Post on 26-Oct-2020
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Masyarakat masih kurang memperhatikan kesehatan gigi dan mulut,
sedangkan kesehatan tubuh secara keseluruhan dapat dipengaruhi oleh
kesehatan gigi dan mulut (Jain dkk., 2013). Kurangnya pengetahuan dalam
menjaga kesehatan gigi dan mulut merupakan salah satu penyebab
masyarakat kurang peduli terhadap kesehatan gigi dan mulut (Agusta dkk.,
2014). Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar tahun 2013, angka kejadian
penyakit gigi dan mulut di Indonesia mencapai 25,9% dengan indeks DMF-T
4,6 atau tergolong tinggi, sedangkan di provinsi Jawa Tengah, angka kejadian
penyakit gigi dan mulut mencapai 25,4% dengan DMF-T 4,3 atau tergolong
sedang (Riskesdas, 2013).
Anak berkebutuhan khusus rentan terhadap terjadinya penyakit gigi
dan mulut (Tulangow dkk., 2015). Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) atau
juga disebut child with special needs merupakan anak yang memiliki
perbedaan atau kelainan pada karakteristik tertentu dari anak normal secara
umum, antara lain kelainan pada fisik, mental, emosional dan kemampuan
dalam bersosialisasi (Indahwati dkk., 2015). Kelainan dalam hal fisik salah
satunya adalah kelainan pada indra pendengaran (tunarungu). Anak tunarungu
merupakan anak yang mengalami gangguan atau penurunan fungsi pada
organ pendengarannya baik sebagian maupun seluruhnya, sehingga mereka
memiliki keterbatasan untuk mendengar, berbahasa dan berkomunikasi
2
(Abdullah, 2013). Anak tunarungu memiliki tingkat kecerdasan yang sama
dengan rata-rata anak normal, namun akibat kemampuan berbahasa dan
berkomunikasi yang kurang sehingga perkembangan kecerdasan pada anak
tunarungu menjadi lamban (Suparno & Purwanto, 2007).
Keterbatasan untuk mendengar dan berbicara pada anak tunarungu
dapat menyebabkan terganggunya proses penerimaan informasi kesehatan
gigi dan mulut yang akan mempengaruhi sikap dan perilaku anak dalam
menjaga kesehatan gigi dan mulut (Agusta dkk., 2014). Kurangnya
pengetahuan kesehatan gigi dan mulut pada anak tunarungu menyebabkan
prevalensi penyakit gigi dan mulut dan penyakit periodontal menjadi lebih
tinggi dibandingkan dengan anak normal. Berdasarkan beberapa penelitian,
status kesehatan gigi dan mulut terutama jaringan periodontal yang buruk
disebabkan karena keterbatasan kemampuan dalam menjaga kesehatan gigi
dan mulut (Mintjelungan dkk., 2013; Nurisa 2011; Jain dkk., 2013)
Pencegahan penyakit gigi dan mulut pada anak tunarungu dapat
dilakukan dengan memberikan penyuluhan kesehatan gigi dan mulut. Namun,
pelaksanaan penyuluhan dengan metode yang biasa kepada anak-anak
tunarungu, terdapat beberapa kendala yaitu mereka memiliki keterbatasan
dalam mendengar dan memahami informasi yang diberikan (Mangunsong,
2009). Penyuluhan dengan metode yang lebih dominan menggunakan indera
penglihatan dapat mengatasi kendala ini (Agusta dkk., 2014).
Prinsip pembelajaran anak tunarungu lebih mengandalkan visualnya
atau indera penglihatannya, karena pendengaran mereka tidak dapat
3
berfungsi. Oleh karena itu penyuluhan sebaiknya diilustrasikan dalam bentuk
gambar yang berisi informasi yang diberikan agar anak tunarungu lebih
mudah memahami informasi penyuluhan yang disampaikan. Selain itu
prinsip pembelajaran yang dapat diterapkan adalah belajar sambil melakukan.
Pada proses pembelajaran atau penyuluhan, anak tunarungu sebaiknya ikut
terlibat langsung. Prinsip ini lebih bermanfaat dibandingkan anak hanya
mendengarkan seseorang menyampaikan informasi saja (Mangunsong, 2009).
Salah satu media penyuluhan yang dapat menerapkan prinsip-prinsip
tersebut adalah media puzzle. Puzzle merupakan sebuah permainan yang
melibatkan visual, yaitu dengan cara menggabungkan potongan-potongan
gambar yang terpisah menjadi satu kesatuan yang memiliki arti dan dapat
digunakan dalam proses pembelajaran (Hikmawati & Rahim, 2016).
