Post on 20-Nov-2020
BAB II
GLOBALISASI: ANTARA LOKAL DAN GLOBAL
1. Globalisasi: Sejarah dan Pengertian
1.1 Sejarah Globalisasi
Sejarah globalisasi tidak diketahui secara pasti atau tercatat secara
sama tentang awal mulanya. Globalisasi adalah konsep yang sangat luas yang tidak
hanya terkait dengan penandaan akan keragamaan wilayah, budaya dan pelaku tetapi
juga terhadap perbedaan analisa yang dapat dipelajarinya.1 Ada yang menghitung
fase terjadinya globalisasi dikaitkan dengan imperialisme Eropa pada abad 15 tetapi
ada pula pandangan yang melihat sejarah globalisasi jauh ke belakang. Bagi Leonid
Grinin dan Andrey Korotayev mereka mengusulkan sebuah sejarah globalisasi yang
mengacu pada metodologi khusus dan pendekatan sistem dunia yang didasarkan pada
pengembangan hubungan spasial.2 Apabila dilihat pada pendekatan keterhubungan
spasial maka dapat saja dilihat dari abad 4 sM yang ditandai dengan revolusi agrarian
sampai abad ke 21.3 Globalisasi dilihat sebagai bentuk proses interaksi,
ketergantungan dan pengaruh suatu bangsa terhadap bangsa lainnya. Namun ada tiga
peristiwa yang dipakai untuk menandai sejarah terjadinya globalisasi, yaitu: ekonomi,
1 Jim Sheffield, Globalization: Yesterday, Today and Tommorow (United States of America:
Emergent Publication, 2013), xx.
2 Sheffield, Globalization: Yesterday, Today and Tommorow …, xx
3 Sheffield, Globalization: Yesterday, Today and Tommorow …, xx
teknologi dan politik.4 James Petras membagi sejarah globalisasi menjadi tiga fase
yaitu:5
1. Fase pertama pada abad 15 yaitu globalisasi dikaitkan dengan peristiwa
ekonomi dan politik imperialisme Eropa
2. Fase kedua dibangun pada era inter imperial trade yaitu ditandainya kerjasama
perdagangan antar kaum imperialis. Perdagangan antar negara di Eropa
selanjutnya dengan Amerika (kemudian melibatkan Jepang). Dalam konteks
ini globalisasi telah melibatkan kompetisi dan kolaborasi.
3. Fase ketiga yaitu fase international trade ditandai degan agen utama MNC
(Multi National Company)/TNC yang telah menggantikan perusahaan dagang
dalam mengeksploitasi tenaga kerja murah di dunia ketiga. Perdagangan
internasional atas komoditi dari jaringan pasar global maupun regional telah
memberikan karakter kelas dalam globalisasi.
Sehingga globalisasi bukanlah merupakan gejala yang baru dan globalisasi juga
tidak melibatkan berbagai macam perkembangan sosial, politik dan ekonomi.
Walaupun globalisasi diperkirakan telah ada sejak abad 15 tetapi istilah globalisasi
berkembang sekitar tahun 1980-an.6
Globalisasi telah menjadi paradigma yang paling berpengaruh dalam ilmu
pengetahuan manusia sejak tahun 1990. Mengapa Globalisasi berkembang dengan
4 Sejarah Globalisasi,2 https://kupdf./com-sejarah-globalisasi
5 Ali Sugihardhanto,dkk, Globalisasi Perspektif Sosialis (Jakarta: Penerbit Cubuc, 2001)158-
160.
6 Retnowati, Agama dan Globalisasi…,33.
cepat? Berikut ini merupakan beberapa penyebab globalisasi berkembang sedemikian
pesat:7
a. Perkembangan komunikasi informasi dan teknologi telah mendorong selama
hampir 30 tahun terakhir ini membuat globalisasi berkembang sedemikian
cepat. Bahkan dengan kehadiran internet semakin mempercepat dengan tiada
lagi hambatan waktu dan jarak dalam mengantarkan pengiriman/ barang.
b. Berkembangnya mobilitas pasar menjadi rangsangan bagi globalisasi. Hal ini
dicontohkan dengan terjadinya perdagangan secara bebas dari satu negara ke
negara lainnya maka mempermudaha perusahaan untuk mengembangkan
investasinya dimanapun.
c. Perkembangan produk keuangan yang dapat dilihat dengan kemudahan kredit
untuk memperlancar perekonomian
d. Perdagangan bebas selama 30 tahun terakhir telah mengakibatkan
berkembangnya ekspor dan impor
e. Pertumbuhan perusahaan multinasional dan bangkitnya perusahaan dengan
merek-merek global seperti Microsoft, Sony dan MacDonalds.
