Post on 01-Oct-2021
7
D4 Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung
Luthfi Fakhrizal Suwarman Perencanaan RAB dan Penjadwalan Serta Penerapan Metode Kerja Span by Span Pada Proyek Pembangunan Jalan Layang Khusus Busway Koridor 13
BAB II
DASAR TEORI
Manajemen Proyek
Menurut Husen .A (2008:5), manajemen adalah suatu ilmu pengetahuan
tentang seni memimpin organisasi yang terdiri dari kegiatan perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan dan pengendalian terhadap sumber-sumber daya
yang terbatas dalam usaha mencapai tujuan dan sasaran yang efektif san efisien.
Sementara proyek adalah gabungan dari sumber-sumber daya seperti manusia,
material, peralatan dan modal/biaya yang dihimpun dalam suatu wadah sementara
untuk mencapai sasaran dan tujuan. Maka dari itu dapat disimpulkan bahwa
manajemen proyek adalah penerapan ilmu pengetahuan, keahlian dan keterampilan,
cara teknis yang terbaik dan sumber daya yang terbatas untuk mencapai sasaran dan
tujuan yang telah ditentukan agar mendapatkan hasil pekerjaan yang optimal dalam
hal kinerja biaya, mutu dan waktu. Dalam manajemen proyek perlunya
memperhatikan aspek-aspek penting penunjang pelaksanaan suatu proyek
konstruksi, diantaranya aspek keuangan, anggaran biaya, sumber daya manusia,
produksi, harga, efektivitas dan efisiensi, pemasaran, mutu dan waktu.
2.1.1 Kinerja Proyek
Proyek harus memiliki tiga buah indikator yang saling mempengaruhi satu sama
lain, yaitu mutu (quality), waktu (time), biaya (cost). Indikator tersebut disebut
sebagai kinerja suatu proyek yang memiliki pengaruh yang sama terhadap jalannya
suatu proyek, ketiga indikator tersebut dapat digambarkan sebagai hubungan segi
tiga seperti pada Gambar 2.1 berikut ini.
8
D4 Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung
Luthfi Fakhrizal Suwarman Perencanaan RAB dan Penjadwalan Serta Penerapan Metode Kerja Span by Span Pada Proyek Pembangunan Jalan Layang Khusus Busway Koridor 13
Gambar 2. 1 Tiga Indikator Proyek
Dari Gambar 2.1 dapat dilihat hubungan antara seluruh indikator kinerja suatu
proyek konstruksi yang dapat dicapai dengan merencanakan manajemen proyek
secara cermat, teliti dan akurat. Berikut ini adalah penjelasan mengenai indikator
kinerja suatu proyek menurut Husen .A (2008:60).
1. Biaya
Seluruh urutan kegiatan proyek perlu memiliki standar kinerja biaya proyek
yang dibuat dengan akurat dengan cara membuat format perencanaan yang
terdiri dari Kurva S, diagram Cash Flow, kurva Earned Value dan Balance
Sheet. Keempat hal tersebut dibuat dalam laporan periodik agar dari waktu ke
waktu dapat dievaluasi serta dikendalikan dan menjadi rujukan dalam membuat
keputusan terkait dengan tindakan koreksi bila terjadi penyimpangan.
2. Mutu
Jaminan mutu (quality assurance) dapat diperoleh dengan melakukan proses
berdasarkan kriteria material atau kerja yang telah ditetapkan hingga didapat
standar produk akhir, dapat pula dengan melakukan suatu proses prosedur kerja
yang berbentuk system mutu hingga didapat standar system mutu terhadap
produk akhir. Pengendalian tiap-tiap proses (quality control) dimaksudkan
untuk menjamin mutu material atau kerja yang diperoleh sesuai dengan sasaran
dan tujuan yang ditetapkan.
3. Waktu
Standar kinerja waktu ditentukan dengan merujuk seluruh tahapan kegiatan
proyek beserta durasi dan penggunaan sumber daya. Dari semua informasi dan
data yang telah diperoleh, dilakukan proses penjadwalan sehingga akan ada
9
D4 Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung
Luthfi Fakhrizal Suwarman Perencanaan RAB dan Penjadwalan Serta Penerapan Metode Kerja Span by Span Pada Proyek Pembangunan Jalan Layang Khusus Busway Koridor 13
output berupa format-format laporan lengkap mengenai indikator progress
waktu, format informasi tersebut tersaji dengan dalam bentuk Barchart,
Network Planning dan Kurva S. Hasil pemantauan terhadap format-format
tersebut perlu dievaluasi dan dikoreksi, caranya dengan mempebaharui data
agar kinerja waktu tercapai sesuai rencana.
