Post on 02-Nov-2021
6
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Hasil Belajar IPS
2.1.1 Pengertian Belajar
Belajar menurut Gagne (Suprijono Agus 2009: 2) adalah perubahan
disposisi atau kemampuan yang dicapai seseorang melalui aktivitas. Perubahan
disposisi tersebut bukan diperoleh langsung dari proses pertumbuhan seseorang
secara alamiah. Definisi belajar berikutnya adalah dari Travers. Travers (Agus
Suprijono 2012: 2) berpendapat belajar adalah proses menghasilkan penyesuaian
tingkah laku.
Ahli berikutnya, Harold Sprears (Suprijono Agus 2009: 2) mendefinisikan
belajar adalah mengamati, membaca meniru, mencoba sesuatu, mendengar dan
mengikuti arah tertentu. Kemudian Geoch (Suprijono Agus 2009: 2)
mendefinisikan belajar adalah perubahan performance sebagai hasil latihan.
Menurut Suprijono Agus (2009:163) belajar adalah perubahan tingkah laku secara
relatif permanen dan secara potensial terjadi sebagai hasil dari praktik penguatan
(motivasi).
Menurut Jackson dalam Rusman (2011: 252) belajar merupakan proses
membangun pengetahuan melalui transformasi pengalaman, sedangkan
pembelajaran merupakan upaya yang sistematis dan sistematis dalam menata
lingkungan belajar guna menumbuhkan dan mengembangkan belajar peserta
didik. Proses belajar itu sendiri bersifat individual dan kontekstual, artinya proses
belajar tersebut terjadi dalam diri individu sesuai dengan perkembangannya dan
lingkungannya. Proses belajar merupakan indikator berhasil tidaknya
pembelajaran. Jadi belajar merupakan usaha seseorang untuk memperoleh
perubahan tingkah laku sebagai hasil interaksi dan pengalamannya dengan
lingkungan belajarnya. Perubahan perilaku yang dihasilkan dari interaksi dan
pengalamannya dengan lingkungan belajarnya itu bersifat permanen.
2.1.2 Pengertian Hasil Belajar
Berdasarkan uraian tentang konsep belajar, dapat dipahami tentang
makna hasil belajar, yaitu perubahan-perubahan yang terjadi pada diri siswa, baik
7
yang menyangkut aspek kognitif, afektif, dan psikomotor sebagai hasil dari
kegiatan belajar. Pengertian tentang hasil belajar sebagaimana diuraikan diatas
dipertegas lagi oleh Nawawi (Susanto, 2013: 5) yang menyatakan bahwa hasil
belajar dapat diartikan sebagai tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari
materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil
tes mengenal sejumlah materi pelajaran tertentu.
Hasil belajar siswa adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah
melalui kegiatan belajar. Karena belajar itu sendiri merupakan suatu proses dari
seseorang yang berusaha untuk memperoleh suatu benuk perubahan perilaku yang
relatif menetap. Dalam kegiatan pembelajaran biasanya guru menetapkan tujuan
belajar. Anak yang berhasil dalam belajar adalah yang berhasil mencapai tujuan-
tujuan pembelajaran (Ahmad Susanto, 2013: 5).
Menurut Sudjana Nana (2010: 22), hasil belajar adalah kemampuan yang
dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajar. Suprijono Agus (2009: 7)
menyatakan bahwa hasil belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan
bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan saja. Artinya, hasil
pembelajaran yang dikategorisasi oleh para ahli pendidikan sebagaimana tersebut
di atas tidak dilihat secara fragmentaris atau terpisah, melainkan komprehensif.
Ahli lain yaitu Bloom (Suprijono Agus, 2009: 6-7), hasil belajar
mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Domain kognitif
adalah knowledge (pengetahuan, ingatan), comprehension (pemahaman,
menjelaskan, meringkas, contoh), application (menerapkan), analysis
(menguraikan, menentukan hubungan), synthesis (mengorganisasikan,
merencanakan, membentuk bangunan baru), dan evaluation (menilai). Domain
afektif adalah receiving (sikap menerima), responding (memberikan respon),
valuing (nilai), organization (organisasi), characterization (karakterisasi).
Domain psikomotor meliputi initiatory, pre-routine, dan rountinized. Psikomotor
juga mencakup keterampilan produktif, teknik, fisik, sosial, manajerial, dan,
intelektual. Sementara, menurut Lindgren (Agus Suprijono, 2009: 7) hasil belajar
meliputi kecakapan informasi, pengertian, dan sikap.
8
Berdasarkan penjelasan para ahli di atas, hasil belajar adalah
keseluruhan kemampuan yang dicapai siswa setelah mengikuti pembelajaran.
Keseluruhan kemampuan tersebut meliputi domain kognitif, afektif, dan
psikomotorik. Namun, pada penelitian ini domain yang akan diteliti adalah
domain kognitif.
2.1.3 Pengertian IPS
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan integrasi dari berbagai cabang
ilmu-ilmu sosial seperti: sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik hukum, dan
budaya. IPS dirumuskan atas dasar realitas dan fenomena sosial yang
mewujudkan satu pendekatan interdisipliner dari aspek cabang-cabang ilmu sosial
(sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik hukum, dan budaya). Jadi dapat
dikatan IPS bukan berdiri sendiri namun didalamnya mengandung banyak ilmu
sosial, untuk mata pelajaran pada tingkat Sekolah Dasar (SD) IPS ini berdiri
sendiri sebagai nama mata pelajaran namun untuk tingkatan SMP/SMA ada ilmu-
ilmu sosial yang menjadi nama pada mata pelajaran contohnya sosiologi, geografi,
dll (Trianto, 2007: 124)
Istilah IPS mulai dikenal di Indonesia sejak tahun 1970-an sebagai hasil
kesepakatan komunitas akademik. Namun secara formal digunakan dalam sistem
pendidikan nasional dalam kurikulum 1975. Kurikulum pendidikan IPS
tahun1994 sebagai mana yang dikatakan Hamid Hasan, merupakan fusi dari
berbagai disiplin ilmu. Mortorella mengatakan bahwa pembelajaran pendidikan
IPS lebih menekankan pada aspek “pendidikan” daripada “trasfer konsep”, karena
dalam pembelajaran pendidikan IPS siswa diharapkan memperoleh pemahaman
terhadap sejumlah konsep dan mengembangkan serta melatih sikap, nilai, moral,
dan keterampilannya berdasarkan konsep yang telah dimilikinya. Dengan
demikian, pembelajaran pendidikan IPS harus diformulasukan pada aspek
kependidikannya (dalam Entin Solihatin dan Raharjo, 2007:14).
