BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskipsi Konseptual 1. …repository.ump.ac.id/7676/3/BAB II_YOLANDA...

21
BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskipsi Konseptual 1. Berpikir Kegiatan berpikir biasanya muncul ketika ada keraguan dan pertanyaan untuk dijawab atau berhadapan dengan persoalan atau masalah yang memerlukan pemecahan. Solso (dalam Khodijah : 2016) menyatakan bahwa thinking is any course or train of ideas; in the narrowers and stricter sense, a course of ideas initiated by a problem ( berpikir adalah melatih ide-ide, dengan cara tepat dan seksama, yang dimulai dengan adanya masalah). Menurut Limbach dan Waugh (2010) “Thinking is the cognitive process used to make sense ofthe world; questioning everyday assumptions will direct students to new solutions that can positively impact the quality of their lives”. Artinya bahwa berpikir adalah proses kognitif yang digunakan untuk memahami lingkungan di sekitarnya, mempertanyakan asumsi sehari-hari akan mengarahkan siswa untuk solusi baru yang positif dapat mempengaruhi kualitas hidup mereka. Pendapat selanjutnya diutarakan oleh Sa’diyah (2016) yaitu berpikir adalah suatu kegiatan mental yang dialami seseorang bila mereka dihadapkan pada suatu masalah atau situasi yang harus dikerjakan. Dari pendapat di atas disimpulkan bahwa berpikir adalah berarti suatu aktivitas kognitif yang terjadi akibat adanya asumsi atau masalah yang mana 7 Deskripsi Berpikir Lateral …, Yolanda Pratiwi, FKIP UMP, 2018

Transcript of BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskipsi Konseptual 1. …repository.ump.ac.id/7676/3/BAB II_YOLANDA...

Page 1: BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskipsi Konseptual 1. …repository.ump.ac.id/7676/3/BAB II_YOLANDA PRATIWI...10 ideas arising as a product of lateral thinking are creative by its nature.

7

BAB II

KAJIAN TEORITIK

A. Deskipsi Konseptual

1. Berpikir

Kegiatan berpikir biasanya muncul ketika ada keraguan dan

pertanyaan untuk dijawab atau berhadapan dengan persoalan atau

masalah yang memerlukan pemecahan. Solso (dalam Khodijah : 2016)

menyatakan bahwa thinking is any course or train of ideas; in the

narrowers and stricter sense, a course of ideas initiated by a problem (

berpikir adalah melatih ide-ide, dengan cara tepat dan seksama, yang

dimulai dengan adanya masalah).

Menurut Limbach dan Waugh (2010) “Thinking is the cognitive

process used to make sense ofthe world; questioning everyday

assumptions will direct students to new solutions that can positively

impact the quality of their lives”. Artinya bahwa berpikir adalah proses

kognitif yang digunakan untuk memahami lingkungan di sekitarnya,

mempertanyakan asumsi sehari-hari akan mengarahkan siswa untuk

solusi baru yang positif dapat mempengaruhi kualitas hidup mereka.

Pendapat selanjutnya diutarakan oleh Sa’diyah (2016) yaitu berpikir

adalah suatu kegiatan mental yang dialami seseorang bila mereka

dihadapkan pada suatu masalah atau situasi yang harus dikerjakan. Dari

pendapat di atas disimpulkan bahwa berpikir adalah berarti suatu aktivitas

kognitif yang terjadi akibat adanya asumsi atau masalah yang mana

7

Deskripsi Berpikir Lateral …, Yolanda Pratiwi, FKIP UMP, 2018

Page 2: BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskipsi Konseptual 1. …repository.ump.ac.id/7676/3/BAB II_YOLANDA PRATIWI...10 ideas arising as a product of lateral thinking are creative by its nature.

8

bertujuan untuk mengembangkan ide atau solusi dalam memecahkan

masalah.

Tujuan berpikir adalah mengumpulkan informasi serta

menggunakannya sebaik mungkin (De Bono, 1991). Terdapat bermacam-

macam cara berpikir, antara lain : berpikir vertikal, lateral, kritis, analitis,

kreatif dan lainnya. Salah satu bentuk kemampuan berpikir yang harus

dimiliki setiap siswa yaitu kemampuan befikir lateral.

2. Berpikir Lateral (Lateral Thinking)

Berpikir lateral pertama kali dikemukakan oleh Dr. Edward de Bono,

seorang psikolog asal Malta. Hal menarik dari pemikiran Edward de Bono

yaitu dalam mengubah kesadaran dan keyakinan orang mengenai berpikir.

Menurutnya, berpikir itu bukan bersifat given, namun perlu untuk dilatih

agar maksimal.

De Bono (1990) membagi pemikiran menjadi dua yakni secara lateral

dan secara vertikal. Ia mengungkapkan berpikir lateral sangat berbeda

dengan berpikir vertikal yang menjadi tipe berpikir tradisional. Berpikir

vertikal melihat suatu solusi berdasarkan sudut pandang kewajaran atau

melalui pemikiran biasa dan umum, sedangkan berpikir lateral memiliki

peran dalam melepaskan diri dari belenggu konsepsi gagasan lama.

