BAB I PENDAHULUAN - abstrak.uns.ac.id · Jahiliyah, dengan deskripsi tentang peperangan-peperangan...

Post on 20-Oct-2019

20 views 0 download

Transcript of BAB I PENDAHULUAN - abstrak.uns.ac.id · Jahiliyah, dengan deskripsi tentang peperangan-peperangan...

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Istilah sastra dalam kesusastraan Arab menurut Wargadinata (2008: 2),

bahwa dalam bahasa Arab tidak ada sebuah kata yang artinya bertepatan dengan

sastra; kata yang paling dekat adalah kata adab. Hal ini selaras dengan apa yang

diungkapkan oleh Teeuw dalam buku kesusastraan Arab (Muzakki, 2006: 29),

bahwa tidak ada kata yang artinya bertepatan dengan sastra, kata yang paling

dekat adalah kata [adab] . Adab dalam arti sempit, berarti belles-lettres atau

susastra, sekaligus juga berarti kebudayaan (civilization) atau dalam kata Arab

lain adalah [tamaddun] .

Secara historis, kata adab sendiri dalam bahasa Arab memiliki banyak

makna sesuai dengan masa di mana kata itu dipergunakan. Misalnya pada Masa

Jahiliyah, orang Arab menggunakan kata adbhun (bukan adab), yang berarti

undangan untuk menyantap makanan [ad-Da’watu ila>l-Tha’a>mi] .

Tradisi semacam ini merupakan suatu perbuatan yang amat terpuji dan bentuk

moral yang tinggi, karena pada dasarnya akan mendorong seseorang untuk

menghormati dan memuliakan para tamunya. Kata adab pada Masa permulaan

Islam [shadru Isla>m] , mencakup makna pendidikan lisan dan pendidikan

budi pekerti (akhlak). Kata adab pada Masa Bani Umayyah, berarti pengajaran

2

[ta’allum] , maka kata [muaddibun] sama maknanya dengan

[mu‟allimun] . Orang-orang yang mengajar anak-anak khalifah tentang syair,

pidato, berita-berita [al-Akhba>r] dan peristiwa penting yang menimpa orang

Arab [Ayya>mul-‘Arab] disebut dengan pendidik [muadibu>n] .

Pengertian „pendidikan‟ pada masa ini mencakup perilaku kehidupan yang baik,

pendidikan budi pekerti, dan pendidikan lisan (etika berbicara). Abad ketiga

Hijriyah, kata adab hanya dipergunakan untuk pengajaran sastra, yaitu syair, dan

prosa serta yang terkait dengannya, di antaranya adalah berita [al-Akhba>r] dan

peristiwa penting yang menimpa orang Arab [ayya>mul-‘Arab] (Muzakki, 2006:

30-31).

Adapun macam-macam prosa yang berkembang pada masa Jahiliyah yaitu

pidato [al-Khutbah] , wasiat [al-Washiyyat] , peribahasa [al-Amtsa>l]

, pepatah atau hikmah [al-Chikmah] , dan kisah atau cerita [al-

Qishshah] .

Kisah biasanya berbentuk cerita fiksi, berupa novel, cerpen ataupun bentuk

prosa lainnya. Cerita fiksi adalah seni yang memiliki kaitan erat dengan jiwa yang

tekun menyimaknya. Sebab ia menggambarkan fragmen-fragmen kehidupan baik

fiktif maupun nyata. Cerita sudah dikenal oleh manusia sejak dahulu kala ketika

manusia menceritakan kejadian-kejadian dan peristiwa-peristiwa yang dialaminya,

juga mitos-mitos yang dikhayalkannya, peperangan dan pahlawan yang ia

3

saksikan atau ia dengar. Bangsa Arab telah membangun cerita sejak masa

Jahiliyah, dengan deskripsi tentang peperangan-peperangan dan mitos-mitos

mereka. Islam datang, al-Qur‟an dan Sunah Nabi ikut memaparkan sederet cerita

nabi-nabi, umat-umat masa lampau, dan cerita kaum mukmin serta kaum kafir,

agar bisa dijadikan pelajaran dan refleksi bagi manusia (Sangidu, 2007: 29).

Seni cerita pada masa modern, mengalami perkembangan pesat, di satu

sisi ia masih terpengaruh dengan cerita-cerita klasik, dan dengan seni cerita

modern ala Barat di sisi lain. Cerita-cerita Barat bermunculan dengan melukiskan

berbagai aspek-aspek kehidupan kontemporer. Cerita-cerita juga cukup variatif

dan tersebar luas hingga menjadi genre sastra yang terpenting dan paling populer

(Sangidu, 2007: 30).

Sebuah karya sastra lahir tidak lepas dari penciptanya, yaitu sastrawan.

Salah satu sastrawan yang terkenal adalah Jubra>n Khali>l Jubra>n atau lebih dikenal

di dunia selain Arab dengan nama Kahlil Gibran. Jubra>n Khali>l Jubra>n lahir di

Beshari, sebuah desa di gunung El-Urz, Lebanon pada tanggal 6 Januari 1883 dari

keluarga Kristiani. Ketika lahir orang tuanya memberikan nama Gibran, persis

seperti nama kakeknya sebagaimana adat kebiasaan orang-orang Lebanon waktu

itu, ayahnya sendiri bernama Kahli>l Ibnu Sa`ad Ibnu Yusuf Ibnu Gibran

(Atho‟illah, 2007: 89). Gibran atau Jubra>n Khali>l Gibran atau Jubra>n Khali>l

Jubra>n adalah nama yang dipakai untuk kalangan Arab, sedangkan untuk

kalangan bukan Arab dipakai nama “Kahlil Gibran” dengan mengubah huruf „h‟

atas anjuran para gurunya di Amerika yang sangat mengagumi kejeniusannya

(Mangoenprasodjo, 2001).

