Post on 02-Jan-2020
7
BAB II
KAJIAN TEORITIK
A. Deskipsi Konseptual
1. Berpikir
Kegiatan berpikir biasanya muncul ketika ada keraguan dan
pertanyaan untuk dijawab atau berhadapan dengan persoalan atau
masalah yang memerlukan pemecahan. Solso (dalam Khodijah : 2016)
menyatakan bahwa thinking is any course or train of ideas; in the
narrowers and stricter sense, a course of ideas initiated by a problem (
berpikir adalah melatih ide-ide, dengan cara tepat dan seksama, yang
dimulai dengan adanya masalah).
Menurut Limbach dan Waugh (2010) “Thinking is the cognitive
process used to make sense ofthe world; questioning everyday
assumptions will direct students to new solutions that can positively
impact the quality of their lives”. Artinya bahwa berpikir adalah proses
kognitif yang digunakan untuk memahami lingkungan di sekitarnya,
mempertanyakan asumsi sehari-hari akan mengarahkan siswa untuk
solusi baru yang positif dapat mempengaruhi kualitas hidup mereka.
Pendapat selanjutnya diutarakan oleh Sa’diyah (2016) yaitu berpikir
adalah suatu kegiatan mental yang dialami seseorang bila mereka
dihadapkan pada suatu masalah atau situasi yang harus dikerjakan. Dari
pendapat di atas disimpulkan bahwa berpikir adalah berarti suatu aktivitas
kognitif yang terjadi akibat adanya asumsi atau masalah yang mana
7
Deskripsi Berpikir Lateral …, Yolanda Pratiwi, FKIP UMP, 2018
8
bertujuan untuk mengembangkan ide atau solusi dalam memecahkan
masalah.
Tujuan berpikir adalah mengumpulkan informasi serta
menggunakannya sebaik mungkin (De Bono, 1991). Terdapat bermacam-
macam cara berpikir, antara lain : berpikir vertikal, lateral, kritis, analitis,
kreatif dan lainnya. Salah satu bentuk kemampuan berpikir yang harus
dimiliki setiap siswa yaitu kemampuan befikir lateral.
2. Berpikir Lateral (Lateral Thinking)
Berpikir lateral pertama kali dikemukakan oleh Dr. Edward de Bono,
seorang psikolog asal Malta. Hal menarik dari pemikiran Edward de Bono
yaitu dalam mengubah kesadaran dan keyakinan orang mengenai berpikir.
Menurutnya, berpikir itu bukan bersifat given, namun perlu untuk dilatih
agar maksimal.
De Bono (1990) membagi pemikiran menjadi dua yakni secara lateral
dan secara vertikal. Ia mengungkapkan berpikir lateral sangat berbeda
dengan berpikir vertikal yang menjadi tipe berpikir tradisional. Berpikir
vertikal melihat suatu solusi berdasarkan sudut pandang kewajaran atau
melalui pemikiran biasa dan umum, sedangkan berpikir lateral memiliki
peran dalam melepaskan diri dari belenggu konsepsi gagasan lama.
Menurutnya, berpikir vertikal mempunyai sifat yang selektif sedangkan
berpikir lateral bersifat generatif. Berpikir lateral meningkatkan
keefektifan berpikir vertikal, dan berpikir vertikal mengembangkan
gagasan yang dibangkitkan oleh berpikir lateral. Dia juga menyatakan
Deskripsi Berpikir Lateral …, Yolanda Pratiwi, FKIP UMP, 2018
9
bahwa dalam berpikir lateral sedapat mungkin dikembangkan sebanyak-
banyaknya pendekatan alternatif.
Sejalan dengan hal itu, Puspaningtyas (2014) menyatakan dalam
penelitiannya bahwa vertical thinking one is trying to select the best
approaches but with lateral thinking one is generating different
approaches for the sake of generating them. Yaitu, berpikir vertikal adalah
seseorang mencoba untuk memilih pendekatan terbaik, sedangkan berpikir
lateral seseorang menggunakan pendekatan berbeda untuk memperoleh
hasil.
