Post on 14-Nov-2020
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dewasa ini Corporate Social Responsibility atau yang disingkat menjadi
CSR memang menjadi trend dan menjadi topik hangat yang ramai
diperbincangkan di Indonesia. Banyak orang yang berbicara tentang CSR dan
kian banyak perusahaan raksasa maupun menengah, baik yang multinasional
ataupun domestik mulai memperhatikan dan mempraktikan CSR.
Tanggung Jawab Sosial Perusahaan atau Corporate Social Responsibility
diatur secara tegas di Indonesia, dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun
2007 tentang Penanaman Modal,1 dan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007
tentang Perseroan Terbatas.2 Pengertian CSR sangat beragam. Intinya, CSR
adalah operasi bisnis yang berkomitmen tidak hanya untuk meningkatkan
keuntungan perusahaan secara finansial, melainkan pula untuk
pembangunan sosial-ekonomi kawasan secara holistik, melembaga dan
berkelanjutan. Tanggung jawab sosial perusahaan merupakan salah satu
1 Pasal 15 huruf b Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal
menyebutkan “setiap penanam modal berkewajiban melaksanakan tanggung jawab sosial
perusahaan” ,dalam penjelasan pasal tersebut disebutkan “yang dimaksud dengan “tanggung jawab
sosial perusahaan” adalah tanggung jawab yang melekat pada setiap perusahaan penanaman modal
untuk tetap menciptakan hubungan yang serasi, seimbang, dan sesuai dengan lingkungan, nilai,
norma, dan budaya masyarakat setempat”.
2 Pasal 1 angka 3 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang perseroan Terbatas
menyebutkan “Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan adalah komitmen perseroan untuk
berperan dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan guna meningkatkan kualitas kehidupn dn
lingkungan yang bermamfaat, baik bagi perseroan sendiri, komunits setempat, maupun masyarakat
pada umumnya”.
2
dari beberapa tanggung jawab perusahaan kepada para pemangku
kepentingan (stakeholders).3
Corporate social responsibility dalam literatur etika bisnis Amerika
Serikat dikenal juga dengan sebutan social responsibility of corporations, kata
corporation dilihat dari asal katanya “corpus/corpora” yang berarti badan.
Dalam sejarah perusahaan dijelaskan bahwa perusahaan itu merupakan suatu
badan hukum yang didirikan untuk melayani kepentingan umum (not for
profit), namun dalam perkembangannya justru menumpuk keuntungan (for
profit).4
Pengalokasian dana corporate social responsibility di Kota Malang
merupakan suatu kebijakan kepala daerah yang tidak umum dan juga lokasi
dimana tempat dana CSR itu direalisasikan jauh dari lokasi lingkungan kerja
perusahaan, sangat menjadi ironi ketika objek alokasi dana CSR tersebut
merupakan kawasan-kawasan strategis yang nota bene adalah ruang publik
dan juga ruang terbuka hijau berdasarkan Peraturan Daerah Kota Malang
Nomor 4 tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Malang.
Dalam perspektif bisnis, dapat dimungkinkan alokasi dana corporate
social responsibility diperuntukan untuk pembangunan infrastruktur yang
berada pada tempat strategis dapat menjadikan suatu keuntungan tersendiri
bagi suatu korporasi, selain telah memenuhi kewajiban hukum suatu korporasi
3 Stakeholder adalah semua pihak baik internal maupun eksternal yang memiliki
hubungan baik bersifat mempengaruhi maupun dipengaruhi, bersifat langsung maupun tidak
langsung oleh perusahaan. Dengan demikian, stakeholder merupakan pihak internal maupun
eksternal, seperti: pemerintah, perusahaan pesaing,masyarakat sekitar, para pekerja perusahaan,
dan lain sebagainya yang keberadaannya sangat mempengaruhi dan dipengaruhi perusahaan. 4 Isa Wahyudi & Busyra Azheri.2011. Corporate Social Responsibility prinsip, pengaturan
& implementasi.Malang. Setara Press. Hlm. XVi
3
(legal obligation) perusahaan juga dapat memasang papan iklan produk
(branding) sebagai bentuk kompensasi yang diberikan oleh Pemerintah
Daerah.
