan melaksanakan
program bimbingan secara sistimatis dan berkesinambungan dalam upaya
membantu siswa mencapai tugas-tugas perkembangannya. Teknik
bimbingan yang dapat digunakan disini adalah adalah layanan informasi,
tutorial, diskusi kelompok atau curhat pendapat (brain storming), home
room dan karyawisata.
4. Fungsi Perbaikan.
Yaitu fungsi bimbingan yang bersifat kuratif. Fungsi ini berkaitan erat
dengan upaya pemberian bantuan kepada siswa yang telah mengalami
masalah, baik menyangkut aspek pribadi, social, belajar dan karir. Teknik
yang dapat digunakan adalah konseling dan remedial teaching.
5. Fungsi Penyaluran
Yaitu fugsi bimbingan yang membantu individu memilih kegiatan
ekstrakulikuler, jurusan atau program studi, dan memantapkan penguasaan
karir ata jabatan yang sesuai dengan bakat, minat, keahlian dan cirri-ciri
pribadi yang lain. Dalam melaksanakan fungsi ini, konselor perlu
bekerjasama dengan pendidik lainnya didalam maupun diluar lembaga
pendidikan.
16
6. Fungsi Adaptasi.
Yaitu fungsi yang membantu para pelaksana pendidikan khususnya
konselor, guru atau dosen untuk mengadaptasikan program pendidikan
terhadap latar belakang pendidikan, minat dan kemampuan serta
kebutuhan individu (siswa). Dengan menggunakan informasi yang
memadai, mengenai individu. Pembimbing/konselor dapat membantu para
guru dan dosen dalam memperlakukan individu secara tepat, baik dalam
memilih metode dan proses pembelajaran maupun mengadaptasikan bahan
ajar sesuai dengan kemampuan dan kecepatan individu.
7. Fungsi Penyesuaian.
Yaitu fungsi bimbingsn dalam membantu individu (siswa) agar dapat
menyesuaikan diri secara dinamis dan konstruktif terhadap program
pendidikan, peraturan sekolah atau norma agama.
Berdasarkan uraian tersebut maka jelas bahwa kegiatan bimbingan dan
konseling mempunyai sejumlah fungsi-fungsi bimbingan dan konseling sangat
menentukan keberhasilan pelaksanaan program ini. Oleh karenanya pelaksanaan
kegiatan bimbingan dan konseling harus mengacu sepenuhnya pada setiap fungsi
yang ada sehingga pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling dapat berjalan
optimal.
Setelah mengkaji fungsi bimbingan dan konseling terdapat beberapa
prinsip dasar yang dipandang sebagai fondasi atau landasan bagi layanan
bimbingan.
17
2.1.5 Prinsip Bimbingan dan Konseling
Prinsip-prinsip ini berasal dari konsep-konsep filosofis tentang
kemanusian yang menjadi dasar bagi pemberian layanan bantuan atau bimbingan,
baik disekolah maupun di luar sekolah. Menurut Prayitno, dkk (dalam Wagito,
2008:59) mengemukakan ada 4 prinsip Bimbingan dan Konseling yaitu: (a)
prinsip berkenaan dengan sasaran layanan, (b) pinsip yang berkenaan dengan
permasalahan individu, (c) prinsip yang berkenaaan dengan program layanan, (d)
prinsip berkenaan dengan tujuan dan pelaksanaan pelayanan. Prinsip-prinsip BK
tersebut akan diuraikan sebagai berikut.
a. Prinsip yang berkenaan dengan sasaran layanan
1. Bimbingan dan konseling melayani semua individu tanpa
memandang umur, jenis kelamin, suku, agama dan status sosial
ekonomi.
2. Bimbingan dan konseling berurusan dengan pribadi dan tingkah
laku individu yang unik dan dinamis.
3. Bimbingan dan konseling memperhatikan sepenuhnya tahap dan
bernagai aspek perkembangan individu.
4. Bimbingan dan konseling memberikan perhatian utama kepada
perbedaan individual yang menjadi orientasi pokok pelayanan.
b. Prinsip yang berkenaan dengan permasalahan individu.
1. BK berurusan dengan hal-hal yang menyangkut pengaruh kondisi
mental atau fisik individu terhadap penyesuaian dirinya dirumah,
disekolah serta dalam kaitannya dengan kontak sosial dan pekerjaan,
18
dan sebaliknya pengaruh lingkungan terhadap kondisi mental dan fisik
individu.
