Post on 04-Jan-2016
description
BAB II
LANDASAN TEORI
II.1. Tinjauan Pustaka
II.1.1. Kelurahan Cilodang
Jambi adalah sebuah provinsi yang terletak di pesisir timur di
bagian tengah Pulau sumatera (Elank, 2008). Kabupaten Bungo sebagai
salah satu daerah Kabupaten dalam Provinsi Jambi, semula merupakan
bagian dari Kabupaten Merangin, sebagai salah satu kabupaten dari
keresidenan Jambi yang tergabung dalam Propinsi Sumatera Tengah
berdasarkan Undang-Undang nomor 10 tahun 1948. Kabupaten Bungo
memiliki luas wilayah 4.659,00 km² dengan jumlah penduduk 270.816
jiwa. Kabupaten Bungo terbagi menjadi 17 Kecamatan (Permendagri
No.66 Tahun 2011 ).
Kecamatan Pelepat merupakan salah satu dari 17 kecamatan yang
ada di Kabupaten Bungo. Di kecamatan inilah letak dari Kelurahan
Cilodang, yang termasuk dalam daerah Kuamang Kuning. Kuamang
Kuning itu sendiri terdiri dari 19 unit dalam 19 kelurahan. Rata-rata orang
yang bertempat tinggal di kawasan Kuamang Kuning adalah orang dari
daerah pulau Jawa. Karena daerah ini merupakan daerah transmigrasi.
Kelurahan Cilodang berbeda dengan kelurahan yang lain dalam
kawasan Kuamang Kuning. Daerah ini berbukit-bukit dan terdapat sawah
yang cukup luas. Kelurahan ini terdiri dari 5 RW dan 15 RT, yang mana
masing-masing RW terdiri dari 3 RT. Kelurahan Cilodang yang terdiri dari
5 RW ini juga memiliki jumlah penduduk dan luas wilayah yang berbeda-
beda, yaitu RW 1 dengan jumlah penduduk 301 jiwa dan luas wilayah 1,9
km2, RW 2 dengan jumlah penduduk 375 jiwa dan luas wilayah 2,33 km2,
RW 3 dengan jumlah penduduk 250 jiwa dan luas wilayah 1,85 km2, RW
4 dengan jumlah penduduk 350 jiwa dan luas wilayah 2,3 km2, RW 5
dengan jumlah penduduk 505 jiwa dan luas wilayah 3,2 km2 .
Kelurahan Cilodang juga memiliki 525 sumur yang tersebar di
berbagai RW. Dengan rincian RW 1 berjumlah 105 sumur, RW 2
6
7
berjumlah 100 sumur, RW 3 berjumlah 106 sumur, RW 4 berjumlah 114
sumur, dan RW 5 berjumlah 100 sumur. Yang mana setiap sumur gali di
Kelurahan Cilodang digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari,
seperti digunakan sebagai sumber air minum, mencuci, mandi dan
sebagainya.
II.1.2. Air
II.1.2.1. Definisi
Air merupakan unsur alami yang memiliki sifat-sifat kimia
maupun fisika di dalam struktur atomnya, jika diamati dengan stereoskop
terlihat bahwa air mempunyai ketertarikan antar unsur hidrogen dengan
oksigen yang membentuk persenyawaan, sehingga dapat dituliskan
dengan rumus kimia H2O (Anonim a, 2013).
Air merupakan kebutuhan hidup utama bagi makhluk hidup. Air
menutupi sekitar 70% permukaan bumi, dengan jumlah sekitar 1.368
juta km3. Air terdapat dalam berbagai bentuk, misalnya uap air, es,
cairan, dan salju. Air tawar terutama terdapat di sungai, danau, air tanah
(ground water), dan gunung es (glacier). Semua badan air di daratan
dihubungkan dengan laut dan atmosfer melalui siklus hidrologi yang
berlangsung secara kontinyu (Suminar, 2010)
II.1.2.2. Sumber air
Sumber air adalah tempat atau wadah air alami dan atau buatan
yang terdapat di atas ataupun di bawah permukaan tanah (Nuchsin,
2012). Secara keseluruhan, air yang terdapat dipermukaan bumi
membentuk sebuah lingkaran (siklus) air. Air di lautan, sungai, sumur,
danau dan waduk akan menguap menjadi uap air karena panas. Titik uap
air akan bergerombol membentuk awan. Kandungan uap air di awan akan
terkondensasi menjadi butiran-butiran air hujan. Selanjutnya, hujan
membasahi permukaan bumi dan meresap menjadi air tanah dan
membentuk mata air, sumur, danau ataupun mengalir melewati sungai
menuju lautan. Siklus air tersebut akan berputar terus-menerus
(Alamsyah, 2007).