2.1.2 Kegiatan Proyek Konstruksi
Menurut Wulfram (2006:15), Kegiatan konstruksi adalah kegiatan yang harus
melalui suatu proses yang panjang dan di dalamnya dijumpai banyak masalah yang
harus diselesaikan. Di samping itu, di dalam kegiatan konstruksi terdapat suatu
rangkaian yang berurutan dan berkaitan. Berikut ini adalah tahap dalam kegiatan
proyek konstruksi.
1. Tahap Studi Kelayakan
Tahap ini bertujuan meyakinkan pemilik proyek bahwa proyek konstruksi yang
diusulkannya layak untuk dilaksanakan, baik dari aspek perencanaan dan
perancangan, aspek ekonomi (biaya dan sumber pendanaan), maupun aspek
lingkungan.
2. Tahap Penjelasan
Tujuan tahap penjelasan (briefing) adalah mendapatkan penjelasan dari
pemilik proyek mengenai fungsi proyek dan biaya yang diizinkan sehingga
konsultan perencana dapat secara tepat menafsirkan keinginan pemilik proyek
dan membuat taksiran biaya yang diperlukan.
3. Tahap Perancangan
Tahap perancangan (desain) bertujuan melengkapi penjelasan proyek dan
menentukan tata letak, rancangan, metode konstruksi dan taksiran biaya agar
mendapatkan persetujuan dari pemilik proyek dan pihak yang berwenang yang
terlibat. Tahap ini juga mempersiapkan informasi pelaksanaan yang
diperlukan, termasuk gambar rencana dan spesifikasi, serta melengkapi semua
dokumen tender.
10
D4 Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung
Luthfi Fakhrizal Suwarman Perencanaan RAB dan Penjadwalan Serta Penerapan Metode Kerja Span by Span Pada Proyek Pembangunan Jalan Layang Khusus Busway Koridor 13
4. Tahap Pengadaan
Tahap pengadaan (procurement) bertujuan menunjuk kontraktor sebagai
pelaksana atau sejumlah kontraktor sebagai sub-kontraktor yang akan
melaksanakan konstruksi di lapangan.
5. Tahap Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan (construction) bertujuan mewujudkan bangunan yang
dibutuhkan oleh pemilik proyek dan sudah dirancang oleh kosultan perencana
dalam batasan biaya dan waktu yang telah disepakati, serta dengan mutu yang
telah disyaratkan.
6. Tahap Pemeliharaan dan Persiapan Penggunaan
Tahap pemeliharaan dan persiapan penggunaan (maintenance and strat-up)
bertujuan menjamin kesesuaian bangunan yang telah selesai dengan
dokumen kontrak dan kinerja fasilitas sebagaimana mestinya. Salain itu,
pada tahap ini juga dibuat suatu catatan mengenai konstruksi berikut
petunjuk operasinya dan melatih staf dalam menggunakan fasilitas yang
tersedia.
Perencanaan Metode Kerja
Menurut Husein Umar (2009:65), rencana kerja (perencanaan metode kerja)
adalah suatu proses yang tidak pernah berakhir, apabila rencana telah ditetapkan,
maka dokumen mengenai perencanaan yang terkait harus diimplementasikan.
Karena perencanaan atau rencana kerja adalah pemilihan sekumpulan kegiatan dan
pengambilan keputusan tentang apa yang harus dilakukan, kapan, bagaimana dan
oleh siapa. Dalam merencanakan metode kerja dapat dilakukan berdasarkan gambar
rencana, rencana kerja dan syarat (RKS) dan tinjauan dilapangan.
2.2.1 Gambar Rencana
Gambar rencana adalah gambaran fisik bangunan yang merupakan hasil dari
perencanaan. Dari gambar rencana kita dapat mengetahui ukuran fisik bangunan,
notasi dan detail konstruksi.
11
D4 Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung
Luthfi Fakhrizal Suwarman Perencanaan RAB dan Penjadwalan Serta Penerapan Metode Kerja Span by Span Pada Proyek Pembangunan Jalan Layang Khusus Busway Koridor 13
2.2.2 Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)
Rencana kerja dan syarat-syarat (RKS) merupakan sebuah dokumen yang
berisikan persyaratan administrasi berupa instruktur kepada penyedia jasa.
Persyaratan yang terdapat pada RKS diantaranya :
a. Syarat-syarat umum
Berisi keterangan mengenai pekerjaan, pemberi tugas dan pengawas.
b. Syarat-syarat Administrasi
Jangka waktu pelaksanaan
Tanggal penyerahan pekerjaan
Syarat-syarat pembayaran
Denda keterlambatan
Besar jaminan penawaran dan pelaksanaan
c. Syarat-syarat teknis
Jenis dan uraian pekerjaan yang harus dilakukan
Jenis dan mutu material yang digunakan
2.2.3 Work Breakdown Structure (WBS)
Menurut Husen .A (2008:107), Work breakdown structure (WBS) merupakan
diagram terstruktur dan hirarki berupa diagram pohon. Penyusunan WBS dilakukan
dengan cara top down, dengan tujuan agar komponen-komponen kegiatan tetap
berorientasi ke tujuan proyek. Jadi pada intinya WBS digunakan sebagai pembagi
seluruh level proyek menjadi elemen- elemen kerja yang dikelompokan dalam
format struktur level, fasilitas dan mencakup seluruh item pekerjaan hingga selesai.