1.2. Pengertian Globalisasi secara umum
Globalisasi adalah kata yang paling sering menjadi acuan untuk
menggambarkan dunia tanpa batas. Mencari arti dari globalisasi tidak bisa
didefinisikan secara baku. Dalam konteks dunia saat ini terjadi kompleksitas dan
beragam penjelasan tentang globalisasi. Ada yang melihat dan menyamakan
globalisasi dengan westernisasi. Oleh karena itu pengertian globalisasi sangat
7 Globalization http://www.globalization101.org/what-is-globalization/ diakses pada 21
Oktober 2017
beragam dan tergantung dari latar belakang pemikir. Bagi mereka yang terinspirasi
oleh pemikiran Marx melihat globalisasi sebagai ekspansi dari sistem kapitalis yang
terjadi di seluruh dunia.8 Globalisasi yaitu perubahan global itu ialah pengembangan
spasial kapitalisme dunia yang cenderung terus berjalan tanpa ada kemungkinan
berhenti.9 Inilah kemudian yang menjadi ukuran dalam globalisasi bahwa yang
ekonomis mulai menjadi budaya dan budaya mulai menjadi ekonomis.10
Globalisasi menunjuk kepada pengertian integrasi kepentingan pasar dalam
ekonomi global. 11Pasar yang dimaksud beragam sifatnya mulai dari perdagangan
kapital, kredit dan asuransi, komoditas, penjualan minyak, kopi, emas dan pasar
produksi yaitu teknologi. Sehingga perdagangan yang dipahami dalam globalisasi
membuat dunia tanpa batas. Apa yang menjadi ‘tren’ di satu negara (umumnya negara
maju) akan mudah diterima dan juga digemari di negara lain. Globalisasi tidak hanya
dipahami sebagai teropong ekonomi dan budaya yang dilihat sebagai bentuk integrasi
tanpa batas tetapi globalisasi menjadi sebuah fenomena. Globalisasi adalah sebuah
fenomena sosial, ekonomi, budaya, maupun politik yang menyebar dan masuk ke
wilayah-wilayah dunia yang terpencil sekalipun.12
Giddens melihat globalisasi sebagai konsekuensi modernitas.13 Globalisasi
dapat didefinisikan sebagai intensifikasi relasi sosial sedunia yang menghubungkan
8 Frank J Lehner dan John Boli, The Globalization Reader (Australia: Blackwell Publishing,
2004), 55.
9 George Ritzer dan Barry Smart, Handbook Teori Sosial (Bandung: Mega Media, 2011), 921.
10 Ritzer,Teori Sosial…,922
11 Globalization…www
12 Retnowati, Agama dan Globalisasi: Refleksi Teori-Teori Globalisasi dan Relevansinya
terhadap Persoalan-Persoalan Sosial, Gereja dan Masyarakat (Salatiga: Universitas Kristen Satya
Wacana, 2015), 2.
lokalitas yang saling berjauhan sedemikian rupa sehingga sejumlah peristiwa sosial
dibentuk oleh peristiwa sosial dibentuk oleh peristiwa yang terjadi pada jarak bermil-
mil dan begitu pula sebaliknya.14 Pemahaman globalisasi tidak melulu tentang
ekonomi global tetapi dari definisi yang diberikan oleh Giddens maka globalisasi
adalah ketergantungan komunitas lokal dengan proses global kemodernan. Artinya
terjadi proses transformasi ruang dan waktu dalam hidup manusia karena peristiwa
yang jauh di suatu negara terkait atau tidak dapat mempengaruhi masyarakat di
negara lain.15
Globalisasi menjadi bagian yang tidak dapat dilepaskan dari modernitas
bahkan Giddens mengakui bahwa masa ini adalah masa modernitas akhir atau
modernitas tinggi.16 Giddens menolak menyebut era atau masa ini sebagai era post-
modernisme, karena dengan menyebut istilah ini berarti menyangkal aktivitas
intelektual yang terjadi pada masa modern awal.17
Bagi beberapa orang Globalisasi seringkali disamaartikan dengan kerusakan
bagi dunia. Namun dalam kenyataannya banyak hal baik yang dihasilkan dari
globalisasi.
13 Roland Robertson, Globalization: Social Theory and Global Culture Theory, Culture and
Society (Sage Publication: 1995),27.
14 Anthony Giddens, Konsekuensi-konsekuensi Modernitas (Bantul: Kreasi Wacana, 2017)
84.
15 Anthony, Jalan Ketiga…,35.
16 Dr. Akhyar Yusuf Lubis, Postmodernisme: Teori dan Metode (Depok: Raja Grafindo
Persada, 2014), 140.
17 Akhyar, Postmodernisme…,141.
Berikut ini merupakan hal positif dari Globalisasi, yaitu:18
1. perkembangan pasar yang semakin efisien yaitu ada konsep kebutuhan dan
ketersediaan yang membuat perekonomian terus bertumbuh seperti siklus yang
tidak berhenti, membuat keterhubungan antara penyedia dan pembeli
2. perbaikan standar hidup yaitu menyediakan lapangan pekerjaan yang beragam,
menyediakan infrastruktur dan memberi kesempatan bagi setiap orang
meningkatkan kesehatan, pangan dan kebutuhan sehari-hari
3. relasi kerjasama keuntungan yaitu menciptakan peluang untuk kerjasama
ekonomi dan melewati batas organisasi dan negara. Globalisasi telah
membuka lebar jalinan interaksi dan transaksi antar individu, kelompok dan
antar negara yang membawa implikasi politik, ekonomi, sosial dan budaya
beserta IPTEK.
