Post on 23-Jan-2021
11
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Bab ini membahas Technology Acceptance Model (TAM) sebagai grand
theory, dan teori pembelajaran sebagai supporting theory. Pada bab ini juga
dijelaskan tentang pengadaan Pegawai Negeri Sipil, Computer Assisted Test,
efisiensi, akuntabilitas pubik, dan pembahasan hasil penelitian sebelumnya.
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Technology Acceptance Model
Pada tahun 1989 Technology Acceptance Model (TAM) pertama kali
dikenalkan oleh Davis. Menurut Davis, tujuan utama TAM adalah untuk
mendirikan dasar penelusuran pengaruh faktor eksternal terhadap kepercayaan,
sikap (personalisasi), dan tujuan pengguna komputer. Tujuan lain dari TAM adalah
untuk menjelaskan dan memprediksi penerimaan pengguna terhadap suatu
teknologi. TAM merupakan pengembangan dari Theory of Reasoned Action (TRA)
dan memprediksi penerimaan pengguna terhadap teknologi berdasarkan pengaruh
dari dua faktor, yaitu persepsi manfaat dan persepsi kemudahan penggunaan
(Davis, dalam Morris dan Dillon, 1997). Dalam Modul SIA; Dunia Akuntansi dan
Manajemen (2008), terdapat beberapa indikator kesuksesan penerapan sistem yaitu:
tingkat kecepatan, tingkat keamanan, tingkat efisiensi biaya, dan tingkat kualitas
hasil. Dalam penelitan ini teori TAM dan TRA mendukung penerapan CAT sebagai
sistem baru yang mudah digunakan dan memberikan manfaat terhadap efisiensi
yang dirasakan oleh peserta dan efektivitas berupa keyakinan peserta tes CPNS
12
terhadap publikasian hasil pelaksanaan tes CPNS yang cepat, akuntabel, transparan,
serta bebas dari praktik KKN.
2.1.2 Teori Pembelajaran.
Robin (2007) menyatakan pembelajaran adalah setiap perubahan perilaku
yang relatif permanen, terjadi sebagai hasil pengalaman. Dari konsep tersebut dapat
disimpulkan bahwa pembelajaran telah terjadi keika seorang individu berperilaku,
bereaksi, dan merespon sebagai hasil dari pengalaman dengan cara yang berbeda
dari caranya berperilaku sebelumnya. Pada tahun 2014, Pemerintah melalui
Kementrian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi mewajibkan
penggunaan sistem CAT dengan mengeluarkan Peraturan Menteri Nomor 17 Tahun
2014 tentang Tambahan Alokasi Formasi dan Pengadaan Calon Pegawai Negeri
Sipil Tahun 2014. Penggunaan sistem CAT sebagai sebuah sistem baru dalam tes
CPNS akan memberikan pengalaman berbeda dari metode atau sistem yang pernah
ada atau diketahui peserta tes yang pernah mengikuti tes CPNS dengan metode
konvensional sebelumnya. Dari penerapan sistem baru ini, peserta tes sebagai
individu akan berperilaku, bereaksi, dan merespon sebagai hasil dari pengalaman
dengan cara yang berbeda dari caranya berperilaku sebelumnya. Teori
pembelajaran dalam penelitian ini mendukung persepsi peserta tes CPNS terhadap
keyakinan terhadap akuntabilitas publikasian hasil tes.
2.1.3 Kepercayaan terhadap Teknologi Sistem Informasi
Goodhue dalam Jumaili (2005) mengemukakan bahwa kepercayaan terhadap
teknologi sistem informasi dalam mengevaluasi kinerja individual diperlukan oleh
manajemen untuk memastikan bahwa sistem informasi yang berbasis komputer
13
tersebut dapat digunakan untuk mengendalikan kinerja bawahan. Keberhasilan
sistem informasi suatu perusahaan tergantung bagaimana sistem itu dijalankan,
kemudahan sistem itu bagi para pemakainya dan pemanfaatan teknologi yang
digunakan. Konstruk evaluasi pemakai diri sendiri merupakan suatu konstruk yang
sangat luas dan evaluasi pemakai merupakan suatu evaluasi atau pengukuran
tentang sikap dan kepercayaan individu terhadap sesuatu, baik barang maupun jasa.
Goodhue mengajukan konstruk hubungan kecocokan tugas teknologi untuk
dijadikan sebagai acuan evaluasi pemakai dalam sistem informasi. Dalam model ini
dinyatakan bahwa pemakai akan memberikan nilai evaluasi yang tinggi (positif)
tidak hanya dikarenakan oleh karakteristik sistem yang melekat, tetapi lebih kepada
sejauh mana sistem tersebut dipercaya dapat memenuhi kebutuhan dan sesuai
dengan tugasnya. Evaluasi pemakai atas kecocokan tugas teknologi menjadi
penting artinya berkaitan dengan pencapaian kinerja individual yang tinggi.
Goodhue menemukan kecocokan tugas teknologi akan mengarahkan individu untuk
mencapai kinerja yang lebih baik. Kepercayaan peserta tes CPNS terhadap sistem
CAT sebagai sistem yang bersifat regulatif diterapkan dalam seleksi CPNS 2014
diindikasikan terhadap manfaat efisiensi dan kecepatan, akuntabilitas dan
transparansi hasil tes yang dirasakan oleh peserta.
2.1.4 Efektivitas Penggunaan Sistem
Handoko (1999) mengemukakan bahwa efektivitas adalah kemampuan untuk
memilih tujuan yang tepat atau peralatan yang tepat untuk pencapaian tujuan yang
telah ditetapkan, menyangkut bagaimana melakukan pekerjaan yang benar. Yamit
(1998) mendefinisikan efektivitas sebagai suatu ukuran yang memberikan
14
gambaran seberapa jauh target dapat tercapai, baik secara kualitas maupun waktu,
orientasinya adalah pada keluaran (output) yang dihasilkan. Jumaili (2005)
mengemukakan bahwa secara umum, efektivitas penggunaan atau
pengimplementasian teknologi sistem informasi dalam suatu perusahaan dapat
dilihat dari kemudahan pemakai dalam mengidentifikasi data, mengakses data dan
menginterpretasikan data tersebut. Data dalam sistem informasi tersebut seharusnya
merupakan data yang terintegrasi dari seluruh unit perusahaan atau organisasi
sehingga dapat digunakan untuk berbagai kebutuhan tugas dalam perusahaan.
