Post on 29-Jul-2019
6
BAB II
KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
A. Deskripsi Teoretik
1. Model Pembelajaran Discovery
a. Pengertian Model Pembelajaran Discovery
Discovery berasal dari bahasa inggris, yang berarti penemuan. Pengetahuan
baru yang diperoleh peserta didik dilakukan dengan cara guru mengarahkan
peserta didik sedemikian rupa sehingga peserta didikdapat menemukan konsep-
konsep dan prinsip-prinsip melalui proses mentalnya sendiri.1 Proses kegiatan
mental dapat dilakukan melalui tukar pendapat, diskusi, seminar, membaca sendiri
dan mencoba sendiri agar peserta didik dapat belajar sendiri. Sedangkan yang
dimaskudkan dengan proses mental tersebut antara lain ialah mengamati,
mencerna, mengerti, menggolong-golongkan, membuat dugaan, menjelaskan,
mengukur dan membuat kesimpulan dan sebagainya.2 Untuk melibatkan proses
mentalnya oleh karena itu peserta didik harus diberi kesempatan untuk melakukan
berbagai kegiatan seperti mengadakan pengamatan dilaboratorium, melakukan
pengukuran, mengadakan klasifikasi, mendeskripsikan data yang diperolehnya,
dan menarik kesimpulan.3
Discovery adalah pembelajaran yang dilakukan untuk menemukan konsep
melalui serangkaian data atau informasi yang diperoleh melalui pengamatan atau
percobaan.4 Discovery merupakan bagian dari inquiry, atau inquiry merupakan
perluasan proses discovery yang digunakan lebih mendalam.5 Sebagai tambahan
pada proses-proses discovery, inquiry mengandung proses mental yang lebih
1 Alamsyah Said, dan Andi Budimanjaya, 95 Stategi Mengajar Multiple Intelligences:
Mengajar Sesuai Kerja Otak dan Gaya Belajar Peserta didik, Edisi Pertama, (Jakarta:Prenadamedia Group, 2016), Cet. 3, h. 117.
2 Roestiyah N.K, Strategi Belajar Mengajar; Salah Satu Unsur pelaksanaan Strategi Belajar Mengajar : Teknik Penyajian, (Jakarta: PT Rieneka Cipta, 2012), Cet. 8, h. 20.
3 I Wayan Sadia, Model-model Pembelajaran Sains Konstruktivistik, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2014), Cet. 1, h. 123-124.
4 Ridwan Abdullah Sani, Inovasi Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2013), Cet. 1, h. 220. 5 Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep, Landasan, dan
Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Edisi Pertama, (Jakarta: Kencana, 2012), Cet. 6, h. 166.
tinggi. Misalnya merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, merancang
percobaan, mengumpulkan data, menganalisis data, dan menarik kesimpulan.6
Inkuiri terdapat 3 tingkatan, yakni: (1) Discovery/Structured Inquiry: tindakan
utama guru ialah megidentifikasi permasalahan dan proses, sementara peserta
didik mengidentifikasi alternatif hasil. (2) Guided Inquiry: tindakan utama guru
ialah mengajukan permasalahan, peserta didik menentukan proses dan pemecahan
masalah. (3) Open Inquiry: tindakan utama guru ialah memaparkan konteks
penyelesaian masalah kemudian peserta didik mengidentifikasi dan
menyelesaikan masalah.7
Sebagai model pembelajaran, antara Discovery Learning (DL), inquiry, dan
problem solving tidak ada perbedaan yang prinsipil diantara ketiganya.
Perbedaannya dimana pada DL masalah yang dihadapkan kepada peserta didik
semacam masalah yang direkayasa guru.8 DL merupakan proses pembelajaran
yang terjadi bila peserta didik tidak disajikan materi dalam bentuk final, tetapi
diharapkan peserta didik mengorganisasi sendiri.9 Pembelajaran DL berfokus
pada penemuan masalah (sumber pembelajaran) yang berasal dari pengalaman-
pengalaman nyata peserta didik. DL bertujuan untuk membangun pengetahuan
secara induktif dari pengalaman-pengalaman peserta didik dan pengalaman
merupakan sumber materi yang dapat dieksplorasi dalam proses pembelajaran.10
Dalam belajar penemuan ini peserta didik akan berperan lebih aktif. Peserta didik
berusaha sendiri memecahkan masalah dan memperoleh pengetahuan tertentu
sehingga memperoleh pengetahuan yang benar-benar bermakna.11
6 Sadia, op. cit., h. 124. 7 Zulfiani; Tonih Feronika dan Kinkin Suartini, Strategi Pembelajaran Sains Cet-1, (Ciputat:
Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009), h. 121-122. 8 Luthfiyah Nurlaela dan Euis Ismayati, Strategi Belajar Berpikir Kreatif, (Yogyakarta:
Penerbit Ombak, 2015), h. 30-31. 9 Ibid., h. 30. 10 Khoirul Anam, Pembelajaran Berbasis Inkuiri: Metode dan Aplikasi, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2016), Cet. 2, h. 110. 11 Tutik Rachmawati, dan Daryanto, Teori Belajar dan Proses Pembelajaran yang Mendidik,
(Yogyakarta: Gava Media, 2015), Cet. 1, h. 65.
Pada DL lebih menekankan pada pengalaman langsung, sehingga dalam
pembelajaran lebih mengutamakan proses daripada hasil belajar.12 Dalam
pembelajaran penemuan, peserta didik didorong untuk belajar sendiri melalui
keterlibatan aktif dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip, dan guru mendorong
peserta didik untuk memperoleh pengalaman dan melakukan eksperimen yang
memungkinkan peserta didik menemukan sendiri prinsip-prinsip.13
DL dianggap sesuai dengan pencarian pengetahuan secara aktif dan dengan
sendirinya memberikan hasil yang paling baik. DL disarankan untuk diterapkan
peserta didik agar mereka dapat memperoleh pengalaman dan melakukan
eksperimen-eksperimen yang mengizinkan mereka untuk menemukan prinsip-
prinsip itu sendiri.14 Dalam pembelajaran DL peserta didik dilibatkan untuk
merumuskan hipotesis dan menguji sendiri. Dengan demikian DL membuat
belajar lebih hidup, menarik dan bermakna bagi peserta didik, daripada hanya
menerima laporan langsung seseorang guru bahwa ada sesuatu yang benar.15
Peggunaan DL ini sejatinya dapat dilakukan pada semua level kelas tergantung
dari prosedur aktivitas yang dibuat guru dalam program pembelajaran.16
Berdasarkan pernyataan-pernyataan diatas, dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran discovery adalah model pembelajaran yang dilakukan agar peserta
didik dapat menemukan sendiri konsep-konsep yang ingin dipelajarinya melalui
partisipasi aktif peserta didik dalam pembelajaran.