Sementara itu dampak negatif dari Globalisasi yaitu sebagai berikut:19
1. over-standar yang tidak membuka peluang kepada yang beragam dan
kecil. Pada saat ini semua pengoperasian usaha menggunakan standar
Microsoft Windows dan telah dipatenkan di seluruh dunia
2. banyaknya jenis pekerjaan yang akan menghilang atau menyusut karena
terbukanya kemajuan teknologi yang tersebar luas
18 Globalization. http://www.globalization101.org/what-is-globalization/ diakses pada 21
Oktober 2017
19 Globalization http://www.globalization101.org/what-is-globalization/ diakses pada 21
Oktober 2017
3. ketergantungan dalam globalisasi akan membawa efek domino dari
negara-negara yang memiliki kekuatan jika suatu waktu terkena krisis
ekonomi
4. menciptakan kesenjangan karena semakin jelas kompetisi antara yang
mampu dan yang tidak mampu, antara yang menang dan kalah
5. globalisasi juga berpengaruh terhadap ketidakseimbangan alam karena
percepatan usaha dan pembukaan lahan untuk usaha, penambangan, dll.
Berdasarkan pengertian umum yang telah disebutkan di atas maka diketahui
globalisasi adalah terminologi yang paling banyak dibicarakan. Beberapa tokoh sosial
era modern dan post modern pun membahas tentang globalisasi. Ada yang melihat
globalisasi sebagai bentuk imperialisme, ancaman yang perlu ditentang. Namun tidak
sedikit sosiolog yang menilai globalisasi secara positif yang memberi ruang untuk
berkembangnya nilai-nilai lokal dan perbaikan taraf hidup manusia. Penulis
menyadari banyak tokoh sosiologi yang membahas tentang globalisasi tetapi dalam
bagian ini penulis mencoba untuk melihat dari sudut pandang Roland Robertson yang
melihat globalisasi dalam pertemuan antara yang lokal dan global. Roland Robertson
tidak melihat globalisasi sebagai sebuah bentuk ancaman tetapi sebagai bentuk proses
kompresi dunia yang tidak terhindarkan.
2. Kekuatan Globalisasi
Giddens menilai globalisasi sebagai konsekuensi modernitas tinggi
digambarkan dengan metaphor Juggernaut.20 Juggernaut diibaratkan mesin raksasa
20 Istilah juggernaut berasal dari bahasa India Jagannath, “dewa dunia” dan merupakan titel
Khrisna, patung dewa ini dibawa setiap tahun ke jalan-jalan di atas mobil besar, dimana para
pengikutnya dikatakan melemparkan diri dibawahnya agar digilas di bawah roda-roda mobil itu.
yang berlari cepat dengan tenaga yang besar secara kolektif, dimana individu dapat
mengendalikannya atau malah terlindas olehnya ketika berusaha menahan laju mesin
raksasa ini. Juggernaut menggilas siapapun yang melawannya dan kendati kadang-
kadang berjalan di jalur lurus, ada kalanya berbalik arah secara drastis ke arah yang
tidak dapat diperkirakan.21 Perjalanan dengan juggernaut ini tidak dapat sepenuhnya
dikendalikan karena terkait adanya faktor tidak terduga dan resiko tinggi. Globalisasi
bergerak tiga arah, yang mempengaruhi posisi dan kekuatan negara-negara di seluruh
dunia yaitu:22
1. Bergerak tersebar ke segala arah sebagai akibat teknologi informasi.
Bahwa perputaran uang juga dipengaruhi oleh kecepatan informasi
yang tersebar
2. Menekan ke bawah: menciptakan tuntutan dan kesempatan baru untuk
meregenerasikan identitas lokal: contoh bangkitnya nasionalisme
Skotlandia sebagai respon terhadap proses struktural yang berlangsung
di tempat lain
3. Mendesak ke samping tiada lagi batas batas negara karena terciptanya
wilayah ekonomi dan kultural yang baru.
Kekuatan globalisasi pada umumnya berujud pada tiga bentuk yaitu kekuatan
politik, kekuatan ekonomi dan kekuatan informasi teknologi.23
Globalisasi pada masa ini semakin menguat lebih dibanding masa sebelumnya.
Beberapa faktor yang menjadikan globalisasi semakin menguat ialah:24
21 Anthony, Konsekuensi-konsekuensi Modernitas…,184.
22 Anthony,Jalan Ketiga…,35 – 37.
23Nikolaus Powell Reressy, Tiga Kekuatan Globalisasi, www.kompasiana.com (diakses
pada 26 November 2017)
1. berfungsi dengan kecepatan yang jauh lebih tinggi dari sebelumnya yang
disebabkan peningkatan teknologi
2. globalisasi beroperasi pada skala yang jauh lebih besar dan pengaruhnya
bahkan terasa sampai ke wilayah terpencil sekalipun
3. ruang lingkup koneksi global jauh lebih luas dan memiliki banyak dimensi
seperti ekonomi, teknologi, politik, hukum dan sosial budaya
4. Dinamis dan kompleksitas pelaku global dalam hubungan kebijakan.
3. Globalisasi, Ekonomi dan Penjualan Tanah
Salah satu pengaruh dan kekuatan dari globalisasi adalah ekonomi. Melihat
kaitan globalisasi dengan ekonomi kembali kepada dua sisi penilaian baik yang
negatif maupun positif. Bagi mereka yang berpangan positif atau pro globalisasi
menilai bahwa globalisasi telah menurunkan angka kemiskinan dunia, bukti yang
ditunjukkan melalui jumlah pendapatan orang perhari meningkat menjadi 2 USD.25
Mereka yang anti globalisasi justru berpendapat sebaliknya bahwa globalisasi
membuat ketimpangan ekonomi semakin meningkat.26 Perdebatan antara dua
kelompok ini terus berkembang untuk menunjukkan ada perbedaan cara pandang bagi
negara negara maju dan negara berkembang.
