Post on 18-Sep-2020
BAB I
PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang
Sediaan parenteral yang diberikan secara penyuntikan intravena, subkutan, dan
intramuscular merupakan rute pemberian obat yang kritis jika dibandingkan dengan
pemberian obat-obatan secara oral. Semakin meningkatnya perkembangan ilmu
bioteknologi telah meningkat pula jumlah yang diproduksi secara bioteknologi seperti
obat peptide dan atau produk gen. pada abad mendatang (sekarang sudah mulai) beberapa
obat peptide dan obat lainnya akan dihasilkan menurut prinsip bioteknologi. Produk steril
adalah sediaan terapetis dalam bentuk terbagi-bagi yang bebas dari mikroorganisme
hidup. Sediaan parenteral ini merupakan sediaan yang unik diantara bentuk obat terbagi-
bagi, karena sediaan ini disuntikkan melalui kulit atau membran mukosa kebagian dalam
tubuh. Karena sediaan mengelakkan garis pertahanan pertama dari tubuh yang paling
efisien, yakni membran kulit dan mukosa, sediaan tersebut harus bebas dari kontaminasi
mikroba dan dari komponen toksik dan harus mempunyai tingkat kemurnian tinggi dan
luar biasa. Semua komponen dan proses yang terlibat dalam penyediaan produk ini harus
dipilih dan dirancang untuk menghilangkan semua jenis kontaminasi secara fisik, kimia
atau mikrobiologi.
1.2 Rumusan Masalah1. Apa yang dimaksud dengan larutan irigasi dan dialisis peritoneal?
2. Bagaimana formulasi dan pembuatan larutan irigasi dan dialisis peritoneal?
3. Apa saja persyaratan larutan irigasi dan dialisis peritoneal?
4. Bagaimana evaluasi sediaan larutan irigasi dan dialisis peritoneal?
5. Bagaimana pemilihan wadah dan kompatibilitas wadah terhadap sediaan jadi
larutan irigasi dan dialisis peritoneal?
1.3 Tujuan1. Untuk mengetahui definisi larutan irigasi dan dialisis peritoneal
2. Untuk mengetahui formulasi dan pembuatan irigasi dan dialisis peritoneal
3. Untuk mengetahui persyaratan irigasi dan dialisis peritoneal
4. Untuk mengetahui evaluasi sediaan irigasi dan dialisis peritoneal
5. Untuk mengetahui pemilihan wadah dan kompatibilitas wadah terhadap sediaan
jadi larutan irigasi dan dialisis peritoneal
BAB II
PEMBAHASAN
Obat parenteral volume besar umumnya diberikan lewat infus intarvena untuk menambah cairan tubuh,elektrolit atau untuk memberi nutrisi. Biasanya diberikan dalam volume 250 ml sampai beberapa liter dan dalam jumlah yang lebih banyak lagi per harinya,dengan penetesan yang lambat. Karena diberikan dalam volume besar,larutan ini tidak boleh mengandung zat bakteriostatik atau zat penambah farmasi lain.dikemas dalam wadah yang besar dosis tunggal.
2.1 Karakteristik dari LVPs (Large Volume Parenterals)
1. Dikemas dalam botol gelas atau wadah fleksibel volume besar
2. Berisi lebih dari 100 ml sampai 1 atau 2 L
3. Steril
4. Bebas pirogen
5. Bebas partikulat
6. Tidak mengandung pengawet
7. Isotonis
2.2 Aspek-aspek yang perlu diperhatikan a. Maintanance Therapy
LVPs digunakan dalam maintanance therapy untuk pasien yang masuk atau pulih
dari operasi serta untuk pasien yang tidak sadarkan diri dan tidak dapat memperoleh
cairan, elektrolit, dan nutrisi secara oral.
Ketika pasien menerima cairan parenteral beberapa hari, larutan sederhana
menyediakan jumlah air yang cukup, dekstrosa, dan sejumlah kecil natrium dan
kalium. Jika pemberian makan melalui mulut harus ditangguhkan selama beberapa
minggu atau lebih, total parenteral nutrition (TPA) atau total nutrient admixtures
(TNA) harus diberikan.