Rencana Anggaran Biaya (RAB)
Menurut Ibrahim (1993), Rencana anggaran biaya (RAB) adalah perhitungan
banyaknya biaya yang diperlukan untuk bahan dan upah, serta biaya-biaya lain yang
berhubungan dengan pelaksanaan bangunan atau proyek. Secara umum, dapat
disimpulkan sebagai berikut :
12
D4 Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung
Luthfi Fakhrizal Suwarman Perencanaan RAB dan Penjadwalan Serta Penerapan Metode Kerja Span by Span Pada Proyek Pembangunan Jalan Layang Khusus Busway Koridor 13
Berikut ini adalah contoh rencana anggaran biaya yang dapat dilihat pada Tabel
2.1 berikut ini.
Tabel 2. 1 Contoh Rencana Anggaran biaya
Sumber : Permen Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 28/PRT/M/2016
2.3.1 Koefisien
Koefisien merupakan faktor pengali atau dasar perhitungan biaya bahan,
biaya alat dan biaya tenaga kerja. Koefisien dapat menunjukan lamanya
pelaksanaan dari sumber daya yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu volume
pekerjaan. Koefisien dari setiap sumber daya dapat dilihat pada SNI atau standar
lainnya yang dapat langsung digunakan untuk menghitung produktivitas sumber
daya, namun terdapat beberapa koefisien yang harus dihitung secara manual.
13
D4 Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung
Luthfi Fakhrizal Suwarman Perencanaan RAB dan Penjadwalan Serta Penerapan Metode Kerja Span by Span Pada Proyek Pembangunan Jalan Layang Khusus Busway Koridor 13
2.3.1.1 Koefisien Bahan
Bahan yang dimaksud adalah bahan/material yang memenuhi
ketentuan/persyaratan yang tercantum dalam dokumen atau spesifikasi, baik
mengenai jenis, kuantitas maupun komposisinya bila merupakan suatu produk
campuran. Perhitungan dilakukan antara lain berdasarkan:
a. Faktor kembang dan susut;
b. Faktor kehilangan bahan;
c. Kuantitas;
d. Harga satuan dasar bahan.
Berdasarkan Permen Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor
28/PRT/M/2016 koefisien bahan dapat dihitung menggunakan persamaan berikut
ini.
Koefisien bahan dengan proporsi persen dalam satuan m³:
%Bahan x (BiP x 1 m³ x Fh) / BiL
Koefisien bahan dengan komposisi persen, dalam satuan kg:
%Bahan x (BiP x 1 m³ x Fh) x 1.000
Koefisien bahan lepas atau padat per m³:
1 m³ x Fk x Fh
Keterangan :
%bahan : persentase bahan (agregat, tanah, dan lain-lain) yang digunakan
dalam suatu campuran
BiP : berat isi padat bahan (agregat, tanah, dan lain-lain) atau campuran
beraspal yang digunakan. Simbol ini dapat diganti dengan simbol
Dn
BiL : berat isi lepas bahan (agregat, tanah, dan lain-lain) atau campuran
beraspal yang digunakan. Simbol ini dapat diganti dengan simbol
Dn
1 m³ : salah satu satuan pengukuran bahan atau campuran
Fh : faktor kehilangan bahan berbentuk curah atau kemasan, yang
besarnya bervariasi
14
D4 Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung
Luthfi Fakhrizal Suwarman Perencanaan RAB dan Penjadwalan Serta Penerapan Metode Kerja Span by Span Pada Proyek Pembangunan Jalan Layang Khusus Busway Koridor 13
Fk : faktor pengembangan
1.000 : perkalian dari satuan ton ke kg
n : bilangan tetap yang ditulis sub script
2.3.1.2 Koefisien Alat
Koefisien alat adalah waktu yang diperlukan (dalam satuan jam) oleh suatu alat
untukmenyelesaikan atau menghasilkan produksi sebesar satu satuan volume jenis
pekerjaan. Data utama yang diperlukan untuk perhitungan efisiensi alat ini adalah:
- Jenis alat;
- Kapasitas produksi;
- Faktor efisiensi alat;
- Waktu siklus; dan
- Kapasitas produksi alat.
Berdasarkan Permen Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor
28/PRT/M/2016, dalam menentukan koefisien alat berdasarkan kapasitas produksi
(Q) dapat dilakukan menggunakan persamaan berikut ini.