8
Menurut Sujana Alamsyah (2007) dalam bukunya yang
merupakan sumber-sumber air yang ada dipermukaan bumi, yaitu antara
lain :
1. Air laut
Air laut memiliki rasa asin karena mengandung senyawa garam
murni (NaCl) yang cukup tinggi.
2. Air hujan
Air hujan merupakan hasil proses penguapan (evaporasi) air
dipermukaan bumi akibat pemanasan oleh sinar matahari.
3. Air permukaan
Air permukaan adalah semua air yang terdapat dipermukaan tanah,
antara lain sumur, sungai, rawa dan danau.
a. Air sungai
Air sungai berasal dari mata air dan air hujan yang mengalir
pada permukaan tanah.
b. Air danau atau rawa
Air danau atau rawa adalah air permukaan yang mengumpul
pada cekungan permukaan tanah.
4. Air tanah
Air tanah adalah air yang terdapat di lapisan tanah atau batuan di
bawah permukaan tanah. Air tanah berasal dari air hujan yang
meresap ke dalam tanah.
a. Air tanah dangkal
Air tanah dangkal terdapat pada kedalaman kurang lebih 15
meter di bawah permukaan tanah. Jumlah air yang terkandung
sangat terbatas, biasanya hanya digunakan untuk keperluan
rumah tangga. Penggunaan air tanah dangkal berupa sumur
berdinding semen maupun sumur bor. Secara fisik, air tanah
terlihat jernih dan tidak berwarna (bening) karena telah
mengalami proses filrasi oleh lapisan tanah kualitas air tanah
dangkal cukup baik dan layak digunakan sebagai bahan baku air
minum.
9
b. Air tanah dalam
Air tanah dalam terdapat pada kedalaman 100-300 meter di
bawah permukaan tanah. Air tanah dalam berwarna jernih dan
sangat baik digunakan sebagai air minum karena telah
mengalami proses penyaringan berulang-ulang oleh lapisan
tanah. Air tanah dalam memiliki kualitas yang lebih baik
dibandingkan dengan air tanah dangkal.
c. Mata air
Mata air adalah air tanah yang keluar langsung dari permukaan
tanah. Mata air biasanya terdapat pada lereng gunung, dapat
berupa rembesan (mata air rembesan) dan ada juga yang keluar
di daerah dataran rendah (mata air ‘umbul’). Mata air memiliki
kualitas yang hampir sama dengan air tanah dalam dan sangat
baik untuk air minum.
II.1.2.3. Kualitas Air
Kualitas air dituntut memenuhi syarat pemanfaatan dan terbebas
dari pencemaran. Kualitas air yang dikonsumsi masyarakat dapat
menentukan derajat kesehatan masyarakat tersebut (Alamsyah, 2007).
Menurut SK. Dirjen PPM dan PLP No. 1/PO.03.04.PA.91 dan SK
JUKLAK PKA Tahun 2000/2001 membedakan kategori kualitas air
bersih ditinjau berdasarkan kandungan bakterinya menjadi 5 kategori,
yaitu sebagai berikut (Purbowarsito, 2011) :
1. Air bersih kelas A ketegori baik mengandung total Coliform kurang
dari 50
2. Air bersih kelas B kategori kurang baik mengandung Coliform 51 –
100
3. Air bersih kelas C kategori jelek mengandung Coliform 101 – 1000
4. Air bersih kelas D kategori amat jelek mengandung Coliform 1001 –
2400
5. Air bersih kelas E kategori sangat amat jelek mengandung Coliform
lebih 2400
10
II.1.2.4. Standar Baku Kualitas Air Minum
Standar baku kualitas air minum merupakan parameter yang
digunakan untuk menentukan kualitas air minum. Beberapa persyaratan
air minum yang layak minum baik dari segi fisika, kimia maupun biologi
menurut Sujana Alamsyah (2007) dalam bukunya antara lain sebagai
berikut :
1. Persyaratan fisika
a. Derajat kekeruhan : kualitas air yang baik adalah jernih dan tidak
keruh.
b. Tidak berbau dan rasanya tawar
c. Jumlah padatan terapung : air yang baik dan layak diminum tidak
mengandung padatan terapung dalam jumlah yang melebihi batas
maksimal yang diperbolehkan (1.000 mg/l). padatan yang terlarut
dalam air berupa bahan-bahan kimia anorganik dan gas-gas yang
terlarut.
d. Suhu normal: air yang baik memiliki temperatur normal kurang
lebih 30 dari suhu kamar (270c).
e. Warna : air yang dikonsumsi harus jernih dan tidak berwarna.
Apabila air berwarna disebabkan karena adanya bahan kimia atau
mikroorganik (plankton) yang terlarut di dalam air. Warna yang
disebabkan bahan kimia disebut apparent color yang berbahaya
bagi tubuh manusia. Sedangkan warna yang disebabkan oleh
mikroorganik disebut true color yang tidak berbahaya bagi
kesehatan.