Menurutnya, berpikir vertikal mempunyai sifat yang selektif sedangkan

berpikir lateral bersifat generatif. Berpikir lateral meningkatkan

keefektifan berpikir vertikal, dan berpikir vertikal mengembangkan

gagasan yang dibangkitkan oleh berpikir lateral. Dia juga menyatakan

Deskripsi Berpikir Lateral …, Yolanda Pratiwi, FKIP UMP, 2018

Page 3: BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskipsi Konseptual 1. …repository.ump.ac.id/7676/3/BAB II_YOLANDA PRATIWI...10 ideas arising as a product of lateral thinking are creative by its nature.

9

bahwa dalam berpikir lateral sedapat mungkin dikembangkan sebanyak-

banyaknya pendekatan alternatif.

Sejalan dengan hal itu, Puspaningtyas (2014) menyatakan dalam

penelitiannya bahwa vertical thinking one is trying to select the best

approaches but with lateral thinking one is generating different

approaches for the sake of generating them. Yaitu, berpikir vertikal adalah

seseorang mencoba untuk memilih pendekatan terbaik, sedangkan berpikir

lateral seseorang menggunakan pendekatan berbeda untuk memperoleh

hasil.

Gambar 1.1 Ilustrasi perbedaan berpikir vertikal

dan berpikir lateral

Pada Gambar 1.1 dapat diartikan bahwa berpikir vertikal bergerak

satu arah, dengan solusi yang paling mungkin dan paling benar yang sudah

ditetapkan arah pemecahan masalahnya, sedangkan berpikir lateral

alternatif penyelesaian dalam pemecahan masalah ialah beragam dan

menghasilkan sebanyak mungkin rancangan solusi. Buljac (2015) dalam

analisisnya berjudul “Lateral Thinking : Creativity Step By Step” yakni

lateral thinking is one of the processes that encourage to creativity, while

Deskripsi Berpikir Lateral …, Yolanda Pratiwi, FKIP UMP, 2018

Page 4: BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskipsi Konseptual 1. …repository.ump.ac.id/7676/3/BAB II_YOLANDA PRATIWI...10 ideas arising as a product of lateral thinking are creative by its nature.

10

ideas arising as a product of lateral thinking are creative by its nature.

Artinya bahwa berpikir lateral lebih menekankan proses yang mendorong

kepada proses berfikir kreatif dibandingkan hasil. Walaupun berbeda,

berpikir lateral dan vertical tidaklah dapat dipisahkan melainkan memiliki

fungsi saling melengkapi.

Berpikir lateral adalah kemampuan untuk berpikir kreatif, atau out of

box dengan menggunakan inspirasi dan imajinasi untuk memecahkan

masalah dengan melihat mereka dari perspektif yang tak terduga (De

Bono, 1990). Sejalan dengan itu Rosnawati (2011) berpendapat bahwa

berpikir lateral adalah memecahkan masalah melalui langsung dan

pendekatan kreatif, dengan menggunakan fakta-fakta yang ada dan

melibatkan ide-ide yang mungkin, tidak diperoleh dengan hanya

menggunakan langkah-langkah berpikir vertikal. Siswa tidak lagi kaku dan

canggung dalam mengungkapkan apa yang dipikirkan. Lateral thinking is

concerned with the generation of new ideas (S. Arul, 2013). Pendapat

berikutnya Semerci (2016) menyatakan bahwa Lateral thinking is an

alternative thinking which is developed against natural, logical and

mathematical thinking.

Berpikir lateral berhubungan erat dengan kreativitas. Namun, apabila

kreativitas seringkali hanya deskripsi suatu hasil, sedangkan berpikir

lateral merupakan deskripsi suatu proses (Sa’dyah : 2016). Berdasarkan

pendapat-pendapat tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa berpikir

lateral adalah cara berpikir yang mencari alternatif pemecahan masalah

Deskripsi Berpikir Lateral …, Yolanda Pratiwi, FKIP UMP, 2018

Page 5: BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskipsi Konseptual 1. …repository.ump.ac.id/7676/3/BAB II_YOLANDA PRATIWI...10 ideas arising as a product of lateral thinking are creative by its nature.

11

dari berbagai sudut pandang yang baru dan tidak kaku serta paling

mungkin untuk mendukung hasil akhir suatu masalah. Dengan sudut

pandang yang baru dan tidak kaku ini siswa akan lebih mampu berpikir

logis, kreatif dan bebas dalam mengkonstruksikan ide/pemikiran untuk

menyelesaikan permasalahan matematika.