Konsentrasi kalsium, fosfor dan pemberian yang diperlukan untuk TPN pediatrik
tidak memberikan persiapan yang stabil. Akibatnya, tidak mencampurkan campuran
untuk pasien, tetapi membuat emulsi lemak secara terpisah
b. Replacement Therapy
Ketika pasien mengalami kekurangan air dan elektrolit yang berat, seperti diare atau
muntah yang parah, jumlah yang yang lebih besar dari biasanya. Pasien dengan
penyakit Crohn, AIDS, luka bakar, atau trauma merupakan kandidat untuk terapi
pengganti.
c. Kebutuhan Air
Kebutuhan air harian yang normal untuk orang dewasa adalah sekitar 25 – 40 ml /
kgBB, atau rata-rata sekitar 2 L/m2 luas permukaan tubuh. Pedoman untuk
memperkirakan kebutuhan air harian normal sebagai berikut:
1. <10 kg : 100 ml/kg/hari
2. 10 – 20 kg : 1000 ml + 50 ml / kg/hari
3. 10 kg - maks 80 kg : 1500 ml + 20 ml/kg/hari
Dalam replacement therapy air untuk orang dewasa, 70 ml/kg/hari mungkin
diperlukan selain selain kebutuhan air maintanance therapy. Dengan demikian,
pasien 50 kg mungkin memerlukan 3.500 ml untuk replacement therapy. Untuk
menghindari kelebihan cairan, terutama pada pasien usia lanjut dengan gangguan
ginjal atau kardiovaskular, pemantauan tekanan darah diperlukan. Karena air yang
diberikan secara intravena dapat menyebabkan hemolisis osmotik sel darah merah
dimana pasien juga memerlukan nutrisi dan/atau elektrolit, pemberian air umumnya
sebagai larutan dengan dekstrosa atau elekrolit dengan tonisitas yang cukup (setara
NaCl) untuk melindungi sel darah merah dari hemolyzing.
d. Kebutuhan elektrolit
Kalium sangat penting untuk fungsi otot dan rangka normal. Asupan harian kalium
biasanya 100 mEq dan kehilangann hariannya 40 mEq. Dengan demikian, setiap
replacement therapy harus mencakup 40 mEq ditambah jumlah yang dibutuhkan
untuk mengganti kehilangan.
Kalium dapat hilang melalui keringat berlebih, enema berulang, trauma (seperti luka
bakar parah), diabetes, penyakit slauran usus, operasi bedah dan penggunaan
obatobatan seperti thiazid dan loop diuretik.
Pada kekurangan kalium yang berat, penggantian elektrolit secara IV biasanya
digunakan. Apoteker yang menerima resep harus berhati-hati dan memeriksa jumlah
kalium klorida dalam resep dan tingkat infus. Persiapan kalium harus diencerkan
dengan larutan parenteral volume besar yang sesuai, dicampur dengan baik, dan
diberikan dengan infus IV lambat. Jika kalium tidak diencerkan diberikan secara IV
menyebabkan kematian.
e. Kebutuhan Kalori
Umumnya, pasien membutuhkan cairan parenteral yang diberikan dekstrosa 5%
untuk mengurangi defisit kalori yang biasanya terjadi pada pasien yang menjalani
perawatan atau terapi pengganti. Penggunaan dekstrosa juma meminimalkan ketosis
dan pemecahan protein. Persyaratan kalori dasar dapat diperkirakan dengan berat
badan; dalam keadaan puasa, rata-rata kehilangan protein harian tubuh sekitar 80 g
perhari untuk pria 70 kg.
f. Metode pemberian LVPs
LVP diberikan secara Peripheral Vein jika larutan low osmolality atau hipotonis.