Gambar 1.1 Ilustrasi perbedaan berpikir vertikal
dan berpikir lateral
Pada Gambar 1.1 dapat diartikan bahwa berpikir vertikal bergerak
satu arah, dengan solusi yang paling mungkin dan paling benar yang sudah
ditetapkan arah pemecahan masalahnya, sedangkan berpikir lateral
alternatif penyelesaian dalam pemecahan masalah ialah beragam dan
menghasilkan sebanyak mungkin rancangan solusi. Buljac (2015) dalam
analisisnya berjudul “Lateral Thinking : Creativity Step By Step” yakni
lateral thinking is one of the processes that encourage to creativity, while
Deskripsi Berpikir Lateral …, Yolanda Pratiwi, FKIP UMP, 2018
10
ideas arising as a product of lateral thinking are creative by its nature.
Artinya bahwa berpikir lateral lebih menekankan proses yang mendorong
kepada proses berfikir kreatif dibandingkan hasil. Walaupun berbeda,
berpikir lateral dan vertical tidaklah dapat dipisahkan melainkan memiliki
fungsi saling melengkapi.
Berpikir lateral adalah kemampuan untuk berpikir kreatif, atau out of
box dengan menggunakan inspirasi dan imajinasi untuk memecahkan
masalah dengan melihat mereka dari perspektif yang tak terduga (De
Bono, 1990). Sejalan dengan itu Rosnawati (2011) berpendapat bahwa
berpikir lateral adalah memecahkan masalah melalui langsung dan
pendekatan kreatif, dengan menggunakan fakta-fakta yang ada dan
melibatkan ide-ide yang mungkin, tidak diperoleh dengan hanya
menggunakan langkah-langkah berpikir vertikal. Siswa tidak lagi kaku dan
canggung dalam mengungkapkan apa yang dipikirkan. Lateral thinking is
concerned with the generation of new ideas (S. Arul, 2013). Pendapat
berikutnya Semerci (2016) menyatakan bahwa Lateral thinking is an
alternative thinking which is developed against natural, logical and
mathematical thinking.
Berpikir lateral berhubungan erat dengan kreativitas. Namun, apabila
kreativitas seringkali hanya deskripsi suatu hasil, sedangkan berpikir
lateral merupakan deskripsi suatu proses (Sa’dyah : 2016). Berdasarkan
pendapat-pendapat tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa berpikir
lateral adalah cara berpikir yang mencari alternatif pemecahan masalah
Deskripsi Berpikir Lateral …, Yolanda Pratiwi, FKIP UMP, 2018
11
dari berbagai sudut pandang yang baru dan tidak kaku serta paling
mungkin untuk mendukung hasil akhir suatu masalah. Dengan sudut
pandang yang baru dan tidak kaku ini siswa akan lebih mampu berpikir
logis, kreatif dan bebas dalam mengkonstruksikan ide/pemikiran untuk
menyelesaikan permasalahan matematika.
Menurut De Bono (1990), mengemukakan ciri-ciri berpikir lateral
dan perbedaan nya dengan berpikir vertikal, antara lain:
Tabel 2.1
Perbedaan Berpikir lateral dan berpikir Vertikal
No. Berpikir Vertikal Berpikir Lateral
1. Bersifat selektif (didasarkan
pada kebenaran)
Bersifat generatif (lebih
menekankan kepada kekayaan
ragam )
2.
Bergerak sesuai arah untuk
menuju kearah pemecahan
masalah
Bergerak untuk
menggembangkan arah
3. Bersifat analitis Bersifat provocative (bersifat
provokatif)
4. Bergerak secara berurutan
(selangkah demi selangkah)
Dapat membuat lompatan
dalam berpikir
5. Harus tepat pada setiap
langkah
Tidak harus benar dalam setiap
langkah, artinya
mengedepankan kreatifitas dan
kebebasan berpikir
6.
Menggunakan kaidah
negatif, agar dapat menutup
jalur jalan tertentu
Membenarkan seseorang untuk
mencoba suatu jalan yang
paling tidak mungkin
7.
