Penelaahan undang-undang

70
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 sebagai landasan hukum Indonesia merupakan hal pokok sebagai wujud pelaksanaan peraturan-peraturan yang berlaku hingga saat ini. Namun, apakah wujud dari pelaksanaan tersebut telah dihasilkan oleh pemerintah? Dengan latar belakang tersebut, penulis mencoba untuk mengamati undang-undang pelaksana dari UUD tahun 1945. B. Tujuan Penelitian bertujuan untuk menyelesaikan tugas mata kuliah Hukum Keuangan Negara, mencari undang-undang pelaksana UUD tahun 1945, dan memahami pentingnya undang- undang tersebut sebagai aturan formal yang wajib ditaati oleh setiap warga Negara Indonesia. C. Ruang lingkup 1

description

ini adalah hasi penelaahan undang-undang berdasarkan pemikiran kelompok kami. masih banyak yang belum tercantum dan karena waktu pengerjaannya yang minim, sangat banyak kesalahan yang masih terjadi... mohon maklum..

Transcript of Penelaahan undang-undang

Page 1: Penelaahan undang-undang

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang dan Masalah

Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 sebagai

landasan hukum Indonesia merupakan hal pokok sebagai wujud pelaksanaan

peraturan-peraturan yang berlaku hingga saat ini. Namun, apakah wujud dari

pelaksanaan tersebut telah dihasilkan oleh pemerintah? Dengan latar

belakang tersebut, penulis mencoba untuk mengamati undang-undang

pelaksana dari UUD tahun 1945.

B. Tujuan

Penelitian bertujuan untuk menyelesaikan tugas mata kuliah Hukum

Keuangan Negara, mencari undang-undang pelaksana UUD tahun 1945, dan

memahami pentingnya undang-undang tersebut sebagai aturan formal yang

wajib ditaati oleh setiap warga Negara Indonesia.

C. Ruang lingkup

Ruang lingkup dalam penulisan karya ilmiah ini adalah aturan-aturan

hukum Negara Republik Indonesia.

D. Metode dan Teknik Penelitian

Metode dan teknik yang digunakan penulis dalam pengumpulan sumber

data karya ilmiah ini antara lain:

1

Page 2: Penelaahan undang-undang

i. Studi pustaka

E. Hipotesis

Penulis berasumsi bahwa masih terdapat hukum-hukum yang belum

dibuat oleh pemerintah, dikarenakan pemerintah yang masih mencari formula

yang tepat dengan keadaan saat ini serta pembahasan yang belum mencapai

kesepakatan dengan DPR.

F. Kesistematikaan Penulisan

Kata Pengantar

Daftar Isi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

B. Tujuan

C. Ruang Lingkup Masalah

D. Metode dan Teknik Pengumpulan Data

E. Hipotesis

BAB II SUMBER DATA

BAB III ANALISIS DATA

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

B. Saran

2

Page 3: Penelaahan undang-undang

BAB II

SUMBER DATA

Bab ini berisi sumber-sumber data yang digunakan penulis dalam

mencari undang-undang pelaksana UUD tahun 1945. Sumber-sumber data yang

digunakan dalam mencari undang-undang tersebut adalah sebagai berikut:

a. www.dpr.go.id

b. www.google.co.id

3

Page 4: Penelaahan undang-undang

BAB III

ANALISA UNDANG-UNDANG TERHADAP UNDANG-

UNDANG DASAR TAHUN 1945

BAB I

BENTUK DAN KEDAULATAN

Pasal 1

(1) Negara Indonesia ialah Negara Kesatuan yang berbentuk Republik.

(2) Kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-

Undang Dasar. ***)

(3) Negara Indonesia adalah negara hukum.***)

BAB II

MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT

Pasal 2

(1) Majelis Permusyawaratan Rakyat terdiri atas anggota-anggota Dewan

Perwakilan Rakyat , dan anggota Dewan Perwakilan Daerah yang dipilih

melalui pemilihan umum dan diatur lebih lanjut dengan undang-

undang.****)

(2) Majelis Permusyawaratan Rakyat bersidang sedikitnya sekali dalam lima

tahun di Ibu Kota Negara.

(3) Segala putusan Majelis Permusyawaratan Rakyat ditetapkan dengan

suara yang terbanyak.

Dalam ayat ini, undang – undang yang di maksud adalah Undang –

Undang Nomor 27 Tahun 2009 tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat,

Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah dan Dewan Perakilan

Rakyat Daerah sebagai pengganti atas Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2003

tentang Susunan dan Kedudukan Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan

4

Page 5: Penelaahan undang-undang

Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan

Rakyat Daerah yang telah dicabut dan dinyatakan tidak berlaku sebelumnya

Pasal 3

(1) Majelis Permusyawaratan Rakyat berwenang mengubah dan

menetapkan Undang-undang Dasar. ***)

(2) Majelis Permusyawaratan Rakyat melantik Presiden dan/atau Wakil

Presiden.***/ ****)

(3) Majelis Permusyawaratan Rakyat hanya dapat memberhentikan

Presiden dan/atau Wakil Presiden dalam masa jabatannya menurut

Undang-Undang Dasar.***/****)

BAB III

KEKUASAAN PEMERINTAHAN NEGARA

Pasal 4

(1) Presiden Republik Indonesia memegang kekuasaan pemerintahan

menurut Undang-Undang Dasar.

(2) Dalam melakukan kewajibannya Presiden dibantu oleh satu orang Wakil

Presiden.

Undang – undang yang dimaksud adalah UU no 42 tahun 2008 tentang

Pemilu Presiden dan Wakil Presiden yang terdiri atas 21 Bab dan 262 pasal

(termasuk ketentuan peralihan dan ketentuan penutup)

UU no 42 th 2008 ini sendiri merupakan perubahan dari UU no 23 tahun 2003

tentang Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden yang sudah tidak sesuai

dengan perkembangan demokrasi dan dinamika masyarakat dalam kehidupan

berbangsa dan bernegara sehingga Undang-Undang tersebut perlu diganti.

Syarat menjadi Presiden dan Wakil Presiden (Bab III pasal 5) :

a. bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa

b. Warga Negara Indonesia sejak kelahirannya dan tidak pernah menerima

kewarganegaraan lain karena kemuannya sendiri

c. Tidak pernah mengkhianati negara, serta tidak pernah melakukan tindak

pidana korupsi dan tindak pidana berat lainnya

5

Page 6: Penelaahan undang-undang

d. Mampu secara rohani dan jasmani untuk menjalankan tugas dan keajiban

sebagai Presiden dan Wakil Presiden

e. Bertempat tinggal di wilayah NKRI

f. Telah melaporkan kekayaannya kepada instansi yang berwenang

memeriksa laporan kekayaan penyelenggara negara

g. Tidak sedang memiliki tanggungan utang secara perseorangan dan/atau

secara badan hukum yang menjadi tanggung jawabnya yang merugikan

keuangan negara

h. Tidak sedang dinyatakan pailit berdasarkan putusan pengadilan

i. Tidak pernah melakukan perbuatan tercela

j. Terdaftar sebagai pemilih

k. Memiliki NPWP dan telah melaksanakan kewajiban membayar pajak

selama 5 tahun terakhir yang dibuktikan dengan Surat Pemberitahuan

Wajib Pajak Orang Pribadi.

Pasal 5

(1) Presiden berhak mengajukan rancangan undang-undang kepada Dewan

Perwakilan Rakyat.*)

(2) Presiden menetapkan peraturan pemerintah untuk menjalankan undang-

undang sebagaimana mestinya.

Pasal 6

(1) Calon Presiden dan calon Wakil Presiden harus seorang warga negara

Indonesia sejak kelahirannya dan tidak pernah menerima

kewarganegaraan lain karena kehendaknya sendiri, tidak pernah

mengkhianati negara, serta mampu secara rohani dan jasmani untuk

melaksanakan tugas dan kewajiban sebagai Presiden dan Wakil

Presiden.***)

(2) Syarat-syarat untuk menjadi Presiden dan Wakil Presiden diatur lebih

lanjut dengan undang-undang.***

Persyaratan menjadi calon Presiden dan calon Wakil Presiden adalah:

bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;

6

Page 7: Penelaahan undang-undang

Warga Negara Indonesia sejak kelahirannya dan tidak pernah

menerima kewarganegaraan lain karena kehendaknya sendiri;

tidak pernah mengkhianati negara, serta tidak pernah melakukan

tindak pidana korupsi dan tindak pidana berat lainnya;

mampu secara rohani dan jasmani untuk melaksanakan tugas dan

kewajiban sebagai Presiden dan Wakil Presiden;

bertempat tinggal di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia;

telah melaporkan kekayaannya kepada instansi yang berwenang

memeriksa laporan kekayaan penyelenggara negara;

tidak sedang memiliki tanggungan utang secara perseorangan

dan/atau secara badan hukum yang menjadi tanggung jawabnya

yang merugikan keuangan negara;

tidak sedang dinyatakan pailit berdasarkan putusan pengadilan;

tidak pernah melakukan perbuatan tercela;

terdaftar sebagai Pemilih;

memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan telah

melaksanakan kewajiban membayar pajak selama 5 tahun

terakhir yang dibuktikan dengan Surat Pemberitahuan Tahunan

Pajak Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi;

belum pernah menjabat sebagai Presiden atau Wakil Presiden

selama 2 (dua) kali masa jabatan dalam jabatan yang sama;

setia kepada Pancasila sebagai dasar negara, Undang-Undang

Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, dan cita-cita

Proklamasi 17 Agustus 1945;

tidak pernah dijatuhi pidana penjara berdasarkan putusan

pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap karena

melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara 5

tahun atau lebih;

berusia sekurang-kurangnya 35 tahun;

berpendidikan paling rendah tamat Sekolah Menengah Atas

(SMA), Madrasah Aliyah (MA), Sekolah Menengah Kejuruan

(SMK), Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK), atau bentuk lain yang

sederajat;

7

Page 8: Penelaahan undang-undang

bukan bekas anggota organisasi terlarang Partai Komunis

Indonesia, termasuk organisasi massanya, atau bukan orang yang

terlibat langsung dalam G.30.S/PKI; dan

memiliki visi, misi, dan program dalam melaksanakan

pemerintahan negara Republik Indonesia.

Pejabat negara yang dicalonkan oleh harus mengundurkan diri

dari jabatannya. Jika yang dicalonkan adalah gubernur, wakil

gubernur, bupati, wakil bupati, walikota, atau wakil walikota, ia

harus meminta izin kepada Presiden.

Bakal Pasangan Calon didaftarkan oleh Partai Politik atau Gabungan Partai

Politik peserta pemilu yang memenuhi persyaratan perolehan kursi paling sedikit

20% (dua puluh persen) dari jumlah kursi DPR atau memperoleh 25% (dua puluh

lima persen) dari suara sah nasional dalam Pemilu anggota DPR, sebelumnya.