Dampak dari kebijakan publik yang dikeluarkan oleh kepala daerah dalam
hal ini Walikota Malang yakni, permasalahan konsepsi corporate social
responsibility yang semangat awal adalah murni untuk kesejahteraan sosial,
kelestarian alam, dan secara terminologi CSR bermakna prerogatif yang
berarti sukarela (voluntary), sebagai tanggung jawab moral (moral obligation)
dan lain sebagainya, kini melalui alokasi dana CSR perusahaan dapat
mempromosikan berbagai macam produk selayaknya ruang iklan, dan dapat
pula dipandang sebagai perangkat pemasaran yang sangat potensial. Hal ini
dapat mengubah paradigma corporate social resposibility yang seharusnya
sebagai tanggung jawab moral bagi perusahaan, beralih menjadi lahan
komersil.Dengan pentingnya program CSR ,maka korporasi banyak yang
memberikan kebijakannya demi citra perusahaan ,ini tidak luput dari
perjanjian kerjasama dengan Pemerintah Kota ,dimana korporasi mengikatkan
dirinya dengan Pemerintah Kota dalam Tanggung Jawab Sosial dan
Lingkungan.
Kontrak atau perjanjian berkembang pesat saat ini sebagai konsekuensi
logis dari berkembangnya kerjasama bisnis antar pelaku bisnis. Banyak
kerjasama bisnis dilakukan oleh pelaku bisnis dalam bentuk kontrak atau
perjanjian tertulis. Bahkan, dalam praktek bisnis telah berkembang
pemahaman bahwa kerja sama bisnis harus diadakan dalam bentuk tertulis.
4
Kontrak atau perjanjian tertulis adalah dasar bagi para pihak (pelaku bisnis)
untuk melakukan penuntutan jika ada satu pihak tidak melaksanakan apa yang
dijanjikan dalam kontrak atau perjanjian. Sebenarnya secara yuridis,selain
kontrak yang dibuat secara tertulis, para pihak atau pelaku bisnis juga dapat
membuat kontrak secara lisan (oral). Namun, kontrak yang dibuat secara
lisanini mengandung resiko yang sangat tinggi,karena akan mengalami
kesulitan dalam pembuktian jika terjadi sengketa hukum kontrak.5
Secara internal,satu dari beberapa unsur yuridis dalam sistem hukum
kontrak adalah asas hukum. Menurut Mahadi, kata asas prinsip identik dengan
principle dalam bahasa Inggris yang erat kaitannya dengan istilah principium
(kata latin). Principium berarti permulaan;awal, mula, sumber, asal, pokok,
dasar, tumpukan, tempat untuk menyandarkan, untuk mengembalikan suatu
hal, yang hendak dijelaskan.Dalam arti tersebut, kata principle dipahami
sebagai sumber yang abadi dan tetap dari banyak hal, aturan atau dasar bagi
tindakan seseorang, suatu pernyataan (hukum, aturan, kebenaran) yang
dipergunakan sebagai dasar untuk menjelaskan suatu peristiwa.6
5Syaifuddin Muhammad.2012.Hukum Kontrak memahami Kontrak dalam Perspektif
Filsafat,Teori,Dogmatik,dan Praktik Hukum (Seri Pengayaan Hukum Perikatan ). Mandar
Maju.Bandung.Hal.1
6 Mahadi . 1989.Filsafah Hukum Suatu Pengantar,Citra Aditya Bakti,Bandung,hlm.119
dalam Syaifuddin Muhammad.2012.Hukum Kontrak memahami Kontrak dalam Perspektif
Filsafat,Teori,Dogmatik,dan Praktik Hukum (Seri Pengayaan Hukum Perikatan ). Mandar
Maju.Bandung.Hal.70
5
Setiap perjanjian yang telah dibuat dan disepakati bersama oleh para pihak
harus dilaksanakan dengan iktikad baik, sebagaimana yang ditentukan dalam
Pasal 1338 ayat (3) KUHPerdata7 yang menyebutkan bahwa semua perjanjian
harus dilakukan dengan itikad baik. Berdasarkan pasal tersebut dapat
disimpulkan bahwa itikad baik tersebut merupakan dasar dalam melaksanakan
perjanjian. Para pihak dalam membuat maupun melaksanakan perjanjian harus
memperhatikan asas itikad baik, yaitu dalam melaksanakan perjanjian tersebut
harus mengindahkan norma-norma kepatuhan dan kesusilaan. Mengenai
pelaksanaan asas itikad baik yang berhubungan erat dengan kepatutan juga
dijelaskan dalam Pasal 1339 KUHPerdata yang menyatakan bahwa suatu
perjanjian tidak hanya mengikat untuk hal-hal yang dengan tegas dinyatakan
dalam suatu perjanjian, tetapi juga mengikat untuk segala sesuatu yang
menurut sifat perjanjian diwajibkan oleh kepatutan, kebiasaan dan undang-
undang .
