Post on 18-Jan-2021
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Pendahuluan
Masa kehamilan merupakan masa dimana tubuh sangat membutuhkan
asupan makan yang maksimal baik untuk jasmani maupun rohani. Pada masa ini
pula, wanita hamil sangat rentan terhadap menurunnya kemampuan tubuh untuk
bekerja secara maksimal. Wanita hamil biasanya sering mengeluh sering letih,
kepala pusing, sesak nafas, wajah pucat dan berbagai macam keluhan
lainnnya.Semua kebutuhan tersebut merupakan indikasi bahwa wanita hamil
tersebut sedang menderita anemia pada masa kehamilan. Penyakit ini terjadi
akibat rendahnya kandungan hemoglobin dalam tubuh semasa mengandung.
Wanita hamil dengan anemia memiliki insiden komplikasi puerperal yang lebih
tinggi, seperti infeksi, daripada wanita hamil dengan nilai hematologi normal.
Masalah yang sering terjadi pada ibu hamil yaitu tidak menyadari adanya
peningkatan kebutuhan gizi selama hamil dan perilaku gizi yang salah sehingga
tejadi ketidakseimbangan antara konsumsi dan kebutuhan. Pola makan yang salah
pada ibu hamil membawa dampak terhadap terjadinya gangguan gizi, antara lain :
anemia, pertambahan berat badan yang kurang pada ibu hamil, dan gangguan
pertumbuhan janin(1).
World Health Organiation (WHO) tahun 2015 telah melaporkan kejadian
anemia berkisar antara 20% sampai 89% dengan menetapkan Hb 11gr% sebagai
dasarnya. Dari data WHO prevalensi anemia diseluruh dunia tertinggi terjadi pada
anak yang belum sekolah yaitu 42,6% kemudian pada ibu hamil 38,2% dan wanita
2
tidak hamil 29%, prevalensi anemia pada ibu hamil di Asia Tenggara sebanyak
48,2% Anemia juga merupakan salah satu penyebab perdarahan setelah
melahirkan yang mengakibatkan kematian ibu. Konsekuensi anemia pada wanita
hamil termasuk peningkatan risiko morbiditas dan mortalitas ibu. Juga, anemia
ibu dikaitkan dengan risiko yang lebih tinggi mengalami bayi dengan berat lahir
rendah, kelahiran prematur, kematian perinatal dan neonatal.(2)
Anemia pada ibu hamil disamping disebabkan karena kemiskinan dimana
asupan gizi sangat kurang, juga disebabkan karena ketimpangan gender dan
adanya ketidaktahuan tentang pola makan yang benar. Ibu hamil memerlukan
banyak zat gizi untuk memenuhi kebutuhan tubuh pada diri dan janinnya.
Kekurangan zat besi mengakibatkan kekurangan hemoglobin (Hb), dimana zat
besi sebagai salah satu unsur pembentuknya.(3)
Berdasarkan data Profil Kesehatan Indonesia tahun 2016 mendapatkan
anemia terjadi pada 37,1% ibu hamil di Indonesia, 36,4% ibu hamil diperkotaan
dan 37,8% ibu hamil diperdesaan. Untuk mencegah anemia setiap ibu hamil
diharapkan mendapatkan tablet tambah darah (TTD) minimal 90 tablet selama
kehamilan. Anemia pada ibu hamil dihubungkan dengan meningkatnya kelahiran
prematur, kematian ibu dan anak dan penyakit infeksi. Anemia defisiensi besi
pada ibu hamil dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan janin/bayi
saat kehamilan maupun setelahnya.(4)
Menurut profil kesehatan Sumatera Utara tahun 2016 Cakupan ibu hamil
yang mendapat 90 tablet besi adalah 73,31%, hal ini menurun dibanding tahun
2015 sebesar 80,13% atau terdapat penurunan 6,82%. Dengan presentasi cakupan
3
tersebut, maka cakupan pemberian tablet besi dalam masa kehamilan belum
mampu mencapai target nasional yaitu 80%.Cakupan pemberian tablet fe pada ibu
hamil di kota Medan mencapai 84,22 %. (5)
Puskesmas Sei Agul terletak di Medan barat yang terbagi menjadi 3
wilayah yaitu Glugur Kota, Pulo Brayan dan Sei Agul. Data yang diperoleh dari
Puskesmas Sei Agul pada tahun 2017 didapatkan jumlah kunjungan ibu hamil
yaitu 897 jiwa dengan cakupan Fe1 (30 tablet) 97,5% dan tablet Fe 3 (90 tablet)
88,4% . Dari data kunjungan di Puskesmas Sei Agul pada bulan Mei sebanyak 40
kunjungan ibu hamil, Juni sebanyak 32 kunjungan ibu hamil, Juli 38 kunjungan
ibu hamil, Agustus terdapat sebanyak 33 kunjungan ibu hamil jadi total 143
kunjungan ibu hamil selama 4 bulan. Data anemia pada Puskesmas Sei Agul pada
dari bulan Januari sampe Juli 2018 didapatkan 15 kasus anemia yang terdiri dari 2
anemia berat, 5 anemia sedang, dan 8 anemia ringan. Dari hasil dan cakupan Fe
dan angka kejadian anemia ibu hamil, terlihat bahwa cakupan Fe sudah tinggi
tetapi tidak diikuti dengan turunnya angka anemia ibu hamil.