Calon Presiden dan calon Wakil Presiden diusulkan dalam satu pasangan

Pasal 6A

(1) Presiden dan Wakil Presiden dipilih dalam satu pasangan secara

langsung oleh rakyat. ***)

(2) Pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden diusulkan oleh partai politik

atau gabungan partai politik peserta pemilihan umum sebelum

pelaksanaan pemilihan umum.***)

(3) Pasangan calon Presiden dan wakil Presiden yang mendapatkan suara

lebih dari lima puluh persen dari jumlah suara dalam pemilihan umum

dengan sedikitnya dua puluh persen suara disetiap provinsi yang

tersebar di lebih dari setengah jumlah provinsi di Indonesia, dilantik

menjadi Presiden dan Wakil Presiden.***)

(4) Dalam hal tidak ada pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden

terpilih, dua pasangan calon yang memperoleh suara terbanyak pertama

dan kedua dalam pemilihan umum dipilih oleh rakyat secara langsung

dan pasangan yang memperoleh suara rakyat terbanyak dilantik sebagai

Presiden dan Wakil Presiden.****)

(5) Tata cara pelaksanaan pemilihan Presiden dan Wakil Presiden lebih

lanjut diatur dalam undang-undang.***)

8

Page 9: Penelaahan undang-undang

Undang – undang yang dimaksud dalam pasal 6A(5) tersebut merupakan

UU no 42 tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden.

Berdasarkan UU ini dapat disimpulkan:

Pemilu Presiden dan Wakil Presiden adalah pemilihan umum untuk

memilih Presiden dan Wakil Presiden dalam NKRI berdasarkan Pancasila dan

UUD 1945. Penyelenggara pemilu ini adalah KPU (Komisi Pemilihan Umum)

merupakan lembaga penyelenggara pemilu yang bersifat nasional, tetap dan

mandiri

Presiden dan Wakil Presiden terpilih bersumpah menurut agamanya di

hadapan MPR tepat pada berakirnya masa jabatan Presiden dan Wakil Presiden.

Pasal 7

Presiden dan Wakil Presiden memegang jabatan selama lima tahun, dan

sesudahnya dapat dipilih kembali dalam jabatan yang sama, hanya untuk satu

kali masa jabatan.*)

Pasal 7A

Presiden dan/atau Wakil Presiden dapat diberhentikan dalam masa jabatannya

oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat atas usul Dewan Perwakilan Rakyat, baik

apabila terbukti telah melakukan pelanggaran hukum berupa pengkhianatan

terhadap negara, korupsi, penyuapan, tindak pidana berat lainnya, atau

perbuatan tercela maupun apabila terbukti tidak lagi memenuhi syarat sebagai

Presiden dan/atau Wakil Presiden.***)

Pasal 7B

(1) Usul pemberhentian Presiden dan/atau Wakil Presiden dapat diajukan

oleh Dewan Perwakilan Rakyat kepada Majelis Permusyawaratan Rakyat

hanya dengan terlebih dahulu mengajukan permintaan kepada

Mahkamah Konstitusi untuk memeriksa, mengadili, dan memutus Dewan

Perwakilan Rakyat bahwa Presiden dan/atau Wakil Presiden telah

melakukan pelanggaran hukum berupa pengkhianatan terhadap negara,

korupsi, penyuapan, tindak pidana berat lainnya, atau perbuatan tercela;

dan/atau pendapat bahwa Presiden dan/atau Wakil Presiden tidak lagi

memenuhi syarat sebagai Presiden dan/atau Wakil Presiden.***)

9

Page 10: Penelaahan undang-undang

(2) Pendapat Dewan Perwakilan Rakyat bahwa Presiden dan/atau Wakil

Presiden telah melakukan pelanggaran hukum tersebut ataupun telah

tidak lagi memenuhi syarat sebagai Presiden dan/atau Wakil Presiden

adalah dalam rangka pelaksanaan fungsi pengawasan Dewan Perwakilan

Rakyat.***)

(3) Pengajuan permintaan Dewan Perwakilan Rakyat kepada Mahkamah

Konstitusi hanya dapat dilakukan dengan dukungan sekurang-kurangnya

2/3 dari jumlah anggota Dewan Perwakilan Rakyat yang hadir dalam

sidang paripurna yang dihadiri oleh sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah

anggota Dewan Perwakilan Rakyat.***)

(4) Mahkamah Konstitusi wajib memeriksa, mengadili, dan memutus dengan

seadil-adilnya terhadap Dewan Perwakilan Rakyat tersebut paling lama

sembilan puluh hari setelah permintaan Dewan Perwakilan Rakyat itu

diterima oleh Mahkamah Konstitusi.***)

(5) Apabila Mahkamah Konstitusi memutuskan bahwa Presiden dan/atau

Wakil Presiden terbukti melakukan pelanggaran hukum berupa

pengkhianatan terhadap negara, korupsi, penyuapan, tindak pidana berat

lainnya, atau perbuatan tercela; dan/atau terbukti bahwa Presiden

dan/atau Wakil Presiden tidak lagi memenuhi syarat sebagai Presiden

dan/atau wakil Presiden, Dewan Perwakilan Rakyat menyelenggarakan

sidang paripurna untuk meneruskan usul pemberhentian Presiden

dan/atau Wakil Presiden kepada Majelis Permusyawaratan Rakyat.*** )

(6) Majelis Permusyawaratan Rakyat wajib menyelenggarakan sidang untuk

memutuskan usul Dewan Perwakilan Rakyat tersebut paling lambat tiga

puluh hari sejak Majelis Permusyawaratan Rakyat menerima usul

tersebut. ***)

(7) Keputusan Majelis Permusyawaratan Rakyat atas usul pemberhentian

Presiden dan/atau Wakil Presiden harus diambil dalam rapat paripurna

Majelis Permusyawaratan yang dihadiri oleh sekurang-kurangnya ¾ dari

jumlah anggota dan disetujui oleh sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah

anggota yang hadir, setelah Presiden dan/atau Wakil Presiden diberi

kesempatan menyampaikan penjelasan dalam rapat paripurna Majelis

Permusyawaratan Rakyat.***)

10

Page 11: Penelaahan undang-undang

Pasal 7C

Presiden tidak dapat membekukan dan/atau membubarkan Dewan

Perwakilan Rakyat.*** )

Pasal 8

(1) Jika Presiden mangkat, berhenti, diberhentikan atau tidak dapat

melakukan kewajibannya dalam masa jabatannya, ia digantikan oleh

Wakil Presiden sampai habis masa jabatannya.*** )

(2) Dalam hal terjadi kekosongan Wakil Presiden, selambat-lambatnya

dalam waktu enam puluh hari, Majelis Permusyawaratan Rakyat

menyelenggarakan sidang untuk memilih Wakil Presiden dari dua calon

yang diusulkan oleh Presiden.*** )

(3) Jika Presiden dan Wakil Presiden mangkat, berhenti, diberhentikan, atau

tidak dapat melakukan kewajibannya dalam masa jabatannya secara

bersamaan, pelaksanaan tugas Kepresidenan adalah Menteri Luar

Negeri, Menteri Dalam Negeri dan Menteri Pertahanan secara bersama-

sama. Selambat-lambatnya tiga puluh hari setelah itu, Majelis

Permusyawaratan Rakyat menyelenggarakan sidang untuk memilih

Presiden dan Wakil Presiden dari dua pasangan calon Presiden dan

wakil Presiden yang diusulkan oleh partai politik atau gabungan partai

politik yang pasangan calon Presiden dan Wakil Presidennya meraih

suara terbanyak pertama dan kedua dalam pemilihan umum

sebelumnya, sampai berakhir masa jabatannya.****)

Pasal 9

(1) Sebelum memangku jabatannya, Presiden dan wakil Presiden bersumpah

menurut agama, atau berjanji dengan sungguh-sungguh di hadapan

Majelis Permusyawaratan Rakyat atau Dewan Perwakilan Rakyat sebagai

berikut :

Sumpah Presiden (Wakil Presiden) :

“Demi Allah saya bersumpah akan memenuhi kewajiban Presiden

Republik Indonesia (Wakil Presiden Republik Indonesia) dengan sebaik-

baiknya dan seadil-adilnya, memegang teguh Undang-Undang Dasar dan

menjalankan segala undang-undang dan peraturannya dengan selurus-

lurusnya serta berbakti, kepada Nusa dan Bangsa.”

11

Page 12: Penelaahan undang-undang

Janji Presiden (Wakil Presiden) :

“Saya berjanji dengan sungguh-sungguh akan memenuhi kewajiban

Presiden Republik Indonesia (Wakil Presiden Republik Indonesia) dengan

sebaik – baiknya dan seadil – adilnya, memegang teguh Undang-Undang

Dasar dan menjalankan segala undang-undang dan peraturannya dengan

selurus-lurusnya serta berbakti, kepada Nusa dan Bangsa”.*)

(2) Jika Majelis Permusyawaratan Rakyat atau Dewan Perwakilan Rakyat

tidak dapat mengadakan sidang, Presiden dan Wakil Presiden

bersumpah menurut agama, atau berjanji dengan sungguh-sungguh di

hadapan pimpinan Majelis Permusyawaratan Rakyat dengan disaksikan

oleh Pimpinan Mahkamah Agung.*)

Pasal 10

Presiden memegang kekuasaan yang tertinggi atas Angkatan Darat, Angkatan

Laut dan Angkatan Udara.

Dalam pasal diatas dijelaskan bahwa presiden merupakan pemegang

kekuasaan tertinggi dalam militer indonesia. Dan sebagai implementasi atas

pasal diatas maka dibuatlah sebuah undang-undang yang mengatur lebih lanjut

mengenai hal tersebut yang terwujud sebagai Undang-Undang No.3 Tahun 2002

Tentang Pertahanan Negara.

Dengan jelas di sebutkan dalam pasal 13 bahwa Presiden berwenang

dan bertanggung jawab dalam pengelolaan sistem pertahanan negara. Dan

yang menjadi bagian dari pertahanan negara adalah TNI (pasal 10 ayat (1)) dan

kemudian lebih lanjut disebutkan bagian dari Tentara Nasional Indonesia adalah

angkatan darat, angkatan laut dan angkatan udara (pasal 10 ayat (2)).

Bukti bahwa presiden memegang kekuasaan tertinggi atas militer

indonesia juga tertera pada pasal 14, 15, dan 17. Yang menyatakan bahwa

presiden bertanggung jawab atas pertahanan nasional, memiliki hak untuk

mengerahkan Tentara Nasional Indonesia dan berhak mengangkat panglima dan

kepala staf angkatan TNI atas persetujuan DPR.

12

Page 13: Penelaahan undang-undang

Pasal 11

1. Presiden dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat menyatakan

perang, membuat perdamaian dan perjanjian dengan negara lain.

