Post on 12-Aug-2015
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Perkembangan dalam dunia teknologi otomotif yang semakin pesat,
berpengaruh terhadap pasar otomotif dengan banyaknya produk otomotif yang
berada dipasaran. Hal ini berdampak pada semakin ketatnya pasar otomotif
dimana semakin ketatnya pasar maka akan berdampak pada persaingan pasar
yang semakin ketat pula. Dalam persaingan ini secara tidak langsung akan
mempengaruhi perusahaan dalam mempertahankan pangsa pasarnya. Untuk
dapat persaingan secara kompetitif, produsen harus bisa memperhatikan
kebutuhan dan keinginan konsumen demi mempertahankan loyalitas konsumen.
Loyalitas konsumen bisa dilihat dari konsumen yang tidak mudah berpaling ke
produk lain dan tidak mencari alternatif lain sebagai pengganti produk. Dengan
alasan tersebut perusahaan berusaha untuk menciptakan konsumen yang loyal.
Menurut Brannan (2005) pelaku pasar sadar betul bahwa menguasai para
pelanggan berarti membangun suatu hubungan dengan merek.
Menurut Kotler (2000) para pesaing adalah perusahaan-perusahaan yang
memuaskan pelanggan yang sama. Setelah perusahaan mengidentifikasi
pesaingnya, perusahaan akan mencari tahu karakteristik apa saja yang dimiliki
pesaing. Karakteristik ini khususnya, strategi, tujuan, kelemahan dan pola reaksi
pesaing ketika mendapat ancaman pasar. Persaingan yang semakin ketat saat ini
pada semua kategori produk yang ada di pasaran melahirkan merek yang menjadi
identitas masing-masing dari suatu produk. Peranan merek semakin berkembang,
2
merek saat ini tidak hanya menjadi nama atau pembeda antara satu produk
dengan produk lain tetapi menjadi salah satu faktor penting untuk keunggulan
bersaing.
Durianto dkk (2001) menyatakan bahwa fenomena persaingan yang ada
dalam era globalisasi akan semakin mengarahkan sistem perekonomian Indonesia
ke arah mekanisme pasar yang memposisikan pemasar untuk selalu
mengembangkan dan merebut pangsa pasar (market share). Hal ini juga terlihat
dalam persaingan di industri sepeda motor. Commercial Intelegence (2009)
menyatakan bahwa industri motor nasional merupakan industri yang masih terus
mengalami pertumbuhan.
Indonesia adalah negara dengan penduduk sebanyak 255.587.718 jiwa
berdasarkan pada data dari KPU (http://nasional.sindonews.com, 15 Oktober
2012) ini menjadikan indonesia menjadi pangsa pasar yang kuat bagi industri
sepeda motor. berdasarkan pada data Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia
(AISI) yang beranggotakan Honda, Yamaha, Suzuki, Kawasaki dan TVS yaitu :
Tabel 1.1 Produksi Sepeda Motor di Indonesia pada Tahun 2003 - 2012
Year Production Wholesales Export 2003 2,814,054 2,809,896 13,8062004 3,897,250 3,898,744 1,7742005 5,113,487 5,074,186 15,3082006 4,458,886 4,428,274 42,4482007 4,722,521 4,688,263 25,6322008 6,264,265 6,215,831 64,9682009 5,884,021 5,881,777 29,8152010 7,395,390 7,398,644 29,3952011 8,006,293 8,043,536 31,3572012 7,311,019 7,064,457 77,129
Sumber: www.aisi.or.id
3
Data pada tabel 1.1 menunjukkan bahwa kebutuhan akan alat transportasi
sepeda motor meningkat dari tahun ke tahun. Walaupun pada tahun 2012 terjadi
penurunan penjualan sepeda motor yang diakibatkan oleh beberapa faktor yaitu,
aturan yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia dimana mewajibkan kredit
perbankan untuk pembelian sepeda motor minimal 25 persen dari harga sepeda
motor yang dibeli dan Peraturan Menteri Keuangan (PMK)
No.43/PMK.010/2012 yang mewajibkan uang muka 20 persen untuk kredit
pembelian kredit sepeda motor (http://m.merdeka.com, 24 Desember 2012) dan
faktor eksternal yang mempengaruhi dimana terjadinya penurunan harga barang
komoditas, seperti karet dan kelapa sawit yang berdampak pada penurunan
pendapatan para petani yang menyebabkan penundaan terhadap pembelian
sepeda motor (http://the-marketeers.com, 2 Oktober 2012). Namun pertumbuhan
masih akan terus terjadi mengingat pertumbuhan ini didorong oleh kebutuhan
masyarakat akan transportasi yang murah dan fleksibel, serta belum adanya
sistem transportasi missal yang terintegrasi di Indonesia. Sehingga untuk
beberapa tahun ke depan Indonesia masih akan menjadi pasar yang potensial dan
tentu saja hal ini akan terus meningkatkan persaingan pada dunia industri sepeda
motor di Indonesia.