Kebutuhan Zat Besi pada saat kehamilan meningkat 200-300%. Beberapa
literatur mengatakan kebutuhan zat besi meningkat dua kali lipat dari kebutuhan
sebelum hamil. Sehingga perlu lebih banyak zat besi untuk membentuk
hemoglobin. Selain itu, pertumbuhan janin dan plasenta yang sangat pesat juga
memerlukan banyak zat besi. Comittee on maternal nutrition menganjurkan
pemberian zat besi dilakukan pada trimester II dan III. Dalam keadaan tidak
hamil, kebutuhan zat besi biasanya dapat dipenuhi dari menu makanan sehat dan
4
seimbang. Tetapi dalam keadaan hamil, suplai zat besi dari makanan masih belum
mencukupi sehingga dibutuhkan suplemen berupa tablet besi.(6)
Kepatuhan dalam mengkonsumsi tablet zat besi merupakan ketaatan ibu
hamil melaksanakan anjuran petugas kesehatan untuk mengkonsumsi tablet zat
besi. Kepatuhan mengkonsumsi tablet zat besi diukur dari ketepatan jumlah tablet
yang di konsumsi, ketepatan cara mengkonsumsi tablet zat besi, frekuensi
konsumsi perhari. Suplementasi tablet zat besi atau pemberian tablet fe
merupakan salah satu upaya penting dalam mencegah dan menanggulangi anemia,
khususnya anemia kekurangan zat besi. Suplementasi tablet zat besi merupakan
cara efektif karena kandungan zat besinya yang dilengkapi asam folat yang dapat
mencegah anemia karena kekurangan asam folat. Ketidakpatuhan ibu hamil
meminum tablet zat besi dapat memiliki peluang lebih besar untuk terkena
anemia.(7)
Berdasarkan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Natalia (2016) hasil
uji statistik dengan menggunakan uji Chi-Square diperoleh ada hubungan antara
kepatuhan ibu hamil trimester III dalam mengkonsumsi tablet fe dengan kejadian
anemia di UPTD Puskesmas Sindangwangi Kabupaten Majalengka dengan nilai
p=0,004. Artinya semakin baik kepatuhan ibu dalam mengkonsmsi tablet fe maka
semakin rendah resiko ibu mengalami anemia. Anemia sangat berbahaya bagi ibu
hamil maupun bayi yang dikandungnya.(8)
Analisa penelitian terdahulu yang lain dilakukan oleh Fatimah (2017) hasil
uji statistik dengan menggunakan uji Chi-Square diperoleh ada hubungan
kepatuhan minum tablet fe dengan anemia ibu hamil di Wilayah Kerja Puskesmas
5
GrabagII Kabupaten Banyumas dengan nilai p=0,000. Hasil penelitian ini
menunjukan meskipun ibu hamil patuh dalam minum tablet fe namun masih
mengalami anemia ringan. Hal ini dimungkinkan karena faktor lain, seperti ibu
tidak patuh dalam cara minum tablet fe, yaitu dengan cara minum fe
menggunakan air teh. Faktor lain juga dapat disebabkan karena faktor usia.(9)
Berdasarkan survei awal peneliti pada tanggal 27 Agustus 2018 di
Puskesmas Sei Agul Medan Barat. Hasil wawancara peneliti yang telah dilakukan
terhadap 10 ibu hamil diketahui bahwa 4 orang ibu hamil memahami tentang
pencegahan anemia dengan cara patuh mengkonsumsi tablet fe dan ditemukan
pada 6 orang ibu hamil yang tidak memahami tentang pencegahan anemia dan
tidak patuh mengkonsumsi tablet fe karena ibu lupa minum, merasa mual jika
minum tablet fe, dan ada yang mengatakan tidak perlu konsumsi tablet fe karena
mereka selama kehamilan sehat-sehat saja. ibu hamil juga mengatakan bahwa
mengkonsumsi tablet fe terlalu ribet, bau dan harus rutin. Berdasarkan wawancara
peneliti pada pegawai diruangan KIA tablet Fe mulai diberikan pada ibu hamil
trimester II.
Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk meneliti tentang
“Hubungan Kepatuhan Konsumsi Tablet Fe Selama Kehamilan Dengan Kejadian
Anemia Pada Ibu Hamil Di Puskesmas Sei Agul Medan Barat Tahun 2018”.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang maka yang menjadi perumusan masalah adalah
“Apakah Ada Hubungan Kepatuhan Konsumsi Tablet Fe Selama Kehamilan
6
Dengan Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil Di Puskesmas Sei Agul Medan Barat
Tahun 2018”.
1.3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah
1. Untuk mengetahui distribusi frekuensi kepatuhan ibu mengkonsumsi tablet
fe selama kehamilan di Puskesmas Sei Agul Medan Barat Tahun 2018.
2. Untuk mengetahui distribusi frekuensi kejadian anemia pada ibu hamil di
Puskesmas Sei Agul Medan Barat Tahun 2018.
3. Untuk mengetahui hubungan kepatuhan konsumsi tablet fe selama
kehamilan dengan kejadian anemia pada ibu hamil di Puskesmas Sei Agul
Medan Barat Tahun 2018.
1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1. Manfaat Teoritis
1. Hasil penelitian ini dapat menambah sumber perpustakaan di Institut
Kesehatan Helvetia mengenai hubungan kepatuhan ibu mengkonsumsi
tablet fe selama kehamilan dengan kejadian anemia pada ibu hamil di
Puskesmas Sei Agul Medan Barat yang dapat digunakan bagi penerapan
berpikir selanjutnya dan dijadikan sebagai bahan masukan untuk proses
penerapan berpikir alamiah dalam memahami dan menganalis suatu
masalah yang terjadi di lapangan serta untuk meningkatkan mutu
pendidikan dan referensi perpustakaan.
7
1.4.2. Manfaat Praktik
1. Bagi Responden
Meningkatkan kesadaran pada ibu hamil tentang pentingnya tablet fe bagi
ibu hamil dengan patuh mengkonsumsi tablet fe 90 tablet selama
kehamilan
2. Bagi Tempat Penelitian
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan atau
informasi agar lebih patuh mengkonsumsi tablet fe.
3. Bagi Penelitian Selanjutnya
Sebagai referensi dan bahan acuan untuk penelitian selanjutnya tentang
hubungan kepatuhan ibu mengkonsumsi tablet fe selama kehamilan
dengan kejadian anemia pada ibu hamil.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Berdasarkan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Natalia (2016) yang
berjudul Hubungan Kepatuhan Ibu Hamil Trimester III Dalam Mengkonsumsi
Tablet Fe Dengan Kejadian Anemia Di UPTD Puskesmas Sindangwangi
Kabupaten Majalengka hasil uji statistik dengan menggunakan uji Chi-Square
diperoleh ada hubungan antara kepatuhan ibu hamil trimester III dalam
mengkonsumsi tablet fe dengan kejadian anemia di UPTD Puskesmas
Sindangwangi Kabupaten Majalengka dengan nilai p=0,004. Artinya semakin
baik kepatuhan ibu dalam mengkonsumsi tablet fe maka semakin rendah resiko
ibu mengalami anemia. Anemia sangat berbahaya bagi ibu hamil maupun bayi
yang dikandungnya. Oleh karena itu ibu hamil hendaknya mencegah terjadinya
dengan melakukan perilaku hidup sehat.(8)
Terdahulu lainnya di lakukan oleh Fatimah (2017) hasil uji statistik
dengan menggunakan uji Chi-Square diperoleh ada hubungan kepatuhan minum
tablet fe dengan anemia ibu hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Grabag II
Kabupaten Banyumas dengan nilai p=0,000. Hasil penelitian ini menunjukan
meskipun ibu hamil patuh dalam minum tablet fe namun masih mengalami
anemia ringan. Hal ini dimungkinkan karena faktor lain, seperti ibu tidak patuh
dalam cara minum tablet fe, yaitu dengan cara minum fe menggunakan air teh.