LVP juga dapat diberikan secara Central Vein –Subclavian Vein jika merupakan
nutrisi parenteral dan pemberian cairan hipertonik atau cairan yang mengiritasi yang
perlu pengenceran segera dalam sistem sirkulasi. Hiper atau hipotonis dapat
menyebabkan iritasi vena = phlebitis
Gambar 2. Rute Pemberian LVPs
g. Preparasi dan praktik rumah sakit
1) Larutan yang siap digunakan disimpan pada unit keperawatan untuk memudahkan
akses
2) Obat-obatan dapat ditambahkan ke wadah volume besar di apotek
a) Disiapkan ketika dipesan atau dalam batch setiap 8 hingga 12 jam, diberi
label, dan dikirim ke unit keperawatan
b) Dapat daluwarsa setelah 24 jam
3) Beberapa obat yang disiapkan dalam LVP siap digunakan:
a. Propofol
b. Ciprofloxacin
c. Lidokain HCl
h. Wadah
1) Wadah Gelas
Wadah gelas sudah digunakan untuk LVPs. Solid rubber stoppers biasa digunakan
untuk sistem penutup wadah. Karena berat dan rentan pecah, wadah gelas diganti
dengan wadah plastik. Gelas biasanya digunakan hanya jika inkompatibel dengan
plastik (contohnya emulsi lemak dapat mengekstrak plasticizers). Wadah gelas
dicuci kemudian wadah gelas bersih diletakan pada suhu minimum 70oC untuk
menekan pertumbuhan mikroba. Menghilangkan pirogen dari wadah dengan
meletakan pada suhu 210 oC selama 3-4 jam atau 650 oC untuk 60 detik.
Gambar 3. Wadah Gelas
2) Wadah Plastik
Terbuat dari bahan plastik yang fleksibel. Keuntungannya adalah tahan lama dan
ringan sehingga kantongnya kempes jika kosong. Kekurangannya berupa permeasi
uap dan molekul lain di kedua arah melalui dinding, diatasi dengan overwrapping
kontainer, dan pencucian konstituen dari plastik ke dalam produk.
Gambar 4. Wadah Plastik Gambar 5. Wadah LVPs
i. Sterilitas dan pirogenitas
Sediaan LVP harus steril dan bebas pirogen. Sterilitas LVP didapatkan dengan
sterilisasi akhir LVP dengan metode bergantung dengan sediaan, bisa menggunakan
sterilisasi panas ataupun sterilisasi dingin.
j. Partikulat
Zat partikulat dalam injeksi dan infus parenteral terdiri dari partikel bergerak tak
larut, selain dari gelembung gas, yang tidak sengaja terdapat dalam larutan. Pada
LVP (Volume > 100 ml) untuk infus dosis tunggal memenuhi syarat uji jika
mengandung tidak lebih dari 50 partikel per ml yang setara atau lebih besar dari 10
μm dan tidak lebih dari 5 partikel per ml yang setara atau lebih besar dari 25 μm
dalam dimensi linear efektif.
2.3 LARUTAN IRIGASI
Larutan irigasi adalah larutan steril, bebas pirogen yang digunakan untuk tujuan
pencucian dan pembilasan. Larutan irigasi adalah sediaan larutan steril dalam jumlah besar.
Larutan tidak disuntikkan ke dalam vena, tapi digunakan di luar sistem peredaran darah dan
umumnya menggunakan jenis tutup yang diputar atau plastik yang dipatahkan, sehingga
memungkinkan pengisian larutan dengan cepat. Larutan ini digunakan untuk merendam atau
mencuci luka2. Sayatan bedah atau jaringan tubuh dan dapat pula mengurangi pendarahan.
Larutan irigasi dimaksudkan untuk mencuci dan merendam luka atau lubang operasi,
sterilisasi pada sediaan ini sangat penting karena cairan tersebut langsung berhubungan dengan
cairan dan jaringan tubuh yang merupakan tempat infeksi dapat terjadi dengan mudah.( Ansel hal
399 )
Sodium Klorida ( NaCl ) secara umum digunakan untuk irigasi ( seperti irigasi pada
rongga tubuh, jaringan atau luka ). Larutan irigasi NaCl hipotonis 0,45% dapat digunakan sendiri
atau tanpa penambahan bahan tambahan lain. Larutan irigasi NaCl 0,9% dapat digunakan untuk
mengatasi iritasi pada luka. ( DI 2003 hal 2555 ).
Larutan irigasi glisin digunakan selama operasi kelenjar prostat dan prosedur transuretral
lainnya. Larutan yg digunakan untuk luka dan kateter uretra yg mengenai jaringan tubuh hrs
disterilkan dgn cara aseptis.