Ilmu Pengetahuan Sosial juga membahas hubungan atara manusia dengan
lingkungannya, hal ini diperlukan karena setiap orang tidak dapat hidup sendiri di
masyarakat. Pendidikan IPS berusaha membantu siswa dalam menyelesaikan
masalah atau memecahkan masalah yang dihadapi sehingga akan menjadikannya
9
semakin mengerti dan memahami lingkungan sosial masyarakat. Misi dari
pendidikan IPS adalah bukan untuk mencekoki atau menjejali siswa dengan
sejumlah materi yang bersifat hafalan belaka, melainkan terletak pada upaya agar
mereka mampu menjadikan apa yang telah dipelajari sebagai bekal dalam
memahami dan ikut serta dalam melakoni kehidupan di lingkungan masyarakat,
serta sebagai bekal bagi dirinya untuk melanjutkan pada pendidikan yang lebih
tinggi (Entin Solihatin dan Raharjo, 2007).
Dari beberapa definisi IPS diatas, maka dapat dikaji bahwa IPS adalah
ilmu yang mempelajari berbagai cabang ilmu-ilmu sosial yang berhubungan
antara manusia dengan lingkungannya.
2.1.4 Tujuan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
Tujuan Imu Pengetahuan Sosial (pendidikan IPS), para ahli sering
mengaitkannya dengan berbagai sudut kepentingan dan penekanan dari program
pendidikan tersebut. Gross menyebutkan bahwa tujuan pendidikan IPS adalah
untuk mempersiapkan siswa menjadi warga negara yang baik daklam
kehidupannya dimasyarakat, secara tegas ia mengatakan “to prepare students to
be well-functioning citizens in a democratic society”.tujuan lain dari IPS adalah
untuk mengembangkan kemampuan mahasiswa menggunakan penalaran dalam
mengambil keputusan setiap persoalan yang dihadapinya tinggi (Entin Solihatin
dan Raharjo, 2007). Menurut Hasan (dalam Nana Supriyatna ) tujuan pendidikan
IPS dapat dikelompokkan ke dalam tiga ketegori, yaitu aspek intelektual,
kehidupan sosial, dan kehidupan individual.
Dalam Permendiknas No 24 Tahun 2006, mata pelajaran IPS
bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:
1. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan
lingkungannya
2. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu,
inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial
3. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan
kemanusiaan
10
4. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam
masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global.
2.1.5 Ruang Lingkup IPS
Dalam Permendiknas No 24 Tahun 2006, mata pelajaran IPS aspek-aspek
sebagai berikut:
a. Manusia, tempat, dan lingkungan
b. Waktu, keberlanjutan, dan perubahan
c. Sisten sosial dan budaya
d. Perilaku ekonomi dan kesejahteraan
2.1.6 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang Diteliti
Materi IPS kelas 5 yang akan diteliti dalam penelitian ini terangkup
dalam SK dan KD. Berikut adalah SK dan KD yang akan diteliti:
Tabel 2.1
SK dan KD yang Digunakan dalam Penelitian
Standar Kompetensi (SK) Kompetensi Dasar (KD)
2. Menghargai peranan tokoh
pejuang dan masyarakat
dalam mempersiapkan dan
mempertahankan
Kemerdekaan Indonesia
2.2 Menghargai jasa dan peranan tokoh
perjuangan dalam mempersiapkan
kemerdekaan Indonesia.
2.3 Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.
2.2 Motivasi Belajar
2.2.1 Pengertian Motivasi belajar
Motivasi merupakan dorongan yang terdapat dalam diri seseorang untuk
berusaha mengadakan perubahan tingkah laku yang lebih baik dalam memenuhi
kebutuhannya (Hamzah B. Uno, 2010: 3). Sedangkan menurut Noehi Nasution
(Syaiful Bahri Djamarah, 2002: 166) menyatakan bahwa motivasi adalah kondisi
psikologis yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Jadi motivasi
belajar adalah kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk belajar.
11
Menurut Suprijono Agus (2009:163) hakikat motivasi belajar adalah
dorongan internal dan eksternal pada peserta didik yang sedang belajar untuk
mengadakan perubahan tingkah laku. Motivasi dalam kegiatan belajar adalah
keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan
belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang memberikan
arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar
itu dapat tercapai (Sardiman, 2007: 175). Dalam kegiatan belajar, motivasi sangat
diperlukan, sebab seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar, tidak
akan mungkin melakukan aktivitas belajar. Jadi motivasi belajar adalah dorongan
yang berasal dari diri siswa untuk melakukan kegiatan belajar sehingga tujuan
belajar dapat tercapai.
Menurut Hamzah B. Uno (Suprijono Agus, 2009:163) indikator motivasi
belajar diklasifikasikan sebagai beikut:
1. Adanya hasrat dan keinginan berhasil.
2. Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar.
3. Adanya harapan dan cita-cita masa depan.
4. Adanya penghargaan dalam belajar.
5. Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar.
6. Adanya lingkungan belajar yang kondusif sehingga memungkinkan peserta
didik dapat belajar dengan baik.
Berdasarkan beberapa ahli di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi
belajar adalah dorongan yang berasal dari diri seseorang untuk melakukan
perubahan tingkah laku agar dapat mencapai suatu tujuan.
