BAB II

32
BAB II LANDASAN TEORI II.1. Tinjauan Pustaka II.1.1. Kelurahan Cilodang Jambi adalah sebuah provinsi yang terletak di pesisir timur di bagian tengah Pulau sumatera (Elank, 2008). Kabupaten Bungo sebagai salah satu daerah Kabupaten dalam Provinsi Jambi, semula merupakan bagian dari Kabupaten Merangin, sebagai salah satu kabupaten dari keresidenan Jambi yang tergabung dalam Propinsi Sumatera Tengah berdasarkan Undang-Undang nomor 10 tahun 1948. Kabupaten Bungo memiliki luas wilayah 4.659,00 km² dengan jumlah penduduk 270.816 jiwa. Kabupaten Bungo terbagi menjadi 17 Kecamatan ( Permendagri No.66 Tahun 2011 ). Kecamatan Pelepat merupakan salah satu dari 17 kecamatan yang ada di Kabupaten Bungo. Di kecamatan inilah letak dari Kelurahan Cilodang, yang termasuk dalam daerah Kuamang Kuning. Kuamang Kuning itu sendiri terdiri dari 19 unit dalam 19 kelurahan. Rata-rata orang yang bertempat tinggal di kawasan Kuamang Kuning adalah orang dari daerah pulau Jawa. Karena daerah ini merupakan daerah transmigrasi. 6

description

sfsd

Transcript of BAB II

Page 1: BAB II

BAB II

LANDASAN TEORI

II.1. Tinjauan Pustaka

II.1.1. Kelurahan Cilodang

Jambi adalah sebuah provinsi  yang terletak di pesisir timur di

bagian tengah Pulau sumatera (Elank, 2008). Kabupaten Bungo sebagai

salah satu daerah Kabupaten dalam Provinsi Jambi, semula merupakan

bagian dari Kabupaten Merangin, sebagai salah satu kabupaten dari

keresidenan Jambi yang tergabung dalam Propinsi Sumatera Tengah

berdasarkan Undang-Undang nomor 10 tahun 1948. Kabupaten Bungo

memiliki luas wilayah 4.659,00 km² dengan jumlah penduduk 270.816

jiwa. Kabupaten Bungo terbagi menjadi 17 Kecamatan (Permendagri

No.66 Tahun 2011 ).

Kecamatan Pelepat merupakan salah satu dari 17 kecamatan yang

ada di Kabupaten Bungo. Di kecamatan inilah letak dari Kelurahan

Cilodang, yang termasuk dalam daerah Kuamang Kuning. Kuamang

Kuning itu sendiri terdiri dari 19 unit dalam 19 kelurahan. Rata-rata orang

yang bertempat tinggal di kawasan Kuamang Kuning adalah orang dari

daerah pulau Jawa. Karena daerah ini merupakan daerah transmigrasi.

Kelurahan Cilodang berbeda dengan kelurahan yang lain dalam

kawasan Kuamang Kuning. Daerah ini berbukit-bukit dan terdapat sawah

yang cukup luas. Kelurahan ini terdiri dari 5 RW dan 15 RT, yang mana

masing-masing RW terdiri dari 3 RT. Kelurahan Cilodang yang terdiri dari

5 RW ini juga memiliki jumlah penduduk dan luas wilayah yang berbeda-

beda, yaitu RW 1 dengan jumlah penduduk 301 jiwa dan luas wilayah 1,9

km2, RW 2 dengan jumlah penduduk 375 jiwa dan luas wilayah 2,33 km2,

RW 3 dengan jumlah penduduk 250 jiwa dan luas wilayah 1,85 km2, RW

4 dengan jumlah penduduk 350 jiwa dan luas wilayah 2,3 km2, RW 5

dengan jumlah penduduk 505 jiwa dan luas wilayah 3,2 km2 .

Kelurahan Cilodang juga memiliki 525 sumur yang tersebar di

berbagai RW. Dengan rincian RW 1 berjumlah 105 sumur, RW 2

6

Page 2: BAB II

7

berjumlah 100 sumur, RW 3 berjumlah 106 sumur, RW 4 berjumlah 114

sumur, dan RW 5 berjumlah 100 sumur. Yang mana setiap sumur gali di

Kelurahan Cilodang digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari,

seperti digunakan sebagai sumber air minum, mencuci, mandi dan

sebagainya.

II.1.2. Air

II.1.2.1. Definisi

Air merupakan unsur alami yang memiliki sifat-sifat kimia

maupun fisika di dalam struktur atomnya, jika diamati dengan stereoskop

terlihat bahwa air mempunyai ketertarikan antar unsur hidrogen dengan

oksigen yang membentuk persenyawaan, sehingga dapat dituliskan

dengan rumus kimia H2O (Anonim a, 2013).