Memusatkan perhatian dan
mengesampingkan sesuatu
yang tidak relevan
Menyambut baik semua
kemungkinan dan pengaruh
luar
8. Katergori, klasifikasi dan
label-label bersifat tetap
Kategori, Klasifikasi dan label
tidak bersifat tetap
9. Mengikuti jalur yang paling Menjelajahi jalur yang paling
Deskripsi Berpikir Lateral …, Yolanda Pratiwi, FKIP UMP, 2018
12
tepat tidak tepat
10. Proses yang terbatas proses berpikir yang serba
mungkin
a) Indikator Kemampuan Berpikir Lateral
Paul Sloane (2010) dalam bukunya “How to be Brilliant Thinker”
menyatakan bahwa De Bono mendefinisikan empat aspek utama dari
cara berpikir lateral yakni :
1) Identifikasi gagasan-gagasan pembeda yang dominan;
2) Pencarian cara yang berbeda dalam melihat sesuatu;
3) Relaksasi kontrol yang kaku dari cara berpikir vertikal;
4) Penggunaan kesempatan.
Menurut Nexusnexia (Syutaridho, 2012) , De Bono
mengidentifikasi empat aspek langkah utama berpikir lateral, yaitu :
1) Mengenali ide dominan dari masalah yang sedang dihadapi;
2) Mencari cara-cara lain dalam memandang permasalahan;
3) Melonggarkan kendali cara berpikir yang kaku;
4) Memakai ide-ide acak untuk membangkitkan ide-ide baru.
Syutharidho (2012) juga mengemukakan indikator orang yang
memiliki kemampuan berpikir lateral jika:
1) Dapat membuat lompatan dalam berpikir;
2) Mencari cara-cara lain dalam memandang permasalahan;
3) Menjajagi jalan yang paling tidak mungkin (solusi penyelesaian
berbeda dari orang lain);
Deskripsi Berpikir Lateral …, Yolanda Pratiwi, FKIP UMP, 2018
13
4) Memakai ide-ide acak untuk membangkitkan ide-ide baru
(menggunakan langkah-langkah baru atau menghasilkan jawaban
yang benar).
Sejalan dengan hal tersebut Sa’diyah (2016) dalam penelitiannya
menyebutkan empat indikator orang yang berpikir lateral dalam
memecahkan masalah matematika, yakni :
1) Menyebutkan apa yang diketahui dan ditanyakan pada soal;
2) Menghasilkan cara lebih dari satu dalam menyelesaikan sebuah
masalah;
3) Menyelesaikan masalah dengan cara tidak lazim;
4) Menghasilkan langkah-langkah penyelesaian yang berbeda namun
logis dan jawaban yang dihasilkan benar.
Jadi, dapat disimpulkan indikator kemampuan berpikir lateral
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Tabel 2.2
Aspek dan Indikator Kemampuan Berpikir Lateral
No Aspek-aspek Berpikir
Lateral Indikator Berpikir Lateral
1. Mengenali ide dominan dari
masalah yang sedang dialami
Siswa mampu Menyebutkan inti
permasalahan, yakni yang
diketahui dan ditanyakan dalam
soal
2. Mencari cara-cara lain dalam
memandang permasalahan
Siswa mampu membuat cara
lebih dari satu yang tidak biasa
dalam menyelesaikan sebuah
permasalahan
3. Melonggarkan kendali cara
yang berpikir kaku
Siswa mampu menyelesaikan
masalah dengan cara yang bebas
dan inovatif namun logis
Deskripsi Berpikir Lateral …, Yolanda Pratiwi, FKIP UMP, 2018
14
4. Memakai ide-ide acak untuk
membangkitkan ide-ide baru
Siswa mampu membuat langkah-
langkah penyelesaian yang serba
mungkin, baru dan kreatif namun
menghasilkan jawaban yang logis
dan benar.
Tujuan berpikir lateral adalah untuk melepaskan diri dari ide-ide
tradisional untuk mencari dan mencipta ide-ide baru. Peranan ini
menghasilkan perubahan sikap dan pendekatan untuk mengamati
masalah dengan cara yang berbeda, yang semula senantiasa diamati
dengan cara yang sama. Seseorang dengan berpikir lateral akan
bergerak untuk mengembangkan arah , bukan supaya dapat mengikuti
arah.
Dibawah ini adalah contoh berpikir lateral dalam matematika
(Syutharidho, 2012).
Contoh :
Bagilah segitiga dibawah ini menjadi empat bagian.