Asas iktikad baik itu mempunyai dua pengertian yaitu :
1. Iktikad baik dalam arti obyektif, bahwa suatu perjanjian yang dibuat
haruslah dilaksanakan dengan mengindahkan norma-norma kepatutan dan
kesusilaan yang berarti bahwa perjanjian itu harus dilaksanakan
sedemikian rupa sehingga tidak merugikan salah satu
pihak.konsekuensinya adalah bahwa hakim boleh melakukan peninjauan
7 Pasal 1338 dalam KUHPerdata berbunyi : (1) semua perjanjian yang dibuat secara sah
berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya. (2)Semua perjanjian tidak dapat
ditarik kembali selain dengan sepakat kedua belah pihak, atau karena alasan-alasan yang oleh
undang-undang dinyatakan cukup untuk itu.(3) Suatu perjanjian harus dilaksanakan dengan itikad
baik.
6
terhadap isi perjanjian yang telah dibuat para pihak yang apabila
pelaksanaan perjanjian ini akan bertentangan dengan iktikad baik.8
2. Itikad baik dalam arti subyektif, yaitu pengertian iktikad baik yang
terletak dalam sikap batin seseorang. Di dalam hukum benda iktikad baik
ini biasa diartikan dengan kejujuran.9
Sebagai contoh kasus Pemerintah Kota Malang merevitalisasi alun-alun
Merdeka Kota Malang, dengan bantuan dana Corporate Social Responsibility
(CSR) Bank Rakyat Indonesia, seluruhnya ditanggung dari CSR BRI.
Pengerjaannya dilakukan Desember 2014 lalu, dan selesai April 2015.
Bersamaan dengan face-offalun-alun, ternyata juga menyertakan
pembangunan ATM Drive Thru sebagai bagian dari perjanjian antara BRI dan
Pemkot Malang, yang mana tertulis jelas pada perjanjian kerjasama antara
pemkot dengan pihak BRI yaitu pada Ruang Lingkup pasal 3 ayat 3 yang
mana berbunyi sebagai berikut :10
(3) jenis-jenis kegiatan pada perjanjian kerja sama ini meliputi :
a. pembangunan,perbaikan,dan penataan obyek perjanjian kerja sama
sebagaimana dimaksud pada pasal 2
b. penyediaan lahan untuk pembangunan Drive Thru ATM dan memasang
branding pada sebagian lahan objek perjanjian kerja sama sebagaimana
dimaksud dalam pasal 2 yang akan diatur lebih lanjut dalam perjanjian
mengenai pemanfaatan Barang Milik daerah.
Pertentangan pembangunan drive-thru ini dikarenakan Alun-Alun bukan
saja sekedar landmark bagi kota, namun juga telah dinyatakan sebagai Ruang
8 R. Subekti. 1983.Hukum Perjanjian. Jakarta. Citra Aditya Bakti.Hal 25.
9Asas itikad baik dalam perjanjian .2012.http://law.uii.ac.id/diakses tanggal 28 Februari
2016 pukul 17.00
10
Perjanjian kerjasama PT.Bank Rakyat Indonesia(Persero),Tbk. Kantor wilayah Malang
dengan Pemerintah Kota Malang Tentang Pemberian Dana Tanggung Jawab Sosial dan
Lingkungan Dalam Rangka Revitalisasi Alun-Alun Kota Malang.
