Post on 08-Aug-2021
14
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Akhlak dalam Islam
1. Pengertian Akhlak
Dari segi etimologi kata akhlak dari Arab bentuk jamak dari
“khulq“ yang artinya perangai atau tabiat.17 Akhlak secara umum dapat
diartikan dengan arti kata “budi pekerti“ atau “kesusilaan” atau “sopan
santun” dalam bahasa Indosesia tidak berbeda dengan arti kata
“moral”. Dalam arti kata tersebut dapat dimaksud agar tingkah laku
manusia menyesuaikan dengan tujuan penciptanya, yakni agar
memiliki sikap hidup yang baik, berbuat sesuai dengan tuntunan
akhlak yang baik. Definisi akhlak menurut Imam Ghazali
menggambarkan sebuah akhlak secara umum. Untuk menjadi Islami,
maka iman harus mendasarinya. Karena sebuah amal secara umum
bisa disebut Islami jika memenuhi dua syarat: dilakukan karena Allah
dan tidak bertentangan dengan ajaran Allah. Sebuah akhlak yang
Islami berarti juga perilaku yang didorong oleh iman dan keluar dari
jiwa seorang mukmin. Dengan kata lain, sebuah akhlak disebut Islami
maka harus memenuhi syarat-syarat berikut: kondisi jiwa yang
tentanam kuat, melahirkan sikap amal dan tanpa butuh pemikiran dan
pertimbangan.18
17 Humaidi Tatapangarsa, Pengantar Kuliah Akhlak, (Surabaya: 1984), 13 18 Wahid Ahmad, Risalah Akhlak Panduan Perilaku Muslim Modern , (Solo:2004),15
15
2. Kedudukan Akhlak
Kedudukan akhlak dalam kehidupan sangatlah penting,
dikarenakan akhlak merupakan poros atau inti dari tujuan hidup
manusia dan salah satu ajaran pokok agama Islam.19Akidah merupakan
kepercayaan terhadap Allah yang meliputi enam kepercayaan yaitu
rukun iman Rukun iman meliputi iman kepada Allah, iman kepada
malaikat Allah, iman kepada rosul Allah, iman kepada kitab Allah,
iman kepada hari kiamat dan iman kepada Qada’ dan Qadar Allah.20
Akhlak merupakan sifat yang tertanam didalam diri manusia, sehingga
dapat menimbulkan perbuatan-perbuatan yang dilakukan secara
spontan tanpa adanya pemaksaan. Dapat disimpulkan bahwa
kedudukan akhlak ini sangat penting untuk mengendalikan sifat yang
ada didalam diri manusia, dimana sifat manusia ada dua yaitu sifat
baik dan buruk.
3. Ruang Lingkup Akhlak
Ruang lingkup akhlak adalah sama dengan ruang lingkup
ajaran Islam khususnya yang berkaitan dengan pola hubungan. Akhlak
diniah (agama/Islami) mencakup berbagai aspek dimulai dari akhlak
terhadap Allah, hingga kepada sesama makhluk (manusia, binatang,
tumbuh-tumbuhan dan benda-benda yang tak bernyawa).21 Berbagai
bentuk dan ruang lingkup akhlak Islami sebagai berikut 22:
19 Yunahar Ilyas, Kuliah Akhlaq,(Yogyakarta:2001),6 20 Dedi Wahyudi, Pengantar Akidah Akhlak dan Pembelajaran ,(Yogyakarta:2017),1 21 Ibid., hlm. 261. 22 Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta:1997),147
16
a) Akhlak terhadap Allah
Akhlak terhadap Allah merupakan sikap atau perbuatan
yang semestinya dilakukan oleh manusia sebagai makhluk, kepada
Allah Swt. Sikap dan perbuatan memiliki ciri-ciri perbuatan akhlak
sebagai berikut: Allah yang telah menciptakan manusia dari tanah
kemudian diproses menjadi benih (Rahim), setelah ia menjadi
segumpal darah, segumpal daging, dijadikan tulang dan dibalut
dengan daging dan selanjutnya diberi roh. Lalu Allah memberikan
perlengkapan panca indera yang berupa pendengaran, penglihatan,
akal pikiran dan hati. Adapun Allah yang telah memberikan bahan
dan sarana yang diperlukan bagi kelangsungan hidup manusia,
seperti bahan makanan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan, air,
udara, binatang ternak dan Allah yang telah memuliakan manusia
dengan diberikan kemampuan menguasai daratan dan lautan. Jadi
Allah Swt memberikan kenikmatan kepada manusia sebagai bukti
bahwa Allah perlu dimuliakan dengan manusia mempunyai akhlak
yang baik sesuai dengan yang Allah perintahkan.