2. Presiden dalam membuat perjanjian internasional lainnya yang

menimbulkan akibat yang luas dan mendasar bagi kehidupan rakyat yang

terkait dengan beban keuangan negara, dan/atau mengharuskan

perubahan atau pembentukan undang-undang harus dengan persetujuan

Dewan Perwakilan Rakyat.

3. Ketentuan lebih lanjut tentang perjanjian internasional diatur dengan

undang-undang.

Undang undang yang dimaksud dalam pasal 3 sebagai ketentuan lebih

lanjut adalah Undang-undang No. 24 tahun 2000 yang mengatur tentang

perjanjian internasional. Didalam undang-undang ini tertulis dengan jelas tentang

pengertian dan tata cara melakukan perjanjian dan berbagai macam perjanjian

yang bisa dilakukan secara internasional oleh pemerintah negara Indonesia.

Pembuatan perjanjian internasional dilakukan melalui tahap penjajakan,

perundingan, perumusan naskah, penerimaan dan penandatanganan.

Seseorang yang mewakili Indonesia dengan tujuan menerima atau

menandatangani naskah suatu perjanjian atau mengikatkan diri pada suatu

perjanjian internasional diberikan Surat Kuasa, kecuali Presiden dan Menteri.

Sedangkan orang atau beberapa orang yang menghadiri, merundingkan,

dan/atau menerima hasil akhir suatu pertemuan internasional memerlukan Surat

Kepercayaan. Pengesahan perjanjian internasional dilakukan dengan UU apabila

berkenaan dengan:

a. masalah politik, perdamaian, pertahanan dan keamanan negara

b. perubahan wilayah atau penetapan batas wilayah Negara RI

c. kedaulatan atau hak berdaulat Negara

d. hak asasi manusia dan lingkungan hidup

e. pembentukan kaidah hukum baru

13

Page 14: Penelaahan undang-undang

f. pinjaman/hibah luar negeri

Menteri bertanggungjawab menyimpan dan memelihara naskah asli

perjanjian internasional yang dibuat oleh Pemerintah Republik Indonesia serta

menyusun daftar naskah resmi dan menerbitkannya dalam himpunan penjanjian

internasional. Salinan naskah resmi setiap perjanjian internasional disampaikan

kepada lembaga negara dan lembaga pemerintah, baik departemen maupun non

departemen pemrakarsa. Menteri memberitahukan dan menyampaikan salinan

naskah resmi suatu perjanjianinternasional yang telah dibuat oleh Pemerintah

Republik Indonesia kepada sekretariat organisasi internasional yang di dalamnya

Pemerintah Republik Indonesiamenjadi anggota.

Pengakhiran perjanjian Internasional :

a. terdapat kesepakatan para pihak melalui prosedur yang ditetapkan dalam

perjanjjian

b. tujuan perjanjian tersebut telah tercapai

c. terdapat perubahan mendasar yang mempengaruhi pelaksanaan

perjanjian

d. salah satu pihak tidak melaksanakan atau melanggar ketentuan

perjanjian

e. dibuat suatu perjanjian baru yang menggantikan perjanjian lama

f. muncul norma-norma baru dalam hukum internasional

g. objek perjanjian hilang

h. terdapat hal-hal yang merugikan kepentingan nasional

Dan juga pada Undang-undang No. 37 tahun 1999, yang berisikan

tentang hubungan internasional. Terutama pada pasal 13, 14 dan 15 tentang

pembuatan dan pengesahan Perjanjian internasional dan pengertian perjanjian

internasional (pasal 1 ayat (3)). Dan juga pada UU nomor 22 tahun 2003 tentang

tugas DPR.

Sedangkan dalam hal pembuatan pernyataan yang mengenai keamanan

dan pertahanan nasional seperti yang disebutkan dalam pasal (1) diatas, maka

diperlukan persetujuan dari DPR seperti yang disebutkan dalam Undang-undang

no. 24 tahun 2000 yang berbunyi : “Pemerintah Republik Indonesia

menyampaikan salinan setiap keputusan presiden yang mengesahkan suatu

perjanjian internasional kepada Dewan Perwakilan Rakyat untuk dievaluasi”

(Pasal 11 ayat (2)) dan untuk membuat pernyataan yang berkenaan dengan

14

Page 15: Penelaahan undang-undang

masalah politik, perdamaian, pertahanan, dan keamanan negara, maka

dipengesahannya di lakukan dengan undang-undang (pasal 10).

Dan sebagai penjelasan ayat (2) pasal 11 ini, disebutkan dalam Undang-

Undang Nomor 22 tahun 2003 yang secara tegas mengatakan bahwa DPR

memberikan persetujuan kepada Presiden untuk menyatakan perang, membuat

perdamaian, dan perjanjian dengan negara lain, serta membuat perjanjian

internasional lainnya yang menimbulkan akibat yang luas dan mendasar bagi

kehidupan rakyat yang terkait dengan beban keuangan negara dan/atau

pembentukan undang-undang (pasal 26 pasal (1) huruf (n))

Pasal 12

Presiden menyatakan keadaan bahaya. Syarat-syarat dan akibatnya keadaan

bahaya ditetapkan dengan undang-undang

Dalam keadaan tertentu yang cukup mendesak dan menghawatirkan,

seorang presiden memiliki hak untuk menyatakan suatu keadaan adalah

keadaan yang berbahaya dengan menggunakan syarat-syarat yang menjadikan

suatu keadaan itu bisa disebut berbahaya. Dan akibat dari kejadian tersebut bagi

negara. Dan kesemuanya itu berada pada Undang-undang no. 6 tahun 1946

tentang keadaan bahaya yang secara khusus menjelaskan tentang pasal 12

UUD 45 ini.

Dalam UU tersebut secara jelas disebutkan bahwa Presiden dapat

menyatakan seluruh atau sebagian dari daerah Negara Republik Indonesia

berada dalam keadaan bahaya (pasal 1 ayat (1)) dan yang dimaksud keadaan

berbahaya adalah diantaranya serangan, bahaya serangan, pemberontakan atau

perusuhan, hingga dikhawatirkan pemerintah sipil tidak sanggup menjalankan

pekerjaannya, dan bencana alam (Pasal 1 ayat (2)) dan disahkan dengan

undang-undang (pasal 2 ayat (1)) dan harus mendapatkan pengesahan oleh

Dewan perwakilan rakyat (pasal 2 ayat (2)).

Dan dalam undang-undang ini ada satu pasal yang jarang kita temukan di

dalam undang-undang lain, yaitu adanya pasal yang menyatakan bahwa

undang-undang itu disebut "Undang-undang keadaan bahaya" (pasal 28 ayat (1))

dan mulai berlaku sejak tanggal pengumumannya (pasal 28 ayat (2)) yang

15

Page 16: Penelaahan undang-undang

berlaku sejak tanggal 6 Juni 1946 dan disahkan oleh presiden pertama kita, Ir.

Soekarno. Sebuah undang-undang yang cukup tua dan hingga kini masih

berlaku di Indonesia tidak seperti yang lainnya yang sudah diganti dan diubah

sekian kalinya.

Pasal 13

1. Presiden mengangkat duta dan konsul

2. Dalam hal mengangkat duta, Presiden memperhatikan pertimbangan

Dewan Perwakilan Rakyat.

3. Presiden menerima penempatan duta negara lain dengan memperhatikan

pertimbangan Dewan Perwakilan Rakyat.

Di dalam ayat (1) diatas yang menyebutkan bahwa presiden mengangkat

duta dan konsul, dapat kita temukan juga di dalam Undang-Undang nomor 37

tahun 1999 pasal 29 ayat (1) disebutkan juga bahwa dapat presiden dapat

mengangkat dan memberhentikan duta. Dan pada ayat (2) dan ayat (3)

disebutkan beberapa hal tentang duta dan konsul secara garis besar, yaitu masa

kerja dan fungsi duta.

Untuk keterlibatan DPR dalam pengangkatan Duta juga kembali

ditegaskan dalam Undang-Undang nomor 27 tahun 2009 pasal 71 (l) yang

berbunyi, “memberikan pertimbangan kepada Presiden dalam hal mengangkat

duta besar dan menerima penempatan duta besar negara lain”

Pasal 14

1. Presiden memberi grasi dan rehabilitasi dengan memperhatikan

pertimbangan Mahkamah agung

2. Presiden memberi amnesti dan abolisi dengan memperhatikan

pertimbangan Dewan Perwakilan Rakyat

Grasi adalah pengampunan berupa perubahan, peringanan,

pengurangan, atau penghapusan pelaksanaan pidana kepada terpidana yang

diberikan oleh Presiden sebagai mana disebutkan dalam pasal 1 ayat (1)

16

Page 17: Penelaahan undang-undang

Undang-Undang Nomor 22 tahun 2002 tentang grasi. Dan mahkamah agung

sebagai pemberi pertimbangan tercantum dalam pasal 4 ayat (1) dan pasal 11

ayat (2) dan tentang bagaimana grasi dapat diberikan atau di minta oleh dan

kepada presiden, diatur juga didalam undang-undang nomor 22 tahun 2002 ini.

Kemudian tentang amnesti dan abolisi, lebih lanjut dijelaskan dengan

undang-undang darurat nomor 11 tahun 1954, tentang pemberian amnesti dan

abolisi akan tetapi undang-undang ini bersifat mendesak dan darurat sehingga isi

dan keterangan yang tersedia hanya lah sebatas tentang syarat dan cara

melakukan dan memberikan abolisi maupun amnesti. Sedangkan keterlibatan

DPR dalam pemberian amnesti dan abolisi, kembali ditegaskan dalam tugas dan

wewenang DPR pada Undang-Undang nomor 27 tahun 2009 pasal 71 (k) yaitu

memberikan pertimbangan kepada Presiden dalam pemberian amnesti dan

abolisi.

Pasal 15

Presiden memberi gelar, tanda jasa, dan lain-lain tanda kehormatan yang diatur

dengan undang-undang

Dalam hal pemberian gelar, tanda jasa dan tanda kehormatan, secara

khusus telah diatur dalam Undang-Undang nomor 20 tahun 2009. Sedangkan

yang dinamakan Gelar adalah penghargaan negara yang diberikan Presiden

kepada seseorang yang telah gugur atau meninggal dunia atas perjuangan,

pengabdian, darmabakti, dan karya yang luar biasa kepada bangsa dan negara

(pasal 1 ayat (1)), Tanda Jasa adalah penghargaan negara yang diberikan

Presiden kepada seseorang yang berjasa dan berprestasi luar biasa dalam

mengembangkan dan memajukan suatu bidang tertentu yang bermanfaat besar

bagi bangsa dan negara (pasal 1 ayat (2)) dan juga pengertian-pengertian lain

yang berhubungan dalam hal ini dijelaskan dalam pasal 1.