2. Persyaratan kimia
a. Derajat keasaman (pH) : air yang baik adalah air yang bersifat
netral (pH = 7). Menurut PERMENKES RI 1990, batas pH
minimum dan maksimum air layak minum berkisar 6,5-9,0. Khusus
untuk air hujan pH minimumnya adalah 5,5.
b. Kandungan bahan kimia organik : air yang baik memiliki
kandungan bahan kimia organik dalam jumlah yang tidak melebihi
batas yang ditetapkan. Bahan kimia organik NH4, H2S, SO-42, NO3-
11
c. Kandungan bahan kimia anorganik : air yang baik memiliki
kandungan bahan kimia anorganik dalam jumlah yang tidak
melebihi batas yang ditetapkan. Bahan kimia anorganik Fe, Al, Cr,
Mg, Ca, Cl, K, Pb, Hg, Zn.
d. Tingkat kesadahan rendah
3. Persyaratan biologi
Tidak terdapat mikroorganisme patogen dan nonpatogen yang
terkandung atau hidup di dalam air minum.
Mikroorganisme patogen merupakan mikroorganisme yang
berbahaya bagi kesehatan manusia dan mikroorganisme nonpatogen
merupakan mikroorganisme yang tidak berbahaya bagi kesehatan
tubuh, namun dapat menimbulkan bau dan rasa tidak enak, lendir dan
kerak pada pipa.
II.1.2.5. Standar Mutu Air Minum Menurut PERMENKES RI
Standar mutu air minum menurut Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 416/MENKES/PER/X1990 yang telah
disesuaikan dengan standar WHO yaitu sebagai berikut :
12
Tabel 2.1. Persyaratan Kualitas Air Minum
No. Parameter SatuanKadar Maksimum
yang DiperbolehkanKeterangan
Fisika
1. Bau - Tidak berbau
2. Jumlah Zat Padat Terlarut
mg/l1000
3. Kekeruhan Skala NTU 5
4. Rasa - Tidak berasa
5. Suhu 0C ±30C dari suhu udara
6. Warna Skala TCU 15
Kimia a. Kimia Anorganik 1. Air raksa (Hg) mg/liter 0,001
2. Aluminium (Al) mg/liter 0,2
3. Arsen (As) mg/liter 0,05
4. Besi (Fe) mg/liter 0,3
5. Kesadahan (CaCO₃) mg/liter 500
6. Klorida (Cl) mg/liter 250
7. Mangan (Ma) mg/liter 0,1
8. Nitrat sebagai N (NO₃) mg/liter 10
9. Nitrit sebagai N (NO₂) mg/liter 1,0
10. PH - 6,5 s/d 8,5
11. Sianida (Si) mg/liter 0,1
12. Sulfat (SO₄) mg/liter 400
13. Tembaga (Cu) mg/liter 1,0
14. Timbel (Pb) mg/liter 0,05
b. Oganik
1. Benzene mg/liter 0,1
2. Chloroform mg/liter 0,03
3. DDT mg/liter 0,03
4. Detergen mg/liter 0,05
5. Pestisida total mg/liter 0,10
6. Zat organik (KMnO₄) mg/liter 10
Mikrobiologi
1. Koliform tinja /100 ml Jumlah 0
2. Total koliform /100 ml Jumlah 3
Radioaktif
1. Gross Alpha Activity Bq/l iter 0,1
2. Gross Beta Activity Bq/l iter 1,0
II.1.3. Air Sumur
13
II.1.3.1. Definisi
Menurut Sujana Alamsyah (2007) dalam bukunya menjelaskan
bahwa air sumur merupakan air tanah dangkal yang terdapat pada
kedalaman kurang lebih 15 meter dibawah permukaan tanah. Jumlah air
yang terkandung sangat terbatas, biasanya hanya digunakan untuk
keperluan rumah tangga. Kualitas air tanah dangkal cukup baik dan layak
digunakan sebagai bahan baku air minum. Kuantitas air tanah dangkal ini
dipengaruhi oleh musim, pada saat musim hujan air tanah dangkal
berlimpah, tetapi jumlahnya terbatas saat musim kemarau.
II.1.3.2. Syarat sumur yang baik
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam membuat sumur dangkal
adalah (Sutrisno, 2004) :
1. Sumur harus diberi tembok kedap air 3,00 m² dari muka tanah, agar
perembesan air permukaan dapat dihindari.
2. Sekeliling sumur harus diberi lantai kedap air selebar 1 – 1,5 m²
untuk mencegah terjadinya pengotoran dari luar.