2.2.2 Tujuan Motivasi Belajar
Menurut Dimyati dan Mudjiono (2013:85) motivasi belajar sangat penting
bagi siswa dan guru, bagi siswa pentingnya motivasi belajar sebagai berikut:
1. Menyadarkan kedudukan pada awal belajar, proses, dan hasil akhir.
2. Menginformasikan tentang kekuatan usaha belajar.
3. Mengarahkan kegiatan belajar.
4. Membesarkan semangat belajar.
12
5. Menyadarkan tentang adanya perjalan belajar dan kemudian bekerja yang
bersinambungan.
2.3 Model Pembelajaran
2.3.1 Pengertian Model Pembelajaran
Model adalah bentuk representasi akurat sebagai proses aktual yang
memungkinkan seseorang atau sekelompok orang mencoba bertindak berdasarkan
model itu (Mills dalam Suprijono Agus, 2009: 45). Pemilihan model yang tepat
perlu memperhatikan tujuan pengajaran. Joyce & Weil (dalam Rusman, 2011:
133), berpendapat bahwa model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola
yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka
panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran
di kelas atau yang lain. Model pembelajaran dapat dijadikan pola pilihan, artinya
para guru boleh memilih model pembelajaran yang sesuai dan efisien untuk
mencapai tujuan pendidikan.
Model pembelajaran merupakan landasan praktik pembelajaran hasil
penurunan teori psikologi pendidikan dan teori belajar yang dirancang
berdasarkan analisis terhadap implementasi kurikulum dan implikasinya pada
tingkat operasional di kelas (Suprijono Agus, 2009: 45-46). Fungsi model
pembelajaran yaitu guru dapat membantu peserta didik mendapat informasi, ide
keterampilan, cara berpikir dan mengekspresikan ide. Sehinga model
pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu rencana atau pola yang digunakan
dalam mangatur materi pelajaran dan memberi petunjuk kepada pengajar di kelas.
Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran pada
hakikatnya merupakan suatu proses interaksi antara guru dan peserta didik, baik
interaksi secara langsung seperti kegiatan tatap muka maupun secara tidak
langsung, yaitu dengan pemilihan model pembelajaran yang tepat. Model
pembelajaran adalah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan
kegiatan belajar mengajar (KBM) secara sistematis untuk mencapai tujuan belajar
yang maksimal. Fungsi model pembelajaran yaitu guru dapat membantu peserta
13
didik mendapat informasi, ide keterampilan, cara berpikir dan mengekspresikan
ide.
2.3.2 Pengertian Model Pembelajaran Picture And Picture
Model pembelajaran Picture And Picture adalah suatu pembelajaran yang
mengguanakan gambar dipasangkan/diurutkan menjadi urutan logis (Hamdani,
2011: 89). Pembelajaran ini memiliki ciri aktif, inovatif, kreatif, dan
menyenangkan. Pembelajaran ini mengandalkan gambar sebagai media dalam
proses pembelajaran. Gambar-gambar ini menjadi faktor utama dalam proses
pembelajaran.
Menurut Suprijono Agus (2009: 125), model pembelajaram Picture and
Picture adalah suatu metode yang menggunakan gambar dan dipasangkan atau
diurutkan menjadi bentuk dan urutan yang logis. Model pembelajaran Picture and
Picture adalah suatu model belajar yang menggunakan gambar dan
dipasangkan/diurutkan menjadi urutan logis. Model Pembelajaran ini
mengandalkan gambar sebagai media dalam proses pembelajaran. Gambar-
gambar ini menjadi faktor utama dalam proses pembelajaran. Sehingga sebelum
proses pembelajaran guru sudah menyiapkan gambar yang akan ditampilkan baik
dalam bentuk kartu dalam ukuran besar.( Afniafandi, 2013)
Dari uraian di atas dapat disimpulkan model pembelajaran Picture and
Picture adalah suatu model belajar yang menggunakan gambar dan
dipasangkan/diurutkan menjadi urutan logis. Model Pembelajaran ini
mengandalkan gambar sebagai media dalam proses pembelajaran. Gambar-
gambar ini menjadi faktor utama dalam proses pembelajaran. Gambar-gambar
tersebut dapat menjadikan pembelajaran berlangsung secara aktif, inovatif, kreatif,
dan menyenangkan.
2.3.3 Langkah-langkah Model Pembelajaran Picture And Picture
Langkah-langkah dari pelaksanaan model pembelajaran Picture and
Picture menurut Istarani (2011: 7) adalah:
1. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran atau kompetensi yang ingin dicapai.
Di langkah ini guru diharapkan untuk menyampaikan apakah yang menjadi
Kompetensi Dasar mata pelajaran yang bersangkutan. Dengan demikian maka
14
siswa dapat mengukur sampai sejauh mana yang harus dikuasainya.
Disamping itu guru juga harus menyampaikan indikator-indikator
ketercapaian KD, sehingga sampai dimana KKM yang telah ditetapkan dapat
dicapai oleh peserta didik.
2. Memberikan materi pengantar sebelum kegiatan. Penyajian materi sebagai
pengantar sesuatu yang sangat penting, dari sini guru memberikan momentum
permulaan pembelajaran. Kesuksesan dalam proses pembelajaran dapat
dimulai dari sini. Karena guru dapat memberikan motivasi yang menarik
perhatian siswa yang selama ini belum siap. Dengan motivasi dan teknik yang
baik dalam pemberian materi akan menarik minat siswa untuk belajar lebih
jauh tentang materi yang dipelajari.
3. Guru menyediakan gambar-gambar yang akan digunakan (berkaitan dengan
materi). Dalam proses penyajian materi, guru mengajar siswa ikut terlibat aktif
dalam proses pembelajaran dengan mengamati setiap gambar yang ditunjukan
oleh guru atau oleh temannya. Dengan Picture atau gambar kita akan
menghemat energy kita dan siswa akan lebih mudah memahami materi yang
diajarkan. Dalam perkembangan selanjutnya sebagai guru dapat
memodifikasikan gambar atau mengganti gambar dengan video atau
demontrasi yang kegiatan tertentu.
4. Guru menunjuk siswa secara bergilir untuk mengurutkan atau memasangkan
gambar-gambar yang ada. Di langkah ini guru harus dapat melakukan inovasi,
karena penunjukan secara langsung kadang kurang efektif dan siswa merasa
terhukum. Salah satu cara adalah dengan undian, sehingga siswa merasa
memang harus menjalankan tugas yang harus diberikan.