Dalam penelitian ini efektivitas terkait dengan penggunaan sistem baru dalam hal
ini sistem CAT bisa memberikan keyakinan bagi peserta tes dalam mewujudkan
mekanisme tes CPNS yang cepat, akuntabel dan transparan serta bebas dari praktik
korupsi, kolusi dan nepotisme.
2.2 Pengadaan Pegawai Negeri Sipil
2.2.1 Pengertian Pengadaan Pegawai Negeri Sipil
Sesuai Peraturan Kepala BKN No. 9 tahun 2012 tentang Pedoman
Pelaksanaan Pengadaan Calon Pegawai Negeri Sipil, yang dimaksud dengan
pengadaan CPNS adalah proses kegiatan pengisian formasi yang lowong dimulai
dari perencanaan, pengumuman, pelamaran, penyaringan, penetapan kelulusan,
permintaan Nomor Induk Pegawai Negeri Sipil (NIP) sampai dengan pengangkatan
menjadi CPNS. Sesuai dengan kebijakan pemerintah, pengadaan CPNS dari
pelamar umum dilakukan berdasarkan kebutuhan organisasi untuk mengisi formasi
yang lowong. Pengadaan CPNS harus dilakukan secara obyektif dan transparan
15
berdasarkan syarat-syarat yang telah ditentukan serta tidak membeda-bedakan jenis
kelamin, suku, agama, ras, golongan atau daerah. Dalam upaya mendapatkan
sumber daya PNS yang berkualitas, instansi pusat maupun daerah harus melakukan
Tes Kompetensi Dasar (TKD) bagi semua pelamar. Disamping TKD, instansi
daerah dan pusat dapat melakukan tes kompetensi bidang (TKB) sesuai dengan
kebutuhan jabatan masing-masing instansi.
2.2.2 Prinsip-Prinsip Pengadaan Calon Pegawai Negeri Sipil
Sesuai Peraturan Kepala BKN No. 9 tahun 2012 tentang pedoman
pelaksanaan pengadaan CPNS, pengadaan CPNS dilakukan berdasarkan prinsip-
prinsip:
1) Obyektif, dalam arti dalam proses pendaftaran, seleksi dan penentuan kelulusan
didasarkan pada persyaratan dan hasil ujian/tes sesuai keadaan sesungguhnya.
2) Transparan, dalam arti proses pelamaran, pendaftaran, pelaksanaan ujian,
pengolahan hasil ujian serta pengumuman hasil kelulusan dilaksanakan secara
terbuka.
3) Kompetitif, dalam arti semua pelamar bersaing secara sehat dan penentuan hasil
seleksi didasarkan pada nilai ambang batas tertentu (passing grade) dan atau
nilai terbaik dari seluruh peserta.
4) Akuntabel, dalam arti seluruh proses pengadaan CPNS dapat
dipertanggungjawabkan kepada stakeholder maupun masyarakat.
5) Bebas KKN, dalam arti seluruh proses pengadaan PNS harus terhindar dari
praktik KKN.
16
6) Tidak diskriminatif, dalam arti dalam proses pengadaan tidak boleh
membedakan pelamar berdasarkan suku, agama, ras, jenis kelamin dan
golongan.
7) Tidak dipungut biaya, dalam arti pelamar tidak dibebankan biaya apapun dalam
proses pengadaan CPNS.
8) Efektif, dalam arti pengadaan CPNS dilakukan dengan kebutuhan organisasi
9) Efisien, dalam arti penyelenggaraan pengadaan CPNS dilakukan dengan biaya
seminimal mungkin.
2.3 Computer Assisted Test (CAT)
2.3.1 Definisi CAT
Dalam BKN (2014), CAT adalah suatu metode ujian dengan alat bantu
komputer yang digunakan untuk mendapatkan standar minimal kompetensi dasar
maupun standar kompetensi kepegawaian. Adapun tahapan proses dalam
perancangan grand design sistem CAT meliputi: penelitian dan pengumpulan data
awal, perencanaan, pembuatan prototipe, uji coba, dan perbaikan dan
pengembangan.
Protipe sistem CAT mempunyai karakteristik sebagai berikut:
a. Aplikasi dijalankan pada komputer dengan platform windows atau open
source yang berbasis website.
b. Aplikasi menggunakan narasi untuk menjelaskan bahasan yang disajikan
pada layar monitor komputer.
17
c. Aplikasi disertai video gerakan mouse, sehingga pengguna dapat dengan
mudah menggunakannya.
d. Tutorial disertai teks yang berisi perintah pada layar monitor komputer
agar peserta tes dapat langsung memahami dan tidak menemui kesulitan
dalam mengoperasikannya.
Penggunaan sistem CAT juga dilengkapi Standar Operating Procedure (SOP)
yang bertujuan untuk mengetahui dengan jelas fungsi dan peran dari masing-
masing petugas dan instansi dalam hal ini Badan Kepegawaian Negara dan instansi
yang difasilitasi. Manfaat lain dari SOP ini adalah memperjelas alur tugas,
wewenang dan tanggung jawab dari instansi terkait. Sementara dari fungsinya, SOP
bisa digunakan sebagai dasar hukum bila terjadi penyimpangan, mengetahui dengan
jelas hambatan-hambatannya dan mempermudah pelacakan serta pedoman dalam
melaksanakan fasilitasi tes dengan menggunakan sistem CAT.