3. Pada lantai sekelilingnya harus diberi saluran pembuangan air kotor
agar air dapat tersalurkan dan tidak akan mengotori sumur.
4. Pengambilan air sebaiknya dengan pipa kemudian air dipompa ke
luar.
5. Pada bibir sumur hendaknya diberi tembok pengaman setinggi 1 m².
II.1.3.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi sumur gali
Faktor-faktor yang mempengaruhi pencemaran sumur gali adalah
sebagai berikut (Marsono, 2009) :
1. Jenis sumber pencemar
Karakteristik limbah ditentukan oleh jenis sumber pencemar.
Karakteristik limbah rumah tangga berbeda dengan karakteristik
limbah jamban/septic tank ataupun peternakan. Limbah
jamban/septic tank dan peternakan banyak mengandung bahan
organik yang merupakan habitat bagi tumbuhnya mikroorganisme.
Perbedaan karakteristik limbah mempunyai pengaruh yang berbeda
pula terhadap kualitas bakteriologis air sumur gali.
14
2. Jumlah sumber pencemar
Semakin banyak sumber pencemar yang berada dalam jarak
maksimal 10 meter, semakin besar pengaruhnya terhadap penurunan
kualitas bakteriologis air sumur gali. Hal ini disebabkan karena
semakin banyaknya bakteri yang mampu meresap ke dalam sumur.
3. Jarak sumber pencemar
Pola pencemaran air tanah oleh bakteri mencapai jarak + 11
meter. Pembuatan sumur gali yang berjarak kurang dari 11 meter
dari sumber pencemar, mempunyai resiko tercemarnya air sumur
oleh perembesan air dari sumber pencemar.
4. Arah aliran air tanah
Pencemaran air sumur gali oleh bakteri Coliform dipengaruhi
arah aliran air tanah. Pergerakan air tanah yang mengandung bakteri
Coliform mengarah ke sumur gali, menyebabkan air sumur gali
tercemar oleh bakteri Coliform.
5. Porositas dan permeabilitas tanah
Porositas dan permeabilitas tanah akan berpengaruh pada
penyebaran bakteri Coliform, mengingat air merupakan alat
transportasi bakteri dalam tanah. Makin besar porositas dan
permeabilitas tanah, makin besar kemampuan melewatkan air yang
berarti jumlah bakteri yang dapat bergerak mengikuti aliran tanah
semakin banyak.
6. Curah hujan
Air hujan mengalir di permukaan tanah dapat menyebarkan
bakteri Coliform yang ada di permukaan tanah. Meresapnya air
hujan ke dalam lapisan tanah mempengaruhi bergeraknya bakteri
Coliform di dalam lapisan tanah. Semakin banyak air hujan yang
meresap ke dalam lapisan tanah semakin besar kemungkinan
terjadinya pencemaran. Pada musim hujan tingkat Escherichia Coli
meningkat hingga 700 koloni per 100 ml sampel air dibandingkan
dengan musim kemarau karena kemungkinan kontaminasi air sumur
dengan limpahan septic tank. Air dapat melarutkan berbagai bahan
15
kimia yang berbahaya dan merupakan media tempat hidup berbagai
mikroba, maka tidak mengherankan bila banyak penyakit menular
melalui air.
7. Konstruksi/bangunan fisik sumur.
Pembangunan sumur harus mengikuti standar kesehatan.
Bangunan fisik sumur yang tidak memenuhi standar akan
mempermudah bakteri meresap dan masuk ke dalam sumur.
8. Jumlah pemakai
Sebagaimana dinyatakan pada stratifikasi Puskemas bahwa
jumlah pemakai sumur individu adalah 5 jiwa. Makin banyak jumlah
pemakai sumur berarti semakin banyak air diambil dari sumur yang
berarti berpengaruh juga terhadap merembesnya bakteri Coliform ke
dalam sumur. Banyaknya jumlah pemakai sumur juga
mempengaruhi kemungkinan terjadinya pencemaran sumur secara
kontak langsung antara sumber pencemar dengan air sumur,
misalnya melalui ember atau tali timba yang digunakan.
9. Umur sumur
Sumur yang telah digunakan cukup lama dan volume air
yang diambil relatif banyak, menyebabkan aliran air tanah di sekitar
sumur semakin mantap dan mendominasi. Selain itu sumber
pencemar yang ada di sekitar sumur juga semakin banyak sejalan
dengan perkembangan aktivitas manusia. Hal ini memberi peluang
lebih besar terhadap merembesnya bakteri Coliform dari sumber
pencemar ke dalam sumur. Sumur yang digunakan dalam waktu
yang relatif lama lebih besar kemungkinan mengalami pencemaran,
karena selain bertambahnya sumber pencemar juga lebih mudahnya
sumber pencemar merembes ke dalam sumur mengikuti aliran air
tanah yang berbentuk memusat ke arah sumur.