5. Gambar-gambar yang sudah ada diminta oleh siswa untuk diurutkan, dibuat,
atau di modifikasi. Guru memberikan pertanyaan mengenai alasan siswa
dalam menentukan urutan gambar. Setelah itu ajaklah siswa menemukan
rumus, tinggi, jalan cerita, atau tuntutan KD dengan indikator yang akan
dicapai. Ajaklah sebanyak-banyaknya peran siswa dan teman yang lain untuk
membantu sehingga proses diskusi dalam PBM semakin menarik.
15
6. Dari alasan tersebut guru akan mengembangkan materi dan menanamkan
konsep materi yang sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai. Dalam
proses diskusi dan pembacaan gambar ini guru harus memberikan penekanan-
penekanan pada hal ini dicapai dengan meminta siswa lain untuk mengulangi,
menuliskan atau bentuk lain dengan tujuan siswa mengetahui bahwa hal
tersebut penting dalam pencapaian KD dan indikator yang telah ditetapkan.
Pastikan bahwa siswa telah menguasai indikator yang telah ditetapkan.
7. Guru menyampaikan kesimpulan. Di akhir pembelajaran, guru bersama siswa
mengambil kesimpulan sebagai penguatan materi pelajaran.
Langkah-langkah Picture And Picture dalam Suprijono Agus (2009: 125-
126) adalah:
1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.
2. Menyajikan materi sebagai pengantar.
3. Guru menunjukkan/memperlihatkan gambar-gambar kegiatan berkaitan dengan
materi.
4. Guru menunjuk/memanggil siswa secara bergantian memasang/mengurutkan
gambar-gambar menjadi urutan yang logis.
5. Guru menanyakan alasan/dasar pemikiran urutan gambar tersebut.
6. Dari alasan/urutan gambar tersebut guru memulai menanamkan konsep/materi
sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai.
7. Kesimpulan/rangkuman.
Begitupun langkah-langkah Picture And Picture dalam Hosnan (2014:
256) adalah:
1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.
2. Menyajikan materi sebagai pengantar.
3. Guru menunjukkan/memperlihatkan gambar-gambar kegiatan berkaitan dengan
materi.
4. Guru menunjuk/memanggil siswa secara bergantian memasang/mengurutkan
gambar-gambar menjadi urutan yang logis.
5. Guru menanyakan alasan/dasar pemikiran urutan gambar tersebut.
16
6. Dari alasan/urutan gambar tersebut guru memulai menanamkan konsep/materi
sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai.
7. Kesimpulan/rangkuman.
Dari tiga langkah-langkah model pembelajaran Pictures and Pictures
yang dikemukakan oleh tiga ahli di atas, dapat diketahui bahwa model
pembelajaran Pictures and Pictures memiliki langkah-langkah sebagai berikut:
Tabel 2.2
Langkah-langkah Model Pembelajaran Picture And Picture
No. Langkah-langkah oleh
guru
Penjelasan
1. Guru menyampaikan
tujuan pembelajaran atau
kompetensi yang ingin
dicapai.
Di langkah ini guru diharapkan untuk
menyampaikan apakah yang menjadi
Kompetensi Dasar mata pelajaran yang
bersangkutan. Dengan demikian maka siswa
dapat mengukur sampai sejauh mana yang harus
dikuasainya. Disamping itu guru juga harus
menyampaikan indikator-indikator ketercapaian
KD, sehingga sampai dimana KKM yang telah
ditetapkan dapat dicapai oleh peserta didik.
2. Memberikan materi
pengantar sebelum
kegiatan.
Penyajian materi sebagai pengantar sesuatu
yang sangat penting, dari sini guru memberikan
momentum permulaan pembelajaran.
Kesuksesan dalam proses pembelajaran dapat
dimulai dari sini. Karena guru dapat
memberikan motivasi yang menarik perhatian
siswa yang selama ini belum siap. Dengan
motivasi dan teknik yang baik dalam pemberian
materi akan menarik minat siswa untuk belajar
lebih jauh tentang materi yang dipelajari.
3. Guru menyediakan
gambar-gambar yang
akan digunakan
(berkaitan dengan
materi).
Dalam proses penyajian materi, guru mengajar
siswa ikut terlibat aktif dalam proses
pembelajaran dengan mengamati setiap gambar
yang ditunjukan oleh guru atau oleh temannya.
Dengan Picture atau gambar kita akan
menghemat energi kita dan siswa akan lebih
mudah memahami materi yang diajarkan.
4. Guru menunjuk siswa
secara bergilir untuk
mengurutkan atau
memasangkan gambar-
gambar yang ada.
Di langkah ini guru harus dapat melakukan
inovasi, karena penunjukan secara langsung
kadang kurang efektif dan siswa merasa
terhukum. Salah satu cara adalah dengan
undian, sehingga siswa merasa memang harus
menjalankan tugas yang harus diberikan.
17
No. Langkah-langkah oleh
guru
Penjelasan
5. Gambar-gambar yang
sudah ada diminta oleh
siswa untuk diurutkan,
dibuat, atau di
modifikasi.
Guru memberikan pertanyaan mengenai alasan
siswa dalam menentukan urutan gambar.
Setelah itu ajaklah siswa menemukan rumus,
tinggi, jalan cerita, atau tuntutan KD dengan
indikator yang akan dicapai. Ajaklah sebanyak-
banyaknya peran siswa dan teman yang lain
untuk membantu sehingga proses diskusi dalam
PBM semakin menarik.
6. Dari alasan tersebut guru
akan mengembangkan
materi dan menanamkan
konsep materi yang
sesuai dengan
kompetensi yang ingin
dicapai.
Dalam proses diskusi dan pembacaan gambar
ini guru harus memberikan penekanan-
penekanan pada hal ini dicapai dengan meminta
siswa lain untuk mengulangi, menuliskan atau
bentuk lain dengan tujuan siswa mengetahui
bahwa hal tersebut penting dalam pencapaian
KD dan indikator yang telah ditetapkan.