2. Kesenjangan sosial, ekonomi dan kebudayaan merupakan faktor
timbulnya masalah pada individu yang kesemuanya menjadi perhatian
utama pelayanan BK.
c. Prinsip yang berkenaan dengan program layanan
Adapun prinsip-prinsip yang berkenaan dengan program pelayanan
layanan BK itu adalah sebgaai berikut :
1. BK merupakan bagian integrasi dari proses pendidikan dan
pengembangan, oleh karena itu BK harus diselaraskan dan
dipadukan dengan program pendidikan serta pengembangan peserta
didik
2. Program BK harus fleksibel disesuaikan dengan kebutuhan
individu, masyarakat dan kondisi lembaga dan
3. Program bimbingan dan konseling disusun secara berkelanjutan dari
jenjang pendidikan terendah sampai tertinggi.
d. Prinsip berkenaan dengan tujuan dan pelaksanaan layanan
Pelaksanaan pelayanan BK baik yang bersifat insidental maupun
terprogram, dimulai dengan pemahaman tentang tujuan layanan, dan
tujuan ini akan diwujudkan melalui proses tertentu yang dilaksanakan oleh
tenaga ahli dalam bidangnya, yaitu konselor profesional. Prinsip-prinsip
yang berkenaan dengan hal tersebut adalah:
19
1. BK harus diarahkan untuk pengembangan individu yang akhirnya
mampu membimbing diri sendiri dalm menghadapi permasalahannya.
2. Dalam proses BK keputusan yang diambil dan akan dilakukan oleh
individu hendaknya atas kemauan individu itu sendiri bukan karena
kemauan atau desakan dari pihak lain.
3. Permasalahan individu harus ditangani oleh tenaga ahli dalam bidang
yang relevan dengan permasalahan yang dihadapi.
4. Kerja sama antara guru pembimbing, guru-guru lain dan orang tua
anak amat menentukan hasil pelayanan bimbingan serta.
5. Pengembangan program pelayanan BK ditempuh melalui pemanfaatan
yang maksimal dari hasil pengukuran dan penilaian terhadap individu
yang terlibat dalam proses pelayanan dan program bimbingan dan
konseling itu sendiri.
Prinsip bimbingan dan Konseling menguraikan tentang pokok-pokok dasar
pemikiran yang dapat dijadikan pedoman program pelaksanaan atau aturan yang
harus diikuti dalam pelaksanaan program pelayanan bimbingan dan konseling
dapat juga dijadikan sebagai seperangkat landasan praktis atau aturan yang harus
diikuti dalam pelaksanaan program pelayanan bimbingan dan konseling di
sekolah agar pelaksanaan layanan BK di Sekolah dapat terlaksana secara
maksimal dan memiliki daya tarik terhadap siswa.
20
2.1.6 Asas Bimbingan dan Konseling
Pelayanan Bimbingan dan Konseling adalah pekerjaan profesional.
Pekerjaan yang profesional itu harus dilaksanakan dangan mengikuti kaidah-
kaidah yang menjamin efisien dan efektivitas proses layanan Bimbingan dan
konseling. Dalam penyelanggraan pelayanan bimbingan dan konseling kaidah-
kaidah tersebut dikenal dengan asas-asas bimbingan dan konseling. Asas- asas
yang dimaksud adalah asas kerahasiaan, kesukarelaan, keterbukaan, kekinian,
kemandirian, kegiatan, kedinamisan, keterpaduan, kenormatofan, keahlian, alih
tangan kasus dan tutwurihandayani (Prayitno dan Amti, 2004:115)
1. Asas kerahasiaan
Segala sesuatu yang dibicarakan klien kepada konselor tidak boleh
disampaikan kepada orang lain, atau lebih-lebih hal atau keterangan yang
tidak boleh atau tidak layak diketahui oleh orang lain. Asas kerahasiaan ini
merupakan asas kunci dalam usaha bimbingan dan konseling. Jika asas ini
benar-benar dilaksanakan, maka penyelenggra atau pemberi layanan akan
mendapatkan kepercayaan dari semua pihak terutama klien sehingga
mereka akan mau memanfaatkan layanan bimbingan dan konseling dengan
sebaik-baiknya. Sebaliknya, jika guru Bk tidak dapat memegang asas
kerahasiaan dengan baik, maka hilanglah kepercayaan klien, hingga
akibatnya pelayanan bimbingan dan konseling tidak diminati oleh para
siswa.