b. Langkah-langkah Model Pembelajaran Discovery
Langkah-langkah pembelajaran discovery menurut Dhewi sebagai berikut: (1)
Guru memberikan masalah yang harus dipecahkan dalam bentuk pertanyaan atau
pernyataan, (2) Guru menentukan proses kegiatan mental yang akan
dikembangkan, (3) Konsep atau prinsip yang akan diajarkan harus tertulis dengan
12 E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional: Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan
Menyenangkan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005), Cet. 1, h. 110. 13 Robert E.Slavin, Psikologi Pendidikan Teori dan Praktik, Edisi Kesembilan Jilid 2, (Jakarta:
PT Indeks, 2011), Cet. 1, h. 8. 14 Ratna Wilis Dahar, Teori-teori Belajar & Pembelajaran, (Jakarta: Erlangga, 2011), h. 79. 15 Fadhilah Suralaga dan Solicha, Psikologi Pendidikan, (Ciputat: Lembaga Penelitian UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010), Cet. 1, h. 76. 16 Said, dan Budimanjaya, op. cit., h. 119.
jelas, (4) Alat-alat dan bahan yang diperlukan harus tersedia, (5) Pengarahan
diberikan melalui tanya jawab, (6) Siswa melakukan penyelidikan atau percobaan
sampai menemukan konsep atau prinsip yang telah ditetapkan oleh guru, (7)
Menyusun pertanyaan bersifat open-ended sebagai cara untuk mengarahkan
kegiatan, dan (8) Guru membuat catatan sebagai bahan evaluasi program dan
upaya memperoleh masukan.17 Langkah-langkah DL seperti yang telah dijelaskan
diatas lebih berfokus pada kesiapan guru dalam menerapkan pembelajaran DL.
Sementara itu menurut Syah langkah-langkah pembelajaran DL meliputi: (1)
Stimulation (stimulasi/pemberian rangsangan), diawali dengan mengajukan
pertanyaan, anjuran membaca buku, dan aktivitas belajar lainnya yang mengarah
pada persiapan pemecahan masalah. (2) Problem statement (pernyataan atau
identifikasi masalah), yakni memberi kesempatan kepada siswa untuk
mengidentifikasi sebanyak mungkin agenda-agenda masalah yang relevan dengan
bahan pelajaran, kemudian salah satunya dipilih dan dirumuskan dalam bentuk
hipotesis (jawaban sementara atas pertanyaan masalah). (3) Data collection
(pengumpulan data), yakni memberi kesempatan kepada para siswa untuk
mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya yang relevan untuk membuktikan
benar atau tidaknya hipotesis. (4) Data procesing (pengolahan data), yakni
mengolah data dan informasi yang telah diperoleh para siswa melalui wawancara,
observasi, dan sebagainya, lalu ditafsirkan. (5) Verification (pentahkikan), yakni
melakukan pemeriksaan secara cermat untuk membuktikan benar atau tidaknya
hipotesis yang ditetapkan tadi, dihubungkan dengan hasil data processing. (6)
Generalization (generalisasi), yakni menarik sebuah simpulan yang dapat
dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua kejadian atau masalah yang
sama, dengan memperhatikan hasil verifikasi.18 Langkah-langkah pembelajaran
DL menurut Syah sudah menjelaskan secara rinci aktivitas yang akan dilakukan
peserta didik.
17 Rochmah Yudhawati Dhewi, “Mengembangkan Kemampuan Pemecahan Masalah
Menggunakan Pendekatan Discovery dan Inquiry dalam Fisika”, dalam Gelar Dwirahayu, dan Munasprianto Ramli (eds), Pendekatan Baru dalam Proses Pembelajaran Matematika dan Sains Dasar: Sebuah Antologi, (Ciputat: PIC UIN Jakarta, 2007), Cet. 1, h.143.
18 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2014), Cet. 19, h. 243.
Langkah-langkah pembelajaran discovery menurut Sani sebagai berikut: (1)
Guru memaparkan topik yang akan dikaji, tujuan belajar, motivasi, dan
memberikan penjelasan ringkas. (2) Guru mengajukan permasalahan atau
pertanyaan yang terkait dengan topik yang dikaji. (3) Kelompok merumuskan
hipotesis dan merancang percobaan atau mempelajari tahapan percobaan yang
dipaparkan oleh guru, LKS, atau buku. Guru membimbing dalam perumusan
hipotesis dan merancang percobaan. (4) Guru memfasilitasi kelompok dalam
melaksanakan percobaan/investigasi. (5) Kelompok melakukan percobaan atau
pengamatan untuk mengumpulkan data yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis.
(6) Kelompok mengorganisasikan dan menganalisis data serta membuat laporan
hasil percobaan atau pengamatan. (7) Kelompok memaparkan hasil investigasi
(percobaan atau pengamatan) dan menggunakan konsep yang ditemukan. Guru
membimbing peserta didik dalam mengonstruksi konsep berdasarkan hasil
investigasi.19 Langkah-langkah pembelajaran menurut Sani hampir sama dengan
langkah-langkah menurut Syah yang berfokus pada aktivitas peserta didik. Akan
tetapi dalam langkah-langkah menurut Sani tidak terdapat istilah singkat yang
merangkum penjelasan dari setiap tahapannya.
c. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Discovery
Tabel 2.1 Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Discovery
Kelebihan20 Kekurangan21
Pengetahuan itu bertahan lama atau
lama diingat atau lebih mudah diingat
bila dibandingan pengetahuan yang
dipelajari dengan cara-cara lain
Pengajaran discovery lebih cocok
untuk mengembangkan pemahaman,
sedangkan mengembangkan aspek
konsep, keterampilan dan emosi
secara keseluruhan kurang mendapat
perhatian.
Hasil belajar penemuan mempunyai Pada beberapa disiplin ilmu, misalnya
19 Sani, op. cit., h. 222. 20 Dahar, op. cit., h. 80. 21 Asis Saefuddin dan Ika Berdiati, Pembelajaran Efektif, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2014), Cet. 1, h. 57.
Kelebihan20 Kekurangan21
efek transfer yang lebih baik dari hasil
belajar lainnya.
IPA kurang fasilitas untuk mengukur
gagasan yang dikemukakan oleh para
peserta didik
Secara menyeluruh belajar penemuan
meningkatkan penalaran peserta didik
dan kemampuan untuk berpikir secara
bebas. Secara khusus belajar
penemuan melatih keterampilan
kognitif peserta didik untuk
menemukan dan memecahkan
masalah tanpa pertolongan orang lain.
Tidak menyediakan kesempatan-
kesempatan untuk berpikir yang akan
ditemukan oleh peserta didik karena
telah dipilih terlebih dahulu oleh guru.