Menurut De Bono (1990), mengemukakan ciri-ciri berpikir lateral

dan perbedaan nya dengan berpikir vertikal, antara lain:

Tabel 2.1

Perbedaan Berpikir lateral dan berpikir Vertikal

No. Berpikir Vertikal Berpikir Lateral

1. Bersifat selektif (didasarkan

pada kebenaran)

Bersifat generatif (lebih

menekankan kepada kekayaan

ragam )

2.

Bergerak sesuai arah untuk

menuju kearah pemecahan

masalah

Bergerak untuk

menggembangkan arah

3. Bersifat analitis Bersifat provocative (bersifat

provokatif)

4. Bergerak secara berurutan

(selangkah demi selangkah)

Dapat membuat lompatan

dalam berpikir

5. Harus tepat pada setiap

langkah

Tidak harus benar dalam setiap

langkah, artinya

mengedepankan kreatifitas dan

kebebasan berpikir

6.

Menggunakan kaidah

negatif, agar dapat menutup

jalur jalan tertentu

Membenarkan seseorang untuk

mencoba suatu jalan yang

paling tidak mungkin

7.

Memusatkan perhatian dan

mengesampingkan sesuatu

yang tidak relevan

Menyambut baik semua

kemungkinan dan pengaruh

luar

8. Katergori, klasifikasi dan

label-label bersifat tetap

Kategori, Klasifikasi dan label

tidak bersifat tetap

9. Mengikuti jalur yang paling Menjelajahi jalur yang paling

Deskripsi Berpikir Lateral …, Yolanda Pratiwi, FKIP UMP, 2018

Page 6: BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskipsi Konseptual 1. …repository.ump.ac.id/7676/3/BAB II_YOLANDA PRATIWI...10 ideas arising as a product of lateral thinking are creative by its nature.

12

tepat tidak tepat

10. Proses yang terbatas proses berpikir yang serba

mungkin

a) Indikator Kemampuan Berpikir Lateral

Paul Sloane (2010) dalam bukunya “How to be Brilliant Thinker”

menyatakan bahwa De Bono mendefinisikan empat aspek utama dari

cara berpikir lateral yakni :

1) Identifikasi gagasan-gagasan pembeda yang dominan;

2) Pencarian cara yang berbeda dalam melihat sesuatu;

3) Relaksasi kontrol yang kaku dari cara berpikir vertikal;

4) Penggunaan kesempatan.

Menurut Nexusnexia (Syutaridho, 2012) , De Bono

mengidentifikasi empat aspek langkah utama berpikir lateral, yaitu :

1) Mengenali ide dominan dari masalah yang sedang dihadapi;

2) Mencari cara-cara lain dalam memandang permasalahan;

3) Melonggarkan kendali cara berpikir yang kaku;

4) Memakai ide-ide acak untuk membangkitkan ide-ide baru.

Syutharidho (2012) juga mengemukakan indikator orang yang

memiliki kemampuan berpikir lateral jika:

1) Dapat membuat lompatan dalam berpikir;

2) Mencari cara-cara lain dalam memandang permasalahan;

3) Menjajagi jalan yang paling tidak mungkin (solusi penyelesaian

berbeda dari orang lain);

Deskripsi Berpikir Lateral …, Yolanda Pratiwi, FKIP UMP, 2018

Page 7: BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskipsi Konseptual 1. …repository.ump.ac.id/7676/3/BAB II_YOLANDA PRATIWI...10 ideas arising as a product of lateral thinking are creative by its nature.

13

4) Memakai ide-ide acak untuk membangkitkan ide-ide baru

(menggunakan langkah-langkah baru atau menghasilkan jawaban

yang benar).

Sejalan dengan hal tersebut Sa’diyah (2016) dalam penelitiannya

menyebutkan empat indikator orang yang berpikir lateral dalam

memecahkan masalah matematika, yakni :

1) Menyebutkan apa yang diketahui dan ditanyakan pada soal;

2) Menghasilkan cara lebih dari satu dalam menyelesaikan sebuah

masalah;

3) Menyelesaikan masalah dengan cara tidak lazim;

4) Menghasilkan langkah-langkah penyelesaian yang berbeda namun

logis dan jawaban yang dihasilkan benar.

Jadi, dapat disimpulkan indikator kemampuan berpikir lateral

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Tabel 2.2

Aspek dan Indikator Kemampuan Berpikir Lateral

No Aspek-aspek Berpikir

Lateral Indikator Berpikir Lateral

1. Mengenali ide dominan dari

masalah yang sedang dialami

Siswa mampu Menyebutkan inti

permasalahan, yakni yang

diketahui dan ditanyakan dalam

soal

2. Mencari cara-cara lain dalam

memandang permasalahan

Siswa mampu membuat cara

lebih dari satu yang tidak biasa

dalam menyelesaikan sebuah

permasalahan

3. Melonggarkan kendali cara

yang berpikir kaku

Siswa mampu menyelesaikan

masalah dengan cara yang bebas

dan inovatif namun logis

Deskripsi Berpikir Lateral …, Yolanda Pratiwi, FKIP UMP, 2018

Page 8: BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskipsi Konseptual 1. …repository.ump.ac.id/7676/3/BAB II_YOLANDA PRATIWI...10 ideas arising as a product of lateral thinking are creative by its nature.