Air merupakan kebutuhan hidup utama bagi makhluk hidup. Air

menutupi sekitar 70% permukaan bumi, dengan jumlah sekitar 1.368

juta km3. Air terdapat dalam berbagai bentuk, misalnya uap air, es,

cairan, dan salju. Air tawar terutama terdapat di sungai, danau, air tanah

(ground water), dan gunung es (glacier). Semua badan air di daratan

dihubungkan dengan laut dan atmosfer melalui siklus hidrologi yang

berlangsung secara kontinyu (Suminar, 2010)

II.1.2.2. Sumber air

Sumber air adalah tempat atau wadah air alami dan atau buatan

yang terdapat di atas ataupun di bawah permukaan tanah (Nuchsin,

2012). Secara keseluruhan, air yang terdapat dipermukaan bumi

membentuk sebuah lingkaran (siklus) air. Air di lautan, sungai, sumur,

danau dan waduk akan menguap menjadi uap air karena panas. Titik uap

air akan bergerombol membentuk awan. Kandungan uap air di awan akan

terkondensasi menjadi butiran-butiran air hujan. Selanjutnya, hujan

membasahi permukaan bumi dan meresap menjadi air tanah dan

membentuk mata air, sumur, danau ataupun mengalir melewati sungai

menuju lautan. Siklus air tersebut akan berputar terus-menerus

(Alamsyah, 2007).

Page 3: BAB II

8

Menurut Sujana Alamsyah (2007) dalam bukunya yang

merupakan sumber-sumber air yang ada dipermukaan bumi, yaitu antara

lain :

1. Air laut

Air laut memiliki rasa asin karena mengandung senyawa garam

murni (NaCl) yang cukup tinggi.

2. Air hujan

Air hujan merupakan hasil proses penguapan (evaporasi) air

dipermukaan bumi akibat pemanasan oleh sinar matahari.

3. Air permukaan

Air permukaan adalah semua air yang terdapat dipermukaan tanah,

antara lain sumur, sungai, rawa dan danau.

a. Air sungai

Air sungai berasal dari mata air dan air hujan yang mengalir

pada permukaan tanah.

b. Air danau atau rawa

Air danau atau rawa adalah air permukaan yang mengumpul

pada cekungan permukaan tanah.

4. Air tanah

Air tanah adalah air yang terdapat di lapisan tanah atau batuan di

bawah permukaan tanah. Air tanah berasal dari air hujan yang

meresap ke dalam tanah.

a. Air tanah dangkal

Air tanah dangkal terdapat pada kedalaman kurang lebih 15

meter di bawah permukaan tanah. Jumlah air yang terkandung

sangat terbatas, biasanya hanya digunakan untuk keperluan

rumah tangga. Penggunaan air tanah dangkal berupa sumur

berdinding semen maupun sumur bor. Secara fisik, air tanah

terlihat jernih dan tidak berwarna (bening) karena telah

mengalami proses filrasi oleh lapisan tanah kualitas air tanah

dangkal cukup baik dan layak digunakan sebagai bahan baku air

minum.

Page 4: BAB II

9

b. Air tanah dalam

Air tanah dalam terdapat pada kedalaman 100-300 meter di

bawah permukaan tanah. Air tanah dalam berwarna jernih dan

sangat baik digunakan sebagai air minum karena telah

mengalami proses penyaringan berulang-ulang oleh lapisan

tanah. Air tanah dalam memiliki kualitas yang lebih baik

dibandingkan dengan air tanah dangkal.

c. Mata air

Mata air adalah air tanah yang keluar langsung dari permukaan

tanah. Mata air biasanya terdapat pada lereng gunung, dapat

berupa rembesan (mata air rembesan) dan ada juga yang keluar

di daerah dataran rendah (mata air ‘umbul’). Mata air memiliki

kualitas yang hampir sama dengan air tanah dalam dan sangat

baik untuk air minum.

II.1.2.3. Kualitas Air

Kualitas air dituntut memenuhi syarat pemanfaatan dan terbebas

dari pencemaran. Kualitas air yang dikonsumsi masyarakat dapat

menentukan derajat kesehatan masyarakat tersebut (Alamsyah, 2007).

Menurut SK. Dirjen PPM dan PLP No. 1/PO.03.04.PA.91 dan SK

JUKLAK PKA Tahun 2000/2001 membedakan kategori kualitas air

bersih ditinjau berdasarkan kandungan bakterinya menjadi 5 kategori,

yaitu sebagai berikut (Purbowarsito, 2011) :

1. Air bersih kelas A ketegori baik mengandung total Coliform kurang

dari 50

2. Air bersih kelas B kategori kurang baik mengandung Coliform 51 –

100

3. Air bersih kelas C kategori jelek mengandung Coliform 101 – 1000

4. Air bersih kelas D kategori amat jelek mengandung Coliform 1001 –

2400

5. Air bersih kelas E kategori sangat amat jelek mengandung Coliform

lebih 2400

Page 5: BAB II

10

II.1.2.4. Standar Baku Kualitas Air Minum

Standar baku kualitas air minum merupakan parameter yang

digunakan untuk menentukan kualitas air minum. Beberapa persyaratan

air minum yang layak minum baik dari segi fisika, kimia maupun biologi

menurut Sujana Alamsyah (2007) dalam bukunya antara lain sebagai

berikut :