Faktor lain juga dapat disebabkan karena faktor usia.(9)
9
2.2. Telaah Teori
2.2.1. Pengertian Anemia
Anemia adalah penyakit kurang darah yang ditandai dengan kadar
hemoglobin (Hb) dan sel darah merah (eritrosit) lebih rendah dibandingkan
normal. Pada pria dikatakan anemia jika kadar hemoglobinkurang dari 14%g/dl
dan eritrosit kurang dari 41%, sedangkan pada wanita jika kadar hemoglobin
kurang dari 12% g/dl dan eritrosit kurang dari 37%.(10)
Menurut WHO anemia adalah suatu keadaan dimana kadar hemoglobin
lebih rendah dari batas normal untuk kelompok orang yang bersangkutan. Kondisi
dimana berkurangnya sel darah merah (eritrosit) dalam sirkulasi darah atau massa
hemoglobin sehingga tidak mampu memenuhi oksigen keseluruh jaringan. Sel
darah merah (eritrosit) dan/jumlah hemoglobin yang terkandung didalamnya
diperlukan untuk transportasi dan pengiriman oksigen dari paru-paru ke seluruh
tubuh. Tanpa kecukupan pasokan oksigen, banyak jaringan atau organ seluruh
tubuh dapat terganggu. Anemia dapat ringan, sedang ataupun berat tergantung
pada sejauh mana kadar hemoglobin menurun.(11)
Anemia pada kehamilan adalah kondisi dimana sel darah merah menurun
atau menurunnya hemoglobin, sehingga kapasitas daya angkut oksigen untuk
kebutuhan organ-organ vital pada ibu dan janin menjadi berkurang. Selama
kehamilan indikasi anemia adalah jika konsentrasi hemoglobin kurang dari 10,5
sampai 11,0 gr/dl. Rendahnya kapasitas darah untuk membawa oksigen memicu
jantung meningkatkan curah jantung. Jantung yang terus menerus dipacu bekerja
keras dapat mengakibatkan gagal jantung dan komplikasi lain seperti preeklamsia.
10
Anemia sering terjadi pada ibu hamil, angka kejadiannya kira-kira 20% sampai 60%
insiden ini bervariasi tergantung pada kondisi geografis, keadaan sosial ekonomi.
Pada ibu hamil anemia yang sering terjadi adalah anemia defisiensi zat besi.(12)
a. Kriteria Anemia
Kriteria anemia menurut WHO dalam tarwoto adalah :
1. Laki-laki dewasa : Hemoglobin <13gr%
2. Wanita dewasa tidak hamil : Hemoglobin <12 gr%
3. Wanita hamil : Hemoglobin <11 gr%
4. Anak Umur 6-14 tahun : Hemoglobin <12 gr%
5. Anak umur 6 bulan – 6 tahun : Hemoglobin <11 gr%
Sedangkan kriteria anemia pada kehamilan berdasarkan kadar hemoglobin
antara lain :
1. Ringan sekali : Hb 10gr%dl – batas normal
2. Ringan : Hb 8gr%dl – 9,9 gr%dl
3. Sedang : Hb 6 gr%dl – 7,9 gr%dl
4. Berat : Hb <6 gr%dl.(13)
b. Derajat Anemia
Menurut William hasil pemeriksaan Hb dapat digolongkan sebagai
berikut:
1. Tidak Anemia : Hb 11gr %
2. Anemia Ringan : Hb 9 gr % - 10 gr%
3. Anemia Sedang : Hb 7 gr % - 8 gr%
4. Anemia Berat : Hb < 7 gr%
11
Departemen kesehatan menetapkan derajat anemia dalam Tarwoto sebagai
berikut:
1. Ringan Sekali : Hb 11 gr % - batas normal
2. Ringan : Hb 8 gr % - < 11 gr %
3. Sedang : Hb 5 gr % - 8 gr %
4. Berat : Hb < 5 gr %(14)
c. Klasifikasi Anemia
1. Anemia defisiensi besi
Untuk membuat sel darah merah diperlukan zat besi (Fe). Kebutuhan Fe
sekitar 20 mg/hari, dan hanya kira-kira 2 mg yang diserap. Jumlah total Fe dalam
tubuh berkisar 2-4 mg, kira-kira 50 mg/kg BB pada pria dan 35 mg/kg BB pada
wanita. Anemia ini umumnya disebabkan oleh perdarahan kronik. Di Indonesia
banyak disebabkan oleh infestasi cacing tambang (ankilostomiasis), inipun tidak
akan menyebabkan anemia bila tidak disertai malnutrisi. Anemia jenis ini dapat
pula disebabkan karena :
a. Diet yang tidak mencukupi
b. Absorpsi yang menurun
c. Kebutuhan yang meningkat pada wanita hamil dan menyusui
d. Perdarahan pada saluran cerna, menstruasi, donor darah
e. Hemoglobinuria
f. Penyimpanan besi yang berkurang, seperti pada hemosiderosis paru.
12
Adapun gejala dan tanda pada anemia ini adalah :
a. Pucat
b. Sakit kepala
c. Mudah marah/tersinggung
Pada tingkat gejala yang lebih parah gejala dan tanda termasuk :
a. Sesak nafas
b. Detak jantung cepat
c. Rambut dan kuku rapuh
Biasanya pengobatan yang di lakukan berupa pemberian suplemen zat besi
dan penyesuaian pola dan kebiasaan makan (diet).
2. Anemia Kekurangan Asam Folat
Jenis anemia ini di tandai dengan kekurangan asam folat, salah satu dari
kelompok vitamin B (B9) di dalam darah. Anemia ini biasanya disebabkan oleh
asupan asam folat yang tidak cukup. Asam folat biasanya di temukan pada
sayuran. Sayangnya, asam folat bisa hilang atau luntur apabila sayuran dimasak
terlalu matang. Konsumsi alkohol juga bisa menjadi penyebab berkurangnya asam
folat.
Anemia jenis ini juga bisa terjadi pada masa kehamilan, dimana asam folat
lebih banyak didistribusikan untuk kebutuhan kandungan. gangguan atau kelainan
darah lain juga bisa menjadi penyebab berkurangnya kandungan asam folat di
dalam darah dan memicu anemia jenis ini. Adapun tanda dan gejala anemia jenis
ini :
13
a. Lemah
b. Letih
c. Penyimpangan daya ingat / kehilangan ingatan
d. Mudah marah/tersinggung
Gangguan ini bisa di hindari dengan menambah asupan asam folat yang
cukup kedalam diet anda. Makanan yang kaya akan asam folat di antaranya adalah
hati sapi, asparagus, dan kacang merah.