Pastikan bahwa siswa telah menguasai indikator
yang telah ditetapkan.
7. Guru menyampaikan
kesimpulan.
Di akhir pembelajaran, guru bersama siswa
mengambil kesimpulan sebagai penguatan
materi pelajaran.
2.3.4 Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Picture and Picture
Menurut Istarani (2011: 8) kelebihan metode Picture and Picture adalah
sebagai berikut:
1. Materi yang diajarkan lebih terarah karena pada awal pembelajaran guru
menjelaskan kompetensi yang harus dicapai dan materi secara singkat terlebih
dahulu.
2. Siswa lebih cepat menangkap materi ajar karena guru menunjukkan gambar-
gambar mengenai materi yang dipelajari.
3. Dapat meningkatkan daya nalar atau daya pikir siswa karena siswa disuruh
guru untuk menganalisa gambar yang ada.
4. Dapat meningkatkan tanggung jawab siswa, sebab guru menanyakan alasan
siswa mengurutkan gambar.
5. Pembelajaran lebih berkesan, sebab siswa dapat mengamati langsung gambar
yang telah dipersiapkan oleh guru.
18
Sedangkan menurut Hamdani (2011: 89) kelebihan model Picture and
Picture adalah sebagai berikut:
1. Guru lebih mengetahui kemampuan masing-masing siswa.
2. Melatih berpikir logis dan sistematis.
3. Membantu siswa belajar berpikir berdasarkan sudut pandang suatu subjek
bahasan dengan memberikan kebebasan siswa dalam praktik berpikir.
4. Mengembangkan motivasi untuk belajar yang baik.
5. Siswa dilibatkan dalam perencanaan dan pengelolaan kelas.
Menurut Istarani (2011: 8) kelemahan metode Picture and Picture adalah
sebagai berikut:
1. Sulit menemukan gambar-gambar yang bagus dan berkualitas serta sesuai
dengan materi pelajaran.
2. Sulit menemukan gambar-gambar yang sesuai dengan daya nalar atau
kompetensi siswa yang dimiliki.
3. Baik guru ataupun siswa kurang terbiasa dalam menggunakan gambar sebagai
bahan utama dalam membahas suatu materi pelajaran.
4. Tidak tersedianya dana khusu untuk menemukan atau mengadakan gambar-
gambar yang diinginkan.
Sedangkan menurut Hamdani (2011: 90) kelemahan model Picture and
Picture adalah sebagai berikut:
1. Memakan banyak waktu.
2. Banyak siswa yang pasif.
3. Guru khawatir bahwa akan terjadi kekacauan di kelas.
4. Banyak siswa tidak senang apabila sisuru bekerja sama dengan yang lain.
5. Dibutuhkan dukungan fasilitas, alat dan biaya yang cukup memadai.
Dari uraian di atas, maka dapat dikaji bahwa model pembelajaran Picture and
Picture memiliki kelebihan:
1. Materi yang diajarkan lebih terarah.
2. Siswa lebih cepat menangkap materi ajar.
3. Dapat meningkatkan tanggung jawab siswa.
4. Pembelajaran lebih berkesan.
19
5. Guru lebih mengetahui kemampuan masing-masing siswa.
6. Melatih berpikir logis dan sistematis.
7. Mengembangkan motivasi untuk belajar yang baik.
8. Siswa dilibatkan dalam perencanaan dan pengelolaan kelas.
Kelemahan yang dimiliki model pembelajaran Picture and Picture
1. Sulit menemukan gambar-gambar yang bagus dan berkualitas serta sesuai
dengan materi pelajaran.
2. Sulit menemukan gambar-gambar yang sesuai dengan daya nalar atau
kompetensi siswa yang dimiliki.
3. Baik guru ataupun siswa kurang terbiasa dalam menggunakan gambar sebagai
bahan utama dalam membahas suatu materi pelajaran.
4. Memakan banyak waktu.
5. Banyak siswa yang pasif.
6. Guru khawatir bahwa akan terjadi kekacauan di kelas.
7. Banyak siswa tidak senang apabila diminta bekerja sama dengan yang lain.
8. Dibutuhkan dukungan fasilitas, alat dan biaya yang cukup memadai.
2.3.5 Pengertian Model Pembelajaran Examples Non Examples
Menurut Buehl (Depdiknas, 2007: 219) menyatakan Examples Non
Examples adalah taktik yang dapat digunakan untuk mengajarkan definisi konsep.
Taktik ini bertujuan untuk mempersiapkan siswa secara cepat Dengan
menggunakan 2 hal yang terdiri dari examples dan non examples dari suatu
definisi dengan konsep yang ada. Examples memberikan gambaran akan sesuatu
yang menjadi contoh akan suatu materi yang sedang dibahas, sedangkan non
examples memberikan gambaran akan sesuatu yang bukanlah contoh dari suatu
materi yang sedang dibahas.
Lusita Afrisanti (2011: 83) mengemukakan bahwa model pembelajaran
Examples Non Examples adalah metode belajar yang menggunakan contoh-
contoh. Contoh-contoh dapat dari kasus atau gambar yang relevan dengan
kompetensi dasar.
Suyatno (2009: 73) menyatakan bahwa .Examples Non Examples
merupakan model pembelajaran dengan mempersiapkan gambar, diagram atau
20
tabel sesuai materi bahan ajar dan kompetensi. Sajian gambar ditempel atau
memakai OHP/LCD, dengan petunjuk guru siswa mencermati gambar, lalu
diskusi kelompok tentang sajian gambar tadi, persentasi hasil kelompok,
bimbingan penyimpulan, evaluasi, dan refleksi.
Selanjutnya Slavin (Chotimah, 2007: 1) dijelaskan bahwa Examples Non
Examples adalah model pembelajaran yang menggunakan contoh-contoh. Contoh-
contoh dapat diperoleh dari kasus atau gambar yang relevan dengan kompetensi
dasar.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan model pembelajaran
Examples Non Examples adalah model pembelajaran dengan mempersiapkan
gambar, diagram atau tabel sesuai materi bahan ajar dan kompetensi. Gambar
dapat ditempel di depan kelas atau dapat ditayangkan melalui OHP/LCD sesuai
dengan sarana yang ada di dalam kelas. Gambar examples memberikan gambaran
akan sesuatu yang menjadi contoh akan suatu materi yang sedang dibahas,
sedangkan non examples memberikan gambaran akan sesuatu yang bukanlah
contoh dari suatu materi yang sedang dibahas.