b) Akhlak terhadap sesama manusia
Akhlak terhadap sesama manusia berbentuk larangan
melakukan hal-hal negatif seperti membunuh, menyakiti badan,
mengambil harta orang lain dan menyakiti hati dengan jalan
menceritakan aib seseorang dibelakangnya. Jadi akhlak terhadap
sesama manusia ini diharapkan manusia mampu dan pandai
17
mengendalikan nafsu amarah dengan mendahulukan kepentingan
orang lain dari kepentingan diri sendiri.
c) Akhlak terhadap lingkungan
Akhlak terhadap lingkungan adalah segala sesuatu yang
terdapat disekitar manusia, baik binatang, tumbuh-tumbuhan
maupun benda-benda tak bernyawa.23 Dimana pada al-Qur’an
fungsi manusia merupakan sebagai khalifah yang mengandung arti
pengayoman, pemeliharaan, serta bimbingan, sehingga setiap
makhluk dapat mencapai tujuan. Dapat diartikan bahwa manusia
dituntut untuk mempunyai saling menghormati dan
tanggungjawab, sehingga tidak melakukan perusakan terhadap
lingkungan.
B. Guru dalam Pembentukan Akhlak Siswa
1. Pengertian Guru
Guru merupakan seorang tenaga pendidik profesional yang
mendidik, mengajar suatu ilmu, membimbing, melatih, memberikan
penilaian, serta melakukan evaluasi kepada peserta didik.24 Definisi
guru adalah seseorang yang telah mengabdikan dirinya untuk
mengajarkan suatu ilmu, mendidik, mengarahkan dan melatih
muridnya agar memahami ilmu pengetahuan yang diajarkannya.
Dalam hal ini, guru tidak hanya mengajarkan pendidikan formal, tapi
juga pendidikan lainnya dan bisa menjadi teladan oleh peserta didik.
23Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta:1997),150 24Barnawi & M. Arifin, Strategi & Kebijakan Pembelajaran Pendidikan Karakter ,
(Jogjakarta:2012),91
18
Dapat disimpulkan bahwa peran guru sangat penting dalam proses
menciptakan generasi penerus yang berkualitas, baik secara intelektual
maupun akhlaknya.
Dalam literatur kependidikan Islam banyak sekali kata-kata
yang mengacu pada pengertian guru seperti murrabbi, mu’alim dan
muaddib. Menurut UU No.14 tahun 2005 tentang guru dan dosen ialah
tenanga pendidik profesional yang memiliki tugas utama untuk
mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan
mengevaluasi peserta didik melalui pendidik mulai dengan jenjang
pendidikan usia dini sampai jenjang yang lebih tinggi. Adapun
beberapa tugas utama guru adalah sebagai:25
1) Mengajar Peserta Didik
Seorang guru bertanggungjawab untuk mengajarkan suatu
ilmu pengetahuan kepada peserta didik. Dalam hal ini, fokus utama
kegiatan mengajar adalah dalam hal intelektual sehingga para
peserta didik dapat mengetahui tentang materi dari suatu disiplin
ilmu.
2) Mendidik Para Peserta didik
Mendidik peserta didik hal yang berbeda dengan mengajar
suatu ilmu pengetahuan dalam hal mendidik yang mempunyai
tujuan untuk mengubah tingkah laku peserta didik untuk menjadi
yang lebih baik. Dalam proses mendidik lebih sulit ketimbang
25 Safitri, Menjadi Guru Profesional,( Riau:2019), 15
19
mengajar suatu ilmu pengetahuan. Selain itu, guru harus menjadi
teladan yang baik bagi peserta didik agar peserta didik memiliki
karakter yang baik sesuai norma dan nilai yang berlaku
dimasyarakat.
3) Melatih Peserta Didik
Seorang guru juga memiliki tugas untuk melatih para peserta
didiknya untuk memiliki keterampilan dan menggali kemampuan
yang ada di dalam peserta didik itu sendiri dengan dibekali arahan
dan dorongan untuk menjadi yang lebih baik.