3. Anemia Pernisiosa
Anemia pernisiosa biasanya di alami oleh penderia berusia antara 50 – 60
tahun yang disebabkan oleh kekurangan vitamin B12. Penyakit ini biasanya
bersifat turunan tetapi beberapa kasus lainnya menunjukkan bahwa anemia
pernisiosa juga di sebabkan oleh penyakit autoimun (autoimmune diseases), yaitu
gangguan dimana sistem kekebalan tubuh justru menyerang dan merusak jaringan
tubuh yang sehat secara tidak sengaja. Itulah mengapa penderita gangguan
autoimun memiliki resiko tinggi mengalami anemia pernisiosa. Adapun tanda dan
gejalanya anemia jenis ini :
a. Keletihan
b. Sesak nafas
c. Jantung berdebar
d. Mati rasa/kesemutan biasanya pada kaki.(12)
4. Anemia Aplastik
Anemia aplastik disebabkan oleh hilangnya atau berkurangnya sel darah
merah. Masalah ini bisa terjadi karena cedera tertentu sehingga darah yang
14
membentuk jaringan di dalam sumsum tulang hancur. Oleh karena itu, penderita
akan kesulitan melawan infeksi dan mudah mengalami perdarahan. Adapun tanda
dan gejala anemia jenis ini :
a. Lesu
b. Pucat
c. Purpura, warna/bercak keunguan atau kemerahan pada kulit di sebabkan oleh
perdarahan di bawah kulit
d. Perdarahan
e. Jantung berdetak cepat
f. Terjadinya infeksi
g. Gagal jantung kongestif, jantung tidak mampu memompa cukup darah untuk
memenuhi kebutuhan tubuh
Sampai saat ini penyebab pastinya belum di ketahui tetapi anemia aplastik
di duga di sebabkan oleh paparan racun tertentu dan virus hepatitis.
5. Anemia sel sabit
Anemia jenis ini pada hakikatnya bersifat turunan dan di sebabkan oleh
kondisi sel darah merah yang tidak normal. Anemia sel sabit (sickle cell anemia)
adalah penyakit anemia yang tidak dapat di cegah dan bisa mengancam jiwa
penderitanya. Adapun tanda dan gejala anemia jenis ini :
a. Serangan nyeri pada bagian lengan, kaki dan perut
b. Penyakit kuning yang tampak pada bagian putih mata
c. Demam
d. Keletihan kronis
15
e. Jantung berdetak cepat
f. Pucat
Komplikasi anemia ini meliputi borok (ulkus) pada kaki, syok, perdarahan
otak, dan gangguan tulang.(13)
d. Anemia Dalam Kehamilan
Anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar hemoglobin
dibawah 11gr% pada trimester I dan III atau kadar < 10,5 gr% pada trimester II.
Anemia dalam kehamilan dapat mengakibatkan dampak yang membahayakan
bagi ibu dan janin. Anemia pada ibu hamil dapat mengakibatkan resiko terjadinya
perdarahan postpartum. Bila anemia terjadi sejak awal kehamilan dapat
menyebabkan terjadinya persalinan prematur.(15)
e. Tanda dan Gejala Anemia Zat Besi pada Kehamilan
1. Ibu mengeluh cepat lelah, sering pusing, mata berkunang-kunang
2. Nafsu makan turun (anoreksia), mual muntah
3. Konsentrasi hilang
4. Nafas pendek (pada anemia parah)
5. Keluhan mual muntah lebih hebat pada ibu hamil muda
6. Keletihan, malaise, mudah mengantuk
7. Pusing atau kelemahan
8. Sakit kepala
9. Lesi pada mulut dan lidah
10. Kulit pucat
11. Mukosa membrane atau konjungtiva pucat
16
12. Dasar kuku pucat
13. Takikardi
14. Perubahan jaringan epitel kuku, gangguan sistem neuromuskular
15. Disphagia atau pembesaran kalenjar limpa.(12)
f. Pengaruh Anemia Pada Kehamilan Dan Janin
1. Pengaruh anemia pada kehamilan
a. Bahaya dalam kehamilan : dapat terjadi abortus, persalinan prematuritas,
hambatan tumbuh kembang janin dalam rahim, mudah terjadi infeksi,
ancaman dekompensasi kordis (Hb < 6 gr %), molahidatidosa, hiperemisis
gravidarum, pendarahan antepartum, ketuban pecah dini (KPD).
b. Bahaya saat persalinan : gangguan his, kurangnya kekuatan mengejan,
kala pertama dapat berlangsung lama sehingga terjadi partus terlantar, kala
dua berlangsung lama sehingga dapat melelahkan dan sering memerlukan
tindakan operasi kebidanan, kala uri dapat di ikuti retensio plasenta dan
perdarahan postpartum karena atonia uteri, kala empat dapat terjadi
perdarahan postpartum sekunder dan atonia uteri.
c. Pada kala nifas : terjadi sub involusio uteri menimbulkan perdarahan
postpartum, memudahkan infeksi puerpurium, pengeluaran ASI yang
berkurang, terjadi dekompensasi kordis mendadaksetelah persalinan
anemia kala nifas.
2. Bahaya anemia terhadap janin
Sekalipun tampaknya janin mampu menyerap berbagai kebutuhan dari ibunya,
tetapi dengan anemia pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim akan
17
terganggu. Akibat anemia dapat terjadi gangguan dalam bentuk abortus,
kematian intra uterin, persalinan prematuritas tinggi, berat badan lahir rendah,
kelahiran dengan anemia, dapat terjadi cacat bawaan, bayi mudah mendapat
infeksi sampai kematian perinatal, dan intelegensia rendah.
g. Patofisiologi Anemia pada Kehamilan
Perubahan hematologi pada kehamilan di sebabkan oleh perubahan
sirkulasi yang makin meningkat pada plasenta dan payudara. Volume plasma
meningkat sebesar 45-65 % pada trimester kedua kehamilan, puncak terjadi pada
bulan ke 9 dengan peningkatan sebesar 1000 ml, lalu sedikit menurun menjelang
aterm, dan kemudian kembali normal pada tiga bulan setelah partus. Stimulasi
yang meningkatkan volume plasma, seperti laktogen plasenta, menyebabkan
peningkatan sekresi aldesteron.