1. Persyaratan fisika

a. Derajat kekeruhan : kualitas air yang baik adalah jernih dan tidak

keruh.

b. Tidak berbau dan rasanya tawar

c. Jumlah padatan terapung : air yang baik dan layak diminum tidak

mengandung padatan terapung dalam jumlah yang melebihi batas

maksimal yang diperbolehkan (1.000 mg/l). padatan yang terlarut

dalam air berupa bahan-bahan kimia anorganik dan gas-gas yang

terlarut.

d. Suhu normal: air yang baik memiliki temperatur normal kurang

lebih 30 dari suhu kamar (270c).

e. Warna : air yang dikonsumsi harus jernih dan tidak berwarna.

Apabila air berwarna disebabkan karena adanya bahan kimia atau

mikroorganik (plankton) yang terlarut di dalam air. Warna yang

disebabkan bahan kimia disebut apparent color yang berbahaya

bagi tubuh manusia. Sedangkan warna yang disebabkan oleh

mikroorganik disebut true color yang tidak berbahaya bagi

kesehatan.

2. Persyaratan kimia

a. Derajat keasaman (pH) : air yang baik adalah air yang bersifat

netral (pH = 7). Menurut PERMENKES RI 1990, batas pH

minimum dan maksimum air layak minum berkisar 6,5-9,0. Khusus

untuk air hujan pH minimumnya adalah 5,5.

b. Kandungan bahan kimia organik : air yang baik memiliki

kandungan bahan kimia organik dalam jumlah yang tidak melebihi

batas yang ditetapkan. Bahan kimia organik NH4, H2S, SO-42, NO3-

Page 6: BAB II

11

c. Kandungan bahan kimia anorganik : air yang baik memiliki

kandungan bahan kimia anorganik dalam jumlah yang tidak

melebihi batas yang ditetapkan. Bahan kimia anorganik Fe, Al, Cr,

Mg, Ca, Cl, K, Pb, Hg, Zn.

d. Tingkat kesadahan rendah

3. Persyaratan biologi

Tidak terdapat mikroorganisme patogen dan nonpatogen yang

terkandung atau hidup di dalam air minum.

Mikroorganisme patogen merupakan mikroorganisme yang

berbahaya bagi kesehatan manusia dan mikroorganisme nonpatogen

merupakan mikroorganisme yang tidak berbahaya bagi kesehatan

tubuh, namun dapat menimbulkan bau dan rasa tidak enak, lendir dan

kerak pada pipa.

II.1.2.5. Standar Mutu Air Minum Menurut PERMENKES RI

Standar mutu air minum menurut Peraturan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia Nomor 416/MENKES/PER/X1990 yang telah

disesuaikan dengan standar WHO yaitu sebagai berikut :

Page 7: BAB II

12

Tabel 2.1. Persyaratan Kualitas Air Minum

No. Parameter SatuanKadar Maksimum

yang DiperbolehkanKeterangan

Fisika

1. Bau - Tidak berbau

2. Jumlah Zat Padat Terlarut

mg/l1000

3. Kekeruhan Skala NTU 5

4. Rasa - Tidak berasa

5. Suhu 0C ±30C dari suhu udara

6. Warna Skala TCU 15

Kimia a. Kimia Anorganik 1. Air raksa (Hg) mg/liter 0,001

2. Aluminium (Al) mg/liter 0,2

3. Arsen (As) mg/liter 0,05

4. Besi (Fe) mg/liter 0,3

5. Kesadahan (CaCO₃) mg/liter 500

6. Klorida (Cl) mg/liter 250

7. Mangan (Ma) mg/liter 0,1

8. Nitrat sebagai N (NO₃) mg/liter 10

9. Nitrit sebagai N (NO₂) mg/liter 1,0

10. PH - 6,5 s/d 8,5

11. Sianida (Si) mg/liter 0,1

12. Sulfat (SO₄) mg/liter 400

13. Tembaga (Cu) mg/liter 1,0

14. Timbel (Pb) mg/liter 0,05

b. Oganik

1. Benzene mg/liter 0,1

2. Chloroform mg/liter 0,03

3. DDT mg/liter 0,03

4. Detergen mg/liter 0,05

5. Pestisida total mg/liter 0,10

6. Zat organik (KMnO₄) mg/liter 10

Mikrobiologi

1. Koliform tinja /100 ml Jumlah 0

2. Total koliform /100 ml Jumlah 3

Radioaktif

1. Gross Alpha Activity Bq/l iter 0,1

2. Gross Beta Activity Bq/l iter 1,0

II.1.3. Air Sumur

Page 8: BAB II

13

II.1.3.1. Definisi

Menurut Sujana Alamsyah (2007) dalam bukunya menjelaskan

bahwa air sumur merupakan air tanah dangkal yang terdapat pada

kedalaman kurang lebih 15 meter dibawah permukaan tanah. Jumlah air

yang terkandung sangat terbatas, biasanya hanya digunakan untuk

keperluan rumah tangga. Kualitas air tanah dangkal cukup baik dan layak

digunakan sebagai bahan baku air minum. Kuantitas air tanah dangkal ini

dipengaruhi oleh musim, pada saat musim hujan air tanah dangkal

berlimpah, tetapi jumlahnya terbatas saat musim kemarau.