4) Membimbing Peserta Didik
Dalam proses pembelajaran banyak juga terdapat kesulitan-
kesulitan yang di alami oleh peserta didik. Guru bertanggungjawab
untuk membimbing dan mengarahkan anak didiknya agar lebih
mudah dalam memahami materi yang disampaikan dalam proses
pembelajaran.
5) Memberikan Dorongan Pada Peserta Didik
Poin terakhir dari tugas seorang guru adalah memberikan
dorongan kepada para peserta didik agar berusaha keras untuk lebih
maju. Adapun bentuk dorongan yang berikan oleh guru pada
peserta didiknya dalam mengurangi kejenuhan dalam proses
pembelajaran dengan menggunakan metode yang kreatif dan
mendapatkan hadiah dalam proses pembelajaran tersebut.
20
Jadi dapat disimpulkan strategi guru merupakan cara atau
langkah-langkah guru untuk mencapai tujuan dengan mengetahui
pengertian dan tugas-tugas guru yang harus dikerjakan dengan penuh
tanggungjawab, dimana guru sangat diperlukan bukan hanya karena
ilmu pengetahuan yang harus dicontoh namun dalam hal akhlak atau
tingkah laku.
2. Peran Guru dalam Pembentukan Akhlak
Pada saat ini tugas dan peran guru semakin berat, dikarenakan
era globalisasi telah melahirkan beberapa tantangan yang tidak bisa
disepelehkan dan harus disikapi secara profesional. Menurut
Kusnandar (2011) terdapat lima tantangan globalisasi yang harus
disikapi guru sebagai berikut
a. Perkembangan ilmu pengetahuan yang begitu cepat.
b. Krisis moral yang melanda bangsa dan negara Indonesia.
c. Krisis sosial seperti kriminalitas, kekerasan, pengangguran dan
kemiskinan yang terjadi dimasyarakat.
d. Terdapat perdagangan bebas, baik tingkat ASEAN, Asia Pasifik
maupun dunia.
Dengan adanya tantangan tersebut, peran guru akan sangat
menentukan sehingga mampu menghadapi tantangan di masa
globalisasi.26 Pendidik perlu melibatkan diri dalam proses
pembelajaran dan diskusi sehingga dapat memberikan pemahaman
26 Muhammad Fadilla, Lilif Mualifatu Khorida, Pendidikan Karakter Anak Usia Dini ,
(Yogyakarta:Ar-Ruzz Media,2013),98-99
21
bahwa kerjasama dan berpartisipasi dalam mengambil keputusan.
Pendidik juga perlu melakukan refleksi dan menjelaskan tentang
berbagai nilai yang baik dan buruk kepada peserta didik.
3. Tujuan Pembentukan Akhlak
Ajaran agama Islam bagi peserta didik sangat diperlukan dimana
agama Islam mengajarkan kebaikan dan mencegah tindakan yang
kurang baik.27 Pendidik mempunyai tanggungjawab dalam membina
peserta didik dalam hal akhlak. Dimana akhlak mempunyai kedudukan
yang sangat penting dan merupakan inti dari tujuan hidup manusia.
Dalam era sekarang peserta didik harus dibekali dengan akhlak yang
baik untuk menjadi manusia yang baik dan dapat bermanfaat bagi orang
lain disekitar mereka tidak hanya untuk dirinya ataupun keluarganya.
Tujuan pendidikan akhlak ialah untuk membentuk orang yang
berakhlak baik, sopan dalam berbicara dan perbuatan, memiliki perilaku
yang baik, bersifat bijaksana, ikhlas dan jujur.28 Dengan itu tujuan
pendidikan akhlak merupakan membentuk akhlak yang baik.
Sedangkan pembentukan akhlak merupakan sarana dalam mencapai
tujuan pendidikan akhlak agar menciptakan manusia yang berakhlak
yang baik.