21
2. Asas kesukarelaan
Proses bimbingan dan konseling harus berlangsung atas dasar
kesukarelaan, baik dari guru BK maupun siswa. Siswa diharapakan secara
suka dan rela tanpa ragu-ragu ataupun merasa terpaksa, menyampaikan
masalah yang dihadapinya, serta mengungkapkan segrnap fakta, data, dan
seluk beluk berkenaan dengan masalahnya itu kepada guru BK dan guru
BK juga hendaknya dapat memberikan bantuan dengan tidak terpaksa,
atau dengan kata lain guru BK memberikan bantuan dengan ikhlas.
3. Asas keterbukaan
Dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling sangat diperlukan suasana
keterbukaan, baik keterbukaan dari guru BK maupun siswa. Keterbukaan
ini bukan hanya sekedar bersedia menerima saran-saran dari luar justru
lebih dari itu, diharapkan masing-masing pihak yang bersangkutan
bersedia membuka diri untuk kepentingan pencegahan masalah.
Siwa yang membutuhkan bimbingan dan konseling daiharapkan dapat
berbicara dengan sejujur mungkin dan berterus terang tentang dirinya
sehinnga dengan keterbukaan ini penelaahan serta pengkajian berbagai
kekuatan dan kelemahan siswa dapat dilaksanakan.
4. Asas kekinian
Masalah individu yang ditanggulangi adalah masalah-masalah yang
sedang dirasakan sekarang bukan masalah yang sudah lampau, dan juga
bukan masalah yang mungkin akan dialami dimasa akan datang. Asas
kekinian juga mengandung pengertian bahwa guru BK tidak boleh
22
menunda-nunda pemberian bantuan. Jika diminta bantuan oleh klien atau
terlihat jelas-jelas bahwa siswa membutuhkan bantuan guru BK dapat
segera membantunya misalnya adanya siswa yang mengalami masalah dan
harus mendapatkan peneganan segara maka guru BK hendaklah segera
memberikan bantuan.
5. Asas Kemandirian
Pelayanan bimbingan dan konseling bertujuan menjadikan siswa dapat
berdiri sendiri, tiadak tergantung pada diri orang lain atau Guru BK.
Siswa yang telah mendapatkan bimbingan diharapkan dapat mandiri
dan mampu: (a) Mengenal diri sendiri dan lingkungan sebagaimana
adanya (b) Menerima diri sendiri dan lingkungan secara positif dan
dinamis (c) Mengambil keputusan untuk dan oleh diri sendiri (d)
Mengarahkan diri sesuai dengan keputusan (e) Mewujudkan diri secara
optimal sesuai dengan potensi, minat dan bakat yang dimilikinya.
6. Asas Kegiatan
Usaha bimbingan dan konseling tidak akan memberikan hasil yang
berarti bila siswa tidak melakukan sendiri kegiatan dalam mencapai tujuan
bimbingan dan konseling. Hasil usaha bimbingan dan knseling tidak akan
tercapai dengan sendirinya, melainkan harus dengan kerja giat dari siswa
sendiri. Guru BK hendaklah membangkitkan semangat klien sehinnga ia
mampu dan mau melaksanakan kegiatan yang diperlukan dalam
penyelesaian masalah yang menjadi pokok pembicaraan dalam konseling.
23
7. Asas kedinamisan
Usaha pelayanan bimbingan dan konseling menghendaki terjadinya
perubahan pada diri klien, yaitu perubahan tingkah laku kearah yang lebih
baik. Perubahan itu tidaklah sekedar mengulang hal yang lama, yang
bersifat menoton, melainkan perubahan yang selalu menuju kesuatu
pembaruan sesuatu yang lebih maju, dinamis sesuai dengan arah
perkembangan siswa yang dikehendaki.
8. Asas keterpaduan
Pelayanan bimbingan dan konseling berusaha meamadukan bebagai
aspek kepribadian siswa. Jika aspek kepribadian ini tidak dapat dipadukan
maka akan menimbulkan masalah. Selain keterpaduan dari diri klien
konselor juga dapat memadukan isi dan proses layanan yang diberikan.
Hal ini menghindari ketidak serasian anatara aspek yang satu dengan
aspek yang lain.
9. Asas kenormatifan
Usaha bimbingan dan konseling tidak boleh bertentangan dengan
norma-norma yang berlaku, baik ditinjau dari norma agama, norma adat,
norma hukum / negara, norma ilmu, maupun kebiasaan sehari-hari. Asas
kenormatifan ini diterapkan terhadap isi maupun proses penyelenggaraan
layanan bimbngan dan konseling seluruh isi harus sesuai dengan norma-
norma yang ada.