Kemudian untuk bisa diberikan gelar, tanda jasa dan tanda kehormatan

haruslah memenuhi syarat umum dan khusus (pasal 24) baru kemudian setelah

syaratnya terpenuhi, bisa diberikan gelar, tanda jasa dan tanda kehormatan.

17

Page 18: Penelaahan undang-undang

Setelah mendapatkan gelar, tanda jasa dan tanda kehormatan,

seseorang kemudian dianugerahi hak dan dibebani kewajiban khusus (pasal 33)

yang harus dipenuhi. Dan apabila terjadi hal-hal tertentu yang menyebabkan

gelar tersebut untuk dicabut semisal usulan dari seseorang atau badan dan

lainnya (pasal 36) bisa dilakukan pencabutan (pasal 35)

Pasal 16

Presiden membentuk suatu dewan pertimbangan yang bertugas memberikan

nasihat dan pertimbangan kepada Presiden, yang selanjutnya diatur dalam

undang-undang

Dewan pertimbangan presiden diatur lebih lanjut dalam undang-undang

nomor 19 tahun 2006. Dewan Pertimbangan Presiden adalah lembaga

pemerintah yang bertugas memberikan nasihat dan pertimbangan kepada

Presiden (pasal 1 ayat (1)), berkedudukan di bawah Presiden dan bertanggung

jawab kepada Presiden (pasal 2) dengan cara memberikan nasihat dan

pertimbangan yang terkait dengan pelaksanaan kekuasaan pemerintahan negara

(pasal 5).

Presiden adalah pihak yang berwenang mengangkat 8 anggota dewan

perwakilan(pasal 7) yang telah memenuhi syarat sebagaimana telah disebutkan

pada pasal 8 dan masa jabatannya berakhir sesuai dengan masa jabatan

presiden (Pasal 10) dan didalamnya juga disebutkan bahwa dewan

pertimbangan dilarang merangkap jabatan dalam negara maupun partai politik

tertentu sesuai yang disebutkan dalam pasal 12.

18

Page 19: Penelaahan undang-undang

BAB V

KEMENTERIAN NEGARA

Pasal 17

(1) Presiden dibantu oleh menteri-menteri negara.

(2) Menteri-menteri itu diangkat dan diberhentikan oleh Presiden.*)

(3) Setiap menteri membidangi urusan tertentu dalam pemerintahan.*)

(4) Pembentukan, pengubahan, dan pembubaran kementerian negara

diatur dalam undang-undang.***)

Undang-Undang Kementerian Negara (secara resmi bernama Undang-

Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara) adalah undang-

undang yang mengatur tentang kedudukan, tugas pokok, fungsi, susunan

organisasi, pembentukan, pengubahan, menggabungkan, memisahkan dan/atau

mengganti, pembubaran/menghapus kementerian, hubungan fungsional

kementerian dengan lembaga pemerintah, non kementerian dan pemerintah

daerah serta pengangkatan dan pemberhentian menteri atau menteri kordinasi

berisi penataan kembali keseluruhan kelembagaan pemerintahan sesuai dengan

nomenklatur seperti departemen, kementerian negara, lembaga pemerintah

nonkementerian, maupun instansi pemerintahan lain, termasuk lembaga

nonstruktural.

Dalam Undang-Undang tentang Kementerian Negara mengatur sbb:

* "Kementerian" merupakan perangkat pemerintah yang membidangi urusan

tertentu dalam pemerintahan

* "Menteri" merupakan pembantu Presiden yang memimpin Kementerian

* "Urusan Pemerintahan" merupakan setiap urusan sebagaimana dimaksud

dalam ketentuan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

1945.

* "Pembentukan Kementerian" dilakukan dengan nomenklatur tertentu setelah

Presiden mengucapkan sumpah/janji

* "Pengubahan Kementerian" adalah pengubahan nomenklatur Kementerian

dengan cara menggabungkan, memisahkan dengan menggantikan nomenklatur

Kementerian yang sudah terbentuk.

19

Page 20: Penelaahan undang-undang

* "Pembubaran Kementerian" merupakan menghapus Kementerian yang

sudah terbentuk

BAB VI

PEMERINTAH DAERAH

Pasal 18

(1) Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah

provinsi dan daerah provinsi itu dibagi atas kabupaten dan Kota, yang

tiap-tiap provinsi, kabupaten, dan kota itu mempunyai pemerintahan

daerah, yang diatur dengan undang-undang.** )

(2) Pemerintah daerah provinsi, daerah Kabupaten, dan Kota mengatur dan

mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan

tugas pembantuan.**)

(3) Pemerintahan daerah provinsi, daerah kabupaten, dan kota memiliki

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang anggota-anggotanya dipilih

melalui pemilihan umum.** )

(4) Gubernur, Bupati, dan Walikota masing-masing sebagai kepala

pemerintah daerah provinsi, kabupaten dan kota dipilih secara

demokratis.**)

(5) Pemerintahan daerah menjalankan otonomi seluas-luasnya, kecuali

urusan pemerintahan yang oleh undang-undang ditentukan sebagai

urusan Pemerintahan Pusat.**)

(6) Pemerintahan daerah berhak menetapkan peraturan daerah dan

peraturan-peraturan lain untuk melaksanakan otonomi dan tugas

pembantuan.** )

(7)Susunan dan tata cara penyelenggaraan pemerintahan daerah diatur

dalam undang-undang.** )

Sedangkan undang-undang yang menjelaskan pasal 18 diatas adalah UU

No.32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Tantang pelaksanaan otonomi

dan pembagian kekuasaan secara gamblang sudah dilaksanakan dengan baik

dan di implementasikan dalam undang-undang tersebut.

20

Page 21: Penelaahan undang-undang

Pasal 18A

(1) Hubungan wewenang antara pemerintah pusat dan pemerintahan daerah

provinsi, kabupaten, dan kota, atau provinsi dan kabupaten dan kota,

diatur dengan undang-undang dengan memperhatikan kekhususan dan

keragaman daerah.**)

(2) Hubungan keuangan, pelayanan umum, pemanfaatan sumber daya alam

dan sumber daya lainnya antara pemerintah pusat dan pemerintah

daerah diatur dan dilaksanakan secara adil dan selaras berdasarkan

undang-undang.** )

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2004 Tentang

Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah,

adalah undang-undang yang menjelaskan tentang pasal 18 a diatas. Penjabaran

dari UU Nomor 33 Tahun 2004 dituangkan ke dalam :

1. PP Nomor 54 Tahun 2005, tentang Pinjaman Daerah

2. PP Nomor 55 Tahun 2005, tentang Dana Perimbangan

3. PP Nomor 56 Tahun 2005, tentang Sistem Informasi

4. PP Nomor 57 Tahun 2005, tentang Hibah Kepada Daerah

5. PP Nomor 58 Tahun 2005, tentang Pengelolaan Keuangan Daerah.

Pasal 18B

(1) Negara mengakui dan menghormati satuan-satuan pemerintahan daerah

yang bersifat khusus atau bersifat istimewa yang diatur dengan undang-

undang.**)

(2) Negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat

hukum adat beserta hak-hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan

sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan

Republik Indonesia, yang diatur dalam undang-undang.** )

21

Page 22: Penelaahan undang-undang

BAB VII

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT

Pasal 19

(1) Anggota Dewan Perwakilan Rakyat dipilih melalui Pemilihan Umum.**)

(2) Susunan Dewan Perwakilan Rakyat diatur dengan undang-undang.**)

(3) Dewan Perwakilan Rakyat bersidang sedikitnya sekali dalam setahun.** )

Dalam ayat ini , undang – undang yang dimaksud adalah UU Nomor 27

Tahun 2009 tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan

Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat daerah.

Mengenai Susunan Dewan Perwakilan Rakyat diatur dalam Pasal 67

Undang-Undang No 27 Tahun 2009. Anggota DPR yang terpilih sebelumnya

berasal dari anggota partai politik peserta pemilihan umum yang dipilih langsung

oleh masyarakat melalui prosedur dan tata cara yang sudah ditetapkan. Anggota

tersebut sebelumnya sudah disetujui oleh partai politik untuk melangkah maju

dalam pemilihan umum. Tidak semua anggota partai politik dapat menjadi calon

anggota DPR, hanya mereka-mereka saja, yang telah lulus persyaratan yang

ditetapkan partai politik itu sendiri yang bisa maju dalam bursa pencalonan

anggota DPR.

Pasal 20

(1) Dewan Perwakilan Rakyat memegang kekuasaan membentuk undang-

undang.*)

(2) Setiap rancangan undang-undang dibahas oleh Dewan Perwakilan

Rakyat dan Presiden untuk mendapat persetujuan bersama.* )

(3) Jika rancangan undang-undang itu tidak mendapat persetujuan bersama,

rancangan undang-undang itu tidak boleh diajukan lagi dalam

persidangan Dewan Perwakilan Rakyat masa itu.* )

(4) Presiden mengesahkan rancangan undang-undang yang telah disetujui

bersama untuk menjadi undang-undang.* )

(5) Dalam hal rancangan undang-undang yang telah disetujui bersama

tersebut tidak disahkan oleh Presiden dalam waktu tiga puluh hari

semenjak rancangan undang-undang tersebut disetujui, rancangan

22

Page 23: Penelaahan undang-undang

undang-undang tersebut sah menjadi undang-undang dan wajib

diundangkan.**)

Undang-undang yang dimaksud dalam Pasal 20 ayat 4 tersebut

merupakan UU No 27 Tahun 2009 Pasal 71 mengenai Tugas & Wewenang

Dewan Perwakilan Rakyat.

DPR sebagai lembaga legislatif negara mempunyai tugas membentuk

undang-undang yang dibahas dengan Presiden untuk mendapat persetujuan

bersama dan juga berhak untuk memberi persetujuan atau menolak terhadap

peraturan pemerintah pengganti yang diajukan Presiden untuk menjadi undang-

undang.

Pasal 20A

(1) Dewan Perwakilan Rakyat memiliki fungsi legislasi, fungsi anggaran, dan

fungsi pengawasan.** )

(2) Dalam melaksanakan fungsinya, selain hak yang diatur dalam pasal-

pasal lain Undang-Undang Dasar ini, Dewan Perwakilan Rakyat

mempunyai hak interplasi, hak angket, dan hak menyatakan

pendapat.**)

(3) Selain hak yang diatur dalam pasal-pasal lain Undang-Undang Dasar ini,

setiap anggota Dewan Perwakilan Rakyat mempunyai hak mengajukan

pertanyaan, menyampaikan usul dan pendapat, serta hak imunitas.** )

(4) Ketentuan lebih lanjut tentang hak Dewan Perwakilan Rakyat dan hak

anggota Dewan Perwakilan Rakyat diatur dalam undang-undang.** )

Undang-undang yang dimaksud dalam Pasal 20A ayat 4 tersebut

merupakan UU No 27 Tahun 2009 Pasal 77 mengenai Hak Dewan Perwakilan

Rakyat dan Pasal 78 mengenai Hak Anggota Dewan Perwakilan Rakyat.