16
10. Kedalaman permukaan air tanah
Kedalaman muka air tanah merupakan permukaan tertinggi
dari air yang naik ke atas pada suatu sumuran. Ketinggian
permukaan air tanah antara lain dipengaruhi oleh jenis tanah, curah
hujan, penguapan, dan keadaan aliran terbuka (sungai). Kedalaman
muka air tanah akan berpengaruh pada penyebaran bakteri Coliform
secara vertikal. Pencemaran tanah oleh bakteri secara vertikal dapat
mencapai kedalaman 3 meter dari permukaan tanah.
11. Perilaku
Kebiasaan masyarakat membuat sumur tanpa bibir, bibir
sumur tidak ditutup, mandi dan mencuci di pinggir sumur akan
menyebabkan air bekas mandi dan cuci sebagian mengalir kembali
ke dalam sumur dan menyebabkan pencemaran. Selain itu kebiasaan
mengambil air sumur dan kebiasaan membuang kotoran manusia
juga ikut mempengaruhi.
II.1.4. Penduduk
II.1.4.1. Definisi
Penduduk adalah orang-orang yang berada di dalam suatu
wilayah yang terikat oleh aturan-aturan yang berlaku dan saling
berinteraksi satu sama lain secara terus menerus. Dalam sosiologi,
penduduk adalah kumpulan manusia yang menempati wilayah geografi
dan ruang tertentu. Penduduk suatu negara atau daerah bisa didefinisikan
menjadi dua (Anonim b, 2012) :
1. Orang yang tinggal di daerah tersebut
2. Orang yang secara hukum berhak tinggal di daerah tersebut.
Dengan kata lain orang yang mempunyai surat resmi untuk
tinggal di situ. Misalkan bukti kewarganegaraan, tetapi memilih
tinggal di daerah lain.
II.1.4.2. Kepadatan penduduk
Kesesakan (crowding) dan kepadatan (densitiy) merupakan
fenomena yang akan menimbulkan permasalahan bagi setiap negara di
dunia di masa yang akan datang. Hal ini dikarenakan terbatasnya luas
17
bumi dan potensi sumber daya alam yang dapat memenuhi kebutuhan
hidup manusia, sementara perkembangan jumlah manusia di dunia tidak
terbatas (Hasnida, 2002).
Kepadatan penduduk adalah angka yang menunjukkan jumlah
rata-rata penduduk untuk tiap satuan luas pada suatu wilayah atau negara
(Wardiyatmoko, 2012). Semakin besar angka kepadatan penduduk
menunjukan bahwa semakin padat penduduk yang mendiami wilayah
tersebut. Kepadatan penduduk disuatu daerah bisa dihitung dengan
rumus:
II.1.4.3. Macam-macam kepadatan penduduk (Wardiyatmoko, 2012)
a. Kepadatan penduduk aritmatik adalah jumlah rata-rata penduduk per
luas wilayah.
b. Kepadatan penduduk agraris adalah jumlah rata-rata penduduk
petani per luas lahan pertanian.
II.1.4.4. Pengaruh kepadatan penduduk dalam kehidupan (Anonim c, 2012)
Kepadatan penduduk dapat mempengaruhi kualitas penduduknya.
Pada daerah yang kepadatannya tinggi, usaha peningkatan kualitas
penduduk lebih sulit dilaksanakan. Hal ini menimbulkan permasalahan
social, ekonomi, keamanan, kesejahteraan, ketersediaan lahan, air bersih,
kebutuhan pangan, dan dapat berdampak pada kerusakan lingkungan.
Kepadatan penduduk mempengaruhi beberapa aspek yang berkaitan
dengan kehidupan penduduk berikut ini :
Kepadatan penduduk agraris :Jumlah penduduk petani ( jiwa)
Luas lahan pertanian (Km2)
Kepadatan penduduk :Jumlah penduduk total(Jiwa)
Luaswilayah(Km2)
18
1. Ketersediaan Udara Bersih
Udara bersih merupakan kebutuhan mutlak bagi kelangsungan
hidup manusia. Udara bersih banyak mengandung oksigen. Semakin
banyak jumlah penduduk berarti semakin banyak oksigen yang
diperlukan. Bertambahnya pemukiman, alat transportasi, dan
kawasan industri yang menggunakan bahan bakar fosil (minyak
bumi, bensin, solar, dan batu bara) mengakibatkan kadar CO2 dan CO
di udara semakin tinggi. Berbagai kegiatan industri juga
menghasilkan gas-gas pencemar seperti oksida nitrogen (NOx) dan
oksida belerang (SOx) di udara. Zat-zat sisa itu dihasilkan akibat dari
pembakaran yang tidak sempurna.