14

4. Memakai ide-ide acak untuk

membangkitkan ide-ide baru

Siswa mampu membuat langkah-

langkah penyelesaian yang serba

mungkin, baru dan kreatif namun

menghasilkan jawaban yang logis

dan benar.

Tujuan berpikir lateral adalah untuk melepaskan diri dari ide-ide

tradisional untuk mencari dan mencipta ide-ide baru. Peranan ini

menghasilkan perubahan sikap dan pendekatan untuk mengamati

masalah dengan cara yang berbeda, yang semula senantiasa diamati

dengan cara yang sama. Seseorang dengan berpikir lateral akan

bergerak untuk mengembangkan arah , bukan supaya dapat mengikuti

arah.

Dibawah ini adalah contoh berpikir lateral dalam matematika

(Syutharidho, 2012).

Contoh :

Bagilah segitiga dibawah ini menjadi empat bagian.

Berdasarkan permasalahan tersebut, orang yang berpikir vertikal

akan memikirkan penyelesaian yang paling masuk akal, yaitu dengan

membagi segitiga tersebut menjadi empat bagian sama besar. Seperti

gambar dibawah ini,

Deskripsi Berpikir Lateral …, Yolanda Pratiwi, FKIP UMP, 2018

Page 9: BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskipsi Konseptual 1. …repository.ump.ac.id/7676/3/BAB II_YOLANDA PRATIWI...10 ideas arising as a product of lateral thinking are creative by its nature.

15

atau membaginya dengan pola yang sama, kearah vertikal maupun

horizontal. Seperti gambar dibawah ini,

sedangkan orang yang berpikir lateral akan membagi segitiga tersebut

menjadi empat bagian dengan sembarang tanpa mempertimbangkan

kesamaan bentuk maupun pola, namun penyelesaian tersebut tidak

menyalahi aturan dan logis, serta dapat dipertanggungjawabkan. Seperti

gambar dibawah ini.

Jadi, dengan kemampuan berpikir lateral siswa akan lebih mudah

dan bebas dalam mengkonstruksikan ide dan gagasan untuk

menentukan solusi dalam pemecahan matematis. Berpikir lateral dalam

penelitian ini adalah berpikir dari berbagai sudut pandang yang berbeda

dengan mencari berbagai macam alternatif penyelesaian yang berbeda-

beda.

3. Masalah Matematika

Masalah menurut Resnick dan Glaser dapat diartikan

sebagai suatu keadaan dimana seseorang melakukan tugasnya yang

tidak ditemuinya di waktu sebelumnya (Sa’diyah : 2016). Masalah pada

umumnya timbul karena adanya hasrat ingin memenuhi atau

Deskripsi Berpikir Lateral …, Yolanda Pratiwi, FKIP UMP, 2018

Page 10: BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskipsi Konseptual 1. …repository.ump.ac.id/7676/3/BAB II_YOLANDA PRATIWI...10 ideas arising as a product of lateral thinking are creative by its nature.

16

mendapatkan suatu hal, namun adanya kesenjangan antara kondisi nyata

dengan kondisi yang diinginkan. Hudojo (2001) menyatakan bahwa suatu

merupakan masalah matematika jika memenuhi tiga syarat, yaitu: (1)

menantang untuk diselesaikan dan dapat dipahami siswa; (2) tidak dapat

diselesaikan dengan prosedur rutin; (3) melibatkan ide-ide matematika.

Suherman, dkk (Muhsinin, 2013) mengemukakan bahwa problem

yang diformulasikan memiliki multi jawaban yang benar disebut problem

tak lengkap atau disebut juga open ended problem atau soal terbuka.

Keunggulan dari pemberian soal open-ended dalam pembelajaran

matematika adalah kemampuan berpikir matematika siswa dapat

berkembang secara maksimal, melalui berbagai strategi dan cara yang

diyakininya dalam menyelesaikan masalah, sehingga membantu

perkembangan aktivitas dan kreatifitas berpikir siswa (Mustikasari,dkk :

2010)

Menurut Takahashi (2008), terdapat beberapa manfaat dari

penggunaan soal terbuka dalam pembelajaran matematika, yaitu sebagai

berikut :

1) Siswa menjadi lebih aktif dalam mengekspresikan ide-ide mereka.

2) Siswa mempunyai kesempatan lebih untuk secara komprehensif

menggunakan pengetahuan dan keterampilan mereka.

3) Siswa mempunyai pengalaman yang kaya dalam proses menemukan

dan menerima persetujuan dari siswa lain terhadap ide-ide mereka.

Deskripsi Berpikir Lateral …, Yolanda Pratiwi, FKIP UMP, 2018

Page 11: BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskipsi Konseptual 1. …repository.ump.ac.id/7676/3/BAB II_YOLANDA PRATIWI...10 ideas arising as a product of lateral thinking are creative by its nature.