Berdasarkan pernyataan diatas dapat diketahui bahwa pembelajaran discovery
dapat melatih peserta didik untuk menemukan konsep yang dipelajarinya. Dengan
menemukan konsep sendiri akan membuat peserta didik dapat lebih mudah dalam
mengkonstruksi pemahamanya. Sehingga, peserta didik dapat mengaitkan konsep
yang dipelajarinya dengan kehidupan sehari-hari.
2. Model Pembelajaran Guided Discovery
a. Pengertian Model Pembelajaran Guided Discovery
Modifikasi dari DL adalah Guided Discovery Learning (GDL), yaitu penemuan
dengan bimbingan. Pembelajaran ini dilakukan dengan pertanyaan pemandu dan
pengarahan dari guru sehingga peserta didik dapat menyusun sendiri
pemahamannya.22 GDL merupakan metode yang digunakan untuk membangun
konsep di bawah pengawasan guru. Pembelajaran discovery, menuntut guru untuk
lebih kreatif menciptakan situasi yang dapat membuat peserta didik belajar aktif
menemukan pengetahuan sendiri.23 GDL adalah satu pendekatan mengajar
22 Khoe Yao Tung, Pembelajaran dan Perkembangan Belaja , (Jakarta: Indeks, 2015), Cet. 1,
h. 314. 23 Sani, op. cit., h. 221.
dimana guru memberi peserta didik contoh-contoh topik spesifik dan memandu
peserta didik untuk memahami topik tersebut.24
GDL terjadi jika pendidik menyediakan segala sesuatu termasuk data dan
fakta-fakta dan meminta peserta didik untuk membuat generalisasi. Sedangkan
penemuan tidak terbimbing terjadi jika pendidik memfasilitasi peserta didiknya
untuk mencari dan menemukan data dan fakta melalui kegiatan yang
dirancangnya secara sendiri-sendiri maupun berkelompok untuk dapat membuat
generalisasi dan kesimpulan.25
Peranan peserta didik dalam aktivitas GDL adalah mengkonstruksi
pengetahuan dengan membuat pilihan dan mengambil keputusan, melakukan
eksperimen dan pengalaman, memunculkan pertanyaan, dan menemukan
jawabannya sendiri. Contoh untuk mengenal dan memahami berbagai konsep
sederhana dalam kehidupan sehari-hari seorang anak ditugasi mengelompokkan
benda dengan berbagai cara yang diketahui anak. Kemudian anak tersebut
mencari atau menunjukkan sebanyak-banyaknya benda menurut ciri-ciri tertentu.
Melalui aktivitas yang dilakukan melalui kegiatan percobaan dan pengalaman
tersebut, sehingga pada akhirnya anak dapat mengambil keputusan menurut
keyakinannya akan benda-benda yang ada disekitarnya tersebut.26
Berdasarkan pernyataan-pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran guided discovery adalah bagian dari model pembelajaran discovery,
dalam model pembelajaran guided discovery guru memberikan pertanyaan-
pertanyaan dan contoh-contoh materi yang mengarahkan peserta didik untuk dapat
menemukan dan mengkonstruksi sendiri pemahamannya.
24 Paul Eggen dan Don Kauchak, Strategi dan Model Pembelajaran: Mengajarkan Konten dan
Keterampilan Berpikir, Terj. Dari Strategie for Models for Teachers: Teaching Content and Thingking Skills oleh Satrio Wahono, (Jakarta: Indeks, 2012), Cet. 1, h. 177.
25 Wahab Jufri, Belajar dan Pembelajaran Sains, (Bandung: Pustaka Reka Cipta, 2013), Cet. 1, h. 97.
26 Yudha M. Saputra, dan Iis Marwan, Strategi Pembelajaran Kooperatif, (Bandung: CV. Bintang Warli Artika, 2008), Cet. 1, h. 30-31.
b. Langkah-langkah Model Pembelajaran Guided Discovery
Langkah-langkah GDL menurut Sani sebagai berikut: (1) Guru menjelaskan
tujuan pembelajaran, (2) Guru membagi petunjuk praktikum eksperimen, (3)
Peserta didik melaksanakan eksperimen dibawah pengawasan guru, (4) Guru
menunjukkan gejala yang diamati, (5) Peserta didik menyimpulkan hasil
eksperimen. 27 Langkah-langkah GDL menuru Sani masih terlihat bersifat umum
dan tidak rinci. Sementara itu, langkah-langkah dalam menerapkan pelajaran
dengan GDL sebagai berikut: (1) Fase Pendahuluan: Guru berusaha menarik
perhatian siswa dan menetapkan fokus pelajaran. (2) Fase Terbuka: Guru memberi
siswa contoh dan meminta siswa untuk mengamati dan membandingkan contoh-
contoh. (3) Fase Konvergen: Guru menanyakan pertanyaan-pertanyaan lebih
spesifik yang dirancang untuk membimbing siswa mencapai pemahaman tentang
konsep atau generalisasi. (4) Fase Penutup dan penerapan: Guru membimbing
siswa memahami definisi suatu konsep atau pernyataan generalisasi dan siswa
menerapkan pemahaman mereka ke dalam konteks baru.28 Langkah-langkah GDL
menurut Eggen dan Kauchak menjelaskan mengenai aktivitas yang harus
dilakukan guru agar peserta didik dapat mengkonstruksi sendiri pemahamannya.
Aktivitas guru dalam membimbing peserta didik untuk menemukan sendiri
konsep yang ingin dipelajarinya terlihat pada langkah-langkah pembelajaran ini.
Sehingga langkah-langkah GDL menurut Eggen dan Kauchak dianggap sesuai
jika diterapkan dalam penelitian ini. Selain itu, langkah-langkah pembelajaran
disajikan melalui istilah singkat sehingga memudahkan dalam penyajian pada
rencana pelaksanaan pembelajaran.
27 Sani, op. cit.., h. 221. 28 Eggen dan Kauchak, op. cit., h. 190.
c. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Guided Discovery
Tabel 2.2 Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Guided
Discovery29
Kelebihan Kekurangan
Membantu peserta didik untuk
mengembangkan; memperoleh,
meperbanyak kesiapan serta
penguasaan keterampilan dalam
proses kognitif/pengenalan peserta
didik
Pada peserta didik harus ada kesiapan
dan kematangan mental untuk cara
belajar ini. Peserta didik harus berani
dan berkeinginan untuk mengetahui
keadaan sekitarnya dengan baik.
Peserta didik memperoleh
pengetahuan yang bersifat sangat
pribadi/individual sehingga dapat
kokoh/mendalam tertinggal dalam
jiwa peserta didik tersebut
Bila kelas terlalu besar penggunaan
teknik ini akan kurang berhasil.