Dalam Pasal 77 ini dijelaskan hak-hak DPR yang berkedudukan sebagai

lembaga negara, antara lain:

a. Interpelasi;

b. Angket; dan

c. Menyatakan pendapat.

23

Page 24: Penelaahan undang-undang

Hak anggota DPR dijelaskan juga dalam UU No.7 Tahun 2009, tepatnya

dalam Pasal 78. Adapun hak anggota DPR tersebut antara lain hak mengajukan

usul rancangan undang-undang, hak mengajukan pertanyaan, hak

menyampaikan usul dan pendapat, hak memilih dan dipilih, hak membela diri,

hak imunitas, hak protokoler, dan hak keuangan dan administratif.

Pasal 21

Anggota Dewan Perwakilan Rakyat berhak mengajukan usul rancangan

undang-undang.*)

Pasal 22

(1) Dalam hal ihwal kegentingan yang memaksa, Presiden berhak

menetapkan peraturan pemerintah sebagai pengganti undang-undang.

(2) Peraturan pemerintah itu harus mendapat persetujuan Dewan Perwakilan

Rakyat dalam persidangan yang berikut.

(3) Jika tidak mendapat persetujuan, maka peraturan pemerintah itu harus

dicabut.

Pasal 22A

Ketentuan lebih lanjut tentang tata cara pembentukan undang-undang diatur

dengan undang-undang.**)

Undang-undang yang dimaksud dalam Pasal 22B tersebut merupakan

UU No 27 Tahun 2009 Pasal 142 – Pasal 148 mengenai Tata Cara

Pembentukan Undang-undang.

DPD juga menyampaikan rancangan undang-undang beserta penjelasan

atau keterangan dan/atau naskah akademik secara tertulis oleh pimpinan DPD

kepada pimpinan DPR. Penyebarluasan rancangan undang-undang ini

dilaksanakan oleh Sekretariat Jenderal DPD.

Dalam pengesahan undang-undang, ada 3 lembaga ikut campur tangan,

yakni Presiden, DPR, dan DPD. Setiap 3 lembaga ini mengeluarkan rancangan

undang-undang yang disertai penjelasan atau keterangan dan/atau naskah

24

Page 25: Penelaahan undang-undang

akademik. Usulan Rancangan Undang-Undang dapat diajukan oleh anggota

DPR, komisi, gabungan komisi, atau Badan Legislasi. Usulan tersebut kemudian

disampaikan secara tertulis kepada pimpinan DPR disertai dengan nama dan

tanda tangan pengusul.

Pasal 22B

Anggota Dewan Perwakilan Rakyat dapat diberhentikan dari jabatannya, yang

syarat-syarat dan tata caranya diatur dalam undang-undang.**)

Undang-undang yang dimaksud dalam Pasal 22B tersebut merupakan

UU No 27 Tahun 2009 Pasal 213 mengenai Pemberhentian antarwaktu anggota

Dewan Perwakilan Rakyat dan Pasal 214 dan Pasal 215 mengenai Tata Cara

Pemberhentian antarwaktu Anggota Dewan Perwakilan Rakyat.

DPR dapat diberhentikan antarwaktu karena meninggal dunia,

mengundurkan diri, atau diberhentikan. Dalam Pasal 214 dan 215 juga dijelaskan

mengenai tata cara pemberhentian anggota DPR.

BAB  VIII

HAL  KEUANGAN

Pasal  23

1. Anggaran  pendapatan  dan  belanja  negara  sebagai  wujud  dari 

pengelolaan  keuangan  negara  ditetapkan  setiap  tahun  dengan 

undangundang  dan  dilaksanakan  secara  terbuka  dan  bertanggung 

jawab  untuk  sebesarbesarnya  kemakmuran  rakyat.  ***) 

2. Rancangan  undangundang  anggaran  pendapatan  dan  belanja  negara 

diajukan  oleh  Presiden  untuk  dibahas  bersama  Dewan  Perwakilan 

Rakyat  dengan  memperhatikan  pertimbangan  Dewan  Perwakilan 

Daerah.  ***)

3. Apabila  Dewan  Perwakilan  Rakyat  tidak  menyetujui  rancangan 

anggaran  pendapatan  dan  belanja  negara  yang  diusulkan  oleh 

Presiden,  Pemerintah menjalankan  Anggaran  Pendapatan  dan 

Belanja  Negara  tahun  yang  lalu.  ***) 

25

Page 26: Penelaahan undang-undang

Pasal 23A

Pajak dan pungutan lain yang bersifat memaksa untuk keperluan negara diatur

dengan undang-undang.***)

Undang – undang yang dimaksud dalam Pasal 23A UUD 195 ini adalah

Undang – Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan UU NO. 28

Tahun 2007, Undang – Undang Pajak Penghasilan UU. No. 36 Tahun 2008,

Undang – Undang Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang

Mewah UU. No. 42 Tahun 2009, Undang – Undang Penagihan Pajak dengan

Surat UU. No. 19 Tahun 2000, Undang – Undang Bea Perolehan Hak atas

Tanah dan Bangunan UU. No. 20 Tahun 2000, Undang – Undang Pajak Bumi

dan Bangunan UU. No. 12 Tahun 1994, dan Undang – Undang Bea Materai (UU.

No. 13 tahun 1985)

Pasal 23C

Hal-hal lain mengenai keuangan negara diatur dengan undang-undang.***

Undang-undang yang dimaksudkan dalam pasal diatas adalah undang-

undang nomor 17 tahun 2003 tentang keuangan negara. Dan Keuangan Negara

sendiri adalah semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang,

serta segala sesuatu baik berupa uang maupun berupa barang yang dapat

dijadikan milik negara berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban

tersebut (pasal 1 ayat (1))

Dan keuangan yang dimaksud adalah hak negara untuk memungut

pajak, mengeluarkan dan mengedarkan uang, dan melakukan pinjaman,

kewajiban negara untuk menyelenggarakan tugas layanan umum pemerintahan

negara dan membayar tagihan pihak ketiga, Penerimaan Negara, Pengeluaran

Negara, Penerimaan Daerah, Pengeluaran Daerah, dan kekayaan

negara/kekayaan daerah yang dikelola sendiri atau oleh pihak lain berupa uang,

surat berharga, piutang, barang, serta hak-hak lain yang dapat dinilai dengan

uang, termasuk kekayaan yang dipisahkan pada perusahaan negara/

perusahaan daerah (pasal 2)

26

Page 27: Penelaahan undang-undang

Pasal 23D

Negara memiliki suatu bank sentral yang susunan, kedudukan,

kewenangan, tanggung jawab, dan independensinya diatur dengan undang-

undang.***

Bank sentral yang dimaksudkan dalam pasal diatas, secara lebih

mendetail dijelaskan pada UU nomor 3 tahun 2004 tentang bank Indonesia.

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia yang independen dalam

melaksanakan tugas dan wewenangnya, bebas dari campur tangan Pemerintah

dan/atau pihak lain, dan berdasarkan undang-undang. (pasal 1) dan didalamnya

juga dengan jelas disebutkan fungsi, jenis dan cara kerja dalam regulasi bank

sentral didalam setiap pasalnya.

BAB VIIIA ***)

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN

1. Untuk memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab tentang keuangan

negara diadakan satu Badan Pemeriksa Keuangan yang bebas dan

mandiri.*** )

2. Hasil pemeriksaan keuangan negara diserahkan kepada Dewan

Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan

Rakyat Daerah, sesuai dengan kewenangannya.*** )

3. Hasil pemeriksaan tersebut ditindaklanjuti oleh lembaga perwakilan

dan/atau badan sesuai dengan undang-undang.*** )

Badan pemeriksa keuangan secara lebih lanjut dijelaskan dalam UU

nomor 15 tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan & Tanggung Jawab

Keuangan Negara. pemeriksaan adalah proses identifikasi masalah, analisis,

dan evaluasi yang dilakukan secara independen, obyektif, dan profesional

berdasarkan standar pemeriksaan, untuk menilai kebenaran, kecermatan,

kredibilitas, dan keandalan informasi mengenai pengelolaan dan tanggung jawab

keuangan negara (pasal 1). Sedangkan BPK melaksanakan pemeriksaan atas

pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara (pasal 2 ayat (2)).

27

Page 28: Penelaahan undang-undang

Pasal 23F

1. Anggota Badan Pemeriksa Keuangan dipilih oleh Dewan Perwakilan

Rakyat dengan memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan Daerah

dan diresmikan oleh Presiden.***)

2. Pimpinan Badan Pemeriksa Keuangan dipilih dari dan oleh anggota.*** )

Pasal 23G

1. Badan Pemeriksa Keuangan berkedudukan di ibu kota negara, dan

memiliki perwakilan di setiap provinsi.*** )

2. Ketentuan lebih lanjut mengenai Badan Pemeriksa Keuangan diatur

dengan undang-undang.***)

Dalam UU nomor 15 tahun 2006 - BPK pasal1 ayat (1) : Badan

Pemeriksa Keuangan, yang selanjutnya disingkat BPK, adalah lembaga negara

yang bertugas untuk memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan

negara sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945. Dan dalam undang-undang inilah BPK diatur mulai dari

keanggotaan hingga tugas dan fungsi masing-masing.

28

Page 29: Penelaahan undang-undang

BAB IX

KEKUASAAN KEHAKIMAN

Pasal 24

1.` Kekuasaan Kehakiman merupakan kekuasaan yang merdeka untuk

menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan.*** )

2. Kekuasaan kehakiman dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung dan

badan peradilan yang berada di bawahnya dalam lingkungan peradilan

umum, lingkungan peradilan agama, lingkungan peradilan militer,

lingkungan peradilan tata usaha negara, dan oleh sebuah Mahkamah

Konstitusi.***)

3. Badan-badan lain yang fungsinya berkaitan dengan kekuasaan

kehakiman diatur dalam undang-undang.** **)

Di Indonesia yang menjadi dasar sistem peradilan pidana adalah

Undang-Undang No. 8 Tahun 1981 atau KUHAP. Tugas dan wewenang masing-

masing komponen (Kepolisian, Kejaksaan, Pengadilan dan Lembaga

Pemasyarakatan, termasuk Advokat) dalam sistem peradilan pidana tersebut

dimulai dari penyidikan hingga pelaksanaan hukuman menurut KUHAP sebagai

berikut:

a. Kepolisian

Kepolisian sebagai subsistem peradilan pidana diatur dalam Undang-

Undang No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara RI. Sesuai Pasal 13

Undang-Undang No. 2 Tahun 2002 tersebut kepolisian mempunyai tugas pokok

memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, menegakkan hukum, dan

memberikan perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat

b. Kejaksaan 

Penegasan mengenai badan-badan peradilan lain seperti kejaksaan

diperjelas dalam Pasal 41 Undang-Undang No. 4 Tahun 2004 tentang

Kekuasaan Kehakiman yang berbunyi : “Badan-badan lain yang fungsinya

berkaitan dengan kekuasaan kehakiman meliputi Kepolisian Negara Republik

Indonesia, Kejaksaan Republik Indonesia, dan badan-badan lain diatur dalam

undang-undang.”