Secara garis besar SOP sistem CAT terbagi menjadi tiga bagian yang tidak
terpisahkan yaitu: persiapan, pelaksanaan dan pasca ujian yang meliputi pengolahan
hasil dan backup database. Tahapan persiapan dapat dibedakan menjadi dua
kegiatan yaitu: (1) persiapan yang terkait dengan sarana prasarana termasuk
persiapan jaringan komputer dan computer client, dan (2) persiapan untuk
pelaksanaan tes yang terkait dengan registrasi peserta tes, skema ujian dan skema
soal berdasarkan instansi yang akan difasilitasi. SOP pada tahapan pelaksanaan
mengatur mekanisme tes dengan sistem CAT yang mencakup verifikasi data
peserta, pelaksanaan ujian per sesi sampai dengan pencetakan laporan per sesi. SOP
pasca ujian meliputi: (1) pengolahan hasil ujian yaitu pencetakan keseluruhan hasil
18
ujian berdasarkan instansi dan selanjutnya hasil pengolahan diserahkan ke Panitia
Seleksi Nasional CPNS atau panitia dari instansi dalam bentuk hardcopy dan
softcopy. (2) back up database yang mengatur mekanisme setelah pelaksanaan tes
yang mencakup back up database ujian per instansi ke dalam secondary storage
untuk pengamanan dan memastikan bahwa back up tersebut dapat digunakan
kembali, selanjutnya melakukan uninstall database ujian per instansi di dalam
server. Untuk hasil tes, peserta dapat langsung melihat nilai di layar monitor
masing-masing dan ditampilkan di TV LCD monitor pada saat bersamaan untuk
menjamin transparansi dan obyektivitas hasil seleksi. Selanjutnya hasil tes dicetak
dan diserahkan kepada instansi yang difasilitasi.
2.3.2 Tujuan Penggunaan Sistem CAT
Tujuan penggunaan CAT menurut BKN (2014) adalah:
1) Mempercepat proses pemeriksaan dan laporan hasil ujian. Proses pemeriksaan
dilakukan oleh aplikasi bersamaan saat tes berlangsung, sehingga hasil tes
dapat dipantau secara langsung dalam waktu yang sama dengan
berlangsungnya tes melalui layar TV di ruang yang disiapkan di ruang
monitoring dan ruang tunggu peserta. Hal ini berbeda dengan metode LJK
pemeriksaan dilakukan setelah tes berlangsung (real time), dan hasil tes baru
bisa diketahui paling cepat satu bulan setelah pelaksanaan tes.
2) Menciptakan standarisasi hasil ujian secara nasional. Dengan menggunakan
sistem CAT, hasil ujian dapat dijadikan bahan evaluasi bagi penetapan
standarisasi nilai secara nasional.
19
3) Menetapkan standar nilai. Dari evaluasi hasil tes dengan menggunakan sistem
CAT, maka kebijakan penentuan standar nilai untuk menentukan kelulusan
bisa ditentukan.
4) Meningkatkan transparansi, obyektivitas, keadilan, akuntabilitas, efisiensi, dan
bebas dari KKN. Dengan menggunakan sistem CAT, hasil tes dapat diketahui
secara real time melalui layar TV yang disiapkan di ruang monitoring dan layar
TV yang disiapkan di ruang tunggu peserta. Pemeriksaan hasil tes juga
dilakukan secara otomatis oleh aplikasi sehingga dapat meningkatkan
obyektivitas dan akuntabilitas hasil tes. Dengan sistem CAT peserta tidak perlu
menggunakan alat tulis seperti metode LJK, peserta juga terhindar dari
kemungkinan rusaknya lembar jawaban dan kesalahan koreksi hasil tes. Peserta
tes hanya memilih jawaban melalui media komputer sehingga tidak
memerlukan alas tulis, pensil dan penghapus.
2.3.3 Manfaat Penggunaan Sistem CAT
Penggunaan sistem CAT menurut BKN (2014) mempunyai manfaat sebagai
berikut:
1) Komputer menyediakan keseluruhan materi tes. Dalam pelaksanaan tes CPNS
tahun 2014, materi tes meliputi 35 soal Tes Wawasan Kebangsaaan (TWK), 30
soal Tes Intelegensia Umum (TIU) dan 35 soal Tes Karakteristik Pribadi (TKP).
Ketiga materi tes ini sudah disediakan oleh aplikasi CAT sejumlah 120.000 soal.
2) Setiap peserta akan mendapatkan soal yang berbeda-beda dengan tingkat
kesulitan yang sama karena soal akan diacak oleh aplikasi CAT. Dengan
20
jumlah soal yang cukup dan adanya mekanisme pengacakan soal kepada peserta
dapat mengurangi kemungkinan bocornya soal.
3) Kerahasiaan soal dan akan terjamin. Untuk menjamin kerahasiaan soal, database
dilakukan penyandian (enskripsi) oleh Lembaga Sandi Negara dan hanya bisa
dibuka dengan sandi khusus sesaat sebelum dimulainya ujian.
4) Penilaian dilakukan secara obyektif dan transparan karena tidak memerlukan
lembar soal dan lembar jawaban (LJK) dan pemeriksaan hasil ujian langsung
oleh aplikasi CAT.
5) Manajemen waktu peserta lebih baik. Peserta ujian dapat memantau sisa waktu
yang tersedia melalui layar monitor selama ujian berlangsung. Peserta juga
dapat mengetahui jumlah soal yang sudah atau belum terjawab dengan indikator
warna pada nomor soal di layar monitor masing-masing.
6) Sistem CAT ini didesain semudah mungkin, sehingga peserta tes dipastikan
dapat mengoperasikannya. Peserta tes hanya meng-klik dengan mouse untuk
memilih jawaban yang tampil di layar monitor. Dalam pelaksanaan tes peserta
dapat lebih fokus dalam mengerjakan soal-soal tes, tanpa harus menghabiskan
waktu untuk menulis atau menghitamkan pilihan jawaban seperti pada LJK.