Dapat membangkitkan kegairahan
belajar para peserta didik
Bila guru dan peserta didik yang sudah
biasa dengan perencanaan dan
pengajaran tradisional mungkin akan
sangat kecewa bila diganti dengan
teknik penemuan
Teknik ini mampu memberikan
kesempatan kepada peserta didik
untuk berkembang dan maju sesuai
dengan kemampuannya masing-
masing
Dengan teknik ini ada yang
berpendapat bahwa proses mental ini
mementingkan proses pengertian saja,
kurang memperhatikan perkembangan
/pembentukan dan sikap bagi peserta
didik
Mampu mengarahkan cara peserta
didik belajar, sehingga lebih memiliki
motivasi yang kuat untuk belajar lebih
Teknik ini mungkin lebih memberikan
kesempatan untuk berpikir secara
kreatif
29 N.K, op.cit., h. 20-21.
Kelebihan Kekurangan
giat
Membantu peserta didik untuk
memperkuat dan menambah
kepercayaan pada diri sendiri dengan
proses penemuan sendiri
Strategi itu berpusat pada peserta didik
tidak pada guru. Guru hanya sebagai
teman belajar saja, membantu bila
diperlukan.
3. Pendekatan Saintifik
Pendekatan saintifik, yaitu pendekatan yang menggunakan langkah-langkah
serta kaidah ilmiah dalam proses pembelajaran. Pendekatan saintifik dimaksudkan
untuk memberi pemahaman kepada peserta didik untuk mengetahui, memahami,
mempraktikkan apa yang sedang dipelajari secara ilmiah. Oleh karena itu, dalam
proses pembelajaran diajarkan agar peserta didik mencari tahu dari berbagai
sumber melalui mengamati, menanya, mencoba, mengolah, menyajikan,
menyimpulkan, dan mencipta untuk semua mata pelajaran. 30 Pendekatan ilmiah
menggunakan kerangka seorang ilmuwan ketika melakukan penyelidikan. Pada
konteks pembelajaran dikelas, seperti layaknya ilmuwan peserta didik diajak
untuk mengenal masalah, merumuskan masalah, mencari solusi atau menguji
jawaban sementara atas suatu masalah/pernyataan dengan melakukan
penyelidikan (menemukan fakta-fakta melalui penginderaan), pada akhirnya dapat
menarik kesimpulan dan menyajikannya secara lisan maupun tulisan.31
Pembelajaran pada Kurikulum 2013 menggunakan pendekatan saintifik.
Pendekatan saintifik meliputi lima tahapan yaitu mengamati (observing), menanya
30 HM. Musfiqon dan Nurdyansyah, Pendekatan Pembelajaran Saintifik, (Sidoarjo: Nizamia
Learning Center, 2015) Cet. 1, h. 37-38. 31 Yanti Herlanti, Pembelajaran Tematik: Menggunakan Pendekatan Saintifik dan Penilaian
Otentik untuk Mendukung Implementasi Kurikulum 2013, (Ciputat: UIN Press, 2015), Cet. 1, h. 93.
(questioning), mengumpulkan informasi/mencoba (experimenting), menalar/
mengasosiasi (asscociating), mengkomunikasikan (communicating).32 Adapun
penjelasannya dapat dilihat pada Tabel 2.3.
Tabel 2.3 Tahapan Pendekatan Saintifik
Tahapan Penjelasan
Mengamati
(observing)
Mengamati yaitu menyajikan media objek secara nyata.
Aktivitas mengamati memunculkan rasa ingin tahu
peserta didik. Peserta didik menemukan fakta bahwa ada
hubungan antara objek yang dianalisis dengan materi
pembelajaran yang digunakan guru.
Menanya
(questioning)
Guru yang efektif mampu menginspirasi peserta didik
untuk meningkatkan dan mmengembangkan ranah sikap,
keterampilan, dan pengetahuannya. Pada saat guru
bertanya, pada saat itu pula dia membimbing peserta
didiknya belajar dengan baik. Pertanyaan dimaksudkan
untuk memperoleh tanggapan verbal. Salah satu fungsi
bertanya yaitu membangkitkan rasa ingin tahu, minat, dan
perhatian peserta didik tentang suatu tema atau topik
pembelajaran.
Mengumpulkan
informasi/mencoba
(experimenting)
Untuk memperoleh hasil belajar yang nyata atau otentik,
peserta didik harus mencoba atau melakukan percobaan,
terutama untuk materi atau substansi yang sesuai. Pada
mata pelajaran IPA, misalnya peserta didik harus
memahami konsep-konsep IPA dan kaitannya dengan
kehidupan sehari-hari. Aplikasi metode eksperimen atau
mencoba dimaksudkan untuk mengembangkan berbagai
tujuan belajar, yaitu sikap, keterampilan, dan
pengetahuan.
32 Salinan Lampiran Peraturan Menteri dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 103,
Pembelajaran pada Pendidikan Dasar dan Menengah, (Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaam, 2014), h. 4-6.
Tahapan Penjelasan
Menalar/
mengasosiasi
(asscociating)
Penalaran adalah proses berpikir yang logis dan
sistematis atas fakta empiris yang dapat diobservasi untuk
memperoleh simpulan berupa pengetahuan. Istilah
menalar disini merupakan padanan dari associating,
bukan merupakan terjemahan dari reasoning, meski
istilah ini juga bermakna menalar atau penalaran. Dalam
pembelajaran merujuk pada kemampuan
mengelompokkan beragam ide dan mengasosiasikan
beragam peristiwa untuk kemudian memasukannya
menjadi penggalan memori.
Mengkomunikasikan
(communicating)
Hasil penyelidikan dilaporkan oleh peserta didik secara
tertulis atau lisan. 33
4. Strategi Mnemonik
a. Pengertian Strategi Mnemonik
Mnemonik (dibaca ne-mahn’–ick) adalah suatu teknik yang meningkatkan
penyimpanan dan pengambilan informasi dalam memori. Mnemonik berasal dari
mitologi Yunani, yaitu Mnemosyne. Mnemosyne adalah ibu dari sembilan muse
(semacam tokoh pujangga) dalam bidang kesenian dan ilmu pengetahuan. Para
ahli pidato Yunani dan Romawi kuno menggunakan teknik mnemonik metode
loci untuk mengingat pidato-pidato mereka. 34
Mnemonik atau jembatan keledai adalah alat bantuan memori untuk mengingat
informasi. Mnemonik juga dapat menggunakan imaji dan kata.35 Strategi
mnemonik adalah strategi dalam mengingat sesuatu36, untuk meningkatkan
33 Herlanti, op. cit., h. 95-118. 34 Robert L. Solso, Otto H. Maclin dan Kimberly Maclin, Psikologi Kognitif Edisi Kedelapan,
Terj. Dari Cognitive Psychology, (Jakarta: Erlangga, 2008), h. 226. 35 John W. Santrock, Psikologi Pendidikan Edisi Kedua, Terj. Dari Educational Psychology,
2ndEdition McGraw-Hill Company, Inc. oleh Tri Wibowo B.S (Jakarta: Prenadamedia Group, 2015), Cet. 6, h. 331.