Menurut Kotler (2000) perilaku konsumen manusia dipengaruhi oleh
faktor-faktor dalam pemilihan berbagai produk salah satunya adalah faktor
pribadi yaitu, pekerjaan, keadaan ekonomi, dan gaya hidup. Indonesia merupakan
negara berkembang dan memilki jumlah penduduk yang tinggi. Sehingga tingkat
ekonomi mayoritas penduduk Indonesia berada pada tingkat menengah ke
4
bawah. Dengan tingkat ekonomi menengah kebawah, maka alternatif untuk
pembelian alat transportasi yang paling memungkinkan adalah sepeda motor.
Hingga sekarang perkembangan dunia otomotif masih mampu memikat
perhatian. Penggunaan sepeda motor saat ini tidak hanya menjadi alat
transportasi semata tetapi telah menjadi bagian dari gaya hidup penggunanya. Ini
menunjukkan bahwa keputusan konsumen membeli sepeda motor bukan hanya
mengacu pada pertimbangan ekonomis semata. Tetapi lebih kearah seberapa
besar produk sepeda motor sport dapat memberikan kepuasan dan bagaimana
produk motor sport memenuhi kebutuhan yang diinginkan.
Pada kondisi ini, produsen harus selalu siap dalam mengembangkan
konsep-konsep produk baru yang akan ditawarkan kepada konsumen. Karena,
produk sepeda motor sangat peka terhadap selera konsumen dan tuntutan untuk
selalu mengikuti perkembangan jaman.
Dalam dunia usaha dengan tingkat persaingan yang tinggi dan kompetitif,
perusahaan yang tidak mempersiapkan produk barunya dengan kebutuhan dan
keinginan konsumen akan menghadapi resiko yang berat. Perusahaan yang tidak
dapat memenuhi kebutuhan dan keingan konsumen akan menghadapi bahwa
produk-produknya tidak akan diminati oleh konsumen. Ini diakibatkan dari
keinginan konsumen yang berubah-ubah, teknologi baru, dan daur hidup produk
yang pendek, serta persaingan yang meningkat baik itu dari dalam maupun luar
negeri (Kotler, 2000).
Seorang konsumen akan memilih produk atau merek tertentu yang sesuai
dan berlaku dengan kriteria dirinya sendiri. Hal ini dipengaruhi oleh pembetukan
5
faktor lingkungan dan faktor individu dalam diri konsumen tersebut. sehingga
dalam menentukan pilihan terhadap produk atau merek, konsumen melewati
proses tertentu yang berpengaruh terhadap keputusannya. Keputusan yang
diambil konsumen adalah produk atau merek yang memberikan kepuasan lebih
berdasarkan pada jangkaungan ekonomi konsumen. Hal ini juga menggambarkan
apa yang terjadi pada pengguna motor sport yang ada di Indonesia.
Durianto dkk (2001) berpendapat bahwa salah satu aset dalam perusahaan
untuk dapat merebut pangsa pasar adalah merek yang saat ini menjadi sumber
aset terbesar dalam perusahaan. Merek memberikan suatu sumber pilihan,
menyederhanakan keputusan, menawarkan jaminan mutu dan mengurangi resiko,
membantu ekspresi diri, serta menawarkan persahabatan dan kesenangan (Kotler,
2000). Lebih lanjut Kotler menyatakan bahwa merek adalah suatu hal yang
mendasar, sama dengan segmentasi dan positioning yang ada dalam pemasaran.
Diperlukan sebuah cara yang dapat membantu pengembangan dan pembangunan
bagi sebuah brand agar dapat menarik perhatian serta mempertahankan
konsumen.