29

Page 30: Penelaahan undang-undang

c. Pengadilan 

Keberadaan lembaga pengadilan sebagai subsistem peradilan pidana

diatur dalam Undang-Undang No. 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman.

Pasal 1 Undang-undang tersebut memberi definisi tentang kekuasaan kehakiman

sebagai berikut:

“Kekuasaan kehakiman adalah kekuasaan negara yang merdeka untuk

menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan

berdasarkan Pancasila, demi terselenggaranya negara hukum Republik

Indonesia.”

d. Lembaga Pemasyarakatan 

Lembaga Pemasyarakatan (LAPAS) diatur dalam Undang-Undang No. 12

Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan. Menurut ketentuan Pasal 1 angka 3

Undang-Undang No. 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan, dinyatakan

bahwa Lembaga Pemasyarakatan (LAPAS) adalah tempat untuk melaksanakan

pembinaan narapidana dan anak didik pemasyarakatan

e. Advokat (Penasehat Hukum)

Pasal 5 ayat (1) Undang-Undang No. 18 Tahun 2003 tersebut, yang

menyatakan bahwa Advokat berstatus penegak hukum, bebas dan mandiri yang

dijamin oleh hukum dan peraturan perundang-undangan.

BAB IX

KEKUASAAN KEHAKIMAN

Pasal 24A

1. Mahkamah Agung berwenang mengadili pada tingkat kasasi, menguji

peraturan perundang-undangan di bawah undang-undang terhadap

undang-undang, dan mempunyai wewenang lainnya yang diberikan oleh

undang-undang.*** )

2. Hakim Agung harus memiliki integritas dan kepribadian yang tidak tercela,

adil, profesional, dan berpengalaman di bidang hukum.***)

3. Calon Hakim Agung diusulkan Komisi Yudisial kepada Dewan Perwakilan

Rakyat untuk mendapatkan persetujuan dan selanjutnya ditetapkan

sebagai hakim agung oleh Presiden.*** )

30

Page 31: Penelaahan undang-undang

4. Ketua dan wakil ketua Mahkamah Agung dipilih dari dan oleh hakim

agung.***)

5. Susunan, kedudukan, keanggotaan, dan hukum acara Mahkamah Agung

serta badan peradilan di bawahnya diatur dengan undang-undang.***)

Dalam ayat ini, undang – undang yang di maksud adalah Undang –

Undang NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG MAHKAMAH AGUNG. Mahkamah

Agung adalah pengadilan negara tertinggi dari semua lingkungan peradilan yang

berada di bawahnya yang melakukan pengawasan tertinggi terhadap badan

peradilan dalam lingkungan peradilan umum, lingkungan peradilan agama,

lingkungan peradilan militer, dan lingkungan peradilan tata usaha negara

Akan tetapi, Mahkamah Agung bukan satu-satunya lembaga yang

melakukan pengawasan karena ada pengawasan eksternal yang dilakukan oleh

Komisi Yudisial. Berdasarkan Pasal 24B Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945, Komisi Yudisial berwenang mengusulkan

pengangkatan hakim agung dan mempunyai wewenang lain dalam rangka

menjaga dan menegakkan kehormatan, keluhuran martabat, serta perilaku

hakim. Oleh karena itu, diperlukan kejelasan tentang pengawasan yang menjadi

kewenangan Mahkamah Agung dan pengawasan yang menjadi kewenangan

Komisi Yudisial. Pengawasan yang dilakukan oleh Mahkamah Agung meliputi

pelaksanaan tugas yudisial, administrasi, dan keuangan, sedangkan

pengawasan yang menjadi kewenangan Komisi Yudisial adalah pengawasan

atas perilaku hakim, termasuk hakim agung. Dalam rangka pengawasan

diperlukan adanya kerja sama yang harmonis antara Mahkamah Agung dan

Komisi Yudisial.

Pasal 24 B

1. Komisi Yudisial bersifat mandiri yang berwenang mengusulkan

pengangkatan hakim agung dan mempunyai wewenang lain dalam

rangka menjaga dan menegakkan kehormatan, keluhuran martabat, serta

perilaku hakim.***)

2. Anggota Komisi Yudisial harus mempunyai pengetahuan dan

pengalaman di bidang hukum serta memiliki integritas dan kepribadian

yang tidak tercela.*** )

31

Page 32: Penelaahan undang-undang

3. Anggota Yudisial diangkat dan diberhentikan oleh Presiden dengan

persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat.*** )

4. Susunan, kedudukan, dan keanggotaan Komisi Yudisial diatur dengan

undang-undang.*** )

Dalam ayat 4 ini, undang – undang yang di maksud adalah Undang –

Undang NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL. Komisi

Yudisial erupakan lembaga negara yang bersifat mandiri yang berwenang

mengusulkan pengangkatan hakim agung dan mempunyai wewenang lain dalam

rangka menjaga dan menegakkan kehormatan, keluhuran martabat, serta

perilaku hakim.

Anggota Komisi Yudisial ini diangkat dan diberhentikan oleh Presiden

dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat. Selain hal-hal yang ditentukan di

atas, dalam Undang-Undang ini diatur pula mengenai larangan merangkap

jabatan bagi Anggota Komisi Yudisial. Di samping itu diatur pula mengenai

panitia seleksi untuk mempersiapkan calon Anggota Komisi Yudisial, beserta

syarat dan tata caranya.

Pasal 24C***

1. Mahkamah Konstitusi berwenang mengadili pada tingkat pertama dan

terakhir yang putusannya bersifat final untuk menguji undang-undang

terhadap Undang-Undang Dasar, memutus sengketa kewenangan

lembaga negara yang kewenangannya diberikan oleh Undang-Undang

Dasar, memutus pembubaran partai politik dan memutus perselisihan

tentang hasil pemilihan umum.*** )

2. Mahkamah Konstitusi wajib memberikan putusan atas pendapat Dewan

Perwaklian Rakyat mengenai dugaan pelanggaran oleh Presiden

dan/atau Wakil Presiden menurut Undang-Undang Dasar.*** )

3. Mahkamah Konstitusi mempunyai sembilan orang anggota hakim

konstitusi yang ditetapkan oleh Presiden, yang diajukan masing-masing

tiga orang oleh Mahkamah Agung, tiga orang oleh Dewan Perwakilan

Rakyat, dan tiga orang oleh Presiden. ***)

4. Ketua dan Wakil Ketua Mahkamah Konstitusi dipilih dari dan oleh hakim

konstitusi.***

32

Page 33: Penelaahan undang-undang

5. Hakim konstitusi harus memiliki integritas dan kepribadian yang tidak

tercela, adil, negarawan yang menguasai konstitusi dan ketatanegaraan,

serta tidak merangkap sebagai pejabat negara.*** )

6. Pengangkatan dan pemberhentian hakim konstitusi, hukum acara serta

ketentuan lainnya tentang Mahkamah Konstitusi diatur dengan undang-

undang.***)

Dalam ayat ini, undang – undang yang di maksud adalah UNDANG-

UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI.

Mahkamah Konstitusi merupakan salah satu pelaku kekuasaan kehakiman, di

samping Mahkamah Agung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (1) dan

ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Mahkamah Konstitusi berdasarkan Pasal 24C ayat (1) dan ayat (2)

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 berwenang

untuk:

a. menguji undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945;

b. memutus sengketa kewenangan lembaga negara yang kewenangannya

diberikan oleh Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

c. memutus pembubaran partai politik;

d. memutus perselisihan hasil pemilihan umum; dan

e. memberikan putusan atas pendapat DPR bahwa Presiden dan/atau Wakil

Presiden diduga telah melakukan pelanggaran hukum

Pasal 25

Syarat-syarat untuk menjadi dan untuk diberhentikan sebagai hakim ditetapkan

dengan undang-undang

Dalam ayat ini, undang – undang yang di maksud adalah UNDANG-

UNDANG NOMOR 49 TAHUN 2009 TENTANG PERADILAN UMUM. Pasal 19

UU No.48 tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman yang pada pokoknya

menegaskan bahwa Hakim dan Hakim Konstitusi adalah pejabat negara yang

melakukan kekuasaan kehakiman yang diatur dalam undang-undang. Kemudian

Pasal 31 ayat 1 juga menyebutkan bahwa Hakim pengadilan di bawah

33

Page 34: Penelaahan undang-undang

Mahkamah Agung merupakan pejabat negara yang melaksanakan kekuasaan

kehakiman pada badan peradilan dibawah Mahkamah Agung. Hakim pengadilan

diangkat dan diberhentikan oleh Presiden sama dengan pejabat negara lainnya

yang membedakan adalah tata cara usulan dan pengangkatannya. Terkait

dengan tata cara pengangkatan dan pemberhentian hakim berdasarkan

ketentuan Pasal 14 ayat 2 UU No.8 tahun 2004 tentang Peradilan Umum dan UU

No. 9 tahun 2004 tentang Peradilan Tata Usaha Negara.

BAB X

WARGA NEGARA DAN PENDUDUK

Pasal 26

1. Yang menjadi warga negara ialah orang-orang bangsa Indonesia asli dan

orang-orang bangsa lain yang disahkan dengan undang-undang sebagai

warga negara.

2. Penduduk ialah warga negara Indonesia dan orang asing yang bertempat

tinggal di Indonesia.** )

3. Hal-hal mengenai warga negara dan penduduk diatur dengan undang-

undang.** )

Warga Negara Indonesia adalah orang-orang bangsa

Indonesia asli dan orang-orang bangsa lain yang disahkan

dengan undang-undang sebagai Warga Negara Indonesia seperti yang

tersebutkan dalam UU nomor 23 tahun 2006 pasal 1 ayat (3)

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 yang menjadi penjelasan lebih lanjut

tentang kewarganegaraan terdiri atas delapan bab, dan 46 pasal yang meliputi:

1.Ketentuan umum Warga Negara Indonesia,

2.Syarat dan tata cara memperoleh kewarganegaraan Republik Indonesia,

3.Hal yang menyebabkan kehilangan kewarganegaraan Republik Indonesia,

4.Syarat dan tata cara memperoleh kembali kewarganegaraan Republik

Indonesia,

5.Ketentuan pidana,

6.Ketentuan peralihan, dan

34

Page 35: Penelaahan undang-undang

7.Ketentuan penutup.

Pasal 28

Kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan

tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan undang-undang.

UU No. 9 Tahun 1998 Tentang Kemerdekaan Menyampaikan Pendapat di Muka

Umum adalah implementasi dari pasal 28 diatas. Kebebasan mengeluarkan

pendapat tersebut merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Hak Asasi

Manusia yang dijamin oleh konstitusi negara dan Deklarasi Universal Hak-hak

Asasi Manusia (Declaration of Human Rights).