Peningkatan pendapatan per kapita negara-negara akan naik seiring dengan
bertambahnya jumlah korporasi global. Perusahaan transnasional telah menjadi pihak
yang mendapat keuntungan terbesar dari globalisasi.27 Bagaimana dengan nasib
24 United Nation,Globalization and Urban Culture (USA: UN-Habitat,2004), 2
25 Ahmad Safril, Isu – Isu Globalisasi Kontemporer (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2015), 2.
26 Safril, Isu-Isu Globalisasi Kontemporer…,3.
27 Safril, Isu-Isu Globalisasi Kontemporer…,9.
usaha kecil, petani dan kelompok masyarakat asli yang bisa saja dirugikan?
Berdasarkan data Global Trade Watch disimpulkan globalisasi telah meningkatkan
jumlah korporasi dan pihak korporasi adalah yang diuntungkan. 28 Korporasi
melakukan cara pengembangan dengan melakukan investasi yang didukung dengan
free trade area sebagai pintu masuk untuk makin menguasai ekonomi dunia.29 Oleh
karena itu globalisasi lebih banyak dinilai negatif daripada positif terutama untuk
negara-negara berkembang.
Kata kunci dari globalisasi ialah dunia tanpa batas sehingga perdagangan
bebas menjadi cara perusahaan untuk mengembangkan usahanya ke belahan dunia
manapun. Aspek ekonomi (uang) dinilai sebagai aspek yang dapat mengatur sektor
real di banyak negara.30 Inilah yang dipahami James Goldsmith bahwa ekonomi
bukan lagi menjadi alat untuk mendatangkan kesejahteraan tetapi menjadi tujuan bagi
setiap negara.31
Ukuran kesejahteraan dan kemajuan diukur berdasarkan perekonomian dan
standar yang dibuat adalah dari negara maju. Oleh karena itu bagi negara berkembang
atau negara dunia ketiga menjadi “ketinggalan” dalam hal ekonomi sehingga
pemerintah negara berkembang berupaya untuk terlibat dalam permainan pasar bebas
tersebut. Pasar bebas dilihat sebagai cara untuk membuat perekonomian negara-
negara berkembang dan dapat meningkatkan pendapatan per kapita dengan melihat
perbandingan pada negara India dan China.32 Namun muncul kecurigaan terhadap
28 Safril, Isu – Isu Globalisasi Kontemporer…, 9-10.
29 Safril, Isu – Isu Globalisasi Kontemporer…, 10 -11.
30 Retnowati, Agama dan Globalisasi…,6.
31 Retnowati, Agama dan Globalisasi…,40.
32 Safril, Isu – Isu Globalisasi Kontemporer…, 2
pasar bebas yang menempatkan negara berkembang semakin sulit untuk berkembang
karena kekuatan ekonomi dipegang oleh negara maju. Joseph Stiglitz menyebutkan
dengan kecurigaan bahwa niat baik dari negara maju untuk negara berkembang adalah
hasrat pengulangan kolonialisme dari negara maju ke negara berkembang.33 Pada
kenyataannya masyarakat dari negara berkembang seringkali dilibatkan dalam proses
pengadaaan tenaga kerja murah dan produksi bahan mentah.34
Salah satu cara negara untuk mengukur kemajuan adalah juga dengan
menghitung pendapatan per kapita. Ukuran yang dipakai adalah ukuran yang dibuat
oleh negara-negara maju. Untuk mengejar ketertinggalan ini maka pemerintah di
negara berkembang berupaya untuk turut serta dalam perdagangan bebas. Salah satu
cara juga untuk mengembangkan perekonomian negara ialah dengan mengizinkan
investor asing atau perusahaan transnasional memainkan perannya di suatu wilayah.
Harus diakui bahwa pertumbuhan ekonomi memang diperlukan untuk mendatangkan
kesejahteraan bagi masyarakat. Pemahaman yang seringkali keliru dari pemerintah
ialah kebijakan pemerintah seringkali menilai pertumbuhan ekonomi adalah ukuran
pokok bagi keberhasilan suatu bangsa.35
Indonesia sebagai negara berkembang pun akhirnya memiliki pemahaman
untuk mengembangkan perekonomian apalagi kekayaan alam Indonesia
menempatkannya sebagai negara produksi bahan mentah. Salah satu cara
mengentaskan kemiskinan dalam globalisasi adalah dengan menyediakan produksi
bagi kebutuhan pasar. Inilah yang dicurigai Stiglitz dengan menyatakan bahwa
33 Joseph E. Stiglitz, Globalization and It’s Discontent (New York: Norton &
Company, 2003)24.