Larutan irigasi merupakan larutan steril yang disyaratkan bebas pirogen. Pirogen
merupakan suatu produk mikroorganisme, terutama dari bakteri gram negatif dan dapat berupa
endotoksin dari bakteri ini. Endotoksin ini terdiri dari suatu senyawa komplek yang terdiri dari
lipopolsakarida yang progenik, suatu protein dan suatu lipid yang inert.
(www.ffarmasi.unand.ac.id/fulltext/pyrogen.pdf)
Larutan irigasi termasuk kedalam larutan elektrolit. Adapun fungsi dari larutan elektrolit
adalah untuk mengatasi perbedaan ion atau penyimpangan jumlah normal elektrolit dalam darah.
Ada 2 jenis kondisi plasma darah yang menyimpang, yaitu :
Asidosis Kondisi plasma darah yang terlampau asam akibat adanya ion klorida dalam jumlah
berlebih
Alkalosis Kondisi plasma darah yang terlampau basa akibat adanya ion natrium, kalium, dan
kalsium dalam jumlah berlebih.
PERSYARATAN LARUTAN IRIGASI Persyaratan larutan irigasi adalah sbb :
a. Isotonik
b. Steril
c. Tidak disbsorpsi
d. bukan larutan elektrolit
e. Tidak mengalami metabolisme
f. Cepat diekskresi
g. Mempunyai tekanan osmotik diuretik
h. bebas pirogen
FORMULASI LARUTAN IRIGASI
NaCl 4,5 gram
Aqua pro injeksi 500 ml
Karbon aktif 0,5 gram
Dekstrose
Indikasi masing-masing bahan:
1. Dekstrosa : Dekstrosa digunakan sebagai pengisotonis karena syarat irigasi yaitu larutan
harus isotonis. Dekstrosa dikhususkan untuk sediaan parenteral sedangkan glukosa cair tidak
cocok untuk sediaan parenteral. Dosis Dekstrosa untuk sediaan parenteral adalah 5%
2. NaCl : digunakan sebagai larutan pengisotonis agar sediaan irigasi setara dengan 0,9%
larutan NaCl, dimana larutan tersebut mempunyai tekanan osmosis yang sama dengan cairan
tubuh. NaCl merupakan zat aktif yang digunakan untuk mengatasi iritasi luka
3. Aqua pro injeksi : digunakan sebagai pelarut zat aktif dan zat tambahan, karena NaCl dan
dekstrosa larut dalam air.
a. NaCl (Natrium klorida) (FI IV hal. 584)
Rumus molekul : NaCl
Bobot molekul : 58,44
Pemerian : Kristal tidak berbau tidak berwarna atau serbuk kristal putih, tiap 1g
setara dengan 17,1 mmol NaCl. 2,54g NaCl ekivalen dengan 1 g Na
Kelarutan : 1 bagian larut dalam 3 bagian air, 10 bagian gliserol
Sterilisasi : Autoklaf atau filtrasi
Stabilitas : Stabil dalam bentuk larutan. Larutan stabil dapat menyebabkan
pengguratan partikel dari tipe gelas
pH : 4,5 –7(DI 2003 hal 1415) 6,7-7,3
OTT : logam Ag, Hg, Fe
E NaCl : 1
Kesetaraan E elektrolit : 1 g ≈ 17,1 mEq
Konsentrasi/dosis : lebih dari 0,9%. Injeksi IV 3-5% dalam 100ml selama 1 jam (DI 2003 hal
1415). Injeksi NaCl mengandung 2,5-4 mEq/ml. Na+ dalam plasma = 135-145 mEq/L
Khasiat/kegunaan : Pengganti ion Na+, Cl- dalam tubuh
Efek samping : Keracunan NaCl disebabkan oleh induksi yang gagal dapat menyebabkan
hipernatremia yang memicu terjadinya trombosit dan hemorrage. Efek samping yang sering
terjadi nausea, mual, diare, kram usus, haus, menurunkan salivasi dan lakrimasi, berkeringat,
demam, hipertensi, takikardi, gagal ginjal, sakit kepala, lemas, kejang, koma dan kematian.