1
2.3.1.3 Koefisien Tenaga Kerja
Penggunaan tenaga kerja untuk mendapatkan koefisien tenaga kerja dalam
satuan jam orang per satuan pengukuran (m¹, m², m³, ton, dan lain-lain). Berikut ini
rumus yang umum digunakan untuk menentukan koefisien tenaga kerja
berdasarkan Permen Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor
28/PRT/M/2016.
Produksi / hari, Qt = Tk x Q1; m³
Koefisien tenaga/m³:
Pekerja = (Tk x P) / Qt; Jam
Tukang = (Tk x Tb) / Qt; Jam
Mandor = (Tk x M) / Qt; Jam
15
D4 Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung
Luthfi Fakhrizal Suwarman Perencanaan RAB dan Penjadwalan Serta Penerapan Metode Kerja Span by Span Pada Proyek Pembangunan Jalan Layang Khusus Busway Koridor 13
Keterangan :
Q1 : besar kapasitas produksi alat yang menentukan tenaga kerja;
m³/jam
P : jumlah pekerja yang diperlukan; orang
Tb : jumlah tukang batu yang diperlukan; orang
TK : jumlah jam kerja per hari ; jam
M : jumlah mandor yang diperlukan; orang
2.3.2 Produktivitas
Produktivitas adalah kemampuan menyelesaikan pekerjaan (satuan volume
pekerjaan) yang dibagi dalam satuan waktu, jam dan atau hari. Produktivitas dapat
digunakan untuk menentukan jumlah sumber daya. (Husen, A. 2010). Produktivitas
dapat diketahui berdasarkan koefisien yang didapat dari SNI dan standar lainnya.
Secara umum, produktivitas dapat diketahui menggunkan persamaan berikut.
1
2.3.3 Daftar Harga Satuan (DHS)
Daftar harga satuan (DHS) merupakan kumpulan dari harga satuan yang
berisikan harga material dan upah tenaga kerja yang diterbitkan berdasarkan
peraturan pemerintah suatu daerah. Harga satuan pekerjaan akan berbeda antara
daerah satu dengan daerah lainnya, hal ini disebabkan adanya perbedaan harga
pasaran di daerah tersebut. Berikut ini adalah contoh daftar harga yang dapat dilihat
pada Tabel 2.2 berikut ini.
16
D4 Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung
Luthfi Fakhrizal Suwarman Perencanaan RAB dan Penjadwalan Serta Penerapan Metode Kerja Span by Span Pada Proyek Pembangunan Jalan Layang Khusus Busway Koridor 13
Tabel 2. 2 Contoh Daftar Harga Satuan (DHS) Material dan Upah
Sumber : Permen Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 28/PRT/M/2016
2.3.4 Analisa Harga Satuan (AHS)
Analisa harga satuan (AHS) merupakan suatu cara perhitungan harga satuan
pekerjaan konstruksi yang dijabarkan dalam perkalian kebutuhan bahan bangunan,
upah pekerja dan peralatan dengan harga yang didapat dari daftar harga satuan
(DHS). AHS dipengaruhi oleh koefisien yang menunjukan nilai suatu bahan, nilai
satuan alat dan nilai satuan upah tenaga kerja. Berikut ini adalah skema dari
perhitungan analisa harga satuan menurut Ibrahim (2008) yang dapat dilihat pada
Gambar 2.2 berikut ini.
Gambar 2. 2 Skema Analisa Harga Satuan
Sumber : Rencana dan Estimate Real of Cost, Ibrahim. (2008)
17
D4 Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung
Luthfi Fakhrizal Suwarman Perencanaan RAB dan Penjadwalan Serta Penerapan Metode Kerja Span by Span Pada Proyek Pembangunan Jalan Layang Khusus Busway Koridor 13
Berikut ini adalah contoh analisa harga satuan yang dapat dilihat pada Tabel 2.3
berikut ini.
Tabel 2. 3 Contoh Analisa Harga Satuan
Sumber : Permen Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 28/PRT/M/2016
2.3.5 Daftar Harga Satuan Pekerjaan (DHSP)
Daftar harga satuan pekerjaan (DHSP) bisa dibilang sebagai rekap dari hasil
analisa harga satuan setiap pekerjaaan yang telah dilakukan sebelumnya, namun
didalamnya belum tertera volume pekerjaan yang dikerjakan. Berikut ini adalah
contoh dari daftar harga satuan pekerjaan yang dapat dilihat pada Tabel 2.4 berikut
ini.