4

Karya Jubra>n di antaranya yaitu karya-karya yang diterbitkan di Lebanon

dengan berbahasa Arab: [Nubthah fi> Fan al-Mu>siqa] (Music,

1905), Ara’is al-Muruj (Nymphs of The Valley, also Translated as Spirit Brides

and Brides of Prairie, 1908), [al-Arwa>ch al-Mutamarridah] , Spirits

Rebellious (1908), [al-Ajnichah al-Mutakassirah] , Broken Wings

(1912), [Dam’ah wa Ibtisa>mah] , A Tear and A Smile (1914), [al-

Mawa>kib] , The Processions (1919), [al-‘Awa>shif] , The Tempest

(1920), [al-Bada’i wa>l-Tar>a’if] , The New and The Marvellous

(1923) (Atho‟illah, 2007: 91).

Karya-karya yang diterbitkan di Inggris sebelum kematiannya: The

Madman (1918), Twenty Drawings (1919), The Forerunner (1920), The Prophet

(Sang Nabi, 1923), Sand and Foam (1926), Kingdom of Imagination (1927),

Jesus The Son of Man (1928) yang kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa

Arab dengan judul [Yasu>’ ibnul-Insa>n] , The Earth Gods (1931)

(Atho‟illah, 2007: 91; Febrianti, 2012).

Setelah kematiannya, karya-karya yang ditulis Jubra>n masih diterbitkan di

Inggris. Karya-karya Jubra>n yang diterbitkan di Inggris setelah kematiannya yaitu:

The Wanderer (1932), The Garden of The Prophet (1933, Completed by Barbara

Young) yang kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Arab dengan judul

[Chadi>qatul-Nabiyi] dalam bahasa Indonesia dengan judul Taman Sang

Nabi, dan Lazarus and his Beloved (Play, 1933). Karya-karyanya yang diterbitkan

setelah kematiannya: Prose Poem (1934), Secret of The Heart (1947), A Treasury

5

of Kahlil Gibran (1951), A Self-Portrait (1959), Thoughts and Meditations

(1960), A Second Treasury of Kahlil Gibran (1962), Voice of the Soul (1965),

Between Night and Morn (1972), A Third Treasury of Kahlil Gibran (1975), The

Storm (1994), The Beloved (1994), The Vision (1994), Eye of The Prophet (1995),

dan The Treasured Writings of Kahlil Gibran (1995) (Febrianti, 2012).

Karya-karya Jubra>n yang sudah diterjemahkan serta diterbitkan dalam

bahasa Indonesia di antaranya dengan judul: Sayap-Sayap Patah, Al-Musthafa,

Jiwa-Jiwa Pemberontak, Semua Ingin Jatuh Cinta, Yesus Sang Anak Manusia,

Lagu Gelombang, Potret Diri, Pasir dan Buih, Taman Sang Nabi, Kuasa Cinta

dalam Keadilan, Sang Musafir, Suara Sang Guru, Penggali Kubur, Kematian

Sebuah Bangsa, Nabi dari Lebanon, Cinta Keindahan dan Kesunyian, The

Prophet Sang Nabi, Risalah Cinta, Badai, Kidung Cinta, Surga Sang Nabi, dan

masih banyak karya-karya Jubra>n yang diterjemahkan dan diterbitkan dalam

bahasa Indonesia (Febrianti, 2012).

Karya sastra erat hubungannya dengan pembaca. Karena sejatinya sebuah

karya sastra lahir ditujukan kepada pembaca, bagi kepentingan masyarakat

pembaca. Pembacalah yang menentukan makna dan nilai karya sastra. Karya

sastra tidak mempunyai arti tanpa ada pembaca yang menanggapinya. Karya

sastra mempunyai nilai karena ada pembaca yang menilai. Sejak dahulu sampai

sekarang karya sastra selalu mendapat tanggapan-tanggapan pembaca, baik secara

perorangan maupun secara bersama-sama atau secara massal (Pradopo, 1995:

206).

6

Kaitannya dengan pembaca, Segers membedakan pembaca menjadi tiga

macam, yaitu a) pembaca nyata, b) pembaca implisit, dan c) pembaca ideal.

Pembaca nyata dijumpai dalam penelitian eksperimental, termasuk peneliti, pada

umumnya mereka memberikan penilaian secara individual. Pembaca implisit

adalah instansi yang diciptakan oleh teks, keseluruhan indikasi tekstual yang

mengarahkan cara membaca pembaca nyata sehingga menimbulkan tanggapan

yang berbeda-beda. Pembaca ideal atau pembaca mahatahu (superreader), seperti

kritikus dan penerjemah (Nyoman, 2011: 286).

Karya sastra lahir untuk pembaca, sehinggaobyek formal penelitian ini

adalah tanggapan pembaca terhadap novel al-Ajnichah al-Mutakassirah karya

Jubra>n Khali>l Jubra>n. Peneliti memilih novel al-Ajnichah al-Mutakassirah karya

Jubra>n Khali>l Jubra>n sebagai obyek penelitian karena keagungan dan

kemasyhuran Jubra>n beserta karya-karyanya. Karya-karya Jubra>n diakui karena

keindahan dan kedalaman maknanya, dengan bahasa alegoris, esoteris, dan mistis

yang khas dunia Timur. Jubra>n dianggap sebagai duta budaya oriental yang

menghadirkan khazanah Timur yang eksotik dan mistis kepada dunia Barat

modern (Mangoenprasodjo, 2001: ix).