7) Peserta tes dapat langsung melihat hasil tes pada layar monitor komputer sesaat
setelah selesai melaksanakan ujian. Karena pemeriksaan ujian dilakukan oleh
aplikasi bersamaan dengan waktu pelaksanaan tes, hasil ujian dapat diketahui
peserta sesaat setelah ujian selesai pada layar monitor komputer masing-masing.
21
2.3.4 Landasan Penggunaan CAT
Penggunaan sistem CAT di BKN diresmikan sejak 1 Juni 2009 bertepatan
dengan peringatan Hari Ulang Tahun ke-61 BKN. Sebagai wujud komitmen BKN
dalam pelaksanaan rekrutmen yang obyektif, akuntabel dan transparan, pada tahun
2009 untuk pertama kalinya BKN menggunakan sistem CAT untuk seleksi CPNS
dengan metode rangking. Sistem passing grade diterapkan BKN untuk tes CPNS
dengan CAT tahun 2010, sebagai dasar hukumnya adalah Peraturan Kepala BKN
No. 9 tahun 2010 tentang mekanisme ujian dan penyaringan CPNS dengan
menggunakan CAT di lingkungan BKN yang waktu itu dilakukan di BKN pusat
dan Kantor Regional II BKN Surabaya (BKN, 2014).
Pada tahun 2013 setelah moratorium CPNS 2011-2012, pengunaan CAT mulai
diperkenalkan secara nasional oleh Kemen PAN-RB dengan dikeluarkannya
kebijakan penggunaan CAT sebagai salah satu opsi dalam tes CPNS tahun 2013.
Sesuai dengan Instruksi Presiden No. 1 Tahun 2013 tentang Rencana Aksi
Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi, target instansi yang menggunakan CAT
ditetapkan sebanyak 18 instansi, namun pada tahun 2013 sebanyak 73 instansi telah
menggunakan CAT. Capaian ini jauh melampui target dan menjadikan CAT BKN
sebagai salah satu quick wins nasional.
Pada tahun 2014, Kemen PAN-RB mengeluarkan Peraturan Menteri Nomor 17
Tahun 2014 tentang Tambahan Alokasi Formasi dan Pengadaan Calon Pegawai
Negeri Sipil Tahun 2014. Dalam peraturan Menteri tersebut pelaksanaan
seleksi/TKD CPNS dilakukan menggunakan CAT yang difasilitasi oleh Badan
22
Kepegawaian Negara atau menggunakan sistem CAT Uji Kompetensi Guru (UKG)
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Untuk koordinasi pengembangan dan perluasan penerapan CAT, Kepala BKN
mengeluarkan Peraturan Kepala BKN No. 5 tahun 2013 tentang struktur organisasi
dan tata kerja BKN. Setelah keluarnya peraturan ini terjadi perubahan nomenklatur
direktorat yang mengembangkan sistem CAT, dari Direktorat Rekrutmen dan
Kinerja Pegawai menjadi Pusat Pengembangan Sistem Rekrutmen (PPSR) PNS.
2.3.5 Prinsip-prinsip Dasar Sistem CAT
Menurut BKN (2014), CAT sebagai salah satu metode yang digunakan dalam
pelaksanaan tes mempunyai prinsip dasar sebagai berikut:
1) Sistem CAT didesain semudah mungkin, sehingga peserta tes dipastikan dapat
mengoperasikannnya, karena hanya cukup mengklik dengan mouse untuk
memilih jawaban yang tampil di layar monitor.
2) Cara mengoperasikan sangat mudah, bahkan bagi pemula sekalipun karena
hanya dengan menggunakan mouse. Dalam SOP pelaksanaan CAT,
penyelenggara wajib memberikan pengarahan dan menayangkan video
petunjuk cara pengoperasian sistem CAT untuk memberi petunjuk penggunaan
sistem CAT.
3) Soal yang ada dalam aplikasi CAT bervariasi namun dengan tingkat kesulitan
yang sama. Masing-masing peserta mendapatkan soal berbeda dengan tingkat
kesulitan yang setara. Soal diacak secara otomatis oleh aplikasi kemudian
didistribusikan ke masing-masing komputer peserta.
23
4) Pemeriksaan hasil tes langsung dilakukan oleh aplikasi secara otomatis. Nilai
peserta dapat dipantau secara bersamaan melalui ruang monitoring di luar
tempat pelaksanaan tes.
5) Peserta dapat mengetahui nilai yang diperoleh sesaat setelah menyelesaikan
ujian melalui layar monitor masing-masing komputer. Peserta dapat
mengetahui nilai masing-masing sub tes dan nilai total yang langsung tampil di
layar komputer masing-masing sesaat setelah ujian selesai.
2.3.6 Keunggulan Sistem CAT
Penilaian atas keunggulan CAT oleh masyarakat ditulis oleh Fibiona dalam
Eka Adhi (2014), yang menyatakan bahwa rekrutmen dan seleksi melalui sistem
CAT dinilai mampu: (1) menghilangkan KKN; (2) mewujudkan birokrasi yang
bebas dari intervensi politik; (3) menumbuhkan budaya kompetisi; (4) menjadi agen
perubahan. Secara normatif, rekrutmen dan seleksi melalui sistem CAT merupakan
jawaban atas sebagian refleksi yang harus dibenahi dalam sistem rekrutmen CPNS
dalam rangka mengedepankan nilai transparansi, akuntabilitas, dan efektivitas
untuk mewujudkan clean goverment dan good governance.
Situs www.cpns-indonesia.com pada Agustus 2014 menulis
kelebihan/keunggulan CAT meliputi: (1) Peserta tes dapat mendaftar melalui
intenet; (2) Peserta tes dapat dinilai secara langsung sesuai dengan hasil yang
diperoleh; (3) Komputer menyediakan keseluruhan materi soal; (4) Penilaian
dilakukan secara obyektif; dan (5) Peserta dapat langsung mengetahui nilai yang
diperoleh. Dengan sistem CAT pemerintah sangat terbantu dimana proses
pemerikasan dan pelaporan hasil tes dapat dilakukan dengan cepat. Bagi
24
pemerintah, sistem CAT dapat meningkatkan efisiensi tenaga maupun biaya,
misalnya saja pemerintah tidak perlu menyiapkan LJK maupun kertas soal. Tentu
hal ini dapat menekan biaya untuk pembelian kertas. Kepala sub Bagian Informasi
Kemen PAN-RB Suwardi dalam http://cpnsindonesia.com (2014) menyatakan
sistem CAT ini dapat menghemat penggunaan kertas kurang lebih 6 ton.