34 Safril, Isu – Isu Globalisasi Kontemporer…, 10.
35 Retnowati, Agama dan Globalisasi…,44.
globalisasi telah memaksa masyarakat berkembang untuk keluar dari kemiskinan atas
bentuk kapitalisme dari negara maju.36
Proses percepatan pembangunan pada masa Soekarno adalah percepatan
pembukaan usaha produksi yang dikenal dengan Nasionalisasi Perkebunan.37
Perkebunan menjadi salah satu sektor yang dinilai mampu untuk meningkatkan
perekonomian atau pendapatan negara. Pada era orde baru perkebunan kemudian
dibuka dalam skala besar. Pemerintah memberikan berbagai macam fasilitas kepada
pengusaha seperti perizinan dan deregulasi kebijakan.38 Kebijakan pemerintah pada
masa orde baru menempatkan masyarakat lokal di wilayah yang memiliki hutan luas
merelakan tanahnya untuk dikelola sebagai perkebunan, termasuk di Kalimantan
Barat. Jika di era Sukarno nasionalisasi merupakan proyek utama maka di era
Soeharto konsep ‘tanah negara’ dijalankan oleh pemerintah.39 Salah satu contoh ialah
perkebunan kelapa sawit di Kalimantan Barat yang didukung oleh Perda No. 8 Tahun
1994 tentang prioritas pembangunan sub sector perkebunan di Kalimantan Barat dan
3636 Stiglitz, Globalization and It’s Discontents…,5.
37 Anton P Widjaja, Menolak Takluk Panduan Pendidikan Aktivis Rakyat
(Pontianak: Institut Dayakologi, 2008), 41.
Pada era Soekarno tujuan dari Perkebunan Nasionalis ialah perkebunan
milik pemerintah kolonial (Belanda) menjadi milik negara.
38 Anton P Widjaja, Menolak Takluk Panduan Pendidikan Aktivis Rakyat
(Pontianak: Institut Dayakologi, 2008), 42.
39 Dominggus Elcid Li, “Tanah Ulayat, Kapitalisme Global dan Sikap Gereja”,
Zakaria Ngelow (ed) Teologi Tanah (Makassar: Yayasan Oase Intim, 2015), 231.
kebijakan Perda No. 1 tahun 1995 tentang rencana tata ruang provinsi yang
menyediakan 5.257.700 Ha untuk perkebunan.40
Pemerintah memainkan peranan penting atas pembukaan lahan di Kalimantan
Barat sehingga akhirnya masyarakat menyerahkan lahan kepada perusahaan pemilik
Hak Pengusahaan Hutan (HPH). Kehadiran perusahaan HPH di Kalimantan Barat
untuk perluasan perkebunan kelapa sawit memakai ladang dan hutan yang semula
merupakan milik masyarakat adat. Kehadiran HPH dan kegiatan ekonomi dipandang
penting untuk proses pembangunan nasional dan pembangunan daerah Kalimantan
Barat.41 Masyarakat di pedalaman Kalimantan Barat tidak menolak proses percepatan
pembangunan ini dengan kerelaan mereka menyerahkan lahan atau hutan mereka
untuk digunakan pengembangan kelapa sawit.42 Sehingga penjualan tanah adalah
bagian dari sistem yang didukung pemerintah untuk dalil percepatan pembangunan.
Dalil percepatan pembangunan ini adalah bagian dari seluruh rangkaian kegiatan
pasar (kapitalis) yang ada dalam arus globalisasi.
4. Globalisasi, Kearifan Lokal dan Glokalisasi
Pada bagian sebelumnya telah disebutkan tiga pilar kekuatan globalisasi yaitu
politik, ekonomi dan informasi teknologi yang dapat berpengaruh terhadap perubahan
kebudayaan masyarakat di suatu negara/ wilayah. Seringkali pula globalisasi dicurigai
sebagai bentuk penyebaran kebudayaan barat karena proses peradaban barat yang
40 Anton P Widjaja, Menolak Takluk Panduan Pendidikan Aktivis Rakyat
(Pontianak: Institut Dayakologi, 2008), 43.
41 Syarif Ibrahim Alqadrie, Dampak Perusahaan Pemegang HPH dan Perkebunan
terhadap Kehidupan Sosial dan Budaya di Kalimantan Barat (Pontianak: Institut
Dayakologi, 2008), 221.
42 Alqadrie, Dampak Perusahaan Pemegang HPH...,223.
lebih maju dan tiga pilar kekuatan tadi mampu menyebarkan budaya yang ada di
negara-negara maju ke negara lain. Dalam proses penyebaran itu seringkali terjadi
proses transfer budaya dari negara maju kepada negara berkembang dan dapat
menimbulkan benturan budaya yang ada di suatu negara. Paul S.N Lee menemukan
ada empat cara budaya lokal merespon pengaruh globalisasi, yaitu:43
1. Parrot pattern yaitu meniru secara penuh unsur budaya yang dibawa dari
luar
2. Amoeba pattern mengambil budaya asing dengan merubah bentuk tetapi
mempertahankan isi
3. Coral pattern mengambil budaya isi dengan cara merubah isi tetapi
mempertahankan bentuknya
4. Butterfly pattern yaitu menyerap budaya luar mengambil yang baik dan
akhirnya menjadi bagian budaya lokal yang baru dan perubahan ini
biasanya membutuhkan waktu yang lama.