36 Suralaga dan Solicha, op.cit.., h. 81.
penyimpanan dan pemunculan kembali informasi yang terdapat dalam memori.37
Model memori dapat diterapkan pada seluruh bidang kurikulum yang materinya
menuntut hafalan dari peserta didik. 38
Mnemonik merupakan strategi-strategi menghafal dan mengasimilasikan
informasi. Guru dapat menggunakan mnemonik ini untuk memandu presentasi
mereka tentang materi-materi yang akan disampaikan agar peserta didik dapat
dengan mudah menyerap informasi dari presentasi tersebut. Guru juga dapat
mengajarkan trik-trik yang bisa digunakan peserta didik untuk meningkatkan
kajian informasi dan konsep, baik secara individual maupun kelompok. Orang
terkadang menyangka bahwa pembelajaran mnemonik hanya berkaitan dengan
informasi yang berada ditingkat paling rendah. Padahal, ini tidak seluruhnya
benar. Mnemonik sebenarnya dapat diterapkan untuk membantu mereka
menguasai konsep-konsep yang menarik sehingga model ini juga dapat dipelajari
secara menyenangkan.39 Strategi-strategi mnemonik dapat membangun hubungan
sehingga objek-objek yang dipelajari tidak hanya sekedar diingat dengan hafalan
saja, tetapi juga dengan hubungan konseptual.40
Berdasarkan pernyataan-pernyataan diatas, dapat disimpulkan bahwa strategi
mnemonik adalah suatu cara yang dapat digunakan dalam membantu dan
memudahkan mengingat informasi. Selain itu strategi mnemonik juga dapat
digunakan dalam menguasai konsep.
b. Macam-macam Strategi Mnemonik
a. Metode Loci (Method of loci)
Metode losai (Method of Loci), yaitu kiat mnemonik yang menggunakan
tempat-tempat khusus dan terkenal sebagai sarana dan istilah tertentu yang harus
diingat peserta didik. Kata “loci” sendiri jamak dari kata ”locus” artinya tempat.
Dalam hal ini, nama-nama kota, jalan, gedung terkenal dapat dipakai untuk
37 Nyayu Khodijah, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Pers, 2014), Cet. 2, h. 131. 38 Bruce Joyce; Marsha Weil dan Emily Calhoun, Models of Teaching: Model-model
Pengajaran, Edisi Kedelapan, Terj. Dari Models of Teaching (Eighth Edition) oleh Achmad Fawaid dan Ateilla Mirza, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011), Cet. 2, h. 34.
39 Ibid., h. 33-34. 40 Ibid., h. 217.
menempatkan kata dan istilah yang kurang lebih relevan dalam arti memiliki
kemiripan ciri dan keadaan. Contoh: nama ibukota Amerika Serikat untuk
mengingat nama presiden negara itu (George Washington) dan gedung bundar
untuk mengingat nama jaksa agung.41
b. Sistem kata bergantung (Peg Word System)
Sistem kata pasak (peg word system), yakni sejenis teknik mnemonik yang
menggunakan komponen-komponen yang sebelumnya telah dikuasai sebagai
pasak (paku) pengait memori baru.42 Sistem kata bergantung (peg word system)
atau daftar kata bergantung (peg list system), memiliki sejumlah ragam, namun ide
dasarnya adalah seseorang mempelajari serangkaian kata yang berfungsi sebagai
“gantungan” untuk “menggantungkan” item-item yang dihapalkan. Setelah anda
mempelajari daftar “gantungan’, Anda “menggantungkan” item-item ke
“gantungan” tersebut. Salah satu caranya adalah dengan membayangkan sebuah
interaksi antara kata yang digunakan sebagai penggantung (peg word) dengan kata
yang harus diiingat.43
c. Kata Kunci (Key Word)
Sebuah bentuk yang sedikit berbeda dari teknik kata bergantung adalah metode
kata kunci (key word method), yang berguna dalam upaya mempelajari kosakata
bahasa asing.44 Sistem ini berbentuk daftar kata yang terdiri atas unsur-unsur
sebagai berikut: 1) kata-kata asing; 2) kata-kata kunci, yakni kata-kata bahasa
lokal yang paling kurang suku pertamanya memiliki suara/lafal yang mirip dengan
kata yang dipelajari; 3) arti-arti kata asing tersebut. Contoh mnemonik sistem kata
kunci disajikan pada Tabel 2.4.
41 Syah, op. cit., h. 159-160. 42 Ibid., h. 159. 43 Solso, Maclin dan Maclin, op. cit., h. 227. 44Ibid., h. 228.
Tabel 2.4 Contoh Mnemonik Sistem Kata Kunci45
Kata Inggris Kata Kunci Arti
Astute Astuti Cerdik, lihai
Butterfly Baterai Kupu-kupu
Challenge Celeng Tantangan
Domination Domino Penguasaan
Eyesight Aisyah Penglihatan
Fussy Fauzy Cerewet
d. Akronim (Acronyms)
Strategi ini adalah menciptakan kata dari huruf pertama item yang akan diingat.
Misalnya HOMES dapat dipakai sebagai petunjuk untuk mengingat Lima Danau
besar: Huron, Ontario, Michigan, Erie dan Superior.46 Akronim (acronym) yakni
kata yang dibentuk berdasarkan huruf-huruf pertama dalam sebuah frase atau
kumpulan kata-kata.47 Teknik mengingat yang paling mudah dan paling sering
digunakan. Metodenya dengan menyingkat hal-hal-yang harus kita ingat.
Misalnya, warna pelangi, sering disingkat mejiku hibiniu (merah, jingga, kuning,
hijau, biru, nila, dan ungu).48 Para mahasiswa anatomi menghapalkan nama-nama
saraf kranial menggunakan rima berikut ini: An Old Olimpia’s Towering Top A
Finn and German Vault and Hop. Nama-nama saraf tersebut adalah olfactory,
oculomotor, trochlear, trigeminal, abducens, facial, auditory, glossopharyngeal,
vagus, accessory, dan hypoglossal.49
Akronim yaitu teknik mnemonik dengan cara menyingkat daftar kata-kata yang
hendak dihafalkan. Caranya, daftar kata-kata tersebut dibentuk atas dasar huruf
pertama dalam sebuah frase atau kelompok kata-kata. Contohnya program Norma
Kecil Bahagia Sejahtera disingkat NKKS, Pekan Olahraga Nasional disingkat
45 Syah, op. cit., h. 160. 46 Santrock, loc. cit. 47 Solso, Maclin dan Maclin, op. cit., h.229. 48 Tung, op. cit., h. 190. 49 Solso, Maclin dan Maclin, op. cit., h.230.