7
Terbuka Hijau yang fungsi utamanya adalah ruang interaksi sosial dan
meningkatkan kualitas lingkungan hidup kota, Rencana Tata Ruang Wilayah
Kota Malang juga menyatakan RTH sebagai kawasan lindung yang menjadi
prasarana imbuhan alami (natural recharge) bagi konservasi sumber daya air.
Sehingga dengan jelas harus dipahami bahwa alun-alun adalah kawasan
lindung konservasi yang seharusnya tidak didirikan bangunan, apalagi dengan
motif komersial didalamnya.
Banyak Sejumlah Tokoh baik Pengamat Lingkungan maupun Pengamat
Tata Kota menolak adanya rencana ATM Drive Thru di Alun-alun Merdeka
Malang dengan berbagai pertimbangan. Diantaranya :11
1. Direktur Eksekutif Daerah WALHI Jatim, Ony Mahardika menyatakan
bahwa WALHI berkepentingan terhadap kasus pembangunan ATM Drive
Thru di Alun-Alun Kota Malang ini karena secara kualitas dan kuantitas,
Ruang Terbuka Hijau di Kota Malang telah mengalami kemunduran
signifikan “Jika mau dilihat, jumlah RTH di Kota Malang ini jauh dari
kebutuhan minimal suatu wilayah. Luas Ruang Terbuka Hijau di Malang
hanya sekitar 2,8% padahal kebutuhan minimal RTH sebuah kawasan itu
sebesar 30%. Kita juga masih ingat berbagai kasus alih fungsi lahan dan
RTH di Kota Malang seperti kasus APP, Taman Kunir, Lapangan Rampal
dan MOG. Kota Malang ini secara masif dan sistematis menghabisi ruang
terbuka hijau kotanya sendiri, karena itu jika kita biarkan pembangunan
11 Walhi “BRI ancam RTH kota Malang” http://www.walhi.or.id/bri-ancam-rth-kota-
malang.html diakses tanggal 23 Desember 2015
8
ATM Drive Thru di Alun-Alun ini, akan semakin menambah preseden
buruk perampasan RTH di Kota Malang”
2. Pendirian bangunan di kawasan lindung melanggar Perda Kota Malang,
baik tentang Rencana Tata Ruang Wilayah maupun tentang Pengelolaan
Pertamanan Kota dan Dekorasi Kota. Dan juga BRI sebagai korporasi juga
harus memperhatikan UU No 4 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
yang disana menyebutkan tanggung jawab korporasi terhadap kualitas
kehidupan dan lingkungan yang berkelanjutan. Tata Aturan pengelolaan
lingkungan ini penting untuk diperhatikan agar kualitas lingkungan hiup,
terutama di perkotaan harus tetap terjaga .
3. Muhnur Satyahaprabu Manager Kebijakan dan Pembelaan Hukum Walhi
Nasional menyatakan jika BRI tetap akan membangun RTH di kawasan
lindung maka jelas melanggar aturan diatasnya “ada 6 (enam) peraturan
baik berbentuk undang-undang, perda maupun peraturan Bank Indonesia
yang telah diduga kuat dilanggar oleh pemkot dan BRI melalui perjanjian
kerjasamanya. kami minta OJK untuk tidak terlebih dahulu mengeluarkan
ijin pembangunan ATM DriveThru BRI di kawasan Alun-Alun Merdeka
Malang. Jika pemkot dan BRI berkeras melanggar UU maka Walhi siap
melakukan langkah-langkah hukum .”