BAB XA**)

HAK ASASI MANUSIA

Pasal 28A

Setiap orang berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup dan

kehidupannya.** )

Pasal 28 B

1. Setiap orang berhak membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan

melalui perkawinan yang sah.** )

2. Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang

serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.** )

Pasal 28C

1. Setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan

dasarnya, berhak mendapat pendidikan dan memperoleh manfaat dari

ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya, demi meningkatkan

kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan umat manusia.** )

2. Setiap orang berhak untuk memajukan dirinya dalam memperjuangkan

haknya secara kolektif untuk membangun masyarakat, bangsa dan

negaranya.**)

35

Page 36: Penelaahan undang-undang

Pasal 28D

1. Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan

kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama dihadapan

hukum.**)

2. Setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapat imbalan dan

perlakuan yang adil dan layak dalam hubungan kerja.**)

3. Setiap warga negara berhak memperoleh kesempatan yang sama dalam

pemerintahan.**)

4. Setiap orang berhak atas status kewarganegaraan.** )

Pasal 28E

1. Setiap orang berhak memeluk agama dan beribadat menurut agamanya,

memilih pendidikan dan pengajaran, memilih pekerjaan, memilih

kewarganegaraan, memilih tempat tinggal di wilayah Negara dan

meninggalkannya, serta berhak kembali.** )

2. Setiap orang berhak atas kebebasan meyakini kepercayaan, menyatakan

pikiran dan sikap, sesuai dengan hati nuraninya.**)

3. Setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul dan

mengeluarkan pendapat.**)

Pasal 28F

Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk

mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya, serta berhak untuk

mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan

informasi dengan menggunakan segala jenis saluran yang tersedia.** )

Pasal 28G

1. Setiap orang berhak atas perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan,

martabat, dan harta benda yang di bawah kekuasaannya, serta berhak

atas rasa aman dan perlindungan dari ancaman ketakutan untuk berbuat

atau tidak berbuat sesuatu yang merupakan hak asasi.**)

36

Page 37: Penelaahan undang-undang

2. Setiap orang berhak untuk bebas dari penyiksaan atau perlakuan yang

merendahkan derajat martabat manusia dan berhak memperoleh suaka

politik dari negara lain.** )

Pasal 28H

1. Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal,

dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak

memperoleh pelayanan kesehatan.**)

2. Setiap orang berhak mendapat kemudahan dan perlakuan khusus untuk

memperoleh kesempatan dan manfaat yang sama guna mencapai

persamaan dan keadilan.** )

3. Setiap orang berhak atas jaminan sosial yang memungkinkan

pengembangan dirinya secara utuh sebagai manusia yang

bermartabat.**)

4. Setiap orang berhak mempunyai hak milik pribadi dan hak milik tersebut

tidak boleh diambil alih secara sewenang-wenang oleh siapapun.** )

Pasal 28I

1. Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak untuk kemerdekaan pikiran

dan hati nurani, hak beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk

diakui sebagai pribadi dihadapan hukum, dan hak untuk tidak dituntut

atas dasar hukum yang berlaku surut adalah hak asasi manusia yang

tidak dapat dikurangi dalam keadaan apapun.** )

2. Setiap orang bebas dari perlakuan yang bersifat diskriminatif atas dasar

apapun dan berhak mendapatkan perlindungan terhadap perlakuan yang

bersifat diskriminatif itu.**)

3. Identitas budaya dan hak masyarakat tradisional dihormati selaras

dengan perkembangan zaman dan peradaban.**)

4. Perlindungan, pemajuan, penegakan, dan pemenuhan hak asasi manusia

adalah tanggung jawab negara, terutama pemerintah.** )

5. Untuk menegakkan dan melindungi hak asasi manusia sesuai dengan

prinsip negara hukum yang demokratis, maka pelaksanaan hak asasi

manusia dijamin, diatur, dan dituangkan dalam peraturan perundang-

undangan.**)

37

Page 38: Penelaahan undang-undang

Pasal 28J

1. Setiap orang wajib menghormati hak asasi manusia orang lain dalam

tertib kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.** )

2. Dalam menjalankan hak dan kebebasannya, setiap orang wajib tunduk

kepada pembatasan yang ditetapkan dengan undang-undang dengan

maksud semata-mata untuk menjamin pengakuan serta penghormatan

atas hak dan kebebasan orang lain dan untuk memenuhi tuntutan yang

adil sesuai dengan pertimbangan moral, nilai-nilai agama, keamanan, dan

ketertiban umum dalam suatu masyarakat demokratis.** )

Undang-undang yang dimaksud dalam ayat (5) pasal 28I ini adalah

Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia. Dalam

Undang-undang ini, pengaturan mengenai hak asasi manusia ditentukan dengan

berpedoman pada Deklarasi Hak Asasi Manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa,

Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa. Undang-undang ini mengatur mengenai

Pembentukan Komisi Nasional Hak Asasi Manusia sebagai lembaga mandiri

yang mempunyai fungsi, tugas, wewenang, dan tanggung jawab untuk

melaksanakan pengkajian, penelitian, penyuluhan, pemantauan, dan mediasi

tentang hak asasi manusia.

38

Page 39: Penelaahan undang-undang

BAB XI

A G A M A

Pasal 29

1. Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa.

2. Negara menjamin kemerdekaan  tiaptiap penduduk untuk memeluk

agamanya masingmasing dan  untuk  beribadat  menurut  agamanya

dan kepercayaannya itu

Analisa yang kami lakukan terhadap undang-undang yang melaksanakan Pasal

29 UUD Tahun 1945 adalah Undang-undang Nomor 1/PNPS Tahun 1965.

Meskipun undang-undang ini telah lama dibuat dan belum diganti, eksistensi

keberadaan undang-undang ini sangat diperlukan untuk menjaga kerukunan

antar umat beragama di Indonesia. Hal ini sesuai dengan ideologi bangsa

Indonesia, yaitu pancasila ayat satu yang berbunyi Ketuhanan Yang Maha Esa.

BAB XII

PERTAHANAN DAN KEAMANAN NEGARA **)

Pasal 30

1. Tiaptiap warga  negara berhak dan  wajib ikut  serta dalam

usaha pertahanan dan keamanan negara. **)

2. Usaha pertahanan dan keamanan  negara  dilaksanakan  melalui 

sistempertahanan dan keamanan rakyat semesta oleh Tentara Nasional

Indonesia dan  Kepolisian  Negara Indonesia Republik Indonesia, sebagai 

kekuatan utama, dan rakyat, sebagai kekuatan pendukung. **)

3. Tentara Nasional Indonesia terdiri atas Angkatan Darat,

Angkatan Laut dan Angkatan  Udara sebagai alat  negara bertugas

mempertahankan, melindungi, dan

memelihara keutuhan dan kedaulatan negara. **)

4. Kepolisian  Negara Republik Indonesia sebagai  alat negara yang

menjaga kemanan dan ketertiban masyarakat  bertugas melindungi,

mengayomi, melayani masyarakat, serta menegakkan hukum.

5. Susunan  dan  kedudukan  Tentara Nasional  Indonesia,

Kepolisian Negara Republik Indonesia, hubungan  kewenangan Tentara

Nasional Indonesia dan Kepolisian  Negara Republik  Indonesia di dalam

39

Page 40: Penelaahan undang-undang

melaksanakan tugasnya, syaratsyarat keikutsertaan warga negara dalam

usaha pertahanan  dan keamanan diatur dengan undangundang. **)

Analisa yang kami lakukan terhadap undang-undang yang melaksanakan

tentang pasal 30 UUD Tahun 1945 adalah Undang-undang Nomor 3 Tahun 2002

tentang Pertahanan Negara. Dalam pasal 5 UUD Tahun 1945, syarat-syarat

keikutsertaan warga negara dalam usaha pertahanan dan keamanan diatur

dalam pasal 9 Undang-undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan

Negara, yaitu

1. setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya bela negara

yang diwujudkan dalam penyelenggaraan pertahanan negara.

2. keikutsertaan warga negara dalam upaya bela negara, sebagaimana

dimaksud dalam ayat (1), diselenggarakan melalui:

a. pendidikan kewarganegaraan;

b. pelatihan dasar kemiliteran secara wajib;

c. pengabdian sebagai prajurit Tentara Nasional Indonesia secara

sukarela atau secara wajib;

d. pengabdian sesuai dengan profesi.

BAB XIII

PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN****)

Pasal 31

1. Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan. ****)

2. Setiap warga negara wajib mengikuti  pendidikan  dasar  dan 

pemerintah wajib membiayainya. ****)

3. Pemerintah  mengusahakan dan  menyelenggarakan  satu  sistem

pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan  dan  ketakwaan  serta

akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur 

dengan undangundang. ****)

4. Negara memprioritaskan anggaran  pendidikan  sekurangkurangnya 

dua puluh persen  dari  anggaran pendapatan dan  belanja negara serta

dari anggaran  pendapatan  dan  belanja daerah untuk  memenuhi

kebutuhan penyelenggaraan pendidikan nasional. ****)

40

Page 41: Penelaahan undang-undang

5. Pemerintah  memajukan  ilmu  pengetahuan  dan  teknologi 

dengan menjunjung tinggi nilainilai agama dan persatuan bangsa

untuk kemajuan peradaban serta kesejahteraan umat manusia. ****)

Analisa yang kami lakukan terhadap undang-undang yang melaksanakan

tentang pasal 31 UUD Tahun 1945 adalah Undang-undang Nomor 20 Tahun

2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Pada pasal 3 UU No. 20 Tahun 2003

menjelaskan bahwa Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan

kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat

dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk

berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan

bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,

kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung

jawab.

Pasal 32

1. Negara memajukan kebudayaan  nasional  Indonesia  di  tengah

peradaban dunia dengan  menjamin  kebebasan masyarakat  dalam

memelihara dalam mengembangkan nilainilai budayanya. ****)

2. Negara menghormati dan memelihara bahasa daerah sebagai

kekayaan budaya nasional. ****)

Hasil analisa kami mengenai pasal 32 UUD Tahun 1945 tentang undang-undang

yang melaksanakan aturan tersebut belum tersedia hingga saat ini dikarenakan

pemerintah masih mencari formula yang tepat pada undang-undang ini.

41

Page 42: Penelaahan undang-undang

BAB XIV

PEREKONOMIAN NASIONAL DAN KESEJAHTERAAN SOSIAL****)

Pasal 33

1. Perekonomian  disusun sebagai  usaha bersama berdasar atas asas

kekeluargaan.

2. Cabangcabang produksi yang penting bagi negara dan yang

menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara.

3. Bumi  dan  air  dan  kekayaan alam yang terkandung di  dalamnya

dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesarbesar kemakmuran

rakyat.