PON, dan sebagainya. Selain itu, singkatan yang dibentuk juga bisa berupa
kalimat kreatif agar lebih mudah diingat.50
e. Akrostik (Acrostics)
Acrostics mirip dengan acronyms, metodenya adalah mengingat sesuatu
dengan membuat kalimat baru yang mudah diingat.51 Akrostik (acrostic), yakni
sebuah frase atau kalimat yang didalamnya huruf-huruf pertama diasosiasikan
dengan kata-kata yang harus diingat. Kings Play Chess on Fine Grained Sand
adalah sebuah akrostik yang seringkali digunakan oleh para mahapeserta didik
biologi untuk mengingat kingdom, phylum, class, order, family, genus, species.52
f. Rima dan Lagu (Rhymes and Songs)
Rima (rhyme), yakni sajak yang dibuat sedemikian rupa yang isinya terdiri atas
kata dan istilah yang harus diingat peserta didik. Sajak ini akan lebih baik
pengaruhnya apabila diberi not-not sehingga dapat dinyanyikan.53 Banyak orang
yang lebih mudah menghapal sesuatu dengan menggunakan lirik lagu. Misalnya
dalam mengingat nama-nama hari atau alfabet waktu kecil, kita diajarkan
menghafalnya dengan lagu. Murid-murid Amerika menghapal presiden-
presidennya dari yang pertama George Wahington sampai ke presiden ke-44,
Barack Obama.54
g. Pengemasan (Chuncking)
Pengemasan (Chuncking) adalah strategi pengorganisasian memori yang
mengaitkan sejumlah atau “packing” informasi ke dalam unit ”higher order” yang
dapat diingat dengan unit yang tunggal. Ini teknik yang digunakan jika ingin
menghapal angka. Teorinya adalah, daripada menghapal delapan digit angka
secara bersamaan, lebih baik membagi angka-angka itu ke beberapa bagian.
Misalnya untuk angka 54370963, bisa dibagi ke 543-70-963.55
50 Khodijah, op.cit. h. 133. 51 Tung, loc. cit. 52 Solso, Maclin dan Maclin, op. cit., h. 231. 53 Syah, loc. cit. 54 Tung, op. cit., h. 191. 55 Ibid.
5. Pemahaman Konsep
Pemahaman diartikan sebagai kemampuan untuk menyerap arti dari materi
atau bahan yang dipelajari. Pemahaman adalah seberapa besar peserta didik
mampu menerima, menyerap, dan memahami pelajaran yang diberikan oleh guru
kepada peserta didik, atau sejauh mana peserta didik dapat memahami serta
mengerti apa yang ia baca, yang dilihat, yang dialami, atau yang ia rasakan berupa
hasil penelitian atau observasi langsung yang ia lakukan.56
Pemahaman merupakan kemampuan untuk menerangkan dan
menginterpretasikan sesuatu; ini berarti bahwa seseorang yang telah memahami
sesuatu atau telah memperoleh pemahaman akan mampu menerangkan atau
menjelaskan kembali apa yang telah ia terima. Selain itu, bagi mereka yang telah
memahami tersebut, maka ia mampu memberikan interpretasi atau menafsirkan
secara luas sesuai dengan keadaan yang ada disekitarnya, ia mampu
menghubungkan dengan kondisi yang ada saat ini dan yang akan datang.
Pemahaman bukan sekedar mengetahui, yang biasanya hanya sebatas
mengingat kembali pengalaman dan memproduksi apa yang pernah dipelajari.
Bagi orang yang benar-benar telah paham ia akan mampu memberikan gambaran,
contoh, dan penjelasan yang lebih luas dan memadai. Pemahaman lebih dari
sekedar mengetahui, karena pemahaman melibatkan proses mental yang dinamis,
dengan memahami ia akan mampu memberikan uraian dan penjelasan yang lebih
kreatif, tidak hanya memberikan gambaran yang lebih luas dan baru sesuai dengan
kondisi saat ini. Konsep merupakan sesuatu yang tergambar dalam pikiran, suatu
pemikiran, gagasan atau suatu pengertian. Jadi, konsep ini merupakan sesuatu
yang telah melekat dalam hati seseorang dan tergambar dalam pikiran, gagasan,
atau suatu pengertian.57
Pemahaman tentang konsep merupakan aspek penting dalam belajar. Salah satu
tujuan mengajar adalah membantu peserta didik memahami konsep utama subjek
bukan hanya mengingat fakta tertentu. Pemahaman konsep meningkat ketika guru
56 Ahmad Susanto, Teori Belajar & Pembelajaran di Sekolah Dasar, Edisi Pertama, (Jakarta:
Kencana Prenadamedia Group, 2016), Cet. 4, h. 6. 57 Ibid., h. 7-8.
mampu mengeksplorasi topik secara mendalam dan memberikan contoh yang
menarik dan sesuai dengan konsep itu.58
Untuk mengukur hasil belajar peserta didik yang berupa pemahaman konsep,
guru dapat melakukan evaluasi produk. Melalui produk dapat diselidiki apakah
dan sampai berapa jauh suau tujuan instruksional telah tercapai, semua tujuan itu
merupakan hasil belajar yang seharusnya diperoleh peserta didik. Evaluasi produk
dapat dilaksanakan dengan mengadakan berbagai macam tes, baik secara lisan
maupun tertulis.59
Berdasarkan pernyataan dapat disimpulkan dengan pemahaman konsep peserta
didik dapat memberikan penjelasan secara rinci dan benar melalui kata-kata
sendiri. Selain itu, melalui pemahaman peserta didik dapat mengaitkan materi
yang dipelajari dengan objek baru maupun kehidupan sehari-hari.
6. Sistem Gerak
a. Rangka Penyusun Tubuh
Gambar 2.1 Rangka Tubuh Manusia
dalam hioid, tulang belakang, tulang dada serta tulang rusuk (iga). 2) Rangka
apendikuler (rangka pelengkap atau anggota gerak tubuh), meliputi gelang bahu,
anggota gerak atas, gelang panggul dan anggota gerak bawah.60
58 Tung, op. cit., h. 219. 59 Susanto, op. cit., h. 8-9. 60 Irnaningtyas, Biologi untuk SMA/MA Kelas XI, (Jakarta: Erlangga, 2017), h. 137-145.
Tulang-tulang di dalam
tubuh membangun rangka
(skeleton). Rangka sebagai
alat gerak pasif digerakkan
oleh otot. Rangka tubuh
manusia dapat digolongkan
menjadi 2 kelompok, yaitu:
1) Rangka aksial (rangka
sumbu tubuh), meliputi:
tulang tengkorak, telinga
b. Tulang
Gambar 2.2 Struktur Tulang
darah, serta menyimpan mineral (kalsium dan fosfor).61 Tulang terdiri dari
lapisan-lapisan yang jika disebutkan dari luar ke arah dalam, yaitu periosteum,
tulang kompak, tulang spons, endosteum dan sumsum tulang. Pada tulang
panjang, terdapat bagian yang disebut diafisis (batang) dan epifisis (ujung tulang
yang membesar). Diantara epifisis dan diafisis, terdapat metafisis. Diantara
metafisis dan epifisis terdapat cakram epifisis. Sedangkan berdasarkan bentuk dan
ukurannya, tulang penyusun rangka tubuh dibedakan menjadi lima macam.