27 Hasan Basri, Remaja Berkualitas: Problematika Remaja dan Solusinya (Yogyakarta:
2004), 145 28 Karina, Strategi Guru dalam Meningkatkan Hasil Belajar Pembelajaran Akidah Akhlak
di Madrasah Ibtidaiyah Hidayatul Mubtadiin Tasikmadu Malang, “ Vol. 1 No. 1 (Januari, 2019),
54-55
22
C. Strategi Pembentukan Akhlak Siswa
1. Pengertian Strategi
Strategi berasal dari kata Yunani “strategos”, yang artinya
jenderal. Oleh karena itu kata strategi secara harfiah berarti “Seni dan
Jenderal”. Kata ini mengacu pada sasaran utama yang akan dicapai.29
Strategi dapat diartikan sebagai perencanana yang berisi tentang
serangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan
pendidikan.30 Strategi adalah pendekatan secara keseluruhan yang
berkaitan dengan gagasan, perencanaan dalam sebuah aktivitas dan
memiliki prinsip-prinsip dan teknik untuk mencapai tujuan yang ingin
dicapai. Berikut merupakan definisi strategi adalah
1. Menurut Alfred Chandler strategi adalah penetapan sasaran,
arahan dan tindakan serta alokasi sumber daya yang diperlukan
untuk mencapai tujuan.
2. Menurut Kenneth Andrew stretegi adalah pola sasaran, maksud
dan tujuan kebijakan serta rencana. Rencana sangat penting
untuk mencapai tujuan.
Strategi adalah rencana yang menyeluruh yang dibuat untuk
mencapai tujuan yang diinginkan dengan komitmen dan kesepakatan
upaya keseluruhannya dapat mencapai sasaran yang akan dicapai.
Strategi dapat dikatakan penting karena setiap lembaga memiliki
29Agus Zaenal Fitri, Pendidikan Karakter Berbasis Nilai dan Etika di Sekolah,
(Jogjakarta:2012), 45 30 Sutarjo Adisusilo, Pembelajaran Nilai Karakter,( Jakarta: 2012),85
23
tujuan yang akan dicapai, dengan menggunakan strategi proses
mencapai tujuan dapat berjalan dengan baik.
Pendidikan akhlak adalah proses mengubah sikap dan
tingkah laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha
mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan
dengan memperbaiki moral dan intelektual pada peserta didik. Dalam
pendidikan sangat erat dalam proses pengajaran tidak hanya
mengembangkan kapasitas intelektual, keterampilan, pemahaman
nilai-nilai Islam, latihan moral serta menghasilkan perubahan kearah
yang positif dengan bimbingan untuk melakukan perbuatan baik
dalam kehidupan, kebiasaan bertingkah laku, berpikir dan berbudi
pekerti yang luhur menuju terbentuknya manusia yang berakhlak
mulia.
2. Macam - macam Strategi Pembentukan Akhlak
Dalam proses pembentukan akhlak pada peserta didik mengarah
pada tujuan pendidikan nasional dimana tujuan tersebut merupakan
membina akhlak pada peserta didik. Proses pembentukan akhlak
dilakukan untuk membekali peserta didik dengan mempunyai rasa
hormat tanggungjawab dan sopan santun, dikarenakan fenomena yang
terjadi dikalangan remaja. Dengan proses tersebut guru mempunyai
peran untuk membentuk akhlak yang baik kepada peserta didiknya.
24
Adapun strategi- strategi yang digunakan oleh guru sebagai
berikut melalui
1). Keteladanan
Keteladanan merupakan strategi dalam proses
pembentukkan akhlak pada peserta didik, dimana guru memberi
contoh yang baik dalam hal salat berjama’ah, memberikan kajian-
kajian tentang akhlak yang baik, serta saling menghormati terhadap
sesama pendidik dan tepat waktu. Dengan perilaku guru tersebut
siswa dapat mencontoh perilaku tersebut. Strategi keteladanan ini
menyangkut semua elemen sekolah dalam memberi contoh yang
baik. Beberapa contoh dari tauladan yakni a) berakhlak yang baik,
b) menghormati yang lebih tua, c) mengucapkan kata-kata yang
baik, d) memakai busana muslim.31 Contoh disekolah saat pagi pak
satpam dan para guru menyambut kedatangan siswa dengan
berbaris dan bersalaman kepada semua siswa yang datang, setelah
itu siswa diarahkan untuk berwudhu dan melangsungkan salat duha
berjama’ah.
Kompetensi kepribadian guru yang baik, sangat diperlukan
dalam memberikan contoh tauladan yang baik pada peserta didik.