II.1.3.2. Syarat sumur yang baik

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam membuat sumur dangkal

adalah (Sutrisno, 2004) :

1. Sumur harus diberi tembok kedap air 3,00 m² dari muka tanah, agar

perembesan air permukaan dapat dihindari.

2. Sekeliling sumur harus diberi lantai kedap air selebar 1 – 1,5 m²

untuk mencegah terjadinya pengotoran dari luar.

3. Pada lantai sekelilingnya harus diberi saluran pembuangan air kotor

agar air dapat tersalurkan dan tidak akan mengotori sumur.

4. Pengambilan air sebaiknya dengan pipa kemudian air dipompa ke

luar.

5. Pada bibir sumur hendaknya diberi tembok pengaman setinggi 1 m².

II.1.3.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi sumur gali

Faktor-faktor yang mempengaruhi pencemaran sumur gali adalah

sebagai berikut (Marsono, 2009) :

1. Jenis sumber pencemar

Karakteristik limbah ditentukan oleh jenis sumber pencemar.

Karakteristik limbah rumah tangga berbeda dengan karakteristik

limbah jamban/septic tank ataupun peternakan. Limbah

jamban/septic tank dan peternakan banyak mengandung bahan

organik yang merupakan habitat bagi tumbuhnya mikroorganisme.

Perbedaan karakteristik limbah mempunyai pengaruh yang berbeda

pula terhadap kualitas bakteriologis air sumur gali.

Page 9: BAB II

14

2. Jumlah sumber pencemar

Semakin banyak sumber pencemar yang berada dalam jarak

maksimal 10 meter, semakin besar pengaruhnya terhadap penurunan

kualitas bakteriologis air sumur gali. Hal ini disebabkan karena

semakin banyaknya bakteri yang mampu meresap ke dalam sumur.

3. Jarak sumber pencemar

Pola pencemaran air tanah oleh bakteri mencapai jarak + 11

meter. Pembuatan sumur gali yang berjarak kurang dari 11 meter

dari sumber pencemar, mempunyai resiko tercemarnya air sumur

oleh perembesan air dari sumber pencemar.

4. Arah aliran air tanah

Pencemaran air sumur gali oleh bakteri Coliform dipengaruhi

arah aliran air tanah. Pergerakan air tanah yang mengandung bakteri

Coliform mengarah ke sumur gali, menyebabkan air sumur gali

tercemar oleh bakteri Coliform.

5. Porositas dan permeabilitas tanah

Porositas dan permeabilitas tanah akan berpengaruh pada

penyebaran bakteri Coliform, mengingat air merupakan alat

transportasi bakteri dalam tanah. Makin besar porositas dan

permeabilitas tanah, makin besar kemampuan melewatkan air yang

berarti jumlah bakteri yang dapat bergerak mengikuti aliran tanah

semakin banyak.

6. Curah hujan

Air hujan mengalir di permukaan tanah dapat menyebarkan

bakteri Coliform yang ada di permukaan tanah. Meresapnya air

hujan ke dalam lapisan tanah mempengaruhi bergeraknya bakteri

Coliform di dalam lapisan tanah. Semakin banyak air hujan yang

meresap ke dalam lapisan tanah semakin besar kemungkinan

terjadinya pencemaran. Pada musim hujan tingkat Escherichia Coli

meningkat hingga 700 koloni per 100 ml sampel air dibandingkan

dengan musim kemarau karena kemungkinan kontaminasi air sumur

dengan limpahan septic tank. Air dapat melarutkan berbagai bahan

Page 10: BAB II

15

kimia yang berbahaya dan merupakan media tempat hidup berbagai

mikroba, maka tidak mengherankan bila banyak penyakit menular

melalui air.

7. Konstruksi/bangunan fisik sumur.

Pembangunan sumur harus mengikuti standar kesehatan.

Bangunan fisik sumur yang tidak memenuhi standar akan

mempermudah bakteri meresap dan masuk ke dalam sumur.

8. Jumlah pemakai

Sebagaimana dinyatakan pada stratifikasi Puskemas bahwa

jumlah pemakai sumur individu adalah 5 jiwa. Makin banyak jumlah

pemakai sumur berarti semakin banyak air diambil dari sumur yang

berarti berpengaruh juga terhadap merembesnya bakteri Coliform ke

dalam sumur. Banyaknya jumlah pemakai sumur juga

mempengaruhi kemungkinan terjadinya pencemaran sumur secara

kontak langsung antara sumber pencemar dengan air sumur,

misalnya melalui ember atau tali timba yang digunakan.