2.3.6 Langkah-langkah Model Examples Non Examples
Menurut Agus Suprijono (2009: 125) langkah–langkah model
pembelajaran Examples Non Examples diantaranya:
1. Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran.
Gambar yang digunakan tentunya merupakan gambar yang relevan dengan
materi yang dibahas sesuai dengan Kompetensi Dasar.
2. Guru menempelkan gambar di papan atau ditayangkan melalui LCD atau
OHP, jika ada dapat pula menggunakan proyektor. Pada tahapan ini guru juga
dapat meminta bantuan siswa untuk mempersiapkan gambar yang telah
dibuat dan sekaligus pembentukan kelompok siswa.
3. Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan pada siswa untuk
memperhatikan/menganalisis gambar. Biarkan siswa melihat dan menelaah
gambar yang disajikan secara seksama, agar detil gambar dapat difahami oleh
siswa. Selain itu, guru juga memberikan deskripsi jelas tentang gambar yang
sedang diamati siswa.
21
4. Melalui diskusi kelompok 2-3 orang siswa, hasil diskusi dari analisis gambar
tersebut dicatat pada kertas. Kertas yang digunakan akan lebih baik jika
disediakan oleh guru.
5. Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya. Siswa
dilatih untuk menjelaskan hasil diskusi mereka melalui perwakilan kelompok
masing-masing.
6. Mulai dari komentar/hasil diskusi siswa, guru mulai menjelaskan materi
sesuai tujuan yang ingin dicapai. Setelah memahami hasil dari analisa yang
dilakukan siswa, maka guru mulai menjelaskan materi sesuai tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai.
7. Guru dan siswa menyimpulkan materi sesuai dengan tujuan pembelajaran
Sedangkan menurut Lusita Afrisanti (2011: 83), langkah-langkah yang
dilakukan dalam pembelajaran Examples Non Examples adalah:
1. Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran.
2. Guru menempelkan gambar di papan atau ditayangkan lewat OHP.
3. Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan kepada siswa untuk
memperhatikan/menganalisa gambar.
4. Melalui diskusi kelompok 2-3 orang siswa, hasil diskusi dari analisa gambar
tersebut dicatat pada kertas.
5. Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya.
6. Mulai dari komentar dan hasil diskusi siswa, guru mulai menjelaskan materi
sesuai tujuan yang ingin dicapai
Ahli lain yaitu Hosnan (2014: 256) menyatakan bahwa langkah-langkah
pembelajaran dalam model Examples Non Examples adalah sebagai berikut:
1. Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran.
2. Guru menempelkan gambar di papan atau ditayangkan melalui OHP.
3. Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan pada siswa untuk
memperhatikan/menganalisis gambar
4. Melalui diskusi kelompok 2-3 orang siswa, hasil diskusi dari analisis gambar
tersebut dicatat pada kertas.
5. Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya.
22
6. Mulai dari komentar/hasil diskusi siswa, guru mulai menjelaskan materi
sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai.
7. Kesimpulan/rangkuman.
Berdasarkan langkah-langkah model Examples Non Examples dalam
pembelajaran yang di jelaskan oleh tiga ahli secara keseluruhan belum
dikelompokkan pada tahap persiapan, dan pada tahap kegiatan pelaksanaan.
Tahap pelaksanaan meliputi kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir. Pada
tahap persiapan, dari ketiga pendapat ahli diatas dapat dikaji bahwa pada tahap ini
merupakan pemilihan alat peraga gambar yang akan digunakan yang sesuai
dengan materi dan tujuan pembelajaran yang akan di ajarkan. Pada tahap
pelaksanaan meliputi ketrampilan siswa dalam menganalisis sebuah konsep
dengan menggunakan media gambar. Langkah-langkah pembelajaran dengan
menggunakan model Examples Non Examples dengan terstruktur dan terencana
sebagai berikut:
Tabel 2.3
Langkah-langkah Model Pembelajaran Examples Non Examples
No. Langkah-langkah oleh guru Penjelasan
1. Guru mempersiapkan
gambar-gambar sesuai
dengan tujuan pembelajaran.
Di langkah ini guru diharapkan untuk
menyiapkan gambar yang sesuai tujuan
mata pelajaran yang bersangkutan. Hal ini
dimaksudkan agar tujuan pembelajaran
dapat dicapai.
2. Guru menempelkan gambar
di papan atau ditayangkan
melalui OHP/LCD.
Langkah kedua ini, guru menyajikan gambar
yang telah dipersiapkan dengan
memanfaatkan media yang ada di sekolah.
Media OHP dapat diganti dengan proyektor
LCD atau media yang lain yang terdapat di
sekolah dan sesuai dengan perkembangan
teknologi yang ada.
3. Guru memberi petunjuk dan
memberi kesempatan pada
siswa untuk
memperhatikan/menganalisis
gambar
Pada langkah ini, guru memberikan
beberapa petunjuk berupa penjelasan singkat
tentang gambar yang telah disajikan. Hal ini
bertujuan untuk membantu atau memancing
siswa untuk dapat menganalisis gambar.
4. Melalui diskusi kelompok 2-
3 orang siswa, hasil diskusi
dari analisis gambar tersebut
dicatat pada kertas.
Guru membagi siswa menjadi beberapa
kelompok yang di dalamnya terdapat 2-3
orang siswa. Di dalam kelompok, siswa
diharapkan dapat berinteraksi untuk
23
mendiskusikan analisis gambar tersebut.
2.3.7 Kelebihan Model Pembelajaran Examples Non Examples
Menurut Buehl (Depdiknas, 2007: 219) mengemukakan keuntungan
metode Example Non Example antara lain:
1. Siswa berangkat dari satu definisi yang selanjutnya digunakan untuk
memperluas pemahaman konsepnya dengan lebih mendalam dan lebih
kompleks.