17

Aspek keterbukaan dalam soal terbuka menurut Mahmudi (2008)

dapat diklasifikasikan ke dalam tiga tipe, yaitu:

1) terbuka proses penyelesaiannya, yakni soal itu memiliki beragam cara

penyelesaian,

2) terbuka hasil akhirnya, yakni soal itu memiliki banyak jawab yang

benar, dan

3) terbuka pengembangan lanjutannya, yakni ketika siswa telah

menyelesaikan suatu permasalahan, selanjutnya mereka dapat

mengembangkan soal baru dengan mengubah syarat atau kondisi pada

soal yang telah diselesaikan.

Mahmudi (2008) memberikan ilustrasi dua soal untuk membedakan

antara soal tertutup dan soal terbuka. (1) Gedung bioskop Plaza 27

mencatat penjualan tiket film Laskar Pelangi selama tiga hari berturut-

turut adalah 457 lembar, 446 lembar, dan 475 lembar. Hitung banyak

tiket yang terjual selama tiga hari tersebut. (2) Susunlah sebuah data yang

rata-ratanya lebih dari mediannya dan jangkauannya adalah 7. Soal (1)

merupakan soal rutin dan bukan masalah terbuka karena prosedur yang

digunakan untuk menentukan penyelesaiannya sudah tertentu yakni hanya

menjumlahkan ketiga bilangan yang terdapat pada soal. Soal ini juga

hanya memiliki satu jawaban yang benar. Sedangkan soal (2) merupakan

soal terbuka (open-ended problem). Soal ini juga dikategorikan sebagai

soal non-rutin. Keterbukaan soal ini meliputi keterbukaan proses,

keterbukaan hasil akhir, dan keterbukaan pengembangan lanjutan. Soal ini

Deskripsi Berpikir Lateral …, Yolanda Pratiwi, FKIP UMP, 2018

Page 12: BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskipsi Konseptual 1. …repository.ump.ac.id/7676/3/BAB II_YOLANDA PRATIWI...10 ideas arising as a product of lateral thinking are creative by its nature.

18

dikategorikan sebagai soal non-rutin karena tidak memiliki prosedur

tertentu untuk menjawabnya.

Berdasarkan uraian diatas, maka dalam penelitian ini masalah

matematika adalah masalah terbuka yang mana soal-soal matematika yang

dirumuskan sedemikian rupa, sehingga memiliki beberapa atau bahkan

banyak solusi yang benar, dan terdapat banyak cara untuk mencapai solusi

itu.

4. Pemecahan Masalah Matematis

Setiap manusia pada dasarnya selalu dihadapkan kepada masalah

yang memerlukan suatu pemecahan. Pemecahan masalah (Solso, 2007)

merupakan suatu pemikiran yang terarah secara langsung untuk

menemukan suatu solusi/jalan keluar untuk suatu masalah yang spesifik.

Melalui pemecahan masalah seseorang melakukan sebuah proses berpikir

untuk menyelesaikan atau mencari jalan keluar dari masalah atau

persoalan yang sedang dihadapi dengan menggunakan pengetahuan atau

keterampilan yang telah dimiliki sebelumnya. Dalam pembelajaran

matematika aspek pemecahan masalah menjadi sangat penting. Hal ini

dikarenakan matematika merupakan, pengetahuan yang bersifat logis,

sistematis, berpola, abstrak, dan membutuhkan pembuktian. Mawarni

(2015) menyatakan bahwa pemecahan masalah merupakan cara belajar

yang dianggap efisien dalam usaha untuk mencapai tujuan pengajaran,

salah satunya dengan heuristik pemecahan masalah menurut polya.

Deskripsi Berpikir Lateral …, Yolanda Pratiwi, FKIP UMP, 2018

Page 13: BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskipsi Konseptual 1. …repository.ump.ac.id/7676/3/BAB II_YOLANDA PRATIWI...10 ideas arising as a product of lateral thinking are creative by its nature.

19

Polya (1973) dalam bukunya How To Solve It, mendefinisikan

bahwa pemecahan masalah merupakan suatu usaha untuk mencari jalan

keluar dari suatu kesulitan guna mencapai satu tujuan yang tidak begitu

mudah segera untuk dicapai. Selain itu Polya juga memperkenalkan 4

langkah dalam menyelesaikan masalah yang Heuristik. Dimana,

Heuristik adalah langkah-langkah umum yang membantu pemecahan

masalah dalam menemukan solusi masalah. Empat langkah pemecahan

masalah tersebut adalah :

1. Memahami masalah

Fase memahami masalah adalah fase dimana siswa sudah mampu

menuliskan apa yang diketahui dan apa yang ditanya dalam suatu

soal pemecahan masalah. Siswa diarahkan untuk dapat menjawab

pertanyaan berikut :

a. Apakah yang diketahui dari soal,

b. Apakah yang ditanyakan dari soal,

c. Apakah informasi/hal-hal penting yang diperoleh dari soal,

d. Bagaimana akan menyelesaikan soal,

e. Adakah syarat/tanda-tanda khusus dalam soal tersebut, seperti

simbol, gambar, grafik atau lainnya.