Berdasarkan permasalahan tersebut, orang yang berpikir vertikal
akan memikirkan penyelesaian yang paling masuk akal, yaitu dengan
membagi segitiga tersebut menjadi empat bagian sama besar. Seperti
gambar dibawah ini,
Deskripsi Berpikir Lateral …, Yolanda Pratiwi, FKIP UMP, 2018
15
atau membaginya dengan pola yang sama, kearah vertikal maupun
horizontal. Seperti gambar dibawah ini,
sedangkan orang yang berpikir lateral akan membagi segitiga tersebut
menjadi empat bagian dengan sembarang tanpa mempertimbangkan
kesamaan bentuk maupun pola, namun penyelesaian tersebut tidak
menyalahi aturan dan logis, serta dapat dipertanggungjawabkan. Seperti
gambar dibawah ini.
Jadi, dengan kemampuan berpikir lateral siswa akan lebih mudah
dan bebas dalam mengkonstruksikan ide dan gagasan untuk
menentukan solusi dalam pemecahan matematis. Berpikir lateral dalam
penelitian ini adalah berpikir dari berbagai sudut pandang yang berbeda
dengan mencari berbagai macam alternatif penyelesaian yang berbeda-
beda.
3. Masalah Matematika
Masalah menurut Resnick dan Glaser dapat diartikan
sebagai suatu keadaan dimana seseorang melakukan tugasnya yang
tidak ditemuinya di waktu sebelumnya (Sa’diyah : 2016). Masalah pada
umumnya timbul karena adanya hasrat ingin memenuhi atau
Deskripsi Berpikir Lateral …, Yolanda Pratiwi, FKIP UMP, 2018
16
mendapatkan suatu hal, namun adanya kesenjangan antara kondisi nyata
dengan kondisi yang diinginkan. Hudojo (2001) menyatakan bahwa suatu
merupakan masalah matematika jika memenuhi tiga syarat, yaitu: (1)
menantang untuk diselesaikan dan dapat dipahami siswa; (2) tidak dapat
diselesaikan dengan prosedur rutin; (3) melibatkan ide-ide matematika.
Suherman, dkk (Muhsinin, 2013) mengemukakan bahwa problem
yang diformulasikan memiliki multi jawaban yang benar disebut problem
tak lengkap atau disebut juga open ended problem atau soal terbuka.
Keunggulan dari pemberian soal open-ended dalam pembelajaran
matematika adalah kemampuan berpikir matematika siswa dapat
berkembang secara maksimal, melalui berbagai strategi dan cara yang
diyakininya dalam menyelesaikan masalah, sehingga membantu
perkembangan aktivitas dan kreatifitas berpikir siswa (Mustikasari,dkk :
2010)
Menurut Takahashi (2008), terdapat beberapa manfaat dari
penggunaan soal terbuka dalam pembelajaran matematika, yaitu sebagai
berikut :
1) Siswa menjadi lebih aktif dalam mengekspresikan ide-ide mereka.
2) Siswa mempunyai kesempatan lebih untuk secara komprehensif
menggunakan pengetahuan dan keterampilan mereka.
3) Siswa mempunyai pengalaman yang kaya dalam proses menemukan
dan menerima persetujuan dari siswa lain terhadap ide-ide mereka.
Deskripsi Berpikir Lateral …, Yolanda Pratiwi, FKIP UMP, 2018
17
Aspek keterbukaan dalam soal terbuka menurut Mahmudi (2008)
dapat diklasifikasikan ke dalam tiga tipe, yaitu:
1) terbuka proses penyelesaiannya, yakni soal itu memiliki beragam cara
penyelesaian,
2) terbuka hasil akhirnya, yakni soal itu memiliki banyak jawab yang
benar, dan
3) terbuka pengembangan lanjutannya, yakni ketika siswa telah
menyelesaikan suatu permasalahan, selanjutnya mereka dapat
mengembangkan soal baru dengan mengubah syarat atau kondisi pada
soal yang telah diselesaikan.