9. Umur sumur

Sumur yang telah digunakan cukup lama dan volume air

yang diambil relatif banyak, menyebabkan aliran air tanah di sekitar

sumur semakin mantap dan mendominasi. Selain itu sumber

pencemar yang ada di sekitar sumur juga semakin banyak sejalan

dengan perkembangan aktivitas manusia. Hal ini memberi peluang

lebih besar terhadap merembesnya bakteri Coliform dari sumber

pencemar ke dalam sumur. Sumur yang digunakan dalam waktu

yang relatif lama lebih besar kemungkinan mengalami pencemaran,

karena selain bertambahnya sumber pencemar juga lebih mudahnya

sumber pencemar merembes ke dalam sumur mengikuti aliran air

tanah yang berbentuk memusat ke arah sumur.

Page 11: BAB II

16

10. Kedalaman permukaan air tanah

Kedalaman muka air tanah merupakan permukaan tertinggi

dari air yang naik ke atas pada suatu sumuran. Ketinggian

permukaan air tanah antara lain dipengaruhi oleh jenis tanah, curah

hujan, penguapan, dan keadaan aliran terbuka (sungai). Kedalaman

muka air tanah akan berpengaruh pada penyebaran bakteri Coliform

secara vertikal. Pencemaran tanah oleh bakteri secara vertikal dapat

mencapai kedalaman 3 meter dari permukaan tanah.

11. Perilaku

Kebiasaan masyarakat membuat sumur tanpa bibir, bibir

sumur tidak ditutup, mandi dan mencuci di pinggir sumur akan

menyebabkan air bekas mandi dan cuci sebagian mengalir kembali

ke dalam sumur dan menyebabkan pencemaran. Selain itu kebiasaan

mengambil air sumur dan kebiasaan membuang kotoran manusia

juga ikut mempengaruhi.

II.1.4. Penduduk

II.1.4.1. Definisi

Penduduk adalah orang-orang yang berada di dalam suatu

wilayah yang terikat oleh aturan-aturan yang berlaku dan saling

berinteraksi satu sama lain secara terus menerus. Dalam sosiologi,

penduduk adalah kumpulan manusia yang menempati wilayah geografi

dan ruang tertentu. Penduduk suatu negara atau daerah bisa didefinisikan

menjadi dua (Anonim b, 2012) :

1. Orang yang tinggal di daerah tersebut

2. Orang yang secara hukum berhak tinggal di daerah tersebut.

Dengan kata lain orang yang mempunyai surat resmi untuk

tinggal di situ. Misalkan bukti kewarganegaraan, tetapi memilih

tinggal di daerah lain.

II.1.4.2. Kepadatan penduduk

Kesesakan (crowding) dan kepadatan (densitiy) merupakan

fenomena yang akan menimbulkan permasalahan bagi setiap negara di

dunia di masa yang akan datang. Hal ini dikarenakan terbatasnya luas

Page 12: BAB II

17

bumi dan potensi sumber daya alam yang dapat memenuhi kebutuhan

hidup manusia, sementara perkembangan jumlah manusia di dunia tidak

terbatas (Hasnida, 2002).

Kepadatan penduduk adalah angka yang menunjukkan jumlah

rata-rata penduduk untuk tiap satuan luas pada suatu wilayah atau negara

(Wardiyatmoko, 2012). Semakin besar angka kepadatan penduduk

menunjukan bahwa semakin padat penduduk yang mendiami wilayah

tersebut. Kepadatan penduduk disuatu daerah bisa dihitung dengan

rumus:

II.1.4.3. Macam-macam kepadatan penduduk (Wardiyatmoko, 2012)

a. Kepadatan penduduk aritmatik adalah jumlah rata-rata penduduk per

luas wilayah.

b. Kepadatan penduduk agraris adalah jumlah rata-rata penduduk

petani per luas lahan pertanian.

II.1.4.4. Pengaruh kepadatan penduduk dalam kehidupan (Anonim c, 2012)

Kepadatan penduduk dapat mempengaruhi kualitas penduduknya.

Pada daerah yang kepadatannya tinggi, usaha peningkatan kualitas

penduduk lebih sulit dilaksanakan. Hal ini menimbulkan permasalahan

social, ekonomi, keamanan, kesejahteraan, ketersediaan lahan, air bersih,

kebutuhan pangan, dan dapat berdampak pada kerusakan lingkungan.

Kepadatan penduduk mempengaruhi beberapa aspek yang berkaitan

dengan kehidupan penduduk berikut ini :

Kepadatan penduduk agraris :Jumlah penduduk petani ( jiwa)

Luas lahan pertanian (Km2)

Kepadatan penduduk :Jumlah penduduk total(Jiwa)

Luaswilayah(Km2)

Page 13: BAB II

18

1. Ketersediaan Udara Bersih

Udara bersih merupakan kebutuhan mutlak bagi kelangsungan

hidup manusia. Udara bersih banyak mengandung oksigen. Semakin

banyak jumlah penduduk berarti semakin banyak oksigen yang

diperlukan. Bertambahnya pemukiman, alat transportasi, dan

kawasan industri yang menggunakan bahan bakar fosil (minyak

bumi, bensin, solar, dan batu bara) mengakibatkan kadar CO2 dan CO

di udara semakin tinggi. Berbagai kegiatan industri juga

menghasilkan gas-gas pencemar seperti oksida nitrogen (NOx) dan

oksida belerang (SOx) di udara. Zat-zat sisa itu dihasilkan akibat dari

pembakaran yang tidak sempurna.