Kearifan lokal menjadi bagian dari budaya yang dipercayai dalam suatu
komunal secara turun temurun.Kearifan lokal tidak hanya menyangkut tata cara atau
kebiasaan karena kearifan lokal memiliki makna filosofis di dalamnya. Kearifan lokal
dalam bahasa antropologi disebut dengan local genus. Menurut Haryati Soebadio
local genus diartikan dengan identitas budaya bangsa yang mampu bertahan dan
mengolah kebudayaan asing dan dapat bertahan karena sesuai dengan karakter
komunal atau masyarakat di wilayah tersebut.44
43 Safril, Isu – Isu Globalisasi Kontemporer…, 36.
44 Ade Putri Royani, Glokalisasi: Belajar dari Kearifan Lokal Masyarakat Kampung Kuta
sebagai Model Pembangunan Berwawasan Lingkungan
Dalam pengertian sosial perjumpaan yang universal dengan partikular.
Seringkali terjadi benturan antara nilai universal yang dibawa oleh globalisasi dengan
nilai partikular yaitu budaya di suatu wilayah. Hasil partikularisme ialah sikap-sikap
orang yang lebih mengedepankan aspek-aspek personal dalam hubungan dengan
orang lain dan lebih dilandasi hubungan emosional dibanding peraturan yang
berlaku.45 Aspek partikular terlihat dalam bentuk kearifan lokal di suatu wilayah
terdorong atas rasa keterikatan dan relasinya dengan sesama.
Universalisme seringkali dipertentangkan dengan partikularisme. Bagi kaum
postmodernisme menolak pandangan universalisme karena dinilai mengabaikan
partikular, perbedaan dan lokalitas masyarakat.46 Bahkan dinilai pula partikular tidak
mampu bertahan di tengah kompresi dunia yang terjadi dalam era saat ini
sebagaimana yang dilihat oleh Bourricard.47 Robertson menyanggah pandangan
mereka yang menonjolkan universalisme dengan dua jawaban, yaitu: Pertama, tradisi
itu terus berkembang secara universalisme-partikularisme dengan ke-signifikansinya
pun terus berlanjut (contoh: bentuk partikularisme-universalisme di Jepang dalam
perjumpaan dengan budaya Cina); Kedua, yaitu kedua issu (partikular dan universal)
telah terikat bersama sebagai bagian dari perhubungan global.48 Sehingga pandangan
Robertson ialah dinamika utama globalisasi ialah dunia yang terbuka terhadap
http://blog.unnes.ac.id/adeputriroyani/2015/11/16/glokalisasi/ (diakses pada 20 November
2017)
45 Ignasia Intan, Universalism versus Particularism dalam Pattern Variables menurut Talcott
Parson http://blog.unnes.ac.id/ignasiaintan/2015/11/05/universalisme-versus-partikularisme/ (diakses
pada 19 November 2017)
46 Robertson, Globalization: Social Theory and Culture…, 97.
47 Robertson, Globalization: Social Theory and Culture…, 101.
48 Robertson, Globalization: Social Theory and Culture…, 101
hubungan di sana-sini sehingga tercipta relativitas.49 Proses partikularisasi dari
universal diartikan sebagai dasar dunia dari masalah universalitas yang menjadi
landasan untuk mencari asas-asas global dan proses universalisme dari partikular pada
universalitas global terjadi dalam bentuk presentasi identitas.50
Pembicaraan bagi sebagian besar pandangan melihat globalisasi sebagai
proses yang akan menggeser lokalitas. Intrepretasi ini mengabaikan dua hal yaitu
pertama mengabaikan keberadaan lokal dibangun berdasarkan basisnya; kedua adanya
peningkatan minat spasial dan perluasan hubungan dalam kehidupan manusia.51
Inilah yang dimaksudkan Robertson bahwa tidak bisa mengabaikan etnik dan
kewarganegaraan dalam konteks identitas dan kekhususan global.52
Dengan kehadiran globalisasi bukan berarti yang homogen dari suatu wilayah
atau negara akhirnya menjadi hilang. Demikian pula dalam heterogenitas bukan
berarti tidak ada homogenitas. Inilah yang dimaksudkan Robertson dengan saling
keterhubungan keterkaitan dari banyak budaya besar maupun kecil.53 Menurut
Robertson tidak semua bentuk lokalitas itu adalah homogenisasi.54 Lokalitas dari
masyarakat juga harus dicari “akar” atau “rumah bisa saja terjadi sebagai akibat
heterogenisasi. Sehingga menurut Robertson antara homogenisasi dan heterogenisasi
ialah ialah peresapan, saling melengkapi dan bercampur dalam dunia nyata.55
49 Retnowati, Agama dan Globalisasi…, 34.
50 Retnowati, Agama dan Globalisasi…, 34.
51 Mike Featherstone, Global ModernitiesTheory Culture and Society (London: Sage
Publication, 1995),26.
52 Featherstone, Global Modernities Theory..,26.
53 Featherstone, Global Modernities Theory..,31.
54 Featherstone, Global Modernities Theory..,31.
55 Featherstone, Global Modernities Theory..,40.
Robertson mengartikan konsep globalisasi mengacu pada dua hal yaitu
kompresi dunia dan intensifikasi kesadaran dunia secara keseluruhan.56 Penyebaran
pemahaman tentang globalisasi terus berkembang terutama dalam dunia akademik.