Berdasarkan pertanyaan-pertanyaan tersebut diharapkan siswa lebih

mudah mengidentifikasi apa yang menjadi informasi penting dalam

memecahkan masalah. Tanpa adanya pemahaman terhadap masalah

Deskripsi Berpikir Lateral …, Yolanda Pratiwi, FKIP UMP, 2018

Page 14: BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskipsi Konseptual 1. …repository.ump.ac.id/7676/3/BAB II_YOLANDA PRATIWI...10 ideas arising as a product of lateral thinking are creative by its nature.

20

yang diberikan, siswa tidak akan mungkin menyelesaikan masalah

tersebut dengan benar.

2. Membuat rencana untuk menyelesaikan masalah

Perencanaan pemecahan masalah merupakan unsur penting atas

baiknya suatu pemecahan masalah. Dalam hal ini peserta didik

dituju untuk mampu mengidentifikasi strategi- strategi/konsep/

teori/rumus yang mungkin diperlukan untuk menyelesaikan

masalah yang sesuai dengan permasalahan yang akan dipecahkan.

3. Melaksanakan penyelesaian masalah

Dalam tahap ini siswa telah memahami permasalahan dan telah siap

melakukan perhitungan dengan segala macam data yang diperlukan

termasuk konsep dan rumus atau persamaan yang sesuai. Kemudian

siswa dapat membentuk sistematika soal yang lebih baku, dalam

arti rumus-rumus yang akan digunakan sudah merupakan rumus

yang siap untuk digunakan sesuai dengan apa yang digunakan

dalam soal. Lalu siswa mulai memasukkan data-data hingga

menjurus ke rencana pemecahannya, setelah itu baru siswa

melaksanakan langkah-langkah rencana, yang mana diharapkan

soal dapat dibuktikan atau diselesaikan.

4. Memeriksa kembali masalah

Dalam tahap ini siswa melakukan pengecekan kembali atas apa

yang dilakukan, guna melihat apakah hasil yang diperoleh

merupakan solusi atas permasalahan.

Deskripsi Berpikir Lateral …, Yolanda Pratiwi, FKIP UMP, 2018

Page 15: BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskipsi Konseptual 1. …repository.ump.ac.id/7676/3/BAB II_YOLANDA PRATIWI...10 ideas arising as a product of lateral thinking are creative by its nature.

21

Adapun langkah-langkah yang dilakukan untuk memeriksa ulang

jawaban yang diperoleh :

a. Mencocokkan hasil yang diperoleh dengan hal yang ditanyakan

b. Meinginterpretasikan jawaban yang diperoleh

c. Mengidentifikasi adakah cara lain yang dapat dilakukan untuk

mendapatkan solusi.

5. Berpikir Lateral (Lateral Thinking) dalam Memecahkan Masalah

Matematis

Proses berfikir mempunyai peranan dalam upaya memecahkan

masalah, khususnya masalah matematika. Sebagaimana pendapat yang

dikemukakan Carson (2007) “Problem solving theory and practice

suggest that thinking is more important to solving problems than

knowledge and that it is possible to teach thinking in situations where little

or no knowledge of the problem is needed”. Dalam teori dan praktek

pemecahan masalah menunjukkan bahwa berpikir sangat penting untuk

pemecahan masalah daripada sekedar pengetahuan dan dimungkinkan

untuk mengajarkan berpikir pada situasi dimana ada atau tidaknya

pengetahuan tentang masalah yang diperlukan. Carson (2007) berpendapat

bahwa “Thinking is actually the integration of theory and practice, the

abstract and the concrete, the conceptual and the particular”. Berpikir

sebenarnya merupakan penggabungan antara teori dan praktek, abstrak dan

konkret, konsep dan fakta. Berdasarkan uraian sebelumnya bahwa

memecahkan masalah merupakan cara yang dilakukan siswa dalam

Deskripsi Berpikir Lateral …, Yolanda Pratiwi, FKIP UMP, 2018

Page 16: BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskipsi Konseptual 1. …repository.ump.ac.id/7676/3/BAB II_YOLANDA PRATIWI...10 ideas arising as a product of lateral thinking are creative by its nature.

22

mencari solusi, yang melibatkan proses berpikir. Konsep berpikir lateral

dalam belajar matematika sangat diperlukan terutama dalam

menyelesaikan masalah yang membutuhkan berpikir mencari banyak

alternatif penyelesaian.