18
D4 Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung
Luthfi Fakhrizal Suwarman Perencanaan RAB dan Penjadwalan Serta Penerapan Metode Kerja Span by Span Pada Proyek Pembangunan Jalan Layang Khusus Busway Koridor 13
Tabel 2. 4 Contoh Daftar Harga Satuan (DHSP)
Sumber : Permen Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 28/PRT/M/2016
Sumber Daya
Perencanaan sumber daya yang matang sesuai kebutuhan proyek akan
membantu pencapaian sasaran dan tujuan proyek secara maksimal, dengan tingkat
efektivitas yang tinggi dan efisiensi yang tinggi, sehingga hasil pencapaian
memuaskan pemilik proyek serta stakeholder proyek. Dalam menentukan alokasi
sumber daya proyek, terdapat beberapa aspek yang perlu diperhatikan dan
dipertimbangkan sebagai berikut:
Jumlah sumber daya yang tersedia sesuai kebutuhan proyek.
Kondisi keuangan membayar sumber daya yangakan digunakan.
Produktifitas sumber daya.
Kemampuan dan kapasitas sumber daya yang akan digunakan.
Efektivitas dan efisiensi sumber daya yang akan digunakan.
19
D4 Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung
Luthfi Fakhrizal Suwarman Perencanaan RAB dan Penjadwalan Serta Penerapan Metode Kerja Span by Span Pada Proyek Pembangunan Jalan Layang Khusus Busway Koridor 13
2.4.1 Perencanaan Tenaga Kerja
Perencanaan sumber daya manusia (SDM) atau tenaga kerja dilakukan untuk
mencari keperluan tenaga kerja untuk satu periode dengan cara tertentu.
Perencanaan tersebut dilakukan guna mencegah terjadinya kekurangan atau
kelebihan tenaga kerja pada saat konstruksi berlangsung. Menurut Andrew Sikula
(2081:145), perencanaan sumber daya manusia adalah proses menentukan
kebutuhan tenaga kerja dan berarti mempertemukan kebutuhan tersebut agar
pelaksanaannya berinteraksi dengan rencana organisasi. Adapun faktor – factor
yangharus diperhatikan dalam perencanaan sumber daya manusia / tenaga kerja
menurut Husen .A (2008:117):
Produktivitas tenaga kerja
Jumlah tenaga kerja pada periode yang paling maksimal
Jumlah tenaga kerja tetap dan tidak tetap
Biaya yang dimiliki dan jenis perkerjaan
Menurut Husen .A (2008:39), dalam mengatur alokasi jumlah tenaga kerja
sepanjang durasi proyek diusahakan agar fluktuasinya cenderung membentuk
distribusi normal, pada awal proyek jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan sedikit,
seiring dengan bertambahnya volume pekerjaan maka dibutuhkan tenaga kerja yang
banyak pada pertengahan proyek dan menurun menjelang proyek berakhir. Berikut
ini adalah grafik tingkat kebutuhan tenaga kerja menurut Husen .A (2008:40).
Gambar 2. 3 Grafik Tingkat Kebutuhan Tenaga Kerja Sumber : Manajemen Proyek, Husen, Abrar. (2008)
20
D4 Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung
Luthfi Fakhrizal Suwarman Perencanaan RAB dan Penjadwalan Serta Penerapan Metode Kerja Span by Span Pada Proyek Pembangunan Jalan Layang Khusus Busway Koridor 13
Perencanaan tenaga kerja dilakukan guna mendapatkan durasi dari suatu
pekerjaan. Hal itu dikarenakan durasi pekerjaan ditentukan berdasarkan
produktivitas dari sumber daya yang menentukan, pada umumnya produktivitas
sumber daya yang menentukan adalah pekerja. Berikut ini adalah persamaan
produktivitas dari tenaga kerja berdasarkan Imam Soeharto.
2.4.2 Perencanaan Peralatan
Peralatan yang digunakan dalam suatu proyek bergantung pada pekerjakan yang
akan dikerjakan dan produktivitas alat terhadap volume pekerjaan yang akan
dilakukan. Menurut Husen .A (2008:118), jumlah peralatan yang dibutuhkan
bergantung pada hal-hal berikut:
Durasi kegiatan / waktu yang tersedia
Kondisi lapangan
Keadaan cuaca
Efisiensi alat
Kemampuan operator
Kapasitas dan jumlah alat
2.4.3 Perencanaan Penggunaan Material
Perencanaan penggunaan material dimaksudkan agar dalam masa pelaksanaan
proyek penggunaan material menjadi efektif dan efisien dan tidak terjadi
kekurangan material. Menurut Husen A. (2008:121), informasi yang dibutuhkan
dalam perencanaan penggunaan material adalah sebagai berikut:
Kualitas material yang dibutuhkan
Spesifikasi teknis material
Lingkup penawaran yang diajukan pemasok
Waktu pengiriman
Pajak penjualan material
21
D4 Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung
Luthfi Fakhrizal Suwarman Perencanaan RAB dan Penjadwalan Serta Penerapan Metode Kerja Span by Span Pada Proyek Pembangunan Jalan Layang Khusus Busway Koridor 13
Termin dan kondisi pembayaran
Pemasok material
Gudang penyimpanan material
Harga material saat penawaran lelang
Jadwal penggunaan material
Penjadwalan Proyek
Penjadwalan proyek adalah kegiatan menetapkan jangka waktu kegiatan selama
proyek berlangsung yang berisikan jadwal rencana dan kemajuan proyek dalam
rangka menyelesaikan proyek hingga tercapai hasil yang optimal. Berikut ini adalah
metode yang digunakan dalam menyusun penjadwalan proyek.