Mahmudi (2008) memberikan ilustrasi dua soal untuk membedakan
antara soal tertutup dan soal terbuka. (1) Gedung bioskop Plaza 27
mencatat penjualan tiket film Laskar Pelangi selama tiga hari berturut-
turut adalah 457 lembar, 446 lembar, dan 475 lembar. Hitung banyak
tiket yang terjual selama tiga hari tersebut. (2) Susunlah sebuah data yang
rata-ratanya lebih dari mediannya dan jangkauannya adalah 7. Soal (1)
merupakan soal rutin dan bukan masalah terbuka karena prosedur yang
digunakan untuk menentukan penyelesaiannya sudah tertentu yakni hanya
menjumlahkan ketiga bilangan yang terdapat pada soal. Soal ini juga
hanya memiliki satu jawaban yang benar. Sedangkan soal (2) merupakan
soal terbuka (open-ended problem). Soal ini juga dikategorikan sebagai
soal non-rutin. Keterbukaan soal ini meliputi keterbukaan proses,
keterbukaan hasil akhir, dan keterbukaan pengembangan lanjutan. Soal ini
Deskripsi Berpikir Lateral …, Yolanda Pratiwi, FKIP UMP, 2018
18
dikategorikan sebagai soal non-rutin karena tidak memiliki prosedur
tertentu untuk menjawabnya.
Berdasarkan uraian diatas, maka dalam penelitian ini masalah
matematika adalah masalah terbuka yang mana soal-soal matematika yang
dirumuskan sedemikian rupa, sehingga memiliki beberapa atau bahkan
banyak solusi yang benar, dan terdapat banyak cara untuk mencapai solusi
itu.
4. Pemecahan Masalah Matematis
Setiap manusia pada dasarnya selalu dihadapkan kepada masalah
yang memerlukan suatu pemecahan. Pemecahan masalah (Solso, 2007)
merupakan suatu pemikiran yang terarah secara langsung untuk
menemukan suatu solusi/jalan keluar untuk suatu masalah yang spesifik.
Melalui pemecahan masalah seseorang melakukan sebuah proses berpikir
untuk menyelesaikan atau mencari jalan keluar dari masalah atau
persoalan yang sedang dihadapi dengan menggunakan pengetahuan atau
keterampilan yang telah dimiliki sebelumnya. Dalam pembelajaran
matematika aspek pemecahan masalah menjadi sangat penting. Hal ini
dikarenakan matematika merupakan, pengetahuan yang bersifat logis,
sistematis, berpola, abstrak, dan membutuhkan pembuktian. Mawarni
(2015) menyatakan bahwa pemecahan masalah merupakan cara belajar
yang dianggap efisien dalam usaha untuk mencapai tujuan pengajaran,
salah satunya dengan heuristik pemecahan masalah menurut polya.
Deskripsi Berpikir Lateral …, Yolanda Pratiwi, FKIP UMP, 2018
19
Polya (1973) dalam bukunya How To Solve It, mendefinisikan
bahwa pemecahan masalah merupakan suatu usaha untuk mencari jalan
keluar dari suatu kesulitan guna mencapai satu tujuan yang tidak begitu
mudah segera untuk dicapai. Selain itu Polya juga memperkenalkan 4
langkah dalam menyelesaikan masalah yang Heuristik. Dimana,
Heuristik adalah langkah-langkah umum yang membantu pemecahan
masalah dalam menemukan solusi masalah. Empat langkah pemecahan
masalah tersebut adalah :
1. Memahami masalah
Fase memahami masalah adalah fase dimana siswa sudah mampu
menuliskan apa yang diketahui dan apa yang ditanya dalam suatu
soal pemecahan masalah. Siswa diarahkan untuk dapat menjawab
pertanyaan berikut :
a. Apakah yang diketahui dari soal,
b. Apakah yang ditanyakan dari soal,
c. Apakah informasi/hal-hal penting yang diperoleh dari soal,
d. Bagaimana akan menyelesaikan soal,
e. Adakah syarat/tanda-tanda khusus dalam soal tersebut, seperti
simbol, gambar, grafik atau lainnya.
Berdasarkan pertanyaan-pertanyaan tersebut diharapkan siswa lebih
mudah mengidentifikasi apa yang menjadi informasi penting dalam
memecahkan masalah. Tanpa adanya pemahaman terhadap masalah
Deskripsi Berpikir Lateral …, Yolanda Pratiwi, FKIP UMP, 2018
20
yang diberikan, siswa tidak akan mungkin menyelesaikan masalah
tersebut dengan benar.