2. Ketersediaan Pangan

Untuk bertahan hidup, manusia membutuhkan makanan.

Dengan bertambahnya jumlah populasi penduduk, maka jumlah

makanan yang diperlukan juga semakin banyak. Ketidakseimbangan

antara bertambahnya jumlah penduduk dengan bertambahnya

produksi pangan sangat mempengaruhi kualitas hidup manusia.

Akibatnya penduduk dapat kekurangan gizi atau bahkan kurang

pangan. Jadi kenaikan jumlah penduduk akan meningkat pula

kebutuhan pangan dan lahan.

3. Ketersediaan Lahan

Kepadatan penduduk mendorong peningkatan kebutuhan lahan,

baik lahan untuk tempat tinggal, sarana penunjang kehidupan,

industri, tempat pertanian, dan sebagainya. Untuk mengatasi

kekurangan lahan, sering dilakukan dengan memanfaatkan lahan

pertanian produktif untuk perumahan dan pembangunan sarana dan

prasarana kehidupan. Selain itu pembukaan hutan juga sering

dilakukan untuk membangun areal industri, perkebunan, dan

pertanian. Meskipun hal ini dapat dianggap sebagai solusi,

sesungguhnya kegiatan itu merusak lingkungan hidup yang dapat

mengganggu keseimbangan lingkungan. Jadi peluang terjadinya

Page 14: BAB II

19

kerusakan lingkungan akan meningkat seiring dengan bertambahnya

kepadatan penduduk.

4. Ketersediaan Air Bersih

Meskipun 2/3 dari luasan bumi berupa air, namun tidak semua

jenis air dapat digunakan secara langsung. Oleh karena itu persediaan

air bersih yang terbatas dapat menimbulkan masalah yang cukup

serius. Air bersih dibutuhkan oleh berbagai macam industri, untuk

memenuhi kebutuhan penduduk, irigasi, ternak, dan sebagainya.

Jumlah penduduk yang meningkat juga berarti semakin banyak

sampah atau limbah yang dihasilkan.

Pembuatan sumur artesis untuk keperluan industri dan

kompleks perumahan mengakibatkan sumur-sumur tradisional

mengering. Selain itu, kawasan pemukiman padat penduduk sering

hanya menyediakan sedikit kawasan terbuka sebagai daerah serapan

air hujan. Kawasan yang tertutup rapat oleh aspal dan beton membuat

air tidak dapat meresap ke lapisan tanah, sehingga pada waktu hujan

air hanya mengalir begitu saja melalui permukaan tanah. Akibatnya

cadangan air di dalam tanah semakin lama semakin berkurang

sehingga pada musim kemarau sering kekurangan air bersih

5. Pencemaran lingkungan

Aktivitas manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sering

menimbulkan dampak buruk pada lingkungan. Misalnya untuk

memenuhi kebutuhan bahan bangunan dan kertas, maka kayu di

hutan ditebang. Untuk memenuhi kebutuhan lahan pertanian, maka

hutan dibuka dan rawa/lahan gambut dikeringkan. Untuk memenuhi

kebutuhan sandang, didirikan pabrik tekstil. Untuk mempercepat

transportasi, diciptakan berbagai jenis kendaraan bermotor. Apabila

tidak dilakukan dengan benar, aktivitas seperti contoh tersebut lambat

laun dapat menimbulkan pencemaran lingkungan dan kerusakan

ekosistem. Misalnya penebangan hutan yang tidak terkendali dapat

mengakibatkan berbagai bencana seperti banjir dan tanah longsor,

serta dapat melenyapkan kekayaan keanekaragaman hayati di hutan

Page 15: BAB II

20

tersebut. Apabila daya dukung lingkungan terbatas, maka pemenuhan

kebutuhan penduduk selanjutnya menjadi tidak terjamin.

Di daerah yang padat, karena terbatasnya tempat penampungan

sampah, seringkali sampah dibuang di tempat yang tidak semestinya,

misalnya di sungai. Akibatnya timbul pencemaran air dan tanah.

kebutuhan transportasi juga bertambah sehingga jumlah kendaraan

bermotor meningkat. Hal ini akan menimbulkan pencemaran udara

dan suara. Jadi kepadatan penduduk yang tinggi dapat mengakibatkan

timbulnya berbagai pencemaran lingkungan dan kerusakan

ekosistem.