Perbandingan sistem CAT dengan sistem konvensional dirangkum oleh Eka Adhi
(2014) dan disajikan dalam Tabel 2.1
Tabel 2.1
Karakteristik Perbandingan Pelaksanaan Tes
dengan Sistem CAT dan Sistem Konvensional
No. Karakteristik Sistem CAT Sistem Konvensional Menggunakan LJK
1 Kouta
peserta tes
Tergantung jumlah komputer
yang tersedia di lokasi CAT
Station.
Tergantung kapasitas gedung yang digunakan.
2 Data Peserta Data peserta terintegrasi,
sehingga peserta tidak bisa
mengikuti tes dua
tempat/instansi.
Data kurang terintegrasi, sehingga peserta bisa
ikut tes di dua tempat/dua instansi.
3 Akuntabilita
s dan
transparansi
Data hasil tes dapat langsung
diketahui, sehingga
meminimalisir terjadinya
manipulasi data secara fisik.
Lembar Jawaban Komputer (LJK) rawan
terjadinya proses manipulasi data secara fisik,
harus dikoreksi dahulu, baru diketahui
hasilnya (kurang lebih sebulan setelah tes) .
4 Aksesbilitas Sangat mudah, penggunaan
komputer user friendly.
Mudah, tetapi membutuhkan waktu ya lama
untuk mengisi lembar jawaban.
5 Efektivitas
dan Efisiensi
Proses dilakukan 2 bulan, secara
bertahap. Penggunaan Anggaran
cukup besar di awal
pembangunan fasilitas CAT.
Pada saat pelaksanaan tes lebih
hemat dan hasil bisa langsung
diketahui.
Proses dilakukan 4 bulan hingga tahap
pengumuman. Lembar soal tes menggunakan
Lembar Jawaban Komputer (LJK) dikirim
dari pusat dengan jumlah 2-4 paket dengan
pengawasan ketat. Kurang hemat karena
pengadaan kertas untuk LJK.
6 Partisiasi
masyarakat
Masyarakat dapat mengawasi
secara real time melalui layar
monitor dan website.
Masyarakat tidak bisa mengawasi secara real
time karena hasil ujian tidak ditayangkan
melalui layar monitoring atau website.
Sumber : Bulletin Kepegawaian Kantor Regional I BKN Vol. 8 No.3 (2014).
25
2.4 Efisiensi
2.4.1 Definisi Efisiensi
Secara terminologi, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, efisiensi adalah
ketepatan cara (usaha, kerja) dalam menjalankan sesuatu (dengan tidak membuang
waktu, tenaga, biaya); kedayagunaan; ketepatgunaan; kesangkilan. Menurut
Darnton (1997 : 201), suatu aktifitas dikatakan relatif lebih efisien dibanding
aktifitas lain yang sama dan sejenis, jika membutuhkan lebih sedikit input atau
memproduksi output lebih banyak untuk mencapai tujuan tertentu. Efisiensi yang
dimaksud disini terdiri dari efisiensi teknis (technical eficiency) yang merefleksikan
kemampuan untuk memaksimalkan output dengan input tertentu dan efisiensi
alokatif (allocative efficiency) yang merefleksikan kemampuan untuk
memanfaatkan input secara optimal dengan tingkat harga yang telah ditetapkan.
Kedua ukuran ini kemudian dikombinasikan untuk menghasilkan efisiensi
ekonomi. Sehingga efisiensi dapat diinterpretasikan sebagai suatu titik atau tahapan
dimana tujuan dari pelaku ekonomi secara penuh telah dimaksimalkan. efisiensi
mengacu pada rasio terbaik antara output dengan biaya (input). Karena output dan
biaya diukur dalam unit yang berbeda maka efisiensi dapat terwujud ketika
dengan sumber daya yang ada dapat dicapai output yang maksimal atau ouput
tertentu dapat dicapai dengan sumber daya yang sekecil-kecilnya. Efektivitas
berkaitan dengan pencapaian tujuan, sehingga efektivitas dalam sektor publik
terkait dengan tingkat pencapaian hasil atau manfaat yang diinginkan dan
kesesuaian hasil dengan tujuan yang ditetapkan sebelumnya.
26
2.4.2 Efisiensi Tes Seleksi CPNS dengan Menggunakan CAT
Penggunaan sistem CAT diharapkan tidak hanya meningkatkan akuntabilitas
dan transparansi hasil tes, tetapi juga menghasilkan efisiensi penyelenggaraan
seleksi CPNS. Adapun indikatornya adalah perbandingan antara selisih biaya dan
waktu yang diperlukan sebelum penggunaan CAT dengan biaya dan waktu yang
dikeluarkan setelah menggunakan CAT yang dirasakan oleh peserta tes.
Penggunaan sistem CAT bagi peserta juga dapat mengurangi biaya
perlengkapan tes misalnya; pensil, penghapus dan alas tulis untuk mengerjakan
Lembar Jawaban Komputer (LJK). Mekanisme pendaftaran peserta tes CPNS
dengan menggunakan sistem CAT dilakukan secara online dan tidak mensyaratkan
kelengkapan administrasi seperti kartu pencari kerja, surat keterangan catatan
kepolisian, surat keterangan sehat di awal pendaftaran dan peserta harus datang
langsung ke intansi yang dilamar. Bagi peserta dengan penggunaan sistem CAT,
lebih sedikit waktu yang dibutuhkan untuk memilih ataupun mengubah pilihan
jawaban pada media komputer jika dibandingkan dengan menggunakan media
jawaban kertas atau lembar jawaban komputer (LJK). Hal ini karena dengan sistem
CAT peserta cukup mengklik jawaban yang dianggap paling tepat pada aplikasi
yang tersedia. Dampak lain penggunaan sistem CAT bagi peserta lebih nyaman dan
lebih fokus mengikuti tes dengan ruang yang sejuk dan terhindar dari resiko LJK
yang cacat atau tidak terbaca oleh komputer.