Berikut penjelasannya dapat dilihat pada Tabel 2.5.
Tabel 2.5 Macam-macam Bentuk Tulang
No. Bentuk
Tulang Penjelasan
1. Tulang pipa Berbentuk silindris panjang serta memiliki bagian epifisis,
diafisis, metafisis dan cakra epifisis. Contohnya, tulang
pangkal lengan (humerus), tulang hasta (ulna), tulang
pengumpil (radius), tulang paha (femur), tulang kering
(tibia), dan tulang betis (fibula).
2. Tulang
pendek
Berukursan pendek dan berbentuk kubus serta teersusun
dari tulang spons dan lapisan tipis tulang kompak.
61 Nunung Nurhayati dan Resty Wijayanti, Biologi untuk Peserta didik SMA/MA Kelas XI:
Kelompok Peminatan Matematika dan Ilmu-ilmu Alam, (Bandung: Yrama Widya, 2017), h. 101.
Tulang adalah
jaringan yang
paling keras yang
berfungsi sebagai
penyangga tubuh,
pelindung organ
tubuh, pendukung
pergerakan tubuh,
dan sebagai tempat
memproduksi sel
No. Bentuk
Tulang Penjelasan
Contohnya, tulang pergelangan tangan (karpal), dan tulang
pergelangan kaki (tarsal).
3. Tulang
pipih
Berbentuk lempengan dari tulang kompak dan tulang spons
yang berisi sumsum. Contohnya, tulang tengkorak, tulang
rusuk, dan tulang dada.
4. Tulang
tidak
beraturan
Berbentuk tidak beraturan serta tersusun dari tulang spons
dan lapisan tipis tulang kompak. Contohnya tulang
belakang.
5. Tulang
sesamoid
Berukuran kecil bulat yang terdapat pada formasi
persendian. Contohnya tulang tempurung lutut (patela).62
c. Sendi
Gambar 2 3 Macam-macam Sendi
tekanan. 3) Sendi diartrosis (sendi sinovial) adalah sendi yang dapat digerakkan
menjadi beberapa tipe, yaitu sendi engsel (sendi berporos satu), sendi peluru,
sendi pelana (sendi timbal balik), sendi putar, sendi luncur (geser), dan sendi
kondiloid (sendi ellipsoid). Untuk lebih jelasnya mengenai macam-macam sendi
diartrosis dapat dilihat pada Gambar 2.3.
62 Irnaningtyas, op. cit., h. 147-148.
Persendian adalah hubungan antara dua
tulang, baik yang dapat digerakkan
maupun yang tidak dapat digerakkan.
Berdasarkan gerakkannya, persendian
dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu:
1) Sendi sinartrosis (sendi mati) adalah
sendi yang tidak dapat digerakkan karena
tidak memiliki celah sendi dan
dihubungkan dengan jaringan ikat fibrosa
atau kartilago. 2) Sendi amfiartrosis adalah
sendi dengan pergerakan terbatas akibat
d. Otot Rangka
Gambar 2.4 Struktur Otot Rangka
otot bisep dan trisep. Gerakkan antagonis pada tubuh antara lain: Ekstensi
(meluruskan) dan fleksi (membengkokkan). Abduksi (menjauhi badan) dan
adduksi (mendekati badan). Depresi (ke bawah) dan elevasi (ke atas). Supinasi
(menengadah) dan pronasi (menelungkup). Inversi adalah gerak memutar kaki ke
arah dalam tubuh. Eversi adalah gerak memutar kaki ke arah luar tubuh. 2)
Gerakkan sinergis adalah otot yang saling mendukung kerja satu sama lain
sehingga menghasilkan gerakkan satu arah.
e. Gangguan Sistem Gerak
Gangguan pada tulang diantaranya fraktur, kifosis, lordosis, skoliosis,
osteoporosis dan rakitis. Sedangkan gangguan pada sendi diantaranya
:terkilir/keseleo, artritis, artritis sika, artritis gout, artritis eksudatif. Kemudian
gangguan pada otot diantaranya hipertrofi, atrofi, kram, tetanus dan lainnya.
Contoh macam-macam ganagguan pada sistem gerak dapat diihat pada Gambar
2.5.
Otot rangka adalah otot yang
melekat pada tulang dan dapat
bergerak secara aktif untuk
menggerakkan tulang sehingga
disebut alat gerak aktif.
Berdasarkan sifat kerjanya, otot
dapat dibedakan menjadi dua jenis,
yaitu: 1) Otot antagonis adalah otot
yang bekerja saling berlawanan
sehingga menghasilkan gerakan
yang berlawanan arah. Contohnya,
Gambar 2.5 Macam-macam Gangguan pada Sistem Gerak
f. Teknologi Sistem Gerak
Perkembangan teknologi dibidang kesehatan atau kedokteran untuk mengatasi
kerusakan, gangguan dan kelainan sistem gerak antara lain, 1) Pemasangan gips,
yaitu bahan kapur yang diletakkan disekitar tulang yang patah. 2) Pembidaian,
yaitu menempatkan benda keras disekeliling tulang yang patah. 3) Penggantian
sendi, 4) Kursi roda, adalah alat bantu yang digunakan oleh orang yang
mengalami kesulitan berjalan dan sebagainya.63 Contoh macam-macam teknologi
untuk mengatasi ganagguan pada sistem gerak dapat diihat pada Gambar 2.6.