Dalam penerapan keteladanan disekolah adalah memberikan
keteladanan dengan cara apa yang dilihat dan keteladanan melalui
proses pembelajaran melalui kisah-kisah para nabi mengenai
31 Jawahir, Strategi Kepala Madrasah dan Guru dalam Membina Akhlak Siswa Mts,” Jurnal
Manageria, Vol.2 No.2 (Desember 2020).100
25
keteladanan akhlak.32 Terdapat contoh keteladanan yang ada
disekitar kita adalah seorang pengemis dimana guru berusaha
mengajak untuk memberikan uang, dimana guru mengajarkan
untuk berbagi dengan sesama. Keteladanan dilakukan dengan
memberi contoh kepada orang lain dalam hal yang baik.33
2). Pembiasaan
Pembiasaan merupakan cara yang dilakukan guru untuk
membiasakan anak berpikir, bersikap, bertindak sesuai dengan ajaran
agama Islam.34 Proses yang dilakukan guru dalam membentuk
akhlak, sehingga peserta didik dapat membiasakan dengan perilaku
yang baik. Pembiasaan ini dilakukan dengan cara melakukan
kegiatan-kegiatan yang positif, contohnya membiasakan salat
berjama’ah, salat duha berjama’ah dan mengucapkan salam
merupakan usaha pembiasaan. Ketika dalam proses pembelajaran
dikelas bila terdapat peserta didik yang masuk kelas tidak
mengucapkan salam, guru mengingatkan peserta didik ketika masuk
kelas hendaknya mengucapkan salam terlebih dahulu.35 Adapun
peserta didk untuk melakukan pembiasaan mengambil barang dan
memberi makan serta minum dengan tangan kanan, membaca
basmalah ketika makan dan minum, tidak tergesa-gesa dalam
32 Muhammad Fadilla, Lilif Mualifatu Khorida, Pendidikan Karakter Anak Usia
Dini,(Yogyakarta:Ar-Ruzz Media,2013),168 33 Jawahir, Strategi Kepala Madrasah dan Guru dalam Membina Akhlak Siswa Mts,”Jurnal
Manageria, Vol.2 No.2 (Desember 2020).101 34 Armai Arif, Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam,(Jakarta:2002),123 35 Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam,(Bandung:2005), 144
26
mengunyah makanan dan mengucapkan salam dengan sopan kepada
orang yang dijumpai.
3). Nasihat
Nasihat merupakan salah satu strategi yang dapat digunakan
dimana dapat membuka mata anak-anak pada suatu hal, mendorong
dan menghiasi anak dengan akhlak yang mulia, membekali dengan
prinsip-prinsip Islam. Pada umumnya nasihat diberikan kepada
orang yang melanggar peraturan. Metode tersebut bias terjadi, tetapi
juga bias tidak terjadi. Dengan demikian tampaknya lebih
ditunjukkan kepada peserta didik yang melanggar peraturan. Ini
menunjukkan dasar psikologi yang kuat, karena orang pada
umumnya kurang senang dinasehati, apalagi nasihat itu ditunjukkan
kepada pribadi tertentu.36
Firman Allah Swt dalam surah An-Nahl ayat 125:37
Artinya: Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan
hikmah dan pengajaran yang baik, dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih
mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui siapa yang mendapat petunjuk.
Nasihat menanamkan kedisiplinan pada peserta didik,
sehingga membentuk suatu kepribadian yang baik. Dimana nasihat
dalam pembentukan akhlak sebaiknya dilakukan dengan perkataan
yang tegas dan benar yang dapat membedakan antara yang hak dan
36 Jawahir, Strategi Kepala Madrasah dan Guru dalam Membina Akhlak Siswa Mts,”Jurnal
Manageria, Vol.2 No.2 (Desember 2020).101-102 37 QS An-Nahl (16):125
27
batil.38 Ketika peserta didik mendapat masalah dan membutuhkan
nasihat maka nasihatilah dengan baik, sehingga peserta didik bisa
mendapat solusi dengan baik.