Ridwan dan Eka (2014) menyatakan bahwa memberikan masalah

matematis open-ended kepada siswa dapat mengembangkan kemampuan

problem solving yang memiliki berbagai cara untuk mencari solusi dengan

berbagai variasi solusi. Syutaridho (2012) menyimpulkan pendapat De

Bono, bahwa Indikator soal/masalah untuk melihat kemampuan berpikir

lateral sebagai berikut :

1) Keragaman jawaban/strategi terhadap permasalahan/soal yang

diberikan;

2) Dapat merangsang siswa untuk membuat lompatan dalam berpikir;

3) Mengutamakan ide berpikir;

Berdasarkan pernyataan tersebut, masalah yang diberikan kepada

siswa agar mampu melihat kemampuan berpikir siswa adalah masalah

yang dapat mengembangkan kreatifitas berpikir dalam pemecahannya. Hal

ini dapat pula dihubungkan dengan ciri-ciri masalah Open ended.

Masalah matematika Open ended memenuhi indikator soal untuk

melihat kemampuan berpikir lateral. Melalui pemecahan masalah

matematis open ended maka memberi keleluasaan kepada siswa untuk

melakukan elaborasi lebih besar sehingga memungkinkan tumbuh dan

berkembangnya kemampuan berpikir matematis dan kreativitas setiap

Deskripsi Berpikir Lateral …, Yolanda Pratiwi, FKIP UMP, 2018

Page 17: BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskipsi Konseptual 1. …repository.ump.ac.id/7676/3/BAB II_YOLANDA PRATIWI...10 ideas arising as a product of lateral thinking are creative by its nature.

23

siswa. Soal-soal open-ended memberikan peluang kepada siswa untuk

memberikan banyak pemecahan masalah dengan banyak strategi

pemecahan masalah, sehingga dengan beragamnya jawaban yang

diberikan siswa tersebut guru dapat mendeteksi kemampuan berpikir siswa

(Mustikasari, dkk : 2010). Maka, dapat disimpulkan bahwa melalui soal-

soal pemecahan masalah matematis open ended, kita dapat

mendeskripsikan kemampuan berpikir lateral siswa.

Selain itu langkah pemecahan masalah langkah polya memiliki

keterhubungan dengan indikator proses berpikir lateral. Hal tersebut dapat

dilihat kembali berdasakan Tabel berikut :

Tabel 2.3

Hubungan proses berpikir lateral dan tahap pemecahan polya

No Tahapan

Polya

Aspek-aspek

Berpikir Lateral

Indikator Berpikir

Lateral

1. Memahami

Masalah

Mengenali ide

dominan dari

masalah yang

sedang dialami

Siswa mampu

menyebutkan inti

permasalahan, yakni yang

diketahui dan ditanyakan

dalam soal.

2.

Merencanakan

Penyelesaian

Masalah

Mencari cara-cara

lain dalam

memandang

permasalahan

Siswa mampu membuat

strategi/ cara penyelesaian

yang tidak biasa dalam

menyelesaikan sebuah

permasalahan.

3. Menyelesaikan

Masalah

Melonggarkan

kendali cara yang

berpikir kaku

Siswa mampu

menyelesaikan masalah

dengan cara yang bebas

dan inovatif namun logis.

Deskripsi Berpikir Lateral …, Yolanda Pratiwi, FKIP UMP, 2018

Page 18: BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskipsi Konseptual 1. …repository.ump.ac.id/7676/3/BAB II_YOLANDA PRATIWI...10 ideas arising as a product of lateral thinking are creative by its nature.

24

4.

Memeriksa

Kembali

Masalah

Memakai ide-ide

acak untuk

membangkitkan

ide-ide baru

Siswa mampu membuat

langkah-langkah

penyelesaian yang serba

mungkin, baru dan kreatif

namun menghasilkan

jawaban yang logis dan

benar.

Maka, dapat dikatakan bahwa proses berpikir lateral siswa SMA

dapat dilihat pada bagaimana siswa memecahkan masalah matematika

Open-ended dengan setiap langkah-langkah penyelesaian masalah polya.

Dalam penelitian ini peneliti akan mendeskripsikan kemampuan berpikir

lateral siswa dalam menyelesaian masalah matematis.

6. Tinjauan Materi Trigonometri

Adapun materi yang akan digunakan pada penelitian ini adalah materi

Trigonometri Kelas XI semester I.

Standar Kompetisi :

7. Menerapkan perbandingan, fungsi, persamaan, dan identitas

trigonometri dalam pemecahan masalah.

Kompetisi Dasar :

7.1 Menentukan dan menggunakan nilai perbandingan

trigonometri suatu sudut

7.3 Menerapkan aturan sinus dan kosinus

7.4 Menentukan luas suatu segitiga

Deskripsi Berpikir Lateral …, Yolanda Pratiwi, FKIP UMP, 2018

Page 19: BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskipsi Konseptual 1. …repository.ump.ac.id/7676/3/BAB II_YOLANDA PRATIWI...10 ideas arising as a product of lateral thinking are creative by its nature.

25

Indikator :

7.1.1 Perbandingan trigonometri dipergunakan untuk menentukan

panjang sisi dan besar sudut segitiga siku-siku.