24
10. Asas Keahlian
Usaha bimbingan dan konseling perlu dilakukan melalui asas keahlian
secara teratur dan sistematik dengan menggunakan prosedur, teknik dan
alat (instrumentasi bimbingan dan konseling) yang memadai. Untuk itu
para guru BK pelu memdapat latihan yang cukup, sehingga dengan itu
akan dapat dicapai keberhasilan usaha pemberian layanan.
11. Asas Alih Tangan
Dalam pemberian layanan bimbingan dan konseling, asas alih tangan
dapat diterapkan jika guru BK sudah mengerahkan segenap kemampuan
untuk membantu siswa, namun siswa yang bersangkutan belum mendapat
bantuan sebagaimana yang diharapakan, maka guru BK dapat
mengalihkan masalah yang dihadapi siswa tersebut kepada petugas atau
seseorang yang lebih ahli.
12. Asas Tutwuri Handayani
Asas tutwuri handayani dapat menunjukan suasana umum yang
hendaknya tercipta dalam hubungan keseluruhan antara guru BK dan
siswa. Lebih-lebih di lingkungan Sekolah, asas ini makin dirasakan
keperluannya dan bahkan perlu dilengkapi dengan “ ing ngarso sung
tulodo, ing madya mangun karso” dan tutwuri handayani.
Asas ini menuntut agar pelayanan bimbingan dan konseling tidak hanya
dirasakan pada waktu siswa mengalami masalah dan menghadap pada
guru BK saja, namun di luar hubungan proses bantuan bimbingan dan
25
konseling pun hendaknya dirasakan adanya dan manfaatnya pelayanan
bimbingan dan konseling itu.
Selain asas-asas tersebut terkai antara satu dan lainnya, segenap asas itu
perlu diselenggarakan secara terpadu dan tepat waktu, yang satu tidak
perlu didahulukan atau dikemudiankan dari yang lain. Begitu pentingnya
asas-asas tersebut, sehingga dapat dikatakan bahwa asas-asas itu
merupakan jiwa dan nafas dari seluruh proses kegiatan pelayanan
bimbingan dan konseling. Apabila asas-asas itu tidak dijalankan dengan
baik penyelenggaraan pelayanan bimbingan dan konseling akan tersendat-
sendat atau terhenti sama sekali.
2.1.7 Bidang-Bidang Bimbingan dan Konseling
Dalam pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling terdapat tiga bidang
yang harus dilaksanakan oleh guru BK. Tiga bidang tersebut yaitu: a) bidang
bimbingan pribadi, b) bidang bimbingan sosial, c) bidang bimbingan belajar d)
bidang bimbingan karir, e) bidang bimbingan penembengan kehidupan
berkeluarga dan f) bidang pengembengan kehidupan berkeluarga. (Tohirin 2007 :
123)
a. Bidang bimbingan pribadi
Bidang bimbingan pribadi adalah bantuan yang diberikan kepada siswa
agar siswa dapat mencapai tujuan dan tugas perkembangan pribadi. Menurut
Surya, (dalam Tohorin, 2007: 125) bidang bimbingan pribadi merupakan
bidang bimbingan dalam menghadapi dan memecahkan masalah pribadi.
Selanjutnya Winkel, (dalam Tohorin, 2007: 125) menyatakan bahwa bidang
26
bimbingan pribadi merupakan proses bantuan yang menyangkut keadaan
batinya sendiri dan kejasmaniaanya sendiri.
Berdasarkan pengertian dari kedua ahli tersebut, maka yang dimaksud
dengan bimbingan pribadi adalah bimbingan untuk membantu individu
mengatasi masalah-masalah yang bersifat pribadi yang bertujuan agar siswa
dapat mampu mengatasi sendiri, mengambil sikap atau memecahkan masalah
sendiri yang menyangkut keadaan batinya sendiri.
b. Bidang bimbingan Sosial
Bidang bimbingan sosial adalah bidang bimbingan yang membantu
individu untuk memecahkan masalah-masalah sosial, seperti pergaulan dan
menyesuaikan diri dengan lingkungan yang bertujuan agar siswa mampu
bersosialisasi dan mudah menyelesaikan diri dengan lingkungan secara baik.