Saat ini Yamaha menjadi salah satu merek yang dikenal oleh masyarakat
Indonesia. Terbukti dengan tingkat penjualan Yamaha sendiri yang berada pada
urutan ke-2 penjualan motor nasional pada tahun 2012 dengan pangsa pasar
34,07%. Walaupun saat ini Yamaha masih kalah bersaing dengan Honda yang
menjadi pemimpin pasar dari motor nasional yaitu sebesar 57,31%. Yamaha
sendiri pada awal tahun 2013 menyabet beberapa penghargaan versi Top Brand
Award yaitu, Mio pada segmen matik, V-xion pada segmen sport, Jupiter dan
6
Vega pada segmen bebek, dan Yamalube sebagai oli terbaik
(http://otomotif.news.viva.co.id, 5 Februari 2013). Melalui penghargaan ini
menunjukkan bahwa merek Yamaha mampu bersaing dan tetap stabil dalam
persaingan di industri sepeda motor nasional yang semakin ketat.
Tabel 1.2 Data Penjualan Sepeda Motor Tahun 2009
Merek Bebek Skutik Sport TotalHonda 1.659.764 861.740 182.593 2.704.097Yamaha 1.217.274 1.237.302 220.316 2.674.892Suzuki 291.947 119.612 26.599 438.158Kawasaki 16.187 - 45.030 61.217Kanzen 3.413 - - 3.143Jumlah 3.118.585 2.218.654 474.538 5.881.777
Sumber : http://otomotif.kompas.com yang diolah,2010
Tabel 1.3 Data Penjualan Sepeda Motor Tahun 2010Merek Bebek Skutik Sport Total
Honda 1.696.411 1.551.386 170.835 3.418.632Yamaha 1.423.417 1.661.496 260.767 3.345.680Suzuki 346.588 163.659 15.756 526.003Kawasaki 17.732 - 69.272 87.004Kanzen 1.890 - - 1.890TVS 17.260 - 2.175 19.435Jumlah 3.503.298 3.376.541 518.805 7.398.644
Sumber : http://otomotif.kompas.com yang diolah, 2011
Tabel 1.4 Data Penjualan Sepeda Motor Tahun 2011
Merek Penjualan 2011Desember Jan-Des
Honda 281.817 4.284.105Yamaha 133.403 3.173.290Suzuki 38.989 503.342
Kawasaki 5.617 95.108Kanzen 0 328
TVS 1000 14.309Total 460.879 8.043.536
Sumber: http://otomotif.kompas.com yang diolah, 2012
Tabel 1.5 Data Penjualan Sepeda Motor Tahun 2012Merek Desember 2012 Pangsa (%)
Honda 305.567 4.092.693 57,31
7
Yamaha 139.809 2.443.354 34,07Suzuki 32.095 465.630 6,52Kawasaki 10.404 131.657 1,84TVS 966 18.252 0,26Total 488.481 7.141.586 100
Sumber : http://otomotif.kompas.com yang diolah, 2013
Data pada tabel 1.2 sampai 1.5 menunjukkan produsen sepeda motor
Yamaha berada pada urutan ke-2 dalam penjualan sepeda motor di Indonesia.
Walaupun tidak menjadi pemimpin pasar, tetapi Yamaha tetap menjadi salah satu
pesaing yang harus diwaspadai oleh produsen sepeda motor Honda yang menjadi
pemimpin pasar. Bukan tidak mungkin untuk beberapa tahun ke depan bagi
Yamaha untuk merebut pangsa pasar yang dimiliki Honda apabila Yamaha dapat
dengan efektif memanfaatkan strategi yang mereka gunakan.
Yamaha sendiri memasuki pasar Indonesia pada tahun 1974, ini
menunjukkan bahwa Yamaha merupakan salah satu produsen sepeda motor yang
telah lama ada di Indonesia. Sehingga membentuk image yang baik dan
kepercayaan masyarakat terhadap sepeda motor pabrikan Yamaha. Pandangan
dan kepercayaan terhadap sepeda motor Yamaha membuat orang tidak ragu
untuk membeli sepeda motor pabrikan Yamaha. Ini diperkuat dengan banyaknya
jaringan dealer sekaligus bengkel resmi Yamaha yang mencapai 1.468 di seluruh
Indonesia.