4. Perekonomian nasional diselenggarakan  berdasar  atas demokrasi 

ekonomi dengan  prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan,

berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan  menjaga keseimbangan

kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional. ****)

5. Ketentuan  lebih  lanjut  mengenai  pelaksanaan pasal  ini  diatur dalam

undangundang. ****)

Analisa yang kami lakukan terhadap undang-undang yang melaksanakan

tentang pasal 33 UUD Tahun 1945 adalah Undang-undang Nomor 19 Tahun

2003 tentang Badan Usaha Milik Negara, Undang-undang Nomor 20 Tahun 2008

tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah, dan Undang-undang Nomor 25

Tahun 1992 tentang Perkoperasian. Dalam suatu bentuk perekonomian nasional,

perlu adanya badan-badan dan jenis-jenis usaha yang berkembang sehingga

prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan

lingkungan, dan kemandirian dapat terus menjaga keseimbangan

kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional.

Dengan menimbang bahwa Badan Usaha Milik Negara merupakan salah

satu pelaku kegiatan ekonomi dalam perekonomian nasional berdasarkan

demokrasi ekonomi; bahwa Badan Usaha Milik Negara mempunyai peranan

penting dalam penyelenggaraan perekonomian nasional guna mewujudkan

kesejahteraan masyarakat; bahwa pelaksanaan peran Badan Usaha Milik

Negara dalam perekonomian nasional untuk mewujudkan kesejahteraan

masyarakat belum optimal; bahwa untuk mengoptimalkan peran Badan Usaha

Milik Negara, pengurusan dan pengawasannya harus dilakukan secara

42

Page 43: Penelaahan undang-undang

profesional sehingga perlu adanya suatu langkah sistematis dan bersifat legal

untuk memajukan prinsip dari tujuan bernegara.

Diterangkan dalam pasal 2 Undang-undang Nomor 19 Tahun 2003

tentang Badan Usaha Milik Negara bahwa

(1) Maksud dan tujuan pendirian BUMN adalah

a. memberikan sumbangan bagi perkembangan perekonomian

nasional pada umumnya dan penerimaan negara pada

khususnya;

b. mengejar keuntungan;

c. menyelenggarakan kemanfaatan umum berupa penyediaan

barang dan/atau jasa yang bermutu tinggi dan memadai bagi

pemenuhan hajat hidup orang banyak;

d. menjadi perintis kegiatan-kegiatan usaha yang belum dapat

dilaksanakan oleh sektor swasta dan koperasi;

e. turut aktif memberikan bimbingan dan bantuan kepada pengusaha

golongan ekonomi lemah, koperasi, dan masyarakat.

(2) Kegiatan BUMN harus sesuai dengan maksud dan tujuannya serta

tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan,

ketertiban umum, dan/atau kesusilaan.

Kemudian untuk usaha mikro, kecil, dan menengah, perlu pemberdayaan

yang diselenggarakan secara menyeluruh, optimal, dan berkesinambungan

melalui pengembangan iklim yang kondusif, pemberian kesempatan berusaha,

dukungan, perlindungan, dan pengembangan usaha seluas-luasnya, sehingga

mampu meningkatkan kedudukan, peran, dan potensi Usaha Mikro, Kecil, dan

Menengah dalam mewujudkan pertumbuhan ekonomi, pemerataan dan

peningkatan pendapatan rakyat, penciptaan lapangan kerja, dan pengentasan

kemiskinan.

Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah bertujuan menumbuhkan dan

mengembangkan usahanya dalam rangka membangun perekonomian nasional

berdasarkan demokrasi ekonomi yang berkeadilan.

Selanjutnya, Koperasi badan usaha berperan serta untuk mewujudkan

masyarakat yang maju,adil dan makmur berdasarkan pancasila dan Undang-

undang Dasar 1945 dalam tata perekonomian nasional yang disusun sebagai

usaha bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan dan demokrasi ekonomi.

43

Page 44: Penelaahan undang-undang

Koperasi bertujuan memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan

masyarakat pada umumnya serta ikut membangun tatanan perekonomian

Nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat yang maju ,adil ,dan makmur

berlandaskan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945.

Pada pasal 4 Undang-undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian

bahwa Fungsi dan peran Koperasi adalah

a. membangun dan mengembangkan potesi dan kemampuan ekonomi

anggota pada khususnya dan pada masyarakat pada umumnya untuk

meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosialnya;

b. berperan serta secara aktif dalam upaya mempertinggi kualitas kehidupan

manusia dan masyarakat;

c. memperkokoh perekonomian rakyat sebagai dasar kekuatan dan

ketahanan perkonomian nasional dengan koperasi sebagai

sokogurunya ;

d. berusaha untuk mewujudkan dan mengembangkan perkonomian nasional

yang merupakan usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan dan

demokrasi ekonomi.

Pasal 34

1. Fakir miskin dan anakanak terlantar dipelihara oleh negara. ****)

2. Negara mengembangkan sistim jaminan sosial  bagi  seluruah  rakyat 

dan memberdayakan  masyarakat yang lemah dan tidak  mampu 

sesuai dengan martabat kemanusiaan. ****)

3. Negara bertanggungjawab  atas penyediaan fasilitas pelayanan

kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak. ****)

4. Ketentuan  lebih  lanjut  mengenai  pelaksanaan pasal  ini  diatur dalam

undangundang. ****)

Analisa yang kami lakukan terhadap undang-undang yang melaksanakan

tentang pasal 34 UUD Tahun 1945 adalah Undang-undang Nomor 11 Tahun

2009 tentang Kesejahteraan Sosial. Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial

adalah upaya yang terarah, terpadu, dan berkelanjutan yang dilakukan

Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat dalam bentuk pelayanan sosial

44

Page 45: Penelaahan undang-undang

guna memenuhi kebutuhan dasar setiap warga negara, yang meliputi

rehabilitasi sosial, jaminan sosial, pemberdayaan sosial, dan perlindungan sosial.

Diterangkan pada pasal 2 Undang-undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang

Kesejahteraan Sosial bahwa penyelenggaraan kesejahteraan sosial dilakukan

berdasarkan asas

a. kesetiakawanan;

b. keadilan;

c. kemanfaatan;

d. keterpaduan;

e. kemitraan;

f. keterbukaan;

g. akuntabilitas;

h. partisipasi;

i. profesionalitas; dan

j. keberlanjutan

kemudian pada pasal 3, penyelenggaraan kesejahteraan sosial bertujuan

a. meningkatkan taraf kesejahteraan, kualitas, dan kelangsungan hidup;

b. memulihkan fungsi sosial dalam rangka mencapai kemandirian;

c. meningkatkan ketahanan sosial masyarakat dalam mencegah dan

menangani masalah kesejahteraan sosial;

d. meningkatkan kemampuan, kepedulian dan tanggungjawab sosial dunia

usaha dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial secara melembaga

dan berkelanjutan;

e. meningkatkan kemampuan dan kepedulian masyarakat dalam

penyelenggaraan kesejahteraan sosial secara melembaga dan

berkelanjutan; dan

f. meningkatkan kualitas manajemen penyelenggaraan kesejahteraan

sosial.

Dan penyelenggara atas kesejahteraan sosial diatur dalam pasal 4, yaitu Negara

bertanggung jawab atas penyelenggaraan kesejahteraan sosial.

45

Page 46: Penelaahan undang-undang

BAB XV

BENDERA, BAHASA, DAN LAMBANG NEGARA

SERTA LAGU KEBANGSAAN **)

Pasal 35

Bendera Negara Indonesia ialah Sang Merah Putih.

Pasal 36

Bahasa Negara ialah Bahasa Indonesia.

Pasal 36A

Lambang negara ialah  Garuda Pancasila dengan  semboyan  Bhinneka 

Tunggal Ika. **)

Pasal 36B

Lagu Kebangsaan ialah Indonesia Raya. **)

Pasal 36C

Ketentuan lebih lanjut mengenai Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara,

serta Lagu Kebangsaan diatur dengan undangundang. **)

Analisa yang kami lakukan terhadap undang-undang yang melaksanakan

tentang pasal 35 s.d. pasal 36C UUD Tahun 1945 adalah Undang-undang

Nomor 24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, serta

Lagu Kebangsaan. Pada pasal 2 Undang-undang Nomor 24 Tahun 2009

dijelaskan tentang, yaitu pengaturan bendera, bahasa, dan lambang negara,

serta lagu kebangsaan sebagai simbol identitas wujud eksistensi bangsa dan

Negara Kesatuan Republik Indonesia dilaksanakan berdasarkan asas

a. persatuan;

b. kedaulatan;

c. kehormatan;

d. kebangsaan;

e. kebhinnekatunggalikaan;

f. ketertiban;

46

Page 47: Penelaahan undang-undang

g. kepastian hukum;

h. keseimbangan;

i. keserasian; dan

j. keselarasan.

Pengaturan bendera, bahasa, dan lambang negara, serta lagu kebangsaan

bertujuan untuk

a. memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa dan Negara Kesatuan

Republik Indonesia;

b. menjaga kehormatan yang menunjukkan kedaulatan bangsa dan

Negara Kesatuan Republik Indonesia; dan

c. menciptakan ketertiban, kepastian, dan standardisasi penggunaan

bendera, bahasa, dan lambang negara, serta lagu kebangsaan.

47

Page 48: Penelaahan undang-undang

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Untuk bisa memahami Undang-Undang Dasar Tahun 1945, kita tidak bisa

memahami undang-undang hanya dengan membaca Undang-Undang Dasar

Tahun 1945 tanpa ada keterangan tambahan. Kita memerlukan adanya suatu

keterangan dalam bentuk undang-undang pelaksana Undang-Undang Dasar

Tahun 1945 yang menjadi pedoman teknis dalam menjalankan aturan-aturan

bernegara guna mencapai tujuan bernegara. Namun, masih terdapat pasal-pasal

dalam Undang-Undang Dasar Tahun 1945 yang belum direlisasikan oleh

Pemerintah maupun DPR sehingga hal ini dapat menimbulkan pertentangan

dalam masyarakat.

Jadi Undang-Undang Dasar Tahun 1945 adalah sesuatu yang

memerlukan adanya sebuah penjelasan atas pasal demi pasalnya. Sehingga

masyarakat bisa memahami dengan lebih mudah hukum dan Undang-Undang

Dasar Tahun 1945 ini.

B. Saran

Perlu adanya keseriusan dalam pembuatan aturan pelaksana Undang-

Undang Dasar Tahun 1945 dari Pemerintah maupun DPR RI. Hal ini dapat

memperjelas status kedudukan serta maksud dari tujuan pasal dalam Undang-

Undang Dasar Tahun 1945 kepada masyarakat.

48

Page 49: Penelaahan undang-undang

DAFTAR PUSTAKA

www.dpr.go.id

www.google.co.id

49