Dengan adanya pertentangan dari masyarakat maka pembangunan ATM
Drive Thru tersebut dihentikan ,walaupun di dalam perjanjian kerja sama
PT.Bank Rakyat Indonesia (persero),tbk kantor wilayah kota Malang dengan
pemerintah kota Malang Tentang Pemberian Dana Tanggung Jawab Sosial
9
dan Lingkungan Dalam Rangka Revitalisasi alun –alun kota Malang
tergambar jelas akan adanya pembangunan ATM Drive Thru. Pembangunan
drive-thru ini bentuk kompensasi yang diberikan Pemkot Malang kepada BRI
yang telah memberikan dana CSR untuk revitalisasi alun-alun. Dengan adanya
ATM drive Thru, Bank BRI dapat membuat simbol kapital,branding dan citra
dipusat kota Malang, ketika Bank BRI tidak dapat membuat itu,maka Bank
BRI kehilangan nilai kapital,branding dan simbol di pusat kota malang.
Berdasarkan adanya kasus diatas mengenai perjanjian kerjasama CSR dan
implikasi pelaksanaan kerja samanya ini menjadi menarik ketika dikaitkan
dengan asas itikad baik dalam perjanjian sehingga penulis memilih judul
“ ANALISIS YURIDIS PEMENUHAN ASAS ITIKAD BAIK
DALAM PERJANJIAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY”
( Ditinjau dari perjanjian Kerjasama PT.Bank Rakyat Indonesia dengan
Pemerintah Kota Malang Tentang Pemberian Dana Tanggung Jawab
Sosial Dan Lingkungan Dalam Rangka Revitalisasi Alun –Alun Kota
Malang)
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana pelaksanaan Perjanjian Kerjasama Corporate Social
Responsibility antara PT.BRI dengan Pemerintah Kota Malang ditinjau dari
Asas Itikad Baik sebagaimana pasal 1338 ayat (3) ?
2. Bagaimana usaha penyelesaian dalam pelaksanaan kerjasama dalam
Revitalisasi Alun-Alun Kota Malang antara PT.BRI dengan Pemerintah
Kota Malang ?
10
C. TUJUAN PENULISAN
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah tersebut diatas ,maka
tujuan dari penulisan ialah :
1. Mengetahui pelaksanaan kerjasama CSR yang dilakukan oleh pihak BRI
dan Pemerintah Kota Malang dalam Revitalisasi Alun-Alun Kota Malang
ditinjau dari asas itikad baik.
2. Mengetahui usaha penyelesaian dalam pelaksanaan kerjasama CSR yang
dilakukan oleh pihak BRI dan Pemerintah Kota Malang dalam Revitalisasi
Alun-Alun Kota Malang.
D. MANFAAT PENELITIAN
Mamfaat yang ingin dicapai oleh penulis dalam skripsi ini mencakup
manfaat akademis dan mamfaat praktis ,sebagai berikut :
1. Manfaat Akademis
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan mamfaat
akademis,dengan memberikan sebuah wawasan baru atau memberikan
gambaran yang berguna bagi pengembangan dan penelitian secara lebih jauh
terhadap ilmu hukum , sehingga dihararapkan akan mendapatkan hasil yang
bermamfaat dan berguna untuk masa yang akan datang.
2. Manfaat Praktis
1) Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan dan
mengembangkan asas itikad baik dalam perjanjian yang dibuat oleh
pemerintah maupun korporasi.
11
2) Menjadi bahan pertimbangan dan tambahan pengetahuan bagi pihak-
pihak terkait dalam pengembangan hukum bisnis di Indonesia.
E. KEGUNAAN PENELITIAN
Dengan tercapainya penelitian ini,maka penulis berharap penelitian ini
dapat memberikan beberapa kegunaan diantaranya :
1. Kegunaan Praktis
a. Bagi Penulis
Selain sebagai syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Hukum
,harapannya melalui penelitian penulisan ini dapat menambah
wawasan penulis ,memberikan beberapa pemahaman mengenai hukum
kontrak dan asas itikad baik dalam perjanjian, juga penerapan
pengaturan hukum tentang CSR di Indonesia.
b. Bagi Instansi Penegak Hukum
Dengan diadakannya penelitian ini, harapannya penelitian menjadi
panduan bagi Pemerintah daerah khususnya Daerah Malang dalam
perjanjian kerjsama pembangunan fasilitas daerah khusunya dalam
program CSR .
c. Bagi Masyarakat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi dan
acuan bagi masyarakat untuk lebih memahami asas itikad baik dalam
hukum perjanjian dan pengaturan CSR di Indonesia.