Permainan puzzle ini dapat meningkatkan perhatian, minat dan pikiran dalam
proses pembelajaran. Selain itu, puzzle merupakan metode permainan yang
dapat mengasah otak, sehingga dapat melatih anak untuk memecahkan
masalah serta dapat meningkatkan daya ingat anak. Permainan puzzle ini
dapat diaplikasikan pada anak tunarungu (Hikmawati & Rahim 2016).
Penggunaan media permainan puzzle dalam penyuluhan kesehatan
gigi dan mulut ini diharapkan dapat menarik minat anak untuk
memperhatikan penyuluhan dengan baik serta dapat meningkatkan
pengetahuan kesehatan gigi dan mulut. Oleh karena itu peneliti ingin
mengetahui pengaruh penyuluhan menggunakan media puzzle terhadap
tingkat pengetahuan kesehatan gigi dan mulut. Penelitian ini diharapkan dapat
4
menurunkan tingkat kejadian penyakit gigi dan mulut dan meringankan beban
orang lain, sesuai dengan hadist berikut:
Dari Abu Hurairah RA bahwa Rasulullah SAW bersabda :
Artinya :
“Siapa yang menyelesaikan kesulitan seorang mukmin dari berbagai
kesulitan-kesulitan dunia, niscaya Allah akan memudahkan kesulitan-
kesulitannya di hari kiamat. Dan barang siapa yang memudahkan orang yang
sedang kesulitan niscaya akan Allah mudahkan baginya di dunia dan akhirat.
Dan barang siapa yang menutupi (aib) seorang muslim Allah akan tutupkan
aibnya di dunia dan akhirat. Allah selalu menolong hambanya selama
hambanya menolong saudaranya. Siapa yang menempuh jalan untuk
mendapatkan ilmu, akan Allah mudahkan baginya jalan ke surga”
HR. (Bukhari No. 2699)
1.2. Rumusan Masalah
“Bagaimana pengaruh penyuluhan menggunakan media puzzle
terhadap peningkatan pengetahuan kesehatan gigi dan mulut pada anak
tunarungu?”
5
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui pengaruh penyuluhan menggunakan media
puzzle terhadap peningkatan pengetahuan kesehatan gigi dan mulut
pada anak tunarungu.
1.3.2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan tentang kesehatan gigi
dan mulut pada anak tunarungu sebelum dilakukan penyuluhan
kesehatan gigi dan mulut dengan media puzzle.
b. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan tentang kesehatan gigi
dan mulut pada anak tunarungu sesudah dilakukan penyuluhan
dengan media puzzle.
c. Untuk menganalisis perbedaan tingkat pengetahuan tentang
kesehatan gigi dan mulut pada anak tunarungu sebelum dan
sesudah dilakukan penyuluhan dengan media puzzle.
1.4. Orisinalitas Penelitian
Peneliti Judul Penelitian Perbedaan
(Hikmawati &
Rahim, 2016)
Pengaruh Penyuluhan dengan
Media Promosi Puzzle Gizi
terhadap Perilaku Gizi
Seimbang pada Siswa Kelas
V Di SD Negeri 06 Poasia
Kota Kendari Tahun 2016
Pada penelitian ini subjek
merupakan anak-anak normal
atau bukan anak tunarungu.
Selain itu penyuluhan yang
dilakukan dalam penelitian ini
merupakan penyuluhan
6
tentang gizi.
(Silvia & Hasan,
2013)
Efektivitas Permainan Puzzle
Tangkai untuk Mengenalkan
Bangun Datar Sederhana
Bagi Anak Tunarungu Kelas
II
Penelitian ini menganalisis
tentang pengenalan bangun
datar sederhana bagi anak
tunarungu.
Media yang digunakan adalah
puzzle tangkai, bukan puzzle
gambar.
1.5. Manfaat Penelitian
1.5.1. Manfaat Teoritis
a. Penelitian ini dapat meningkatkan pengetahuan mengenai
pengaruh penyuluhan dengan media puzzle terhadap tingkat
pengetahuan kesehatan gigi dan mulut.
b. Dapat meningkatkan pengetahuan kesehatan gigi dan mulut pada
anak-anak tunarungu sehingga mereka dapat berperilaku menjaga
kesehatan gigi dan mulut dan mencegah terjadinya penyakit gigi
dan mulut.
1.5.2. Manfaat Praktis
a. Dapat meningkatkan keterampilan dalam melakukan penyuluhan
kesehatan gigi dan mulut kepada anak-anak tunarungu.
b. Sekolah dapat menerapkan metode puzzle dalam melakukan
pembelajaran kepada anak-anak tunarungu agar dapat
menstimulasi perkembangan kognitif pada anak tunarungu.