Sehingga Djumhur& Surya, (dalam, Tohirin 2007 : 127) menyatakan bidang
bimbingan sosial merupakan Bidang bimbingan yang bertujuan untuk
membantu individu dalam memecahkan dan mengatasi kesulitan-kesulitan
dalam masalah soial, sehingga individu mampu menyesuaikan diri secra baik
dan wajar dalam lingkungan sosialnya.
c. Bidang Bimbingan Belajar
Bidang bimbingan belajar adalah salah satu bidang bimbingan yang
diberikan oleh guru BK kepada siswa dalam hal menemukan cara belajar
yang tepat, dan dalam mengatasi kesukaran-kesukaran yang timbul berkaitan
dengan tuntutan belajar di institusi pendidikan. Winkel, (dalam Tohirin
2007:130)
27
Berdasarkan pendapat tersebut bidang bimbingan belajar bermakna
suatu bantuan dari guru BK kepada siswa dalam menghadapi dan
memecahkan masalah sosial.
d. Bidang Bimbingan Karier
Menurut Winkel, (dalam Tohirin, 2007 : 133) bahwa bidang bimbingan
kaier merupakan bantuan dalam mempersiapkan diri menghadapi dunia
pekerjaan, pemilihan lapangan pekerjaan atau jabatan ( profesi ) tertentu serta
membekali dirinya agar siap memangku jabatan tersebut dan dalam
menyesuaikan diri dengan tuntutan-tuntutan dari lapangan pekerjaan yang
telah dimasuki.
Berdasarkan pendapat tersebut Bidang bimbingan karir dapat bermakna
bantuan yang diberikan oleh guru BK kepada siswa agar siswa akan lebig
siap unuk memasuki dunia kerja serta ma pu untuk mengambil keputusan
dalm menentukan karier.
e. Bidang Bimbingan Pengembagan Kehidupan Berkeluarga
Bidang bimbingan berkeluarga merupakan suatu bimbingan yang
diberikan oleh guru BK kepada siswa dalam memecahkan masalah kehidupan
berkeluarga. Melalui bimbingan ini individu diberikan bantuan untuk
mencarikan alternatif bagi pemecahan masalah yang berkenaan dengan
kehidupan berkeluarga.
f. Bidang Bimbingan Pengembagan Kehidupan Beragama
Bidang bimbingan pengembagan kehidupan berkelurga adalah bidang
bimbingan yang membantu siswa agar mampu menghadapi dan memecahkan
28
masalah-masalah yang berkenaan dengan kehidupan beragama agar para
siswa dapat menemukan alternatif bagi pemecahan masalah-masalah yang
berkenaan dngan kehidupan beragama.
2.1.8 Jenis-jenis Layanan Bimbingan dan Konseling
Layanan bimbingan dan konseling merupakan kegiatan utama yang harus
dilaksanakan oleh guru BK. Karena layanan bimbingan dan konseling dapat
dijadikan program layanan BK di Sekolah baik itu program tahunan maupun
program harian yang merupakan wujud dari kegiatan bimbingan dan konseling di
Sekolah sehigga dapat menarik perhatian siswa. Dalam kegiatan Bimbingan dan
Konseling ada sembilan layanan yang dapat dilaksanakan oleh guru BK. Sembilan
layanan itu meliputi layanan Orientasi, layanan informasi, layanan penempatan
dan penyaluran, layanan penguasaan konten, layanan konseling perorangan,
layanan bimbingan kelompok, layanan konseling kelompok, layanan konsultasi
dan layanan mediasi. (Tohirin, 2007 : 141) .
1. Layanan Orientasi
Layanan orientasi yaitu layanan yang membantu siswa memahami
lingkungan baru, terutama lingkungan Sekolah dan obyek-obyek yang
dipelajari, untuk menyesuaikan diri serta mempermudah dan
memperlancar peran siswa di lingkungan yang baru.
2. Layanan Informasi
Layanan informasi yaitu layanan yang membantu siswa menerima dan
memahami berbagai informasi diri, sosial, belajar, karir / jabatan dan
pendidikan lanjutan
29
3. Layanan penempatan dan penyaluran penempatan yaitu penempatan dan
penyaluran siswa disekolah dapat berupa (a) penempatan siswa di dalam
kelas, (b) penempatan dan penyaluran ke dalam kelompok-kelompok
belajar, (c) ke dalam kefiatan koekstra kurikuler, dan (d) ke dalam
jurusan/program studi yang sesuai.
4. Layanan penguasaan konten
Layanan penguasaan konten yaitu layanan yang membantu peserta didik
menguasai kompetensi tertentu, misalnya kompetensi yang dapat berguna
dalam kehidupan di sekolah, keluarga, dan masyarakat.
5. Layanan konseling perorangan, layanan konseling ini dimaksudkan
sebagai pelayanan khusus dalam hubungan langsung tatap muka antara
konselor dan klien. Dalam hubungan itu masalah klien dicermati dan
diupayakan pengentasannya, sedapat-dapatnya dengan kekuatan klien
sendiri.