Novel al-Ajnichah al-Mutakassirah merupakan salah satu cerita dari

Timur Tengah yang berbahasa Arab, merupakan mahakarya dari sastrawan besar

berkebangsaan Lebanon yang dikenal juga sebagai sastrawan perantauan atau

sastrawan machja>r yang produktif. Jubra>n menuliskan dalam pengantar bukunya

yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan judul “Masterpiece Kahlil

Gibran” bahwasanya novel al-Ajnichah al-Mutakassirah merupakan karya

7

terbaiknya (Gibran, 2002: xi). Hal selaras juga dapat dilihat dalam buku berjudul

„Tetralogi Masterpiece Kahlil Gibran‟ terbit pada tahun 2001, bahwa novel al-

Ajnichah al-Mutakassirah termasuk di dalamnya dengan pertimbangan bahwa

novel ini adalah karyanya yang terindah. Novel yang melukiskan duka cita

percintaan Jubra>n dengan penyelesaian yang khas: kemurungan puitis, kehalusan

budi dan kedalaman falsafi, liris, mengiris, sendu, yang seakan mengatasi kodrat

manusiawi (Mangoenprasodjo, 2001: x).

Novel al-Ajnichah al-Mutakassirah telah diterjemahkan dalam berbagai

bahasa, seperti dalam bahasa Inggris dengan judul “Broken Wings” dan dalam

bahasa Indonesia dengan judul “Sayap-Sayap Patah”. Ratusan penerbit di

Indonesia telah menerjemahkan karya-karya Jubra>n, baik diterjemahkan dari

bahasa Arab ke bahasa Indonesia maupun dari bahasa Inggris ke bahasa

Indonesia. Hal ini mengindikasikan bahwasanya eksistensi karya-karya dari

Jubra>n di Indonesia, khususnya novel al-Ajnichah al-Mutakassirah memiliki

tempat tersendiri bagi para pembacanya. Jubra>n dikenal di seluruh penjuru

Indonesia bahkan dunia sebagai sastrawan machja>r atau sastrawan perantauan

berkebangsaan Lebanon.

Novel al-Ajnichah al-Mutakassirah bercerita tentang kisah cinta yang

terhalang oleh konvensi sosial berupa tradisi perjodohan dan pernikahan yang

hanya bertujuan mengejar materi serta kepuasan hidup. Novel ini menceritakan

kisah cinta tokoh „aku‟ dengan gadis cantik jelita. Gadis itu bernama Salma

Karamah. Salma adalah anak orang kaya raya lagi dermawan bernama Faris

Affandy Karamah. Kisah cinta mereka terhalang oleh adat Lebanon yaitu

8

masyarakat tidak dapat menentang apa yang dikatakan dan diperintahkan pemuka

agama. Masyarakat tidak dapat menentang pemuka agama baik pendeta sebagai

pemuka agama Kristen, Protestan, pemimpin agama Budha bahkan imam agama

Islam, walaupun telah diketahui tabiat buruk para pemuka agama tersebut.

Persoalan tersebut pada akhirnya mematahkan sayap-sayap cinta tokoh „aku‟

dengan tokoh Salma Karamah. Hal tersebut terjadi karena seorang pendeta yang

bernama Pendeta Ghalib telah melamar Salma Karamah untuk disandingkan

dengan kemenakannya, yang bernama Manshur Bek Ghalib. Manshur Bek Ghalib

adalah seorang laki-laki yang culas berperangai jahat.

Pernikahan yang ada di dalam novel tersebut merupakan sebuah

pernikahan yang hanya bertujuan untuk mengangkat derajat kelompok tertentu.

Hanya sebuah pernikahan harta dan kecantikan saja. Novel tersebut bercerita

tentang cinta yang terhalang oleh konvensi sosial yang mengukung putih cinta

kaum adam dengan kaum hawa di seantero jagat Timur Tengah pada masa itu.

Permasalahan yang menarik adalah seluruh masyarakat dari berbagai kelas sosial

tunduk pada perintah pemuka agama, meskipun telah diketahui tabiat buruk para

pemuka agama tersebut.

Penelitian ini menggunakan pendekatan resepsi sastra, yaitu pendekatan

sastra yang mementingkan pembaca. Peneliti akan meneliti fenomena-fenomena

yang ada dalam novel seperti yang telah dipaparkan di atas yaitu mengenai tradisi

perjodohan dan pernikahan dalam novel al-Ajnichah al-Mutakassirah lalu akan

ditanggapi oleh pembaca sebagai bentuk resepsinya terhadap problem yang ada di

dalam novel, sehingga akan dapat ditarik solusi dari permasalahan tersebut.

9

Pengertian kritik sastra sendiri dijelaskan oleh Rene Wellek dan Austin

Warren dalam Theory of Literature (1957) bahwa kritik sastra merupakan

pembicaraan tentang karya sastra. Hal ini berkaitan dengan pembicaraan tentang

karya sastra tertentu. Adapun Abrams dalam Glossary of Literary Terms (1981)

menerangkan bahwa kritik sastra merupakan cabang ilmu yang berurusan dengan

perumusan, klasifikasi, penerangan, dan penilaian karya sastra. Pradopo dalam

Kritik Sastra Indonesia Modern (1988) menyatakan bahwa kritik sastra ialah

pertimbangan baik buruknya karya sastra (Sardjono, 2005: 56). Seperti yang telah

dijelaskan di atas mengenai pembaca, maka dalam penelitian ini pembaca yang

dimaksudkan adalah pembaca ideal (yaitu kritikus dan penerjemah) dan pembaca

nyata yaitu peneliti.

Berdasarkan pemaparan di atas, maka penulis mengambil judul

TANGGAPAN PEMBACA TERHADAP NOVEL “AL-AJNICHAH AL-

MUTAKASSIRAH” KARYA JUBRA>N KHALI >L JUBRA>N Analisis Resepsi

Sastra sebagai judul penelitian.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka

permasalahan yang dapat dirumuskan adalah:

a. Bagaimana struktur novel al-Ajnichah al-Mutakassirah karya Jubra>n

Khali>l Jubra>n berdasarkan teori struktural Farhu>d?

b. Bagaimana tradisi perjodohan dan pernikahan dalam novel al-Ajnichah al-

Mutakassirah?