Bagi instansi penyelenggara, dengan penggunaan CAT terdapat beberapa
komponen biaya tes dengan metode konvensional dapat dieleminir seperti: biaya
penggandaan soal (fotocopy), biaya pemeriksaan hasil tes, biaya sewa ruangan
27
honor pengawas, dan biaya pengawalan polisi (BKN, 2014). Hal ini akan
berdampak pada pengurangan penggunaan anggaran untuk pelaksanaan tes CPNS.
2.5 Akuntabilitas Publik
2.5.1 Definisi Akuntabilitas Publik
Akuntabilitas dapat diartikan sebagai kewajiban-kewajiban dari individu-
individu atau penguasa yang dipercayakan untuk mengelola sumber-sumber daya
publik dan yang bersangkutan dengannya untuk dapat menjawab hal-hal yang
menyangkut pertanggungjawabannya. Akuntabilitas terkait erat dengan instrumen
untuk kegiatan kontrol terutama dalam hal pencapaian hasil pada pelayanan publik
dan menyampaikannya secara transparan kepada masyarakat. Konsep tentang
Akuntabilitas secara harfiah dalam bahasa inggris biasa disebut dengan
accountability yang diartikan sebagai “yang dapat dipertanggungjawabkan”. Atau
dalam kata sifat disebut sebagai accountable.
Deklarasi Tokyo mengenai petunjuk akuntabilitas publik menetapkan
pengertian akuntabilitas yakni kewajiban-kewajiban dari individu-individu atau
penguasa yang dipercayakan untuk mengelola sumber-sumber daya publik dan
yang bersangkutan dengannya untuk dapat menjawab hal-hal yang menyangkut
pertanggungjawaban fiskal, manajerial dan program. Akuntabilitas juga merupakan
instrumen untuk kegiatan kontrol terutama dalam pencapaian hasil pada pelayanan
publik. Akuntabilitas secara filosofi timbul karena adanya kekuasaan yang berupa
mandat/amanah yang diberikan kepada seseorang atau pihak tertentu untuk
28
menjalankan tugasnya dalam rangka mencapai suatu tujuan tertentu dengan
menggunakan sarana pendukung yang ada.
2.5.2 Dimensi Akuntabilitas Publik
Akuntabilitas publik yang dilakukan organisasi sektor publik terdiri atas empat
dimensi akuntabilitas yang mesti dipenuhi organisasi sektor publik (Ellwood, 1993)
yaitu:
1) Accountability for probity and legality (akuntabilitas kejujuran dan hukum).
Akuntabilitas hukum terkait dengan kepatuhan terhadap hukum dan peraturan
yang diterapkan.
2) Process accountability (akuntabilitas proses). Akuntabilitas proses terkait
dengan apakah prosedur yang digunakan dalam melaksanakan tugas sudah
cukup baik dalam hal kecukupan sistem informasi akuntansi, sistem informasi
manajemen, dan prosedur administrasi. Akuntabilitas ini diterjemahkan melalui
pemberian pelayanan publik yang cepat, responsif, dan murah biaya.
Pengawasan dan pemeriksaan dapat dilakukan terhadap akuntabilitas proses,
untuk dapat menghindari praktik korupsi, kolusi dan nepotisme.
3) Program accountability (akuntabilitas program). Akuntabilitas program untuk
pertimbangan apakah tujuan yang ditetapkan dapat tercapai, dan apakah ada
alternatif program lain yang memberikan hasil maksimal dengan biaya
minimal.
4) Policy accountability (akuntabilitas kebijakan). Hal ini terkait dengan
pertanggungjawaban pemerintah atas kebijakan yang diambil terhadap
DPR/DPRD dan masyarakat luas.
29
2.5.3 Akuntabilitas Publik dalam Penerimaan CPNS
Widhiyanti (2014) menyatakan salah satu upaya yang harus dilakukan oleh
birokrasi publik untuk meminimalisir segala bentuk penyimpangan dalam rangka
proses penerimaan CPNS adalah dengan cara menerapkan merit system. Dimana
merit system ini merupakan suatu model perekrutan yang mana calon yang lulus
seleksi benar-benar didasarkan prestasi, kompetensi, keahlian maupun pengalaman
calon sehingga dengan demikian tipe rekrutmen yang bersifat spoil system (sistem
pemanjaan) yang lebih ditekankan pada hubungan patrimonial dapat dieliminasi.
Dengan menerapkan tipe merit system, calon yang lulus dalam seleksi dijamin
memiliki kualitas yang baik yang dapat mendukung kinerja birokrasi untuk lebih
optimal di masa yang akan datang. Selain itu, untuk mencapai tujuan ini, ada juga
beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam rangka melakukan reformasi dalam
tubuh birokrasi, antara lain:
1) Transparansi
Di tengah semakin derasnya arus tuntutan masyarakat terhadap terwujudnya
tata pemerintahan yang baik, maka prinsip keterbukaan harus ikut mewarnai
mekanisme perekrutan CPNS. Ini dilakukan sebagai upaya untuk menciptakan
suatu kinerja birokrasi yang bersifat terbuka dan transparan dalam
menyampaikan informasi dan data yang akurat kepada masyarakat tentang
mekanisme seleksi mulai dari masa pendaftaran hingga pengumuman hasil
ujian sehingga dengan demikian masyarakat dapat memberikan penilaian yang
lebih obyektif dan rasional terhadap kinerja birokrasi.