Bar Chart
Bar chart merupkan bagan yang tersusun pada koordinat X dan Y. Pada sumbu
X terdapat susunan pekerjaan dari hasil penguraian lingkup satu proyek.
Sedangkan sumbu Y tertulis waktu dalam satuan hari atau minggu atau bulan
sebagai durasinya.
Network Planning
Network Planning hubungan ketergantungan antara bagian-bagian pekerjaan
(variabel) yang digambarkan / divisualisasikan dalam diagram network.
Sofwan Badri (1997:13)
Kurva S
Kurva S adalah sebuah grafik pengamatan terhadap sejumlah proyek sejak awal
hingga akhir proyek. Kurva S dapat menunjukan kemajuan proyek berdasarkan
kegiatan, waktu dan bobot pekerjaan yang dipresentasikan sebagai persentase
kumulatif dari seluruh kegiatan proyek. Husen .A (2008:152)
Jembatan
Pada sub bab ini akan dibahas mengenai pengertian jembatan secara umum,
klasifikasi jembatan secara umum dan bagian-bagian jembatan secara umum, selain
itu berhubungan dengan topik yang dibahas mengenai jembatan layang box girder,
22
D4 Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung
Luthfi Fakhrizal Suwarman Perencanaan RAB dan Penjadwalan Serta Penerapan Metode Kerja Span by Span Pada Proyek Pembangunan Jalan Layang Khusus Busway Koridor 13
maka akan dibahas mengenai jembatan layang box girder yang meliputi pengertian,
jenis, beserta bagian-bagian dari jembatan tersebut.
2.6.1 Umum
Menurut PP No.34 Pasal 86 ayat (3) Tahun 2006, jembatan adalah jalan yang
terletak di atas permukaan air dan / atau di atas permukaan tanah. Menurut
Azwaruddin. (2008), secara umum jembatan adalah suatu struktur konstruksi yang
memungkinkan rute transportasi melalui sungai, danau, kali, jalan raya, jalan kereta
api dan lain-lain. Jembatan berfungsi sebagai penghubung dua bagian jalan yang
terputus oleh rintangan. Berikut ini adalah klasifikasi jembatan yang dibedakan
berdasarkan kegunaannya, jenis material, letak lantai jembatan dan bentuk struktur
menurut Bridge Manajement System 1992.
1. Klasifikasi jembatan menurut kegunaan:
Jembatan jalan raya (highway bridge)
Jembatan pejalan kaki (foot path)
Jembatan kereta api (railway bridge)
Jembatan jalan air
Jembatan jalan pipa
Jembatan militer
Jembatan penyebrangan
2. Klasifikasi jembatan menurut jenis material:
Jembatan kayu
Jembatan baja
Jembatan beton bertulang dan prategang
Jembatan komposit
3. Klasifikasi jembatan menurut letak lantai jembatan:
Jembatan lantai kendaraan di bawah
Jembatan lantai kendaraan di atas
Jembatan lantai kendaraan di tengah
23
D4 Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung
Luthfi Fakhrizal Suwarman Perencanaan RAB dan Penjadwalan Serta Penerapan Metode Kerja Span by Span Pada Proyek Pembangunan Jalan Layang Khusus Busway Koridor 13
Jembatan lantai kendaraan di atas dan dibawah (daouble deck bridge)
4. Klasifikasi jembatan menurut bentuk umum struktur:
Jembatan gelagar (girder bridge)
Jembatan pelengkung / busur (arch bridge)
Jembatan rangka (truss bridge)
Jembatan portal (rigid frame bridge)
Jembatan gantung (suspension bridge)
Jembatan kabel (cable-stayed bridge)
Jembatan plat beton bertulang (RC slab)
Jembatan boks beton (RC box)
Secara umum jembatan terdiri dari beberapa bagian, bagian tersebut
digolongkan kedalam dua kelompok utama yaitu struktur bawah dan struktur atas,
struktur atas sendiri terdiri dari beberapa bagian diantaranya pelat lantai kendarraan
(deck), gelagar (girder), perletakan (bearing) dan lain-lain, sedangkan untuk
struktur bawah jembatan terdiri dari pondasi (fondation), abutment, pile cap, pilar
(pier), pier head, dan lain-lain. Bagian-bagian dari jembatan secara umum apat
dilihat pada Gamber 2.5 berikut ini.