Menurut Robertson pengertian tentang globalisasi akhirnya menjadi kontradiktif
namun memunculkan apa yang disebut dengan kesadaran global akan proses yang
terjadi pada dunia akhir-akhir ini.57
Menurut Robertson ada empat titik fokus dalam proses globalisasi yang
dominan terjadi sejak abad ke 16 yaitu: masyarakat yang dibentuk secara nasional,
sistem masyarakat internasional,individu dan umat manusia. 58 Masing-masing titik ini
telah mengkristal secara nyata dan meningkatkan masalah dalam proses globalisasi
yang terus berlangsung. Pada akhirnya kecenderungan globalisasi adalah dunia
digiring menjadi singular atau menjadi entitas tunggal.59 Walaupun demikian tidak
bisa diabaikan bermunculan kesadaran untuk memunculkan semangat identitas
partikularnya.
Globalisasi terus mengalami perkembangan dalam pemahaman dan penemuan
kembali akan proses antara yang partikular di tengah universalisme. Berdasarkan
babakan sejarah globalisasi terus berkembang karena pengaruh teknologi dan media
massa mempunyai pengaruh kuat dalam proses perkembangan globalisasi.60
Robertson mengartikan globalisasi sebagai kompresi dunia secara keseluruhan
dan itu pada akhirnya akan memunculkan penemuan akan lokalitas dalam pengertian
56 Lechner,The Globalization Reader…,93.
57 Lechner,The Globalization Reader…,93.
58 Lechner,The Globalization Reader…,97.
59 Lechner,The Globalization Reader…,98.
60 Retnowati…,Agama dan Globalisasi…,32.
umum ialah penemuan tradisi.61 Dengan terbukanya peluang untuk mendapatkan
pengetahuan dan terbukanya keterhubungan antara yang satu dengan yang lainnya
semakin membuat penemuan kembali yang partikular menjadi muncul sebagai bagian
yang universal. Inilah yang dimaksudkan oleh Robertson situasi yang memungkinkan
munculnya budaya pluralis. 62
Menurut Robertson arus kultural global justru sering membangkitkan
kesadaran bentuk budaya lokal.63 Proses inilah yang dipahami Robertson bahwa
istilah globalisasi sudah tidak tepat lagi untuk menggambarkan situasi dunia saat ini
hingga akhirnya muncullah istilah glokalisasi. Glokalisasi lahir untuk membendung
budaya yang semakin homogeni agar tidak masuk secara luas di masing-masing
negara.64
Kata Glokalisasi dalam kamus Oxford merupakan kata yang dibentuk atas
percampuran kata global dan lokal. Kata glokalisasi diadaptasi dari istilah pertanian
yang terdapat di Jepang yaitu dochaku yang artinya menghidupi tanah sendiri.65
Berdasarkan pemikiran kaum post-modern glokalisasi memiliki pengaruh timbal-
balik antara budaya global dan budaya lokal (lokal) sehingga budaya global tidak
61 Featherstone, Global ModernitiesTheory, Culture and Society…,35.
62 Featherstone, Global ModernitiesTheory, Culture and Society…,31.
63 Mohammad Damami, Budaya Spiritual Dalam Konteks Era Globalisasi
http://kebudayaan.kemdikbud.go.id (diakses pada 19 November 2017)
64 Ade Putri Royani, Glokalisasi: Belajar dari Kearifan Lokal Masyarakat Kampung Kuta
sebagai Model Pembangunan Berwawasan Lingkungan,
http://blog.unnes.ac.id/adeputriroyani/2015/11/16/glokalisasi/ (diakses pada 18 November 2017)
65 Featherstone, Global Modernities Theory, Culture and Society …,28.
sampai menghilangkan budaya lokal, namun di sisi lain budaya global menyerap
unsur budaya lokal.66
Kata glokalisasi seringkali diminati dan diamati semata pada pengembangan
bisnis, pelayanan berbasis nilai lokal dan permintaan pasar khusus.67 Padahal tidaklah
demikian dalam pengertian yang dimaksudkan oleh Robertson dengan glokalisasi.
Bagi Robertson glokalisasi ialah bagaimana tema globallokal menjadi pembicaraan
yang menjadi fenomena saat ini. Glokalisasi adalah globalisasi karena dalam
globalisasi adalah percampuran dan keterhubungan antara yang lokal dengan global.
Globalisasi telah memunculkan secara kelanjutan interpenetrasi dari global dengan
lokal dan universal dengan lokal.68 Nilai kearifan lokal bukanlah nilai using yang
ketinggalan zaman sehingga ditinggalkan begitu saja tetapi dapat bersinergi dengan
nilai universal dan nilai modern yang dibawa oleh globalisasi.69 Ciri –ciri dari
glokalisasi yang dimaksudkan oleh Robertson adalah sebagai berikut:70
1. Dunia sedang berkembang menjadi pluralis, menghargai kepelbagian dan
proses hibridasi
2. Individu dan kelompok memiliki keunikan dan kekuatan
3. Adanya saling ketergantungan dan keterhubungan yaitu partikular- universal
66 Ade Putri Royani, Glokalisasi:Belajar dari Kearifan Lokal Masyarakat Kampung Kuta
sebagai Model Pembangunan Berwawasan Lingkungan,
http://blog.unnes.ac.id/adeputriroyani/2015/11/16/glokalisasi/ (diakses pada 18 November 2017)