4). Perhatian
Perhatian merupakan mencurahkan, memperhatikan dan
senantiasa mengikuti perkembangan anak dalam membina akhlak,
spiritual dan sosial.39 Perhatian ini merupakan salah satu strategi
yang digunakan dalam proses pembentukan akhlak pada peserta
didik dan perhatian ini sangat berpengaruh dalam strategi dimana
dapat mendorong peserta didik untuk lebih mandiri dan
bertanggungjawab dalam hal apapun. Perhatian orang tua memiliki
pengaruh terhadap motivasi belajar siswa dalam kegiatannya. Oleh
karena itu, penting sekali bagi orang tua untuk memberi perhatian
kepada siswa untuk membantu untuk meningkatkan motivasi dan
membangun akhlak yang baik pada anak tersebut.40 Dengan adanya
strategi perhatian ini guru membentuk siswa agar menjadi manusia
yang manusiawi sebagai hubungan manusia pada Allah swt,
38 Jawahir, Strategi Kepala Madrasah dan Guru dalam Membina Akhlak Siswa Mts,
“Jurnal Manageria, Vol.2 No.2 (Desember 2020). 102 39 Zamroni, Strategi Pendidikan Akhlak Pada Anak, “Jurnal SAWWA, Vol 12 No. 2
(April, 2017),257 40 Maptuhah, Pengaruh Perhatian Orang Tua dalam Pembelajaran Daring terhadap
Motivasi Belajar Peserta Didik Madrasah Tsanawiyah, “Jurnal Pendidikan Guru Madrasah
Ibtidaiyah, Volume 4, Issue. 01, 2021. 25-34
28
hubungan pada manusia lainnya sebagai makhluk sosial, serta
hubungan manusia pada lingkungan sekitarnya.41
3. Hambatan Dalam Implementasi Pembentukan Akhlak Peserta Didik
Dalam melaksanakan suatu proses pembentukan akhlak pada
peserta didik terdapat suatu hambatan. Hambatan merupakan segala
sesuatu yang muncul dan menghalangi ketercapaian tujuan.42
Hambatan dalam penerapan pembentukan akhlak adalah segala
sesuatu yang menghalagi proses pembentukan akhlak baik dari dalam
sekolah maupun luar sekolah. Hambatan yang terjadi berasal dari dua
faktor yaitu faktor internal dan faktor ekternal.43 Faktor internal
merupakan dari peserta didik, guru dan sarana prasarana sedangkan
faktor eksternal berasal dari orang tua dan lingkungan rumah.
Menurut Dimyati (2013: 260) faktor penghambat dapat
digolongkan menjadi faktor yang bersumber dari peserta didik,
lingkungan sekolah dan lingkungan keluarga. Sedangkan menurut
Majid (2012: 234) faktor yang bersumber dari lingkungan keluarga
seperti kemampuan ekonomi keluarga dan kurangnya perhatian orang
tua terhadap peserta didik, sedangkan faktor yang besumber dari
lingkungan sekolah adalah guru yang kurang memperhatikan peserta
didik dan strategi yang digunakan kurang maksimal. Dengan ini dapat
41 Muhammad Rafliyanto, Peran Guru dalam Pembentukan Adap pada Peserta Didik
dalam Manajemen Pendidikan Islam, “Jurnal Syntax Admiration, Vol 2 No. 5 (Mei, 2021), 188 42 Halimah, Upaya Guru Dalam Pembentukan Akhlak Anak di Raudlatul Athfal Baipas
Raudlatul Jannah Kota Malang, “Jurnal Dewantara, Vol. 1 No. 1 (Januari, 2019),4-5 43Mustiningsih, Manajemen Implementasi Kurikulum dan Pembelajaran dalam
Pembentukan Karakter Peserta didik, “Jurnal Manajemen Pendidikan, Vol. 1 No. 2 (Juni,
2018),195
29
disimpulkan bahwa hambatan guru dalam pembentukan akhlak
peserta didik tidak hanya dari lingkungan sekolah tetapi juga dari
lingkungan keluarga dan cara orang tua membina dan mendidik
peserta didik itu sendiri.
Pembentukan akhlak ini sangat diperlukan untuk peserta didik
dimana untuk meningkatkan kemandirian dan kedisiplinan. Dalam
mencapai tujuan tersebut dibutuhkan dukungan dan motivasi terhadap
orangtua, sehingga pendidik lebih mudah untuk membentukan akhlak
yang baik dengan melakukan pembiasaan mengucapkan salam,
mengucapkan kalimat toyyib dan melakukan hal-hal yang positif.