Gambar 2. 4 Bagian-Bagian Umum Jembatan
24
D4 Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung
Luthfi Fakhrizal Suwarman Perencanaan RAB dan Penjadwalan Serta Penerapan Metode Kerja Span by Span Pada Proyek Pembangunan Jalan Layang Khusus Busway Koridor 13
Sumber : www.google.com
2.6.2 Jembatan Box girder
Berdasarkan klasifikasi Bridge Manajement System 1992, box girder
merupakan jembatan dengan klasifikasi jenis material beton bertulang dan
prategang dengan bentuk umum boks beton (RC box). Menurut Manual
Pemeliharaan Jembatan Box girder Beton 018/BM/2011, box girder adalah sebuah
jembatan dimana struktur atas jembatan terdiri dari balok-balok penopang utama
yang berbentuk kotak berongga. Box girder biasanya terdiri dari elemen beton
pratekan, baja struktural, atau komposit baja dan beton bertulang. Bentuk
penampang box girder umumnya adalah persegi atau trapesium dan dapat
direncanakan terdiri atas 1 sel atau banyak sel. Berikut ini adalah bentuk
penampang dari box girder.
(a) Persegi 1 sel (b) Trapesium 1 sel
25
D4 Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung
Luthfi Fakhrizal Suwarman Perencanaan RAB dan Penjadwalan Serta Penerapan Metode Kerja Span by Span Pada Proyek Pembangunan Jalan Layang Khusus Busway Koridor 13
(c) Banyak sel
Gambar 2. 5 Bentuk Penampang Box Girder
Sumber : www.google.com
Berikut ini adalah bagian-bagian dari jembatan box girder menurut Manual
Pemeliharaan Jembatan Box girder Beton 018/BM/2011.
1. Abutment / Kepala Jembatan
Abutment / kepala jembatan adalah bangunan bawah jembatan yang
terletak pada kedua ujung jembatan yang berfungsi memikul reaksi beban
pada ujung jembatan dan dapat juga berfungsi sebagai dinding penahan
tanah. Contoh bentuk abutment / kepala jembatan dapat dilihat pada
Gambar 2.7 di bawah ini.
Gambar 2. 6 Abutment Jembatan
26
D4 Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung
Luthfi Fakhrizal Suwarman Perencanaan RAB dan Penjadwalan Serta Penerapan Metode Kerja Span by Span Pada Proyek Pembangunan Jalan Layang Khusus Busway Koridor 13
Sumber : www.google.com
2. Pilar
Pilar berfungsi sebagai penerima gaya dari gelagar, secara perinsip
pemakaian beton pada pilar mempunyai dasar yang kuat mengingat pilar
akan mengalami gaya tekan yang besar akibat bentang jembatan serta
berat box girder itu sendiri. Contoh bentuk pilar dapat dilihat pada
Gambar 2.8 di bawah ini.
Gambar 2. 7 Pilar Jembatan
Sumber : www.google.com
3. Gelagar
Gelagar berfungsi sebagai penerima beban yang dihasilkan oleh beban
yang melintasi jembatan dan beban gelagar itu sendiri. Contoh bentuk
gelagar dapat dilihat pada Gambar 2.9 di bawah ini.
27
D4 Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung
Luthfi Fakhrizal Suwarman Perencanaan RAB dan Penjadwalan Serta Penerapan Metode Kerja Span by Span Pada Proyek Pembangunan Jalan Layang Khusus Busway Koridor 13
Gambar 2. 8 Gelagar Jembatan
Sumber : www.google.com
4. Modular Expansion Joint
Sebagai mana umumnya jembatan bentang panjang, pergerakan pendek
jembatan akan selalu terjadi dan harus diakomodasi dengan baik. Untuk
mengakomodasi pergerakan yang relative besar tersebut, umumnya
digunakan expansion joint tipe modular. Contoh bentuk modular
expansion joint dapat dilihat pada Gambar 2.10 di bawah ini.
Gambar 2. 9 Modular Expansion Joint Jembatan Sumber : Manual Pemeliharaan Jembatan Box girder Beton
5. Mecanical Bearing
Sebagai mana umumnya jembatan bentang panjang, gaya-gaya pada
perletakan akan memiliki magnitude yang bsar. Untuk itu perletakan yang
digunakan pada jembatan bentang panjang adalah perletakan yang
mempunyai kemampuan menahan gaya yang besaty.
28
D4 Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung
Luthfi Fakhrizal Suwarman Perencanaan RAB dan Penjadwalan Serta Penerapan Metode Kerja Span by Span Pada Proyek Pembangunan Jalan Layang Khusus Busway Koridor 13
Tipe perletakan mekanik seperti poit bearing dan spherical bearing
umumnya digunakan pada jembatan bentang panjang. Contoh bentuk
mechanical bearing dapat dilihat pada Gambar 2.11 di bawah ini.