Kontraindikasi : Untuk pasien penyakit hati perifer udem atau pulmonali udem, kelainan
fungsi ginjal.
Farmakologi : berfungsi untuk mengatur distribusi air, cairan dan keseimbangan
elektrolit dan tekanan osmotik cairan tubuh. Larutan irigasi kali ini NaCl 0.9 % digunakan
sebagai zat aktif untuk mengatasi iritasi pada luka.
b. Aqua Pro Injeksi (FI IV hal 112, FI III hal 97)
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau
Sterilisasi : Kalor basah (autoklaf)
Kegunaan : Pembawa dan melarutkan
Cara pembuatan : didihkan aqua dan diamkan selama 30 menit, dinginkan. Aqua pro
injeksi digunakan sebagai pelarut dan pembawa karena bahan-bahan larut dalam air.
Alasan pemilihan : Karena digunakan untuk melarutkan zat aktif dan zat-zat tambahan.
Karbon aktif (FI IV Hal 1169, Martindale hal 79)
Pemerian : serbuk hitam tidak berbau
Kelarutan : praktis tidak larut dalam suasana pelarut biasa
Kestabilan : stabil ditempat yang tertutup dan kedap udara
Kegunaan : untuk kelebihan H2O2 dalam sediaan
Konsentrasi : 0,1-0,3%
Alasan pemilihan : Karbon aktif inert sehingga tidak bereaksi dengan zat aktif.
c. Dekstrose (FI IV hal. 300, Martindale 28 hal. 50, DI hal. 1427, Excipient hal. 154)
Bobot molekul : D glukosa monohidrat 198,17
Rumus molekul : C6H12O16.H2O
Pemerian : Hablur tidak berwarna serbuk hablur atau serbuk granul putih, tidak
berbau rasa manis.
Kelarutan : Mudah larut dalam air, sangat mudah larut dalam air mendidih, larut
dalam etanol mendidih, sedikit larut dalam alkohol
E NaCl : 0,16 ( Sprowls hal: 187)
L : 1,9
Konsentrasi : 2,5-11,5% untuk IV (DI 2003 hal 2505). 0,5-0,8 g/kg/jam (DI hal 1427-
1429). Untuk hipoglikemia 20-50 ml (konsentrasi 50%)
Khasiat : Sebagai sumber kalori dan zat pengisotonis
Osmolaritas : 5,51% w/v larutan air sudah isotonis dengan serum
Stabilitas : Stabil dalam bentuk larutan, dekstrosa stabil dalam keadaan
penyimpanan yang kering, dengan pemanasan tinggi dapat menyebabkan reduksi pH dan
karamelisasi dalam larutan
OTT : Sianokobalamin, kanamisin SO4, novobiosin Na dan wafarin
Na,Eritromisin, Vit B komplek ( martindale 28 hal: 21)
Sterilisasi : autoklaf
PH : 3,5 – 6,5 (dalam 20%w/v larutan air)
Efek samping : Larutan glukosa hipertonik dapat menyebabkan sakit pada tempat
pemberian (lokal), tromboklebitise, larutan glukose untuk infus dapat menyebabkan
gangguan cairan dan elektrolit termasuk edema, hipokalemia, hipopostemia, hipomagnesia.
Kontraindikasi : Pada pasien anuria, intrakranial atau intraspiral hemorage
Titik lebur : 83oC
STERILISASI YANG DIGUNAKAN Menggunakan metode sterilisasi akhir dengan autoklaf karena bahan-bahan yang
digunakan tahan panas. Autoklaf adalah alat untuk mensterilkan berbagai macam alat &
bahan yang menggunakan tekanan 15 psi (2 atm) dan suhu 1210C. Untuk cara kerja
penggunaan autoklaf : suhu dan tekanan tinggi yang diberikan kepada alat dan media yang
disterilisasi memberikan kekuatan yang lebih besar untuk membunuh sel dibanding dengan
udara panas. Biasanya untuk mensterilkan media digunakan suhu 1210C dan tekanan 15
lb/in2 (SI = 103,4 Kpa) selama 15 menit. Alasan digunakan suhu 1210C atau 249,8 0F adalah
karena air mendidih pada suhu tersebut jika digunakan tekanan 15 psi. Untuk tekanan 0 psi
pada ketinggian di permukaan laut (sea level) air mendidih pada suhu 1000C, sedangkan
untuk autoklaf yang diletakkan di ketinggian sama, menggunakan tekanan 15 psi maka air
akan mendidih pada suhu 1210C, jika dilaboratorium terletak pada ketinggian tertentu, maka
pengaturan tekanan perlu disetting ulang. Misalnya autoklaf diletakkan pada ketinggian 2700
kaki dpl, maka tekanan dinaikkan menjadi 20 psi supaya tercapai suhu 1210C untuk
mendidihkan air. Semua bentuk kehidupan akan mati jika dididihkan pada suhu 1210C dan
tekanan 15 psi selama 15 menit.