2. Siswa terlibat dalam satu proses discovery (penemuan), yang mendorong
mereka untuk membangun konsep secara progresif melalui pengalaman dari
example dan non example
3. Siswa diberi sesuatu yang berlawanan untuk mengeksplorasi karakteristik
dari suatu konsep dengan mempertimbangkan bagian non example yang
dimungkinkan masih terdapat beberapa bagian yang merupakan suatu
karakter dari konsep yang telah dipaparkan pada bagian example.
Sedangkan menurut Lusita Afrisanti (2011: 83), keunggulan model
Examples Non Examples adalah:
1. Siswa lebih kritis dalam menganalisa gambar.
2. Siswa mengetahui aplikasi dari materi berupa contoh gambar.
3. Siswa diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya.
5. Tiap kelompok diberi
kesempatan membacakan
hasil diskusinya.
Guru meminta perwakilan kelompok untuk
membacakan hasil diskusinya. Hal ini
dilakukan untuk melatih keberanian siswa
dalam mengungkapkan pendapat dan
berbagi hasil diskusi.
6. Mulai dari komentar/hasil
diskusi siswa, guru mulai
menjelaskan materi sesuai
dengan kompetensi yang
ingin dicapai.
Setelah siswa membacakan hasil
diskusinya, guru memberikan komentar dan
meluruskan hal-hal yang masih keliru atau
tidak sesuai dengan KD, kemudian
menjelaskan materi sesuai dengan KD
7. Kesimpulan/rangkuman. Di akhir pembelajaran, guru bersama siswa
mengambil kesimpulan sebagai penguatan
materi pelajaran.
24
Dari kedua pendapat ahli diatas, dapat dikaji model Examples Non
Examples memiliki keunggulan sebagai berikut:
1. Siswa lebih kritis dalam menganalisa gambar.
2. Siswa mengetahui aplikasi dari materi berupa contoh gambar.
3. Siswa diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya melalui diskusi
dan pemamparan hasil diskusi di depan kelas.
4. Siswa terlibat dalam satu proses discovery (penemuan).
5. Siswa terlibat aktif, dapat bekerja sama, dan berinteraksi dengan siswa lain
melali diskusi.
2.3.8 Kelemahan Model Pembelajaran Examples Non Examples
Menurut Lusita Afrisanti (2011: 83) ada dua kelemahan dalam
menggunakan model Examples Non Examples, diantaranya :
1. Tidak semua materi dapat disajikan dalam bentuk gambar.
2. Memakan waktu yang banyak.
Menurut Kiranawati (2007) menyatakan bahwa kekurangan-kekurangan
dari metode Examples Non Examples, yaitu tidak semua materi dapat disajikan
dalam bentuk gambar dan membutuhkan waktu yang lama untuk penerapannya.
Sedangkan menurut Buehl (Depdiknas , 2007:219), kekurangan dari
model Examples Non Examples adalah tidak semua maeri dapat disajikan dalam
bentuk gambar, dan penggunaan model Examples Non Examples memerlukan
waktu yang banyak.
Dari pendapat tiga ahi diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa kekurangan
dari penerapan model Examples Non Examples adalah tidak semua materi dapat
disajikan dalam bentuk gambar, dan penggunaan model Examples Non Examples
memerlukan waktu yang banyak.
2.4 Kajian Penelitian yang Relevan
Hasil Penelitian terdahulu yang menjadi acuan dalam penelitian ini
adalah penelitian oleh Mahmud Ridwan: 2011 dengan judul “Peningkatan Hasil
Belajar IPS melalui Metode Picture and Picture pada Siswa Kelas VA SD Negeri
Tambakaji 05 Kecamatan Ngaliyan Kota Semarang. Hasil Penelitian ini
menunjukkan rata-rata ketrampilan guru pada siklus I 66,7 % dengan kualifikasi
25
baik, pada siklus II menjadi 74,1 % dengan kualifikasi baik, dan pada siklus III
menjadi 85,2 % dengan kualifikasi sangat baik. Hasil rata-rata aktivitas siswa
pada siklus I 68% dengan kualifikasi baik, pada siklus II menjadi 73% dengan
kualifikasi baik, dan pada siklus III menjadi 81% dengan kualifikasi baik. Rata-
rata hasil belajar pada siklus I adalah 68,44% dan ketuntasan belajar klasikal
65,6% dengan kualifikasi tinggi, pada siklus II rata-rata hasil belajar menjadi
74,06% dan ketuntasan belajar klasikal 71,9% dengan kualifikasi tinggi, dan pada
siklus III rat-rata hasil belajar menjadi 78,75% dan ketuntasan belajar klasikal
81,26% dengan klasifikasi sangat tinggi. Berdasarkan hasil penelitian tersebut
dapat ditarik kesimpulan bahwa melalui metode picture and picture dapat
meningkatkan ketrampilan guru, aktivitas siswa, dan hasil belajar sehingga
berdampak pada peningkatan hasil belajar IPS pada siswa kelas VA SD Negeri
Tambakaji 05 Kecamatan Ngaliyan Kota Semarang.
Penelitian berikutnya oleh Hendri Pema : 2013 dengan judul “Peningkatan
Hasil Belajar IPS melalui Model Pembelajaran Kooperatif Picture and Picture
Siswa Kelas V SD Negeri Sembaturagung 01 Pati Semester I/ 2013-2014” yang
dilaksanakan dalam dua siklus tersebut, maka dapat disimpulan bahwa dengan
menggunakan model pembelajaran Picture and picture dapat meningkatkan hasil
belajar IPS siswa kelas 5 SD Negeri Simbaturagung 01 Kecamatan Jakenan
Kabupaten Pati tahun pelajaran 2013/2014. Hal ini ditunjukkan dengan adanya
peningkatan jumlah siswa yang mencapai nilai ketuntasan belajar dengan KKM
≥90 adalah sebanyak 10 siswa (40%) sedangkan siswa yang tidak mencapai
ketuntasan belajar sebanyak 15 siswa (60%) pada pra siklus (kondisi awal)
sebelum dilaksanakan tindakan. Setelah memperoleh tindakan pembelajaran
dengan menggunakan model pembelajaran Picture and picture ketuntasan belajar
dengan KKM ≥80 meningkat menjadi 20 siswa (80%) yang tuntas dan 5 siswa
(20%) tidak tuntas pada siklus 1; dan 25 siswa (100%) yang tuntas pada siklus 2.