2. Ketersediaan Pangan
Untuk bertahan hidup, manusia membutuhkan makanan.
Dengan bertambahnya jumlah populasi penduduk, maka jumlah
makanan yang diperlukan juga semakin banyak. Ketidakseimbangan
antara bertambahnya jumlah penduduk dengan bertambahnya
produksi pangan sangat mempengaruhi kualitas hidup manusia.
Akibatnya penduduk dapat kekurangan gizi atau bahkan kurang
pangan. Jadi kenaikan jumlah penduduk akan meningkat pula
kebutuhan pangan dan lahan.
3. Ketersediaan Lahan
Kepadatan penduduk mendorong peningkatan kebutuhan lahan,
baik lahan untuk tempat tinggal, sarana penunjang kehidupan,
industri, tempat pertanian, dan sebagainya. Untuk mengatasi
kekurangan lahan, sering dilakukan dengan memanfaatkan lahan
pertanian produktif untuk perumahan dan pembangunan sarana dan
prasarana kehidupan. Selain itu pembukaan hutan juga sering
dilakukan untuk membangun areal industri, perkebunan, dan
pertanian. Meskipun hal ini dapat dianggap sebagai solusi,
sesungguhnya kegiatan itu merusak lingkungan hidup yang dapat
mengganggu keseimbangan lingkungan. Jadi peluang terjadinya
19
kerusakan lingkungan akan meningkat seiring dengan bertambahnya
kepadatan penduduk.
4. Ketersediaan Air Bersih
Meskipun 2/3 dari luasan bumi berupa air, namun tidak semua
jenis air dapat digunakan secara langsung. Oleh karena itu persediaan
air bersih yang terbatas dapat menimbulkan masalah yang cukup
serius. Air bersih dibutuhkan oleh berbagai macam industri, untuk
memenuhi kebutuhan penduduk, irigasi, ternak, dan sebagainya.
Jumlah penduduk yang meningkat juga berarti semakin banyak
sampah atau limbah yang dihasilkan.
Pembuatan sumur artesis untuk keperluan industri dan
kompleks perumahan mengakibatkan sumur-sumur tradisional
mengering. Selain itu, kawasan pemukiman padat penduduk sering
hanya menyediakan sedikit kawasan terbuka sebagai daerah serapan
air hujan. Kawasan yang tertutup rapat oleh aspal dan beton membuat
air tidak dapat meresap ke lapisan tanah, sehingga pada waktu hujan
air hanya mengalir begitu saja melalui permukaan tanah. Akibatnya
cadangan air di dalam tanah semakin lama semakin berkurang
sehingga pada musim kemarau sering kekurangan air bersih
5. Pencemaran lingkungan
Aktivitas manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sering
menimbulkan dampak buruk pada lingkungan. Misalnya untuk
memenuhi kebutuhan bahan bangunan dan kertas, maka kayu di
hutan ditebang. Untuk memenuhi kebutuhan lahan pertanian, maka
hutan dibuka dan rawa/lahan gambut dikeringkan. Untuk memenuhi
kebutuhan sandang, didirikan pabrik tekstil. Untuk mempercepat
transportasi, diciptakan berbagai jenis kendaraan bermotor. Apabila
tidak dilakukan dengan benar, aktivitas seperti contoh tersebut lambat
laun dapat menimbulkan pencemaran lingkungan dan kerusakan
ekosistem. Misalnya penebangan hutan yang tidak terkendali dapat
mengakibatkan berbagai bencana seperti banjir dan tanah longsor,
serta dapat melenyapkan kekayaan keanekaragaman hayati di hutan
20
tersebut. Apabila daya dukung lingkungan terbatas, maka pemenuhan
kebutuhan penduduk selanjutnya menjadi tidak terjamin.
Di daerah yang padat, karena terbatasnya tempat penampungan
sampah, seringkali sampah dibuang di tempat yang tidak semestinya,
misalnya di sungai. Akibatnya timbul pencemaran air dan tanah.
kebutuhan transportasi juga bertambah sehingga jumlah kendaraan
bermotor meningkat. Hal ini akan menimbulkan pencemaran udara
dan suara. Jadi kepadatan penduduk yang tinggi dapat mengakibatkan
timbulnya berbagai pencemaran lingkungan dan kerusakan
ekosistem.
II.1.5. Metode Most Probable Number (MPN)
Metode Most Probable Number merupakan salah satu teknik
menghitung jumlah mikroorganisme per mili bahan yang digunakan
sebagai media biakan (Rosyidi, 2010).
a. Prinsip Kerja : Aseptis
b. Dasar Teori:
Pemeriksaan bakteriologis air bersih ditujukan untuk melihat adanya
kemungkinan pencemaran oleh kotoran maupun tinja. Indikator
tercemarnya air sering ditandai oleh keberadaan bakteri Coliform. Sifat
bakteri golongan Coliform adalah berbentuk batang, tidak dapat
membentuk spora, gram negatif, hidup aerob atau anaerob fakultatif, dan
dapat meragikan laktosa dengan membentuk gas. (Rahmawati dan R.