7.1.3 Menerapkan aturan sinus dan kosinus

7.1.4 Luas segitiga dihitung dengan menggunakan rumus luas

segitiga.

B. Penelitian Relevan

Sa’diyah (2015) mendeskripsikan berpikir lateral siswa dalam

menyelesaikan masalah matematika materi bangun datar pada siswa SMP

Negeri 1 Sidoarjo. Hasil penelitian tersebut memuat, kesimpulan bahwa dalam

memecahkan masalah matematika siswa dikatakan melakukan proses berpikir

lateral apabila siswa mampu menggunakan simbol-simbol, membuat lompatan

berpikir dan melakukan penalaran logis, serta menemukan berbagai macam

alternatif penyelesaian yang tidak lazim dan unik.

Pramita,dkk (2015) dalam hasil penelitiannya yang berjudul Analisis

kemampuan berpikir lateral siswa dalam menyelesaikan soal open ended di

SMPN 10 Pontianak, menyimpulkan bahwa memberikan soal open ended

dapat mengidentifikasi kemampuan berpikir lateral siswa secara menyeluruh.

Dilihat berdasarkan tingkat kemampuan dasar (atas, menengah dan bawah)

ternyata terdapat perbedaan kategori tingkat berpikir lateral yaitu siswa pada

tingkat kemampuan dasar atas dikategorikan memiliki kemampuan berpikir

lateral yang baik sedangkan siswa pada tingkat kemampuan dasar menengah

Deskripsi Berpikir Lateral …, Yolanda Pratiwi, FKIP UMP, 2018

Page 20: BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskipsi Konseptual 1. …repository.ump.ac.id/7676/3/BAB II_YOLANDA PRATIWI...10 ideas arising as a product of lateral thinking are creative by its nature.

26

dan bawah dikategorikan memiliki kemampuan berpikir lateral yang cukup

baik. Pada siswa dengan kemampuan dasar tingkat atas dan bawah terdapat

perbedaan kategori kemampuan lateral.

Muliawati (2015) dalam penelitiannya berjudul proses berpikir lateral

siswa SMA N 1 Kalidawir kelas XI IPA dalam memecahkan masalah

matematika berdasarkan langkah Polya ditinjau dari gaya kognitif dan gender.

Dalam penelitian tersebut Mulyawati menyatakan bahwa soal non-rutin dapat

mengoptimalkan berpikir lateral siswa. Indikator yang digunakan adalah

memahami masalah dengan menentukan informasi penting, membedakan

yang diketahui, yang ditanyakan, serta petunjuk soal, dan mengenali

keterkaitan informasi melalui hubungan sebab akibat. Hasil penelitian

diperoleh bahwa proses berpikir lateral siswa field independent laki-laki dan

siswa field independent perempuan memiliki karakteristik berpikir lateral yang

sama. Hanya saja siswa field independent perempuan lebih praktis dan efisien

dalam menjelaskan informasi secara non lisan.

Persamaan ketiga penelitian diatas dengan apa yang peneliti akan teliti

adalah sama-sama meneliti tentang berpikir lateral sebagai subjek penelitian

utamanya. Sedangkan, perbedaan nya adalah dari tinjauan, objek penelitian,

meteri serta indikator berpikir lateral yang akan diteliti juga berbeda.

C. Kerangka Berpikir

Berpikir lateral menjadikan siswa mampu merangsang pola pikir untuk

mengkonstruksikan ide ke bentuk yang lebih kreatif dan bebas dalam

Deskripsi Berpikir Lateral …, Yolanda Pratiwi, FKIP UMP, 2018

Page 21: BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskipsi Konseptual 1. …repository.ump.ac.id/7676/3/BAB II_YOLANDA PRATIWI...10 ideas arising as a product of lateral thinking are creative by its nature.

27

menyelesaikan permasalahan matematis. Mengingat pentingnya kemampuan

berpikir lateral matematis, maka amat sangat perlu diadakan suatu penelitian

terhadap siswa terkait kemampuan berpikir lateralnya. Untuk melihat

kemampuan berpikir tersebut maka diperlukan sebuah masalah non-

rutin/terbuka (Open ended problems). Pemberian masalah kepada siswa akan

mendorong siswa untuk berpikir menyelesaikan masalah. Peneliti

menggunakan pemecahan masalah Polya untuk memperhatikan/menganalisis

bagaimana pemenuhan aspek dan indikator berpikir lateral siswa.

Dari uraian diatas, penelitian diadakan pada siswa kelas XI IPA 1 dan XI

IPA 2 SMA Muhammadiyah 1 Purwokerto dengan menggunakan materi

Trigonometri adalah terkait deskriptif berpikir lateral siswa dalam

memecahkan masalah matematis, yangmana dalam melakukan penelitian ini

peneliti menggunakan instrumen penelitian berupa soal yang open ended serta

melalui wawancara.

Deskripsi Berpikir Lateral …, Yolanda Pratiwi, FKIP UMP, 2018