12
d. Kegunaan Teoritis
Karya tulis ini dibuat dengan harapan dapat memberikan pandangan
dan benar-benar berguna bagi pihak-pihak akademis ,instansi
penegakan hukum,masyarakat maupun penulis terhadap rangkuman
permasalahan yang diangkat dalam karya tulis ini. Dan juga
memberikan sumbangasih bagi ilmu pengetahuan mengenai hukum
perjanjian di Indonesia.
F. METODE PENELITIAN
Untuk memperoleh data-data yang dihubungkan dengan penulisan skripsi
ini,penulis menggunakan metode sebagai berikut :
1. Metode Pendekatan
Pendekatan masalah merupakan proses pemecahan atau
penyelesaian masalah melalui tahap-tahap yang telah ditentukan sehingga
mencapai tujuan penelitian atau penulisan.12
Berdasarkan ruang lingkup
serta identifikasi masalah sebagaimana telah diuraikan, untuk mengkaji
secara komprehensif dan holistik pokok permasalahan, akan ditelusuri
dengan menggunakan tipe penelitian yuridis sosiologis, yakni melihat
hukum sebagai perilaku manusia dalam masyarakat.13
2. Lokasi Penelitian
12 Abdulkadir Muhammad, 2004, Hukum dan Penelitian Hukum, Bandung: Citra Aditya
Bakti, halaman 112.
13
Fakultas Hukum. 2012. Pedoman Penulisan Hukum. Fakultas Hukum Universitas
Muhammadiyah Malang. Hal. 18
13
Dalam penelitian ini penulis memilih lokasi di Pemerintah Kota
Malang dan juga PT.BRI Kantor Wilayah Malang yaitu sebagai pihak
yang terdapat didalam perjanjian. Hal ini dikarenakan penulis ingin
mengetahui implementasi pelaksanaan kerjasama dalam tanggung jawab
sosial dan lingkungan antara pihak PT.BRI dengan pihak Pemerintah kota
Malang.
3. Jenis dan Sumber Data
Dalam penulisan penelitian ini penulis menggunakan beberapa bahan
hukum sebagai berikut :
a. Sumber Data Primer14
Sumber data primer adalah jenis data primer yang langsung dari
sumber utama tanpa adanya perantara, yang didapat melalui proses
interview/wawancara atau observasi pada tempat yang diteliti. Data
utama yang diperoleh secara langsung yaitu perjanjian kerjasama
PT.BRI kantor wilayah Malang dengan Pemerintah Kota Malang
tentang Pemberian Dana Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan
Dalam Rangka Revitalisasi Alun-Alun Kota Malang.
b. Sumber Data Sekunder
14 Bambang Sunggono. 1998.Metode Penelitian Hukum. Jakarta. PT. Raja Grafindo
Persada, halaman. 116. Bambang mengemukakan bahwa bahan hukum Primer yaitu bahan hukum
yang mengikat yang terdiri dari, 1). Norma atau kaidah dasar pembukaan UUD 1945. 2). Peraturan
dasar, yaitu UUD 1945 dan Ketetapan-ketetapan MPR. 3). Peraturan perundang-undangan. 4).
Bahan hukum yang tidak dikodifikasi, misalnya hukum adat. 5). Yurisprudensi. 5). Traktat. 7).
Bahan hukum dari zaman penjajahan yang kini masih berlaku. Dalam UU No. 12 Tahun 2011
tentang pembentukan peraturan perundang-undangan, dinyatakan bahwa peraturan perundang-
undangan adalah peraturan tertulis yang dibentuk oleh lembaga negara atau pejabat yang
berwenang dan mengikat secara umum
14
Sumber data sekunder diperoleh dengan cara studi kepustakaan
melalui bahan-bahan literatur yaitu Undang-Undang dan Peraturan-
Peraturan, studi dokumentasi melalui dokumen atau arsip-arsip dari
pihak yang terkait dengan cara mencatat atau meringkas dokumen-
dokumen, serta penelusuran situs-situs internet yang berhubungan.