6. Layanan bimbingan kelompok ini adalah layanan bimbingan yang
diberikan dalam suasana kelompok menurut Gazda (dalam Prayitno dan
Amti 2004:309) mengemukakan bahwa bimbingan kelompok di sekolah
merupakan kegiatan informasi kepada kelompok siswa untuk membantu
mereka menyusun rencana dan keputusan yang tepat. Misalnya membantu
siswa dalam pengembangan pribadi, kemampuan hubungan sosial,
kegiatan belajar, karir atau jabatan.
7. Layanan konseling kelompok adalah layanan konseling perorangan
dilaksanakan di dalam suasana kelompok
30
8. layanan konsultasi
Layanan konsultasi yaitu layanan yang membantu siswa dan atau pihak
lain dengan adanya pihak ketiga dalam memperoleh wawasan,
pemahaman, dan cara-cara yang perlu dilaksanakan dalam menangani
kondisi dan atau masalah peserta didik.
9. Sedangkan layanan mediasi layanan yang membantu siswa menyelesaikan
permasalahan dan memperbaiki hubungan antar mereka. Seperti perbedaan
pendapat antara kedua belah pihak atau percecokan.
2.2 Perlunya Bimbingan dan Konseling di sekolah
Menurut Wardati dan Djauhar (2011:132) jika ditinjau secara mendalam,
setidaknya ada tiga hal utama yang melatar belakangi perlunya bimbingan yakni
ditinjau secara umum, sosio-kultural dan aspek psikologis. Secara umum latar
belakang perlunya bimbingan berhubungan erat dengan pencapaian tujuan
pendidikan nasional, yaitu meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia
yaitu manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa,
berbudi pekerti luhur, berkepribadian, berdisiplin, bekerja keras, bertanggung
jawab, mandiri, cerdas dan terampil serta sehat jasmani dan rohani.
Bila dicermati dari sudut sosio-kultural, yang melatar belakangi perlunya
proses bimbingan adalah adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
yang pesat sehingga berdampak di setiap dimensi kehidupan. Hal tersebut
semakin diperparah dengan laju pertumuhan penduduk yang tinggi, sementara laju
lapangan pekerjaan relatif menetap. Terdapat lima hal yang melatar belakangi
perlunya layanan bimbingan di sekolah yakni : (1) masalah perkembangan
31
individu, (2) masalah perbedaan individual, (3) masalah kebutuhan individu, (4)
masalah peneyesuaian diri dan kelaianan tingkah laku, dan (5) masalah belajar.
Menurut Prayitno dan Amti (2004:29-30) pelayanan bimbingan dan
konseling di sekolah di Indonesia sebenarnya telah dirintis sejak tahun 1960-an.
Mulai Tahun 1975 pelayanan bimbingan dan konseling telah secara resmi
memasuki sekolah-sekolah, yaitu dengan dicantumkannya pelayanan tersebut
pada kurikulum 1975 yang berlaku di sekolah-sekolah seluruh Indonesia, pada
jenjang SD, SLTP, dan SLTA. Pada Kurikulum 1984 keberadaan bimbingan dan
konseling lebih dimantapkan lagi. Keberadaan pelayanan bimbingan dan
penyuluhan di sekolah dipertegas lagi oleh Peraturan Pemerintah No 28 tahun
1990 (tentang Pendidikan Dasar) dan No. 29 tahun 1990 (tentang Pendidikan
Menengah) dalam kedua peraturan pemerintah itu disebutkan dalam Bab X,
bahwa : (1) Bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada siswa dalam
rangka upaya menemukan pribadi, mengenal lingkungan, dan merencanakan masa
depan (2) Bimbingan diberikan oleh guru pembimbing.
Dalam penjelasannya Peraturan Pemerintah No. 29 Tahun 1990
menyebutkan bahwa : (1) Bimbingan dalam rangka menemukan pribadi siswa,
dimaksudkan untuk membantu siswa menegnal kelebihan dan kekurangan yang
ada pada dirinya (2) Bimbingan dalam rangka mengenal lingkungan,
dimaksudkan untuk membantu siswa menyesuaikan diri dengan lingkungan
sosial, ekonomi, budaya serta alam yang ada (3) Bimbingan dalam rangka
merencanakan masa depan, mempersiapkan diri untuk langkah yang dipilihnya
setelah tamat pada sekolah menengah serta kariernya di masa depan.
32
Peraturan perundangan tersebut di atas memberikan legalisasi yang cukup
mantap tentang keberadaan pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah.