10

c. Bagimana tanggapan pembaca ideal terhadap novel al-Ajnichah al-

Mutakassirah dan tanggapan pembaca nyata terhadap tradisi perjodohan

dan pernikahan dalam novel tersebut?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penilitian ini adalah sebagai berikut:

a. Mendeskripsikan struktur novel al-Ajnichah al-Mutakassirah karya Jubra>n

Khali>l Jubra>n berdasarkan teori struktural Farhu>d.

b. Mendeskripsikan tradisi perjodohan dan pernikahan dalam novel al-

Ajnichah al-Mutakassirah.

c. Mendeskripsikan tentang tanggapan pembaca ideal berkaitan dengan

eksistensi novel al-Ajnichah al-Mutakassirah dan mendeskripsikan

tanggapan pembaca nyata terhadap problem perjodohan dan pernikahan

dalam novel tersebut.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, baik secara teoretis

maupun secara praktis, yaitu:

1. Manfaat Teoretis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan memperkaya

khazanah ilmu pengetahuan dalam studi sastra Arab. Selain itu, diharapkan

bisa menambah wawasan mengenai penelitian terhadap novel Jubra>n Khali>l

Jubra>n yang berjudul al-Ajnichah al-Mutakassirah menggunakan pendekatan

resepsi sastra.

11

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapakan dapat memberikan manfaat kepada pembaca

mengenai fenomena kehidupan masyarakat Timur Tengah yang

direpresentasikan melalui tokoh-tokoh dalam novel, yaitu mengenai tradisi

perjodohan dan pernikahan. Melalui penelitian ini, dapat diketahui bagaimana

para tokoh dalam novel dapat hidup di dalam kungkungan konvensi sosial

yang tidak pernah dapat ditentang. Bagaimana perilaku para tokoh tetap dapat

berhubungan dengan manusia lain dan lingkungannya. Jarang seorang

manusia ketika menghadapi konflik sosial, dalam hal ini adalah percintaan

yang terhalang, mereka bisa menyelesaikannya secara bijaksana dan secara

dewasa. Terkadang dengan cara-cara kasar mereka menentangnya, karena rasa

cinta, rasa ingin memiliki, rasa ingin untuk bersama bahkan rasa tidak ingin

kehilangan orang yang dicintai membuat logikanya lumpuh dan tidak mampu

berfikir dengan dingin.

Berdasarkan penelitian ini dapat diambil amanat tentang permasalahan

sosial yang terjadi di masyarakat dan bagaimana seharusnya cara penyelesaian

yang baik dan bijak untuk diambil sebagai sebuah keputusan.

E. Tinjauan Pustaka

Penulis dalam tinjauan pustaka ini, melakukan tinjauan secara umum yaitu

berdasarkan obyek material penelitian. Tinjauan berdasarkan obyek material

adalah peneliti melakukan tinjauan berdasarkan obyek material yang akan diteliti

yaitu novel dengan judul al-Ajnichah al-Mutakassirah karya Jubra>n Khali>l Jubra>n.

Sejauh pengamatan penulis melakukan tinjauan pustaka, bahwasanya novel

12

dengan judul al-Ajnichah al-Mutakassirah karya Jubra>n Khali>l Jubra>n telah

diteliti oleh:

1) Khamid Wijaya, mahasiswa Sastra Asia Barat Universitas Gadjah Mada

Yogyakarta dengan judul skripsi: “Tinjauan Sosiologi Sastra Novel aL-

Ajniḥah aL-Mutakassirah karya Jubra>n Khali>l Jubra>n” pada tahun 1994.

2) Sri Hartatik Mulyaningsih, mahasiswi Sastra Asia Barat Universitas

Gadjah Mada Yogyakarta dengan judul skripsi: “Analisis Pengunaan Na‟at

Muta‟addid dalam Novel al-Ajniḥah al-Mutakassirah karya Gibra>n Khali>l

Gibra>n” pada tahun 1994.

3) Siti Fitroh, mahasiswi Sastra Asia Barat Universitas Gadjah Mada

Yogyakarta dengan judul skripsi: “Bentuk-bentuk Tasybi>h dalam Novel

al-Ajniḥah al-Mutakassirah karya Jibra>n Khali>l Jibra>n‛ dengan

menggunakan analisis bala>gi> pada tahun 1995.

4) Imamah Mar`ati Sholihah, mahasiswi Sastra Asia Barat Universitas

Gadjah Mada Yogyakarta dengan judul skripsi: “Analisis Penggunaan Fi`il

Majhu>l dalam Novel al-Ajniḥah al-Mutakassirah karya Jubra>n Khali>l

Jubra>n” dengan menggunakan analisis ṣarfi dan naḥwi pada tahun 1996.

5) Jevi Anwar Pata, mahasiswa Fakultas Adab Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta dengan judul skripsi: ‚Qishah al-Ajnihah al-

Mutakassirah li-Jubra>n Khali>l Jubra>n: Dirasah wa Tahlil‛ pada tahun

2005.

6) Ririn Arfiati, mahasiswi Bahasa dan Sastra Arab Universitas Islam Negeri

Maulana Malik Ibrahim Malang dengan judul skripsi

13

[Tarjamatu Mufrada>tal-„Arabiyah ila>l-Indu>nisiyyah: Dira>satu „ala >l-

Riwa>yati “Al-Ajnichah al-Mutakassirah” Jubra>n Khali>l Jubra>n]

Terjemahan Mufradat Bahasa Arab ke Bahasa Indonesia: dalam Novel

“al-Ajnichah al-Mutakassirah” karya Jubra>n Khali>l Jubra>n pada tahun

2008.

7) Siti Mu‟alifah, mahasiswi Sastra Arab Fakultas Sastra Universitas Negeri

Malang dengan judul skripsi: “Analisis Keindahan Makna dalam Novel al-

Ajnihah al-Mutakassirah sebagai Pendalaman Materi al-Muhassina>t al-

Maknawiyyah pada Mata Kuliah Balaghah II” pada tahun 2013.