c. Sumber Data Tersier
Sumber data tersier berupa jenis data mengenai pengertian baku,
istilah baku yang diperoleh dari Ensiklopedi, Kamus, Glosarry, dan
lain-lain
4. Teknik Penelusuran Bahan Hukum
Bahan hukum diperoleh dengan cara studi kepustakaan dan studi
dokumentasi terhadap bahan-bahan hukum, baik bahan hukum primer,
sekunder, maupun tersier. Yaitu dengan mengumpulkan berbagai
ketentuan perundang-undangan, makalah, literatur, dan artikel yang
berhubungan dengan topik permasalahan yang diangkat oleh penulis,
sehingga didapatkan landasan teori untuk digunakan dalam
mengemukakan pendapat atau pandangan.
5. Teknik Analisis Data
Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan penulis dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Wawancara
15
Yaitu memperoleh dan mengumpulkan data melalui tanya jawab,
dialog/diskusi dengan pihak terkait dan dianggap mengetahui banyak
mengenai permasalahan dalam penelitian.
b. Dokumentasi
Yaitu pengumpulan data-data yang dimiliki oleh pihak yang terkait
serta ditambah dengan penelusuran perundang-undangan dalam hal
berkenaan dengan proses penelitian ini.
c. Studi Kepustakaan
Yaitu dengan melakukan penelusuran dan pencarian bahan-bahan
kepustakaan dari berbagai literatur/buku-buku maupun jurnal.
d. Internet
Yaitu dengan melakukan penelusuran dan pencarian bahan-bahan
melalui internet atau website untuk melengkapi bahan hukum lainnya.
6. Teknik Analisa Data
Seluruh data yang terkumpul dianalisis menggunakan analisis Deskriptif
Kualitatif kemudian disajikan secara deskriptif yaitu menjelaskan,
menguraikan, dan menggambarkan sesuai dengan permasalahan penelitian
hukum.
G. RENCANA SISTEMATIS PENELITIAN
Pada penelitian ini ,penulis membagi pembahasan kedalam empat
bab,dimana setiap bab dibagi atas beberapa sub-bab,sistematika penulisannya
secara singkat adalah sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
16
Merupakan bab yang memuat pendahuluan yang meliputi latar
belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,
kerangka teori, metode penelitian dan sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Dalam bab ini penulis akan memaparkan landasan konsep, teori,
atau kajian teori, berkaitan dengan permasalahan yang akan diteliti,
meliputi: pertama, tinjauan tentang perjanjian, di dalamnya
memuat tentang pengertian perjanjian, syarat-syarat sahnya
perjanjian,asas-asas dalam perjanjin dan macam-macam perjanjian
. Kedua, tinjauan tentang Corporate Social Responsibility, dalam
hal ini dipaparkan mengenai kewajiban korporasi dalam tanggung
jawab sosial dan lingkungan dan juga pelaksanaan program CSR di
Indonesia . Ketiga, tinjauan tentang asas itikad baik dan Keempat
tinjauan tentang asas.
BAB III PEMBAHASAN
Dalam bab ini akan diuraikan tentang gambaran mengenai
pembahasan dari rumusan masalah yang diangkat, yaitu mengenai
bagaimana pelaksanaan perjanjian kerjasama CSR antara PT.BRI
dengan Pemerintah Kota Malang dalam pemenuhan asas itikad
baik sebagaimana pasal 1338 ayat (3) Kitab Undang-Undang
Hukum Perdata. Uraian pembahasan yang diangkat oleh penulis
serta dianalisis secara content, comparative dan dianalisa
kesesuaian atau keselarasan berdasarkan kenyataan yang ada (yang
17
terjadi) didukung dengan teori-teori yang relevan dengan
permasalahan dalam penulisan ini.
BAB IV PENUTUP
Bab ini merupakan bab terakhir dalam penulisan hukum ini dimana
berisi kesimpulan dari pembahasan bab sebelumnya serta berisikan
saran penulis dalam menanggapi permasalahan yang menjadi fokus
kajian serta berisikan saran dan rekomendasi penulis sehingga
diharapkan menjadi masukan yang bermanfaat bagi semua pihak.