Boleh dikatakan pekerjaan bimbingan dan konseling tidak dapat diganggu gugat
lagi keberadaannya.
Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulkan bahwa pelayanan bimbingan
dan konseling di sekolah telah diterima dan menjadi suatu pekerjaan yang tugas
dan ruang lingkupnya jelas. Lebih jauh, mengingat bahwa sumber permasalahan
anak-anak, remaja dan pemuda sebagian besar berada di luar sekolah, dan
mengingat pula bahwa permasalahan yang dialami manuasia tidak hanya terdapat
di sekolah, maka pelayanan bimbingan dan konseling perlu menjangkau daerah-
daerah yang lebih luas di luar sekolah. Anak-anak, para remaja, dan pemuda
bahkan orang-orang dewasa di dalam keluarga, di dalam lembaga-lembaga kerja,
dan di dalam organisasi serta lembaga-lembaga kemasyarakatan pada umumnya
menghadapi masalah dalam kehidupan dan perkembangannya. Maka perlunya
layanan bimbingan dan konseling sangat penting bagi sekolah untuk membantu
para siswa yang mengalami masalah agar dapat teratasi secara optimal, oleh sebab
itu dibutuhkan pelayanan yang baik, menyenangkan, menarik dan profesional.
2.3 Faktor-Faktor Mempengaruhi Keberhasilan Layanan Bimbingan dan
Konseling di Sekolah
Keberhasilan proses konseling dalam pelaksanaannya ditentukan oleh
banyak faktor. Dalam hal ini, menurut Glading (dalam Lubis Lumongga 2011:69)
menjelaskan ada lima faktor yang mempengaruhi konseling yaitu struktur,
inisiatif, tatanan, (setting), fisik, kualiatas klien dan kualitas konselor.
33
a. Struktur
Struktur menurut Willis (dalam (dalam Lubis Lumongga 2011:69-71)
adalah susunan proses konseling yang dilakukan konselor secara sistematis,
sementara Gladding mengartikan struktur sebagai konsep mengenai
karakteristik, kondisi, prosedur, dan parameter konseling yang dipakai oleh
konselor dan lien. Struktur digunakan untuk memperjelas hubungan antara
konselor-klien, melindungi hak masing-masing, menunjukan arah, dan
memjamin konseling berhasil. Apabila konseling tidak memiliki struktur
yang jelas, maka klien tidak dapat memahami konseling sepenuhnya. Hal ini
membuatnya tidak aman, bingung, takut, dan tidak mau berbagi tanggung
jawab untuk keberhasilan konseling.
b. Inisiatif
Inisiatif dipandang sebagai motivasi untuk berubah. Klien yang
memiliki inisiatif untuk memepercepat kesembuhannya dalam proses
konseling akan memudahkan konselor dalam menangani permasalahan yang
dihadapinya. Inisiatif biasanya lahir dari klien yang menyadari bahwa ia
harus keluar dari masalahnya dan memiliki keyakinan yang kuat bahwa
konseling akan berhasil. Sementara klien yang masih enggan
mengungkapkan permasalahannya, maka konselor harus berinisiatif
mengambil tindakan nyata agar dapat menggali akar konflik klien.
34
c. Tatanan (setting) fisik
Tatanan fisik turut membantu terciptanya klien yang kondusif. Hal yang
perlu dilakukan oleh konselor adalah bagaimana membuat ruang klien
nyaman dan memberikan ketenangan pada klien. Konselor yang
professional diharapkan meiliki keterampilan untuk menyiapkan ruangan,
klien yang memungkinkan klien merasa aman, tenang, relaks, dan tenang.
d. Kualitas klien yang termasuk dalam kualitas klien adalah karakteristik
klien dan kesiapannya menjalani proses konseling.
e. Kualitas konselor adalah pihak yang paling memahami akan dibawa ke
mana arah konseling dan mengetahui sejauh mana tingkat keberhasilan
konseling.
Untuk itulah, seorang konselor harus memenuhi karakteristik khusus yang
harus dipenuhi untuk menangani klien.
Menurut Achmad Nurihsan Juntika (2007:57) kriteria atau patokan yang
dipakai untuk menilai keberhasilan layanan bimbingan dan konseling di sekolah
adalah mengacu pada terpenuhi atau tidak terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan
peserta didik dan pihak-pihak yang terlibat baik langsung maupun tidak langsung
berperan membantu peserta didik memperoleh perubahan perilaku dan pribadi
kearah yang lebih baik.