Gambar 2. 10 Mecanical Bearing Jembatan
Sumber : Manual Pemeliharaan Jembatan Box girder Beton
Metode Konstruksi Jembatan
Metode konstruksi jembatan yang akan dibahas pada sub bab ini adalah metode
erection jembatan box girder. Erection box girder adalah suatu pekerjaan
pemasangan segmen box girder precast untuk menjadi satu kesatuan utuh jembatan,
dimana pelaksanaannya dapat dilakukan dengan banyak metode, diantaranya :
1. Erection Box girder menggunakan Perancah (shoring)
Perancah digunakan sebagai tumpuan sementara girder sampai girder
benar-benar terhubung pada pilar, gambar erection box girder menggunakan
perancah (shoring) dapat dilihat pada Gambar 2.12 dibawah ini.
29
D4 Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung
Luthfi Fakhrizal Suwarman Perencanaan RAB dan Penjadwalan Serta Penerapan Metode Kerja Span by Span Pada Proyek Pembangunan Jalan Layang Khusus Busway Koridor 13
Gambar 2. 11 Erection Box girder Menggunakan Perancah (Shoring) Sumber : www.google.com
2. Erection Box girder menggunakan crane
Crane digunakan sebagai alat utama untuk memasang segmen box girder
satu persatu hingga semua box girder terpasang menjadi satu kesatuan.
Namun demikian crane tidak dapat digunakan untuk semua metode. Gambar
erection box girder menggunakan crane dapat dilihat pada Gambar 2.13
berikut ini.
Gambar 2. 12 Erection Box girder Menggunakan Crane
Sumber : www.google.com
3. Erection Box girder menggunakan gantry
30
D4 Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung
Luthfi Fakhrizal Suwarman Perencanaan RAB dan Penjadwalan Serta Penerapan Metode Kerja Span by Span Pada Proyek Pembangunan Jalan Layang Khusus Busway Koridor 13
Gantry sendiri adalah self launching machine yang digunakan untuk
mengangkat dan menempatkan box girder satu persatu hingga menjadi satu
kesatuan utuh tanpa mengganggu lalu lintas di bawahnya. Gambar erection
box girder menggunakan crane dapat dilihat pada Gambar 2.14 berikut ini.
Gambar 2. 13 Erection Box girder Menggunakan Gantry Sumber : www.google.com
Gantry jenis ini terdiri dari 12 segmen struktur rangka baja (truss) dengan
panjang 9,225 meter setiap segmennya yang bertumpu pada 4 buah tumpuan
yang dua diantaranya bersifat movable (supporting chair) dan dua lainnya
bersifat permanen yakni kaki depan (front leg) dan kaki belakang (rear leg).
Untuk mengangkat dan menempatkan segmen, pada gantry terdapat winch
yang mempunyai kapasitas 50 ton yang dapat bergerak bebas diatas gantry.
Berikut ini adalah bagian-bagian dari gantry yang dapat dilihat pada Gambar
2.15 berikut ini.
Gambar 2. 14 Bagian-Bagian dari Launching Gantry
Sumber : Dokumen PT. Wijaya Karya (Persero) .Tbk
31
D4 Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung
Luthfi Fakhrizal Suwarman Perencanaan RAB dan Penjadwalan Serta Penerapan Metode Kerja Span by Span Pada Proyek Pembangunan Jalan Layang Khusus Busway Koridor 13
Gantry sendiri memiliki jenis dan spesifikasi yang beraneka ragam.
Namun yang akan dibahas adalah gantry 110/50 dengan panjang 110 meter
dan mampu untuk mengerjakan span dengan panjang maksimum 50 meter.
Erection Box girder menggunakan gantry dapat dilakukan dengan 2 jenis
sitem erection, yaitu :
1. Sistem Balance Cantilever
Sistem Balance Cantilever adalah suatu metode erection box girder
dengan menempatkan segmen demi segmen sebagai kantilever di kedua sisi
dari pier agar pier seimbang (balance). Ilustrasi Sistem Balance Cantilever
dapat dilihat pada Gambar 2.16 berikut ini.
Gambar 2. 15 Sistem Balance Cantilever Sumber : Dokumen PT. Wijaya Karya (Persero) .Tbk
2. Sistem Span by Span
Sistem span by span adalah suatu metode erection box girder dengan
menempatkan dan menggantungkan semua segmen untuk satu span pada
gantry. Semua segmen tersebut disatukan dan di akhiri dengan proses
stressing. Berikut ini adalah ilustrasi proses erection segmental box girder
dengan sistem span by span.
32
D4 Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung
Luthfi Fakhrizal Suwarman Perencanaan RAB dan Penjadwalan Serta Penerapan Metode Kerja Span by Span Pada Proyek Pembangunan Jalan Layang Khusus Busway Koridor 13
Gambar 2. 16 Sistem Span by Span
Sumber : Dokumen PT. Wijaya Karya (Persero) .Tbk