II.1.5. Metode Most Probable Number (MPN)

Metode Most Probable Number merupakan salah satu teknik

menghitung jumlah mikroorganisme per mili bahan yang digunakan

sebagai media biakan (Rosyidi, 2010).

a. Prinsip Kerja : Aseptis

b. Dasar Teori:

Pemeriksaan bakteriologis air bersih ditujukan untuk melihat adanya

kemungkinan pencemaran oleh kotoran maupun tinja. Indikator

tercemarnya air sering ditandai oleh keberadaan bakteri Coliform. Sifat

bakteri golongan Coliform adalah berbentuk batang, tidak dapat

membentuk spora, gram negatif, hidup aerob atau anaerob fakultatif, dan

dapat meragikan laktosa dengan membentuk gas. (Rahmawati dan R.

Azizah, 2005)

Metode MPN pada dasarnya sama dengan metode perhitungan

cawan, tetapi menggunakan medium cair dalam tabung reaksi. Perhitungan

didasarkan pada tabung yang positif, yaitu tabung menunjukkan

pertumbuhan mikroba setelah inkubasi pada suhu dan waktu tertentu dan

dapat diketahui dari gelembung gas yang dihasilkan pada tabung durham

(Rosyidi, 2010). Pengamatan dalam metode MPN:

Page 16: BAB II

21

1. Tes penduga (Presumtive Coliform)

Tes penduga ini dilakukan dengan menggunakan prosedur sebagai

berikut (SNI 01-2332.1-2006) :

a. Siapkan pengenceran 102 dengan cara melarutkan 1 ml larutan 101 ke

dalam 9 ml larutan pengencer Butterfield’s Phosphate Buffered.

Lakukan pengenceran selanjutnya sesuai dengan pendugaan

kepadatan populasi contoh. Pada setiap pengenceran dilakukan

pengocokan minimal 25 kali.

b. Pindahkan dengan menggunakan pipet steril, sebanyak 1 ml larutan

dari setiap pengenceran ke dalam 3 seri atau 5 seri tabung lauryl

tryptose Broth (LTB) yang berisi tabung durham.

c. Inkubasi tabung-tabung tersebut selama 48 jam ± 2 jam pada suhu

35oC ± 1oC. Perhatikan gas yang terbentuk setelah inkubasi 24 jam

dan inkubasikan kembali tabung-tabung negatif selama 24 jam.

Tabung positif ditandai dengan kekeruhan dan gas dalam tabung

durham.

2. Tes Penegasan (Confirmed test)

Tes penegasan ini dilakukan dengan menggunakan prosedur

sebagai berikut (Purbowarsito, 2011) :

a. Dengan mempergunakan ose, dipindahkan satu atau dua tetes air dari

tabung tes pendugaan yang positif ke dalam tabung reaksi yang

berisi media BGLB. Sebelum melakukan pemindahan cairan terlebih

dahulu dilakukan sterilisasi pada ose dengan cara membakarnya dan

kemudian didinginkan sebentar sebelum dipakai.

b. Menginkubasi tabung – tabung reaksi tersebut pada suhu 35 C⁰

selama 24 jam.

c. Setelah 24 jam atau 48 jam waktu inkubasi tabung – tabung yang

positif ditegaskan dengan adanya gas dan kemudian di catat pada

tabel. Dengan melihat kombinasi tabung – tabung yang positif kita

dapat mengetahui jumlah perkiraan terdekat bakteri Coliform dengan

menggunakan tabel MPN.

Page 17: BAB II

22

3. Tes Kesempurnaan (Completed test)

Tes kesempurnaan ini dilakukan dengan menggunakan prosedur

sebagai berikut (Purbowarsito, 2011) :

a. Dengan menggunakan ose ambil 1 ose atau 2 ose dari tabung BGLB

yang positif, kemudian dilakukan goresan atau streak pada media

eosin methylen blue (EMB).

b. Menginkubasi plate EMB pada suhu 35 C selama 24 jam. Hasil⁰

streak dinyatakan positif jika terdapat koloni yang berwarna hijau

sampai kebiruan mengkilat (methalic shine).

c. Hasil dari uji kesempuranaan merupakan penentuan indeks MPN

bakteri E. coli.

Untuk mengetahui jumlah bakteri Coliform umumnya digunakan

tabel MPN untuk memperkirakan jumlah bakteri yang terkandung di

dalam 100 ml air sampel yang diteliti (Yunita, 2012).

Page 18: BAB II

23

Tabel 2.2. Tabel MPN

NUMBER OF TUBES GIVING

POSITIVE REACTION OUT OFMPN INDEX

Per

100 ml

95 PERCENT

CONFIDENCE LIMITS

3 of 10 ml

each

3 of 1 ml

each

3 of 0.1 ml

eachLOWER UPPER

0

0

1

1

1

1

1

2

2

2

2

2

2

3

3

3

3

3

3

3

3

3

3

3

3

0

1

0

0

1

1

2

0

0

1

1

2

2

0

0

0

1

1

1

2

2

2

3

3

3

1

0

0

1

0

1

0

0

1

0

1

0

1

0

1

2

0

1

2

0

1

2

0

1

2

3

3

4

7

7

11

11

9

14

15

20

21

28

23

39

64

43

75

120

93

150

210

240

460

1100

<0.5

<0.5

<0.5

1

1

3

3

1

3

3

7

4

10

4

7

15

7

14

30

15

30

35

36

71

150

9

13

20

21

23

36

36

36

37

44

49

47

150

120

130

380

210

230

380

380

440

470

1300

2400

4800

Page 19: BAB II

24

II.1.6. Bakteri Coliform

Coliform adalah golongan bakteri intestinal, yaitu hidup dalam

saluran pencernaan manusia. Bakteri Coliform adalah bakteri indikator

keberadaan bakteri patogenik (Krisna, 2005).