2. Membuat rencana untuk menyelesaikan masalah
Perencanaan pemecahan masalah merupakan unsur penting atas
baiknya suatu pemecahan masalah. Dalam hal ini peserta didik
dituju untuk mampu mengidentifikasi strategi- strategi/konsep/
teori/rumus yang mungkin diperlukan untuk menyelesaikan
masalah yang sesuai dengan permasalahan yang akan dipecahkan.
3. Melaksanakan penyelesaian masalah
Dalam tahap ini siswa telah memahami permasalahan dan telah siap
melakukan perhitungan dengan segala macam data yang diperlukan
termasuk konsep dan rumus atau persamaan yang sesuai. Kemudian
siswa dapat membentuk sistematika soal yang lebih baku, dalam
arti rumus-rumus yang akan digunakan sudah merupakan rumus
yang siap untuk digunakan sesuai dengan apa yang digunakan
dalam soal. Lalu siswa mulai memasukkan data-data hingga
menjurus ke rencana pemecahannya, setelah itu baru siswa
melaksanakan langkah-langkah rencana, yang mana diharapkan
soal dapat dibuktikan atau diselesaikan.
4. Memeriksa kembali masalah
Dalam tahap ini siswa melakukan pengecekan kembali atas apa
yang dilakukan, guna melihat apakah hasil yang diperoleh
merupakan solusi atas permasalahan.
Deskripsi Berpikir Lateral …, Yolanda Pratiwi, FKIP UMP, 2018
21
Adapun langkah-langkah yang dilakukan untuk memeriksa ulang
jawaban yang diperoleh :
a. Mencocokkan hasil yang diperoleh dengan hal yang ditanyakan
b. Meinginterpretasikan jawaban yang diperoleh
c. Mengidentifikasi adakah cara lain yang dapat dilakukan untuk
mendapatkan solusi.
5. Berpikir Lateral (Lateral Thinking) dalam Memecahkan Masalah
Matematis
Proses berfikir mempunyai peranan dalam upaya memecahkan
masalah, khususnya masalah matematika. Sebagaimana pendapat yang
dikemukakan Carson (2007) “Problem solving theory and practice
suggest that thinking is more important to solving problems than
knowledge and that it is possible to teach thinking in situations where little
or no knowledge of the problem is needed”. Dalam teori dan praktek
pemecahan masalah menunjukkan bahwa berpikir sangat penting untuk
pemecahan masalah daripada sekedar pengetahuan dan dimungkinkan
untuk mengajarkan berpikir pada situasi dimana ada atau tidaknya
pengetahuan tentang masalah yang diperlukan. Carson (2007) berpendapat
bahwa “Thinking is actually the integration of theory and practice, the
abstract and the concrete, the conceptual and the particular”. Berpikir
sebenarnya merupakan penggabungan antara teori dan praktek, abstrak dan
konkret, konsep dan fakta. Berdasarkan uraian sebelumnya bahwa
memecahkan masalah merupakan cara yang dilakukan siswa dalam
Deskripsi Berpikir Lateral …, Yolanda Pratiwi, FKIP UMP, 2018
22
mencari solusi, yang melibatkan proses berpikir. Konsep berpikir lateral
dalam belajar matematika sangat diperlukan terutama dalam
menyelesaikan masalah yang membutuhkan berpikir mencari banyak
alternatif penyelesaian.
Ridwan dan Eka (2014) menyatakan bahwa memberikan masalah
matematis open-ended kepada siswa dapat mengembangkan kemampuan
problem solving yang memiliki berbagai cara untuk mencari solusi dengan
berbagai variasi solusi. Syutaridho (2012) menyimpulkan pendapat De
Bono, bahwa Indikator soal/masalah untuk melihat kemampuan berpikir
lateral sebagai berikut :
1) Keragaman jawaban/strategi terhadap permasalahan/soal yang
diberikan;
2) Dapat merangsang siswa untuk membuat lompatan dalam berpikir;
3) Mengutamakan ide berpikir;
Berdasarkan pernyataan tersebut, masalah yang diberikan kepada
siswa agar mampu melihat kemampuan berpikir siswa adalah masalah
yang dapat mengembangkan kreatifitas berpikir dalam pemecahannya. Hal
ini dapat pula dihubungkan dengan ciri-ciri masalah Open ended.