30
2) Akuntabilitas publik
Mengingat seleksi penerimaan CPNS berkaitan erat dengan kepentingan
masyarakat luas, maka adalah wajar jika seluruh tindakan, perilaku dan
aktivitas serta segala kebijakan dalam birokrasi harus pula
dipertanggungjawabkan kepada publik. Sebaliknya, masyarakat harus lebih
proaktif untuk bertindak dalam melakukan kontrol terhadap birokrasi sehingga
seluruh tugas dan tanggung jawab yang dilakukan oleh para birokrat baik yang
bersifat administratif maupun fungsional senantiasa diorientasikan pada
komitmen dan keberpihakan bagi kepentingan publik.
3) Pelayanan yang profesional
Kualitas pelayanan birokrasi kepada masyarakat sangat dipengaruhi berbagai
faktor seperti: kualitas kepemimpinan dalam birokrasi, prosedur pelayanan
sifatnya harus efisien, sederhana, mudah dijangkau di semua lapisan
masyarakat, tepat, jelas dan aman. Di samping itu, untuk lebih mengoptimalkan
pelayanannya kepada publik, khususnya dalam kaitannya dengan proses
rekrutmen CPNS, maka posisi birokrasi harus netral sebagai mesin
pemerintahan yang melaksanakan tugas-tugas administrasi dan operasional
secara proporsional, rasional, obyektif. Hal ini sangat penting untuk dilakukan
sebagai upaya untuk mencegah birokrasi menjadi arena pertarungan dari
berbagai bentuk intervensi dan konflik kepentingan di antara individu atau
kelompok yang pada akhirnya menjadikan birokrasi tidak dapat bekerja secara
sehat, efektif, profesional dan mandiri.
31
2.5.4 Publikasian Hasil Tes
Publikasi hasil tes CPNS dengan metode CAT meliputi publikasi hasil secara
langsung bersamaan dengan waktu pelaksanan tes (realtime) melalui layar monitor
yang disediakan di ruang monitoring dan ruang tunggu peserta. Selanjutnya
publikasi hasil yang diterima oleh peserta pada layar monitor masing-masing
komputer peserta. Selain itu, publikasi hasil tes juga dilakukan dengan media papan
pengumuman yang disediakan oleh panitia penyelenggara. Hasil tes per sesi dan per
hari diumumkan sesaat setelah tes berlangsung. Dalam SOP pelaksanaan tes dengan
menggunakan sistem CAT pada Kantor Regional X BKN Denpasar, waktu paling
lama ditetapkan 15 menit setelah tes berlangsung hasil tes peserta sudah harus
ditempelkan pada papan pengumuman.
Publikasi hasil meliputi hasil tes masing-masing peserta yang memuat nilai
masing-masing sub tes meliputi: tes wawasan kebangsaaan (TWK), tes intelegensi
umum (TIU), dan tes karakteristik pribadi (TKP). Publikasi hasil tes menampilkan
urutan total nilai peserta dengan jumlah nilai tertinggi sampai dengan terendah yang
mengikuti tes pada sesi tersebut. Pada akhir pelaksanaan tes aplikasi juga bisa
memuat laporan urutan keseluruhan peserta dari keseluruhan sesi yang
dipublikasikan melalui papan pengumuman.
Sesuai dengan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara nomor 29
tahun 2014 tentang ambang batas/passing grade kelulusan ditetapkan masing-
masing; 70 untuk TWK, 75 untuk TIU dan 126 untuk TKP. Peserta tes CPNS harus
memenuhi ambang batas minimal ketiga materi sub tes tersebut yang selanjutnya
dirangking. Peserta dinyatakan lulus adalah peserta yang memenuhi nilai ambang
32
batas minimal kelulusan dengan urutan/rangking terbaik sesuai dengan lamaran dan
formasi yang tersedia.
2.6 Seleksi CPNS Daerah Kabupaten Jembrana dan Karangasem
Pada tahun 2014 Kabupaten Jembrana dan Karangasem mendapat formasi dan
melaksanakan tes seleksi penerimaan CPNS. Sesuai dengan Peraturan Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia
Nomor 17 Tahun 2014 tentang Tambahan Alokasi Formasi dan Pengadaan CPNS
Tahun 2014, pelaksanaan seleksi/TKD CPNS diwajibkan menggunakan CAT yang
difasilitasi oleh Badan Kepegawaian Negara atau menggunakan sistem CAT Uji
Kompetensi Guru (UKG) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Pada
pelaksanaan tes CPNS tahun 2014, kedua Kabupaten ini untuk pertama kalinya
memilih menggunakan sistem CAT BKN.
Pelaksanaan tes CPNS dengan menggunakan CAT ini merupakan sesuatu yang
baru bagi kedua pemerintah daerah ini, karena pada pelaksaaan tes pada tahun
sebeumnya menggunakan LJK. Mengingat pembangunan infrastruktur CAT tidak
bisa dilakukan dalam waktu singkat, kedua pemerintah daerah tersebut
memutuskan menggunakan Stasiun CAT yang ada di Kantor Regional X BKN
Denpasar. Jadwal pelaksanaan diatur bersama-sama oleh Pemerintah Daerah dan
Kantor Regional X BKN Denpasar.
Dalam tes CPNS tahun 2014, Kabupaten Jembrana dan Karangasem ini
memutuskan hanya melaksanakan TKD tanpa dilanjutkan dengan Tes Kompetensi
Bidang (TKB). Dengan demikian kelulusan tes CPNS hanya ditentukan dengan
33
TKD yang meliputi tes wawasan kebangsaaan (TWK), Tes Intelegensi Umum
(TIU) dan Tes Karakateristik Pribadi (TKP) yang difasilitasi dengan menggunakan
sistem CAT BKN.
Sesuai dengan ketentuan kelulusan, Peserta tes CPNS harus memenuhi ambang
batas minimal ketiga materi sub tes tersebut (TWK, TIU dan TKP) yang
selanjutnya dirangking. Peserta yang lulus adalah peserta yang memenuhi nilai
ambang batas minimal kelulusan dengan urutan/rangking terbaik sesuai dengan
lamaran dan formasi yang tersedia.