Gambar 1. Bakteri Coliform

(Maciver Isonabel, 2010)

Bakteri Coliform disebut juga sebagai bakteri enterik dan keluarga

Coliform mempunyai ciri-ciri sebagai berikut (Jawetz, Melnick dan

Adelberg, 2005) :

1. Kelompok Gram negatif berbentuk batang baik motil dengan

peritrichous flagella atau nonmotil

2. Tumbuh dalam pepton atau dalam media kaldu daging tanpa

tambahan natrium klorida atau suplemen yang lain

3. Tumbuh dengan baik pada agar MacConkey

4. Tumbuh secara aerobik dan anaerobik (fakultatif anaerob)

5. Lebih sering memfermentasi daripada mengoksidasi glukosa

terkadang dengan memproduksi gas

6. Menunjukkan katalase positif

7. Oksidase negatif

8. Mereduksi nitrat menjadi nitrit

9. Mengandung isi 39-50% G + C DNA

Page 20: BAB II

25

Keluarga Coliform meliputi banyak jenis menurut Jawetz, Melnick

dan Adelberg (2005) dalam bukunya, yaitu Escherichia, shigella,

Salmonella, Enterobacter, Klebsiella, Serratia, Proteus dan lainnya.

Bakteri Coliform dibedakan menjadi 2 tipe, yaitu (Kurniawan Mellissa dan

Bambang Isbandrio, 2006) :

1. Coliform fecal

Kelompok bakteri Coliform fecal ini diantarnya Escherichia

coli. E. coli merupakan bakteri yang berasal dari kotoran hewan

atau manusia. Jadi, adanya E. coli pada air menunjukkan bahwa air

tersebut pernah terkontaminasi feses manusia dan mungkin dapat

mengandung patogen usus. Oleh karena itu, standar air minum

mensyaratkan bakteri E. coli harus nol dalam 100 ml (Purbowarsito,

2011)

2. Coliform non-fecal

Pada kelompok Coliform non-fecal diantaranya, Enterobacter

aerogenes. Bakteri ini biasanya ditemukan pada hewan atau

tanaman-tanaman yang telah mati (Purbowarsito, 2011).

Adanya bakteri Coliform di dalam makanan atau minuman

menunjukkan kemungkinan adanya mikroba yang bersifat enteropatogenik

dan atau toksigenik yang berbahaya bagi kesehatan (Purbowarsito, 2011).

Bakteri Coliform fecal adalah bakteri indikator adanya pencemaran

bakteri patogen. Penentuan Coliform fecal menjadi indikator pencemaran

dikarenakan jumlah koloninya pasti berkorelasi positif dengan keberadaan

bakteri patogen (Krisna, 2005).

Untuk mengetahui jumlah Coliform di dalam air digunakan metode

(MPN) Most Probable Number. Pemeriksaan kehadiran bakteri E. coli dari

air dilakukan berdasarkan penggunaan medium kaldu laktosa yang

ditempatkan di dalam tabung reaksi berisi tabung durham (tabung kecil

yang letaknya terbalik, digunakan untuk menangkap gas yang terjadi

akibat fermentasi laktosa menjadi asam dan gas) (Purbowarsito, 2011).

Page 21: BAB II

Suhu inkubasi 370cWaktu inkubasi 24 jam

Kepadatan penduduk

Air SumurUji Mikrobiologi Air(Metode Most Probable Number)

Uji Pendugaan(Presumtive Test)

Uji Kesempurnaan(Completed Test)

Uji Penegasan(Confirmed Test)

Adanya perubahan warna menjadi kuning dan gelembung gas pada tabung durham

Mencatat pada tabel MPN

Jumlah bakteri Coliform dalam 100 ml

26

II. 2. Kerangka Teori

Bagan 2.1. Kerangka Teori

Page 22: BAB II

Kepadatan penduduk Bakteri Coliform

27

II. 3. Kerangka Konsep

VARIABEL BEBAS VARIABEL TERIKAT

Bagan 2.2. Kerangka Konsep

II. 4. Hipotesis

H0 : Tidak ada korelasi antara kepadatan penduduk terhadap jumlah bakteri

Coliform pada air sumur di Kelurahan Cilodang Jambi

H1 : Ada korelasi antara kepadatan penduduk terhadap jumlah bakteri

Coliform pada air sumur di Kelurahan Cilodang Jambi