Pada saat sumber panas dinyalakan, air dalam autoklaf lama kelamaan akan mendidih
dan uap air yang terbentuk mendesak udara yang mengisi autoklaf. Setelah semua udara
dalam autoklaf diganti dengan uap air, katup uap/udara ditutup sehingga tekanan udara dalam
autoklaf naik. Pada saat tercapai tekanan dan suhu yang sesuai., maka proses sterilisasi
dimulai dan timer mulai menghitung waktu mundur. Setelah proses sterilisasi selesai, sumber
panas dimatikan dan tekanan dibiarkan turun perlahan hingga mencapai 0 psi. Autoklaf tidak
boleh dibuka sebelum tekanan mencapai 0 psi.
PENIMBANGANSemua masing-masing bahan pada formula di atas ditambah dengan 2% dari berat formula
semula masing-masing, yaitu :
NaCl 0,9% 0,9 gram dalam 100 ml
dalam 500 ml = 0,9 x 5 = 4,5 gram 4,5 gram + (2% x 4,5 gram) = 4,59 gram
Karbon aktif 0,1% 0,1 gram dalam 100 ml
dalam 500 ml = 0,1 x 5 = 0,5 gram 0,5 gram + (2% x 0,5 gram) = 0,51 gram
Aqua pro injeksi 500 ml + (2% x 500 ml) = 510 ml
CARA PEMBUATAN Disiapkan alat dan bahan yang akan dibutuhkan dalam pembuatan sediaan larutan
irigasi. Ditimbang bahan-bahan tersebut.
Setelah bahan-bahan ditimbang, NaCl dan Dekstrose dimasukkan ke dalam gelas
ukur 1000ml, kemudian NaCl dan dekstrose diencerkan dengan Aquades sedikit demi
sedikit sambil diaduk sampai mencapai volume 510ml. Setelah larut, gelas ukur yang
berisi NaCl dan dekstrose dipanaskan, kemudian masukkan karbon aktif atau karbon
aktif ke dalam larutan tersebut.
Aduk sambil dipanaskan hingga mencapai suhu 70oC. Pemanasan karbon aktif
bertujuan agar karbon aktif. Penggunaan karbon aktif bertujuan untuk membebaskan
pirogen.