67 Featherstone, Global ModernitiesTheory, Culture and Society…,28.
68 Featherstone, Global ModernitiesTheory, Culture and Society…,30.
69 Safril, Isu-Isu Globalisasi…,41.
70 Featherstone, Global ModernitiesTheory, Culture and Society…,40 - 41.
5. Rangkuman
Sejarah globalisasi tidak diketahui secara pasti sejak kapan dimulainya
Perbedaan pandangan tentang sejarah globalisasi dan beragamnya perhitungan waktu
sejarah ini juga terjadi karena perbedaan banyak ahli dalam ilmu sosial tentang
definisi globalisasi. Bagi sebagian besar ilmuwan sosial modern menghitung waktu
globalisasi dimulai pada abad 15 yang ditandai dengan imperialisme Eropa.
Globalisasi dilihat sebagai proses hubungan antar bangsa/ interaksi dan
ketergantungan satu bangsa terhadap bangsa lain.
Defini globalisasi pun beragam dari mereka yang melihat sebagai
proses untuk menjadikan dunia satu tanpa batas. Dunia satu tanpa batas karena dilihat
oleh pengaruh negara-negara besar terhadap negara kecil atau negara dunia ketiga.
Proses modernisasi dilihat dalam kaitan globalisasi menjadi berkembang semakin
cepat dan menyebar luas. Globalisasi juga dilihat sebagai proses dimana terjadi
meliputi aspek politik, sosial, ekonomi dan budaya yang melintas hubungan satu
dengan yang lainnya. Dalam aspek ekonomi adalah pasar dalam arti luas yang
melintasi batas negara. Globalisasi membuat proses investasi yang terjadi di setiap
negara dan negara pun menjadi alat untuk mengembangkan kebutuhan pengembangan
ekonomi. Ketika negara membuka peluang untuk investasi maka terjadi proses
pengizinan dan kemudahan bagi perusahaan yang nyata terlihat di negara berkembang
ialah pertambangan dan perkebunan.
Kata kunci dari globalisasi ialah dunia tanpa batas. Hadirnya globalisasi
dipengaruhi dan turut mempengaruhi perkembangan informasi dan teknologi.
Sehingga siapa yang tidak bisa mengikuti arus globalisasi ini akan tergilas oleh
lajunya sedemikian cepat yang diibaratkan oleh Giddens sebagai Juggernaut. Tidak
mengherankan lajunya globalisasi ini dicurigai sebagai bentuk imperialisme model
baru, westernisasi yang akhirnya memandang globalisasi secara negatif. Laju
globalisasi ini ditengarai karena percepatan arus informasi dan teknologi yang
memang telah terlebih dahulu dikuasai oleh negara-negara maju. Apakah memang
globalisasi menjadi sebuah ancaman? Apakah globalisasi memang suatu proses yang
negatif? Apakah globalisasi menjadi sebuah proses penyatuan dunia menurut Barat
yang menghilangkan akan penghargaan nilai-nilai lokal. Apakah yang universal ini
akhirnya menyingkirkan atau meluruhkan yang partikular? Sudut pandang dan
konteks seseorang berada dapat mempengaruhi cara pandangnya tentang globalisasi.
Penulis sendiri mengakui sebagaimana yang disebutkan Giddens dan
Robertson bahwa bicara globalisasi itu adalah proses keterhubungan dialektis dan
timbal balik. Globalisasi memiliki nilai positif dan negatif dalam proses kehidupan
masa kini. Bayangkanlah hidup yang kita jalani saat ini sangat ditentukan dan
berpengaruh terhadap apa yang terjadi di luar lingkup kita pun sebaliknya.
Keberadaan dan minat kita pada akhirnya juga membentuk bagaimana tanggapan
pasar yang terjadi dalam era globalisasi. Sehingga yang global itu akhirnya memberi
pengaruh bagi yang lokal dan sebaliknya yang lokal juga mempengaruhi yang global.
Budaya lokal perlu memperkuat daya tahannya dalam menghadapi globalisasi.
Ketidakberdayaan dalam menghadapi globalisasi sama saja dengan membiarkan
pelenyapan atas sumber identitas lokal.71
Robertson memperjelas hubungan ini dengan menyatakan bahwa lebih tepat
mengatakan globalisasi sebagai glokalisasi. Saat ini sudah tidak ada lagi batas antara
dunia satu dengan yang lainya, manusia hidup dalam keragaman dan memberi ruang
71 Safril, Isu-Isu Globalisasi…,40.
untuk penghargaan terhadap perbedaan. Yang universal berjalan bersama bahkan
tumbuh karena pengaruh yang universal. Yang universal pun dipengaruhi oleh yang
partikular. Istilah glokalisasi ialah percampuran dan keterhubungan antara yang global
dengan yang lokal. Salah satu cara untuk mewaspadai kuatnya arus globalisasi yang
bisa berdampak negatif ialah dengan mengembangkan kekuatan lokal. Kekuatan lokal
yang dimaksudkan penulis ialah pemahaman terhadap nilai-nilai kearifan lokal yang
dimiliki suatu suku atau bangsa.