Azizah, 2005)
Metode MPN pada dasarnya sama dengan metode perhitungan
cawan, tetapi menggunakan medium cair dalam tabung reaksi. Perhitungan
didasarkan pada tabung yang positif, yaitu tabung menunjukkan
pertumbuhan mikroba setelah inkubasi pada suhu dan waktu tertentu dan
dapat diketahui dari gelembung gas yang dihasilkan pada tabung durham
(Rosyidi, 2010). Pengamatan dalam metode MPN:
21
1. Tes penduga (Presumtive Coliform)
Tes penduga ini dilakukan dengan menggunakan prosedur sebagai
berikut (SNI 01-2332.1-2006) :
a. Siapkan pengenceran 102 dengan cara melarutkan 1 ml larutan 101 ke
dalam 9 ml larutan pengencer Butterfield’s Phosphate Buffered.
Lakukan pengenceran selanjutnya sesuai dengan pendugaan
kepadatan populasi contoh. Pada setiap pengenceran dilakukan
pengocokan minimal 25 kali.
b. Pindahkan dengan menggunakan pipet steril, sebanyak 1 ml larutan
dari setiap pengenceran ke dalam 3 seri atau 5 seri tabung lauryl
tryptose Broth (LTB) yang berisi tabung durham.
c. Inkubasi tabung-tabung tersebut selama 48 jam ± 2 jam pada suhu
35oC ± 1oC. Perhatikan gas yang terbentuk setelah inkubasi 24 jam
dan inkubasikan kembali tabung-tabung negatif selama 24 jam.
Tabung positif ditandai dengan kekeruhan dan gas dalam tabung
durham.
2. Tes Penegasan (Confirmed test)
Tes penegasan ini dilakukan dengan menggunakan prosedur
sebagai berikut (Purbowarsito, 2011) :
a. Dengan mempergunakan ose, dipindahkan satu atau dua tetes air dari
tabung tes pendugaan yang positif ke dalam tabung reaksi yang
berisi media BGLB. Sebelum melakukan pemindahan cairan terlebih
dahulu dilakukan sterilisasi pada ose dengan cara membakarnya dan
kemudian didinginkan sebentar sebelum dipakai.
b. Menginkubasi tabung – tabung reaksi tersebut pada suhu 35 C⁰
selama 24 jam.
c. Setelah 24 jam atau 48 jam waktu inkubasi tabung – tabung yang
positif ditegaskan dengan adanya gas dan kemudian di catat pada
tabel. Dengan melihat kombinasi tabung – tabung yang positif kita
dapat mengetahui jumlah perkiraan terdekat bakteri Coliform dengan
menggunakan tabel MPN.
22
3. Tes Kesempurnaan (Completed test)
Tes kesempurnaan ini dilakukan dengan menggunakan prosedur
sebagai berikut (Purbowarsito, 2011) :
a. Dengan menggunakan ose ambil 1 ose atau 2 ose dari tabung BGLB
yang positif, kemudian dilakukan goresan atau streak pada media
eosin methylen blue (EMB).
b. Menginkubasi plate EMB pada suhu 35 C selama 24 jam. Hasil⁰
streak dinyatakan positif jika terdapat koloni yang berwarna hijau
sampai kebiruan mengkilat (methalic shine).
c. Hasil dari uji kesempuranaan merupakan penentuan indeks MPN
bakteri E. coli.
Untuk mengetahui jumlah bakteri Coliform umumnya digunakan
tabel MPN untuk memperkirakan jumlah bakteri yang terkandung di
dalam 100 ml air sampel yang diteliti (Yunita, 2012).
23
Tabel 2.2. Tabel MPN
NUMBER OF TUBES GIVING
POSITIVE REACTION OUT OFMPN INDEX
Per
100 ml
95 PERCENT
CONFIDENCE LIMITS
3 of 10 ml
each
3 of 1 ml
each
3 of 0.1 ml
eachLOWER UPPER
0
0
1
1
1
1
1
2
2
2
2
2
2
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
0
1
0
0
1
1
2
0
0
1
1
2
2
0
0
0
1
1
1
2
2
2
3
3
3
1
0
0
1
0
1
0
0
1
0
1
0
1
0
1
2
0
1
2
0
1
2
0
1
2
3
3
4
7
7
11
11
9
14
15
20
21
28
23
39
64
43
75
120
93
150
210
240
460
1100
<0.5
<0.5
<0.5
1
1
3
3
1
3
3
7
4
10
4
7
15
7
14
30
15
30
35
36
71
150
9
13
20
21
23
36
36
36
37
44
49
47
150
120
130
380
210
230
380
380
440
470
1300
2400
4800
24
II.1.6. Bakteri Coliform
Coliform adalah golongan bakteri intestinal, yaitu hidup dalam
saluran pencernaan manusia. Bakteri Coliform adalah bakteri indikator
keberadaan bakteri patogenik (Krisna, 2005).