Melihat dari banyaknya sepeda motor Yamaha yang ada di pasaran dapat
disimpulkan bahwa selain produk merek juga berperan sangat besar bagi sepeda
motor Yamaha. Namun agar merek produk dapat bertahan lama dalam kondisi
8
pasar yang semakin kompetitif dan keluar sebagai pemenang, dibutuhkan
konsumen yang memiliki loyalitas yang tinggi (Duriamto dkk, 2001).
Schiffman dan Kanuk (2004) menyatakan bahwa loyalitas merek adalah
bentuk sikap dan perilaku konsumen terhadap suatu merek. Konsumen akan
memilih merek tertentu berdasarkan pada perasaan konsumen mengenai merek
tersebut. Perasaan ini bisa didasari dari kepuasan yang dirasakan oleh konsumen
sehingga membentuk kebiasaan dalam membeli suatu produk atau merek.
Apabila perasaan yang dirasakan konsumen mengenai sebuah produk atau merek
menyenangkan bagi dirinya, maka akan menimbulkan sikap menyukai terhadap
merek atau produk dan menimbulkan perilaku pembelian yang berulang terhadap
suatu merek atau produk tertentu.
Loyalitas merek dapat diartikan bahwa konsumen mempunyai sikap
positif terhadap suatu merek, mempunyai komitmen pada merek tersebut, dan
bermaksud meneruskan pembeliannya dimasa mendatang (Mowen dan Minor,
2001).
Dengan tumbuhnya banyak komunitas pelanggan saat ini, berpengaruh
terhadap pengembangan sebuah merek. Karena, komunitas memiliki dampak
yang sangat besar terhadap merek yang digunakan oleh anggota komunitasnya.
Perkembangan ini sangat disadari oleh para pemilik merek. Sehingga banyak
sekali produsen yang jeli menangkap fenomena komunitas dan menggunakannya
sebagai salah satu strategi untuk mengetahui apa yang diinginkan oleh para
konsumennya. Komunitas juga membantu para produsen guna mencari informasi
untuk perbaikan kualitas produk yang dimiliki dan pelayanan seperti apa yang
9
diinginkan oleh konsumen. Adanya komunitas konsumen sendiri membantu para
produsen dalam mengembangkan program-program loyalitas yang ingin
diterapkan.
Fenomena komunitas yang dapat kita lihat, salah satunya adalah
komunitas Motor Gede (MOGE) yang ada di Indonesia. Pada komunitas Motor
Gede ada yang mengkhususkan pada merek tertentu, sebut saja Harley Davidson
agar dapat masuk menjadi anggotanya. Ada pula komunitas Motor Gede
campuran dimana untuk menjadi anggota diwajibkan memiliki sepeda motor
dengan cc minimal 250. Yamaha sendiri misalnya, dari berbagai tipe produk
memiliki komunitas tersendiri seperti, mio, jupiter, byson, v-xion dan lain-lain.
Komunitas sendiri ada yang dibuat oleh perusahaan dan ada pula yang dibuat atas
inisiatif konsumen sendiri.
Komunitas dapat dikatakan sebagai sekumpulan orang dengan hobi yang
sama ataupun memiliki suatu merek dan produk yang sama. Hasil survey
mengenai komunitas pada majalah SWA edisi No.24/XXIII/8-21 November 2007
(http://www.mail-archive.com). Ada 3 hal yang melatarbelakangi survey ini
yaitu:
1. Keyakinan bahwa komunitas adalah pasar potensial masa depan.
2. Potensi dan manfaat komunitas belum dimanfaatkan secara maksimal
sebagai sarana pemasaran.
3. Belum banyak produsen yang secara sadar memanfaatkan ataupun
mengantisipasi kelahiran komunitas yang kian marak saat ini.
10
Ketika komunitas berkumpul, mereka saling berinteraksi intens dengan
sebuah merek. Merek-merek itu bahkan berfungsi sebagai pengikat yang
menyatukan anggota komunitas. Sehingga tujuan survey ini untuk melihat sejauh
mana komunitas konsumen dapat menjulangkan merek dan nama baik
perusahaan. Selain itu untuk melihat bisa tidaknya komunitas menjadi indikator
positif bagi arus kas perusahaan. Setelah dilakukan survei terhadap 17 komunitas
di Indonesia dengan jumlah responden 1.173 orang menghasilkan gambaran
bahwa, keberadaan komunitas konsumen selama ini kebanyakan masih berproses
sederhana, tidak banyak produsen yang memperhatikan secara penuh dan
mengemasnya dengan baik, dan walaupun semuanya terlihat ikut berkontribusi
tetapi umumnya hal itu terjadi secara alamiah dengan sedikit polesan.