Masalah matematika Open ended memenuhi indikator soal untuk
melihat kemampuan berpikir lateral. Melalui pemecahan masalah
matematis open ended maka memberi keleluasaan kepada siswa untuk
melakukan elaborasi lebih besar sehingga memungkinkan tumbuh dan
berkembangnya kemampuan berpikir matematis dan kreativitas setiap
Deskripsi Berpikir Lateral …, Yolanda Pratiwi, FKIP UMP, 2018
23
siswa. Soal-soal open-ended memberikan peluang kepada siswa untuk
memberikan banyak pemecahan masalah dengan banyak strategi
pemecahan masalah, sehingga dengan beragamnya jawaban yang
diberikan siswa tersebut guru dapat mendeteksi kemampuan berpikir siswa
(Mustikasari, dkk : 2010). Maka, dapat disimpulkan bahwa melalui soal-
soal pemecahan masalah matematis open ended, kita dapat
mendeskripsikan kemampuan berpikir lateral siswa.
Selain itu langkah pemecahan masalah langkah polya memiliki
keterhubungan dengan indikator proses berpikir lateral. Hal tersebut dapat
dilihat kembali berdasakan Tabel berikut :
Tabel 2.3
Hubungan proses berpikir lateral dan tahap pemecahan polya
No Tahapan
Polya
Aspek-aspek
Berpikir Lateral
Indikator Berpikir
Lateral
1. Memahami
Masalah
Mengenali ide
dominan dari
masalah yang
sedang dialami
Siswa mampu
menyebutkan inti
permasalahan, yakni yang
diketahui dan ditanyakan
dalam soal.
2.
Merencanakan
Penyelesaian
Masalah
Mencari cara-cara
lain dalam
memandang
permasalahan
Siswa mampu membuat
strategi/ cara penyelesaian
yang tidak biasa dalam
menyelesaikan sebuah
permasalahan.
3. Menyelesaikan
Masalah
Melonggarkan
kendali cara yang
berpikir kaku
Siswa mampu
menyelesaikan masalah
dengan cara yang bebas
dan inovatif namun logis.
Deskripsi Berpikir Lateral …, Yolanda Pratiwi, FKIP UMP, 2018
24
4.
Memeriksa
Kembali
Masalah
Memakai ide-ide
acak untuk
membangkitkan
ide-ide baru
Siswa mampu membuat
langkah-langkah
penyelesaian yang serba
mungkin, baru dan kreatif
namun menghasilkan
jawaban yang logis dan
benar.
Maka, dapat dikatakan bahwa proses berpikir lateral siswa SMA
dapat dilihat pada bagaimana siswa memecahkan masalah matematika
Open-ended dengan setiap langkah-langkah penyelesaian masalah polya.
Dalam penelitian ini peneliti akan mendeskripsikan kemampuan berpikir
lateral siswa dalam menyelesaian masalah matematis.
6. Tinjauan Materi Trigonometri
Adapun materi yang akan digunakan pada penelitian ini adalah materi
Trigonometri Kelas XI semester I.
Standar Kompetisi :
7. Menerapkan perbandingan, fungsi, persamaan, dan identitas
trigonometri dalam pemecahan masalah.
Kompetisi Dasar :
7.1 Menentukan dan menggunakan nilai perbandingan
trigonometri suatu sudut
7.3 Menerapkan aturan sinus dan kosinus
7.4 Menentukan luas suatu segitiga
Deskripsi Berpikir Lateral …, Yolanda Pratiwi, FKIP UMP, 2018
25
Indikator :
7.1.1 Perbandingan trigonometri dipergunakan untuk menentukan
panjang sisi dan besar sudut segitiga siku-siku.
7.1.3 Menerapkan aturan sinus dan kosinus
7.1.4 Luas segitiga dihitung dengan menggunakan rumus luas
segitiga.