Gambar 1. Bakteri Coliform
(Maciver Isonabel, 2010)
Bakteri Coliform disebut juga sebagai bakteri enterik dan keluarga
Coliform mempunyai ciri-ciri sebagai berikut (Jawetz, Melnick dan
Adelberg, 2005) :
1. Kelompok Gram negatif berbentuk batang baik motil dengan
peritrichous flagella atau nonmotil
2. Tumbuh dalam pepton atau dalam media kaldu daging tanpa
tambahan natrium klorida atau suplemen yang lain
3. Tumbuh dengan baik pada agar MacConkey
4. Tumbuh secara aerobik dan anaerobik (fakultatif anaerob)
5. Lebih sering memfermentasi daripada mengoksidasi glukosa
terkadang dengan memproduksi gas
6. Menunjukkan katalase positif
7. Oksidase negatif
8. Mereduksi nitrat menjadi nitrit
9. Mengandung isi 39-50% G + C DNA
25
Keluarga Coliform meliputi banyak jenis menurut Jawetz, Melnick
dan Adelberg (2005) dalam bukunya, yaitu Escherichia, shigella,
Salmonella, Enterobacter, Klebsiella, Serratia, Proteus dan lainnya.
Bakteri Coliform dibedakan menjadi 2 tipe, yaitu (Kurniawan Mellissa dan
Bambang Isbandrio, 2006) :
1. Coliform fecal
Kelompok bakteri Coliform fecal ini diantarnya Escherichia
coli. E. coli merupakan bakteri yang berasal dari kotoran hewan
atau manusia. Jadi, adanya E. coli pada air menunjukkan bahwa air
tersebut pernah terkontaminasi feses manusia dan mungkin dapat
mengandung patogen usus. Oleh karena itu, standar air minum
mensyaratkan bakteri E. coli harus nol dalam 100 ml (Purbowarsito,
2011)
2. Coliform non-fecal
Pada kelompok Coliform non-fecal diantaranya, Enterobacter
aerogenes. Bakteri ini biasanya ditemukan pada hewan atau
tanaman-tanaman yang telah mati (Purbowarsito, 2011).
Adanya bakteri Coliform di dalam makanan atau minuman
menunjukkan kemungkinan adanya mikroba yang bersifat enteropatogenik
dan atau toksigenik yang berbahaya bagi kesehatan (Purbowarsito, 2011).
Bakteri Coliform fecal adalah bakteri indikator adanya pencemaran
bakteri patogen. Penentuan Coliform fecal menjadi indikator pencemaran
dikarenakan jumlah koloninya pasti berkorelasi positif dengan keberadaan
bakteri patogen (Krisna, 2005).
Untuk mengetahui jumlah Coliform di dalam air digunakan metode
(MPN) Most Probable Number. Pemeriksaan kehadiran bakteri E. coli dari
air dilakukan berdasarkan penggunaan medium kaldu laktosa yang
ditempatkan di dalam tabung reaksi berisi tabung durham (tabung kecil
yang letaknya terbalik, digunakan untuk menangkap gas yang terjadi
akibat fermentasi laktosa menjadi asam dan gas) (Purbowarsito, 2011).
Suhu inkubasi 370cWaktu inkubasi 24 jam
Kepadatan penduduk
Air SumurUji Mikrobiologi Air(Metode Most Probable Number)
Uji Pendugaan(Presumtive Test)
Uji Kesempurnaan(Completed Test)
Uji Penegasan(Confirmed Test)
Adanya perubahan warna menjadi kuning dan gelembung gas pada tabung durham
Mencatat pada tabel MPN
Jumlah bakteri Coliform dalam 100 ml
26
II. 2. Kerangka Teori
Bagan 2.1. Kerangka Teori
Kepadatan penduduk Bakteri Coliform
27
II. 3. Kerangka Konsep
VARIABEL BEBAS VARIABEL TERIKAT
Bagan 2.2. Kerangka Konsep
II. 4. Hipotesis
H0 : Tidak ada korelasi antara kepadatan penduduk terhadap jumlah bakteri
Coliform pada air sumur di Kelurahan Cilodang Jambi
H1 : Ada korelasi antara kepadatan penduduk terhadap jumlah bakteri
Coliform pada air sumur di Kelurahan Cilodang Jambi