8) Fera Delia, mahasiswi Sastra Arab Fakultas Ilmu Budaya Universitas

Indonesia dengan judul skripsi: ‚Novel al-Ajnihah al-Mutakassirah karya

Jibra>n Khali>l Jibra>n dan Novel Dian Yang Tak Kunjung Padam karya

Sutan Takdir Alisjahbana (Sebuah Perbandingan)‛.

Berdasarkan tinjauan pustaka di atas, sejauh pengamatan penulis

melakukan tinjauan pustaka di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sebelas Maret

Surakarta, di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, di

Fakultas Adab Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, di Fakultas

Humaniora dan Budaya Universitas Islam Maulana Malik Ibrahim Malang, di

Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang serta di Fakultas Ilmu Budaya

Universitas Indonesia, maka penelitian dengan judul “TANGGAPAN PEMBACA

TERHADAP NOVEL „AL-AJNICHAH AL-MUTAKASSIRAH‟ KARYA

14

JUBRA>N KHALI>L JUBRA>N” dengan menggunakan teori resepsi sastra belum

pernah dilakukan dan penelitian ini dapat dilanjutkan.

F. Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah dilakukan guna mempermudah jalannya penelitian

agar penelitian lebih efektif dan dapat mencapai sasaran yang diinginkan. Adapun

pembatasan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Aspek struktural akan membicarakan mengenai cerita, alur, penokohan,

latar, dan gagasan atau tema sesuai dengan teori struktural model Farhu>d.

2. Mendeskripsikan tradisi perjodohan dan pernikahan yang ada dalam novel

al-Ajnichah al-Mutakassirah yaitu tradisi perjodohan dan pernikahan di

negara Lebanaon.

3. Tanggapan pembaca ideal terhadap eksistensi novel al-Ajnichah al-

Mutakassirah, sedangkan tanggapan pembaca nyata terhadap wacana

perjodohan dan pernikahan masyarakat Lebanon yang terdapat dalam

novel tersebut.

G. Landasan Teori

Teori berasal dari kata theoria (bahasa Latin). Secara etimologis teori

berarti kontemplasi terhadap kosmos dan realitas. Pada tataran yang lebih luas,

dalam hubungannya dengan dunia keilmuan teori berarti perangkat pengertian,

konsep, proposisi yang mempunyai korelasi, dan telah teruji kebenarannya

(Nyoman, 2013: 1).

Selaras apa yang diungkapkan oleh Sangidu dengan mengutip pendapat

Mely G, teori (theory) pada intinya merupakan pernyataan mengenai sebab-akibat

15

atau mengenai adanya hubungan positif antara fenomena yang diteliti dalam

masyarakat atau dalam teks-teks sastra tulis atau teks-teks sastra lisan. Kemudian

mengutip pendapat dari Moeliono, di sisi lain, teori merupakan asas atau hukum-

hukum umum yang menjadi dasar (pijakan, pedoman, tuntunan) suatu

pengetahuan. Berdasarkan penjelasan di atas dapat dikatakan bahwa teori

merupakan aturan (tuntunan kerja) untuk melakukan sesuatu (Sangidu, 2004: 13).

Landasan teori sendiri yaitu landasan yang berupa hasil perenungan

terdahulu yang berhubungan dengan masalah dalam penelitian dan bertujuan

mencari jawaban secara ilmiah (Chamamah dalam Jabrohim, 2012: 16).

Penelitian ini akan menggunakan dua pendekatan yaitu pertama

menggunakan pendekatan struktural, pendekatan struktural ini akan berfungsi

untuk menjembatani menuju pendekatan yang kedua yaitu pendekatan resepsi

sastra.

1. Pendekatan Struktural

Pendekatan struktural adalah suatu disiplin yang memandang karya

sastra sebagai suatu struktur yang terdiri atas beberapa unsur yang saling

berkaitan antara yang satu dengan yang lainnya (Sangidu, 2004: 16). Sangidu

menambahkan, bahwasanya unsur-unsur karya sastra prosa meliputi tema,

alur, penokohan, latar, tegangan dan padahan, pusat pengisahan, serta gaya

bahasa.

Unsur-unsur intrinsik prosa Arab menurut Farhu>d (dalam Sangidu,

2007: 8) meliputi cerita atau peristiwa [al-Chika>yah] , penokohan [asy-

16

Syakhshiyyah] , alur [al-Chabkah] , latar waktu dan tempat [az-

Zama>n wal-Maka>n] , dan gagasan [al-Fikrah] .

Pembahasan unsur-unsur intrinsik ini akan diuraikan berdasarkan

pemikiran kritikus sastra Arab, penulis akan memanfaatkan teori model

Farhu>d, yaitu sebagai berikut:

1) Cerita atau Peristiwa [al-Chika>yah]

Al-Chikayah atau [al-Achdat>s] menurut istilah Badr

(1411 H) adalah rangkaian peristiwa yang diungkapkan dalam novel

atau satu peristiwa yang diungkapkan dalam cerita pendek (Sangidu,

2007: 8).

2) Penokohan [asy-Syakhshiyyah]

Asy-Syakhshiyyah adalah penokohan dalam cerita. Di dalam

penokohan terdapat tokoh yang berperan menjalankan cerita dan

memerankan bermacam-macam karakter manusia. Sebagian

memerankan karakter baik, sebagian memerankan karakter buruk, dan

sebagian lainnya memerankan keduanya. Jumlah sesuai dengan tuntutan

cerita. Peran tokoh ini penting karena tokoh inilah yang mewakili

pengarang menjalankan cerita dari awal sampai akhir (Sangidu, 2007:

14).

Penokohan adalah sentral dalam sebuah cerita, setiap tokoh

memiliki porsi masing-masing dalam peranannya. Baik sedikit maupun

17

banyak porsinya setiap tokoh adalah pendukung keberjalanannya sebuah

cerita.