2.7 Hasil Penelitian Sebelumnya
Jumaili (2005) meneliti kepercayaan terhadap teknologi sistem informasi baru
dalam evaluasi kinerja individu. Penelitian ini menggunakan sebagian model yang
digunakan oleh Goodhue (1995) dan Irwansyah (2003) berkaitan dengan
pengunaan teknologi sistem informasi baru sebagai variabel independen dan
menambah variabel baru yaitu kepercayaan terhadap sistem informasi baru. Tujuan
penelitian ini untuk melihat hubungan teknologi sistem informasi baru terhadap
kinerja individu pemakai sistem informasi baru sebagai model sebelumnya
(Goodhue, 1995) dan melihat hubungan kepercayaan terhadap teknologi sistem
informasi baru akan meningkatkan kinerja individu. Hasil penelitian ini
menyimpulkan bahwa pengaruh kepercayaan terhadap sistem informasi baru dan
teknlogi sistem informasi baru terhadap peningkatan kinerja individu menunjukkan
hasil yang positif. Penambahan variabel kepercayaan terhadap sistem informasi
baru makin meningkatkan kinerja individu pemakai.
34
Penelitian sejenis juga dilakukan oleh Sari (2009) yang meneliti efektivitas
penggunaan dan kepercayaan terhadap teknologi sistem informasi akuntansi
terhadap kinerja individual pada pasar swalayan di Kota Denpasar. Hasil penelitian
ini, efektivitas penggunaan teknologi sistem informasi secara signifikan memiliki
pengaruh yang positif terhadap kinerja individual. Kepercayaan terhadap teknologi
sistem informasi secara signifikan juga berpengaruh positif terhadap kinerja
individual. Sementara efektivitas dan kepercayaan terhadap teknologi sistem
informasi secara signifikan memiliki pengaruh yang positif terhadap kinerja
indvidual.
Penelitian mengenai efektivitas penerapan CAT dalam seleksi CPNS berbasis
Kompetensi di BKN yang dilakukan oleh Hardiyanthi (2011). Penelitian ini
menghasilkan kesimpulan penerapan CAT dalam seleksi CPNS berbasis
kompetensi di BKN efektif, namun masih terdapat beberapa kendala dalam
terciptanya standarisasi hasil ujian secara nasional, terciptanya standar nilai, dan
terselenggaranya standar nilai yang dilakukan oleh organisasi melalui evaluasi
kinerja secara tertulis.
Bhaswari (2013) meneliti mengenai Pelaksanaan Sistem Computer Assisted
Test (CAT) Dalam Penerimaan Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) Tahun 2013
(Studi Pada Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Sidoarjo, Provinsi Jawa
Timur). Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisa
pelaksanaan sistem CAT dalam penerimaan CPNS tahun 2013 di BKD Kabupaten
Sidoarjo, dan mengetahui faktor pendukung juga faktor penghambat, terhadap
penggunaan sistem CAT dalam penerimaan CPNS. Dalam penelitian ini, metode
35
penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan pengumpulan data dari hasil
wawancara, observasi dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
sistem CAT yang diterapkan oleh BKD Kabupaten Sidoarjo masih perlu adanya
perbaikan seperti ketersediaan anggaran yang masih terbatas, waktu yang kurang
efisien, dan struktur panitia yang masih gemuk.
Wulandari (2013) meneliti Implementasi metode Computer Assisted Test
(CAT) dalam Rekrutmen Calon Pegawai Negeri Sipil di Kantor Regional II Badan
Kepegawaian Negara Suarabaya. Penelitian ini menggunakan metode penelitian
deskriptif kualitatif. Fokus dari penelitian ini yaitu “delapan elemen sukses”
(political environment, leadership, planning, stakeholders, transparency/visibility,
budgets, technology dan innovation). Sumber data dalam penelitian ini adalah
sumber data primer dan sekunder. Teknik Pengumpulan data dalam penelitian ini
yaitu wawancara, observasi dan dokumentasi. Analisis data yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu model interaktif Miles Huberman yang terdiri dari reduksi,
penyajian dan verifikasi data. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
implementasi sistem CAT di Kantor Regional II BKN Surabaya sudah berjalan
dengan baik meskipun menemui beberapa kendala. Hal tersebut dapat diketahui
melalui implementasi elemen political environment yang bertipe Top Down
Projects (TDP), elemen leadership yang bertanggung jawab penuh dalam
pelaksanaan sistem CAT hingga berjalan dengan baik, elemen planning yang sudah
terealisasikan dengan baik, elemen stakeholders yang memiliki kerja sama dan
komunikasi yang baik, elemen transparency/visibility yang mampu diwujudkan
melalui sistem CAT mulai dari soal-soal setiap peserta yang mempunyai tingkat
36
kerahasian yang tinggi dan hasil score yang diperoleh langsung dapat dilihat setelah
tes, dan passing grade yang digunakan sebagai standarisasi nilai, elemen budget
yang dapat menunjukkan efisiensi di setiap tahunnya karena cukup dengan
perawatan pada komputer, elemen teknologi yang dikatakan canggih dari sistem
sebelumnya, dan elemen innovation dapat dilihat dari kreatifan digagasnya sistem
CAT.
Penelitian ini mencoba mengkombinasikan beberapa penelitian sebelumnya.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui penggunaan sistem baru dalam hal ini
sistem CAT terhadap efisiensi biaya dan pengaruh penggunaan sistem CAT
terhadap keyakinan peserta akan akuntabilitas publikasian hasil tes. Penelitian
mengenai penggunaan sistem CAT sebelumnya masih bersifat deskriptif, sementara
penelitian ini dirancang melihat korelasi penerapan sistem CAT terhadap efisiensi
biaya dan akuntabilitas publikasian hasil yang dirasakan oleh peserta tes CPNS.
Lokasi, waktu, dan lingkup penelitian ini juga berbeda dengan penelitian terdahulu.