Setelah didihkan, didiamkan, kemudian disaring hingga jernih, disaring dengan kertas
saring selama dua kali penyaringan. Tujuan utama penyaringan adalah penjernihan
atau sterilisasi dari suatu larutan. Larutan yang sangat mengkilap (hasil dari
penjernihan) memberikan kesan kualitas dan kemurnian yang baik sekali, suatu
karakteristik yang sangat diinginkan untuk suatu larutan steril.(Lachman, et al, 1994)
Hasil yang didapatkan larutan irigasi tersebut berwarna hitam karena dekstrose
berikatan dengan karbon aktif sehingga pada saat penyaringan karbon aktif tidak
tertahan di kertas saring, akan tetapi berikatan dengan dekstrose sehingga lolos dari
saringan. Karbon aktif merupakan cara yang banyak digunakan untuk menghilangkan
pirogen. Tetapi dalam sediaan ini karbon aktif tidak dapat digunakan sebagai
penghilang pirogen karena karbon aktif dapat berikatan dengan dekstrose sehingga
tidak dapat disaring. Beberapa metode lain yang dapat digunakan untuk
menghilangkan pirogen : Cara destilasi, cara pemanasan, cara penyerapan, cara
depyrogenasi, dengan penukar ion, dengan gamma radiasi, getaran ultrasonik
(www.ffarmasi.unand.ac.id/fulltext/pyrogen.pdf)
Larutan dimasukan ke dalam botol infus 500 ml. Kemudian botol infuse ditutup
dengan tutup yang sesuai, lalu ditutup dengan aluminium foil. Aluminium foil
bertujuan agar sisa-sisa air di luar tidak menyerap ke dalam. Penggunaan aluminium
foil juga menghilangkan udara dan penetrasi uap serta mencegah kontaminasi silang
setelah sterilisasi. Botol infus yang sudah ditutup dengan aluminium foil, di beri tanda
indikator pada permukaannya. Indikator ini bertujuan agar kita dapat mengetahui
apakah alat tersebut sudah steril atau belum. Indikator digunakan untuk mengecek
duplikasi kondisi dari proses yang sudah dijamin/disahkan dengan menempatkan
indikator di tempat dimana terdapat kesukaran terbesar dalam penetrasi panas
(Lachman, et al, 1994). Indikator ini akan berubah warna menjadi abu-abu, perubahan
warna ini karena pengaruh kelembaban dan panas. Jika terdapat perubahan warna
menjadi abu-abu maka alat tersebut sudah steril.
Kemudian di sterilkan dalam autoklaf pada suhu 121oC selama 15 menit.
Menggunakan metode Sterilisasi akhir dengan Autoklaf karena bahan-bahan yang
digunakan tahan panas. Diberi etiket kemudian dilakukan evaluasi terhadap
kejernihan larutan, volume terpindahkan, dan penetapan pH.
2.4 LARUTAN DIALISIS PERITONEAL
Merupakan suatu sediaan larutan steril dalam jumlah besar (2 liter). Larutan tidak
disuntikkan ke vena tapi dibiarkan mengalir ke dalam ruangan peritoneal dan umumya
menggunakan tutup plastik yang dipatahkan sehingga memungkinkan larutan dengan
cepat turun ke bawah. Penggunaan untuk menghilangkan senyawa toksik yg secara
normal diekskresikan oleh ginjal (misal digunakan pada keracunan ginjal, atau gagal
ginjal). Larutan diabsorbsi dalam membran peritoneal mengikuti peredaran darah.
Selanjutnya, di dalam ujung sel peritoneal terjadi penarikan zat toksin dari darah ke
dalam cairan dialisis yang bekerja sebagai membran semipermeable. Larutan yg tersedia
di perdagangan mengandung dekstrosa, vitamin, mineral, elektrolit dan asam
amino(peptida). Larutan dibuat hipertonik dengan tujuan untuk mencegah absorbsi air
dari larutan dialisis ke dalam sirkulasi
SYARAT LARUTAN DIALISIS PERITONEAL Hipertonis
Steril
Dapat menarik toksin dalam ruang peritoneal
CONTOH FORMULA LARUTAN DIALISIS PERITONEAL
larutan Dianeal 1,5% dan 2,5%, 2 liter pH 5,2
NaCl 538 mg 538 mg
Na Laktat 448 mg 448 mg
CaCl2 25,7 mg 25,7 mg
MgCl2 5,08 mg 5,08 mg
Dektrosa 1,5 g 2,5 g
Aqua pi 100 ml 100 ml
Osmolarity 346 396
2.5 EVALUASI SEDIAAN
1. Kejernihan larutan
Kejernihan larutan dapat dilihat dengan kertas hitam dan kertas putih, botol dilewatkan pada
kertas hitam atau putih. Jika partikel lebih gelap, maka menggunakan kertas putih agar
partikel dapat terlihat. Jika partikel lebih terang, maka menggunakan kertas hitam. Setelah
botol dilewatkan pada kertas hitam dan putih, tidak terlihat adanya partikel. Maka larutan
irigasi dinyatakan larutan irigasi yang jernih.