Istilah “brand community” pertama kali dikemukakan oleh Muniz dan
O’Guinn (2001) yaitu komunitas merek adalah komunitas yang terspesialisasi,
memiliki ikatan yang tidak terbatas pada wilayah geografis, dan berdasarkan
pada seperangkat struktur hubungan sosial diantara para penggemar merek
tertentu. Konsep ini digagaskan dalam sebuah jurnal penelitian konsumen. Brand
community sendiri mensituasikan konsumen ke dalam jaring-jaring hubungan
yang kompleks, baik antara produsen, konsumen dan merek yang saling
berinteraksi satu sama lain.
Komunitas merek yang dibentuk dengan beranggotakan konsumen dan
konsumen potensial adalah cara untuk menjalin hubungan jangka panjang antara
penyedia produk dan jasa kepada konsumennya dengan tujuan memberikan
kepuasan yang nyata kepada konsumen. Hal ini dapat digunakan sebagai wadah
11
dalam membantu konsumen yang telah menggunakan merek tertentu untuk
mengkomunikasikan kepuasan dan ketidakpuasan yang dirasakan mereka
langsung ke perusahaan. Komunitas biasanya dibentuk oleh sekelompok orang
yang memiliki hubungan khusus baik dalam penggunaan produk ataupun
kebiasaan yang dilakukan. Komunitas cenderung diidentifikasikan sebagai
kepemilikan bersama. Apakah itu diantara pekerja, teman, tetangga, kelompok
minat dan kesenangan terhadap merek. Melalui komunitas sekelompok orang
saling berbagi nilai-nilai kognitif, emosi, dan material.
Beberapa tahun terakhir dalam industri sepeda motor Indonesia penjualan
motor skutik menjadi fenomena yang luar biasa, dimana dari tahun 2010 hampir
50 persen dari penjualan motor nasional didominasi oleh motor skutik. Setiap
pabrikan atau produsen sepeda motor mulai mengeluarkan produk andalannya
dalam tipe motor skutik, baik mengeluarkan produk terbaru ataupun melakukan
refreshment product terhadap produk lamanya. Begitu pula dengan pabrikan
sepeda motor Yamaha yang mengeluarkan berbagai macam jenis produk sepeda
motor sport. Salah satunya adalah Yamaha Mio yang dikeluarkan oleh pabrikan
sepeda motor Yamaha Motor Indonesia.
Ketika pertama kali muncul dalam pasar sepeda motor skutik Indonesia,
Yamaha Mio menjadi salah satu penguasa pasar dengan
Saat ini keberadaan komunitas merek di Indonesia bukanlah merupakan
hal yang baru. Dalam pembentukan komunitas merek sendiri diperlukan strategi
marketing. Manusia sebagai mahluk sosial memerlukan interaksi antara satu
12
sama dan cenderung hidup bersama orang lain. Sehingga dalam pembentukan
sebuah komunitas merek tidaklah sulit, terutama apabila sekelompok orang
saling menyukai suatu produk atau merek tertentu. Keberadaan komunitas sendiri
sangat membantu produsen dalam pengembangan produk yang sesuai dengan
keinginan konsumen demi menjaga pangsa pasar yang dimiliki dan
meningkatkan penjualan.
Loyalitas konsumen adalah salah satu faktor penting perusahaan dalam
mempertahankan pangsa pasarnya. Melihat pada hal ini, Yamaha harus dapat
mempertahankan mereknya yang merupakan salah satu merek produsen sepeda
motor terbesar di Indonesia dengan pangsa pasar secara keseluruhan berada pada
urutan ke-2 dalam penjualan sepeda motor. Ini menjadikan Yamaha sebagai salah
satu produsen yang dikenal oleh masyarakat dan Yamaha sendiri memiliki
komunitas yang tersebar luas di Indonesia.