Nilai rata-rata siswa tiap siklusnya juga mengalami peningkatan, yaitu pada pra
siklus (kondisi awal) sebelum dilaksanakan tindakan sebesar 71,25 menjadi 89,85
pada siklus 1, sedangkan pada siklus 2 meningkat menjadi 92,00. Dari hasil
penelitian yang telah dilaksanakan maka hipotesis dalam penelitian ini terbukti
26
dapat meningkatkan hasil belajar IPS siswa kelas 5 SD Negeri Simbaturagung 01
Kecamatan Jakenan Kabupaten Pati tahun pelajaran 2013/2014.
Penelitian selanjutnya oleh Anjaryana Anjaryana Titri Yudhia : 2013
dengan judul “ Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Pictures
and Pictures pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Kelas 5 SD Negeri 02
Ngeluk Kecamatan Penawangan Kabupaten Grobogan Semester 2 tahun Ajaran
2012/2013 , pada kondisi siklus 1 siswa yang sudah tuntas sebanyak 15 siswa
dengan presentase 71,44 % dan siswa yang belum tuntas sebanyak 6 siswa dengan
presentase 28,56 %. Pada pelaksanaan siklus 2 jumlah siswa yang sudah tuntas
meningkat sebanyak 20 siswa dengan presentase 95,24 % dan siswa yang tidak
mencapai sebanyak 1 siswa dengan presentase 4,76 %. Dari pembahasan di atas
pembelajaran yang menerapkan model Picture and Picture dapat meningkatkan
hasil belajar siswa yang ditandai dengan ketuntasan hasil belajar.
2.5 Kerangka Pikir
Alur kerangka berpikir yang ditujukkan untuk mengarahkan jalannya
penelitian agar tidak menyimpang dari pokok-pokok permasalahan, maka
kerangka berpikir dilukiskan dalam sebuah gambar skema agar penelitian
mempunyai gambaran yang jelas dalam melakukan penelitian. Adapun skema itu
adalah sebagai berikut: Pembelajaran IPS menuntut siswa untuk dapat
menemukan sendiri pengetahuannya sehingga dapat diterapkan di dalam
kehidupannya sehari-hari. Penemuan pengetahuan sendiri oleh siswa diperoleh
melalui pengalaman belajar langsung yang dialami siswa disekolah dan
lingkungan sekitarnya. Selain pengalaman belajar langsung siswa juga
membutuhkan suatu teknik belajar yang dapat membantu siswa memahami
konsep-konsep penting dalam pembelajaran IPS. Konsep-konsep penting tersebut
nantinya akan membantu siswa dalam menerapkan apa yang diperolehnya dari
pengalaman belajar langsung ke dalam kehidupan sehari-hari. Penerapan
pembelajaran IPS berkaitan dengan hubungan dengan orang lain perwujudan hal
ini dapat dilakukan dalam belajar sacara berkelompok. Kebanyakan pembelajaran
IPS saat ini guru yang selalu menjelaskan jadi terkesan siswa hanya menghafal
27
dan mencatat dengan adanya penggunaan model pembelajaran picture and picture
dan model pembelajaran examples non examples ini siswa akan dituntut saling
bekerja sama dalam menemukan atau menyelesaikan tugasnya melalui media
gambar. Seperti halnya model pembelajaran picture and picture dan model
pembelajaran examples non examples dapat digunakan untuk pembelajaran IPS
sehingga siswa lebih aktif dan tidak ada siswa yang menganggur dalam jalannya
pembelajaran.
Penerapan model pembelajaran picture and picture dan model
pembelajaran examples non examples diharapkan menjadikan siswa lebih mudah
memperoleh informasi dan memahaminya, karena dalam penerapannya setiap
siswa dituntut untuk aktif dalam melakukan kegiatan pembelajaran melalui media
gambar yang disediakan. Dalam model pembelajaran picture and picture ini
memilih gambar yang diurutkan secara logis, berbeda dengan model pembelajaran
examples non examples yang menjelaskan gambar saja.
Skema
Kerangka Berfikir
Dalam penelitian ini peneliti akan membandingkan antara kelas kontrol
dengan kelas eksperimen, dimana kelas eksperimen menggunakan model
pembelajaran picture and picture sedangkan kelas kontrol menggunakan model
Kondisi
Awal
Kelas
eksperimen
Pretest
Kelas Kontrol
Model Picture and
Picture
Model Examples
Non Examples
Posttest Hasil
Belajar IPS
28
pembelaharan examples non examples. Alat ukur hasil belajar dan motivasi
belajar antara kelas kontrol dan kelas eksperimen adalah sama.
2.6 Hipotesis
Hipotesis ini digunakan untuk memberikan jawaban sementara terhadap
rumusan masalah. Hipotesis bersifat sementara sehingga perlu diuji kebenarannya.
Berdasarkan kaitan antara masalah yang dirumuskan dengan teori yang
dikemukakan maka dapat dirumuskan hipotesis dalam penelitian ini :
1. Model pembelajaran picture and picture diduga lebih efektif dibandingkan
model pembelajaran examples non examples ditinjau dari hasil belajar IPS
siswa kelas 5A dan 5B SD Negeri Kalibeji 01 Kecamatan Tuntang Kabupaten
Semarang Semester II Tahun Ajaran 2015/2016.
2. Model pembelajaran picture and picture diduga lebih efektif dibandingkan
model pembelajaran examples non examples dapat meningkatkan motivasi
belajar siswa kelas 5A dan 5B SD Negeri Kalibeji 01 Kecamatan Tuntang
Kabupaten Semarang Semester II Tahun Ajaran 2015/2016.