2. Volume terpindahkan
Larutan irigasi steril dibuat dengan volum 500ml, tetapi untuk mencegah berkurangnya
volume larutan, maka dilebihkan 2 % dari volume larutan, sehingga volume larutan steril
yang dibuat adalah 510ml. Setelah disaring dengan dua kali penyaringan didapatkan volum
sebesar 500ml sesuai dengan volume yang diinginkan pada pembuatan larutan irigasi
3. Penetapan pH
Uji pH ini bertujuan untuk mengetahui sifat ke asam-basaan dari sediaan irigasi yang dibuat.
Uji pH ini berkaitan dengan stabilitas obat dan keamanan dalam penggunaan. Setelah
dilakukan pengecekan pH dengan menggunakan indikator pH universal, pH larutan yang
didapat yaitu 7. Ini berarti memenuhi untuk pH sediaan parenteral yaitu antara 5 sampai 7
karena pH tersebut isohidris dengan nilai pH darah dan cairan tubuh lainnya. Isohidris yaitu
keadaan dimana pH larutan sama dengan pH darah ataupun cairan tubuh. Namun jika dalam
uji ini belum memenuhi persyaratan pH maka perlu dilakukan penyesuaian pH agar
memenuhi syarat. Jika terlalu asam, maka bisa ditambah larutan NaOH 0,1 N. Dan jika
terlalu basa dapat ditambah larutan HCl 0,1 N. Tujuan dari pengaturan pH ini adalah untuk
meningkatkan stabilitas obat. Selain itu juga untuk mencegah adanya rangsangan atau rasa
sakit sewaktu disuntikkan. Karena jika terlalu tinggi dapat menyebabkan nekrosis jaringan
sedangkan jika terlalu rendah maka menyebabkan rasa sakit sewaktu disuntikkan (Anonim,
1995).
2.6 PEMILIHAN WADAH Dikemas dalam wadah volume besar dengan tutup dapat berputar
Informasi obat :
Digunakan untuk merendam luka/mencuci luka,
Digunakan untuk merendam luka/mencuci luka, sayatan bedah atau jaringan/organ tubuh
Diberi label sama seperti injeksi.
Contoh larutan irigasi : Sodium chlorida untuk irigasi, Ringers untuk irigasi , Steril water
untuk irigasi
Contoh lar.dialisis peritoneal : larutan Dianeal 1,5% dan 2,5%, 2 liter pH 5,2
Label/etiket : “bukan untuk obat suntik”
Gambar.1 contoh larutan irigasi Gambar.2 contoh larutan dialysis peritoneal
KESIMPULAN
Larutan irigasi adalah larutan steril, bebas pirogen yang digunakan untuk tujuan pencucian
dan pembilasan.
Persyaratan larutan irigasi adalah sbb :
1. Isotonik
2. Steril
3. Tidak disbsorpsi
4. bukan larutan elektrolit
5. Tidak mengalami metabolisme
6. Cepat diekskresi
7. Mempunyai tekanan osmotik diuretik
8. bebas pirogen
Evaluasi sediaan larutan irigasi meliputi :
1. Kejernihan larutan
2. Volume terpindahkan
3. Penetapan pH
Larutan dialisis peritoneal merupakan suatu sediaan larutan steril dalam jumlah besar (2
liter). Larutan tidak disuntikkan ke vena tapi dibiarkan mengalir ke dalam ruangan
peritoneal dan umumya menggunakan tutup plastik yang dipatahkan sehingga
memungkinkan larutan dengan cepat turun ke bawah.
Persyaratan larutan dialisis peritoneal Hipertonis
Steril
Dapat menarik toksin dalam ruang peritoneal
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2008. Formulasi Steril. http://formulasisteril.blogspot.com. Diakses tanggal 12 Desember 2018
Anonim. 2009. http://ffarmasi.unand.ac.id/fulltext/pyrogen.pdf. diakses tanggal 12 Desember 2018
Ansel, Howard C.2005. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Jakarta : UI Press.
Departemen Kesehatan RI. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta : Depkes RI
Departemen Kesehatan RI. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta : Depkes RI
Lachman, Leon, Herbert A. Lieberman dan Joseph L. Kanig. 1988. Teori dan Praktek Farmasi Industri Jilid III. Jakarta : UI Press
http://www.allegromedical.com. Diakses tanggal 12 Desember 2018
http://www.nutrimedical.com/. Diakses tanggal 12 Desember 2018