3) Alur [al-Chabkah]

Al-Chabkah adalah bangunan atau alur cerita yang dijalankan

oleh tokoh melalui cerita. Bangunan cerita dapat dimulai dari awal lalu

menanjak menuju klimaks cerita dan menurun lagi sampai cerita

berakhir (Sangidu, 2007: 22). Adapun menurut Broks (dalam Henry

Guntur, 1991: 126) yang dimaksud dengan alur atau plot adalah struktur

gerak yang terdapat dalam fiksi atau drama. Istilah lain yang sama

artinya dengan alur atau plot adalah trap atau dramatic conflict.

Henry menjelaskan, bahwa fiksi bergerak dari suatu permulaan

(beginning) melalui suatu pertengahan (middle) menuju akhir (ending),

yang dalam dunia sastra lebih dikenal sebagai eksposisi, komplikasi, dan

resolusi (atau denouement).

4) Latar Waktu dan Tempat [az-Zama>n wal-Maka>n]

Az-Zama>n wal-Maka>n atau [al-Bi>’ah] menurut istilah Badr

(1411 H) adalah keterangan waktu dan tempat terjadinya suatu peristiwa

(Sangidu, 2007: 25).

5) Gagasan [al-Fikrah]

Al-Fikrah adalah gagasan yang mendasari penulisan suatu karya

sastra (Sangidu, 2007: 32). Gagasan biasanya diungkapkan secara

implisit maupun eksplisit. Al-Fikrah atau gagasan sama artinya dengan

tema. Henry (1991: 125) menjelaskan setiap fiksi haruslah mempunyai

18

dasar atau tema yang merupakan sasaran tujuan. Tema merupakan hal

yang paling penting dalam seluruh cerita.

Brooks dan Werren (dalam Henry) mengatakan bahwa tema

adalah dasar atau makna suatu cerita atau novel. Dalam buku yang lain

Brooks, Purser, dan Warren mengatakan bahwa tema adalah pandangan

hidup yang tertentu atau perasaan tertentu mengenai kehidupan atau

rangkaian nilai-nilai tertentu yang membentuk atau membangun dasar

atau gagasan utama dari suatu karya sastra.

2. Pendekatan Resepsi Sastra

Pendekatan yang selanjutnya adalah pendekatan resepsi sastra. Oleh

karena teori yang dimanfaatkan di dalam analisis suatu karya sastra adalah teori

resepsi sastra, maka metodenya pun juga bersifat resepsi sastra. Resepsi berasal

dari bahasa Latin recipere, yang berarti penerimaan atau pembaca (Nyoman,

2011: 277).

Pendekatan ini menitik beratkan pada pembaca sastra. Nyoman

menambahkan bahwa pembacalah yang memberikan arti dan makna yang

sesungguhnya terhadap karya seni, bukan pengarang. Secara metodologis kualitas

estetika sastra seharusnya digali melalui dan di dalam kearifan pembaca, dengan

alasan pembacalah, yaitu masyarakat sastra pada umumnya yang memberikan

penilaian terhadapnya, baik pada tataran sinkronis maupun diakronis (Nyoman,

2011: 277).

Secara singkat resepsi sastra dijelaskan oleh Dr. Imran T.Abdullah di

dalam buku Metodologi Penelitian Sastra (Jabrohim, 2012: 145), yaitu resepsi

19

sastra disebut sebagai aliran yang meneliti teks sastra dengan bertitik tolak pada

pembaca yang memberikan reaksi atau tanggapan terhadap teks itu.

Hal tersebut mengindikasikan bahwa pembaca berhak memaknai sebuah

teks atas dasar pemahamannya sendiri. Suatu teks baru mempunyai makna bila ia

sudah punya hubungan dengan pembaca. Teks memerlukan adanya kesan

(wirkung), yang tidak mungkin ada tanpa pembaca. Resepsi sastra tidak percaya

kepada monosemi, dengan satu sumber pemaknaan yang otoriter, yang selamanya

mesti benar. Resepsi sastra memberikan maknanya sendiri kepada teks, meskipun

kebebasan itu sebenarnya tidak pernah sempurna, selalu ada unsur-unsur yang

membatasinya (Junus, 1985: 104).

Kaitannya dengan pembaca, Segers membedakan pembaca menjadi tiga

macam, yaitu a) pembaca nyata, b) pembaca implisit, dan c) pembaca ideal.

Pembaca nyata dijumpai dalam penelitian eksperimental, termasuk peneliti, pada

umumnya mereka memberikan penilaian secara individual. Pembaca implisit

adalah instansi yang diciptakan oleh teks, keseluruhan indikasi tekstual yang

mengarahkan cara membaca pembaca nyata sehingga menimbulkan tanggapan

yang berbeda-beda. Pembaca ideal atau pembaca mahatahu (superreader), seperti

kritikus dan penerjemah (Nyoman, 2011: 286).

Penelitian ini akan mengambil dua sudut pandang pembaca yaitu sesuai

dengan pembaca yang telah didefinisikan oleh Segers. Pertama, pembaca ideal

atau pembaca mahatahu seperti kritikus dan penerjemah. Kedua, pembaca nyata,

yang dimaksudkan yaitu peneliti. Peneliti akan memberikan penilaian-penilaian

secara individu.

20

Junus menganalogikan penulis dan pembaca sebagai berikut, penulis

adalah dunia seseorang, sedangkan pembaca adalah dunia orang banyak. Jika

penulis adalah sumber pemaknaan yang otoriter, maka ia dapat dihubungkan

dengan sumber kuasa yang satu (raja yang berkuasa, mutlak, diktaktor, atau yang

disamakan dengannya). Sebaliknya, pembaca adalah rakyat banyak, seandainya

mereka memang berpartisipasi dalam proses pembacaan (yang aktif). Bila

pembaca “dipaksa” menerima pemaknaan dari penulis, makna ini dapat

dihubungkan dengan sistem otokrasi. Tapi tidak demikian, tetapi pembaca diberi

kebebasan memberikan pemaknaannya sendiri, maka ini dihubungkan dengan

sistem demokrasi, dengan rakyat dianggap menentukan segalanya (Junus, 1985:

104).