Selama kehamilan, volume darah mengalami peningkatan yang disebut
dengan hiperemia atau hipervolumia. Kondisi ini menyebabkan pengenceran darah
karena pertambahan plasma darah. Secara fisiologi, pengenceran darah ini
bertujuan membantu meringankan kerja jantung. Secara umum, perbandingan
pertambahan volume darah :
1. Plasma darah bertambah : 30%
2. Sel-sel darah bertambah : 18%
3. Hemoglobin bertambah : 19%
Selain akibat pengenceran volume darah, anemia defisiensi besi juga dapat
disebabkan oleh sejumlah hal, yakni :
18
1. Kurangnya zat besi dalam makanan
2. Kebutuhan zat besi meningkat
3. Gangguan pencernaan dan absorbsi
4. Kehilangan darah dalam jumlah banyak
5. Penyakit – penyakit kronik.(16)
2.2.2. Tablet Fe/Zat Besi
a. Definisi Tablet Zat Besi
Zat besi merupakan mineral yang diperlukan dalam proses biologi didalam
tubuh. Besi merupakan unsur esensial untuk sintesis hemoglobin, produksi panas
dan sebagai komponen enzim-enzim tertentu yang digunakan untuk porses
produksi adenosi netrifosfat yang terlibat dalam respirasi sel. Zat besi atau Ferum
(Fe) disimpan dalam hepar, lien dan sumsum tulang belakang. Sekitar 70% zat
besi yang ada di dalam tubuh berada dalam hemoglobin dan sisanya berfungsi
sebagai simpanan oksigen intramuskuler.(17)
b. Manfaat Tablet Zat Besi
Zat besi atau Ferum (Fe) merupakan mineral mikro yang banyak ditemui
dalam tubuh, yaitu di dalam tubuh manusia dewasa terdapat 3-5gram. Zat besi
sangat berpengaruh saat aktivitas kerjanya. Zat besi juga berperan sebagai alat
angkut oksigen dari paru-paru ke jaringan, alat angkut electron pada metabolism
energi serta bagian dari enzim pembentuk kekebalan tubuh dan pelarut pada obat-
obatan. Makanan yang mengandung zat besi biasanya dapat memenuhi kecukupan
vitamin A.
19
c. Sumber Zat Besi
Dalam memenuhi kebutuhan zat besi dapat diperoleh melalui konsumsi
makanan. Berikut ini makanan yang baik sumber zat besi antara lain daging,
ayam, ikan, telur, sereal tumbuk, kacang- kacangan, sayuran hijau dan pisang
ambon. Zat besi yang berasal yang berasal dari makanan hewani lebih mudah
diserap oleh tubuh dari pada zat besi yang berasal dari makanan.
d. Kebutuhan Zat Besi
Menurut Jordan (2004), kebutuhan zat besi pada kehamilan dengan janin
tunggal:
1. 200-600 mg untuk memenuhi peningkatan masa sel darah merah.
2. 200-370 mg untuk janin yang bergantung pada berat lahirnya.
3. 150-200 mg untuk kehilangan eksternal.
4. 30-170 mg untuk talipusat dan plasenta.
5. 90-310 mg untuk menggantikan darah yang hilang saat melahirkan.
Kebutuhan zat besi pada ibu hamil menurut usia kehamilan :
1. Trimester I (umur kehamilan 0-12 minggu): kebutuhan zat besi relative ± 50
mg/hari
2. Trimester II (umur kehamilan 13-24 minggu): kebutuhan zat besi ±50 mg/hari
3. Trimester III (umur kehamilan 25-40 minggu): kebutuhan zat besi ±60
mg/hari
Dengan demikian, kebutuhan total zat besi pada kehamilan berkisar antara
540-1340 mg dan 440-1050 mg diantaranya akan hilang pada saat ibu melahirkan.
Secara umum anemia untuk wanita tidak hamil mempunyai kadar Hb kurang dari
20
12,0 gram per 100 mililiter (12 gram/desiliter) dan untuk wanita hamil
mempunyai kadar Hb kurang dari10,0 gram per100 mililiter (10 gram/desiliter)
.(18)
e. Simpanan Zat Besi
Zat besi di simpan dalam bentuk feritin atau homosiderin yang terutama
terdapat dalam hati, dan sumsum tulang. Di dalam hati, zat besi disimpan dalam
sel–sel parenkim atau hepatosit, sementara dalam sumsum tulang dan limpa.
Simpanan zat besi, terutama berfungsi sebagai reservoir zat besi memasok
kebutuhan sel bagi keperluan produksi hemoglobin. Penting untuk diperhatikan
bahwa zat besi yang terikat dalam feritin lebih mudah dimobilisasi dari pada zat
besi yang terikat pada homosiderin, Jumlah total simpanan zat besi sangat
bervariasi tanpa adanya gangguan yang nyata pada berbagai fungsi tubuh.
Simpanan zat besi dapat mengalami deplesi total sebelum muncul anemia karena
defisiensi besi.(18)
f. Kebutuhan Fe Ibu hamil
Fe merupakan mineral mikro yang paling banyak terdapat dalam tubuh,
yaitu sebanyak 3–5 gram di dalam tubuh dewasa. Di dalam tubuh Fe berperan
sebagai alat angkut oksigen dari paru – paru ke jaringan, sebagai alat angkut
elektron pada metabolisme energi, sebagai bagian dari enzim pembentuk
kekebalan tubuh dan sebagai pelarut obat – obatan. Makanan sumber Fe yang baik
antara lain daging, ayam, ikan, telur, kacang-kacangan, sayuran hijau, dan pisang
ambon. Fe yang berasal dari makanan hewani lebih mudah di serap oleh tubuh
21
dari pada Fe yang berasal dari makanan nabati. Faktor- faktor yang
mempengaruhi absorpsi zat besi (Fe) yaitu :
1. Bentuk Fe
Besi yang merupakan bagian dari hemoglobin dan mioglobin yang terdapat
dalam daging hewan dapat di serap dua kali lipat daripada besi – non hem
yang berasal dari makanan nabati.
2. Asam organik
Vitamin C dan asam sitrat sangat membantu penyerapan besi non hem dengan
merubah feri menjadi fero.
3. Asam filat, asam oksalat dan tanin
Ketiga jenis zat tersebut dapat mengikat Fe sehingga menghambat
penyerapannya. Namun pengaruh negatif ini dapat dikurangi dengan
mengkonsumsi vitamin C.
4. Tingkat keasaman lambung
Keasaman lambung dapat meningkatkan daya larut besi.
5. Kebutuhan tubuh
Jika tubuh kekuranga Fe atau kebutuhan meningkat maka penyerapannya akan
meningkat. Kebutuhan Fe untuk tenaga kerja laki – laki dewasa adalah 13
mg/hari.
Saat kehamilan zat besi yang dibutuhkan oleh tubuh lebih banyak
dibandingkan saat tidak hamil. Zat besi bagi wanita hamil dibutuhkan untuk
memenuhi kehilangan basal, juga untuk pembentukan sel – sel darah merah yang
semakin banyak serta janin dan plasentanya. Seiring dengan bertambahnya umur
22
kehamilan, zat besi yang di butuhkan semkain banyak. Dengan demikian resiko
anemia zat besi semakin besar. Terdapat empat bentuk zat besi dalam tubuh yaitu:
1. Zat besi dalam hemoglobin
2. Zat besi dalam cadangan terutama sebagai feritin dan homosiderin
3. Zat besi yang ditransfor dalam transferin
4. Zat besi parenkim atau zat besi dalam jaringan seperti mioglobin dan beberapa
enzim antara lain sitokrom, katalase, peroksidase.