Gambar 2.6 Macam-macam PemanfaatanTeknologi untuk Mengatasi
Gangguan pada Sistem Gerak
63 Irnaningtyas, op. cit., h. 155-173.
B. Hasil Penelitian yang Relevan
Beberapa penelitian yang berhubungan dengan penerapan model guided
discovery dan strategi mnemonik antara lain adalah sebagai berikut:
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Diana Fatihatul Ulumi, Maridi, Yudi
Rinanto menyatakan bahwa hasil penelitian tentang penerapan model
pembelajaran Guided Discovery Learning menunjukkan pengaruh terhadap hasil
belajar biologi peserta didik dengan melihat perbandingan rata-rata nilai hasil
belajar ranah pengetahuan, keterampilan, dan sikap.64
Hasil penelitian lain yang dilakukan oleh Arifiana Nur Kholifah, Yudi Rinanto,
Murni Ramli yang berjudul “Kajian Penerapan Model Guided Discovery Learning
disertai Concept Map terhadap Pemahaman Konsep Peserta didik SMA Kelas XI
pada Materi Sistem Imun” menyatakan bahwa berdasarkan hasil postest
menunjukkan bahwa kelas eksperimen memiliki pemahaman konsep yang lebih
tinggi dibandingkan kelas kontrol. Selain itu, jika pemahaman konsep dilihat per
indikator menunjukkan bahwa pada kelas kontrol dan kelas eksperimen paling
banyak memahami konsep pada materi imunisasi dan vaksinansi. 65
Sementara itu, hasil penelitian yang dilakukan oleh Ahadia Busyaroh Asyhuri,
Maridi, Slamet Santosa dengan judul “Pengaruh Penerapan Model Guided
Discovery Learning Metode Concept Maps dan Mind Maps terhadap Penguasaan
Konsep Biologi Peserta didik SMA” menunjukkan terdapat perbedaan penguasaan
konsep biologi peserta didik antara model guided discovery learning metode
concept maps dan mind maps berdasarkan nilai post-test kelas X SMA N 1
Boyolali tahun pelajaran 2016/2017.66
64 Diana Fatihatul Ulumi; Maridi dan Yudi Rinanto, Pengaruh Model Pembelajaran Guided
Discovery Learning terhadap Hasil Belajar Biologi di SMA Negeri 2 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2013/2014, Jurnal Pendidikan Biologi FKIP UNS Vol. 7, No. 2, 2015, h. 77.
65 Arifiana Nur Kholifah; Yudi Rinanto dan Murni Ramli. Kajian Penerapan Model Guided Discovery Learning disertai Concept Map terhadap Pemahaman Konsep Peserta didik SMA Kelas XI pada Materi Sistem Imun. Jurnal Bio-Pedagogi, Volume 4 Nomor 1, ISSN: 2252-6897, 2015, h. 13-14.
66 Ahadia Busyaroh Asyhuri, Maridi, Slamet Santosa, Pengaruh Penerapan Model Guided Discovery Learning Metode Concept Maps dan Mind Maps terhadap Penguasaan Konsep Biologi Peserta didik SMA, Proceeding Biology Education Conference, Volume 14, Nomor 1, p-ISSN: 2528-5742, Universitas Sebelas Maret, 2017, h. 302.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Angraini Kurniawan
dan Meida Nugrahalia dengan judul “Efektivitas strategi mnemonik terhadap hasil
belajar peserta didik pada materi pokok dunia tumbuhan (plantae) kelas X SMA
Swasta R.A Kartini Sei Rampah tahun pembelajaran 2013/2014”, dapat diambil
kesimpulan bahwa pembelajaran biologi dengan menggunakan strategi mnemonik
dinyatakan efektif terbukti dengan tingkat penguasaan peserta didik tergolong
sedang dengan persentase sebesar 78,68%, 92,11% peserta didik tuntas dalam
belajar, tujuan pembelajaran khusus tercapai 80% tuntas, serta pembelajaran yang
dinyatakan terlaksana dengan baik.67
Penelitian yang dilakukan oleh Maghy S.J yang berjudul “Effectiveness of
Mnemonics on Achievment of Students in Mathematics at Highschool Level”
dikemukakan hasil bahwa ketika dibandingkan dengan metode ceramah, ternyata
strategi mnemonik dalam pengajaran lebih efektif daripada metode ceramah dan
berpengaruh terhadap prestasi peserta didik dalam pelajaran matematika. Metode
mnemonik juga membantu untuk mengurangi kesulitan peserta didik dalam
belajar matematika. Mnemonik dapat digunakan dalam mata pelajaran lain seperti
sains, seni dll untuk pengajaran yang efektif.68
67 Anggraeni Kurniawan dan Meida Nugrahalia Medan, Efektivitas Strategi Mnemonik
terhadap Hasil Belajar Peserta didik Pada Materi Pokok Dunia Tumbuhan (Plantae) Kelas X SMA Swasta R.A Kartini Sei Rampah Tahun Pembelajaran 2013/2014, 2014, h. 458. (http://digilib.unimed.ac.id/4814/1/Fulltext.pdf),
68 Maghy S.J, Effectiveness of Mnemonics on Achievment of Students in Mathematics at Highschool Level “, International Journal of Modern Engineering Research (IJMER) Vol. 5 University of Kerala, 2015, h. 4.
C. Kerangka Berpikir
Gambar 2.7 Kerangka Berpikir
Pemahaman konsep sebagai salah satu tujuan pembelajaran sangat penting.
Untuk mencapai tujuan tersebut, guru harus mampu merencanakan, melaksanakan
dan mengevaluasi setiap proses pembelajaran dengan baik. Guru harus mampu
memilih model dan strategi pembelajaran yang sesuai dengan tujuan
pembelajaran. Sebagai bagian dari IPA, pada mata pelajaran Biologi sebaiknya
dalam pembelajaran memberikan pengalaman langsung. Salah satu model
pembelajaran yang dapat memberikan pengalaman langsung yaitu model
discovery. Akan tetapi dalam pembelajaran peserta didik masih membutuhkan
bimbingan dan arahan dari guru. Oleh sebab itu diterapkan model pembelajaran
guided discovery. Melalui model pembelajaran guided discovery peserta didik
didorong untuk dapat menemukan sendiri konsep. Dengan demikian, diharapkan
peserta didik dapat lebih mudah memahami konsep.
Akan tetapi dalam mempelajari Biologi terutama pada konsep sistem gerak
terlihat peserta didik mengalami kesulitan dalam mempelajarinya. Hal ini
disebabkan karena banyak istilah-istilah yang harus diingat peserta didik. Untuk
Pemahaman
Konsep Meningkat
Model pembelajaran
guided discovery berbantu
strategi mnemonik
Kurangnya pemahaman
konsep peserta didik.
Peserta didik kesulitan dalam
mengingat dan memahami konsep
memudahkan peserta didik dalam mengingat pengetahuan tersebut, maka dapat
digunakan strategi yang dapat mendukung proses mengingat peserta didik.
Strategi tersebut ialah strategi mnemonik. Strategi mnemonik dijadikan sebagai
penguat konsep yang sudah diperolehnya melalui guided discovery. Dengan
kolaborasi penerapan model pembelajaran guided discovery dengan strategi
mnemonik tersebut diharapkan menyajikan materi pelajaran yang menyenangkan
dan memudahkan peserta didik dalam memahami konsep. Dengan demikian,
pembelajaran guided discovery berbantu strategi mnemonik diduga berpengaruh
terhadap pemahaman konsep peserta didik.
D. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan deskripsi teoritis dan kerangka berpikir, maka hipotesis penelitian
yang diajukan yaitu “Terdapat pengaruh penerapan model pembelajaran guided
discovery berbantu strategi mnemonik terhadap pemahaman konsep peserta didik
pada konsep sistem gerak”.