Metode penelitian resepsi sastra dapat dirumuskan ke dalam tiga

pendekatan: (1) penelitian sastra secara eksperimental, (2) penelitian resepsi lewat

kritik sastra, (3) penelitian resepsi intertekstualitas (Teeuw dalam Jabrohim, 2012:

148).

Penelitian (1) cukup rumit, tidak hanya dalam memilih dan menentukan

responden, praktik lapangan, pemilihan teks, tetapi juga dari teori, metode dan

teknik (Jabrohim, 2012: 149). Teeuw (1984) menambahkan bahwa kelemahan

untuk penelitian (1) ini hanya dapat dilakukan untuk resepsi masa kini saja,

sedangkan untuk masa lampau tidak mungkin dijangkau.

Penelitian (2) dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu cara sinkronik dan

diakronik. Secara sinkronik, maksudnya penelitian resepsi sastra dalam satu kurun

masa atau periode. Sedangkan secara diakronik, dapat diteliti misalnya dengan

21

menggunakan tanggapan pembaca. Adapun dalam kehidupan sastra lama,

tanggapan itu tidak diberikan dalam bentuk kritik sastra, melainkan dalam

berbagai versi yang diturunkan oleh sang penyalin dan “disempurnakan” susuai

dengan “horizon harapan” masyarakatnya pada masa itu. Hal serupa juga terlihat

dalam kehidupan sastra modern yang menerbitkan kembali karya sastra lama

(Jabrohim, 2012: 149).

Penelitian (3) dengan cara menginterteks suatu karya sastra dengan karya

yang lainya (Jabrohim, 2012: 150).

Penulis dalam penelitian ini akan menggunakan penelitian model (2), yaitu

penelitian resepsi lewat kritik sastra. Peneliti akan memberikan tanggapan berupa

kritik ataupun pendapat terhadap fenomena-fenomena dalam karya sastra.

H. Obyek Penelitian

a. Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh wacana,

alinea, frasa, kalimat, kelompok kata dan kata yang mengungkapkan cerita,

alur, penokohan, latar, dan gagasan atau tema serta fenomena kehidupan

masyarakat berupa tradisi perjodohan yang ada di dalam novel al-Ajnichah al-

Mutakassirah.

b. Sumber Data

Sumber data dibagi menjadi dua, yaitu sumber data primer dan sumber

data sekunder. Sumber data primer adalah sumber data yang diperoleh secara

langsung, sedangkan sumber data sekunder adalah sumber data yang diperoleh

secara tidak langsung.

22

Sumber data primer penelitian ini adalah novel al-Ajnichah al-

Mutakassirah karya Jubra>n Khali>l Jubra>n yang terdiri dari duabelas bab,

seratus lembar berbentuk file pdf.

Sumber data sekunder berupa artikel dalam internet serta data-data

sekunder lainnya yang mendukung dan linier dengan penelitian seperti buku,

resensi, penelitian, karya tulis yang membahas tentang novel al-Ajnichah al-

Mutakassirah, yang membahas mengenai Jubra>n Khali>l Jubra>n, maupun yang

berhubungan dengan pembahasan objek formal penelitian ini.

I. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah teknik pustaka.

Teknik pustaka adalah pengumpulan data yang menggunakan sumber-sumber

tertulis untuk memperoleh data yang relevan dengan penelitian. Dilakukan dengan

cara membaca secara berulangkali dan mencatatkan data-data yang terkait dengan

penelitian, seperti cerita, alur, penokohan, tema atau gagasan, dan latar serta

fenomena kehidupan masyarakat berupa tradisi perjodohan dan pernikahan yang

terdapat dalam novel al-Ajnichah al-Mutakassirah.

J. Teknik Analisis Data

Teknik (thechnique) adalah cara melakukan (memecahkan) sesuatu yang

berhubungan dengan objek (sasaran) yang diteliti (bdk. Moeliono dalam Sangidu,

2004: 14). Adapun teknik analisis data adalah cara yang digunakan untuk

menganalisis data guna mendapatkan jawaban atau memecahkan permasalahan

yang ada hubungannya dengan objek dalam penelitian.

Tahapan-tahapan dalam penelitian ini terpapar sebagai berikut:

23

1. Pada tahap awal penulis menentukan obyek material penelitian, yaitu berupa

prosa berbentuk novel dengan judul al-Ajnichah al-Mutakassirah karya

Jubra>n Khali>l Jubra>n. Pada tahap ini penulis melakukan pembacaan secara

berulangkali guna menemukan permasalahan yang ada di dalam novel

tersebut. Setelah melakukan pembacaan secara berulangkali, penulis dapat

menemukan permasalahan yang sangat menonjol di dalam novel tersebut.

Permasalah tersebut adalah fenomena kehidupan masyarakat berupa tradisi

perjodohan dan pernikahan yang memiliki tujuan terselubung. Hal tersebut

dirasa bahwasanya perlu diungkap makna dan pesannya.

2. Tahap selanjutnya adalah menentukan permasalahan yang akan diteliti.

Adapun yang menjadi problem penelitian ini adalah tradisi perjodohan dan

pernikahan serta kehidupan rumah tangga setelah menikah.

3. Tahap berikutnya adalah tahap pengumpulan data yang terdapat dalam novel

al-Ajnichah al-Mutakassirah karya Jubra>n Khali>l Jubra>n. Setelah data

terkumpul selanjutnya dianalisis menggunakan teori yang sudah dipersiapkan.

Langkah awal dalam tahap ini adalah menganalisis dengan menggunakan

teori struktural yang akan membahas cerita atau peristiwa [al-Chika>yah],

penokohan [asy-Syakhshiyyah], alur [al-Chabkah], latar waktu dan tempat

[az-Zama>n wal-Maka>n], dan gagasan [al-Fikrah].