Proses metabolisme zat besi digunakan untuk biosintesa hemoglobin,
dimana zat besi digunakan secara terus – menerus. Sebagian besar zat besi yang
bebas dalam tubuh akan di manfaatkan kembali, dan hanya sebagian kecil sekali
yang di ekkresikan melalui air kemih, feses, dan keringat.
Salah satu upaya yang telah di lakukan pemerintah untuk mengatasi
tingginya prevalensi ibu hamil yang menderita anemia zat besi adalah
suplementasi tablet zat besi pada ibu hamil. Namun ada masalah yang dihadapi
dalam suplementasi tablet besi ini yaitu ibu hamil sukar untuk mengkonsumsinya
setiap hari dengan alasan lupa, perut mual, enek, malas minum dan
sebagainya.(19)
g. Dosis Tablet Zat Besi Pada Ibu Hamil
Pemberian tablet zat besi selama kehamilan merupakan salah satu cara
yang paling cocok bagi ibu hamil untuk meningkatkan kadar Hb sampai tahap
yang di inginkan, karena sangat efektif dimana satu tablet mengandung 60 mg Fe.
Setiap tablet setara dengan 200mg ferrosulfat atau 1 tablet perhari. Selama
23
kehamilan minimal di berikan 90 tablet sampai 42 minggu bisa dikonsumsi pada
trimester II hingga 90 hari kedepan. (13)
h. Cara Mengkonsumsi Tablet Fe
Ada beberapa hal yang harus di perhatikan dalam mengkonsumsi tablet fe
yaitu :
1. Minum tablet fe dengan air putih, jangan minum dengan teh, susu, atau kopi
karena daat menurunkan penyerapan zat besi dalam tubuh sehingga
manfaatnya berkurang.
2. Kadang – kadang terjadi gejala ringan yang tidak membahayakan seperti perut
terasa enek, mual, susah buang air besar dan tinja berwarna hitam.
3. Untuk mengurangi gejala sampingan minumlah tablet tambah darah setelah
makan malam menjelang tidur. Akan lebih baik jika setelah minum tablet Fe
disertai makan buah – buahan seperti pisang, pepaya, jeruk, dan lain-lain.
4. Simpanlah tablet fe ditempat yang kering terhindar dari sinar matahari
langsung, jauhkan dari jangkauan anak- anak dan setelah di buka harus di
tutup kembali dengan rapat, Tablet fe yang sudah berubah warna sebaiknya
tidak diminum (warna asli merah darah).
5. Tablet fe tidak menyebabkan tekanan darah tinggi atau kelebihan darah.(13)
2.2.3. Kepatuhan
a. Definisi Kepatuhan
Kepatuhan berasal dari kata “patuh: yang berarti taat, suka menuruti,
disiplin. Kepatuhan menurut Khairu Nisa adalah tingkat perilaku penderita dalam
mengambil suatu tindakan pengobatan misalnya dalam menentukan kebiasaan
24
hidup sehat dan ketetapan berobat. Dalam pengobatan seseorang di katakan tidak
patuh apabila orang tersebut melalaikan kewajibannya berobat sehingga dapat
mengakibatkan terhalangnya kesembuhan.
Kepatuhan adalah suatu perubahan perilaku dari perilaku yang tidak
menaati peraturan ke perilaku yang menaati peraturan. Kepatuhan seseorang
melaksanakan suatu aturan dan perilaku yang disarankan. Kepatuhan ini
dibedakan menjadi dua yaitu kepatuhan penuh (total compliance) dimana pada
keadaan ini penderita tidak hanya berobat secara teratur sesuai batas waktu yang
ditetapkan melainkan juga patuh memakai obat secara teratur sesuai petunjuk dan
penderita yang tidak patuh (non compliacne) dimana penderita yang putus berobat
atau tidak menggunakan obat sama sekali.
Kepatuhan (compliance) dalam pengobatan diartikan sebagai perilaku
pasien yang menaati semua nasihat dan petunjuk yang dianjurkan oleh tenaga
medis seperti dokter dan apoteker mengenai segala sesuatu yang harus dilakukan
untuk mencapai tujuan pengobatan. Kepatuhan dalam meminum obat merupakan
syarat utama tercapainya keberhasilan pengobatan yang dilakukan.(20)
b. Faktor–faktor yang Mendukung Kepatuhan
Carpenito berpendapat bahwa faktor – faktor yang mempengaruhi tingkat
kepatuhan adalah segala sesuatu yang dapat mendukung kepatuhan penderita
terhadap setiap perintah atau petunjuk medis yang dianjurkan petugas medis.
25
Adapun faktot – faktor yang mendukung kepatuhan di antaranya :
1. Pemahaman tentang instruksi
Pemahaman seorang pasien terhadap instruksi yang diberikan petugas medis
sangat membantu mendukung kepatuhannya. Oleh karena itu, kegagalan
petugas kesehatan memberikan instruksi atau petunjuk lengkap, disertai
dengan manfaatnya, dapat memudahkan pasien untuk mematuhi instruksi atau
petunjuk medis tersebut.
2. Tingkat pendidikan
Pendidikan adalah suatu kegiatan, usaha manusia meningkatkan kepribadian
atau proses perubahan perilaku menuju kedewasaan dengan jalan membina
dan mengembangkan potensi kepribadiannya. Semakin tinggi pendidikan
seseorang, semakin dewasa pula pola pemikiran dan pemahamannya tentang
suatu medis serta manfaatnya sehingga semakin membantunya mematuhi
petunjuk medis tersebut.
3. Kesakitan dan pengobatan
Perilaku kepatuhan biasanya lebih rendah disaat menghadapi penyakit kronis
karena semakin hilangnya keyakinan akan sembuh. Sebaliknya, perilaku
kepatuhan semakin tinggi bersamaan dengan manfaat pengobatan terhadap
kesembuhan.
4. Keyakinan, sikap, dan kepribadian
Keyakinan, sikap, dan kepribadian sangat menentukan kepatuhan seseorang.
Orang yang tidak patuh biasanya mengalami depresi dan memiliki kekuatan
26
ego yang lebih lemah. Orang yang patuh biasanya memiliki keyakinan, sikap,
dan kepribadian yang lebih tegar dibanding orang yang tidak patuh.
5. Dukungan keluarga
Dukungan keluarga dapat menjadi faktor yang berpengaruh terhadap program
pengobatan yang akan mereka terima. Semakin jauh dari dukungan dan
pendampingan keluarga, semakin mengurangi kepatuhan seseorang terhadap
petunjuk medis tertentu.