B. Penelitian Relevan
Sa’diyah (2015) mendeskripsikan berpikir lateral siswa dalam
menyelesaikan masalah matematika materi bangun datar pada siswa SMP
Negeri 1 Sidoarjo. Hasil penelitian tersebut memuat, kesimpulan bahwa dalam
memecahkan masalah matematika siswa dikatakan melakukan proses berpikir
lateral apabila siswa mampu menggunakan simbol-simbol, membuat lompatan
berpikir dan melakukan penalaran logis, serta menemukan berbagai macam
alternatif penyelesaian yang tidak lazim dan unik.
Pramita,dkk (2015) dalam hasil penelitiannya yang berjudul Analisis
kemampuan berpikir lateral siswa dalam menyelesaikan soal open ended di
SMPN 10 Pontianak, menyimpulkan bahwa memberikan soal open ended
dapat mengidentifikasi kemampuan berpikir lateral siswa secara menyeluruh.
Dilihat berdasarkan tingkat kemampuan dasar (atas, menengah dan bawah)
ternyata terdapat perbedaan kategori tingkat berpikir lateral yaitu siswa pada
tingkat kemampuan dasar atas dikategorikan memiliki kemampuan berpikir
lateral yang baik sedangkan siswa pada tingkat kemampuan dasar menengah
Deskripsi Berpikir Lateral …, Yolanda Pratiwi, FKIP UMP, 2018
26
dan bawah dikategorikan memiliki kemampuan berpikir lateral yang cukup
baik. Pada siswa dengan kemampuan dasar tingkat atas dan bawah terdapat
perbedaan kategori kemampuan lateral.
Muliawati (2015) dalam penelitiannya berjudul proses berpikir lateral
siswa SMA N 1 Kalidawir kelas XI IPA dalam memecahkan masalah
matematika berdasarkan langkah Polya ditinjau dari gaya kognitif dan gender.
Dalam penelitian tersebut Mulyawati menyatakan bahwa soal non-rutin dapat
mengoptimalkan berpikir lateral siswa. Indikator yang digunakan adalah
memahami masalah dengan menentukan informasi penting, membedakan
yang diketahui, yang ditanyakan, serta petunjuk soal, dan mengenali
keterkaitan informasi melalui hubungan sebab akibat. Hasil penelitian
diperoleh bahwa proses berpikir lateral siswa field independent laki-laki dan
siswa field independent perempuan memiliki karakteristik berpikir lateral yang
sama. Hanya saja siswa field independent perempuan lebih praktis dan efisien
dalam menjelaskan informasi secara non lisan.
Persamaan ketiga penelitian diatas dengan apa yang peneliti akan teliti
adalah sama-sama meneliti tentang berpikir lateral sebagai subjek penelitian
utamanya. Sedangkan, perbedaan nya adalah dari tinjauan, objek penelitian,
meteri serta indikator berpikir lateral yang akan diteliti juga berbeda.
C. Kerangka Berpikir
Berpikir lateral menjadikan siswa mampu merangsang pola pikir untuk
mengkonstruksikan ide ke bentuk yang lebih kreatif dan bebas dalam
Deskripsi Berpikir Lateral …, Yolanda Pratiwi, FKIP UMP, 2018
27
menyelesaikan permasalahan matematis. Mengingat pentingnya kemampuan
berpikir lateral matematis, maka amat sangat perlu diadakan suatu penelitian
terhadap siswa terkait kemampuan berpikir lateralnya. Untuk melihat
kemampuan berpikir tersebut maka diperlukan sebuah masalah non-
rutin/terbuka (Open ended problems). Pemberian masalah kepada siswa akan
mendorong siswa untuk berpikir menyelesaikan masalah. Peneliti
menggunakan pemecahan masalah Polya untuk memperhatikan/menganalisis
bagaimana pemenuhan aspek dan indikator berpikir lateral siswa.
Dari uraian diatas, penelitian diadakan pada siswa kelas XI IPA 1 dan XI
IPA 2 SMA Muhammadiyah 1 Purwokerto dengan menggunakan materi
Trigonometri adalah terkait deskriptif berpikir lateral siswa dalam
memecahkan masalah matematis, yangmana dalam melakukan penelitian ini
peneliti menggunakan instrumen penelitian berupa soal yang open ended serta
melalui wawancara.
Deskripsi Berpikir Lateral …, Yolanda Pratiwi, FKIP UMP, 2018