4. Tahapan selanjutnya yaitu menggunakan teori resepsi sastra guna membahas

problem yang ada di dalam novel al-Ajnichah al-Mutakassirah karya Jubra>n

Khali>l Jubra>n.

24

5. Tahap akhir dari penelitian ini adalah tahap simpulan, yaitu menyimpulkan

pesan dari novel al-Ajnichah al-Mutakassirah karya Jubra>n Khali>l Jubra>n

dengan didasarkan pada analisis terhadap problematik tradisi perjodohan dan

pernikahan serta kehidupan rumah tangga setelah menikah dalam kehidupan

masyarakat Timur Tengah yaitu Lebanon yang direpresentasikan melalui

tokoh-tokoh dalam novel tersebut.

K. Metode Penelitian

Metode dalam sebuah penelitian merupakan cara yang sistematis untuk

memecahkan suatu masalah. Lewat metode penelitian, diharapkan masalah-

masalah yang dirumuskan dapat dipecahkan (Erna Fajarwati, Skripsi 2012: 31).

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif yang

bersifat deskripsi. Metode penelitian kualitatif merupakan prosedur penelitian

yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-

orang, perilaku, atau data-data lainnya yang dapat diamati oleh peneliti (Moleong,

1993: 3).

Menurut Miles dan Huberman, (1992: 16-20), metode analisis dapat

dilakukan melalui empat tahap, yaitu:

1. Pengumpulan data

Data yang diambil berupa kata-kata bukan rangkaian angka. Data

tersebut dikumpulkan dari hasil membaca dan memahami novel al-

Ajnichah al-Mutakassirah.

25

2. Reduksi data

Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang

menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan

mengorganisasi data sedemikian rupa sehingga ditemukan kesimpulan

akhir. Tahap ini dilakukan dengan memilih, memusatkan perhatian pada

penyederhanaan, pengabstrakan, dan transfromasi data kasar yang

ditemukan dari catatan yang terkumpul.

3. Penyajian data

Penyajian data berfungsi untuk penarikan kesimpulan dan

pengambilan tindakan. Tahap ini dilakukan setelah data terkumpul dan

telah dilakukan reduksi data.

4. Penarikan kesimpulan

Kesimpulan dalam penelitian diperoleh data-data yang telah diolah

dan dianalisis pada tahapan sebelumnya. Tahapan ini menggunakan teknik

penarikan kesimpulan induktif, yaitu teknik penarikan kesimpulan yang

melihat permasalahan dari data yang khusus untuk memperoleh

kesimpulan umum.

L. Sistematika Penyajian

Sistematika merupakan sebuah cara penyajian yang mengacu pada aturan

yang sistematis. Sistematika penulisan dalam sebuah penelitian berfungsi untuk

memberikan gambaran mengenai langkah-langkah suatu penelitian. Adapun

sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

26

Bab I merupakan pendahuluan yang meliputi latar belakang masalah,

rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka,

pembatasan masalah, landasan teori, obyek penelitian, teknik pengumpulan data,

teknik analisis data, metode penelitian serta sistematika penyajian. Latar belakang

masalah menguraikan alasan diadakannya penelitian dan pemilihan novel al-

Ajnichah al-Mutakassirah karya Jubra>n Khali>l Jubra>n sebagai obyek penelitian.

Tujuan penelitian menguraikan hal yang ingin dicapai dalam penelitian. Manfaat

penelitian menguraikan manfaat teoretis dan manfaat praktis yang terdapat di

dalam penelitian. Tinjauan pustaka berisi tentang daftar penelitian terdahulu yang

membahas mengenai novel al-Ajnichah al-Mutakassirah karya Jubra>n Khali>l

Jubra>n. Pembatasan masalah menguraikan pembatasan terhadap masalah-masalah

yang akan diteliti. Landasan teori berisi teori-teori yang berkaitan dengan

permasalahan yang hendak dibahas dalam penelitian ini, yang terdiri dari teori

struktural yang membahas cerita atau peristiwa [al-Chika>yah], penokohan [asy-

Syakhshiyyah], alur [al-Chabkah], latar waktu dan tempat [az-Zama>n wal-

Maka>n], dan gagasan [al-Fikrah]. Teori resepsi sastra yang digunakan untuk

menganalisis masalah yang sudah dirumuskan dalam rumusan masalah. Obyek

penelitian berisi tentang sumber data dan data yang akan digunakan dalam

penelitian. Teknik pengumpulan data berisi tentang teknik yang digunakan di

dalam mengumpulkan data. Teknik analisis data berisi tentang cara menganalisis

data yang telah terkumpul. Metode penelitian berisi tentang metode yang akan

digunakan dalam penelitian beserta tahap-tahap dalam penelitian. Sistematika

penyajian berisi tentang penjabaran bagaimana sebuah penelitian akan disajikan.

27

Bab II merupakan analisis struktur novel al-Ajnichah al-Mutakassirah

berupa cerita atau peristiwa [al-Chika>yah], penokohan [asy-Syakhshiyyah], alur

[al-Chabkah], latar waktu dan tempat [az-Zama>n wal-Maka>n], dan gagasan [al-

Fikrah].

Bab III merupakan analisis resepsi sastra yang membahas fenomena

kehidupan masyarakat berupa problema tradisi perjodohan dan pernikahan serta

kehidupan rumah tangga setelah menikah dalam kehidupan masyarakat Timur

Tengah khususnya di Lebanon yang terepresentasikan melalui tokoh-tokoh dalam

novel.

Bab IV merupakan penutup yang meliputi simpulan dan saran. Simpulan

dan saran dapat diperoleh setelah melakukan analisis terhadap novel al-Ajnichah

al-Mutakassirah karya Jubra>n Khali>l Jubra>n.