6. Tingkat ekonomi
Tingkat ekonomi merupakan kemampuan finansial yang sangat diperlukan
untuk memenuhi kebutuhan hidup, termasuk kebutuhan kesehatan, oleh
karena itu semakin baik perekonomian seseorang semakin memudahkannya
untuk mematuhi segala petunjuk medis yang diberikan petugas kesehatan.
7. Dukungan sosial
Dukungan sosial berupa dukungan emosional dari anggota keluarga, teman,
waktu, dan uang merupakan faktor penting dalam menentukan kepatuhan
seseorang karena keluarga dan teman dapat membantu ansietas terhadap
penyakit tertentu sehingga semakin meningkatkan kepatuhan mereka terhadap
petunjuk medis.(21)
c. Kepatuhan Mengkonsumsi Tablet Besi
Kepatuhan dalam mengkosumsi tablet zat besi adalah ketaatan ibu hamil
melaksanakan anjuran petugas kesehatan untuk mengkonsumsi tablet zat besi.
Kepatuhan menurut Sackett pada pasien sebagai “sejauh mana perilaku individu
sesuai dengan ketentuan yang diberikan oleh profesional kesehatan”.
27
Kepatuhan mengkonsumsi tablet zat besi di ukur dari ketepatan jumlah
tablet yang dikonsumsi, ketepatan cara mengkonsumsi tablet zat besi diminum
pada malam hari sesudah makan malam, frekuensi konsumsi perhari yaitu 1 tablet
perhari. Tablet Fe sebaiknya diminum dengan menggunakan air jeruk atau air
putih, karena membantu proses penyerapan zat besi dan hindari minum tablet besi
dengan menggunakan air teh, susu dan kopi, karena akan menghambat proses
arbsorsi zat besi. Suplemen besi atau pemberian tablet Fe merupakan salah satu
upaya penting dalam mencegah dan menanggulangi anemia khususnya anemia
kekurangan besi. Suplemen besi merupakan cara efektif karena kandungan
besinya yang dilengkapi dengan asam folat yang sekaligus dapat mencegah
anemia karena kekurangan asam folat.
Kepatuhan ibu hamil dalam mengkonsumsi tablet fe diukur menggunakan
Skala Guttman yaitu skala scalogram yang sangat baik untuk meyakinkan peneliti
tentang kesatuan dimensi dan sikap yang diteliti, yang sering disebut dengan
atribuut universal. Skala Guttman merupakan skala yang digunakan untuk
jawaban yang bersifat jelas dan konsisten, yaitu benar–salah, pernah–tidak pernah,
dan ya-tidak.
Kepatuhan mengkonsumsi tablet besi di definisikan perilaku ibu hamil
yang menaati semua petunjuk yang dianjurkan oleh petugas kesehatan dalam
mengkonsumsi tablet besi. Kepatuhan konsumsi tablet besi diperoleh melalui
perhitungan tablet yang tersisa, beratnya anemia yang terjadi dan kemampuan
populasi untuk menyerap preparat besi. Respon dari pemberian tablet zat besi
dapat di evaluasi dengan mengetahui peningkatan hemoglobin.
28
Peningkatan hemoglobin dapat dilihat satu minggu setelah pemberian zat
besi di mulai. Preparat besi yang digunakan adalah ferrous sulfate. Gram fero ini
diserap tiga kali lebih baik dibandingkan dengan gram fero lainnya seperti
fumarat, suksinat, glukonat. Perbedaan daya serap ini disebabkan karena tiap-tiap
zat besi mengandung persentase besi yang berbeda hanya sebesar 18% besi yang
mampu diserap melalui usus. Bila populasi diberikan tablet zat besi sebesar 200
mg (2-3 mg/kg), maka hanya 35 mg yang akan diserap. oleh sebab itu, untuk
mencapai nilai hemoglobin yang diharapkan membutuhkan rata-rata waktu 1
hingga 2 bulan.
Untuk pengobatan anemia derajat berat, besi sukrose akan menjadi
pengobatan anemia dengan kehamilan atau penurunan cadangan besi. Untuk
membantu cadangan zat besi, beberapa peneliti menambahkan vitamin C pada
suplementasi besi dan terbukti efektif meningkatkan absorpsi besi serta memacu
sintesis hemoglobin.
Suplementasi zat besi dihubungkan dengan penurunan prevalensi anemia,
kondisi anemia dan perbaikan anemia. Kondisi anemia pada kehamilan dengan
suplementasi dosis kecil dan lama menjadi lebih efektif dibandingkan dengan
pemberian dalam waktu singkat. Meskipun demikian sering implementasi
program pemberian tablet zat besi belum berhasil menurunkan angka anemia
secara signifikan karena salah satunya adalah kepatuhan dalam mengkonsumsi
rablet zat besi yang belum terlaksanakan dengan baik.(22)
29
2.3. Hipotesis Penelitian
Hipotesis penelitian sebagai berikut : Ada hubungan kepatuhan konsumsi
tablet fe selama kehamilan dengan kejadian anemia pada ibu hamil di Puskesmas
Sei Agul Medan Barat tahun 2018.
30
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Desain Penelitian
Desain penelitian ini adalah survey analitik dengan pendekatan cross
sectional yaitu suatu pendekatan untuk mempelajari dinamika kolerasi antara
faktor-faktor resiko dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi atau
pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (point time approach), artinya tiap
subjek penelitian dan pengukuran terhadap suatu karakter atau variabel subjek
pada saat pemeriksaan.(23)
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
3.2.1. Lokasi Penelitian
Lokasi yang dipilih menjadi tempat penelitian adalah di Puskesmas Sei
Agul Medan Barat Tahun 2018.
3.2.2. Waktu Penelitian
Waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan penelitian ini yaitu pada
bulan Juli-September tahun 2018 dan dalam kurun waktu tersebut dengan
kegiatan mengumpulkan referensi, konsultasi pembimbing mengenai judul,
pembuatan proposal, studi pendahuluan, perbaikan, proposal, penelitian,
pengumpulan data, pengolahan dan analisis data, penulisan hasil penelitian,
konsultasi dan siding skripsi.
31
3.3. Populasi dan Sampel
3.3.1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang
mempunyai kuantitas dan karakteristik yang telah ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan. Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh ibu hamil dari usia kehamilan trimester II dan trimester III yang ANC di
Puskesmas sei Agul Medan Barat bulan April – Juli tahun 2018 . (24)
3.3.2. Sampel
Sampel merupakan bagian dari populasi yang akan di teliti atau sebagian
jumlah dari karakteristik yang dimilki oleh populasi. Pengambilan sampel dalam
penelitian ini adalah menggunakan sampel minimal yaitu bila ada pembagian
kategori dalam sampel dalam penelitian ini adalah 30.(25) Kriteria inklusi dalam
pengambilan sampel ini adalah seluruh ibu hamil trimester II dan trimester III
yang ANC di Puskesmas Sei Agul Medan Barat Tahun 2018.