Vixion sebagai ujung tombak di segmen sepeda motor sport memiliki
banyak pesaing dari berbagai merek produsen motor lain. Ini menunjukkan
bahwa persaingan dalam industri sepeda motor sport semakin pesat. Namun
Vxion dari pertama kali dikeluarkan telah mampu menyaingi pemimpin pasar
saat itu yaitu Honda MegaPro dan pada tahun berikutnya mampu menjadi
pemimpin pasar dalam penjualan motor sport sampai saat ini. Melihat pada
peningkatan terus menerus dalam penjualan sepeda motor V-xion dan sampai
saat ini menjadi pemimpin pasar, menunjukkan bahwa Vixion dapat memenuhi
apa yang diinginkan oleh para konsumen motor sport di Indonesia. Namun
tingkat penjualan tidak selalu menunjukkan apakah konsumen akan loyal
13
terhadap V-xion ke depannya. Sehingga perlu diadakannya analisis loyalitas
merek pengguna sepeda motor Vixion. Agar dapat membantu dalam
mempertahankan pangsa pasar yang dimiliki dan tetap mampu bertahan dalam
persaingan pasar yang semakin ketat.
Berdasarkan pada latar belakang ini penulis tertarik untuk mengangkat
permasalahan ini dengan judul “Pengaruh Brand Community Terhadap
Loyalitas Merek Sepeda Motor Yamaha V-xion” studi kasus pada komunitas
Yamaha Vixion Club Banjarmasin.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah legitimasi, loyalitas merek oposisi, merayakan sejarah merek, berbagi
cerita merek, integrasi dan mempertahankan anggota, serta membantu dalam
penggunaan merek berpengaruh secara simultan terhadap loyalitas merek
Yamaha Vixion?
2. Apakah legitimasi, loyalitas merek oposisi, merayakan sejarah merek, berbagi
cerita merek, integrasi dan mempertahankan anggota, serta membantu dalam
penggunaan merek berpengaruh secara parsial terhadap loyalitas merek
Yamaha Vixion?
3. Apakah variabel integrasi dan mempertahankan anggota memiliki pengaruh
paling dominan terhadap loyalitas merek Yamaha Vixion?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah :
14
1. Untuk menganalisis legitimasi, loyalitas merek oposisi, merayakan sejarah
merek, berbagi cerita merek, integrasi dan mempertahankan anggota, serta
membantu dalam penggunaan merek berpengaruh secara simultan terhadap
loyalitas merek Yamaha Vixion.
2. Untuk menganalisis legitimasi, loyalitas merek oposisi, merayakan sejarah
merek, berbagi cerita merek, integrasi dan mempertahankan anggota, serta
membantu dalam penggunaan merek berpengaruh secara parsial terhadap
loyalitas merek Yamaha Vixion.
3. Untuk menganalisis apakah variabel integrasi dan mempertahankan anggota
memiliki pengaruh paling dominan terhadap loyalitas merek Yamaha Vixion
1.4 Manfaat Penelitian
1. Penelitian ini diharapkan dapat menggambarkan bahwa brand community
mempunyai pengaruh terhadap loyalitas merek dan selanjutnya dapat menjadi
pertimbangan perusahaan untuk menerapkan strategi yang tepat ke depannya
baik dalam pengelolaan produk maupun komunitas yang dimiliki oleh
perusahaan.
2. Memberikan kesempatan bagi penulis unutk menguji dan
mengimplementasikan ilmu yang telah diperoleh dalam perkuliahan.
3. Sebagai bahan referensi dan dapat dijadikan perbandingan dalam melakukan
penelitian selanjutnya, khususnya mengenai brand community dan loyalitas
konsumen.
1.5 Sistematika Penulisan
15
Sistematika penulisan adalah suatu pola dalam menyusun karya ilmiah untuk
memperoleh secara garis besar gambaran bab demi bab. Penelitian ini disusun
dengan perincian sebagai berikut :
BAB I Pendahuluan
Bab ini menguraikan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan
penelitan, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II Tinjauan Pustaka
Bab ini mengulas dan menjelaskan tentang landasan teori, penelitian terdahulu,
kerangka pemikiran dan perumusan hipotesis.
BAB III Metodologi Penelitian
Bab menguraikan dan menjelaskan mengenai ruang lingkup penelitian, populasi
dan sampel, definisi operasional variabel, jenis dan sumber data, teknik
pengumpulan data, serta teknik analisis data.