Dalam keseluruhan kegiatan layanan bimbingan dan konseling, penilaian
diperlukan untuk memperoleh umpan balik terhadap keefektifan layanan
bimbingan dan konseling yang telah dilaksanakan. Dengan informasi ini dapat
diketahui sampai sejauh mana derajat keberhasilan kegiatan layanan bimbingan
35
dan konseling. Penilaian merupakan langkah penting dalam manajemen program
bimbingan, tanpa penilaian tidak mungkin kita dapat mengetahui dan
mengidentifikasi keberhasilan layanan bimbingan dan konseling yang telah
direncanakan. Penilain program bimbingan merupakan usaha untuk menilai
sejauh mana pelaksanaan program itu mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Dengan kata lain bahwa keberhasilan layanan merupakan suatu kondisi yang
hendak dilihat lewat kegiatan penilain.
Hendaknya pembimbing senantiasa memperhatikan faktor-faktor yang dapat
memudahkan dalam melaksanakan proses konseling sehingga proses konseling
berjalan lancar dan hendaknya konselor dapat menciptakan suasana konseling
dengan aman dan nyaman, agar pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling di
sekolah dapat berjalan secara teratur.
2.4 Pemanfaatan Layanan Bimbingan dan Konseling oleh Siswa
Pemanfaatan dikonseptualisasikan sebagai suatu perilaku atau tindakan
menggunakan, menerima atau mengikuti layanan bimbingan dan konseling yang
diberikan oleh konselor. Menurut Sofyan dan Willis (2009 : 116) Siswa yang
merasa mengalami kesulitan diharapkan punya kesadaaran diri untuk
memanfaatkan layanan bimbingan dan konseling dengan sukarela. Namun
walaupun siswa datang dengan sukarela jika pembimbing kurang terampil, kurang
bersahabat, maka siswa tersebut tetap akan kecewa, Untuk menghadapi klien
terpaksa, pembimbing tidak boleh memaksa untuk memberi bantuan salah satu
strategi adalah menjelaskan secara bijak apa yang dimaksud dengan konseling.
Sebab kebanyakan siswa enggan atau tidak mau mendatanngi konseling karena
36
nama baik bimbingan dan konseling telah tercemar akibat ulah pembimbing di
lapangan yang tidak profesional.
Mereka memandang bahwa konseling adalah : (1) proses nasehat supaya klien
menjadi baik, (2) konseling hanya bagi kasus-kasus orang yang mengalami
masalah atau kesulitan penyesuaian diri misalnya orang gila. seorang siswa nakal,
mencuri, memukul teman, maka anak itu harus diberi bimbingan. namun jika ada
anak yang berprestasi dalam seni, belajar, olahraga, dan sebagainya, mereka tidak
perlu dibimbing. Padahal bimbingan dan konseling harus diberikan kepada semua
orang untuk perkembangan potensinya, jadi bukan hanya bagi yang bermasalah.
Namun masalah yang besar adalah kemampuan konselor menghadapi klien
bermusuhan.
Untuk memahami seberapa jauh pemanfaatan layanan bimbingan
konseling di sekolah yakni, ada perbedaan antara siswa yang memanfaatkan dan
yang tidak memanfaatkan layanan bimbingan dan konseling di sekolah. Perbedaan
itu tampak berkaitan dengan persepsi siswa terhadap cara konselor menampilkan
dirinya dihadapan siswa. Siswa yang memanfaatkan layanan bimbingan umumnya
menyatakan bahwa konselor merupakan orang yang ramah, menyenangkan,
bersahabat, penuh pengertian, menghargai, terbuka, dan bisa dipercaya.
Sedangkan siswa yang tidak memanfaatkan menyatakan bahwa mereka takut
dengan konselor dengan alasan konselor sering menghukum, tidak ramah, sering
marah, tidak menghargai, dan tidak bersahabat.
37
Untuk memaksimalkan peran program layanan bimbingan dan konseling
tentunya juga harus diiringi dengan pemanfaatan layanan bimbingan dan
konseling yang maksimal pula. Pemanfaatan layanan bimbingan dan konseling
sendiri diartikan sebagai perilaku menggunakan, menerima, atau mengikuti
layanan bimbingan dan konseling yang diberikan oleh pembimbing, dengan cara
berpartisipasi dalam berbagai komponen program layanan bimbingan dan
konseling. Tentunya kata pemanfaatan disini menuntut siswa juga berperan aktif
dalam memanfaatkan layanan tersebut, bukannya pasif menunggu program
layanan yang di berikan oleh pembimbing.