Cara pengambilan sampel dengan menggunakan Accidental sampling,
pengambilan sampel secara aksidental ini dilakukan dengan mengambil kasus
atau responden yang kebetulan ada atau tersedia disuatu tempat sesuai dengan
konteks penelitian.(26)
3.4. Kerangka Konsep
Kerangka konsep adalah alur penelitian yang memperlihatkan variabel -
variabel yang mempengaruhi dan yang dipengaruhi. Adapun kerangka konsep
penelitian adalah hubungan konsumsi tablet Fe selama kehamilan dengan kejadian
32
anemia pada ibu hamil di Puskesmas Sei Agul Medan Barat tahun 2018 adalah
sebagai berikut :
Variabel Independen Variabel Dependen
Gambar 3.1 Kerangka Konsep
3.5. Definisi Operasional dan Aspek Pengukuran
3.5.1. Definisi Operasional
Definisi operasional adalah mendefinisikan variabel secara operasional
bedasarkan karakteristik yang diamati, memungkinkan peneliti untuk melakukan
observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau fenomena.
1. Variabel terikat : kepatuhan konsumsi tablet fe selama kehamilan
Kepatuhan adalah keteraturan ibu hamil dalam mengkomsumsi tablet Fe
selama kehamilan sesuai dengan anjuran tentang ketepatan jumlah tablet yang
dikonsumsi 1 tablet perhari, ketepatan cara mengkonsumsi tablet Fe, frekuensi
konsumsi per hari dan waktu mengkonsumsi tablet Fe. Dengan skala
pengukuran patuh akan diberi skor 4 dan value 2 , sedangkan tidak patuh
dengan skor < 4 dan value 1.
2. Variabel bebas : kejadian anemia
Anemia adalah kejadian ibu hamil yang mengalami kadar hemoglobin kurang
dari normal, jika Hb normal adalah 11gr% value 4, Anemia ringan Hb 9-11
gr% value 3, Anemia sedang Hb 7-8 gr% value 3, dan Anemia berat Hb <7
gr% dengan nilai value 1.
Kepatuhan konsumsi
Tablet Fe selama
kehamilan
Kejadian Anemia
33
3.5.2. Aspek Pengukuran
Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket atau
kuesioner yaitu angket tertutup. Angket tertutup merupakan angket yang
menghendaki jawaban pendek atau dengan memilih alternatif jawaban
menggunakan kuesioner yang dibagikan kepada responden.(24)
Tabel 3.1. Aspek pengukuran Variabel Independen dan Dependen
No. Nama
Variabel
Jumlah
Pertanyaan
Cara dan
Alat Ukur
Skala
Pengukuran Value
Jenis
Skala
Ukur
1. Variabel X
Kepatuhan
konsumsi
Tablet Fe
selama
kehamilan
4 Kuesioner
(Skor
Max=4)
Ya : 1
Tidak :0
Patuh (4)
Tidak Patuh
(<4)
(2)
(1)
Ordinal
2. Variabel Y
Kejadian
Anemia
1 Hemoglobin
ometer(Hb
Digital)
Hb 11 gr %
Normal
Hb(9-10gr%)
Anemia Ringan
Hb (7-8 gr%)
Anemia Sedang
Hb (<7)
Anemia Berat
(4)
(3)
(2)
(1)
Ordinal
3.6. Jenis dan Metode Pengumpulan Data
3.6.1. Jenis Data
1. Data Primer
Data primer adalah data yang diambil langsung dari responden dimana cara
untuk memperoleh data tersebut adalah dengan menggunakan kuesioner yang
34
berisi angket tertutup. Dalam penelitian ini langkah pengumpulan datanya yaitu
seluruh ibu hamil yang melakukan kunjungan ANC di Puskesmas Sei Agul
Medan Barat tahun 2018.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari penelitian orang lain atau
sumber yang telah di publikasikan sehingga data tersebut telah tersedia. Data
sekunder diperoleh dari dokumentasi pembukuan ANC di Puskesmas Sei Agul
Medan Barat tahun 2018.
3. Data Tertier
Data tertier adalah data yang diperoleh dari naskah yang sudah di
publikasikan. Dalam penelitian ini, data tertier diperoleh dari WHO, Profil
kesehatan Indonesia, Profil dinas kesehatan Sumatera Utara
3.6.2. Teknik Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu data primer yang
diperoleh langsung dari responden dan dikumpulkan melalui pengisian
kuesioner/angket tertutup, dan data sekunder diperoleh dari rekapitulasi jumlah
seluruh data ANC di Puskesmas Sei Agul Medan Barat Tahun 2018.
3.7. Metode Pengolahan Data
Data yang terkumpul diolah dengan cara komputerisasi dengan langkah-
langkah sebagai berikut :
1. Colecting
Mengumpulkan data yang berasal dari kuesioner angket maupun observasi.
35
2. Cheking
Dilakukan dengan memeriksa kelengkapan jawaban kuesioner dengan tujuan
agar data diolah secara benar sehingga pengolahan data memberikan hasilyang
valid, realiabel dan terhindar dari bias.
3. Coding
Pada langkah ini penulis melakukan pemberian kode pada variabel - variabel
yang diteliti.
4. Entering
Data entry yakni jawaban – jawaban dari masing – masing responden yang
masih dalam bentuk “kode” (angka atau huruf) di masukkan ke dalam
program komputer yang digunakan peneliti yaitu program SPSS for windows.
5. Data Processing
Semua data yang telah di input ke dalam aplikasi komputer akan di olah sesuai
dengan kebutuhan dari penelitian.
3.8. Analisa Data
Analisa data diolah dengan menggunakan komputer dengan perangkat
lunak dengan langkah-langkah analisis datanya adalah :
3.8.1. Analisis Univariat
Analisis univariat dilakukan untuk memperoleh distribusi kepatuhan ibu
mengkonsumsi tablet fe selama kehamilan dengan kejadian anemia pada ibu
hamil.
36
3.8.2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan (kolerasi) antara
variabel bebas (independent variabel) dengan variabel terikat (dependent
variabel).
Untuk membuktikan adanya hubungan signifikan antara variabel bebas
dengan variabel terikat digunakan analisis Chi square, pada batas kemaknaan
perhitungan statistik p value (0,05). Apabila hasil perhitungan menujukkan nilai
p<p value (0,05) maka dikatakan (Ho) ditolak, artinya kedua variabel secara
statistik mempunyai hubungan yang signifikan. Kemudian untuk menjelaskan
adanya asosiasi (hubungan) antara variabel terikat dengan variabel bebas
digunakan analisis tabulasi silang.(27)